Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KonsepTeori Terkait

1. Konsep Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS)

a. Pengertian PROLANIS

Pengelolaan Penyakit Kronis yang disebut PROLANIS adalah

suatu sistem yang memadukan antara penatalaksanaan pelayanan

kesehatan dan komunikasi bagi sekelompok peserta dengan kondisi

penyakit tertentu melalui upaya penanganan penyakit secara mandiri

(Meiriana, dkk, 2019 ).

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) merupakan

program kesehatan yang bertujuan mencegah komplikasi penyakit

kronis terutama penyakit Hipertensi dan Diabetes Mellitus Tipe 2.

Program ini di inisiasi oleh BPJS Kesehatan dengan melihat kondisi

perkembangan penyakit tidak menular yang semakin meningkat dari

tahun ke tahun (Latifah & Maryati, 2018)

PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan

pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang

melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam

rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang

menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal

9
10

dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS,

2014).

Pemerintah melalui BPJS Kesehatan bekerja sama dengan pihak

pelayanan fasilitas kesehatan merancang suatu program yang

terintegrasi dan melayani pasien PROLANIS dengan baik. Pemahaman

petugas dan pasien tentang PROLANIS dan pelaksanaan PROLANIS,

kesiapan puskesmas, kebijakan Pemda maupun pusat (Meiriana, 2019)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, disimpulkan bahwa

PROLANIS adalah suatu program pencegahan komplikasi terhadap

penyakit kronis seperti Diabetes Melitus dan Hipertensi yang di inisiasi

oleh BPJS dengan melibatkan peserta dan fasilitas pelayanan kesehatan

dalam hal ini Puskesmas.

b. Tujuan dan Sasaran dari PROLANIS

Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai

kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang

berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada

pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi

sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya

komplikasi penyakit. Sedangkan Seluruh Peserta BPJS Kesehatan

penyandang penyakit kronis seperti Diabetes Melitus Tipe 2 dan

Hipertensi (BPJS, 2014).


11

c. Aktivitas PROLANIS

Aktifitas dalam PROLANIS meliputi aktifitas konsultasi medis/edukasi,

home visit, reminder, aktifitas klub dan pemantauan status kesehatan

1) Konsultasi Medis Peserta PROLANIS : jadwal konsultasi

disepakati bersama antara peserta dengan Faskes Pengelola

2) Edukasi Kelompok Peserta PROLANIS. Definisi : Edukasi Klub

Risti (Klub PROLANIS) adalah kegiatan untuk meningkatkan

pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan

mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status

kesehatan bagi peserta PROLANIS. Sasaran : Terbentuknya

kelompok peserta (Klub) PROLANIS minimal 1 Faskes Pengelola

1 Klub. Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan

Peserta dan kebutuhan edukasi. Langkah - langkah:

a) Mendorong Faskes Pengelola melakukan identifikasi peserta

terdaftar sesuai tingkat severitas penyakit DM Tipe 2 dan

Hipertensi yang disandang.

b) Memfasilitasi koordinasi antara Faskes Pengelola dengan

Organisasi Profesi/Dokter Spesialis diwilayahnya.

c) Memfasilitasi penyusunan kepengurusan dalam Klub

d) Memfasilitasi penyusunan kriteria Duta PROLANIS yang

berasal dari peserta. Duta PROLANIS bertindak sebagai

motivator dalam kelompok PROLANIS (membantu Faskes

Pengelola melakukan proses edukasi bagi anggota Klub)


12

e) Memfasilitasi penyusunan jadwal dan rencana aktifitas Klub

minimal 3 bulan pertama

f) Melakukan Monitoring aktifitas edukasi pada masing-masing

fasilitas kesehatan pengelola: 1) menerima laporan aktifitas

edukasi dari fasilitas kesehatan pengelola. 2) menganalisis data

g) Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS

h) Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat

dengan tembusan kepada Organisasi Profesi terkait

diwilayahnya

3) Reminder melalui SMS Gateway.

Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk

melakukan kunjungan rutin kepada fasilitas kesehatan pengelola

melalui pengingatan jadwal konsultasi ke fasilitas kesehatan

pengelola tersebut. Sasaran : tersampaikannya reminder jadwal

konsultasi peserta ke masing-masing fasilitas kesehatan pengelola.

Langkah – langkah:

a) Melakukan rekapitulasi nomor Handphone peserta

PROLANIS/Keluarga peserta per masing-masing Faskes

Pengelola

b) Entri data nomor handphone kedalam aplikasi SMS Gateway

c) Melakukan rekapitulasi data kunjungan per peserta per Faskes

Pengelola
13

d) Entri data jadwal kunjungan per peserta per fasilitas kesehatan

pengelola

e) Melakukan monitoring aktifitas reminder (melakukan

rekapitulasi jumlah peserta yang telah mendapat reminder)

f) Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang

mendapat reminder dengan jumlah kunjungan

g) Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor

Pusat.

4) Home Visit.

Home Visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah Peserta

PROLANIS untuk pemberian informasi/edukasi kesehatan diri dan

lingkungan bagi peserta PROLANIS dan keluarga Sasaran: Peserta

PROLANIS dengan kriteria : a) peserta baru terdaftar, b) peserta tidak

hadir terapi di Dokter Praktek Perorangan/Klinik/Puskesmas 3 bulan

berturut-turut, c) peserta dengan GDP/GDPP di bawah standar 3 bulan

berturut-turut (PPDM), d) peserta dengan tekanan darah tidak

terkontrol 3 bulan berturut-turut (PPHT) dan e) peserta pasca opname.

Langkah - langkah:

a) Melakukan identifikasi sasaran peserta yang perlu dilakukan

Home Visit

b) Memfasilitasi Faskes Pengelola untuk menetapkan waktu

kunjungan
14

c) Bila diperlukan, dilakukan pendampingan pelaksanaan Home

Visit

d) Melakukan administrasi Home Visit kepada Faskes Pengelola

dengan berkas sebagai berikut: 1) formulir home visit yang

mendapat tanda tangan peserta/keluarga peserta yang dikunjungi

2) lembar tindak lanjut dari home visit/lembar anjuran fasilitas

kesehatan pengelola

e) Melakukan monitoring aktifitas home visit (melakukan

rekapitulasi jumlah peserta yang telah mendapat home visit)

f) Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang

mendapat home visit dengan jumlah peningkatan angka

kunjungan dan status kesehatan peserta

g) Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat

(BPJS, 2014)

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan PROLANIS

Menurut Meiriana dkk (2019), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan PROLANIS, diantaranya:

1) Fasilitas Puskesmas

Fasilitas Puskesmas adalah sarana dan prasarana yang digunakan

untuk pelayanan PROLANIS. Fasilitas Puskesmas mengacu pada

penjelasan apakah sarana prasarana pendukung atau penunjang dalam

kegiatan PROLANIS telah terpenuhi dalam hal ini SDM, alkes dan

penunjang, serta hambatan sarana prasarana (puskesmas dan pasien).


15

Fasilitas untuk pelaksanaan PROLANIS yang meliputi SDM dan alat

kesehatan serta peralatan penunjang puskesmas sudah mencukupi

yakni dengan menggunakan sarana-prasarana yang tersedia di

puskesmas. Sarana–prasarana mencukupi hanya masalah internal yaitu

pada penyediaan obat dan petugas entri data. Hambatan eksternal pada

pencairan dana BPJS serta sistem antri yang lama.

2) Komitmen Petugas

Komitmen petugas adalah rasa tanggung jawab petugas

terhadap kegiatan PROLANIS. Komitmen petugas mengacu kepada

penjelasan bagaimana gambaran pelaksanaan program PROLANIS

dalam berkomitmen memberikan pelayanan kepada peserta

PROLANIS dengan melihat tingkat pengetahuan dan keterampilan

petugas, pelatihan dan SDM PROLANIS, bentuk komitmen petugas

dan Puskesmas, komitmen pasien PROLANIS, inovasi, motivasi dan

pemantauan.

Petugas kesehatan yang melaksanakan kegiatan PROLANIS

meningkatkan perannya sebagai edukator yaitu dengan memberikan

edukasi tentang penyakit Diabetes Militus Tipe 2 dan Hipertensi dan

menekankan pentingnya ikut kegiatan PROLANIS. selain

memberikan edukasi kepada penderita, edukasi sebaiknya dilakukan

kepada keluarga penderita agar keluarga tidak salah dalam

memberikan dukungannya. Hasil penelitian Harniati (2017),

menunjukkan bahwa ada hubungan kualitas interaksi dengan


16

ketidakpatuhan mengikuti kegiatan PROLANIS.Hal ini disebabkan

petugas kesehatan tidak memberikan informasi tentang PROLANIS.

3) Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan faktor penting dalam

keberhasilan tata kelola penyakit diabetes.Terdapat empat macam

dukungan yang dapat dilakukan oleh keluarga yaitu: dukungan

melakukan penilaian (misal menilai pilihan dan porsi makan serta

kadar gula darah), dukungan informasi, dukungan instrumental (misal

menyiapkan makanan) serta dukungan emosional. Edukasi kesehatan

yang berjalan pada PROLANIS adalah edukasi pada pasien secara

berkelompok (Indriani, dkk, 2015)

Hasil penelitian Harniati (2017), menunjukkan ada hubungan

dukungan keluarga dengan ketidakpatuhan mengikuti kegiatan

PROLANIS, karena responden kurang mendapatkan dorongan

moril/bantuan untuk mengikuti kegiatan PROLANIS dari keluarga

dengan nilai p-value< α (0,0001 < 0,05). Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian Tawakal dan Nadjib (2015) ada hubungan

pengetahuan penderita dan dukungan keluarga terhadap pemanfaatan

program PROLANIS

4) Kepatuhan Pasien

Kepatuhan pasien adalah umpan balik yang diberikan oleh

peserta PROLANIS terhadap pelayanan yang diterimanya. Kepatuhan

pasien mengacu kepada penjelasan bagaimana kepatuhan dari pasien


17

PROLANIS dalam kegiatan PROLANIS, minat dan antusias mereka

mengikuti kegiatan PROLANIS. Kepatuhan pasien dalam cek

kesehatan sudah cukup rutin yaitu 50-60 persen. Peserta PROLANIS

cukup antusias dengan mengikuti kegiatan PROLANIS, dengan

menyediakan pemeriksaan dengan kerjasama apotek luar. Pasien

cukup antusias untuk mengikuti kegiatan PROLANIS. Antusias

mereka dalam mengikuti kegiatan terlihat juga untuk menjaga agar

tetap sehat dan mendapatkan pengetahuan dari kegiatan PROLANIS

yang dilaksanakan.

Hasil penelitian Harniati (2017), menunjukkan bahwa ada

hubungan sikap dengan ketidakpatuhan mengikuti kegiatan

PROLANIS, karena responden beranggapan bahwa kegiatan

PROLANIS tidak bermanfaat untuk kesehatan mereka.

5) Pengetahuan pasien

Pengetahuan pasien adalah umpan balik yang diberikan oleh

peserta PROLANIS terhadap pelayanan yang diterimanya.

Pengetahuan pasien mengacu kepada apakah pasien yang mengikuti

program PROLANIS dengan baik dengan memperoleh pengetahuan,

manfaat, pemahaman peserta PROLANIS, pelaksanaan PROLANIS di

Puskesmas, saran dan masukan kegiatan PROLANIS. Pelaksanaan

PROLANIS sudah cukup bagus dengan mendapatkan pengetahuan

dan pemahaman peserta yang aktif datang sudah mendapat

penyuluhan kesehatan. Manfaat PROLANIS bagi pasien dengan check


18

up rutin, dapat memperoleh obat tiap bulan. Saran dan masukan dari

pasien untuk mengadakan senam, mengadakan pemeriksaan cek lab

lengkap yang tidak rutin, menambah jumlah anggota PROLANIS.

pengetahuan, pemahaman dan manfaat program PROLANIS pada

pasien sudah cukup baik terlihat semakin bertambahnya peserta

PROLANIS dan rajin mengikuti kegiatan penyuluhan setiap bulan.

Hasil penelitian Harniati (2017), menunjukkan bahwa ada

hubungan pemahaman tentang instruksi dengan ketidakpatuhan

mengikuti kegiatan PROLANIS di Puskesmas Rangas. Hal ini

disebabkan petugas kesehatan tidak menjelaskan secara mendetail

tentang bentuk dan manfaat dari PROLANIS dengan nilai p-value< α

(0,0001 < 0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

Tawakal dan Nadjib (2015), ada hubungan pengetahuan penderita dan

dukungan keluarga terhadap pemanfaatan program PROLANIS

e. Hambatan pelaksanaan PROLANIS

Menurut Meiriana dkk, (2019), ada beberapa hambatan

pelaksanaan PROLANIS yaitu:

Cakupan pada fasilitas puskesmas dalam implementasi program

PROLANIS dengan tersedianya tim PROLANIS dan sarana prasarana

yang digunakan apa yang ada di puskesmas. Hambatannya pada stock obat

yang sering habis dan petugas entri data. Cakupan pada komitmen petugas

dalam implementasi program PROLANIS hal ini dibuktikan dengan

tingkat pengetahuan dan keterampilan petugas yang cukup baik. Adanya


19

SK penanggung jawab program PROLANIS, melaksanakan kegiatan

PROLANIS, serta pemantauan pada peserta PROLANIS untuk mengikuti

program PROLANIS di Puskesmas. Hambatannya masih belum ada

pelatihan untuk petugas PROLANIS secara khusus.

Cakupan kepatuhan pasien dan pengetahuan pasien pada

implementasi program PROLANIS hal ini dibuktikan dengan pada

kepatuhan pasien dengan kunjungan ulang pasien PROLANIS dan rutin

kontrol kesehatan. Untuk pengetahuan pasien di buktikan dengan rutin

mengikuti kegiatan penyuluhan di Puskesmas untuk menambah

pengetahuan peserta. Hambatannya pada kepatuhan pasien masih kurang

nya kesadaran dari peserta PROLANIS untuk mengikuti kegiatan

PROLANIS dan untuk pengetahuan pasien masih banyaknya pasien yang

yang tidak paham dan mengerti apa itu PROLANIS dan kegiatannya apa

saja.

Jumlah (frekuensi) adalah seberapa sering komponen-komponen

dalam kegiatan PROLANIS yang telah ditetapkan/direncanakan

dilaksanakan oleh pelaksana dan pemanfaat program. Dalam kegiatan

PROLANIS komponen yang diteliti yaitu prosedur pelayanan, fasilitas

puskesmas, komitmen petugas, kepatuhan pasien, dan pengetahuan pasien

semuanya sering dilakukan, hal ini di buktikan dari kegiatan PROLANIS

yang terus berjalan. Namun pada fasilitas tidak ada penambahan fasilitas.

Waktu (durasi) adalah seberapa lama komponenkomponen dalam

kegiatan PROLANIS yang telah ditetapkan/direncanakan dilaksanakan


20

oleh pihakpihak terkait. Kegiatan PROLANIS tetap dilaksanakan di

Puskesmas, adapun kegiatan yang masih jarang dilaksanakan adalah

senam untuk peserta PROLANIS.

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapatuhan pasien untuk

mengikuti PROLANIS

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam

menjalani program PROLANIS (Prastinawati, 2017; Momot & Anggraini,

2017), yaitu:

1. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penting bagi penderita

penyakit kronis mengikuti program PROLANIS, namun menurut

Harniati (2017), bahwa ada hubungan ketidakpatuhan peserta mengikuti

program PROLANIS dengan dukungan keluarga. Sebaliknya hasil

penelitian Wahyu dkk, (2015), menunjukkan bahwa dukungan keluarga

tidak berhubungan secara signifikan terhadap manajemen diri lansia

dengan Hipertensi di Posyandu Lansia.

2. Jarak

Hasil penelitian Momot & Anggraini (2017), menunjukkan bahwa

akses menuju ke pelayanan PROLANIS tidak ada hubungan dengan

kepatuhan responden dalam mengikuti kegiatan PROLANIS,

sedangkan menurut Prastinawati (2017), menunjukkan bahwa jarak

rumah menuju fasilitas pelayanan kesehatan memiliki pengaruh secara


21

signifikan terhadap partisipasi dan kepatuhan peserta mengikuti

aktivitas PROLANIS.

3. Umur

Hasil penelitian Prastinawati (2017) menunjukkan bahwa umur tidak

mempunyai pengaruh yang bermakna secara statistik terhadap

kepatuhan penderita mengikuti program PROLANIS, sedangkan

menuurut Purnamasari (2016), lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas

sekitar 60,4% mengikuti program PROLANIS.

4. Lama menderita sakit

Hasil penelitian Prastinawati (2017) menunjukkan bahwa lama

menderita sakit tidak memiliki pengaruh yang bermakna secara statistik

terhadap kepatuhan penderita mengikuti program PROLANIS. Hasil

penelitian Rahmi dan Hidayat (2015), menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan kerentanan waktu sakit dengan kepatuhan mengikuti

PROLANIS, sedangkan menurut Momot & Anggraini (2019) lama

menjadi anggota PROLANIS ada hubungan dengan kepatuhan

penderita mengikuti program PROLANIS.

5. Motivasi untuk sehat

Hasil penelitian Prastinawati (2017) menunjukkan bahwa motivasi

untuk sehat tidak memiliki pengaruh yang bermakna secara statistik

terhadap kepatuhan penderita mengikuti program PROLANIS.


22

6. Tingkat pengetahuan

Hasil penelitian Prastinawati (2017) menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan tidak memiliki pengaruh yang bermakna secara statistik

terhadap kepatuhan penderita mengikuti program PROLANIS,

sedangkan menurut Tawakal dan Nadjab (2015) ada hubungan

pengetahuan peserta dengan kepatuhan mengikuti program

PROLANIS.

7. Waktu

Hasil penelitian Prastinawati (2017) menunjukkan bahwa waktu tidak

memiliki pengaruh yang bermakna secara statistik terhadap kepatuhan

penderita mengikuti program PROLANIS.

2. Senam Prolanis

Olahraga menyebabkan perubahan besar pada sistem sirkulasi dan

pernapasan dimana keduanya berlangsung bersamaan sebagai respon

homeostatik. Latihan olahraga yang sering digunakan pada penderita hipertensi

adalah olahrga aerobik. Banyak bentuk olahraga aerobik yang dapat ditempuh

oleh pasien hipertensi antara lain jogging dan senam aerobic. Olahraga teratur

dapat menurunkan tekanan sistolik maupun diastolik pada orang dengan

hipertensi tingkat ringan. Latihan fisik sangat berpengaruh bagi penyandang

hipertensi dalam meningkatkan imunitas tubuh setelah latihan teratur,

mengatur kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, meningkatkan

sensitivitas reseptor insulin, menormalkan tekanan darah serta meningkatkan

kemampuan kerja. Senam aerobik dapat membantu memperbaiki profil lemak


23

darah, menurunkan kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL),

trigliserida dan menaikkan High Density Lipoprotein (HDL) serta memperbaiki

sistem hemostatis dan tekanan darah (Heru & Agus, 2010).

Salah satu program pemerintah yaitu senam Prolanis (Program

Pengelolahan Penyakit Kronis) merupakan bentuk latihan jasmani aerobik.

Senam ini juga termasuk program pemerintah yang dijalankan oleh Badan

Penyelengaraan Jaminan Sosial (BPJS). Prolanis adalah suatu sistem pelayanan

kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang

melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS (Badan Penyelenggaraan

Jaminan Sosial) Kesehatan dalam rangka pemeliharan kesehatan bagi peserta

yang menyandang penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal

dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (Lumempouw dkk,

2016)

Rismayanthi (2010) mendapatkan bahwa olahraga aerobik terutama

bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan daya

tahan jantung, paru, peredaran darah, otot-otot, dan sendi-sendi. Senam aerobic

low impact mempunyai pengaruh besar terhadap tubuh, khususnya terhadap

daya tahan paru dan jantung Latihan fisik sangat berpengaruh bagi penderita

hipertensi untuk meningkatkan imunitas dalam tubuh setelah latihan teratur,

meregulasi kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, meningkatkan

sensitivitas reseptor insulin, menormalkan tekanan darah serta meningkatkan

kemampuan kerja. Senam aerobik dapat membantu memperbaiki profil lemak

darah, menurunkan kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL),


24

trigliserida dan menaikan High Density Lipoprotein (HDL) serta memperbaiki

sistem hemostatis dan tekanan darah (Rismayanthi, 2010).

3. Dukungan Keluarga

Menurut Sangian, dkk (2017) dukungan keluarga merupakan bentuk

perilaku dalam memberikan layanan keluarga dalam bentuk dukungan emosi,

penghargaan, informasi dan instrumental. Menurut Ningrum (2017) dukungan

keluarga yang baik akan meningkatkan kualitas hidup lansia sehingga lansia

dapat menikmati hidup di masa tuanya.

Menurut Sarafino (2016) menyebutkan bahwa dukungan sosial keluarga

dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

a. Dukungan penghargaan (esteem support).

Melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan penilaian positif

terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain. Dukungan ini akan

membantu membangun perasan menghargai terhadap diri sendiri pada

individu dan menghargai kompetensinya.

b. Dukungan emosional (emotional support).

Melibatkan ungkapan rasa empati dan perhatian terhadap individu, sehingga

individu itu merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini

meliputi perilaku seperti memberikan perhatian dan afeksi serta bersedia

mendengarkan keluh kesah orang lain.

c. Dukungan instrumental (instrumental support).

Melibatkan bantuan langsung, misalnya yang berupa bantuan finansial atau

bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu.


25

Jadi, dukungan keluarga dalam penelitian ini adalah bentuk bantuan yang

diberikan oleh keluarga baik secara moril dan materil seperti perhatian

secara emosi, kasih sayang, empati, benda dan jasa, pemberian informasi

tentang penyakit yang diderita responden serta saran yang diperlukan.

4. Konsep Motivasi

Motif adalah suatu yang melengkapi penggerak alasan-alasan atau

dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat

sesuatu. Tingkah laku manusia pada dasarnya bermotif yang otomatis

mempunyai maksud tertentu, walaupun maksud itu tidak senantiasa disadari

manusia (Russel, 2010). Motivasi keluarga adalah factor ekternal yang

mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi teori tentang motivasi dapat

dipahami bahwa individu terdapat bermacam motif yang mendorong dan

menggerakkan manusia untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai

tujuan dan memenuhi kebutuhan hidup untuk mempertahankan eksistensinya

(Syamsul,2012). Menurut Syamsul (2012) motivasi seseorang dipengaruhi

oleh:

a. Interaksi sosial

Interaksi sosial dinyatakan bahwa dengan individu lain akan

mempengaruhi motivasi bertindak. Semakin sering seseorangberinteraksi

dengan orang lain akan semakin mempengaruhi motivasi seseorang untuk

melakukan tindakan tertentu.

b. Proses kognitif
26

Proses kognitif yaitu informasi yang masuk pada seseorang diserap

kemudian diproses dan pengetahuan tersebut untuk kemudian

mempengaruhi tingkah laku.

5. Diabetes Mellitus

a. Pengertian

Menurut American Diabetes Association /ADA 2010 dikutip dari

PERKENI 2011 Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikimia yang terjadi karena kelainan sekresi

insulin, kerja insulin atau kedua –duanya, seseorang didiagnosa Diabetes

Melitus jika kadar gula darah sewaktu <200 mg/dl dan kadar gula darah

puasa >126mg/dl.

DM merupakan penyakit kronis progresif, jumlah penyandang DM

semakin meningkat dan banyak menimbulkan dampak negatif dari segi

fisik, sosial, ekonomi maupun psikososial, (Aknani 2012).

Diabetes Mellitus dideskripsikan sebagai kelompok gangguan

metabolik yang mempunyai karakter kadar gula darah yang tinggi. Orang

dengan penyakit diabetes mempunyai risiko terkena banyak masalah

kesehatan yang mematikan, menyebabkan biaya kesehatan yang lebih

tinggi, pengurangan kualitas hidup, dan peningkatan risiko kematian. Kadar

gula darah tinggi yang berkelanjutan menyebabkan kerusakan pembuluh

darah secara umum yang memengaruhi jantung, mata, ginjal, dan saraf. Hal

ini menimbulkan berbagai komplikasi. Prevalensi global diabetes di orang


27

dewasa berusia 18-99 tahun naik dari 8.4% di tahun 2017 dan diprediksikan

naik menjadi 9.9% di 2045 (Cho et al., 2018).

Kontrol kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di

Indonesia berada di bawah standar yang dibuktikan dengan banyaknya

komplikasi yang ditemukan. Dalam mencegah komplikasi dan menghambat

perkembangan penyakit, pendekatan multidisiplin dan penguatan standar

manajemen diabetes harus dilakukan yaitu dengan melakukan perubahan

gaya hidup, edukasi pasien, dan pemberian obat yang sesuai (Soewondo et

al., 2010).

Prolanis berawal dari PT Askes (Persero) yang meluncurkan

program pengelolaan penyakit kronis Diabetes Mellitus Tipe 2 (PPDM Tipe

2) yang bertujuan untuk menurunkan risiko komplikasi dan mencapai

kualitas hidup yang baik dengan pemanfaatan biaya yang efektif dan

rasional. Program PPDM Tipe 2 adalah suatu sistem tata laksana pelayanan

kesehatan dan edukasi kesehatan bagi peserta Askes Sosial yang menderita

penyakit DM tipe 2 agar mencapai kualitas hidup yang optimal secara

mandiri. Program PPDM Tipe 2 memiliki keselarasan dengan amanat

regulasi. Atas dasar tersebut, BPJS Kesehatan mengintegrasikan program

PPDM Tipe 2 menjadi salah satu program rutinnya. Program tersebut

berganti nama menjadi Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).

Salah satu tantangan BPJS Kesehatan adalah memastikan Prolanis menjadi

program yang mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas JKN. Artinya,

Prolanis tidak saja harus mengedepankan peningkatan mutu pelayanan


28

kesehatan, namun di saat yang sama juga harus mengedepankan

pengendalian biaya pelayanan kesehatan (Idris, 2014).

b. Etilogi Diabetes Mellitus

1) Diabetes Melitus Tergantung Insulin ( DMTI )

a) Faktor genetik

Pada penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri

tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik

kearah terjadinya diabetes melitus tipe I. Kecenderungan ini

dilakukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human

Leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang

bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun

lainya

b) Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terbukti adanya suatu respon autoimun, ini

merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan

normal dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing

2) Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin

a) Obesitas.

Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target

diseluruh tubuh sehingga insulin yang tersedia menjadi

kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolisme.


29

b) Usia

Pertambahan usia merupakan faktor risiko yng penting untuk DM.

Menurut Petersen penuaan berhubungan dengan resistensi insulin,

seperti halnya resistensi insulin terkait dengan DM tipe 2. Petersen

juga menemukan bahwa lansia memiliki berat badan normal juga

mengalami resistensi insulin, yang menunjukkan bahwa

bertambahnya usia (menjadi tua) itu sendiri meningkatkan risiko

mengalami diabetes tipe 2 (Curry,2012).

c) Riwayat keluarga

c. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus

Menurut American Diabetes Association / Word Health Organization,

2010 Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian

adalah:

1) Banyak kencing ( Poliuria ).

Sifat kadar glukosa darah yang tinggi akan menghabiskan banyak

kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah yang banyak akan

sangat menganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.

2) Banyak minum (polidipsia ).

Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya

cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering

disalah tafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang

panas tau beban kerja yang berat. Untuk menghilagkan rasa

haus itu penderita banyak minum.


30

3) Banyak makan ( polifagia ).

Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita

Diabetes Melitus karena pasien mengalami keseimbangan

kalori negatif, sehingga timbul rasa lapar itu penderita banyak

makan.

4) Penurunan berat badan dan rasa lemah.

Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat

harus menimbulkan kecurigaaan. Hal ini dapat disebabkan

glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga

sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk

kelangsungan hidup, sumber tenaga diambil dari cadangan lain

yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan

jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.

5) Gangguan saraf tepi dan kesemutan

Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada

kaki di waktu malam hari.

6) Gangguan Penglihatan

Pada fase awal diabetes sering juga di jumpai gangguan

penglihatan berupa pandangan kabur.

7) Gatal-gatal

Kelainan kulit berupa gatal biasanya terjadi pada daerah

kemaluan dan daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah

payudara.
31

8) Gangguan fungsi seksual.

Dapat berupa gangguan ereksi,inponten yang disebabkan

gangguan pada syaraf bukan karena kekurangan hormone

testosterone.

9) Keputihan

Pada penderita wanita, keputihan dan gatal sering dirasakan, hal ini

disebabkan daya tahan tubuh penderita menurun

6. Aktivitas fisik pada Penderita DM

Pengaruh aktivitas fisik atau olahraga

secara langsung berhubungan dengan peningkatan kecepatan

pemulihan glukosa otot (seberapa banyak otot mengambil glukosa dari

aliran darah). Saat berolahraga, otot menggunakan glukosa dari aliran

darah). Saat berolah raga otot menggunakan glukosa yang tersimpan

dalam dalam otot dan jika glukosa berkurang, otot mengisi kekosongan

dengan mengambil glukosa dari darah. Ini akan mengakibatkan

menurunya glukosa darah sehingga memperbaiki glukosa darah

(Burnes,2012).

Pada diabetes melitus tipe 2 olahraga berperan dalam pengaturan

kadar glukosa darah. Masalah utama pada Diabetes Melitus Tipe 2 adalah

kurangnya respon terhadap insulin (resistensi insulin) sehingga

glukosa tidak tidak dapat kedalam sel. Permeabilitas membran terhadap

glukosa meningkat saat otot berkontraksi karena kontraksi otot memiliki

sifat seperti insulin. Maka dari itu pada saat beraktivitas fisik seperti
32

olahraga, resistensi insulin berkurang. Aktivitas fisik berupa olahraga

berguna sebagai kendali gula darah dan penurunan berat badan pada

diabetes melitus tipe 2 (Ilyas, 2011).

Manfaat besar dari beraktivitas fisik atau olahraga pada diabetes

melitus antara lain menurunkan kadar glukosa darah, mencegah

kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi terjadinya komplikasi,

gangguan lipid darah dan peningkatan tekanan darah (Ilyas ,2011)

B. Keasliaan Penelitian

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian


No Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan
Penelitiaan
1 Tawakal dan Faktor-faktor Cross sectional Ada hubungan Beda variabel
Nadjib (2015) yang study pengetahuan penelitian, dalam
berhubungan penderita dan penelitian yang
dengan dukungan keluarga akan dilakukan
pemanfaatan terhadap oleh peneliti fokus
program pemanfaatan pada variabel
PROLANIS di program motivasi dan
BPJS Kesehatan PROLANIS dukungan keluarga
Kantor Cabang
Tangerang
2 Indriani, dkk Pengaruh Dilakukan Sebelum Beda variabel dan
(2015) Pelibatan penelitian pelaksanaan metodologi
Keluarga Dalam eksperimental intervensi, tidak penelitian
Program Prolanis murni dengan terdapat perbedaan
Terhadap rancangan signifikan antara
Kepatuhan single blind kedua kelompok
Minum Obat Dan randomized dalam hal
Pengendalian controlled trial. kepatuhan minum
Gula Darah Subjek obat (p 0,182) dan
Pasien Diabetes penelitian pengendalian kadar
Melitus Tipe2 adalah 36 gula darah (p
pasien diabetes 0,798). Sesudah
tipe 2 pada satu pelaksanaan
klinik dokter program, tidak
keluarga di terdapat perbedaan
Surakarta yang signifikan antara
menjadi peserta kedua kelompok
aktif prolanis dalam hal
dan memenuhi pengendalian kadar
kriteria inklusi. gula darah (p
Sampel dibagi 0,171), namun
33

No Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan


Penelitiaan
menjadi dua kepatuhan minum
kelompok obat di kelompok
secara random, perlakuan secara
yaitu kelompok signifikan lebih
perlakuan baik dibandingkan
(dengan kelompok kontrol
pendamping (p 0,034).Efek
keluarga) dan kepatuhan minum
kelompok obat tetap
kontrol (tanpa signifikan setelah
pendamping). mengendalikan
Analisis variabel umur
bivariat pasien pada
kepatuhan analisis regresi
minum obat logistik multivariat
dan kadar gula (p 0,013)
darah diukur
sebelum dan
sesudah
pelaksanaan
program.
Kepatuhan
minum obat
dianalisis
dengan uji chi
square,
sedangkan gula
darah dianalisis
dengan uji
Mann-
Whitney.
Analisis
perbedaan efek
dilakukan
dengan
mengendalikan
variabel umur,
menggunakan
regresi logistik
multivariat
3 Yulialistri & Faktor-Faktor Jenis penelitian Variabel dukungan Berbeda dalam
Viona (2018) yang ini merupakan keluarga memiliki metodologi yang
Mempengaruhi jenis penelitian pengaruh parsial digunakan
Pemanfaatan survey dengan yang signifikan
Prolanis di menggunakan terhadap
Wilayah Kerja pendekatan pemanfaatan
Puskesmas explanatory program
Mandala research. pengelolaan
Kecamatan penyakit kronis,
Medan Tembung kurangnya
Tahun 2018 dukungan keluarga
memberikan
pengaruh yang
34

No Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan


Penelitiaan
signifikan terhadap
pemanfaatan
program
pengelolaan
penyakit kronis
4 Yuliaristi Faktor-Faktor Jenis penelitian Hasil penelitian Beda variabel dan
(2018) yang ini merupakan menunjukkan metodologi yang
Mempengaruhi jenis penelitian variabel digunakan dimana
Pemanfaatan survey dengan pengetahuan, penelitian yang
PROLANIS di menggunakan dukungan akan dilakukan
Wilayah Kerja pendekatan keluarga, serta adalah penelitian
Puskesmas explanatory peran petugas cross sectional
Mandala research memiliki hubungan studi
Kecamatan yang signifikan
Medan terhadap
Tembung Tahun pemanfaatan
2018 program
pengelolaan
penyakit kronis.
Variabel dukungan
keluarga memiliki
pengaruh parsial
yang signifikan
terhadap
pemanfaatan
program
pengelolaan
penyakit kronis,
kurangnya
dukungan keluarga
memberikan
pengaruh yang
signifikan terhadap
pemanfaatan
program
pengelolaan
penyakit kronis
5 Prasetyo Hubungan Penelitian ini Hasil penelitian ini Peneliti akan
(2018) dukungan menggunakan menunjukkan meneliti tentang
keluarga dan metode hubungan program edukasi
motivasi terhadap penelitian dukungan keluarga
keaktifan lansia observasional (p=0,02) dan
penderita analitik dengan motivasi (p=0,011)
Hipertensi desain atau terhadap keaktifan
mengikuti senam pendekatan lansia penderita
Prolanis cross secsional hipertensi
dalam mengikuti
senam.
35

C. Hipotesis

1. Hipotesis Alternative (Ha) :

Ada hubungan motivasi dan dukungan keluarga dengan kepatuhan peserta

mengikuti edukasi klub Prolanis di Puskesmas Mulia Baru Kabupaten

Ketapang.

2. Hipotesis Nol (H0) :

Tidak ada hubungan motivasi dan dukungan keluarga dengan kepatuhan

peserta mengikuti edukasi klub Prolanis di Puskesmas Mulia Baru

Kabupaten Ketapang.
36

D. Kerangka Teoritis

Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan
penderita mengikuti
PROLANIS

1. Usia Tidak patuh Terjadi


2. Dukungan keluarga Komplikasi
3. Jarak Kepatuhan
4. Tingkat pengetahuan peserta dalam
5. Waktu pelaksanaan menjalani:
6. Lama menderita sakit 1. Terapi
7. Motivasi 2. Diet
3. Olahraga Patuh Tidak terjadi
Komplikasi
(Momot & Anggraini, 2017)

Diabetes Mellitus: Aktifitas fisik


1. Pengertian pada penderita
2. Etilogi DM
3. Jenis (Senam
4. Manifestasi DM Prolanis)

Skema 2.1. Kerangka Teoritis

Kekambuhan penyakit Diabetes Mellitus dipengaruhi oleh 7 faktor utama

yang mempengaruhi kepatuhan peserta penderita penyakit kronis mengikuti

PROLANIS. Ketujuh faktor tersebut meliputi usia, jarak, waktu

pelaksanaan, dukungan keluarga, pengetahuan, lama menderita sakit dan

motivasi untuk sembuh. Faktor-faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini

adalah faktor dukungan keluarga dan motivasi terhadap kepatuhan dalam

melakukan senam Prolanis di Puskesmas. Jika penderita patuh dan rutin

mengikuti program senam Prolanis resiko untuk terjadi komplikasi kecil

sebaliknya jika penderita tidak patuh dalam mengikuti kegiatan senam

kemungkinan komplikasi muncul lebih besar.


37

Anda mungkin juga menyukai