TESIS
Diajukan oleh:
EMI BADARYATI
NIM: 16/403226/PKU/16044
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
LEMBAR PERSETUJUAN
TESIS
Diajukan Oleh
Emi Badaryati
NIM: 16/403226/PKU/16044
Disetujui Oleh:
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dakam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk nenperoleh gelar disuatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Emi Badaryati
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
PERNYATAAN..................................................................................................... iii
INTISARI............................................................................................................... xi
iv
C. Subyek Penelitian.................................................................................... 24
J. Jalannya Penelitian.................................................................................. 34
B. Pembahasan............................................................................................. 56
A. Simpulan ................................................................................................. 56
B. Saran ....................................................................................................... 56
LAMPIRAN .......................................................................................................... 56
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Keaslian Penelitian ..................................................................................................... 6
Tabel 2. Definisi Operasional ................................................................................................ 27
Tabel 3. Angka Kebutuhan Gizi Dalam Sehari ........................................................................ 30
Tabel 4. Penghitungan Kuesioner Kualitas Tidur .................................................................... 32
Tabel 5. Proporsi Responden di Puskesmas Se-Kota Banjarbaru ............................................ 38
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian : Kejadian Pre Eklampsia Berdasarkan
Teori Mc Charty dan Maine 1992 di modifikasikan dengan Migini,
Villard and Khan 2006 dan Kumar et al 2007 ................................... 22
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian .............................................................. 23
vii
DAFTAR SINGKATAN
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Alloh SWT, dengan limpahan rahmad dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan ttesis yang berjudul “Hubungan Pola Makan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan
Selatan”.
Atas dukungan, bimbingan, arahan dan saran, serta doa dari berbagai pihak
terkait maka penulis dapat menyusun tesis ini. Penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih yang sebesar besarbya kepada:
1. Dr. dr. Emy Huriyati, M.Kes selaku selaku pembimbing utama tesis yang
berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran beliau untuk memberikan
ilmu, saran dan masukan hingga selesainya tesis ini. Terima kasih telah
membimbing dan selalu memberikan semangat kepada saya.
2. Prof. dr. Mohammad Hakimi, Sp.OG(K), Ph.D selaku pembimbing tesis
yang berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran beliau untuk
memberikan ilmu, saran, petunjuk dan dukungan serta semangat hingga
selesainya tesis ini.
3. Ketua dan seluruh pengelola Minat Kesehatan Ibu dan Anak-Kesehatan
Reproduksi beserta seluruh dosen pengajar dan staff yang telah
memberikan banyak bantuan, arahan dan dukungan serta semangat selama
penulis menempuh pendidikan.
4. Kepada Bapak saya atas kasih sayangnya yang tulus dan selalu
memberikan doa yang terbaik buat saya.
5. Kakak dan semua saudara saya atas perhatian dan kasih sayangnya dengan
ketulusan hati memberikan doa, motivasi dan dukungan baik berupa moril
maupun materi kepada penulis.
6. Buat ketiga buah hati saya yang selalu memahami umminya terimakasih
atas motivasi dan doa ketulusan kalian.
7. Sahabat seperjuangan Minat Kesehatan Ibu dan Anak-Kesehatan
Reproduksi angkatan 2016 atas keceriaan, semangat, bantuan, dukungan,
motivasi dan kebersamaan selama ini.
ix
Penulis terbuka atas saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
perbaikan, karena menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangannya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Emi Badaryati
x
INTISARI
Latar Belakang: Kejadian hipertensi pada ibu hamil merupakan salah satu
penyebab timbulnya berbagai komplikasi baik bagi ibu hamil dan bayi. Kondisi
tersebut berdampak pada peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia. Beberapa faktor penyebabnya adalah, pola
makan, karakteristik ibu, paritas, riwayat hipertensi pada keluarga, pola makan,
aktifitas fisik, pola istirahat atau tidur, dan obesitas.
Tujuan: Mengetahui perbedaan pola makan pada ibu hamil yang mengalami
hipertensi dengan ibu hamil yang tidak mengalami hipertensi.
Hasil: Total responden adalah 110 orang ibu hamil. Ada hubungan signifikan
pola makan buruk dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil (OR 5,7; 95% CI
1,98-16,62 p-value 0,000). Variabel luar yang mempunyai hubungan signifikan
dengan kejadian hipertensi pada kehamilan adalah pola istirahat, riwayat
hipertensi pada keluarga, dan variabel obesitas. Variabel yang tidak berhubungan
adalah aktifitas fisik, paritas dan karakteristik ibu hamil; umur, pendidikan dan
pekerjaan. Analisa regressi logistic variabel pola makan buruk tetap berhubungan
signifikan walaupun setelah mempertimbangkan pola istirahat atau tidur, umur,
riwayat hipertensi pada keluarga dan pendidikan.
Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara pola makan buruk dengan
kejadian hipertensi pada ibu hamil. Diperlukan upaya preventif, konseling
berkualitas dan kerjasama lintas sektor terkait pencegahan hipertensi pada
kehamilan.
xi
ABSTRACT
Background: The incidence of hypertension in pregnant women is one of the
causes of various complications for both pregnant women and infants. These
conditions have an impact on the increase of Maternal Mortality Rate (MMR) and
Infant Mortality Rate (IMR) in Indonesia. Some of the causes are diet, mother's
characteristics, parity, family history of hypertension, diet, physical activity, rest
or sleep patterns, and obesity.
Objective: To know the difference of eating pattern in pregnant mother who have
hypertension with pregnant mother who does not have hypertension.
Results: Total respondents were 110 pregnant women. There was a significant
association of poor diet with incidence of hypertension in pregnant women (OR
5.7, 95% CI 1.98-16.62 p-value 0.000). External variables that have a significant
relationship with the incidence of hypertension in pregnancy are resting patterns,
family history of hypertension, and obesity variables. Unrelated variables are
physical activity, parity and pregnant women's characteristics; age, education and
employment. Logistic regression analysis of dietary variables of bad diet remained
significantly correlated although after considering the pattern of rest or sleep, age,
family history of hypertension and education.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian ibu dan bayi masih menjadi masalah yang harus dipecahkan oleh
pemerintah dan semua lapisan masyarakat. Berdasarkan Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) 2015, Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 305 per 100.000
kelahiran hidup, boleh dikatakan pemerintah gagal mencapai target yang
ditetapkan MDGs, dan sebagai tindak lanjut program tersebut adalah Sustainable
Development Goals (SDGs) (Statistik, 2016) Agenda penurunan AKI ada di
peringkat tiga dengan target secara global penurunan AKI pada tahun 2030 adalah
70 per 100.000 kelahiran hidup dan Indonesia menargetkan AKI pada tahun 2019
adalah 306 per 100.000 kelahiran hidup.
Beberapa penyebab yang masih mendominasi kematian ibu di dunia dan
mengancam keselamatan bayi yang dilahirkan yaitu perdarahan 25%, infeksi 15%
dan pre eklampsi 12%. Kematian ibu di Indonesia sekitar 60-80% disebabkan
oleh perdarahan, infeksi, partus macet dan tekanan darah tinggi pada kehamilan.
Kondisi ini menimbulkan berbagai komplikasi dan berdampak pada keselamatan
ibu dan bayi yang dilahirkan (Sihotang et al., 2016b).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu permasalahan kesehatan
yang akan menimbulkan komplikasi pada 1-2% kehamilan, dan sebesar 5-15%
merupakan satu dari tiga penyebab kematian ibu bersalin disamping perdarahan
dan infeksi. Ibu hamil dengan hipertensi akan meningkatkan kejadian komplikasi
pada ibu hamil seperti lahir prematur, pre eklampsia dan eklampsia serta kematian
maternal, sedangkan pada bayi berisiko mengalami bayi lahir dengan berat badan
rendah (BBLR) (Martin et al., 2015), juga meningkatkan risiko asfeksia pada bayi
baru lahir, serta kematian perinatal. Kasus perdarahan dan infeksi sudah dapat
ditekan karena semakin majunya fasilitas dan kompetensi dari pemberi pelayanan
kesehatan, sebaliknya pada kasus pre eklampsi kadang penanganannnya terlambat
diakibatkan ketidaktahuan dan keterlambatan dalam mencari pertolongan, maka
belum dapat diturunkan. Berdasarkan laporan dari berbagai rumah sakit ternyata
1
2
pre eklampsi atau hipertensi telah menggeser posisi perdarahan dan infeksi
menyebabkan kematian pada ibu hamil (Roeshadi, 2016).
Word Health Organization (WHO) melaporkan sekitar 35-55% wanita hamil
mengalami hipertensi selama kehamilannya dan semakin meningkat dengan
bertambahnya usia kehamilan. WHO juga menyatakan sebesar 20% kematian ibu
di negara berkembang berkaitan dengan hipertensi selama kehamilan, dan di
Indonesia bedasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007
sebanyak 24,5% wanita usia subur menderita hipertensi pada saat hamil
(Penelitian, 2008). Salah satu penyebabnya adalah pola makan dan pola istirahat
yang salah, dan bahkan ada keterkaitan antara dua faktor tersebut Persepsi yang
salah pada ibu hamil bahwa selama hamil harus makan lebih banyak karena untuk
porsi dua orang seringkali berimbas pada problem kegemukan pada ibu hamil atau
obesitas, yang akan memicu kenaikan tekanan darah pada ibu hamil
(Siswosuharjo et al., 2011)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Scotland menemukan bahwa wanita
yang mempunyai berat badan berlebih atau obesitas dibandingkan dengan wanita
dengan berat badan normal memiliki risiko yang lebih besar menderita hipertensi
essensial, hipertensi dalam kehamilan, diabetes gestasional dan section caesaria
waktu melahirkan (Denison et al., 2014). Berdasarkan penelitian di Indonesia juga
ditemukan hal senada yaitu di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah di Surakarta
didapatkan ada hubungan lingkar lengan atas (LILA) ibu hamil yang berlebih
dengan kejadian hipertensi di Rumah Sakit tersebut (Anas, 2013). Penelitian yang
dilakukan di wilayah puskesmas Biromoru Kabupaten Palu menunjukkan ada
hubungan antara kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan pola makan dan
istirahat ibu hamil (Sihotang et al., 2016b).
Hipertensi selama kehamilan didefenisikan sebagai tekanan darah dengan
diastolik 90 mmHg atau lebih dan tekanan sistol 140 mmHg atau lebih
(Cunningham et al., 2014). Hipertensi pada kehamilan dapat terjadi pada wanita
yang sebelumnya mengidap hipertensi kronis primer atau sekunder dan bisa juga
terjadi pada saat pertengahan atau pada saat kehamilan. Beberapa faktor risiko
yang dapat menyebabkan terjadnya hipertensi pada kehamilan adalah umur pada
3
waktu hamil < 20 tahun atau ≥39 tahun. Kemenkes (2014b) menyatakan faktor
paritas pada kehamilan primi dan multigravida rentan terjadinya pre eklampsi.
Faktor riwayat hipertensi pada keluarga juga berpengaruh, seorang wanita yang
mempunyai orang tua atau saudara dengan riwayat hipertensi lebih beresiko
mengalami hipertensi juga, riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya dan
wanita dengan obesitas. Selain itu faktor pola makan dan pola istirahat yang tidak
baik juga merupakan pencetus wanita mengalami hipertensi pada saat
kehamilannya (Cunningham et al., 2014). Beberapa faktor tersebut teruji
kebenarannya dengan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Bangil Pasuruan
menemukan yang melatarbelakangi terjadinya pre eklampsi pada kehamilan
trimester III yaitu usia ≥35 tahun (83,5%) paritas nullipara (77%), riwayat pre
eklampsi (40,7%), paritas primipara (43%), dan riwayat hipertensi (70,8%)
(Agustin, 2015a)
Seorang wanita dianjurkan untuk mempertahankan Body Mass index (BMI)
dalam rentang normal pada kehamilan berikutnya (18,5-24,9/kg/m2) (National
Collaborating Centre for Women's Children's Health, 2010). Dari hasil penelitian
yang dilakukan di Australia secara Logitudinal Study yang bersifat observational
population terhadap kesehatan wanita diperoleh fakta bahwa intervensi diet
kehamilan mengakibatkan terjadinya penurunan yang signifikan dalam resiko pre
eklampsi hipertensi gestasional, dan kelahiran prematur, serta distosia bahu. Tidak
ada bukti adanya bahaya sebagai akibat dari intervensi berbasis diet pola makan
dan aktifitas fisik pada kehamilan (Schoenaker et al., 2015).
Upaya untuk mengurangi kejadian hipertensi di Indonesia, dengan kebijakan
Peraturan Pemerintah Menkes RI Nomer 97 tahun 2014 tentang pelayanan
kesehatan sebelum hamil, masa hamil, persalinan dan masa sesudah melahirkan,
penyelenggaraan pelayanan kesehatan seksual. Pada Permenkes tersebut
menerangkan bahwa kegiatan pelayanan kesehatan pada masa hamil dilakukan
melalui program Antenatal Care (ANC) terpadu dimana palayanan antenatal
dilakukan secara komprehensif dan terpadu mencakup promotif, preventif,
sekaligus kuratif dan rehabilitatif agar masalah pada kehamilan dapat terdeteksi
dan ditangani sedini mungkin. Salah satu bentuk pelayanan adalah setiap ibu
4
8
9
pada syndrome pre eklampsia, diperlukan observasi ketat selama kehamilan. Jika
perkembangannya positif maka akan menghasilkan ibu dan janin yang baik akan
tetapi jika perkembangannya jelek akan berpotensi terjadinya hipertensi kronis di
kemudian hari (Cunningham et al., 2014).
2. Epidemiologi Hipertensi Pada Kehamilan
Sekitar 90-95% hipertensi merupakan gangguan utama dan sekitar 90%
diakibatkan kelainan yang sudah ada sebelum hamil seperti kelainan pada ginjal
(penyakit parenkin ginjal, penyakit glomerulus, penyakit vaskuler ginjal, kelainan
endocrine) atau pada penggunaan kontrasepsi oral. Sebesar 20-25% pada wanita
dengan hipertensi kronis mengalami pre eklampsia selama kehamilan (Begum et
al.). Sekitar 22% pada wanita usia subur dengan hipertensi kronis kejadiannya
bervariasi pada faktor usia, IMT dan ras. Sekitar 1% disebabkan oleh hipertensi
kronis, 5-6% hipertensi gestasional dan pre eklampsi sekitar 3-6%. Kelompok
risiko mengalami hipertensi pada kehamilan seperti pre eklampsia adalah usia <
20 tahun atau >39 tahun (Kemenkes, 2014a). Wanita yang menderita pre
eklampsia pada kehamilan sebelumnya mempunyai risiko mengalami hal yang
sama pada kehamilan berikutnya. Faktor lain yang berisiko mengalami hipertensi
pada kehamilan juga terjadi pada wanita primipara, mendapat pasangan hidup
baru, mempunyai riwayat keluarga dengan pre eklampsi, jarak kehamilan yang <
2 tahun atau > 10 (Cunningham et al., 2014). Wanita obesitas dengan BMI ≥30
juga berisiko menderita hipertensi pada saat hamil, serta wanita dengan memiliki
beberapa faktor resiko medis seperti penyakit ginjal, lupus, trombofilia, dan
sejarah migrain, serta penggunaan antidepresion sebelum hamil (Obstetricians and
Gynecologists, 2013).
3. Penegakan Diagnose
Penegakkan diagnose untuk klasifkasi dari hipertensi pada kehamilan kadang
sulit teridentifikasi, ini merupakan tantangan bagi dunia medis. Gejala klinis bisa
diperoleh melalui riwayat sebelum hamil, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium. Penelitian di Inggris mengembangkan metode skrining pada
trimester pertama untuk mendeteksi wanita yang berisiko terkena pre
eklampsia/hipertensi gestasional dengan menggunakan kombinasi beberapa cara
11
yaitu menghitung rata rata tekanan arteri, indeks pulsatilitas arteri uterin, protein
pada plasma dan faktor pertumbuhan plasenta. Metode ini efektif untuk
memprediksi pre eklampsia secara dini (de Swiet, 2000).
4. Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi dari hipertensi pada kehamilan bisa terjadi pada ibu dan janin
dilahirkan. Ibu hamil berisiko mengalami kejang eklampsia, perdarahan
intraserebral, oedema paru, gagal ginjal akut, trombositopeni, pembengkakan
hati, infark hepatic dan pada janin berisiko placenta abruptio, pertumbuhan janin
terhambat dalam uterin, lahir prematur dan kematian janin dalam uterin.
Hipertensi pada kehamilan merupakan pemicu terjadinya gangguan
kardiovaskuler dimasa mendatang pada seorang perempuan. Pencegahan risiko
dapat dilakukan perbaikan perilaku hidup, mengontrol tekanan darah, dan
mempertimbangkan faktor metabolik pada perempuan tersebut. (Obstetricians and
Gynecologists, 2013).
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil
Penyakit hipertensi pada ibu hamil merupakan salah satu penyebab kematian
ibu yang selama ini masih belum diketahui penyebabnya secara pasti, dan
diketahui juga sebagai salah satu dari 3 penyebab utama kematian ibu, yaitu
urutan ketiga sebesar 13%. Berdasarkan kerangka Mc Charty Maine (1998) dan
Maine 1992 di modifikasikan dengan Migini, Villard and Khan (Mignini et al.,
2006) dan Komar (Robbins and Kumar, 2007), beberapa faktor risiko yang diduga
sebagai penyebab terjadinya hipertensi pada ibu hamil adalah sebagai berikut:
a. Status Wanita dalam Keluarga dan Masyarakat
Faktor pendidikan ibu hamil berdampak pada upaya untuk pemeliharaan
kehamilannya. Bagi ibu hamil dengan pendidikan yang tinggi akan
berpengetahuan yang lebih dan keingintahuannya lebih kuat jika dibandingkan
dengan pengetahuan yang rendah. Dari berbagai penelitian didapatkan pendidikan
seorang ibu berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada kehamilan seperti
eklampsia. Penelitian di India menemukan ibu hamil dengan tingkat pendidikan
yang rendah berpotensi mengalami eklampsia yaitu dari 18.783 ibu hamil yang
tidak memliliki pendidikan sebanyak 2.277 mengalami eklampsia dan ada
12
hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu hamil dengan kejadian eklampsia
dengan nilai P value 0,001 (Agrawal et al., 2017). Selain itu dari survey WHO di
beberapa negara ditemukan pencapaian pendidikan berhubugan secara signifikan
dengan kejadian pre eklampsia / eklampsia (Ota et al., 2014). Namun tidak
demikian pada penelitian yang dilakukan Nuning di Brebes dalam Saraswati and
Mardiana (2016) dimana faktor pendidikan tidak berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi pada ibu hamil.
Faktor pekerjaan juga berpengaruh pada kejadian hipertensi pada ibu hamil.
Bagi ibu yang bekerja mendukung sosial ekonomi keluarga dan meningkatkan
daya beli terhadap asupan yang bergizi, mampu untuk mengakses fasilitas
pelayanan yang berkualitas. Kondisi tersebut mengurangi ibu hamil berisiko
seperti hipertensi pada kehamilan. Dari penelitian yang dilakukan di India ibu
hamil yang tidak bekerja lebih berpeluang mengalami eklampsia yaitu sebesar 2,7
kali dibandingkan yang bekerja (Agrawal et al., 2017). Tapi berbeda dengan
penelitian di Indonesia yang dilakukan di Brebes tahun 2016 (Saraswati and
Mardiana, 2016), faktor pekerjaan tidak berhubungan terhadap kejadian pre
eklampsia dengan nilai p value 0,837.
Status masyarakat seperti sumber daya (tenaga kesehatan) dan fasilitas
kesehatan (rumah sakit, puskesmas atau praktek swasta) secara tidak langsung
juga mempengaruhi terjadinya risiko tinggi pada ibu hamil termasuk hipertensi
pada ibu hamil. Fasilitas kesehatan mempunyai peranan penting dalam upaya
preventif dengan konseling dan promosi kesehatan juga upaya kuratif dengan
penanganan yang cepat, tepat dan efektif. Beberapa penelitian membuktikan
hubungan antara kejadian hipertensi pada kehamilan dengan status masyarakat
tersebut. Survey WHO di multinegara diketahui bahwa tidak adanya perawatan
antenatal ditemukan sebagai faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian
hipertensi pada ibu hamil (AOR: 141; 95 % CI 1,26-1,57) (Ota et al., 2014).
b. Status Gizi dan Kesehatan
Beberapa faktor status kesehatan wanita yang berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi adalah gizi; Indek Massa Tubuh (IMT), infeksi, penyakit kronik,
riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya dan riwayat hipertensi pada
13
keluarga. Nutrisi memegang peranan penting bagi ibu hamil, pengaturan diet dan
manajemen berat badan pada wanita mempengaruhi saat hamil dan janin yang ada
dalam kandungannya. Nutrisi selama kehamilan berdampak pada berat bayi lahir
dan perkembangan bayi lebih lanjut. Pola makan dengan asupan nutrisi yang tidak
tepat menyebabkan IMT yang melebihi dari batas normal, dan meningkatkan
risiko terjadinya hipertensi pada kehamilan seperti eklampsia. Fakta ditemukan
pada penelitian (Shin and Song, 2015), seorang wanita dengan BMI 30 kg/m2
menaikkan risiko terjadinya hipertensi gestasional (Odds ratio (AOR) = 291: CI
95 % CI = 2.76-3.07. Selain itu studi kohort di Liyuang Cina tahun 2010-2011
diperoleh data dari 6.223 ibu hamil dengan indeks masa tubuh lebih dari 24
meningkatkan risiko kejadian hipertensi gestasional dan eklampsia (Li et al.,
2016).
Penyakit hipertensi pada kehamilan cenderung terjadi pada ibu hamil yang
mempuyai riwayat hipertensi pada keluarganya seperti yang terjadi pada
penelitian di Jepang. Wanita Jepang berisiko mengalami hipertensi pada
kehamilannya sebesar 2,7 kali lipat lebih besar pada wanita yang memiliki ibu
dengan hipertensi dibandingkan dengan mereka yang ibunya tidak memiliki
penyakit hipertensi (Kurabayashi et al., 2013). Bertolak belakang dengan
penelitian di Indonesia yang dilakukan di Menado didapatkan riwayat hipertensi
pada keluarga tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil
(Setiadhi et al., 2016). Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya juga
merupakan pencetus terjadinya hipertensi pada seorang wanita. Berdasarkan
penelitian di Bangil ditemukan bahwa pada perempuan yang mengalami pre
eklampsia pada kehamilan sebelumnya sangat beresiko mengalami hal yang sama
pada kehamilan berikutnya (Agustin, 2015b).
Hipertensi pada kehamilan dapat terjadi pada wanita yang mengalami
gangguan kesehatan sebelum hamil baik penyakit infeksi (peradangan) atau
penyakit kronik. Penelitian di China ditemukan pada 6.223 kehamilan dengan
diabetus mellitus meningkatkan risiko terjadinya pre eklampsi dan hipertensi
gestasional. Berdasarkan Survey Global WHO di multinegara (Ota et al., 2014)
menemukan penyakit infeksi pielonefritis dan infeksi saluran kencing juga sebagai
14
faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian pre eklampsia. Tidak demikian
pada penelitian di Brebes (Saraswati and Mardiana, 2016), riwayat diabetes
mellitus tidak berhubungan dengan kejadian pre eklampsia pada ibu hamil.
c. Status Reproduksi
Faktor-faktor status reproduksi yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
selama kehamilan adalah umur dan paritas. Secara teori dikatakan usia wanita
hamil yang terlalu tua (>39 tahun) atau terlalu muda (<20 tahun) lebih berisiko
mengalami hipertensi selama kehamilannya (Kemenkes, 2014a). Penelitian yang
dilakukan di China selaras dengan teori ini yaitu ditemukan umur ibu hamil yang
lebih dari 39 tahun beresiko menderita pre eklampsia atau hipertensi gestasional
(Li et al., 2016). Paritas primipara dan grandemultipara diduga lebih dominan
mengalami hipertensi selama kehamilannya. Selaras dengan penelitian di India
dimana faktor paritas mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kejadian
eklampsia dengan nilai dengan p value 0,001 (Agrawal et al., 2017). Hal yang
sama juga ditemukan di Indonesia, berdasarkan penelitan Nuning di Brebes
(Saraswati and Mardiana, 2016) status gravida berhubungan dengan kejadian pre
eklampsia dengan nilai p value 0,009.
d. Perilaku Sehat
1) Pola Makan
Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang memanfaatkan
pangan yang ada sebagai reaksi dari tekanan ekonomi dan sosial budaya yang
dialaminya (Almatsier, 2002). Pola makan seorang wanita berpengaruh pada
masa kehamilan, oleh karena itu seorang perempuan sejak remaja sampai
memasuki masa kehamilannya harus memperhatikan pola makan yang sehat dan
seimbang. Anggapan bahwa “makan untuk dua orang” sebagai porsi ganda
sebenarnya salah kaprah, tetapi asupan yang diperlukan cukup untuk ibu dan janin
yang dikandungnya. Dampak makan banyak adalah kegemukan atau obesitas pada
ibu hamil dan kedepannya berisiko bagi kehamilan dan proses persalinannya. Ibu
hamil juga selayaknya memperhatikan makanan yang dimakannya, yaitu cukup
nutrisi untuk memenuhi kebutuhan gizi tambahan pada ibu hamil. Nutrisi
diperlukan untuk pertumbuhan janin, persiapan menyusui, air ketuban, plasenta
15
dan volume darah (Siswosuharjo et al., 2011). Dibawah ini beberapa panduan
untuk memenuhi nutrisi gizi selama kehamilan:
a) Karbohidrat dan lemak
Kebutuhan karbohidarat perlu tambahan sebesar 300 kalori tambahan selama
kehamilan disamping kebutuhan sebelum hamil yaitu 2800-3000 kal/hari. Sumber
karbohidrat dan lemak yang bisa menjadi alternatif bahan makanan seperti nasi,
mie, roti, ketela, jagung, sagu, gandum, kentang, ubi, terigu dan sebagainya
(Siswosuharjo et al., 2011).
Asupan lemak dalam batas normal diperlukan tubuh untuk menjaga
keseimbangan kondisi fisik ibu hamil, tetapi dalam jumlah yang berlebih dapat
mengganggu fungsi plasenta dan akhirnya mengganggu perkembangan janin dan
pemicu terjadinya penyakit metabolik untuk kehidupan selanjutnya. Diperlukan
strategi intervensi gizi seperti diet lemak selama kehamilan untuk mengurangi
risiko gangguan metabolik. Selain itu diet tinggi lemak seara sigifikan
menurunkan berat badan janin. Kenaikan Indek Masa Tubuh (IMT) sebelum dan
selama kehamilan sangat kuat menyebabkan komplikasi kehamilan seperti
diabetes mellitus, pre eklampsia, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) kelahiran pre
matur dan makrosomia (Wright et al., 2015)
b) Protein
Selama kehamilan diperlukan tambahan sebesar 80 gr/hari. Beberapa alternatif
bahan makanan yang bisa dikonsumsi adalah tahu, tempe dari kedelai, daging
sapi, daging ayam, daging kerbau, ikan laut maupun ikan tawar, susu, keju, dan
telur (Siswosuharjo et al., 2011).
c) Vitamin dan Mineral
Proses metabolisme dan perlindungan berjalan lancar dibutuhkan vitamin dan
mineral seperti kalium, kalsium, natrium, magnesium, fosfor, yodium, zat besi,
asam folat, dan mineral lainnya serta beberapa vitamin seperti vitamin A, vitamin
B dan Vitamin C (Siswosuharjo et al., 2011). Beberapa zat vitamin dan mineral
penting yang mempunyai peranan dengan kejadian hipertensi pada kehamilan
adalah natrium, kalsium, kalium dan magnesium. Berikut uraian beberapa zat
mikro yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada kehamilan yaitu:
16
i) Magnesium
Hipertensi pada kehamilan adalah salah satu penyakit akibat dari penurunan
asupan magnesium dan konsentrasi serum magnesium dalam darah (Bo et al.,
2006). Kondisi kekurangan zat ini dalam sel meningkatkan jumlah C-Reaktive
Protein (CRP) yang mengakibatkan konsentrasi oksidatif stress meningkat dan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan endothelial. Selain itu kekurangan
magnesium akan merangsang sintesa Oksida Nitrit, dan proses inflamasi yang
berhubungan dengan proses pengaturan dalam microvaskular (Bo et al., 2006).
ii) Kalium
Salah satu cara untuk menurunkan tekanan darah yaitu dengan mengkonsumsi
kalium, kalsium dan magnesium yang bersumber pada sayur mayur, buah buahan,
sereal dan produk susu (Sacks et al., 1998) Penurunan tekanan darah bisa
menaikkan kemampuan filtrasi glomerulus dan menurunkan resistensi vaskuler
ginjal. Tingginya konsentrasi kalium dapat memperlambat proses aterosklerosis
dengan menurunkan radikal bebas, poliferasi otot polos, trombosis pada arteri,
dan agregasi platelet walaupun masih sebatas penelitian di hewan percobaan
(Bazzano et al., 2001).
iii) Kalsium
Menurunnya penyerapan kalsium atau kurang adekuatnya konsumsi kalsium
menyebabkan menurunnya konsentrasi kalsium yang terionisasi dalam serum dan
menurunnya sekresi kalsium dalam urin (Ritchie and King, 2000). Kebutuhan
kalsium untuk ibu hamil dibutuhkan paling tidak 1.200 mg, adapun sumber
makanan yang mengandung kalsium adalah susu, cereal, keju, dan youghurt.
Kebutuhan asam folat setidaknya 800 mcg (0.8 mg) setiap harinya. Ibu hamil
dianjurkan untuk makan makanan yang ada asam folat dalam jumlah besar atau
dengan mengkonsumsi vitamin asam folat sesuai dosis yang dianjurkan karena
asam folat di bahan alami mudah rusak akibat proses pemanasan (Siswosuharjo et
al., 2011).
Dalam sebuah penelitian epidemiologis menunjukkan ada hubungan antara
kejadian hipertensi dalam kehamilan dengan asupan kalsium. Hipotesis adalah
kalsium mempengaruhi kontraktilitas otot polos dengan meningkatkan vasoaktif
17
v) Natrium
Natrium berperan untuk hemostasis seluler fungsi fisiologis, kelebihan natrium
erat kaitannya dengan peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah
akibat natrium terjadi karena perubahan fungsi ginjal, fungsi jantung, volume
cairan, pembuluh darah, hormon pengatur cairan dan sistem syaraf otonom (Cook
et al, 2016). Makanan yang bergaram menyebabkan sirkulasi darah terganggu
akibat dari adanya penimbunan caian dalam darah (diuretik). Kondisi ini membuat
jantung bekerja lebih kuat dan akhirnya tekanan darah seseorang menjadi tinggi.
Sumber natrium terdapat pada garam dapur, vetsin, kecap, saos tomat, soda, bahan
pengawet seperti natrium benzoate dan natrium nitrit (Rudijanto, 2015).
Beberapa zat makro seperti karbohidrat dan lemak serta zat mikro (kalium,
kalsium, natrium dan magnesium) yang tidak sesuai angka kebutuhan gizi (AKG)
akan mempengaruhi keseimbangan tekanan darah pada seseorang (Sunita, 2004).
Pola makan ibu hamil dengan asupan lemak dan kalori berlebih akan membuat
sumbatan pada pembuluh darah mengakibatkan penyempitan pada pembuluh
darah. Asupan natrium yang berlebih mengakibatkan terganggunya reasorbsi
natrium, dan menyebabkan meningkatnya volume darah (Sunita, 2004). Begitu
juga asupan zat mikro lainnya seperti kalium, kalsium dan magnesium yang
kurang akan mengganggu reasorbsi zat mikro tersebut dan berakibat pada
resistensi perifer total (Sunita, 2004).
Selama ini pola makan ibu hamil kadang terjebak dengan asumsi bahwa
seorang ibu hamil harus makan banyak karena untuk dua orang. Ibu hamil
berlebih dalam asupan kalori atau lemak dan zat mikro lainnya seperti natrium.
Beberapa penelitian di Indonesia, salah satunya di Palu tahun 2016 menemukan
ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan hipertensi pada
kehamilan. Asupan lemak dan garam yang berlebih pada ibu hamil merupakan
faktor penyebab kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai p value 0,000
(Sihotang et al., 2016a).
2) Pola Istirahat atau Tidur pada Ibu Hamil
Definisi tidur adalah suatu proses yang penting bagi manusia karena terjadi
proses pemulihan pada tubuh manusia yang mengembalikan kondisi seseorang
19
pada tahap semula, badan yang semula lelah menjadi segar kembali. Apabila
proses pemulihan atau tidur terganggu maka seseorang cepat lelah dan mengalami
penurunan konsentrasi sehingga tidak bisa beraktifitas maksimal. Diperlukan
kualitas tidur yang baik untuk memenuhi proses pemulihan tersebut (Hidayat,
2006).
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur sehingga tidak terlihat
kelelahan, mengantuk atau tanda tanda lain seperti mata merah, kehitaman pada
sekitar mata, apatis, mudah terangsang dan gelisah, lesu, kelopak mata bengkak,
konjungtiva merah, mata perih dan perhatian terpecah pecah, sering menguap atau
mengantuk (Hidayat, 2006). Kualitas tidur seseorang tidak bisa dilihat dari
lamanya tidur tetapi dipengaruhi oleh bagaimana pemenuhan kebutuhan tidur
seseorang tersebut. Indikator yang menandakan bahwa seseorang itu cukup
terpenuhi kebutuhan tidurnya adalah pada saat bangun tidur seseorang tersebut
merasa tubuhnya segar kembali (Potter and Perry, 2006).
Kehamilan merupakan masa kritis dimana banyak terjadi perubahan baik
secara fisik maupun psikis pada wanita hamil tersebut. Misalnya pembesaran pada
uterus mempengaruhi pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada ibu hamil
karena sulit menentukan posisi yang nyaman saat tidur. Perubahan hormonal juga
menyebabkan perubahan psikis sehingga sulit untuk memulai dan
mempertahankan tidur (Hollenbach et al., 2013). Seorang wanita hamil biasanya
mengalami insomnia atau kesulitan tidur dan sudah menjadi keluhan umum
selama kehamilan. Gangguan tidur erat kaitannya dengan kesehatan psikologis,
masalah medis yang buruk dan kualitas hidup menjadi buruk. Pada kenyataannya
seorang wanita membutuhkan waktu tidur yang lebih daripada seorang laki laki
(Bei et al., 2015).
Gangguan tidur berdampak lebih buruk terhadap janin, kehamilan dan proses
persalinannya (Hollenbach et al., 2013). Gangguan tidur seperti insomnia,
mendengkur, gelisah, menyebabkan komplikasi kehamilan seperti diabetes
gestasional, kehamilan dengan hipertensi, dan depressi saat postpartum. Banyak
atau sedikitnya waktu istirahat akan mempengaruhi tekanan darah meningkat pada
20
ibu hamil terutama pada trimester ke tiga, karena proses hemostasis yang
mempunyai peranan dalam pengaturan tekanan darah (Sihotang et al., 2016b).
Selama ini pada beberapa penelitian ditemukan ada hubungan antara pola
istirahat dan tidur dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil, seperti yang
dilakukan (Facco et al., 2010) menemukan bukti empiris gangguan tidur pada
awal kehamilan berdampak buruk bagi kehamilannya yaitu hipertensi gestasional,
pre eklampsi dan kelahiran preterm. Begitu juga di Indonesia yang dilakukan oleh
(Sihotang et al., 2016a) menyatakan bahwa ada hubungan signifikan antara pola
istirahat / tidur dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai p value 0,
036.
3) Pola Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik bagi ibu hamil sangat penting untuk mengurangi risiko
kesehatan yang merugikan. Aktifitas fisik dapat didefenisikan sebagai suatu upaya
gerakan dari otot otot rangka tubuh manusia yang membutuhkan pengeluaran
energi (WHO, 2010). Gerakan bisa dimanapun dan dalam kondisi apapun seperti
waktu luang, olahraga, pekerjaan, dan domestik (Chamberlain et al., 2016).
Di beberapa negara seperti Inggris, Kanada dan Amerika Serikat pada berbagai
instansi merekomendasikan kepada seluruh ibu hamil melakukan aktifitas fisik
minimal 150 menit atau lebih dalam satu minggu agar kehamilannya sehat (Tsigga
et al., 2011). Aktifias fisik dapat memperbaiki kesehatan ibu hamil dan anaknya
nanti. Dalam penelitian ditemukan bahwa ibu hamil yang melakukan aktifitas fisik
dapat meningkatkan stamina dan memperbaiki mood, fisik dan serta mengurangi
mual, kelelahan, dan stress (Forbes et al., 2015). Aktifitas fisik berdampak baik
bagi bayi yang dikandungnya dan mengurangi kejadian obesitas. Obesitas pada
perempuan akan meningkatkan risiko kesehatan untuk ibu dan bayinya karena
bahaya pre eklampsi, kehamilan dengan diabetes mellitus, gangguan hipertensi,
persalinan sectio caesaria dan lahir mati (Norman and Reynolds, 2011). Pada
penelitian Devita Elsanti tahun 2016 juga ditemukan ada hubungan secara
signifikan antara pola aktifitas dengan kejadian pre eklampsia atau eklampsia
dengan nilai p value 0,026 (Elsanti et al., 2016).
21
Semua kondisi non medis dan medis diatas berdampak pada kondisi
kesehatan ibu hamil. Tekanan berbagai permasalahan kesehatan atau interaksi
antar faktor tersebut menimbulkan berbagai gangguan fisik pada ibu hamil. Salah
satunya adalah gangguan sirkulasi darah ke plasenta janin yaitu angiogenesis
fetoplacenta dan terjadi kegagalan invasi sel trofoblast mengakibatkan hipoksia
plasenta. Apabila kondisi ini berkelanjutan akan terjadi pelepasan zat-zat toksin
seperti sitokin, radikal bebas dalam bentuk lipid peroksidase dalam sirkulasi darah
ibu dan terjadi stress oksidatif yaitu jumlah zat radikal bebas melebihi dari
jumlah antioksidan (Roberts and Hubel, 2004). Stress oksidatif menyebabkan
penyimpangan pada hormon calciotrophic, lepasnya faktor pertumbuhan endhotel
vaskuler, faktor nekrosis, tumor dan lain lain. Semuanya berpengaruh pada fungsi
dari endotel, yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan zat-zat yang
berperan sebagai vasodilator dengan vasokonstriktor sehingga terjadi
vasokontriksi yang luas dan akhirnya timbul gejala hipertensi. Lebih fatal lagi bila
hipertensi disertai proteinuria yang berlanjut ke eklampsia atau kejang pada
kehamilan (Roberts and Hubel, 2004).
22
A. Kerangka Teori
Perubahan angiogenesis
fetoplasenta
C. Kerangka Konsep
Hipertensi dalam
Pola Makan
kehamilan
Variabel Luar
D. Hipotesis Penelitian
Pola makan buruk lebih banyak ditemukan pada ibu hamil dengan tekanan
darah tinggi dibandingkan ibu hamil dengan tekanan darah normal.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitan
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain
penelitian case control. Pengamatan dan pengukuran terhadap variabel dilakukan
untuk mengetahui bagaimana faktor risiko mempengaruhi terjadinya hipertensi
pada ibu hamil dengan menggunakan pendekatan terhadap kasus dan kontrol
(Sostroasmoro, 2011). Faktor risiko ditelusuri pada kedua kelompok secara
retrospektif kemudian melakukan perbandingan antara dua kelompok tersebut.
Pada pemilihan kelompok kontrol dan kasus dilakukan matching (padanan) pada
umur kehamilan untuk menghindari bias dan meningkatkan keakuratan subyek
penelitian.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah Kota Banjarbaru karena hipertensi pada
kehamilan menjadi salah satu penyumbang kematian cukup besar. Pada tahun
2016 penyebab kematian ibu akibat pre eklampsi masih menempati urutan
pertama yaitu sebanyak 3 orang (60%). Penelitian dimulai 14 April sampai
dengan 09 Mei 2018.
C. Subyek Penelitian
1. Batasan Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang ada di wilayah
Kota Banjarbaru.
2. Subjek Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang menderita hipertensi dan
yang tidak menderita hipertensi pada usia kehamilan ≥ 20 minggu diambil dari
populasi seluruh puskesmas (9 puskesmas) yang berada diwilayah Kota
Banjarbaru, dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Kelompok Kasus
1) Kriteria inklusi
Persyaratan umum:
- Umur ibu hamil 19 – 45 tahun.
24
25
D. Besar Sampel
Menentukan besar sampel dalam case control menggunakan rumus
perhitungan yaitu hypothesis test for an odds Ratio (Lemeshow et al., 1997)
Rumus:
Keterangan:
n = Besar Sampel.
P1 = Proporsi ibu hamil dengan hipertensi yang pola makannya buruk.
26
P2 = Proporsi ibu hamil tidak dengan hipertensi yang pola makannya buruk.
P = Rata-rata P1 dan P2 (P1-P2)/2.
Z1-α/2 = Niai Z ada derajat kemaknaan 95% = 1, 96.
Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji power 80%.
Nilai P1 dan P2 ditentukan berdasarkan hasil penelitian Sihotang tahun 2016
(Sihotang et al., 2016c) diperoleh proporsi ibu hamil dengan pola makan kurang
baik yang mengalami hipertensi 0,22 dan proporsi ibu hamil dengan pola makan
kurang baik yang tidak mengalami hipertensi adalah 0,02. Besar sampel minimal
tiap kelompok kasus dan kontrol dengan perbandingan 1:1. Perhitungan besar
sampel dengan tingkat kepercayaan 95% dan power sebesar 80% dengan
menggunakan software STATA didapatkan besar sampel untuk satu kelompok
berjumlah 50 responden, kemudian ditambahkan 10% sehingga besar sampel
adalah sebanyak 55 responden. Total besar sampel yaitu 110, yang menjadi
kelompok kasus 55 orang dan yang menjadi kelompok control 55 orang.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster random sampling.
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan karakteristik pada subyek penelitian yang
berbeda dari satu subyek dengan subyek yang lainnya. Variabel terikat dalam
penelitan ini adalah hipertensi pada kehamilan, sedangkan variabel bebas adalah
pola makan ibu hamil dan variabel luar adalah karakteristik ibu hamil (umur,
pendidikan, pekerjaan), paritas, riwayat hipertensi pada keluarga, pola aktifitas
fisik, pola istirahat atau tidur dan obesitas.
27
F. Definisi Operasional
Tabel 2. Definisi Operasional
Nominal 0 = Baik
Pola istirahat atau Keadaan dimana tidur yang dijalani ibu hamil 1 = Buruk
tidur yang terdiri dari tujuh komponen berupa: 1.
Kualitas tidur subyektif, 2. Tidur laten, 3. Lama
tidur, 4. Efesiensi tidur, 5. Gangguan tidur, 6.
Pemakaian obat tidur, 7. disfungsi siang hari.
Sebagai alat ukur adalah kuesioner Pitsburgh
Sleep Quality Index (PSQI). Pola istirahat dan
tidur dikatakan baik apabila interpretasi skor 0-15
dan dikatakan buruk apabila interpretasi skor 15-
21.
28
Riwayat hipertensi Faktor risiko yang ada pada keluarga mengenai Nominal 0 = Tidak ada
pada keluarga masalah kesehatan yaitu penyakit hipertensi dari riwayat
orang tuanya atau saudaranya yang lain. Dikatakan hipertensi pada
ada faktor riwayat hipertensi keluarga apabila ibu keluarga
hamil mempunyai orang tua atau saudara juga 1 = Ada riwayat
mengalami hipertensi dan sebaliknya digolongkan hipertensi pada
tidak ada riwayat hipertensi keluarga apabila ibu keluarga
hamil tidak mempunyai orang tua atau saudara yang
mengalami hipertensi. Informasi diperoleh melalui
wawancara pada saat pengisian kuesioner.
Perempuan
19-29 tahun 2250 75 1500
30-49 tahun 2150 60 1500
Hamil (+an):
Trimester 1 +180 +6 +0
Trimester 2 +300 +10 +0
Trimester 3 +300 +10 +0
Sumber: AKG dari Permenkes RI No 75 tahun 2013
4. Indek Massa Tubuh (IMT)
Antropometri merupakan indikator dari status gizi dan dapat dilakukan
dengan pengukuran beberapa parameter yaitu ukuran tunggal dari tubuh manusia
seperti lingkar kepala, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
perut, lingkar pinggul, tinggi badan, berat badan, tebal lemak dibawah kulit. Indek
Masa Tubuh (IMT) sebelum hamil digunakan untuk menilai status gizi pada ibu
hamil apakah obesitas atau tidak. Data yang digunakan adalah rekam medik pada
buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Cara perhitungan IMT adalah dengan
perhitungan antara tinggi badan dengan berat badan dengan rumus sebagai
berikut:
31
(Azwar, 2007)
Kreteria dari nilai IMT yaitu digolongkan kurus apabila <18.5 kg/m2, normal
apabila 23-25 kg/m2 dan kategori obesitas apabila >25 kg/m2.
5. Pinsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Variabel pola istirahat atau tidur menggunakan kuesioner PSQI. Kuesioner ini
merupakan alat yang valid dan reliable yang digunakan oleh tenaga kesehatan
untuk mengkaji kualitas tidur secara menyeluruh selama kehamilan dan mengkaji
efisiensi kebiasaan tidur serta gangguan tidur pada malam dan siang hari
(Skoutersis, 2009). Kuesioner ini juga digunakan oleh penelitian sebelumnya
dengan responden ibu hamil (Ko, Chang & Chen 2010; Komalasari, Maryati &
Koeryaman, 2012; Wahida shintaradita 2016). Komponen komponen PSQI adalah
kualitas tidur, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur,
penggunaan obat dan disfungsi di siang hari. Instrumen ini terdiri dari pertanyaan
terbuka dan tertutup.
Untuk petanyaan tertutup mempunyai rentang jawaban antara 0-3, nilai 0 untuk
jawaban tidak pernah, nilai 1 jika jawaban kurang dari 1 kali dalam seminggu,
nilai 2 jika jawaban 1 atau 2 kali dalam seminggu, dan 3 untuk jawaban 3 kali atau
lebih dalam seminggu. Sedangkan total nilai instrument ini adalah dari 0 sampai
21, nilai 0 artinya responden mempunyai kualitas tidur yang baik, sedangkan nilai
21 responden mempunyai kualitas tidur yang buruk (Buysse et al., 1989). Untuk
interpretasi skor ≤15 menyatakan kalau kualitas tidur yang baik dan skor >15
menandakan kualitas tidur yang buruk (Buysse et al, 1989 cit. wahida shintaradita,
2016). Gambaran penilaian kualitas tidur responden dapat dilihat pada tabel 5
dibawah ini :
32
mengetahui hubungan antara variabel bebas, variabel luar dan variabel terikat.
Analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis kausal. Analisis kausal
adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat
berdasarkan pengamatan pada akibat yang terjadi dan berusaha mencari faktor
penyebab melalui data yang dikumpulkan. Menggunakan pendekatan dengan
melihat perbedaan antara dua kelompok kemudian menggali faktor-faktor yang
mungkin menjadi penyebab atau akibat dari perbedaan kedua kelompok tersebut
(He et al., 2016).
a. Analisis Bivariabel
Analisis bivariabel digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini analisis bivariabel
dilakukan untuk melihat hubungan antara kejadian hipertensi pada ibu hamil
dengan variabel bebas yaitu pola makan serta pengaruh variabel luar; umur,
paritas, riwayat hipertensi pada keluarga, pola aktifitas fisik, pola istirahat atau
tidur, dan obesitas. Hasil nilai bivariabel dinyatakan dengan nilai p value dan nilai
OR (odds Ratio) juga melihat nilai 95 % Confidence Inerval (CI). Apabila nilai p
value mempunyai nilai <0.05 maka dapat dinyatakan ada hubungan yang
signifikan antar variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai OR untuk melihat
besarnya paparan (faktor resiko) dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil.
Sedangkan Confidence Inerval (CI) untuk melihat tingkat kepercayaan batas atas
(upper) dan batas bawah (lower) sebuah analisis.
b. Analisis Multivariabel
Analisis ini disebut juga sebagai regressi logistik atau kondisional, ini
dilakukan untuk melihat perbedaan pengaruh antara dua variabel atau lebih, yaitu
melihat nilai Odds Ratio (OR) dan nilai 95% Confidence Inerval (CI).
J. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
Penelitian diawali dengan survey pendahuluan dan pengambilan data awal ke
lapangan kemudian konsultasi dengan dosen pembimbing untuk menentukan
variabel yang diteliti. Melakukan studi pustaka dengan pencarian literatur untuk
memulai penyusunan tesis. Selanjutnya mempersiapkan instrumen penelitian yang
35
Pada tahap ini penelitian dilakukan pada saat pelayanan KIA di seluruh
puskesmas wilayah Kota Banjarbaru. Sebelum dilakukan pengambilan data
peneliti memilih enumerator yaitu profesi bidan 2 orang dan petugas gizi 7 orang
dengan strata pendidikan minimal diploma tiga. Menyamakan persepsi tentang
alat ukur tekanan darah, teknik pengukuran yang benar, teknik pengambilan data
asupan zat gizi makro (kalori dan lemak) dan zat mikro (natrium), penggunaan
instrumen SQFFQ tentang interpretasi ukuran rumah tangga (URT) dan
penggunaan instrumen PSQI sehingga tidak menimbulkan bias. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara menunggu ibu hamil datang ke fasilitas pada saat
pelayanan KIA masing masing puskesmas, kemudian dilakukan pemilahan
responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah 3 minggu
melakukan evaluasi, bagi puskesmas yang sasaran kasus belum memenuhi target
dilakukan pengambilan responden di kohort KIA, responden diminta datang ke
fasilitas kesehatan dasar serta diberi kompensasi dan uang transport.
Selain itu melakukan persiapan alat pengukur tekanan darah yang digunakan
jenis sfigmomanometer merk One Med dan melakukan validitas. Kegiatan
pengumpulan data dibantu dengan menggunakan instrumen penelitian yang sudah
disiapkan seperti lembar SQFFQ, lembar kuesioner data umum, dan sesuai
beberapa variabel penelitian serta alat ATK untuk menunjang kegiatan
pengumpulan data. Setelah pengumpulan data selesai dilakukan tahap selanjutnya
adalah pengolahan data yang didahului dengan penggabungan data sesuai dengan
variabel yang diteliti. Kemudian melakukan pengecekan data dan tahap cleaning
yaitu membersihkan data, lalu dilakukan recoding yaitu pengkodingan ulang.
Analisis data dilakukan secara univariabel, bivariabel serta multivariabel.
3. Tahap Akhir
Pada tahap ini dilakukan penyusunan data sesuai dengan hasil analisis data,
setelah itu dikonsulkan ke dosen pembimbing. Tahap selanjutnya melakukan
36
pembahasan terhadap hasil analisis dari semua variabel yang diteliti. Kemudian
menarik beberapa kesimpulan dan beberapa saran serta rekomendasi terhadap
hasil penelitian tersebut.
K. Etika Penelitian
1. Ethical Clearance
Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin kelayakan etik (ethical
clearency) dari Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada No. KE/FK/0329/EC/2018 pada tanggal 13
April 2018 serta izin dari Dinas Pelayanan Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kota Banjarbaru melalui Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru.
2. Informed Consent
Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari responden setelah
diberikan informasi terkait penelitian yang dilakukan, dan responden bersedia
serta menandatangani lembar informed consent yang setelah disediakan.
3. Confidentiality
Aspek kerahasiaan terjamin karena data penelitian yang digunakan hanya
mencantumkan nomor identifikasi responden yang terdiri dari nomer identitas dan
nama inisial. Data yang diperoleh hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
4. Benefit
Menjaga etika dan tidak menyinggung perasaan responden selama penelitian
untuk memaksimalkan manfaat dari penelitian dan meminimalkan kerugian akibat
dari penelitian ini.
5. Justice
Semua responden dalam penelitian ini mendapat perlakuan yang adil dan
diberi hak. Semua data dalam penelitian ini tanpa identitas/nama samaran, tidak
digunakan untuk menyalahkan, mempermalukan atau menghakimi.
L. Keterbatasan Penelitian
Penelitian case control ada beberapa keterbatasan diantaranya pengukuran
variabel bersifat retrospekstif sehingga jawaban responden tergantung pada daya
ingat dan kemampuan untuk menjawab dari responden. Untuk memperkecil bias
maka dilakukan uji validitas pada instrument penelitan yaitu kuesioner. Kesulitan
37
dalam penelitian case control adalah dalam memilih kelompok kontrol yang benar
benar sesuai dengan kelompok kasus. Pengambilan sampel kelompok kontrol
melebihi jumlah sampel kelompok kasus dengan perbandingan 1:2, untuk
memudahkan proses matching pada umur kehamilan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
38
39
pola istirahat atau tidur dan obesitas. Adapun analisis data secara lengkap dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Analisis Univariabel
Analisis univariabel untuk mengetahui gambaran secara deskriftif pada masing
masing variabel yang diteliti. Beberapa gambaran deskriftif pada penelitian ini
adalah karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan), variabel terikat, bebas dan
variabel luar yaitu, pola makan, paritas, riwayat hipertensi pada keluarga, aktifitas
fisik, pola istirahat atau tidur dan obesitas. Gambaran deskriftif karakteristik ibu
hamil, variabel bebas, terikat dan variabel luar dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. 1 Distribusi Frekuensi Variabel Bebas
Variabel Kasus Kontrol
(n=55) (n=55)
n % n %
Pola Makan
Buruk 33 70,21 14 29,79
Baik 22 39,42 41 69,08
Berdasarkan tabel 7.1 diatas, kelompok kasus lebih dominan mempunyai pola
makan buruk yaitu asupan zat makro (kalori, lemak) dan zat mikro (natrium)
melebihi Angka Kebutuhan Gizi (AKG) sebesar 70,21%. dan sisanya mempunyai
pola makan baik. Pada kelompok kontrol sebaliknya, responden dengan pola
makan baik lebih banyak dibandingkan dengan responden pola makan buruk.
Tabel 6. 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Variabel Luar
Variabel Kasus Kontrol
(n=55) (n=55)
n % n %
Usia Ibu
<20 tahun atau >39 tahun 14 60,87 9 39,13
20-39 Tahun 41 47,13 46 52,87
Pendidikan
Rendah 25 54,35 21 45,65
Tinggi 30 46,88 34 53,12
Pekerjaan
Tidak Bekerja 46 53,49 40 46,51
Bekerja 9 37,50 15 62,50
Paritas
Tidak aman 18 50 18 50
Aman 37 50 37 50
40
Tabel 6.2 di atas merupakan gambaran karakteristik responden, usia pada saat
hamil mayoritas berada pada usia reproduktif (20-39 tahun) dan merupakan
rentang usia yang direkomendasikan oleh WHO untuk seorang perempuan hamil.
Usia berisiko untuk hamil pada kelompok kasus separo lebih yaitu 60,87%,
sedangkan kelompok kasus hanya 39,13%. Pendidikan rendah pada kelompok
kasus lebih besar daripada kelompok kontrol yaitu 54,35%. Pada kelompok kasus
lebih banyak responden yang tidak dibanding kelompok kontrol yaitu sebesar
53,49%.
Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar 69,08 % berperilaku makan
baik dan hanya 29,79% mempunyai pola makan buruk. Paritas pada kelompok
kasus dan kontrol mempunyai proporsi yang sama antara paritas tidak aman
(primigravida dan grandemultipara) dengan paritas aman (bukan primigravida dan
grandemultipara), yaitu sebesar 50%. Kelompok kasus responden yang memiliki
riwayat hipertensi pada keluarga lebih banyak yaitu 79,55% sedangkan pada
kelompok kontrol mayoritas responden tidak memiliki riwayat hipertensi pada
keluarga yaitu sebanyak 69,70%.
Pola istirahat atau tidur pada kelompok kasus lebih banyak buruk yaitu
57,14% daripada pola istirahat atau tidur yang baik. Pada kelompok kontrol
sebaliknya, responden lebih banyak mempunyai pola istirahat atau tidur baik yaitu
66,67%. Proporsi responden dengan obesitas pada kelompok kasus lebih besar
41
jika dibandingkan tidak obesitas yaitu 68,97%. Sedangkan pada kelompok kontrol
sebaliknya, proporsi responden tidak obesitas lebih besar dari responden obesitas
yaitu 68,97%.
2. Analisis Bivariabel
Analisis bivariabel digunakan untuk melihat hubungan kuat atau tidaknya
antara masing masing variabel bebas (pola makan) dengan variabel luar dan
variabel terikat (hipertensi pada ibu hamil). Uji statistik yang digunakan adalah
chi-Square untuk melihat hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi
pada ibu hamil, melihat nilai OR (Odds Ratio) dengan Confident Interval (CI) 95
%. Analisis bivariabel dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. 1 Analisis Bivariabel Hubungan Variabel Bebas terhadap Kejadian
Hipertensi pada Ibu Hamil
Kasus Kontrol
n=55 n=55 p-
Variabel OR
95% (CI) value
N % N %
Pola Makan
Buruk 33 60,00 14 25,00 5,75 1,98-16,62 0,000*
Baik 22 40,00 41 75,00
Berdasarkan table 7.1 pola makan mempunyai hubungan yang bermakna
dengan kejadian hipertensi pada bu hamil. Hasil perhitungan OR antara pola
makan buruk dengan kejadian hipertensi adalah adalah 5.7 (95% CI 1.98-16,62 p-
value 0,000). Hasil OR ini menunjukkan bahwa probabilitas menemukan
responden dengan pola makan buruk sebesar 5,7 kali pada kelompok kasus
dibandingkan probabilitas menemukan responden dengan pola makan buruk pada
kelompok kontrol.
Tabel 7.2 Hasil Analisis Bivariabel Hubungan Variabel Luar Terhadap
Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil
Kasus Kontrol
95% (CI) p-
Variabel n=55 n=55 OR
value
N % N %
Umur 14 25,00 9 16,36 1,8 0,67-4,95
0,241
<20 tahun atau >39 tahun
20-39 Tahun 41 75,00 46 83,64
Pendidikan
Rendah 25 45,45 21 38,18 1,8 0,60-5,37 0,439
Tinggi 30 54,55 34 61,82
Pekerjaan
Tidak Bekerja 46 83,63 40 772,72 2 0,75-5,32 0,166
Bekerja 9 16,37 15 27,28
42
Lanjutan Tabel 7.2 Hasil Analisis Bivariabel Hubungan Variabel Luar Terhadap
Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil
Kasus Kontrol
n=55 n=55 p-
Variabel OR 95% (CI) value
N % N %
Paritas
Tidak aman 18 32,72 18 32,72 1 0,39-2,51 1
Aman 37 67,28 37 76,28
Riwayat Hipertensi Pada
Keluarga
Ada riwayat 35 63,63 9 16,36 7,5 2.64-21,2 0,000*
Tidak ada riwayat 20 36,36 46 45,00
Aktifitas Fisik
Kurang aktif 46 16,36 44 80,00 1,2 0,50-2,94 0,621
Aktif 9 45,00 11 20,00
Pola Istirahat/tidur
Buruk 44 80,00 33 60,00 2,83 1,11-7,18 0,022*
Baik 11 20,00 22 40,00
Obesitas
Obesitas 40 72,72 18 32,72 5,4 2,07-14,02 0,000*
Tidak obesitas 15 27,28 37 76,28
Berdasarkan tabel 7.2 didapatkan hasil karakteristik responden (umur,
pendidikan dan pekerjaan) tidak ada yang berhubungan signifikan. Beberapa
variabel luar berhubungan secara signifikan degan nilai p value <0,05 yaitu
variabel riwayat hipertensi pada keluarga, pola istirahat atau tidur dan variabel
obesitas. Variabel yang tidak berhubungan signifikan terhadap kejadian hipertensi
pada ibu hamil adalah variabel karakteristik (omur, pendidikan, pekerjaan), paritas
dan aktifitas fisik.
Riwayat hipertensi pada keluarga mempunyai hubungan yang bermakna
dengan kejadian hipertensi pada bu hamil. Hasil perhitungan OR antara ada
riwayat hipertensi pada keluarga dengan kejadian hipertensi adalah adalah 7,5
(95% CI: 2,64-21,2, p-value 0,000). Hasil OR ini menunjukkan bahwa probabilitas
menemukan responden dengan ada riwayat hipertensi pada keluarga sebesar 7,5
kali pada kelompok kasus dibandingkan probabilitas menemukan responden
dengan ada riwayat hipertensi pada keluarga di kelompok kontrol.
Aktifitas fisik tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian
hipertensi pada kehamilan. Hasil perhitungan OR antara aktifitas fisik dengan
kejadian hipertensi pada ibu hamil menunjukkan hasil yang tidak signifikan OR
sebesar 1,2 (95% CI: 0,50-2,94; p-value 0,621). Variabel paritas juga tidak
43
Riwayat 7,555**
Hipertensi (2,002-28,51)
pada Keluarga
N 110 110 110 110 110 110
Pseudo R~q 0.194 0.296 0.337 0.224 0.194 0,455
53.47 62.28 49.67 54.21 65,45 51,57
AIC
Keterangan: * signifikansi p<0.05, ** p<0.01, *** p<0.001
B. Pembahasan
1. Hipertensi pada Ibu Hamil
Hipertensi pada kehamilan merupakan pemicu besar untuk terjadinya pre
eklampsia dan eklampsi pada ibu hamil. Sebanyak 10% pada kehamilan yang
bermasalah di dunia disebabkan oleh gangguan hipertensi termasuk didalamnya
hipertensi kronis, kehamilan dengan hipertensi, dan pre eklampsia, (Sutton et al,
2018). Tiga penyebab terbesar kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan
infeksi dan pre eklampsia. Hipertensi merupakan salah satu gangguan medis yang
masih sering terjadi pada kehamilan dan dan pemicu terjadinya pre eklampsia atau
eklampsia yang berdampak pada morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal.
Pada tahun 2013 lebih dari 25% hipertensi pada kehamilan merupakan faktor
penyebab kematian ibu di Indonesia (Kemenkes, 2014a).
Banyak faktor yang menyebabkan kejadian hipertensi pada ibu hamil. Gaya
hidup atau life style merupakan salah satu pemicu terjadinya hipertensi pada ibu
hamil. Diantaranya pola makan, pola istirahat atau tidur dan pola aktifitas seorang
57
ibu hamil. Faktor lain adalah status obstetrik ibu hamil seperti paritas, dan usia
kehamilan. Riwayat penyakit juga berpengaruh terjadinya hipertensi pada
kehamilan, seperti riwayat kehamilan sebelumnya serta riwayat hipertensi pada
keluarga (Cunningham et al., 2014).
2. Hubungan Hipertensi Pada Kehamilan dan Pola Makan
Hasil penelitian menunjukkan ibu hamil dengan asupan natrium, kalori dan
lemak yang melebihi Angka Kebutuhan Gizi (AKG) mempunyai peluang yang
besar untuk mengalami hipertensi pada kehamilan. Hasil ini sesuai dengan teori
bahwa ibu hamil yang mempunyai kebiasaan makan yang buruk seperti tinggi
kalori, lemak dan natrium, jarang makan sayur dan buah-buahan akan mudah
berisiko menderita hipertensi (Sunita, 2004). Banyak penelitian yang
membuktikannya, penelitian berbasis populasi wanita Australia dengan diet
meditariana (makan makanan seperti gandum, anggur, kacang kacanganan, tahu,
dan ikan) berbanding terbalik dengan kejadian hipertensi pada kehamilan
(Schoenaker et al., 2014). Penelitian di Ethopia tentang hubungan diet dan pre
eklampsia menemukan bahwa pola makan yang baik 3 kali menurunkan risiko
atau melindungi seorang perempuan dari pre eklampsia. (Stang and Huffman,
2016).
Salah satu penelitian di Indonesia juga menunjukkan pola makan
mempengaruhi kejadian hipertensi pada ibu hamil seperti di provinsi Palu
menemukan ada hubungan yang bermakna antara pola makan terhadap kejadian
hipertensi pada ibu hamil dengan nilai p value 0,000 (Sihotang et al., 2016a).
Asupan gizi yang kurang baik seperti tinggi kalori, natrium dan lemak adalah
pemicu terjadinya hipertensi pada ibu hamil sesuai dengan hasil kajian pada data
Medline menyimpulkan bahwa total energi atau kalori berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada ibu hamil, semakin tinggi asupan kalori semakin berisiko
seorang wanita hamil untuk mengalami hipertensi. (Schoenaker et al., 2014)
Penelitian di negara Australia menemukan wanita dengan diet berkualitas tinggi
menurunkan risiko kejadian hipertensi pada kehamilan, berdasarkan hasil analisis
wanita dengan asupan makan makanan dari buah buahan, sayur dan kacang
kacangan memiliki kemungkinan terendah untuk terjadinya hipertensi pada
58
oleh Devita Elsanti (2016) menemukan ada hubungan secara signifikan antara
pola aktifitas dengan kejadian pre eklampsia atau eklampsia dengan nilai p value
0,026 (Elsanti et al., 2016). Hal senada terjadi pada penelitian Barakat (2016)
menunjukkan wanita tidak berolahraga 3 kali dalam seminggu akan lebih
mungkin untuk terjadinya hipertensi dengan OR 2,9 (95% CI: 1,29-6,81). Latihan
aerobic sekitar 30-60 menit sebanyak 2-7 kali dalam seminggu memiliki angka
kejadian hipertensi pada kehamilan yang lebih rendah. (Barakat et al., 2016). Pada
penelitian ini tidak ada hubungan signifikan antara pola aktifitas fisik dengan
kejadian hipertensi pada ibu hamil di Kota Banjarbaru. Didukung penelitian pada
wanita Hispanik didapatkan tidak ada hubungan signifikan antara aktifitas fisik
dengan kejadian hipertensi pada kehamilan (Chasan-Taber et al., 2015). Penelitian
di kelompok wanita Hispanik di Proyecto Buana Salud menunjukkan bahwa
aktifitas fisik sebelum dan selama awal kehamilan tidak secara signifikan
mengurangi risiko gangguan hipertensi pada ibu hamil. Penelitian oleh Timpka et
al. (2017) juga tidak menemukan faktor aktifitas fisik sebagai penyebab
terjadinya hipertensi pada ibu hamil (Timpka et al., 2017). Kondisi ini bisa terjadi
dengan asumsi ibu hamil dengan aktifitas yang rendah tersebut mempunyai
perilaku hidup sehat lain diantaranya menjaga keseimbangan asupan dengan
aktifitas yang dilakukan.
6. Hubungan Hipertensi Pada Kehamilan dan Obesitas
Dari hasil analisis terdapat hubungan bermakna obesitas (IMT yang lebih dari
24.9 kg/m2). Temuan ini sangat mendukung teori yang menjelaskan bahwa
obesitas merupakan permasalahan yang mengkhawatirkan karena angka
kejadiannya mulai meningkat sejak pada masa anak anak sampai remaja, jumlah
overweight pada anak remaja sudah mencapai 35 juta di negara berkembang.
Obesitas berakibat meningkatkan risiko kejadian hipertensi seperti pre eklampsia
pada masa kehamilan seorang perempuan (Obstetricians and Gynecologists, 2013)
Banyak penelitian ditemukan membuktikan hal tersebut. Seperti yang ditemukan
di Puskesmas Kedung Mundu Semarang ditemukan juga ada hubungan yang
bermakna antara IMT >24,9 Kg/m2 dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil
dengan nilai p value 0,034 dan nilai OR = 4,667 (95% CI=1,299-16,761 (Imaroh
62
penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara paritas dengan
kejadian hipertensi pada ibu hamil, hal ini didukung penelitian oleh Astuti (2015)
di Tangerang menjelaskan faktor paritas, jarak kehamilan, riwayat komplikasi
kehamilan, dan riwayat penyakit diabetes tidak berhubungan dengan kejadian
hipertensi pada kehamilan (Astuti, 2015). Hal ini bisa saja terjadi, dengan asumsi
kelompok paritas yang aman (bukan primigravida atau grandemultigravida
mempunyai pengetahuan dan kesadaran yang tinggi pentingnya perilaku hidup
sehat dan berusaha memelihara kesehatannya untuk mencegah risiko pada
kehamilan salah satunya hipertensi pada ibu hamil. Penelitian di RSD Jambi juga
menunjukkan hal serupa, paritas tidak berhubungan secara bermakna p value
0,837 terhadap kasus pre eklampsia (Utama, 2017). Selaras dengan penelitian di
Padang menyatakan faktor paritas bukan merupakan faktor penyebab terjadinya
preeclampsia di Rsup Dr. M. Djamil Padang (Nursal et al., 2017). Penelitian di
Jepang berdasarkan analisa data sekunder kunjungan ibu hamil usia ≥ 22 minggu
tahun 2009-2014 menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara paritas
terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai p value 0,85 (Suzuki et
al., 2015)
Penyakit degeneratif seperti hipertensi erat kaitannya dengan faktor keluarga.
Pada penelitian ini riwayat penyakit hipertensi pada keluarga ternyata juga
merupakan faktor risiko kejadian hipertensi pada ibu hamil di Kota Banjarbaru. Di
Cina Utara juga ditemukan beberapa faktor yang menyebabkan hipertensi pada
kehamilan diantaranya adalah obesitas, primigravida, kelebihan berat badan,
riwayat hipertensi, riwayat hipertensi pada keluarga, dan diabetes. Temuan
senada di Jepang, hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita Jepang beresiko
menderita hipertensi saat hamil sekitar 2.7 kali (95% IC: 2,14-3,46) pada mereka
yang ibunya menderita hipertensi pada saat hamil dibandingkan dengan mereka
yang ibunya tidak menderita hipertensi pada saat hamil merupakan faktor risiko
untuk hipertensi, hiperkolesterolemia dan Diabetes Mellitus dikemudian hari
(Kurabayashi et al., 2013). Penelitian lain juga menjelaskan riwayat keluarga yang
kuat untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya pre eklampsia dan hipertensi
transier kehamilan, bagi ibu hamil yang memiliki dua atau lebih anggota keluarga
64
Berdasarkan kesimpulan diatas beberapa saran untuk ibu hamil, dan petugas
pelayanan kesehatan serta pemerintah sebagai pemegang kebijakan sebagai
berikut:
1. Seorang perempuan lebih peduli dengan perilaku hidup sehat yaitu perilaku
makan yang benar, mengendalikan berat badan demi memperoleh kualitas
hidup yang baik, dapat mencegah risiko komplikasi pada saat memasuki masa
kehamilan seperti gangguan hipertensi.
2. Calon ibu hamil berhak mendapatkan informasi sedini mungkin tentang faktor
faktor risiko apa saja yang menyebabkan kejadian hipertensi pada ibu hamil,
bukan hanya mengenal tanda tanda kehamilan yang berisiko saja .
3. Diperlukan motivasi yang tinggi dari pemberi pelayanan kesehatan untuk
melakukan konseling lengkap terhadap faktor, gejala dan upaya pencegahan
hipertensi pada kehamilan.
56
57
4. Pentingnya kolaborasi antara bidan dengan petugas gizi dan sektor lainnya
untuk mengurangi kejadian hipertensi pada kehamilan.
5. Penanganan secara komprehensif terhadap komplikasi kehamilan seperti
hipertensi pada ibu hamil bagi pemegang kebijakan. Lebih menekankan pada
upaya preventif melalui pemanfaatan pelayanan kesehatan pada remaja dengan
menemukan faktor-faktor risiko terjadinya komplikasi kehamilan termasuk
kejadian hipertensi pada ibu hamil di usia remaja.
Diharapkan dengan upaya tersebut dapat menekan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB), khususnya di Kota Banjarbaru wilayah
Kalimantan Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
56
57
Buysse, D. J., Reynolds, C. F., Monk, T. H., Berman, S. R. & Kupfer, D. J. (1989)
The Pittsburgh Sleep Quality Index: a new instrument for psychiatric
practice and research. Psychiatry research, 28(2): 193-213.
Chamberlain, R., Chamberlain, G. & Howlett, B. (2016) The First Week of Life: A
Survey Under the Joint Auspices of the National Birthday Trust Fund and
the Royal College of Obstetricians and Gynaecologists:Elsevier.
Chasan-Taber, L., Silveira, M., Pekow, P., Braun, B., Manson, J. E., Solomon, C.
G. & Markenson, G. (2015) Physical activity, sedentary behavior and risk
of hypertensive disorders of pregnancy in Hispanic women. Hypertension
in pregnancy, 34(1): 1-16.
Chen, K.-H., Seow, K.-M. & Chen, L.-R. (2017) Progression of gestational
hypertension to pre-eclampsia: A cohort study of 20,103 pregnancies.
Pregnancy hypertension, 10230-237.
Cunningham, F., Leveno, K., Bloom, S., Spong, C. Y. & Dashe, J. (2014)
Williams obstetrics, 24e:Mcgraw-hill.
Curcio, G., Ferrara, M. & De Gennaro, L. (2012) Sleep loss, learning capacity and
academic performance. Sleep medicine reviews, 10(5): 323-337.
da Silva, S. G., Ricardo, L. I., Evenson, K. R. & Hallal, P. C. (2017) Leisure-time
physical activity in pregnancy and maternal-child health: a systematic
review and meta-analysis of randomized controlled trials and cohort
studies. Sports Medicine, 47(2): 295-317.
Dahlan, S. (2017) Analisis Multivariat Regresi Logistik, Jakarta:Sagung Seto.
de Swiet, M. (2000) Maternal blood pressure and birthweight. The Lancet,
355(9198): 81-82.
Denison, F., Norwood, P., Bhattacharya, S., Duffy, A., Mahmood, T., Morris, C.,
Raja, E., Norman, J., Lee, A. & Scotland, G. (2014) Association between
maternal body mass index during pregnancy, short‐term morbidity, and
increased health service costs: a population‐based study. BJOG: An
International Journal of Obstetrics & Gynaecology, 121(1): 72-82.
Elsanti, D., Yulistika, D. & Yuliarti, Y. (2016) Hunbungan Antara Tingkat Stress
Dan Aktifitas Fisik Terhadap Kejadian Pre Eklampsi Pada Ibu Hamil di
Wilayah Puskesmas Kalibagor. Prosiding SNaPP: Kesehatan
(Kedokteran, Kebidanan, Keperawatan, Farmasi, Psikologi), 2(1): 177-
186.
Facco, F. L., Kramer, J., Ho, K. H., Zee, P. C. & Grobman, W. A. (2010) Sleep
disturbances in pregnancy. Obstetrics & Gynecology, 115(1): 77-83.
Facco, F. L., Parker, C. B., Reddy, U. M., Silver, R. M., Koch, M. A., Louis, J.
M., Basner, R. C., Chung, J. H., Nhan-Chang, C.-L. & Pien, G. W. (2017)
Association between sleep-disordered breathing and hypertensive
disorders of pregnancy and gestational diabetes mellitus. Obstetrics and
gynecology, 129(1): 31.
Forbes, S., Barr, S. M., Reynolds, R. M., Semple, S., Gray, C., Andrew, R.,
Denison, F. C., Walker, B. R. & Norman, J. E. (2015) Convergence in
insulin resistance between very severely obese and lean women at the end
of pregnancy. Diabetologia, 58(11): 2615-2626.
58
Gabbe, S. G., Niebyl, J. R., Simpson, J. L., Landon, M. B., Galan, H. L., Jauniaux,
E. R., Driscoll, D. A., Berghella, V. & Grobman, W. A. (2016) Obstetrics:
normal and problem pregnancies e-book:Elsevier Health Sciences.
Gibson, R. S. (2005) Principles of nutritional assessment:Oxford university press,
USA.
Gray, H., Dawkins, K., Morgan, J. & Simpson, I. (2005) Kardiologi: lecture notes.
Ed 4. Jakarta: Penerbit Erlangga, 57, 69.
Gresham, E., Collins, C. E., Mishra, G. D., Byles, J. E. & Hure, A. J. (2016) Diet
quality before or during pregnancy and the relationship with pregnancy
and birth outcomes: The Australian longitudinal study on women’s health.
Public health nutrition, 19(16): 2975-2983.
Hailu, A. & Kebede, D. (2017) Determina nts of pre-eclampsia and gestational
hypertension. The Ethiopian Journal of Health Development (EJHD),
5(1).
He, H., Wu, P. & Chen, D.-G. (2016) Statistical Causal Inferences and Their
Applications in Public Health Research:Springer.
Hidayat, A. A. (2006) Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dan
proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Hollenbach, D., Broker, R., Herlehy, S. & Stuber, K. (2013) Non-pharmacological
interventions for sleep quality and insomnia during pregnancy: A
systematic review. The Journal of the Canadian Chiropractic Association,
57(3): 260.
Hung, T.-H. (2016) Pregestational body mass index, gestational weight gain, and
risks for adverse pregnancy outcomes among Taiwanese women: A
retrospective cohort study. Taiwanese Journal of Obstetrics and
Gynecology, 55(4): 575-581.
Hutcheon, J. A., Lisonkova, S. & Joseph, K. (2011) Epidemiology of pre-
eclampsia and the other hypertensive disorders of pregnancy. Best practice
& research Clinical obstetrics & gynaecology, 25(4): 391-403.
Imaroh, I. I., Nugraheni, S. A. & Dharminto, D. (2018) FAKTOR RISIKO YANG
MEMPENGARUHI KEJADIAN HIPERENSI PADA IBU HAMIL DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU, KOTA
SEMARANG TAHUN 2017. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal),
6(1): 570-580.
Intan, N. R. (2008) Faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas berdasarkan
persen lemak tubuh pada remaja di SMA IT Nurul Fikri Depok tahun
2008. Jakarta: Universitas Indonesia.
Kemenkes (2010) Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: Dirjen Bina
Kesehatan Keluarga.
Kemenkes (2014a) Info Datin Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Kementrian
Kesehatan RI: Jakarta Selatan.
Kemenkes (2014b) Infodatin; Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta.
Ko, S. H., Chang, S. C. & Chen, C. H. (2010) A comparative study of sleep
quality between pregnant and nonpregnant Taiwanese women. Journal of
Nursing Scholarship, 42(1): 23-30.
59
Kurabayashi, T., Mizunuma, H., Kubota, T., Kiyohara, Y., Nagai, K. & Hayashi,
K. (2013) Pregnancy-induced hypertension is associated with maternal
history and a risk of cardiovascular disease in later life: A Japanese cross-
sectional study. Maturitas, 75(3): 227-231.
Lemeshow, S., Hosmer, D. W., Klar, J. & Lwanga, S. K. (1997) Besar sampel
dalam penelitian kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University.
Li, X., Tan, H., Huang, X., Zhou, S., Hu, S., Wang, X., Xu, X., Liu, Q. & Wen, S.
W. (2016) Similarities and differences between the risk factors for
gestational hypertension and preeclampsia: A population based cohort
study in south China. Pregnancy Hypertension: An International Journal
of Women's Cardiovascular Health, 6(1): 66-71.
Mahan, L. K. & Escott-Stump, S. (2004) Krause's food, nutrition, & diet
therapy:Saunders Philadelphia.
Mammaro, A., Carrara, S., Cavaliere, A., Ermito, S., Dinatale, A., Pappalardo, E.
M., Militello, M. & Pedata, R. (2009) Hypertensive disorders of
pregnancy. Journal of prenatal medicine, 3(1): 1.
Martin, C. L., Sotres-Alvarez, D. & Siega-Riz, A. M. (2015) Maternal dietary
patterns during the second trimester are associated with preterm birth. The
Journal of nutrition, 145(8): 1857-1864.
Mignini, L. E., Villar, J. & Khan, K. S. (2006) Mapping the theories of
preeclampsia: the need for systematic reviews of mechanisms of the
disease. American journal of obstetrics and gynecology, 194(2): 317-321.
National Collaborating Centre for Women's Children's Health (2010)
Hypertension in pregnancy: the management of hypertensive disorders
during pregnancy.
Ness, R. B., Markovic, N., Bass, D., Harger, G. & Roberts, J. M. (2003) Family
history of hypertension, heart disease, and stroke among women who
develop hypertension in pregnancy. Obstetrics & Gynecology, 102(6):
1366-1371.
Norman, J. E. & Reynolds, R. (2011) The consequences of obesity and excess
weight gain in pregnancy. Proceedings of the Nutrition Society, 70(4):
450-456.
Nursal, D. G. A., Tamela, P. & Fitrayeni, F. (2017) Faktor Risiko Kejadian
Preeklampsia pada Ibu Hamil di Rsup Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 10(1): 38-44.
Obstetricians, A. C. o. & Gynecologists (2013) Hypertension in pregnancy.
Report of the American College of Obstetricians and Gynecologists’ task
force on hypertension in pregnancy. Obstetrics and gynecology, 122(5):
1122.
Ota, E., Ganchimeg, T., Mori, R. & Souza, J. P. (2014) Risk factors of pre-
eclampsia/eclampsia and its adverse outcomes in low-and middle-income
countries: a WHO secondary analysis. PloS one, 9(3): e91198.
Penelitian, B. (2008) Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007) Laporan Nasional
2007. Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia diakses pada,
18.
60
Lampiran 1
LEMBAR INFORMASI
Saya, Emi Badaryati mahasiswa Minat Kesehatan Ibu dan Anak Kesehatan
Reproduksi, Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada akan melakukan penelitian yang berjudul: Hubungan Pola
Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil di Kota Banjarbaru Provinsi
Kalimantan Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola makan
dan faktor lainnya (paritas, riwayat hipertensi pada keluarga, riwayat hipertensi pada
kehamilan sebelumnya, pola aktifitas fisik, pola istirahat atau tidur serta obesitas) pada
ibu hamil yang mengalami hipertensi dengan ibu hamil yang tidak mengalami hipertensi.
Peneliti mengajak Ibu-ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini sebagai informan
penelitian dengan jangka waktu keikutsertaan masing-masing informan sekitar 15 menit.
Penelitian ini membutuhkan informan sebanyak 110 orang, dengan jangka waktu
penelitian selama 1 bulan.
A. Kesukarelaan untuk ikut penelitian
Ibu-ibu bebas untuk memutuskan bersedia/tidak bersedia menjadi informan dalam
penelitian ini tanpa paksaan. Bila Ibu-ibu sudah memutuskan untuk ikut serta, juga
bebas untuk mengundurkan diri/berubah pikiran setiap saat.
B. Prosedur Penelitian
Apabila ibu-ibu memutuskan bersedia menjadi informan dalam penelitian ini maka:
1. Diminta menandatangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk ibu
simpan, dan satu untuk peneliti.
2. Ibu-ibu diminta untuk menjawab pertanyaan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui perbedaan pola makan dan faktor lainnya (paritas, riwayat hipertensi
pada keluarga, riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya, pola aktifitas fisik,
pola istirahat atau tidur serta obesitas) pada ibu hamil yang mengalami hipertensi
dengan ibu hamil yang tidak mengalami hipertensi.
C. Kewajiban Subyek Penelitian
Sebagai informan, Ibu-ibu berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk penelitian
yang tertulis di atas. Bila belum jelas, Ibu-ibu bisa bertanya lebih lanjut kepada
peneliti.
56
57
D. Manfaat
Manfaat mengikuti penelitian ini adalah Ibu-ibu akan berperan untuk memberikan
bahan kajian dan bukti-bukti tentang perbedaan pola makan dan faktor lainnya
(paritas, riwayat hipertensi pada keluarga, riwayat hipertensi pada kehamilan
sebelumnya, pola aktifitas fisik, pola istirahat atau tidur serta obesitas) pada ibu
hamil yang mengalami hipertensi dengan ibu hamil yang tidak mengalami hipertensi.
E. Kerahasiaan
Sebagai informan ibu-ibu memperoleh jaminan kerahasiaan. Proses dan data yang
diperoleh dalam penelitian ini hanya akan diketahui oleh peneliti dan tidak
digunakan untuk hal-hal diluar kepentingan akademik dan penelitian ini
merahasiakan identitas informan dengan menggunakan inisial, baik dalam analisa
data maupun laporan hasil penelitian, serta tidak menggunakan data yang diperoleh
untuk kepentingan di luar penelitian ini.
F. Kompensasi
Sebagai informan Ibu-ibu memperoleh kompensasi sebagai tanda mata
berupa dompet dan bross, untuk ibu hamil yang diminta datang ke fasilitas
kesehatan sebagai responden selain dapat tanda mata juga diberi uang
transport sebesar Rp. 20.000.
G. Pembiayaan
Semua biaya yang terkait penelitian ini akan ditanggung oleh Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (BPPSDMK KEMENKES RI).
H. Informasi tambahan
Ibu-ibu diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas
sehubungan dengan penelitian ini, dengan menghubungi peneliti (Emi Badaryati)
pada No Hp 081393206420.
Ibu-ibu juga dapat menanyakan tentang penelitian kepada Komite Etik Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM (Telp. 08112666869, atau email:
mhrec_fmugm@ugm.ac.id).
RAHASIA KODE FORM : 02
HANYA UNTUK Pernyataan
PENELITIAN
PENELITIAN
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA IBU
HAMIL DI KOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan dari
siapapun.
(Emi Badaryati) ( )
56
57
Lampiran 2
Petunjuk : Isilah pertanyaan berikut ini dengan lengkap dan jelas
Sumber:
Nur Ratna Intan (2016); Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Obesitas Berdasarkan Persen
Lemak Tubuh Pada Remaja di SMA Islam Terpadu Nurul Fikri Depok; Universitas Indonesia.
Petunjuk: Jawablah pertanyaan dibawah ini, berhubungan dengan kebiasaan tidur Anda selama 1
bulan (30 hari) terakhir saja!
Petunjuk: Jawablah setiap pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang (X)
5. Selama satu bulan terakhir, seberapa sering Anda mengalami gangguan tidur karena Anda :
a) Tidak dapat tidur walaupun sudah berbaring selama 30 menit atau lebih?
Tidak pernah selama Kurang dari satu Satu atau dua kali Tiga kali atau lebih
sebulan kali seminggu seminggu seminggu
terakhir……… ……….. …………… ………….
.
b) Terbangun tengah malam atau terlalu dini ?
Tidak pernah selama Kurang dari satu Satu atau dua kali Tiga kali atau lebih
sebulan kali seminggu seminggu seminggu
terakhir……… ……….. …………… ………….
Tidak pernah selama Kurang dari satu Satu atau dua kali Tiga kali atau lebih
sebulan kali seminggu seminggu seminggu
terakhir……… ……….. …………… ………….
f) Merasa kedinginan?
Tidak pernah selama Kurang dari satu Satu atau dua kali Tiga kali atau lebih
sebulan kali seminggu seminggu seminggu
terakhir……… ……….. …………… ………….
g) Merasa kepanasan?
Tidak pernah selama Kurang dari satu Satu atau dua kali Tiga kali atau lebih
sebulan kali seminggu seminggu seminggu
terakhir……… ……….. …………… ………….
i) Merasa nyeri//kesakitan
Tidak pernah selama Kurang dari satu Satu atau dua kali Tiga kali atau lebih
sebulan kali seminggu seminggu seminggu
terakhir……… ……….. …………… ………….
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Karena satu atau beberapa alasan tersebut, selama satu bulan terakhir seberapa sering Anda
mengalami gangguan tidur?
Tidak pernah selama Kurang dari satu Satu atau dua kali Tiga kali atau lebih
sebulan kali seminggu seminggu seminggu
terakhir……… ……….. …………… ………….
6. Selama satu bulan terakhir, bagaimana kualitas tidur Anda secara keseluruhan?
Sangat baik ……………………….
Baik ……………………….
Kurang ……………………….
Sangat kurang ……………………….
Sumber: Gede Robin (2015) Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur Pada Ibu
Hamil Primigravida Trimester III di Puskesmas Sidorejo Lampung Timur; Universitas
Malahayati, Bandar Lampung.
Berilah tanda check list (√) pada kolom yang sesuai dengan kebiasaan Anda dalam mengkonsumsi makanan
(dalam 1 bulan terakhir)
Ukuran porsi
(sekali Frekuensi Penggunaan Keterangan
Daftar bahan
No makan)
makanan
Tidak
URT Gram Hari Minggu Bulan
pernah
MAKANAN POKOK
1. Beras
2. Tepung Terigu
3. Tepung Ketan
4. Tepung kanji
5. Jagung
6. Kentang
7. Ubi jalar/ketela
8. Singkong
9. Oatmeal/Cereal
10. Roti
11. Mie instan
12. Mie jagung
13. Bihun
14. Lainnya:
15. Lainnya:
LAUK HEWANI
16. Daging ayam
17. Daging bebek
18. Daging kambing
19. Daging sapi
20. Hati ayam
21. Hati sapi
22. Rempela ayam
23. Abon sapi
24. Bakso daging sapi
25. Kornet dgg sapi
26. Sosis ayam
27. Sosis sapi
28. Telur ayam
29. Telur bebek
30. Ikan asin
31. Ikan bandeng
32. Ikan bawal
63
Ukuran porsi
(sekali Frekuensi Penggunaan Keterangan
Daftar bahan
No makan)
makanan
Tidak
URT Gram Hari Minggu Bulan
pernah
33. Ikan belut
34. Ikan gurameh
35. Ikan kembung
36. Ikan lele
37. Ikan nila
38. Ikan teri
39. Ikan tongkol
40. Ikan tuna
41. Ikan pindang
42. Cumi-cumi
43. Sarden
44. Udang segar
45. Lainnya:
LAUK NABATI
46. Tahu
47. Tempe kedelai
48. Tempe gembus
49. Tempe benguk
50. Kacang hijau
51. Kacang merah
52. Kacang mete
53. Kacang tanah
54. Kacang tolo
55. Lainnya:
56. Kacang Koro
57. Lainnya:
SAYURAN
58. Bayam
59. Brokoli
60. Buncis
61. Cabai merah
62. Cabai rawit
63. Daun lembayung
64. Daun melinjo
65. Daun pepaya
66. Daun singkong
67. Daun so
68. Gambas/oyong
69. Jantung pisang
70. Jagung muda
71. Jamur
64
Ukuran porsi
(sekali Frekuensi Penggunaan Keterangan
Daftar bahan
No makan)
makanan
Tidak
URT Gram Hari Minggu Bulan
pernah
72. Kacang panjang
73. Kangkung
74. Kemangi
75. Kenikir
76. Kembang kol
77. Ketimun
78. Kubis
79. Kulit melinjo
80. Labu kuning/waloh
81. Labu siam/jipang
82. Nangka muda
83. Pare
84. Petai
85. Rebung
86. Sawi hijau
87. Sawi putih
88. Selada air
89. Taoge
90. Terong ungu
91. Tomat
92. Wortel
93. Lainnya:
94. Lainnya:
95. Lainnya:
96. Lainnya:
97. Lainnya:
BUAH-BUAHAN
98. Anggur
99. Alpukat
100. Apel
101. Buah Naga
102. Belimbing
103. Durian
104. Jambu biji
105. Jeruk manis
106. Jeruk nipis
107. Kelengkeng
108. Mangga
109. Manggis
110. Melon
111. Nanas
65
Ukuran porsi
(sekali Frekuensi Penggunaan Keterangan
Daftar bahan
No makan)
makanan
Tidak
URT Gram Hari Minggu Bulan
pernah
112. Nangka
113. Pepaya
114. Pisang ambon
115. Pisang kepok
116. Pisang mas
117. Pisang raja
118. Pisang susu
119. Rambutan
120. Salak
121. Semangka
122. Srikaya
123. Sawo
124. Lainnya:
125. Lainnya:
126. Lainnya:
MINUMAN
127. Kopi
128. Teh
129. Susu kedelai
130. Tepung susu (merk)
131. Tepung susu skim
(merk)
132. Milo
133. Jahe
134. Sirup
135. Coca-cola
136. Fanta
137. Sprite
138. Pocari sweat
139. Lainnya:
140. Lainnya:
141. Lainnya:
MINYAK
142. Minyak kelapa (merk)
143. Minyak sawit (merk)
144. Margarine
145. Minyak jagung
146. Minyak kedelai
147. Minyak wijen
148. Lainnya
66
Ukuran porsi
(sekali Frekuensi Penggunaan Keterangan
Daftar bahan
No makan)
makanan
Tidak
URT Gram Hari Minggu Bulan
pernah
Makanan
Jadi/Jajanan
149. Bakwan
150. Bubur sumsum
151. Bubur kacang hijau
152. Bubur ayam
153. Siomay
154. Mie ayam
155. Roti tawar
156. Donat
157. Steak
158. Batagor
159. Empek empek
160. Soto
161. Tempura
162. Lopis
163. Martabak manis
164. Martabak telor
165. Cemplon
166. Onde-onde
167. Putu ayu
168. Pastel
169. Putu mayang
170. Risoles
171. Lumpia
172. Ketan hitam
173. Biskuit
174. Jagung rebus
175. Jagung bakar
176. Gatot
177. Tiwul
178. Nagasari
179. Semar mendem
180. Kue lapis
181. Lapis legit
182. Cake pisang
183. Cake bolu
184. Bolu kukus
185. Kue lumpur
186. Geplak
187. Tahu isi
188. Tahu bacem
67
Ukuran porsi
(sekali Frekuensi Penggunaan Keterangan
Daftar bahan
No makan)
makanan
Tidak
URT Gram Hari Minggu Bulan
pernah
189. Tempe mendoan
190. Tempe mendoan
191. Klepon
192. Gethuk
193. Tape singkong
194. Tongseng
195. Lontong opor
196. Serabi
197. Agar-agar
198. Pudding
199. Permen
200. Keripik tempe
201. Keripik bayam
202. Rempeyek kacang
203. Keripik belut
LAIN LAIN
204. Susu bubuk (merk)
205. Susu cair (merk)
206. Kopi (merk)
207. Coklat (merk)
208. Kecap (merk)
209. Saos tomat (merk)
210. Saos sambal (merk)
211. Makanan Junk Food
212. Suplemen (merk)
Sumber:
Wuri Marfitarini (2009) Hubungan Pola Konsumsi Sayur, Buah dan Susu dengan Hipertensi dalam
Kehamilan; Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.