Disusun Oleh :
Dita Rosita
G3A018085
A. Definisi
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan
dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk
from within (dari dalam), atau from without (dari luar).
Fraktur Compound (terbuka) adalah fraktur yang menyebabkan
robeknya kulit (Corwin,2012).
Fraktur terbuka karena itegritas kulit robek atau terbuka dan ujung
tulang menonjol sampai menembus kulit ( Reeves,2012).
B. Etiologi
Penyebab fraktur adalah: trauma, karena kecelakaan dari
kendaraan, jatuh, olahraga dan sekunder dari penyakit; osteogenis
imperfekta dan kanker (Suriadi, 2012). Pada orang tua, perempuan lebih
sering mengalami fraktur daripada laki-laki yang berhubungan dengan
meningkatnya insiden osteoporosis yang terkait dengan perubahan
hormone pada menopause (Reeves, 2012)
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah Nyeri(pain), hilangnya nyeri
(Fungsiolesa), deformitas, pemendekan ekstermitas, kripitasi,
pembengkakan local, dan perubahan warna (Smeltzer,2012)
Gejala umum fraktur adalah rasa sakit, pembengkakan dan
kelainan bentuk ( Reeves,2012).
D. Patofisiologi
Fraktur dapat terjadi akibat trauma langsung dan tak langsung serta
kondisi patologis, setelah terjadi fraktur dapat mengakibatkan
diskontinuitas tulang dan pergeseran fragmen tulang. Pergeseran fragmen
tulang otomatis menimbulkan adanya nyeri. Diskontinuitas tulang dapat
berakibat perubahan jaringan sekitar lalu terjadi pergeseran fragmen tulang
kemudian terjadi deformitas dan gangguan fungsi yang berujung gangguan
imobilitas fisik. Perubahan jaringan sekitar juga dapat menyebabkan
laserasi kulit dimana terjadi kerusakan integritas kulit jika sampai
menyebabkan putus vena/arteri akan terjadi perdarahan lalu kehilangan
volume cairan yang berujung syok hipovolemik. Selain laserasi kulit juga
berakibat ke spasme otot yang meningkatkan tekanan kapiler terjadi
pelepasan histamin, protein plasma hilang maka terjadi edema yang
menyebabkan penekanan pembuluh darah dan dapat terjadi penurunan
perfusi jaringan. Diskotinuitas akibat terjadinya fraktur dapat
mengakibatkan terjadi kerusakan fragmen tulang yang selanjutnya dapat
mengakibatkan tekanan sesama tulang lebih tinggi daripada kapiler
kemudian terjadi reaksi stres pasien dimana terjadi pelepasan katekolamin
yang memobilisasi asam lemak bergabung dengan trombosit maka
terjadilah emboli yang akan menyumbat pembuluh darah.
E. Pathways
F. Klasifikasi Fraktur Terbuka
Pada fraktur terbuka terdapat klasifikasi berdasarkan derajat luka antara
lain :
Derajat I:
- Luka < 1 cm
- Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk
- Fraktur sederhana, tranversal, atau kominutif ringan
- Kontaminasi minimal
Derajat II :
- Luka > 1 cm
- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulsi
- Fraktur kominutif sedang
- Kontaminasi sedang
Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot,
dan neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III
terbagi atas :
- Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun
terdapat laserasi luas/flap/avulsi atau fraktur segmental/sangat
kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat
ukuran luka
- Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar
kontaminasi massif
- Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa
melihat kerusakan jaringan lunak.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doenges (2012), pemeriksaan diagnostik untuk fraktur terbuka,
yaitu:
1. Pemeriksaan rontgen: menetukan lokasi/luasnya fraktur trauma
2. Scan tulang, tomogram, CT Scan/MRI :memperlihatkan fraktur juga
dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak
3. Arteriogram: dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
4. Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun, pendarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ respon
stress normal setelah trauma
5. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk kliners
ginjal
6. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah
transfuse multiple, atau cedera hati.
H. Penatalaksanaan Medis
Menurut mansjoer (2012), fraktur biasanya menyertai trauma. Itu
sangat penting untuk melakukan pemeriksaan terhadap jalan nafas
(airway), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation) apakah
terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu
terjadinya kecelakaan penting dinyatakan untuk mengetahui berapa lama
sampai di RS, meningkat golden, period 1-6 jam, bila lebih dari 6 jam,
komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik secara cepat, singkat dan lengkap, kemudian lakukan foto radiologi.
Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah
terjadinya kerusakan yang lebih pada jaringan lunak selain memudahkan
proses pembuatan foto.
Tindakan pada foto fraktur terbuka harus dilakukan secepat
mungkin, penundaan waktu dapat mengakibatkan komplikasi infeksi,
waktu yang optimal untuk bertindak sebelum 6-7 jam (golden period).
Berikan antibiotic untuk kuman gram positif dan negative dengan dosis
tinggi. Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari dasar luka
fraktur terbuka. Teknik debrimen adalah sebagai berikut:
1. Lakukan narcosis umum atau anastesi lokal bila luka ringan atau kecil.
2. Bila luka cukup luas, pasang dulu torniket (pompa atau esmard)
3. Cuci seluruh esktremitas selama 5-10 menit, kemudian lakukan
pencukuran, lalu diirigasi dengan cairan NaCl steril atau air matang 5-
10 menit sampai bersih.
4. Lakukan tidakan desinfeksi dan pemasangan dulu.
Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,
cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Pertahankan imobilasasi bagian Mengurangi nyeri dan mencegah
yang sakit dengan tirah baring, malformasi.
gips, bebat dan atau traksi
2. Tinggikan posisi ekstremitas Meningkatkan aliran balik vena,
yang terkena. mengurangi edema/nyeri.
3. Lakukan dan awasi latihan gerak Mempertahankan kekuatan otot dan
pasif/aktif. meningkatkan sirkulasi vaskuler.
4. Lakukan tindakan untuk Meningkatkan sirkulasi umum,
meningkatkan kenyamanan menurunakan area tekanan lokal dan
(masase, perubahan posisi) kelelahan otot.
5. Ajarkan penggunaan teknik Mengalihkan perhatian terhadap
manajemen nyeri (latihan napas nyeri, meningkatkan kontrol terhadap
dalam, imajinasi visual, aktivitas nyeri yang mungkin berlangsung
dipersional) lama
6. Lakukan kompres dingin selama Menurunkan edema dan mengurangi
fase akut (24-48 jam pertama) rasa nyeri.
sesuai keperluan.
7. Kolaborasi pemberian analgetik Menurunkan nyeri melalui
sesuai indikasi. mekanisme penghambatan rangsang
nyeri baik secara sentral maupun
perifer.
8. Evaluasi keluhan nyeri (skala, Menilai erkembangan masalah klien.
petunjuk verbal dan non verval,
perubahan tanda-tanda vital)