SKRIPSI
Oleh :
Dwi Sumiarsih
ST.14014
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah serta
karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Kualitas Hidup
Penderita Thalasemia Beta Mayor di Ruang Cempaka RSUD dr. Soediran
Mangun Soemarso Wonogiri. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.Ns.,M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan Pembimbing Utama yang telah memberikan banyak
masukan, bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Kepala Program Studi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan
banyak masukan dan bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Anis Nurhidayati, SST.,M.Kes., selaku Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan banyak masukan, bimbingan serta arahan dalam penyusunan
skripsi ini.
4. S. Dwi Sulisetyawati, S.Kep.Ns.,M.Kep, selaku Penguji yang telah
memberikan banyak masukan dan bimbingan serta arahan dalam penyusunan
skripsi ini.
5. dr. Setyarini, M.Kes, selaku Direktur RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
6. Seluruh Partisipan yang telah bersedia berpartisipasi mendukung dalam
penelitian ini.
7. Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta yang telah membantu penulis.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
iv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak. Semoga
penelitian ini dapat memberikan manfaat.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xi
ABSTRACT................................................................................................ xiii
2.1.Tinjauan Teori..................................................................... 6
2.2.Keaslian Penelitian.............................................................. 27
vi
2.3.Kerangka Teori.................................................................... 30
3.6.Keabsahan Data................................................................... 38
vii
5.5.Keterbatasan Penelitian....................................................... 72
6.1.Kesimpulan ......................................................................... 73
6.2.Saran.................................................................................... 74
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
Beta Mayor.......................................................................... 52
Beta Mayor.......................................................................... 55
Beta Mayor.......................................................................... 57
Gambar 4.4 Skema Analitik Respon Pasien Thalasemia Beta Mayor Dilihat
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan
Penelitian
xi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
Dwi Sumiarsih
Kualitas Hidup Penderita Thalasemia Beta Mayor di Ruang Cempaka
RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri
Abstrak
Thalassemia menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di dunia
khususnya di negara-negara Mediterania, Malaysia, Thailand, dan Indonesia
(Wahidiyat, 2007). Penderita thalassemia beta mayor dengan kadar hemoglobin
(Hb) <10gr% adalah sebanyak 99,1%. Sampai saat ini transfusi darah masih
merupakan pengobatan utama untuk menanggulangi anemia pada thalassemia beta
mayor (Atyanti Isworo dkk, 2012). Tujuan penelitian untuk mengetahui kualitas
hidup penderita thalasemia beta mayor di Ruang Cempaka RSUD dr. Soediran
Mangun Soemarso Wonogiri.
Rancangan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Teknik
sampling Purposive Sampling. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 5
orang. Subjek yang diamati adalah penderita thalasemia beta mayor di Ruang
Cempaka RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri. Analisa data dalam
penelitian ini menggunakan metode fenomenologis deskriptif dengan metode
Colaizzi.
Respon fisik pasien thalasemia beta mayor terdiri dari tiga tema, yaitu:
respon fisik pasien dalam beraktifitas, respon fisik pasien sebelum transfusi dan
Respon fisik pasien setelah transfusi. Respon psikologis pasien thalasemia beta
mayor terdiri dari dua tema, yaitu: penerimaan diri terhadap kondisinya dan
kegiatan beribadah. Respon sosial pasien thalasemia beta mayor, yaitu: hubungan
sosial terhadap dirinya. Respon dimensi lingkungan pasien thalasemia beta mayor
terdiri dari empat tema, yaitu: hubungan pasien di lingkungan tempat tinggal,
prestasi dan hubungan di lingkungan sekolah, akses pelayanan di Rumah Sakit,
hubungan antara petugas dan sesama penderita thalasemia.
xii
BACHELOR OF NURSING PROGRAM
SCHOOL OF HEALTH SCIENCES OF KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
Dwi Sumiarsih
Abstract
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
seumur hidup akan membawa banyak masalah bagi penderitanya. Mulai dari
kelainan darah berupa anemia kronik akibat proses hemolisis, sampai kelainan
berbagai organ tubuh baik sebagai akibat penyakitnya sendiri ataupun akibat
hemoglobin (Hb) <10gr% adalah sebanyak 99,1%. Sampai saat ini transfusi
Anemia kronik yang dialami oleh anak dengan thalassemia beta mayor
1
2
hati, limpa, ginjal, jantung, tulang dan pankreas (Munthe, 2011). Penderita
stress tambahan dan dampak psikologis pada keluarga dan anak (Ratip S,
kualitas hidup seseorang, pada individu tersebut dapat terlihat gejala sisa
secara fisik, psikologis dan sosial (Loonen HJ, 2001) dalam (Sandra B, 2009).
pada domain pendidikan, karena absen sekolah untuk transfusi, nilai akademik
terhambat karena harus rutin mengunjungi rumah sakit, demikian juga domain
emosi penderita membutuhkan dukungan dari orang tua dan tidak dapat
psikososial dan gangguan fungsi sekolah. Hal ini karena penyakit thalassemia
pengobatan yang diberikan juga dapat menimbulkan rasa sakit serta pikiran
3
anak tentang masa depan yang tidak jelas. Semua kondisi ini memiliki
dengan Juli 2015 tercatat penderita thalasemia beta mayor sebanyak 27 pasien
dengan usia antara 1 s/d 16 tahun, secara umum dilihat dari kondisi fisik
sering merasa minder, kurang percaya diri, merasa berbeda dengan teman
mayor saat ini yang makin optimal mengakibatkan kualitas hidup penderitanya
yang tadinya hanya mencapai usia 10 tahun, dalam kurun waktu 50 tahun
terakhir ini sudah mencapai usia 30-40 tahun (Giardina, 1992) dalam (Debby
hidup pada anak thalassemia beta mayor sejauh ini belum dilaporkan di
Indonesia.
hidup pada penderita thalassemia beta mayor, maka judul penelitian ini adalah
4
hidup penderita thalasemia beta mayor di Ruang Cempaka RSUD dr. Soediran
pasien thalasemia.
kompleks.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1
Hubungan faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Outcome
Pasien dalam Model Konsep Health-Related
Quality of Life
(Wilson dan Cleary dalam Sandra B, 2009)
6
7
tahun 1991. Instrumen ini terdiri dari 26 item pertanyaan yang terdiri
individu.
aktivitas sehari-hari.
2. Dimensi psikologis
oleh individu.
memandang dirinya.
orang lain.
individu.
dirinya.
9
sehari-hari.
dipersepsikan oleh pasien atau orang lain di sekitar pasien (orang tua
hidup anak secara umum dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain
(Sandra B, 2009):
perlindungan anak
11
sebaya).
diri anak sendiri, yaitu genetik, umur, kelamin, ras, gizi, hormonal,
agama.
pada berbagai bidang penting kualitas hidup anak yang terdiri dari 6
internal yang baik, dengan koefisien alfa secara umum berkisar antara
memberi nilai 0-4 pada setiap jawaban pertanyaan dan secara mudah
kuesioner dapat diwakili orang tua pada anak usia 2-18 tahun dan
pengisian sendiri pada anak umur 5-18 tahun, pengisian sendiri oleh
anak umur 5-7 tahun dibantu oleh interviewer, pertanyaan pada kedua
bentuk ini prinsipnya sama, berbeda hanya pada bentuk kalimat tanya
untuk orang pertama atau ketiga. Instrumen telah diuji dalam bahasa
Inggris, Spanyol dan Jerman, dan saat ini telah diadaptasi secara
(2002) nilai total kualitas hidup anak sehat secara umum adalah 81,38
15,9. Anak dengan nilai total Peds QL dibawah standar deviasi (SD)
medis jika perlu, kelompok beresiko dengan nilai total Peds QL <-
1. Definisi
dari kedua orang tua tersebut diperkirakan akan lahir 25% lahir
2. Patofisiologi
dari dua rantai polipeptida alpa dan dua rantai polipeptida beta.
3. Klasifikasi
gejala.
yang immatur.
16
Gambar 2.2
Pemeriksaan Darah Tepi pada Thalasemia Minor
(Yaish, 2010)
Gambar 2.3
Pemeriksaan Darah Tepi pada Thalasemia Mayor
(Yaish, 2010)
a. Pemeriksaan fisik:
Mandleco, 2007).
17
b. Pemeriksaan diagnostik
thalasemia.
2005).
18
b. Komplikasi endokrin
3(IGFBP-3).
c. Komplikasi metabolik
d. Komplikasi hepar
e. Komplikasi Neurologi
konduksi saraf.
tinggi pada domain fungsi sosial dengan nilai paling tinggi yaitu
sekitarnya.
a. Transfusi darah
b. Splenectomy
ruptur.
c. Kelasi besi
yang sehat dan cerdas serta tidak mengalami kondisi kronis yang
mayor dengan menekankan aspek dan dimensi pada kualitas hidup penderita
Soemarso Wonogiri.
Tabel 2.1
Keaslian Penelitian
Nama Judul Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian Penelitian Sekarang
Dini Analisis Faktor Penelitian Hasil penelitian Judul: Kualitas
Mariani yang menggunakan menunjukkan hidup penderita
(2011) Mempengaruhi rancangan terdapat thalasemia beta
Kualitas Hidup cross sectional
hubungan yang mayor di Ruang
Anak signifikan antara Cempaka RSUD
Thalasemia Beta kualitas hidup dr. Soediran
Mayor di RSU dengan kadar Hb Mangun Soemarso
Kota pretransfusi (p Wonogiri.
Tasikmalaya Value 0,003),
dan Ciamis. dengan dukungan Metode:
keluarga (p Value Kualitatif dengan
0,003) dan pendekatan
dengan fenomenologis.
penghasilan (p
Value 0,046).
Hasil multivariat
didapatkan
bahwa kadar Hb
pretransfusi
merupakan faktor
yang paling
mempengaruhi.
Sandra Faktor-Faktor Desain belah Dari 55 anak Judul: Kualitas
Bulan yang lintang. thalassemia beta hidup penderita
(2009) Berhubungan Analisis mayor, 5-14 thalasemia beta
Dengan Kualitas statistik tahun, rerata umur mayor di Ruang
Hidup Anak menggunakan 9,83,40 tahun. Cempaka RSUD
Thalassemia Pearson Pengukuran dr. Soediran
Beta Mayor. correlation, kualitas hidup Mangun Soemarso
Spearman dan didapatkan rerata Wonogiri.
Multiple kualitas hidup
Linier 65,8(13,6). Metode:
28
Gangguan Sintesis
Hemoglobin
Eritrosit Pecah
Thalassemia
Alfa
Mayor, Minor,
Thalassemia
Intermedia
Thalassemia
Beta
Komplikasi
: Tidak diteliti
thalasemia beta mayor secara fisik, psikologis, sosial dan lingkungan di Ruang
Dimensi Fisik
Dimensi Lingkungan
BAB III
METODE PENELITIAN
seseorang dengan cara menguraikan arti dan makna hidup serta pengalaman
penelitian yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau
dapat memahami tentang bagaimana dan makna apa yang mereka bentuk dari
2006).
32
33
kepada pasien untuk mengungkapkan hal-hal yang selama ini terjadi dalam
Anggraeni, 2010).
Desember 2015.
34
3.3.1 Populasi
situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place),
sinergis. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat
(Sugiyono, 2015).
15 pasien.
3.3.2 Sampel
orang.
penelitian.
sesuai dengan kriteria yang telah dibuat. Dimana hal ini sesuai
bertahap.
yang telah ditemukan melalui proses observasi dan wawancara. Peneliti akan
terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and
(Sugiyono, 2015).
setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan
mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi (Sugiyono, 2015).
37
verifikasi.
subyek penelitian.
kemudian hasilnya di cross check antara jawaban yang satu dengan yang
lain. Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap orang tua dan
39
keluarga dekat partisipan. Dari hasil jawaban dari beberapa pihak tersebut
pengalaman dirinya sendiri. Dalam hal ini peneliti akan memberikan data
hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Bagi
situasi sosial lain. Digunakannya uji ini karena dapat diterapkan pada
subyek yang lain yang mempunyai karakteristik yang sama dengan subyek
pembaca menjadi lebih jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat
penelitian yang telah disajikan dalam hasil analisis tematik untuk dibaca
3. Pengujian Obyektivitas
proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
tetapi hasilnya ada. Uji ini dimaksudkan agar pola-pola pertanyaan yang
lebih lanjut.
penelitian.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Ruang Cempaka RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri terhadap pasien
purposive sampling dengan jumlah partisipan adalah 5 orang. Dalam bab ini akan
pasien penderita thalasemia beta mayor di Ruang Cempaka RSUD dr. Soediran
mengenai kualitas hidup penderita thalasemia beta mayor dilihat dari dimensi
dimensi lingkungan.
42
43
Ahmad Yani No. 40A Wonogiri dengan luas 45,330 m2. Berdiri pada tahun
1956 dengan rumah sakit tipe D. Pada tahun 1996 statusnya berubah menjadi
rumah sakit tipe B Non Pendidikan atas dasar Keputusan Menteri Kesehatan
masyarakat; 3). Memberikan pelayanan yang bermutu, efisien, efektif, adil dan
secara rasional dan proporsional dalam rangka efektifitas dan efisiensi dengan
Wonogiri yaitu pelayanan pasien rawat jalan dan perawatan rawat inap.
Jumlah tempat tidur yang ada di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab.
Wonogiri terdiri dari 200 tempat tidur yang terdistribusi dalam 14 ruang
perawatan rawat inap yaitu Melati, ruang Perinatal, Cempaka, Dahlia, Wijaya
Kenanga dan Anyelir. Ruang Kenanga merupakan ruang kelas II dan kelas III
terdiri dari 24 tempat tidur dan Ruang Anyelir merupakan ruang kelas I ada 4
44
tempat tidur, intermediate 3 tempat tidur dan ruang kelas III ada 20 tempat
terdiri dari Dokter Umum, Dokter Gigi, Dokter Spesialis Anak, Dokter
Spesialis THT, Dokter Spesialis Mata, Dokter Spesialis Paru, Dokter Spesialis
dan sosial.
bahasa Jawa.
46
Jawa.
a. Kehilangan energi
Tiduran (P3)
Istirahat (P4)
Capek (P5)
beraktifitas)
dengan kebutuhan
d. Aktivitas sehari-hari
beraktivitas sehari-hari.
52
a. Capek
b. Seseg Kehilangan Energi
c. Lelah
Gambar 4.1 Skema Analitik Respon Fisik Pasien Thalasemia Beta Mayor
a. Perasaan positif
b. Perasaan negatif
2. Kegiatan ibadah
ungkapan partisipan:
prestasi anak.
4. Spiritual
Mayor
a. Bisa menerima diri
b. Masih bisa diberi Perasaan Positif
pikiran sehat
c. Ikhlas
Penerimaan Diri
Terhadap
Kondisinya
a. Malu karena perut
agak gendut Perasaan Negatif Respon Psikologis Pasien
b. Merasa beda Thalasemia Beta Mayor
dengan temannya
Kegiatan
Beribadah
a. Rajin beribadah
b. Kurang rajin
beribadah Aktifitas Beribadah
c. Rajin mengaji
d. Sholat bolong-
bolong
Gambar 4.2 Skema Analitik Respon Psikologis Pasien Thalasemia Beta Mayor
56
Bisa
Yaanu itu biar cepat sembuh
Ya teman
Iyasabar, begitu (P1)
Biasa, baik
Bapak, bapak sama ibu (P2)
Baik
Keluargateman (P3)
Ya biasa
Memberi supportnggak apa-apa,
besok bisa sembuh, mendoakan
Kadang-kadang dari temennya,
keluarga dengan tetanggatidak apa-apa lho nak
besok sembuh begitu (P4)
Baik
keluarga, teman-teman (P5)
(bergaul)
a. Bisa bergaul
dengan lingkungan
b. Dukungan orang Hubungan Sosial
Dukungan Respon Sosial Pasien
tua Terhadap Dirinya
Lingkungan Thalasemia Beta Mayor
c. Dukungan
keluarga
d. Biasa
Gambar 4.3 Skema Analitik Respon Sosial Pasien Thalasemia Beta Mayor
Lingkungan
partisipan:
58
Yasenang (P1)
Enak (P2)
Baik (P3)
Biasakalau di rumah ya biasa (P4)
Sering (P5)
b. Prestasi sekolah
Baik (P3)
Sangat dekat, dengan suster
dengan teman-teman (P4)
Baik (P5)
berobat)
Biasa (P1)
Baik (P2)
Baik, tepat sesuai yang saya butuhkan (P3)
Sangat membutuhkan sekali (P4)
Baik (P5)
mayor
partisipan:
saja.
3. Prestasi di sekolah
sendiri.
62
a. Baik
Hubungan Dengan
b. Memberi support
Guru dan Teman di
Sekolah Prestasi dan
a. Lumayan Hubungan di
b. Biasa Lingkungan Sekolah
c. Baik Prestasi Sekolah
d. Menurun
e. Tidak belajar Respon Pasien
f. Ada yang nilai nol Thalasemia Beta Mayor
Dilihat Dari Dimensi
a. Biasa Pelayanan Lingkungan
b. Baik di Rumah Sakit
c. Pelayanan bagus
Akses Pelayanan
di Rumah Sakit
a. Tepat sesuai yang
dibutuhkan Kebutuhan Pasien
b. Sangat Untuk Berobat
membutuhkan
a. Senang
b. Bersama-sama
tidak sendiri Hubungan Antara
Suasana Sewaktu
c. Banyak temannya Petugas & Sesama
Transfusi di
d. Seperti keluarga Penderita
Rumah Sakit
sendiri Thalasemia
e. Sangat dekat
Gambar 4.4 Skema Analitik Respon Pasien Thalasemia Beta Mayor Dilihat Dari
Dimensi Lingkungan
63
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Kualitas Hidup Penderita Thalasemia Beta Mayor Dilihat Dari Dimensi
Kesehatan Fisik
5.1.1. Rasa sakit fisik yang mencegah dalam beraktivitas sesuai dengan
kebutuhan
terlihat gejala sisa secara fisik, psikologis dan sosial (Loonen HJ,
63
64
merasa cepat lemas, tidak enak badan dan gemetar. Berbeda dengan
antara 8g/dl sampai 9,5 dimana keadaan ini akan memberikan supresi
dua sampai tiga minggu sekali tergantung dari kondisi anak (Potts &
Mandleco, 2007).
trauma.
2014 kepada lima orang tua anak dengan thalasemia diketahui bahwa
sekitarnya.
66
5.2. Kualitas Hidup Penderita Thalasemia Beta Mayor Dilihat Dari Dimensi
Kesehatan Psikologis
positif mengenai kondisi saat ini cenderung biasa saja, bahkan pihak
negatif mengenai kondisi saat ini cenderung biasa saja, akan tetapi
5.2.3. Cara berpikir terhadap gangguan dan perubahan kondisi saat ini
5.2.4. Spiritual
tubuh merasa biasa saja, tidak ada rasa minder. Namun sebagian
5.3. Kualitas Hidup Penderita Thalasemia Beta Mayor Dilihat Dari Dimensi
Hubungan Sosial
yang tinggi pada domain fungsi sosial dengan nilai paling tinggi
5.4. Kualitas Hidup Penderita Thalasemia Beta Mayor Dilihat Dari Dimensi
Lingkungan
tua partisipan tidak membatasi bermain, namun tetap saja harus terus
keluarga sendiri.
masuk sekolah dan sakit sehingga anak lebih sering menyendiri dari
5.5.2. Situasi dan kondisi pada saat wawancara kurang mendukung diantara
partisipan.
5.5.3. Pada penelitian ini belum mampu mengungkap secara dalam dari
BAB VI
Berdasarkan hasil dan tujuan khusus dalam penelitian ini, maka dapat
dengan penelitian ini. Adapun kesimpulan dan saran penelitian ini adalah sebagai
berikut:
6.1.Kesimpulan
6.1.1. Kualitas hidup penderita thalasemia beta mayor dilihat dari dimensi
6.1.2. Kualitas hidup penderita thalasemia beta mayor dilihat dari dimensi
6.1.3. Kualitas hidup penderita thalasemia beta mayor dilihat dari dimensi
73
74
6.1.4. Kualitas hidup penderita thalasemia beta mayor dilihat dari dimensi
normal lainnya.
6.2.Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abetz L, Baladi JF, Jones P, Rofail D. 2006. The impact of iron overload and its
treatment on quality of life: result from a literature review. Health and
Quality of life outcomes 4:73.
Atyanti I, dkk. 2012. Kadar Hemoglobin, Status Gizi, Pola Konsumsi Makanan
dan Kualitas Hidup Pasien Thalassemia. Jurnal Keperawatan Soedirman
(The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.3, November 2012.
Azarkeivan, A., et al. 2009. Associates of physical and mental health related
quality of life in beta thalasemia major/intermedia. journals. JMRS, 14(5):
349-355.
Clarke, S.A. et al. 2009. Health-related quality of life and financial impact of
caring for a child with thalassaemia major in the UK. Journal compilation,
43(9): 118-122.
Ilmi, S dkk. 2014. Hubungan Jenis Kelamin dan Domisili Dengan Pertumbuhan
Pada Anak Dengan Thalasemia. Program Studi Ilmu Keperawatan.
Universitas Riau.
76
77
Sutopo, HB. 2006. Metodologi Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian.
Universitas Negeri Sebelas Maret: Surakarta
Thavorncharoensap, M., et al. 2010. Factors affecting health related quality of life
in thalassaemia.thai children with thalasemia. Journal BMC Disord, 10(1):
1-10.
Wong, L Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol 1 Edisi 6. EGC:
Jakarta.