DISUSUN OLEH:
RIRIN
NIM. P05130121080
RIRIN
NIM. P05130121080
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk
dipresentasikan di hadapan tim penguji Politeknik
Kesehatan Bengkulu Jurusan Gizi
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
berjudul “Gambaran konsumsi gluten, kasein dan status gizi pada anak autis di
masukan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan
1. Ibu Eliana, SKM., MPH sebagai Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu atas
Kemenkes Bengkulu.
2. Bapak Anang Wahyudi, S.Gz., MPH selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes
3. Ibu Dr. Meriwati., SKM., MKM. sebagai Ketua Prodi DIII Gizi Politeknik
iii
dan pengarahan dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan Proposal Karya
Tulis Ilmiah.
5. ..... sebagai Ketua Dewan Penguji dalam Seminar Proposal Karya Tulis Ilmiah
6. .....sebagai penguji II dalam Seminar Proposal Karya Tulis Ilmiah ini yang
8. Kedua orang tua, adik tercinta serta semua keluarga besar yang telah
9. Teman-teman terdekat dan seangkatan program studi DIII Gizi yang telah
ilmiah ini.
kritik dan saran agar dapat membantu perbaikan selanjutnya. Terima kasih.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................... 5
1.5 Keaslian Penelitian.................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Autisme..................................................................................... 8
2.2 Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Autis....................... 17
2.3 Diet Bebas Gluten dan Kasein.................................................. 18
2.4 Status Gizi................................................................................. 20
2.5 Penilaian Status Gizi ................................................................ 23
2.6 Pengukuran Asupan Makanan.................................................. 27
2.7 Kerangka Teori......................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian..................................................................... 30
3.2 Kerangka Konsep Penelitian................................................... 30
3.3 Tempat dan Waktu Lokasi Penelitian..................................... 30
3.4 Definisi Operasional................................................................ 31
3.5 Populasi dan Sampel............................................................... 32
3.6 Tehnik Pengambilan sampel................................................... 34
3.7 Jenis Data................................................................................ 34
3.8 Pengumpulan Data.................................................................. 34
3.9 Pengolahan Data...................................................................... 35
3.10 Analisis Data........................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 37
LAMPIRAN.................................................................................................... 40
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
kembang anak. Akibat kelainan ini anak tidak bisa secara otomatis belajar
2020). Hal ini menunjukkan pada kasus anak autis terjadi peningkatan yang
signifikan peningkatan ini tidak hanya terjadi di negara maju saja, namun
juta penduduk Indonesia dengan perkiraan 3,2 juta anak penyandang autis
(BPS, 2020). Angka ini menunjukkan peningkatan jumlah anak autis dari
133.826 pada tahun 2019 menjadi 144.102 pada tahun 2020 (Kemendikbud,
2022).
1
Data Pusat Autis Provinsi Bengkulu Napar Brain Center (NBC),
(NBC, 2023). Sekitar 200 siswa telah terdaftar di beberapa sekolah negeri
prevalensi autis di kota bengkulu dalam satu dekade ini semakin meningkat
berkenaan dengan fungsi dan struktur otak anak yang tidak normal, infeksi
makanan Selain kelainan tersebut faktor genetik juga bisa menjadi penyebab
dua protein yang sebaiknya dihindari untuk di konsumsi anak autis yaitu
gluten dan kasein, karena frekuensi mengonsumsi gluten dan kasein dapat
Anak autis seringkali tidak mampu mencerna gluten dan kasein secara
2
protein yang dapat membantu tumbuh kembang anak yang dapat
atau kecukupan zat gizi dalam tubuh seseorang status gizi yang baik penting
gizi juga penting untuk tumbuh kembang anak. Anak yang tercukupi gizinya
pada masa tumbuh kembang akan memiliki tubuh yang sehat perkembangan
otak yang optimal, dan daya tahan tubuh yang kuat. Sedangkan malnutrisi
PLK Mutiara Bunda Kota Bengkulu Tahun 2023 yang dilakukan pada
makanan yang mengandung kasein dengan nilai skor (>200) dan sebanyak 7
3
Status gizi dari 10 responden anak autis di dapatkan 5 responden (50%),
mengenai gambaran konsumsi gluten, kasein dan status gizi pada anak autis
Tahun 2023.
Bagaimana gambaran konsumsi gluten, kasein dan status gizi pada anak
Bengkulu 2023.
4
c. Mengetahui gambaran status gizi pada anak autis di Layanan
pada ibu dan anak, khususnya tentang konsumsi gluten dan kasein pada
5
faktor yang mempengaruhi status gizi anak autis dengan mencari variabel
lain seperti pekerjaan orang tua, tingkat pendidikan dan faktor lain yang
6
1.5 Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelitian terlebih dahulu keaslian penelitian dapat di lihat
berdasarkan tabel berikut :
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Autisme
proses perkembangan anak. Akibat gangguan ini sang anak tidak dapat
8
Gangguan perkembangan biasanya muncul sebelum usia tiga tahun
menjadi terisolasi dari kontak dengan orang lain dan tenggelam pada
Beberapa bisa berbicara dengan baik, tidak dapat berbicara sama sekali
atau hanya sangat sedikit. Sekitar 40% anak-anak dengan ads tidak
berbicara sama sekali. Sekitar 25% -30% (Centers for Disease Control
menggunakan pola atau gaya yang tidak biasa saat berbicara (American
9
sehingga gejala pada masing-masing anak tidak terlalu sama. Berikut
a. Masalah komunikasi
4. Pada anak yang bisa bicara pada usia 18-24 bulan, dapat terjadi
ke segala arah).
saudara sendiri.
10
3. Mengulang-ulang permainan aneh dalam waktu tertentu atau
dilakukan.
membenturkan kepala.
hiposensitif)
e. Gejala lain
11
2.1.3 Gangguan Perkembangan pada Anak Autisme
a. Komunikasi
keterlambatan.
b. Interaksi sosial
sama.
c. Perilaku
atau ritual yang tidak berguna, misal mau tidur tidak harus cuci kaki
terlebih dahulu, sikat gigi, pakai piyama dan naik ke tempat tidur.
bila ada satu dari aktifitas yang diatas yang terlewat atau terbalik
12
d. Gangguan sensoris
e. Pola bermain
f. Emosi
13
menimbulkan gangguan pada lingkungan, pengecilan di cerebellum
1. Alergi makanan.
1. Komunikasi
b. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah bicara tapi
kemudian sirna.
14
g. Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit
2. Interaksi Sosial
bertatapan.
3. Gangguan Sensoris
4. Pola Bermain
rodanya diputar-putar.
sepeda.
15
f. Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang
5. Perilaku
(deficit).
6. Emosi
diberikan keinginannya.
Namun gejala tersebut di atas tidak harus ada pada setiap anak
hampir semua gejala ada, tapi pada kelompok yang ringan mungkin
16
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Autisme
periode kehamilan atau prenatal, persalinan atau perinatal dan periode usia
bayi atau neonatal salah satu faktor resiko pada periode prenatal atau
kehamilan adalah usia orang tua. Penelitian dengan analisis regresi logistik
menyatakan bahwa usia ibu diatas 40 tahun memiliki resiko 1,51 kali lebih
besar untuk menyebabkan terjadinya autisme dibanding ibu dengan usia 25-
29 tahun dan 1,77 kali lebih besar untuk menyebabkan terjadinya autisme
dan kesehatan janin. Seorang ibu yang tidak sehat, tidak sehat secara mental
dan fisik serta gizi yang baik mungkin tidak dapat memiliki bayi yang sehat.
terhadap autisme, Usia orang tua yang lanjut (terutama usia ayah) telah
diidentifikasi sebagai salah satu faktor risiko autisme yang paling penting
dalam banyak penelitian, usia ibu dan ayah yang lebih tua dari atau sama
autisme.
adalah beberapa penyakit fisik ibu yang berhubungan dengan autisme anak.
17
risiko autisme dan sindrom metabolik termasuk diabetes, perilaku orang tua,
anak hubungan antara riwayat kejiwaan orang tua dan risiko gangguan
tertentu yang menjadi pantangan. Ada dua jenis protein yang perlu dihindari
oleh anak autis yaitu gluten dan kasein. Hal ini dikarenakan frekuensi
autis salah satunya adalah perilaku (Djati, Faridi and Rahayu, 2017).
2.3.1 Gluten
bahan sejenis, Hasil olahan yang mengandung gluten adalah semua yang
berasal dari tepung terigu seperti makaroni, spagetti, mie, ragi, juga bahan
18
pengembang kue dan roti. Selain itu, sereal atau snack-crackes juga
halus sehingga mukosa usus tidak dapat berfungsi secara normal. Untuk
berasal dari beras, jagung, kedelai, biji bunga matahari dan oat yang tidak
2014).
2.3.2 Kasein
terdapat dalam susu adalah kasein (bahan pembentuk keju) dan protein
Kasein terdapat dalam semua susu yang berasal dari ternak penghasil
susu, seperti sapi, kambing, kuda, kerbau, unta dan domba. Di dalam
kasein terdapat dua kelompok varian, yaitu kasein A (A1 dan A2) dan B.
autisme.
19
2.3.3 Diet Bebas Gluten dan Kasein
dan sebaliknya jika pola diet diterapkan perilaku yang ditunjukkan anak
sangat adaptif. Pengaturan pola makan ini secara tidak langsung akan
mengurangi asupan nutrisi lain pada sumber makanan gluten dan kasein
jenis makanan lainnya mengganti asupan gizi anak ASD dan memenuhi
Status gizi sangat erat kaitannya dengan asupan makanan, zat gizi dan
makanan. Kajian status gizi merupakan suatu ukuran yang didasarkan pada
20
penilaian gizi. Sebaliknya, ketika penilaian status gizi menunjukkan
seseorang mengalami gizi kurang atau kelebihan gizi, maka petugas medis
berkurang.
asia, termasuk Indonesia. Prevalensi data gizi buruk dan kurang di Indonesia
menurut BB/U mencapai 17,7%, terdiri dari 3,9% gizi buruk dan 13,8% gizi
Nutrisi yang tidak mencukupi pada masa tumbuh kembang anak akan
anak, Status gizi sendiri merupakan tolak ukur keberhasilan gizi anak.
Menurut data Kemenkes RI (2018), status gizi anak usia sekolah dasar
(usia 5-12 tahun) di Indonesia berdasarkan tinggi dan berat badan masih
cukup banyak yang berada di bawah standar. Pada anak kelompok usia
sekolah dasar, 6,7% anak tergolong sangat pendek, 16,9% tergolong pendek.
status pendek dan sangat pendek ini cenderung lebih tinggi pada anak-anak
21
di daerah pedesaan. Berdasarkan status gizi anak menurut Indeks Masa
Tubuh (IMT), 2,4% tergolong sangat kurus, 6,8% tergolong kurus, 9,2%
di daerah perkotaan.
berdasarkan nilai Indeks Massa Tubuh per usia (IMT/U). Klasifikasi status
gizi anak berdasarkan nilai Z-score yang mengacu pada Peraturan Menteri
Antropometri anak usia 5-18 tahun. Dengan kategori status gizi kurang, gizi
Informasi tentang status gizi setiap anak dan edukasi terkait kesehatan
sehat yang diperlukan tubuh dan makanan tidak sehat, menjelaskan prioritas
Hasil pemeriksaan status gizi anak juga diberikan kepada guru sehingga
hidup sehat dan makan sehat. Gizi menjadi unsur penting dalam
Gizi juga penunjang utama tumbuh kembang anak sehingga anak dapat
berkembang sesuai usia dan memiliki pematangan fungsi tubuh yang baik.
Oleh karena itu, orangtua harus memfasilitasi gizi yang cukup pada
anaknya. Gizi yang cukup yaitu pola makan yang memenuhi kebutuhan zat
22
gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang anak (Ali, 2022).
(Fitriana, 2020).
makan erat kaitannya dengan jenis, jumlah dan bahan makanan yang
Menurut (Supariasa, 2021). Penilaian status gizi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Antropometri
komposisi tubuh yang berbeda pada usia dan tingkat gizi yang
23
ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
Table 2.1 Penilaian Status Gizi Anak Umur 5-18 Tahun. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2020 Tentang Standar Antropometri Anak.
Indeks Kategori status gizi Ambang batas
( Z-Score)
Umur (IMT/U) Gizi kurang (underweight) -3 SD sd < -2 SD
Anak usia 5-18
Gizi baik (normal) -2 SD sd + 1SD
Tahun
Gizi lebih (overweight) + 1 SD sd + 2 SD
Obesitas (obese) ˃ + 2 SD
Keterangan:
IMT/U.
2) Anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak
24
Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB
atau BB/TB).
b. Klinis
yang terjadi dan berkaitan dengan defisiensi nutrisi. Hal ini dapat
dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa
tiroid.
klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Selain
riwayat penyakit.
c. Biokimia
urin, tinja, dan beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
yang lebih serius mungkin terjadi. Banyak gejala klinis yang kurang
25
spesifik, sehingga penentuan fisiokimia mungkin lebih berguna
d. Biofisik
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat di bagi tiga yaitu :
b. Statistik Vital
26
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat
c. Faktor Ekologi
tentang pola konsumsi. Dengan metode ini kita dapat menilai frekuensi
yang spesifik (misalnya: per hari, minggu, bulan, tahun) dan sekaligus
(Silabus, 2014).
sehingga frekuensi konsumsi diberikan skor atau nilai pola konsumsi gluten,
kasein dapat dikatakan jarang jika skor kurang dari <200, sedangkan
27
dikatakan sering jika skor lebih dari >200. Kategori nilai atau skor yang
b. 1 kali/hari : skor 25
28
2.7 Kerangka Teori
Konsumsi gluten
Status gizi
Kesehatan fisik/mental
ibu
29
BAB lll
METODE PENELITIAN
Konsumsi
Gluten,Kasein
Status Gizi
Kota Bengkulu.
30
3.4 Definisi Operasional
31
3.5 Populasi dan sampel
3.5.1 Populasi
meliputi objek dan subjek dengan ciri-ciri dan karakteristik tertentu pada
peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam suatu tempat secara
3.5.2 Sampel
kata lain, sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh
penelitian ini adalah ibu dan anak penyandang autis yang bersekolah di
32
𝑁.𝑍21−α/2 . 𝑝.𝑞
n=
𝑑2(𝑁−1)+𝑍21−α/2 .𝑝.𝑞
ket :
n = Jumlah sampel
q = 1- p
𝑁.𝑍21−α/2 . 𝑝.𝑞
n=
𝑑2(𝑁−1)+𝑍21−α/2 .𝑝.𝑞
72,52
n=
1,7846
n = 40 Sampel
Jadi sampel dalam penelitian ini di ambil yaitu berjumlah 40 anak
autis yang bersekolah di PK-PLK Mutiara Bunda Kota Bengkulu.
a. Inklusi
b. Ekslusi
total sampling yaitu jumlah populasi adalah ibu dan anak penyandang autis
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian, yaitu
b. Data Sekunder
Mutiara Bunda yaitu nama, jumlah anak autis dan tempat tanggal lahir.
a. Data Primer (identitas responden, konsumsi gluten, kasein dan status gizi)
2) Data tentang konsumsi gluten dan kasein anak autis dengan cara
34
3) Data tentang status gizi diperoleh dengan cara pengukuran
peneliti diteliti kembali apakah isian pada lembar kuestioner atau formulir
sudah cukup lengkap dan cukup baik untuk diproses lebih lanjut.
35
3.10 Analisis Data
Analisis Univariat, Hasil dari data yang telah diolah kemudian disajikan
dalam bentuk tabel dan analisis secara univariat. Analisa univariat bertujuan
36
DAFTAR PUSTAKA
B, L.N.H., Fatmawati, D.P. and Hidayat, L. (2023) Proceedings of the 1st UPY
International Conference on Education and Social Science (UPINCESS
2022), Proceedings of the 1st UPY International Conference on Education
and Social Science (UPINCESS 2022). Atlantis Press SARL. Available at:
https://doi.org/10.2991/978-2-494069-39-8.
BPS (2020) Profil Anak Usia Dini 2020, BPS. Available at:
https://www.bps.go.id/publication/2020/12/16/61b15a0ae2c3f125fd89559
a/profil-anak-usia-dini-2020.html.
Centers for Disease Control and Prevention (2019) Penderita Autism spectrum
disorder (ASD). Available at: https://www.cdc.gov/index.htm.
Dewanti, H.W. and Machfud, S. (2014) ‘Pengaruh diet bebas gluten dan kasein
terhadap perkembangan anak autis’, Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Indonesia, 6(2), pp. 67–74.
Djati, wahyu P.S.T., Faridi, A. and Rahayu, N.S. (2017) ‘Hubungan Pola
Konsumsi Gluten dan Kasein, Kepatuhan Diet Gluten Free Casein Free
(GFCF) dengan Perilaku Autis Di Rumah Autis Bekasi’, Jurnal Argipa,
2(2), pp. 83–84. Available at:
http://journal.uhamka.ac.id/index.php/argipa/article/download/2340/657.
Fadlan Isa Damanik and Said Iskandar Al-Idrus (2023) ‘Diagnosa Autisme Pada
Anak Dengan Sistem Pakar Menggunakan Metode Forward Chaining’,
Journal of Student Research, 1(2), pp. 448–460. Available at:
https://doi.org/10.55606/jsr.v1i2.1063.
37
Karimi, P. et al. (2017) ‘Environmental factors influencing the risk of autism’,
Journal of Research in Medical Sciences, 22(1). Available at:
https://doi.org/10.4103/1735-1995.200272.
Kemendikbud (2022) Buku Panduan Guru Pendidikan Khusus bagi Peserta Didik
Autis Disertai Hambatan Intelektual. Available at:
https://static.buku.kemdikbud.go.id/content/pdf/bukuteks/kurikulum21/
Diksus-BG-Autis.pdf.
Kemenkes (2022) Makanan untuk Anak Autis yang Sehat dan Kaya Manfaat.
Available at: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1339/makanan-
untuk-anak-autis-yang-sehat-dan-kaya-manfaat.
Mansur (2016) ‘Hambatan Komunikasi Anak Autis’, Al-Munzir, 9(1), pp. 80–96.
National Institute on Deafness and Other Communication Disorders (2020)
Gangguan Spektrum Autisme: Masalah Komunikasi pada Anak.
NBC (2023) Pusat pendidikan autis Bengkulu Nafar Brain Center (NBC).
Available at: https://www.rri.go.id/kesehatan/319436/400-anak-di-
bengkulu-menderita-autis#:~:text=KBRN%2C Bengkulu %3A Pusat
pendidikan autis,di Provinsi Bengkulu mengalami autisme.
Nurhidayah, I. et al. (2021) ‘Pengetahuan Ibu Tentang Diet Gluten Dan Kasein
Pada Anak Penyandang Autis Di Slb Wilayah Kabupaten Garut’, Jurnal
Perawat Indonesia, 5(1), pp. 599–611. Available at:
https://doi.org/10.32584/jpi.v5i1.849.
38
Yahya, R.E. and Madiun, U.P. (2023) ‘Memahami Anak Autis dan Penerapan
Model Pembelajaran’, 2(2), pp. 48–58.
Yayasan Autisme Indonesia (2020) Yayasan Autisma Indonesia (YAI). Available
at: https://autisme.or.id/.
39
L
40
Lampiran 1
Yth. Ibu/Bapak
Perkenalkan saya Ririn, saat ini sebagai mahasiswa Diploma Tiga Gizi Poltekkes
Kemenkes Bengkulu. Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul
“Gambaran Konsumsi Gluten, Kasein dan Status Gizi pada Anak Autis di
2023”. Pada kesempatan ini, izinkan saya untuk menjelaskan hal-hal berikut :
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran antara konsumsi
gluten, kasein dan status gizi di PK-PLK Mutiara Bunda Kota Bengkulu.
mengandung gluten, kasein yang di konsumsi anak, mengukur tinggi badan dan
41
Partisipasi dalam Penelitian
Saya telah meminta perstujuan kesediaan ibu/bapak secara sukarela untuk menjadi
informan dalam studi ini selaku orang tua anak. Keikutsertaan ibu/bapak pada
Pengunduran Diri
bahkan menarik diri dari kegiatan tanpa mengurangi hak ibu/bapak dalam
mendapatkan pelayanan.
Partisipasi ibu/bapak dalam penelitian ini paling lama 1 (satu) hari dengan
yang di konsumsi anak. Ibu/bapak berhak mengatur waktu dan tempat untuk
Informasi yang ingin saya dapatkan dari proses wawancara dan pemeriksaan ini
42
Manfaat dan Potensi
Manfaat penelitian yang akan ibu/bapak dapatkan dari penelitian ini, ibu/bapak
akan mengetahui “Gambaran konsumsi gluten, kasein berdasarkan status giz anak
pada anak autis di Layanan PK-PLK Mutiara Bunda Kota Bengkulu tahun 2023”.
Kerahasiaan
Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan hanya dapat
diketahui oleh saya sendiri dan tim. Tidak ada penulisan identitas ibu/bapak dalam
pengolahan data, dan informasi tentang ibu/bapak sebagai subjek tidak akan
Infomasi / Bantuan
Bila ada pertanyaan atau ada hal lain yang ingin di sampaikan berkenaan dengan
Yang menyatakan
43
Lampiran 2
PERNYATAAN KESEDIAAN
MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Nama :
Usia :
Alamat :
Bengkulu.
Yang menyatakan
44
Lampiran 3
45
Lampiran 4
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : Hari :
Petunjuk :
Isi dengan berapa kali (√ ) pada kolom di bawah ini menurut kebiasaan makan Anda selama 1 bulan terakhir
46
MASTER TABEL
NO NAMA UMUR JK BB(kg) TB(cm) IMT/U STATUS GIZI SKOR
1 DMW 10 L 37 130 2.78 4
2 LS 7 P 32 125 2.68 4
3 FSH 7 L 26 115 2.8 4
4 MAN 10 L 25.6 132 -1.13 2
5 AMR 10 L 46.4 142 3.14 4
6 TQ 7 P 22.6 121 -0.23 2
7 JR 11 L 25 149 -3.5 1
8 YAK 6 L 16 107 -1.08 2
9 NHM 10 L 28 125 0.71 2
10 AF 9 L 48 144 3.73 4
Keterangan Status gizi IMT/U : Konsumsi Gluten,Kasein
1 : Gizi kurang (underweight) -3 SD sd < -2 SD 0 : jarang = skor ( ≤200)
2 : Gizi baik (normal) -2 SD sd + 1SD 1 : Sering = Skor (>200)
3 : Gizi lebih (overweight) + 1 SD sd + 2 SD
4 : Obesitas (obese) ˃ + 2 SD
47
Lampiran 5
Lampiran 6
n % n % n % n % n % n % n %
A. Sumber gluten
Tepung terigu 0 0% 3 30% 3 30% 3 30% 1 10% 0 0% 10 100%
Mie instant 0 0% 0 0% 3 30% 5 50% 2 20% 0 0% 10 100%
Mie+bakso 0 0% 0 0% 3 30% 5 50% 1 10% 1 10% 10 100%
Mie pangsit 0 0% 0 0% 3 30% 4 40% 1 10% 2 20% 10 100%
Mie ayam 0 0% 0 0% 3 30% 4 40% 1 10% 2 20% 10 100%
Roti tawar 5 50% 1 10% 2 20% 0 0% 1 10% 1 10% 10 100%
Roti isi 2 20% 3 30% 3 30% 1 10% 0 0% 1 10% 10 100%
Biskuit 4 40% 3 30% 2 20% 1 10% 0 0% 0 0% 10 100%
Kacang atom 3 30% 1 10% 2 20% 4 40% 0 0% 0 0% 10 100%
Kacang telur 2 20% 0 0% 2 20% 4 40% 1 10% 1 10% 10 100%
Chiki-chiki 4 40% 3 30% 2 20% 1 10% 0 0% 0 0% 10 100%
Pempek 1 10% 0 0% 0 0% 0 0% 4 40% 5 50% 10 100%
Martabak 0 0% 0 0% 0 0% 2 20% 4 40% 4 40% 10 100%
Molen 1 10% 0 0% 0 0% 0 0% 6 60% 3 30% 10 100%
Pisang goreng 1 10% 0 0% 1 10% 4 40% 4 40% 0 0% 10 100%
Bakso tusuk 1 10% 0 0% 0 0% 1 10% 4 40% 4 40% 10 100%
Siomay 1 10% 0 0% 0 0% 2 20% 4 40% 3 30% 10 100%
Kue tat 1 10% 0 0% 0 0% 0 0% 2 20% 7 70% 10 100%
Pastel/risoles 0 0% 0 0% 2 20% 6 60% 2 20% 0 0% 10 100%
Donat 1 10% 0 0% 3 30% 5 50% 1 10% 0 0% 10 100%
Kue bolu 1 10% 0 0% 0 0% 4 40% 2 20% 3 30% 10 100%
Dadar gulung 0 0% 0 0% 3 30% 3 30% 2 20% 2 20% 10 100%
Fried chicken 5 50% 0 0% 2 20% 3 30% 0 0% 0 0% 10 100%
Tahu goreng 3 30% 0 0% 1 10% 5 50% 0 0% 1 10% 10 100%
Tempe mendoan 1 10% 1 10% 0 0% 4 40% 2 20% 2 20% 10 100%
Kacang pilus 2 20% 2 20% 4 40% 1 10% 0 0% 1 10% 10 100%
B. Sumber Kasein
Susu 5 50% 3 30% 2 20% 0 0% 0 0% 0 0% 10 100%
Yakult 0 0% 1 10% 1 10% 5 50% 1 10% 2 20% 10 100%
Yougurt 0 0% 1 10% 0 0% 2 20% 1 10% 6 60% 10 100%
Keju 0 0% 0 0% 2 20% 1 10% 2 20% 5 50% 10 100%
Es krim 1 10% 0 0% 3 30% 4 40% 2 20% 0 0% 10 100%
Sosis 3 30% 0 0% 0 0% 5 50% 0 0% 2 20% 10 100%
Kornet 0 0% 0 0% 0 0% 1 10% 0 0% 9 90% 10 100%
Sarden 0 0% 0 0% 0 0% 2 20% 2 20% 6 60% 10 100%
Permen susu 1 10% 1 10% 2 20% 3 30% 1 10% 2 20% 10 100%
Biskuit susu 1 10% 2 20% 3 30% 3 30% 1 10% 0 0% 10 100%
Margarin 0 0% 1 10% 0 0% 3 30% 0 0% 6 60% 10 100%
Selai coklat 1 10% 1 10% 2 20% 2 20% 1 10% 3 30% 10 100%
Sereal 1 10% 2 20% 5 50% 0 0% 1 10% 1 10% 10 100%
Puding susu 1 10% 1 10% 0 0% 4 40% 2 20% 2 20% 10 100%
48
DOKUMENTASI KEGIATAN
49
50