Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan
dan kemampuan dalam proses perkuliahan, dan penulisan makalah yang berjudul “Kesehatan
Reproduksi ”, yang merupakan suatu kajian yang disusun untuk melengkapi tugas Individu
dalam mata kuliah Kespr.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengharapkan saran, masukkan bahkan kritik yang
membangun untuk makalah ini, sehingga bisa digunakan sebagai referensi dalam mata kuliah ini.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah Kespro yang telah
membantu dan memotivasi penulis dalam pembuatan makalah ini. Terima kasih juga untuk
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga dapat selesai seperti
yang diharapkan.

Bengkulu, Desember 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................


KATA PENGANTAR ..............................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .................................................................................
B. Rumusan masalah ............................................................................
C. Tujuan .............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesehatan Reproduksi ....................................................................
B. Hak yang Terkait Dengan Kesehatan Reproduksi ..........................
C. Perilaku seksual remaja dan kesehatan reproduksi
D. Abrotus ...........................................................................................
E. Infertilitas ........................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini sangat
mendukung dalam kehidupan manusia di Indonesia bahkan di dunia, penemuan yang setiap
waktu terjadi dan para peneliti terus berusaha dalam penelitiannya demi kemajuan dan
kemudahan dalam beraktivitas.
Ilmu kedokteran khususnya ilmu kesehatan pun begitu cepat bekembang mulai dari
peralatan ataupun teori sehingga mendorong para pengguna serta spesialis tidak mau ketinggalan
untuk bisa memiliki dan memahami wawasan serta ilmu pengetahuan tersebut.
Terkait ilmu kesehatan dalam hal ini, yaitu kesehatan reproduksi banyak sekali teori-teori
serta keilmuan yang harus dimiliki oleh para pakar atau spesialis kesehatan reproduksi. Wilayah
keilmuan tersebut sangat penting dimiliki demi mengemban tugas untuk bisa menolong para
pasien yang mana demi kesehatan, kesejahteraan dan kelancaran pasien dalam menjalanakan
kodratnya sebagai perempuan.
Pengetahuan kesehatan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh para bidan atau
spesialais tetapi sangat begitu penting pula dimiliki khususnya oleh para istri-istri atau
perempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari anak-anaknya demi kesehatan, dan kesejahteraan
meraka.
Untuk itu, penulis dalam makalah ini bermaksud ingin memberikan beberapa pengertian
yang mudah-mudahan makalah ini bermanfaat untuk khalayak pembaca khususnya para
perempuan. Oleh karena itu penulis mengambil judul pada makalah ini, yaitu “KESEHATAN
REPRODUKSI”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan disajikan sebagai berikut:
1. Apa pengertian Kesehatan Reproduksi?
2. Apa saja Hak yang terkait dengan Kesehatan Reproduksi?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian Kesehatan Reproduksi.
2. Untuk mengetahui hak yang terkait dengan Kesehatan Reproduksi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU No. 23 Tahun 1992).
Definisi ini sesuai dengan WHO, kesehatan tidak hanya berkaitan dengan kesehatan fisik,
tetapi juga kesehatan mental dan sosial, ditambahkan lagi (sejak deklarasi Alma Ata-WHO dan
UNICEF) dengan syarat baru, yaitu: sehingga setiap orang akan mampu hidup produktif, baik
secara ekonomis maupun sosial.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh dan
bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan
sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya.
Kesehatan reproduksi berarti bahwa orang dapat mempunyai kehidupan seks yang
memuaskan dan aman, dan mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan
untuk menentukan keinginannya, kapan dan frekuensinya.

B. Hak yang Terkait Dengan Kesehatan Reproduksi


Membicarakah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dengan soal hak reproduksi,
kesehatan seksual dan hak seksual. Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi
hak setiap pasangan dan individual untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab
jumlah, jarak, dan waktu kelahiran anak, serta untuk memiliki informasi dan cara untuk
melakukannya.
1. Kesehatan Seksual
Kesehatan seksual yaitu suatu keadaan agar tercapai kesehatan reproduksi yang
mensyaratkan bahwa kehidupan seks seseorang itu harus dapat dilakaukan secara memuaskan
dan sehat dalam arti terbebas dari penyakit dan gangguan lainnya. Terkait dengan ini adalah hak
seksual, yakni bagian dari hak asasi manusia untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggungjawab terhadap semua hal yang berhubungan dengan seksualitas, termasuk
kesehatan seksual dan reproduksi, bebas dari paksaan, diskriminasi dan kekerasan.
2. Prinsip Dasar Kesehatan Dalam Hak Seksual dan Reproduksi
a. Bodily integrity, hak atas tubuh sendiri, tidak hanya terbebas dari siksaan dan kejahatan fisik,
juga untuk menikmati potensi tubuh mereka bagi kesehatan, kelahiran dan kenikmatan seks
aman.
b. Personhood, mengacu pada hak wanita untuk diperlakukan sebagai aktor dan pengambilan
keputusan dalam masalah seksual dan reproduksi dan sebagai subyek dalam kebijakan terkait.
c. Equality, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dan antar perempuan itu sendiri, bukan
hanya dalam hal menghentikan diskriminasi gender, ras, dan kelas melainkan juga menjamin
adanya keadilan sosial dan kondisi yang menguntungkan bagi perempuan, misalnya akses
terhadap pelayanan kesehatan reproduksi.
d. Diversity, penghargaan terhadap tata nilai, kebutuhan, dan prioritas yang dimiliki oleh para
wanita dan yang didefinisikan sendiri oleh wanita sesuai dengan keberadaannya sebagai pribadi
dan anggota masyarakat tertentu.
e. Ruang lingkup kesehatan reproduksi sangat luas yang mengacakup berbagai aspek, tidak hanya
aspek biologis dan permasalahannya bukan hanya bersifat klinis, akan tetapi non klinis dan
memasuki aspek ekonomi, politik, dan sosial-budaya. Oleh karena aitu diintroduksi pendekatan
interdisipliner (meminjam pendekatan psikologi, antropologi, sosiologi, ilmu kebijakan, hukum
dan sebagainya) dan ingin dipadukan secara integratif sebagai pendekatan transdisiplin.

C. Perilaku seksual remaja dan kesehatan reproduksi


Perilaku seksual remaja terdiri dari tiga buah kata yang memiliki pengertian yang sangat
berbeda satu sama lainya. Perilaku dapat di artikan sebagai respons organisme atau respons
seseorang terhadap stimulus (rangsangan) yang ada (Notoatmojdo,1993). Sedangakan seksual
adalah rangsangan-rangsangan atau dorongan yang timbul berhubungan dengan seks. Jadi
perilaku seksual remaja adalah tindakan yang dilakukan berhubungan dengan dorongan seksual
yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya.
Adanya penurunan usia rata-rata pubertas mendorong remaja untuk aktif secara seksual
lebih dini. Dan adanya presepsi bahwa dirinya memiliki resiko yang lebih rendah atau tidak
beresiko sama sekali yang berhubungan dengan perilaku seksual, semakin mendorong remaja
memenuhi memenuhi dorongan seksualnya pada saat sebelum menikah. Persepsi seperti ini
di sebut youth uulnerability oleh Quadrel et. aL. (1993) juga menyatakan bahwa remaja
cenderung melakuakan underestimate terhadap uulnerability dirinya. Banyak remaja mengira
bahwa kehamilan tidak akan terjadi pada intercourse (sanggama) yang pertama kali atau dirinya
tidak akan pernah terinfeksi HIV/AIDS karena pertahanan tubuhnya cukup kuat.
Mengenai kesehatan reproduksi, ada beberapa konsep tentang kesehatan reproduksi,
namun dalam tulisan ini hanya akan dikemukakan dua batasan saja. (ICPD) dan sai dan Nassim).
Batasan kesehatan reproduksi menurut International Conference on Population and
Development(ICPD) hampir berdekatan dengan batasan ‘sehat’ dari WHO. Kesehatan
reproduksi menurut ICPD adalah keadaan sehat jasmani, rohani,dan buakan hanya terlepas dari
ketidak hadiran penyakit atau kecacatan semata, yang berhubungan sistem fungsi, dan proses
reproduksi(ICPD,1994).
Beberapa tahun sebelumnya Rai dan Nassim mengemukakan definisi kesehatan reproduksi
mencakup kondisi di mana wanita dan pria dapat melakukan hubungan seks secara aman, dengan
atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan bila kehamilan diinginkan, wanita di mungkinkan
menjalani kehamilan dengan aman, melahirkan anak yang sehat serta di dalam kondisi siap
merawat anak yang dilahirkan (Iskandar, 1995)
Dari kedua definisi kesehatan reproduksi tersebut ada beberapa faktor yang berhubungan
dengan status kesehatan reproduksi seseorang, yaitu faktor sosial ,ekonomi,budaya, perilaku
lingkungan yang tidak sehat, dan ada tidaknya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu
mengatasi gangguan jasmani dan rohani. Dan tidak adanya akses informasi merupakan faktor
tersendiri yang juga mempengaruhi kesehatan reproduksi.
Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat berhubungan
dengan kesehatan reproduksi seseorang. Pada pasal 7 rencana kerja ICPD Kairo dicantumkam
definisi kesehatan reproduksi menyebabkan lahirnya hak-hak reproduksi. Berdasarkan pasal
tersebut hak-hak reproduksi di dasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi semua pasangan dan
pribadi untuk menentukan secara bebas dan bertangung jawab mengenai jumlah anak ,
penjarangan anak (birth spacing ), dan menentukan waktu kelahiran anak-anak mereka dan
mempunyai informasi dan cara untuk memperolehnya, serta hak untuk menentukan standar
tertinggi kesehatan seksual dan reproduksi. Dalam pengertian ini ada jaminan individu untuk
memperoleh seks yang sehat di samping reproduksinya yang sehat (ICPD, 1994). Sudah barang
tentu saja kedua faktor itu akan sangat mempengaruhi tercapai atau tidak kesehatan reproduksi
seseorang ,termasuk kesehatan reproduksi remaja.

D. Abrotus
abortus buatan, abortus dengan jenis ini merupakan suatu upaya yang disengaja untuk
menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu, dimana janin (hasil konsepsi)
yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar.
Secara garis besar ada 2 hal penyebab Abortus, yaitu :
1. Penyebab secara umum
a. Infeksi akut
- virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis
- Infeksi bakteri, misalnya streptokokus
- Parasit, misalnya malaria
b. Infeksi kronis
- Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
- Tuberkulosis paru aktif.
- Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll
Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
(pembuahan), baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin maupun placenta.
2. Alasan Abortus Provokatus
Abortus Provokatus ialah tindakan memperbolehkan pengaborsian dengan syarat-syarat
sebagai berrikut:
a. Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus menerus,
atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
b. Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
c. Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
d. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan adanya
kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti
kanker payudara.
e. Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
f. Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
g. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan
kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat.
h. Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai komplikasi
vaskuler, hipertiroid, dll.
i. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
j. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
k. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini sebelum
melakukan tindakan abortus harus berkonsultasi dengan psikiater.

E. Infertilitas
Sistem kesehatan reproduksi hingga mengalami kemandulan selama ini di artikan sebagai
kondisi yang hanya di alami oleh para wanita saja, padahal tidak menutup kemungkinan kalau
kaum pria sebanyak 40 % juga mengalami kemandulan ini. Banyak pengertian dari
Infertilitas tapi pada intinya makna dari Infertilitas adalah sistem kesehatan reproduksi yang
terganggu dan menyebabkan ketidak mampuan mempunyai seorang anak. Banyak yang sudah
menikah selama bertahun tahun dan belum juga di karunia momongan. Oleh karena itu sudah
saatnya bagi pasangan yang menikah lama dan belum memiliki anak untuk melakukan cek
kesehatan reproduksi, karena mungkin salah satu dari pasangan suami istri yang hingga saat ini
belum mendapatkan anak mengalami Infertilitas atau yang lebih di kenal dengan kemandulan.
Pengertian Dari Infertilitas
Infertilitas terbagi menjadi dua yaitu :
1. Infertilitas primer yaitu pasangan suami istri yang belum mampu memiliki anak setelah satu
tahun menikah
2. Infertilitas sekunder yaitu pasangan suami istri yang pernah memiliki anak sebelumnya tapi
hingga saat ini belum mampu untuk mendapatkan anak lagi.
Pasangan suami istri di anggap Infertilitas karena sistem kesehatan reproduksi salah satu
pasangan ada yang terganggu. Hal ini dapat di maklumi karena proses pembuahan yang berujung
pada kehamilan dan lahirnya janin ke dunia merupakan kerjasama antara suami dan istri.
Makna dari kerjasama itu adalah suami yang mempunyai sistem dan fungsi kesehatan
reproduksi yang sehat dan mampu menghasilkan atau menyalurkan spermatozoa ke organ
reproduksi wanita, Istri yang memiliki sitem dan fungsi reproduksi sehat dan mampu
menghasilkan sel telur atau ovum yang dapat di buahi oleh spermatozoa dan mempunyai rahim
sebagai tempat perkembangan janin, embrio sampai bayi berusia cukup bulan dan di lahirkan.
Apabila salah satu faktor tersebut tidak di miliki oleh salah satu pasangan, pasangan tersebut
tidak akan mampu mempunyai anak.
Pasangan suami istri dapat di katakan Infertilitas jika selama kurun waktu satu tahun
menikah belum mendapatkan seorang nak. Demikian pengertian dari infertilitsa. Yang harus di
sadari adalah langkah apa yang kan di lakukan apabila salah satu pasangan mengalami
Infertilitas atau tidak subur. Banyak pasangan yang mengalami Infertilitas dan berhasil
memiliki anak, jadi ketenangan dan berpikir rasional adalah langkah awal yang tepat yang dapat
di lakukan untuk mengatasi Infertilitas sehingga kesehatan reproduksi dapat kita jaga.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk diketahui oleh para perempuan bakal calon
ibu ataupun laki-laki calon bapak. Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas dapat penulis
simpulkan bahwa.
Definisi kesehatan sesuai dengan WHO, kesehatan tidak hanya berkaitan dengan kesehatan
fisik, tetapi juga kesehatan mental dana sosial, ditambahkan lagi (sejak deklarasi Alma Ata-
WHO dan UNICEF) dengan syart baru, yaitu: sehingga setiap orang akan mampu hidup
produktif, baik secara ekonomis maupun sosial.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh dan
bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan
sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya.
Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap pasangan dan
individual untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah, jarak, dan waktu
kelahiran anak, serta untuk memiliki informasi dan cara untuk melakukannya.

B. Saran
Untuk itu wawasan dan pengetahuan kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk bisa
dikuasai dan dimiliki oleh para perempuan dan laki-laki yang berumah tangga, supaya
kesejahtaraan dan kesehatan bisa tercapai dengan sempurna. Oleh kerana itu penulis memberi
saran kepada para pihak yang terkait khususnya pemerintah, Dinas Kesehatan untuk bisa
memberikan pengetahuan dan wawasan tersebut kepada khalayak masyarakat dengan cara
sosialisasi, kegiatan tersebut mudah-mudahan kesehatan reproduksi masyarakat bisa tercapai dan
masyarakat lebih pintar dalam menjaga kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA
Mona Isabella Saragih, Amkeb, SKM. Materi Kesehatan Reproduksi. Akademi Kebidanan YPIB
Majalengka.

http://infokesehatandangizi.blogspot.com/2013/07/pengertian-dari-infertilitas.html

http://irdayantinasir.blogspot.com/2013/05/makalah-kesehatan-reproduksi remaja.html

Anda mungkin juga menyukai