Anda di halaman 1dari 71

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGUMPULAN

INDIKATOR MUTU UNIT KE KMKP DI RUMAH SAKIT TINGKAT III


BRAWIJAYA SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

Yolanda Ayunistya Fridhawati Sartono


NIM: 201612039

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


YAYASAN RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO
PRODI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
SURABAYA
2020

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGUMPULAN

INDIKATOR MUTU UNIT KE KMKP DI RUMAH SAKIT TINGKAT III

BRAWIJAYA SURABAYA

Telah layak untuk diseminarkan

sebagai persyaratan melakukan penelitian

Disetujui pada tanggal: …………………………

i
Dosen Pembimbing

Serlly Frida Drastyana, S.KM,M.KL

ii
HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGUMPULAN

INDIKATOR MUTU UNIT KE KMKP DI RUMAH SAKIT TINGKAT III

BRAWIJAYA SURABAYA

Telah diuji pada tanggal 15 April 2020

Dosen Penguji 1, Dosen Pembimbing/Penguji 2,

Sendy Ayu Mitra Uktutias, S.ST.,M.kes Serlly Frida Drastyana, S.KM,M.KL

iii
Mengetahui,

Koordinator SKRIPSI,

M. Risya Rizki, SKM., M.Kes.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Proposal Skripsi dengan judul “Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan

Pengumpulan Indikator Mutu Unit Di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya

Surabaya”

Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana

kesehatan Dengan adanya dukungan dan bantuan dari dosen pembimbing

akademik, dosen pembimbing lapangan, dan teman sejawat sehingga penulis

dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar dan baik. Untuk itu penulis

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Fatchur Rochman, Sp.KFR(K) selaku Ketua STIKES Yayasan Rumah

Sakit Dr.Soetomo Surabaya.

2. Sri Nawangwulan, S.KM., M.Kes. selaku Ketua Prodi S1 Administrasi

Rumah Sakit STIKES Yayasan Rumah Sakit Dr.Soetomo Surabaya.

3. Serlly Frida Drastyana, S.KM, M.KL, selaku Dosen Pembimbing

Proposal yang memberikan petunjuk, koreksi, serta saran guna

penyusunan Skripsi

4. Sendy Ayu Mitra Uktutias, S.ST.,M.kes selaku Dosen Penguji Proposal

Skripsi

5. M. Risya Rizki, SKM., M.Kes selaku Koordinator Proposal Skripsi

v
Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu - persatu. Dengan ini

penulis berharap Laporan Magang ini dapat bermanfaat.

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iv

DAFTAR TABEL.........................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR....................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................viii

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................1

1.2 Kajian / Identifikasi Masalah........................................................7

1.4 Rumusan Masalah.........................................................................8

1.5 Tujuan...........................................................................................9

1.5.1 Tujuan Umum.....................................................................9

1.5.2 Tujuan Khusus....................................................................9

1.6 Manfaat.........................................................................................9

1.6.1 Manfaat Bagi Peneliti.........................................................9

1.6.2 Manfaat Bagi Rumah Sakit.................................................9

1.6.3 Manfaat Bagi Stikes Yayasan RS Dr. Soetomo................10

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA........................................................................11

vi
2.1 Rumah Sakit................................................................................11

2.2 Mutu............................................................................................12

2.3 Indikator Mutu............................................................................15

2.4 Teori Manajemen.........................................................................16

2.4.1 Unsur-Unsur Manajemen..................................................17

2.4.2 Fungsi manajemen............................................................18

BAB 3 KERANGKA KONSEP...................................................................23

3.1 Kerangka Konseptual..................................................................23

3.2 Penjelasan Kerangka Konsep Penelitian.....................................24

BAB 4 METODE PENELITIAN...............................................................26

4.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian.................................................26

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................26

4.2.1 Tempat Penelitian.............................................................26

4.2.2 Waktu Penelitian...............................................................26

4.3 Teknik Pengambilan Informan...................................................27

4.4 Informan Penelitian.....................................................................27

4.5 Sumber Penelitian.......................................................................28

4.6 Metode Pengumpulan Data.........................................................29

4.7 Alat Bantu Pengumpulan Data....................................................30

4.8 Metode Analisis Data..................................................................31

4.9 Uji keabsahan data/ Validasi Data..............................................35

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................37

vii
LAMPIRAN.................................................................................................39

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu................................................................18

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.1 Alur pencatatan dan pelaporan data indikator Mutu.................4

Gambar 1.2 Grafik pengumpulan laporan indikator mutu Tahun 2019.........5

Gambar 1.3 Identifikasi Penyebab Masalah..................................................6

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual...............................................................22

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Form Supervisi Pengumpulan Data Tahun 2019

Lampiran 2 Standart Operasional Prosedur

Lampiran 3 Persetujuan Responden

Lampiran 3 Pedoman Wawancara

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Untuk

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit didukung dengan adanya

penyelenggaraan rekam medis yang merupakan salah satu upaya pelayanan

kesehatan yang bertujuan untuk menunjang tercapainya tertib administrasi

dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. (Undang-Undang no 44

tahun 2009)

Mutu pelayanan rumah sakit adalah tingkat dimana pelayanan

kesehatan pasien ditingkatkan mendekati hasil yang diharapkan dan

mengurangi faktor-faktor yang tidak di inginkan. Dalam upaya

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit disiusun

indikator untuk mengukur kualitas pelayanan (Depkes RI, 2003)

Komite Mutu Keselamatan Pasien adalah salah satu unit yang ada di

Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya yang bertujuan untuk meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kegiatan utama dalam Komite

Mutu dan Keselamatan Pasien adalah setiap anggota terkait berpartisipasi

dalam peningkatan mutu rumah sakit dengan menggunakan data maupun

sistem yang ada di rumah sakit. (Buku Pedoman KMKP Rumah Sakit

Tingkat III Brawijaya, 2019).

1
2

Penetapan indikator di Indonesia dipandu oleh Peraturan Menteri

Kesehatan No. 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Rumah Sakit. Dalam lampiran Permenkes tersebut, diatur 21 jenis

pelayanan dan 107 indikator yang telah ditetapkan standar minimalnya

dengan nilai tertentu sedangkan Indikator Mutu di Rumah Sakit Tingkat III

Brawijaya mengacu pada standar Joint Commission International (JCI) dan

Indikator Mutu Nasional, yaitu 11 indikator klinis, 9 indikator manajerial

yang menuju pada pemenuhan 6 sasaran keselamatan pasien dan 12

Indikator Mutu Nasional.

Pengumpulan indikator mutu unit di rumah sakit tingkat III Brawijaya

Surabaya perlu dilakukan oleh setiap bagian atau instalasi sesuai dengan

regulasi rumah sakit berupa SOP (Standart Operasional Prosedur)

pencatatan dan pelaporan indikator mutu yang telah disepakati bersama,

namun pegawai rumah sakit yang bertugas mengumpulkan indikator mutu

unit ke KMKP (Komite Mutu dan Keselamatan Pasien) sering mengalami

keterlambatan yaitu yang idealnya pengumpulan indikator mutu unit ke

KMKP setiap tanggal 5 bulan berikutnya. Keterlambatan ini dikarenakan

pegawai rumah sakit yang bertugas mengumpulkan indikator mutu tidak

tepat waktu sehingga tidak sesuai dengan SOP (Standart Operasional

Prosedur) yang berlaku. Berikut penjelasan SOP terkait pengumpulan

Indikator Mutu Unit di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya :

1. Pencatatan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :


3

a. Petugas pengumpul data mencatat data indikator mutu kedalam format

laporan resmi rumah sakit.

b. Mencatat data (monitoring) dilakukan setiap hari dan di laporkan

setiap satu bulan sekali kepada Kepala Instalasi.

c. Sebelum data di laporkan ke Kepala Instalasi wajib di validasi oleh

kepala ruangan.

d. Kepala instalasi mengolah data secara sederhana dan memberikan

analisa rekomendasi secara sederhana.

e. Kepala instalasi melaporkan data setiap satu bulan kepada KMKP

(setiap tgl 5 bulan berikutnya)

2. Pelaporan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. KMKP menyajikan data yang telah diolah dan dianalisa kedalam

formatlaporan resmi rumah sakit.

b. KMKP menyampaikan hasil kepada Kepala Rumah Sakit setiap tiga

bulan sekali.

c. Kepala Rumah sakit melaporkan kepada Pemilik Rumah Sakit

yaituKakesdam V Brawijaya.

d. Mendapatkan rekomendasi (feedback) dari kakesdam V Brawijaya

setelah penyampaian hasil.

e. Melaksanakan rapat koordinasi tindak lanjut dari feedback

KakesdamV Brawijaya.

f. Rapat dipimpin oleh Kepala Rumah sakit dan diikuti oleh KMKP,PPI,

KKPRS, Komdik, Komper, Kainstalasi/Kaunit dan ka ruangan


4

g. Distribusi laporan kepada Kepala RS dan unit lain yang

membutuhkanlaporan tersebut.

Di dalam Standart Operasional Prosedur KMKP, terdapat alur pencatatan

dan pelaporan di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya sebagai

berikut :

Gambar 1.1 Alur pencatatan dan pelaporan data indikator Mutu

Dilihat dari gambar 1.1 bahwa alur manajemen data di Rumah Sakit

Tingkat III Brawijaya Surabaya diawali dengan proses pengumpulan data

oleh anggota ruangan, lalu dilakukan validasi oleh kepala ruangan yang

kemudian akan dilaporkan dan dikumpulkan kepada Komite Mutu

Keselamatan Pasien (KMKP) setiap satu bulan sekali lalu setiap tiga bulan
5

sekali akan di laporkan kepada Kepala Rumah Sakit dan proses terakhir

akan di serahkan kepada Pemilik (Kakesdam V Brawijaya)

Berdasarkan data pengumpulan indikator mutu unit ke Komite Mutu

dan Keselamatan pasien di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya

pada tahun 2019 yang diperoleh pada saat magang sebagai berikut :

DATA KETERLAMBATAN
PENGUMPULAN
FORM SUPERVISI
14
12 12
12
JUMLAH KETERLAMBATAN

10
8 8
8
6 6 6
6 5
4 3
2 2 2
2 1 1 1
0 0 0 0 0 0
0

RUANGAN

Gambar 1.2 Grafik ketepatan waktu pengumpulan laporan indikator mutu

Tahun 2019

Berdasarkan Gambar 1.2 data pengumpulan form supervisi tahun

2019 menunjukkan bahwa terdapat 15 unit yang melakukan keterlambatan

pengumpulan sehingga tidak sesuai dengan SOP (Standar Operasional

Prosedur) yaitu Poli bedah, Poli THT ,Poli syaraf, Poli anak, Poli dalam,Poli
6

rehab medik, Poli TB, Ruang dahlia, Ruang Bougenvile, Ruang nusa indah,

Ruang anggrek, Ruang ICU, OK dan Instalasi RM, dan Poli mata dan 2

diantaranya yang sering melakukan keterlambatan hingga 12 kali di rentan

waktu bulan Januari-Desember 2019 adalah Poli THT dan Poli Syaraf,

sedangkan 6 unit lainnya melakukan pengumpulan indikator mutu tepat

waktu yaitu IGD, Poli kandungan, Laboratorium, Radiologi, Instalasi

Farmasi, dan ruang Tulip. Sesuai dengan SOP pencatatn dan pelaporan

indikator mutu unit dikatakan terlambat apabila batas pengumpulan

melebihi peraturan yang ada di SOP Pencatatan dan Pelaporan yaitu

seharusnya pengumpulan ke KMKP dilakukan satu bulan sekali pada saat

tanggal 5. Sehingga menjadi sebuah masalah yang perlu dicari tau faktor

penyebab keterlambatan pengumpulan indikator mutu unit di Rumah Sakit

Tingkat III Brawijaya.

1.2 Kajian / Identifikasi Masalah


7

Gambar 1.3 Identifikasi Penyebab Masalah menggunakan Fishbone

Dari Gambar 1.3 peneliti menjelaskan bahwa kemungkinan keterlambatan

pengumpulan indikator mutu unit dipengaruhi beberapa faktor yaitu man,

methode, machine, material dan money. Berikut penjelasannya :

1. Faktor Man

Faktor man meliputi kepatuhan pegawai terhadap SPO. SPO merupakan

peraturan berupa langkah-langkah dalam menjalankan pekerjaan jika pegawai

tidak mematahui SPO pencatatan dan pelaporan di rumah sakit terkait

pengumpulan indikator mutu akan menyebabkan keterlambatan pengumpulan

2. Faktor Methode

Faktor Methode meliputi reward dan punishment. Reward dan

Punishment adalah bentuk apresiasi dari rumah sakit yang diberikan oleh

petugas dalam menjalankan pekerjaannya.

3. Faktor Material

Faktor meterial meliputi laporan bulanan yang belum semua berjalan yang

menyebabkan keterlambatan

4. Faktor Machine

Faktor Machine yaitu sistem informasi manajemen rumah sakit yang

berfungsi untuk proses pengumpulan data, pengolahan serta penyajian data

rumah sakit se-indonesia

5. Faktor Money

Faktor Money berupa remunerasi yang diberikan rumah sakit untuk

meningkatkan motivasi pegawai dalam menjalankan tugas.


8

1.3 Rumusan Masalah

Apa faktor penyebab keterlambatan pengumpulan indikator mutu di

Rumah Sakit tingkat III Brawijaya Surabaya ?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Menganalisis faktor penyebab keterlambatan pengumpulan indikator

mutu di Rumah Sakit tingkat III Brawijaya Surabaya

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi faktor penyebab keterlambatan pengumpulan

indikator mutu unit di Rumah Sakit tingkat III Brawijaya Surabaya

2. Menganalisis faktor penyebab keterlambatan pengumpulan indikator

mutu di Rumah Sakit tingkat III Brawijaya Surabaya

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti

1. Menambah pengetahuan peneliti terkait faktor penyebab

keterlambatan pengumpulan indikator mutu unit di Rumah Sakit

tingkat III Brawijaya Surabaya

2. Meningkatkan kemampuan peneliti dalam mengidentifikasi masalah

3. Dapat membantu mencari solusi terkait sebuah permasalahan yang ada

di Rumah Sakit
9

1.5.2 Manfaat Bagi Rumah Sakit

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai solusi maupun bahan

evaluasi dalam mengatasi keterlambatan pengumpulan indikator mutu unit di

Rumah Sakit tingkat III Brawijaya Surabaya

1.5.3 Manfaat Bagi Stikes Yayasan RS Dr. Soetomo

Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi serta menjadi

bahan atau referensi bagi peneliti berikutnya.


BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan

secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan

pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta merupakan

institusi yang dapat member keteladanan dalam budaya hidup bersih dan

sehat serta kebersihan lingkungan (Depkes RI,2003).

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah

sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan yang juga merupakan

tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan

derajad kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan

dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit

(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan

terpadu serta berkesinambungan (Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit) Sedangkan pengertian lainnya

10
11

Rumah sakit menurut World Health Organization (1957) adalah suatu

bagian dari organisasi medis dan social yang Mempunyai fungsi untuk

memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat, baik kuratif

maupun preventif pelayanan keluarnya menjangkau keluarga dan

lingkungan rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat untuk latihan

tenaga kesehatan dan penelitian biologi, psikologi, social ekonomi dan

budaya.

Menurut PMK No 56 Tahun 2014 tentang klasifikasi Rumah Sakti

Umum dan Rumah Sakit Khusus menjadi :

1. Rumah Sakti Umum diklasifikasikan menjadi :

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

d. Rumah Sakti Umum Kelas D dan D Pratama

2. Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan menjadi :

a. Rumah Sakit Khusus Kelas A

b. Rumah Sakit Khusus Kelas B

c. Rumah Sakit Khusus Kelas C.

2.2 Mutu

Menurut Depkes RI, 2003 mutu adalah tingkat dimana pelayanan

kesehatan pasien Ditingkatkan mendekati hasil yang diharapkan dan

mengurangi faktor-faktor yang tidak di inginkan sedangkan menurut buku


12

Pedoman Pengorganisasian Komite Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah

Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya, mutu pelayananan umah Sakit adalah

derajat kesempurnaan pelayanan Rumah Sakit untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

standart profesi dan standart pelayanan dengan menggunakan potensi

sumber daya yang tersedia di Rumah SakitTingkat III Brawijaya secara wajar,

efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan

norma, etika, hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan

dan kemampuan Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya dan masyarakat

konsumen.Upaya Peningkatan Mutu adalah keseluruhan upaya dan kegiatan

yang komprehensif dan integratif yang menyangkut input, proses dan output

secara objektif, sistematik dan berlanjut memantau dan menilai mutu dan

kewajaran pelayanan terhadap pasien, dan memecahkan masalah-masalah

yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan berdaya guna dan

berhasil guna.

Lori di Prete Brown, et. Al dalam Wijono, 1999, menjelaskan bahwa

kegiatan manajemen mutu dapat menyangkut dalam beberapa dimensi :

1. Kompetensi teknis, yang terkait dengan keterampilan, kemampuan

dan penampilan petugas. Kompetensi teknis yang tidak sesuai

standart dalam merugikan pasien.

2. Akses terhadap pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan

geografis, sosial dan ekonomi, budaya atau hambatan bahasa.


13

3. Efektivitas, kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektifitas

pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai standart yang ada.

4. Hubungan antar manusia , berkaitan dengan interaksi antara petugas

kesehatan dan pasien, manajer, petugas serta antar tim kesehatan.

Hubungan antar manusia yang baik menanamkan kepercayaan dan

kredibilitas dengan cara menghargai, menjaga rahasia, menghormati,

responsife, dan memberikan perhatian.

5. Efisiensi, pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh efisiensi

sumber daya pelayanan kesehatan. Pelayanan yang efisien akan

memberikan perhatian yang optimal daripada memaksimalkan

pelayanan pasien dan masyarakat.

6. Kelangsungan pelayanan, klien menerima pelayanan yang lengkap

sesuai yang dibutuhkan. Klien hendaknya mempunyai terhadap

pelayanan rutin dan preventif.

7. Keamanan dan kenyaman klien , mengurangi resiko cidera, infeksi,

efek samping, atau bahaya lain yang berkaitan dengan pelayanan.

Keamanan pelayanan melibatkan petugas dan pasien.

8. Keramahan dan kenikmatan (amenietis) berkaitan dengan pelayanan

kesehatan yang tidak berhungan langsung dengan efektifitas klinik

tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedia untuk

kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan

berikutnya.
14

2.3 Indikator Mutu

Indikator Mutu adalah variabel yang dapat digunakan untuk

mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukan pengukuran

terhadap perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu atau tolak ukur prestasi

yang digunakan untuk mengukur terjadinya perubahan terhadap besaran

target atau standart yang telah ditetapkan sebelumnya sedangkan menurut

WHO (2001) indikator adalah variabel untuk mengukur perubahan. Indikator

sering digunakan terutama bila perubahan tersebut tidak dapat diukur.

Indikator yang ideal harus memiliki 4 kriteria, yaitu :

1. Valid, yaitu benar benar dapat di pakai untuk mengukur yang akan dinilai

2. Reliable, yaitu mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat yang

berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.

3. Sensitif, yaitu cukup peka untuk mengukur, sehingga jumlahnya tidak

perlu banyak.

4. Spesifik, yaitu memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas dan

tidak

tumpang tindih.

Menurut Buku Pedoman KMKP Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya

Surabaya tahun 2019 Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur

dengan menggunakan 3 variabel, yaitu :

1. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan

pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan,

bahan, teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain. Pelayanan


15

kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu

pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah

dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan

kesehatan.

2. Proses, merupakan aktivitas dalam bekerja, adalah merupakan

interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen

(pasien/masyarakat). Proses ini merupakan variabel penilaian mutu

yang penting.

3. Output, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang

terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari

konsumen tersebut.

Indikator Mutu Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya mengacu pada

standar Joint Commission International (JCI) dan Indikator Mutu Nasional,

yaitu 11 indikator klinis, 9 indikator manajerial yang menuju pada

pemenuhan 6 sasaran keselamatan pasien dan 12 Indikator Mutu Nasional.

Semua indikator ini berdasarkan pada efektifitas (effectivenes), efisiensi

(efficiency), keselamatan (safety) dan kelayakan (appropriateness).

2.4 Teori Manajemen

Manajemen berasal dari kata “to manage” yang artinya mengatur.

Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari

fungsi-fungsi manajemen itu. Dalam hal ini, yang diatur adalah semua

unsur-unsur manajemen yang terdiri dari:  men, money, methods, materials,


16

machines,  agar dapat efektif dan efesien dalam mencapai suatu tujuan

perusahaan Malayu S.P Hasibuan (2008).

2.4.1 Unsur-Unsur Manajemen

Menurut Harrington Emerson (1960) Untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan diperlukan alat-alat sasaran (tools) atau unsur-unsur

manajemen. Unsur manajemen terdiri dari : Man, Money, Methode,

Machine dan Material, disingkat 5M.

1.      Man (Manusia)

Manajemen melibatkan sumber daya manusia, peran sumber daya manusia

sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Sumber daya

mencakup keseluruhan manusia yang ada dalam organisasi perusahaan,

yaitu mereka yang secara keseluruhan terlibat dalam organisasi bisnis

perusahaan.

2.      Money (Uang)

Input yang digunakan untuk proses menjadi barang atau jasa pada

organisasi meliputi bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja, atau

sumber daya manusia, dana atau modal, sistem atau metode serta

kewirausahaan. Uang atau dana merupakan bagian dari input dalam proses

menghasilkan barang atau jasa.

3.      Machines (Mesin)

Mesin merupakan salah satu alat bantu yang sangat vital yang dibutuhkan

dalam berbagai aktifitas produksi.


17

4.      Method (Metode)

Metode adalah salah satu unsur manajemen yang berperan penting dalam

kelangsungan organisasi unsur yang saat ini berhak atas metode yang akan

diterapkan guna menjalankan organisasi agar dapat menjalankan

organisasi secara efektif dan efisien.

5.      Material (Material)

Material merupakan unsur manajemen yang perlu dikelola dengan benar

agar organisasi dapat berjalan secara efisien.

2.4.2 Fungsi manajemen

adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam

proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam

melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.

Menurut Malayu S.P Hasibuan (2008) fungsi manajemen dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1.      Perencanaan (planning), adalah proses penentuan tujuan dan pedoman

pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada.

2.      Pengorganisasian (organizing), adalah suatu proses penentuan,

pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktifitas yang

diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap

aktifitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang

yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan

melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.


18

3.      Pengerahan (actuating), adalah mengarahkan semua bawahan, agar

mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.

4.      Pengendalian (controlling), adalah proses pengaturan berbagai faktor

dalam suatu perusahaan agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam

rencana.

Penelitian terdahulu yang sesuai dengan judul yang diambil oleh peneliti

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Tahun Permasalahan Kesimpulan


penelitian/Penulis penelitian
19

1. Faktor Penyebab 2016 Keterlambatan Hasil penelitian


Keterlambatan penyerahan klaim dapat disimpulkan
Penyerahan Klaim pasien rawat inap bahwa faktor
BPJS di Rumah disebabkan karena penyebab
Sakit Panti Nugroho berkas rekam keterlambatan
medis yang terletak pada
kembali dari faktor man yaitu
bangsal rawat inap petugas
tidaklengkap. verivikator,
Tujuan penelitian dokter dan
ini adalah petugas
mengetahui pengkodean.
penyebab Faktor machine
terjadinya karena SIM RS
keterlambatan belum terintegrasi
penyerahan BPJS dengan INA-
kepada verifikator CBGS. Faktor
independen di methode adalah
Rumah Sakit Panti karena
Nugroho implementasi
SPO yang belum
lancar.

2. Faktor Penyebab 2017 Keterlambatan Dari hasil


Keterlambatan pengembalian penelitian tersebut
Pengembalian dokumen rekam dapat disimpulkan
20

Dokumen Rekam medis rawat inap di bahwa faktor-


Medis Di Rs X RS X faktor yang
Kabupaten Kediri/ menyebabkan
Sayyidah Mirfat keterlambatan
pengembalian
dokumen
rekam medis di
RS X yaitu faktor
sumber daya
manusia yang
terdiri dari
kurangnya
kedisiplinan
dokter dalam
pengisian rekam
medis, perawat
kurang paham
mengenai
kelengkapan
klaim BPJS,
perawat lupa
mengingatkan
dokter untuk
mengisi resume
medis dan tanda
tangan.

3. Faktor-Faktor 2015 Pengembalian Berdasarkan hasil


Keterlambatan sensus harian rawat penelitian
Pengembalian inap ke unit rekam diketahui bahwa
21

medis di RSUD sensus harian


Kab. Ciamis sering mengalami
mengalami keterlambatan
keterlambatan. selama dua
Penelitian ini minggu, hal
bertujuan untuk tersebut tidak
mengetahui faktor- sesuai dengan
faktor Standart
keterlambatan Operasional
Sensus Harian
pengembalian Prosedur (SOP).
Rawat Inap Di Rsud
sensus harian rawat Penyebab dari
Kab.Ciamis/Firman
inap ke unit rekam keterlambatan
Cahya Diningrat,
medis di RSUD pengembalian
Poltekkes
Kab. Ciamis. sensus harian
Kemenkes
adalah kurangnya
Tasikmalaya
tanggung jawab
petugas dan
ketidaksesuaian
beban keja
sehingga
mengakibatkan
rendahnya
produktivitas
kerja.
BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konseptual

1. Faktor Man
a. Pegawai kurang mematuhi
SOP
2. Faktor Methode
a. Reward dan Punishment
3. Faktor Material Keterlambatan
pengumpulan indikator
a. laporan unit mutu ke KMKP
4. Faktor Machine
a. SIM RS (Sistem Informasi
Manjemen Rumah sakit)
5. Faktor Money
a. Remunerasi

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

22
23

3.2 Penjelasan Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan Gambar 3.1 tentang skema kerangka konseptual diatas

dapat dijelaskan bahwa faktor penyebab keterlambatan pengumpulan

indikator mutu di rumah ada 5 faktor yaitu Man, Metode, Material,

Machine, dan Money. Hal ini sesuai dengan landasan teori yang dipakai

oleh peneliti yaitu menggunakan teori unsur-unsur manajemen milik

Harrington Emerson (1960). Berikut penjelasannya :

1. Faktor Man :

Faktor man meliputi kepatuhan pegawai terhadap SPO. SPO

merupakan peraturan berupa langkah-langkah dalam menjalankan

pekerjaan jika pegawai tidak mematahui SPO pencatatan dan pelaporan di

rumah sakit terkait pengumpulan indikator mutu akan menyebabkan

keterlambatan pengumpulan

2. Faktor Methode :

Faktor Methode meliputi reward dan punishment. Reward

seharusnya diberikan kepada pegawai jika mengumpulkan laporan tepat

waktu sebagai bentuk apresiasi dari rumah sakit menjalankan

pekerjaannya sedangkan Punishment seharusnya diberikan kepada

pegawai jika pengumpulan laporan melewati batas yang telah ditentukan.

3. Faktor Material :

Faktor Material meliputi laporan unit sebagai bentuk dari

pelaporan indikator mutu. Laporan bulanan unit yang belum terkumpul

akan menyebabkan keterlambatan pengumpulan KMKP ke Karumkit.


24

4. Faktor Machine :

Faktor Machine meliputi SIM RS (Sistem Informasi Manajemen

Rumah Sakit). SIM RS berfungsi untuk proses pengumpulan data,

pengolahan serta penyajian data rumah sakit.

5. Faktor Money :

Faktor Money meliputi Remunerasi. Remunerasi pemberian gaji

tambahan sebagai bentuk apresisasi yang diberikan rumah sakit untuk

meningkatkan motivasi pegawai dalam menjalankan tugas serta

mendorong dan menjadikan SDM yang berkualitas.


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian Deskriptif Kualitatif.

Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau

melukiskan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya (Nawawi dan Martini, 1996). Penelitian deskriptif

kualitatif ditujukkan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada baik secara ilmiah maupun rekayasa manusia,

yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan

antar kegiatan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2011).

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Tingkat III

Brawijaya Surabaya yang beralamat di Jl.KsatrianNo17Surabaya, Jawa

Timur, Indonesia.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di unit Peningkatan Mutu dan Keselamatan

Pasien (KMKP) pada bulan April sampai dengan Mei 2020

25
4.3 Teknik Pengambilan Informan

Dalam penelitian ini teknik pengambilan informan menggunakan

teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan informan sesuai dengan

kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian.

4.4 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti itu sendiri yang menjadi

instrument atau alat penelitian (Sugiono,2015). Peneliti merupakan inti yang

bertindak sebagai alat pengumpul data yang valid, sedangkan untuk

instrumen penunjang yaitu berupa pengumpulan data lain seperti foto dan

alat perekam suara serta dokumen-dokumen lain yang dapat digunakan

untuk menunjang keabsahan data hasil penelitian. Seorang peneliti harus

hadir di tempat penelitian agar terjadi interaksi yang positif antara peneliti

dengan informan dilapangan yang bertujuan untuk pengumpulan data,

menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat

kesimpulan atas hasil penemuan pada saat penelitian.

Dalam penelitian ini terdapat 2 jenis informan penelitian yaitu :

1. Informan awal : 15 Kepala Instalasi Unit

2. Informan lanjutan : 1 ketua KMKP (Komite Mutu dan Keselamatan

Pasien)

4.5 Sumber Penelitian

Terdapat dua jenis sumber penelitian, yaitu :

1. Data Primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung

dengan pegawai yang bersangkutan di lokasi penelitian. Wawancara

26
ditujukkan kepada Ketua Komite Mutu dan Keselamatan Pasien serta 15

kepala unit yang terkait dalam pengumpulan indikator mutu dan 1 ketua

KMKP (Komite Mutu dan Keselamtan Pasien)

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai laporan atau

dokumen resmi yang ada di rumah sakit. Dalam penelitian ini di

dapatkan dari data Komite Mutu dan Keselamtan Pasien (KMKP) Rumah

Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya berupa form supervisi

pengumpulan data tahun 2019, profil dan sejarah Rumah Sakit Tingkat

III Brawijaya, visi dan misi serta Buku Pedoman Komite Mutu dan

Keselamatan Pasien.

4.6 Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan Data dalam penelitian ini dilakukan dengan

langkah-langkah :

1. Wawancara

Wawancara adalah salah satu cara menghimpun bahan keterangan

yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan secara sepihak dan dengan

arah serta tujuan yang telah ditetapkan. wawancara merupakan percakapan

yang mempertemukan antara peneliti dengan informan untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga di dapat data yang lebih

valid dan peneliti akan lebih mudah mengetahui hal-hal yang lebih

mendalam tentang partisipan dalam mengintepretasi tentang situasi dan

27
fenomena yang terjadi dengan atau tidak menggunakan instrumen sebagai

acuan (Sugiono, 2016)

Teknik wawancara ini diperoleh langsung dari subjek penelitian

melalui serangkaian tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait langsung

dengan pokok permasalahan yang ada. Jika dalam wawancara diperoleh

keterangan yang cukup dan dirasa mampu menjelaskan permasalahan yang

ada maka wawancara dihentikan. Dalam penelitian ini informasi digunakan

untuk mengungkapkan data tentang faktor-faktor penyebab keterlambatan

pengumpulan indikator mutu unit ke KMKP (Komite Mutu dan

Keselamatan Pasien)

2. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah dasar semua ilmu penegtahuan.

Para ilmuwan bekerja berasaskan data yaitu fakta mengenai dunia

kenyataaan yang diperoleh melalui observasi (Sugiono,2015). Observasi

merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan

langsung dilapangan untuk melihat secara langsung yang menjadi objek

penelitian, metode ini dilakukan tanpa harus mengajukan pertanyaan kepada

responden , tetapi juga memperoleh memperoleh gambaran keadaan yang

komperehensif yang diteliti.

3. Dokumentasi

28
Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data yang

berkaitan mengenai masalah peneliti yaitu berupa dokumen maupun buku

referensi.

4.7 Alat Bantu Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan alat bantu data

Sebagai berikut :

1. Tape Recorder

Berfungsi untuk merekam pada saat wawancara dengan informan

berlangsung

2. Pedoman Wawancara

Berfungsi untuk pengambilan data agar lebih terstruktur dan berurutan

3. Buku catatan

Digunakan dalam penelitian ini untuk mencatat hal-hal penting pada

saat pengumpulan data

4.8 Metode Analisis Data

Menurut Sugiono (2009) analisis data merupakan proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

observasi dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun

kedalam pola, meilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan

membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang

29
lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelelah selesai di lapangan.

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2009)

mengemukakan bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif

dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga data

mencapai titik jenuh. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas

sehingga datanya sudah jenuh.

Berikut model inetraktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar

di bawah ini :

Data
Collection

Data
Display

Data
Reduction

Conclusions
drawing/verifying

Gambar 4.1 Analisis data (Interactive Model)

30
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa langkah-langkah yang ditempuh

dalam analisis data menurut Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman

(2009) yaitu sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

dan memfokuskan pada hal-hal yang penting. Data yang telah direduksi

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya. Reduksi data dibantu melalui

peralatan elektronik sepeti komputer mini dengan memberikan kode pada

aspek-aspek tertentu sehingga data itu memberi gambaran yang lebih jelas

tentang hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.

2. Penyajian Data

Penyajian Data yaitu sekumpulan informasi tersusun memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian, singkat, tabel, bagan, grafik dan sejenisnya sehingga data mudah

dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Data

Selanjutnya langkah terakhir menurut Miles dan Huberman adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi data dilakukan selama proses

penelitian berlangsung seperti halnya proses reduksi dan setelah data

terkumpul maka selanjutnya diambil kesimpulan sementara dan setalah

data benar-benar lengkap maka diambil kesimpulan akhir. Peneliti sejak

31
awal selalu berusaha mencari pola, tema, hubungan , persamaan,hal-hal

yang sering timbul dan sebagainya. Maka dengan demikian kesimpulan

dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah

yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti

yang dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian

kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian

berada di lapangan.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti dengan

menggunakan analisis kualitatif model interaktif adalah sebagai berikut :

1. Melakukan wawancara dengan petugas yang melakukan

pengumpulan indikator mutu unit ke KMKP

2. Melakukan wawancara dengan ketua KMKP sebagai penerima

indikator mutu unit

3. Membaca dan menjabarkan pernyataan dari petugas maupun

ketua KMKP dengan mencatat hal-hal penting yang berkaitan

dengan penyebab keterlambatan pengumpulan

4. Mengkategorikan catatan-catatan yang diambil dari sumber data

lalu mengklasifikasikannya ke dalam kategori yang sama

5. Mengkategorikan kategori yang telah disusun dan dihubungkan

dengan kategori lainnya sehingga hasilnya akan diperoleh yang

sistematis dan berhubungan

6. Melengkapi data dengan cara mengkaji isi data berupa hasil

observasi, wawancara dan dokumentasi

32
7. Hasil kajian data yang telah diperoleh dan dianalisis , dijadikan

jawaban

8. Setelah menjabarkan jawaban secara terpernci, kemudian

menyusun dalam bentuk laporan

4.9 Uji keabsahan data/ Validasi Data

Keabsahan data dibutuhkan kriteria tertentu sebagai alat untuk

mengukurnya, sehingga diperlukan sebuah derajat keoercayaan guna

pembuktian peneliti pada kenyataan . kriteria keabsahan data perlu

dibuktikan dengan teknik pemeriksaan salah satunya adalah triangulasi.

Triangulasi merupakan upaya untuk mengecek validasi data yang

akan di interpresasi atau disimpulkan (Sugiyono, 2011). Dalam Triangulasi

dapat dilakukan dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan

demikian terdapat 3 jenis triangulasi yaitu :

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang gaya

kepemimpinan seseorang maka maka pengumpulan dan pengujian data

yang telah diperoleh dilakukan ke bawahan yang dipimpin, ke atasan yang

menugasi dan teman kerja yang merupakan kelompok kerjasama. Data

yang telah telah dianalisis oleh peneliti harus menghasilkan suatu

33
kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber

tersebut.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi Teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan

observasi, dokumentasi atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian

kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda maka

peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang

bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau

mungkin semuanya benar karena sudut pandang yang berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber

masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih

valid sehingga lebih kredibel untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas

data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecakkan dengan

wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang

berbeda.

34
35
36

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Profil Rumah Sakit

Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya merupakan rumah sakit kelas C,

rumah sakit Tk III Brawijaya Surabaya merupakan satuan eslon pelaksana

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya Kesdam V/Brawijaya, rumah sakit

Tk III Brawijaya Yang berkedudukan di Jl.Ksatrian No 17 Surabaya Telp

(031) 5666691. Dipandang perlu untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan sesuai dengan tuntutan pelayanan kesehatan kepada Prajurit TNI

,PNS TNI AD dan keluarga serta masyarakat umum. Berikut sejarah

singkat Rumah sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya :

1. Pada tahun 1951 mulailah disusun organisasi Kesehatan yang diberi

nama Kes KMKB dan membentuk unit-unit kesehatan sebagai berikut:

a. Tempat Perawatan Tentara disingkat” TPT” terletak di JI. Spelman

straat Surabaya ( JI. Tamrin no 66 Surabaya ) di tunjuk sebagai

pengurusnya Letda Soehud.

b. Tempat Perawatan Keluarga disingkat “ TPK “terletak di jalan

Djoko Dolok Surabaya di tunjuk sebagai pengurusnya Ny. Sri

Kustijah.

c. Polikllnik Tengah di jalan Peregolan no 6 Surabaya.

d. Poliklinik Utara di jalan Jakarta no 5 Surabaya Utara.


37

e. Poliklinik Selatan di Jalan Gunung Sari No 48 Surabaya.

f. Poliklinik Gigi di Jalan Ondomohen No 75 Surabaya

g. Poliklinik Keluarga di Jalan Karang Menjangan Surabaya.

h. Sanatorium TBC di Teretes

2. Pada tahun 1954 Instalasi Kesehatan KMKB mengalami pemindahan

dan penyempurnaan sebagai berikut :

a. Tempat Perawatan Tentara (TPT) dipindahkan dan JI. Spelman

straat Surabaya ( JI. Tamrin no 66 Surabaya ) ke JI Bali No 19

Surabaya.

b. Tempat Perawatan Keluarga disingkat (TPK) dipindahkan dan JI.

Djoko Dolok Surabaya ke jalan Gubeng Pojok No 21 Surabaya

3. Pada tahun 1962 Kesehatan KMKB berubah menjadi Kesehatan

Kodim 0830 dan Mayor Sarnanto Sebagai Kepala.

4. Pada tahun 1969 di bentuk Korem 084/Baskara Jaya berdasarkan

Surat Keputusan Pangdam V/ Brawijaya Nomor: 38/11/51969 tanggal 5-

5-1969 pada saat itu Kesehatan Kodim 0830 menjadi Detasemen

Kesehatan Korem 084nTempat Perawatan Tentara (TPT) saat itu juga

berubah menjadi Rumah sakit Detasemen Kesehatan Korem 084/BJ

yang dijabat oleh Lettu Efendi Jaswadi, dan alamat mengalami

pemindahan anatara lain :

a. Staf Denkes di JI Pregolan Bunder No 48 Surabaya.

b. Poliklinik Peregolan No 6 Surabaya pindah ke JI Gubeng Pojok No

27 Surabaya jadi satu dengan staf Rumah Sakit 05.06.01 Surabaya


38

5. Pada tahun 1974 - 1977 terjadi perubahan dan pemindahan markas :

a. Poliklinik Gigi dan poliklinik umum yang berada di JI. Gubeng

Pojok No 27 Surabaya pinda ke JI. Tamrin No. 66 Surabaya

sehingga Rumah Sakit di JI. Tamrin No 66 Lengakap dengan sarana

penunjang

b. Tempat Perawatan Keluarga disingkat( TPK) di JI. Gubeng Pojok

No. 21 Surabaya saat itu juga di tingkatkan bagian bersalin dan

penyakit kandungan dan di sebut Rumah Sakit Tk III 05.06.01

Surabaya

c. Poliklinik Gigi di Jalan Ondomohen No 75 Surabaya pindah

ke JI. Adityawarman Surabaya

a. Pada tanggal 10-5-1980 Rumah Sakit Tk III 05.06.01

Surabaya di JI Tamrin No 66 Surabaya, poliklinik selatan,

poliklinik gigi JL.Adityawarman pindah bergabung menjadi satu

ke JL. Kesatrian No 17 Surabaya dengan Rumah Sakit Tingkat III

05.06.01 Brawijaya. Berikut Visi, Misi, Motto dan Tujuan Rumah

Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya :

1. Visi :

Mewujudkan rumah sakit tingkat III brawijaya menjadi rumah

sakit terpercaya bagi Prajurit,PNS beserta keluarga serta masyarakat umum

2. Misi :

a. Menyelenggarakan pengobatan dan perawatan kesehatan bermutu.

b. Mengembangkan profesionalitas sumber daya manusia


39

c. Menciptakan suasana nyaman berazas kekeluargaan

d. Peduli terhadap pengguna jasa pelayanan dan lingkungan.

3. Motto ( 5S ) :

Senyum, Sapa, Salam, Sopan santun

4. Tujuan :

a. upaya kesehatan Prajurit dan keluarganya serta masyarakat melalui

upaya kesehatan perorangan paripurna yang bermutu

b. Terciptanya lingkungan kerja yang sehat yang nyaman dan harmonis

c. Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia, sarana dan prasarana

sesuai pengetahuan dan teknologi;

d. Terwujudnya karyawan yang produktif, berkomitmen dan mempunyai

etos kerja tinggi.

e. Terwujudnya standar pelayanan yang tinggi, dengan menjadikan

kedekatan kepada pasien sebagai prioritas utama.

Rumah Sakit Brawijaya memilki jumlah sumber daya manusia

berdasarkan pangkat pendidikan, dan jenis tenaga Rumah Sakit

Tingkat III Brawijaya dapat dilihat secara rinci pada tabel 5.1 berikut

ini:
40

Tabel 5.1 Daftar jumlah sumber daya manusia Rumah Sakit Tingkat

III Brawijaya Tahun 2019

No SDM MIL PNS SUKWAN TAMU JUMLAH

1. Medis 10 8 15 23 56

2. Para Medis 3 32 102 0 137

3. Keteknisan 5 11 20 0 36

Lain

4. Non Paramedis 11 42 111 1 165

JUMLAH 29 93 248 24 394

Sumber : Data Kepegawaian RS Tk.III Brawijaya

5.1.2 Karakteristik Partisipan Penelitian-

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang

bersifat mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang

ada selain itu penelitian deksiptif kualitatif tidak memberikan perlakuan,

manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel yang diteliti tetapi

dengan cara menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya. Karakteristik

partisipan penelitian yang telah dijelaskan di dalam bab 4 menggunakan

metode purposive sampling untuk pengambilan sample di Rumah Sakit.


41

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 15 orang yang meliputi 14

kepala instalasi yang melakukan keterlambatan pengumpulan indikator

mutu unit ke KMKP sebagai informan awal dan 1 Ketua KMKP sebagai

informan lanjutan. Berikut 15 karakteristik partisipan berdasarkan lokasi

unit atau ruangan yaitu :

No unit

1 Poli Bedah

2 Poli THT

3 Poli Syaraf

4 Poli Anak

5 Poli Dalam

6 Poli Rehab Medik

7 Poli TB

8 Poli Mata

9 Ruang Bougenville

10 Ruang Nusa Indah

11 Ruang Anggrek

12 Ruang ICU

13 Ruang OK

14 Ruang Dahlia

15 Intalasi Rekam Medik


42

Tabel 5.1 Daftar jumlah sumber daya manusia Rumah Sakit

Tingkat III Brawijaya Tahun 2019

Berdasarkan karakteristik partisipan berdasarkan lokasi unit atau

ruangan terdapat 15 unit yang melakukan keterlambatan pengumpulan

pengumpulan indikator mutu ke KMKP.

Karakteristik Partisipan
Berdasarkan Jenis Kelamin

13%
perempuan
laki-laki

88%

Berdasarkan jenis kelamin terdapat 2 karakteristik partisipan laki-

laki yaitu sebesar (13%) dan 14 karakteristik partisipan perempuan

sebesar (87%)
43

Karakteristik Partisipan Berdasarkan


Status Kepegawaian

20%

PNS
SUKWAN
80%

Berdasarkan status kepegawaian, di Rumah Sakit Tingkat III

Brawijaya dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu Militer, PNS, Sukwan

dan Tamu sedangkan karakteristik partisipan untuk kepala unit dalam

penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu Sukwan sebesar

(20%) dan PNS sebesar (80%)

5.1.3 Identifikasi Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif sehingga

data yang ditampilkan apa adanya sesuai dengan keadaan yang terjadi di

lapangan. Menurut Nawawi dan Martini (1996) penelitian deskriptif

kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau melukiskan objek

penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Data penelitian diperoleh dari wawancara, dokumentasi dan observasi.


44

Wawancara merupakan percakapan yang mempertemukan antara peneliti

dengan informan untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab

sehingga di dapat data yang lebih valid dan peneliti akan lebih mudah

mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan, dalam

penelitian ini wawancara dilakukan secara individual yaitu mewawancarai

16 informan yaitu 15 kepala ruangan atau unit yang melakukan

keterlambatan pengumpulan indikator mutu unit ke KMKP sebagai

informan awal dan 1 ketua KMKP sebagai informan lanjutan atau

informan kunci namun kenyataan dilapangan hanya dapat melakukan

penelitian di 13 kepala ruangan dan 1 ketua KMKP karena dua ruangan

tersebut menjadi ruangan isolasi untuk pasien covid 19. Analisis data

dalam penelitian ini menggunakan data wawancara yang telah diperoleh

dari transkip wawancara kemudian ditambahkan dengan adanya observasi

dan dokumentasi kemudian dilakukan coding yang menghasilkan beberapa

temuan penelitian yaitu :

1. Pegawai kurang mematuhi SOP

Hasil dari data yag diperoleh melalui dokumentasi berupa formulir

supervisi pengumpulan tahun 2019 terdapat unit yang melakukan

keterlambatan pengumpulan indikator mutu unit ke KMKP sehingga

hal ini tidak sesuai dengan batas pengumpulan indikator mutu unit yang

tercantum pada SOP (Standart Operasional Prosedur) pencatatan dan

pelaporan di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya yaitu tanggal

5 di setiap bulannya.
45

SOP (Standart Operasional Prosedur) sangat penting untuk

perusahaan maupun organisasi. SOP itu sendiri merupakan suatu

pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai

fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah mau non

pemerintah dalam bentuk dokumen atau serangkaian instruksi yang

berisi cara, waktu pelaksaan, tempat serta SDM (Sumber Daya

Manusia) yang berperan dalam kegiatan sehingga dapat

memudahkan, merapikan serta menertibkan pekerjaan tersebut agar

kegiatan operasional organisasi atau perusahaan dapat berjalan

lancar. Menurut Istyadi Insani (2010) SOP adalah dokumen yang

berisi tentang serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan terkait

dengan berbagai proses penyelenggaraan organisasi yang berisi

cara melakukan pekerjaan, waktu pelaksanaan tempat

penyelenggaraan serta individu yang menjalankan. Dari data yang

dipeoleh melalui wawancara diketahui pegawai yang kurang

mematuhui SOP karena ada dua faktor yaitu karena kesibukan

pegawai atau beban kerja dan pegawai khususnya bagian poli tidak

mengetahui batas pengumpulan indikator mutu unit ke KMKP

karena meraka dibawah naungan rawat jalan.

“Ya mungkin karena beban kerja pegawai ya mbak kan


kita gak cuman ngurusin ini aja ya mbak kita juga ada
pekerjaan lain (Informan 9)
“Kita kan di rumah sakit tentara ya mbak jadi pasiennya
banyak kadang jadi keteteran gitu mbak. Ya mungkin
karena kesibukan ya mbak beban kerja pegawai juga tapi
46

kadang sebenernya sudah dikerjakan tapi belum diambil


dari pihak KMKP” (informan 7)

Dari pernyataan informan tersebut, dapat diketahui bahwa pegawai

kurang mematuhi SOP dikarenakan beban kerja pegawai.

“Saya gaktau mbak tanggal berapanya batas


pengumpulannya soalnya kita dibawah nauangan rawat
jalan ya mbak jadi kalo kita disuruh ngisi dari rawat jalan
ya kita ngisi langsung jadi kita gatau persisnya tanggal
berapa mbak” (informan 2)
“Saya ndaktau mbak kapan batas pengumpulannya tapi
kalo misalnya ada yang ngambilin ya saya kerjain”
(informan 5)

Faktor lain mengapa pegawai kurang mematuhui SOP karena

pegawai poli tidak mengetahui batas pengumpulan yang ada di

SOP karena poli masih dibawah naungan rawat jalan. Dari hasil

wawancara terkait pegawai yang kurang mematuhui SOP

dikarenakan dua hal yaitu beban kerja pegawai pada saat

memberikan pelayanan kesehatan pada pasien, karena pada

umumnya pasien datang 45-50 orang per hari sehingga laporan unit

menumpuk. Hal lain yang menyebabkan pegawai tidak mematuhui

SOP adalah kurangnya pengetahuan pegawai terhadap batas


47

pengumpulan laporan indikator mutu unit karena pegawai

khususnya bagian poli masih dibawah naungan rawat jalan

sehingga bagian rawat jalan lah yang bertugas mengambil laporan

unit dan menyerahkannya kepada bagian KMKP.

2. Reward dan Punishment

Penerapan reward dan punishment merupakan salah satu contoh

upaya perusahaan atau organisasi dalam pemberdayaan masyarakat

dalam meningkatkan kinerja pegawai setiap individu maupun

kelompok. Pemberian reward dan punishment dapat

mengembangkan kualitas kerja serta tanggung jawab pegawai

kepada perusahaan atau organisasi. Menurut Gibson (1997)

pemberian reward dapat mepertahankan pegawai di suatu

organisasi, mampu meningkatkan motivasi pegawai untuk

mencapai prestasi yang tinggi serta mampu menarik orang yang

berkualitas untuk menjadi anggota organisasi. Dalam hasil

wawancara yang dilakukan oleh peneliti di rumah sakit tingkat III

brawijaya memperoleh hasil bahwa di rumah sakit ini sudah tidak

menerapkan reward.

“Terakhir ada reward itu tahun 2017 sih mbak kayaknya,


itukan tergantung kepala rumah sakitnya waktu karumkitnya
dr. Mahendra itu banyak sekali rewardnya kalo sekarang
belum ada mbak.” (informan 7)
“Dirumah sakit ini belum ada mbak, dulu ada sih tapi
sekarang udah gak ada” (informan 3)
48

“Kalo reward disini dulu pernah ada mbak tapi udah lama
banget dan selama ini belum ada reward terkait
pengumpulan laporan tepat waktu pengennya ada sih kayak
buber atau rekreasi gitu sebagai bentuk reward.” (informan
2)
“Kalo reward dari ruangan belum ada kalo misalkan reward
teladan dulu ada tapi kalo khusus keruangan gitu belum
pernah ada dan sekarang uda gak ada reward gitu mbak”
(informan 13)
Pemberian punishment terhadap individu adalah tindakan yang

diberikan atas kesalahan, pelanggaran atau kejahatan yang telah

dilakukan sebagai bentuk perbaikan tingkah laku sehingga tidak

terulang di kemudian hari. Punishment bertujuan untuk menyadarkan

individu atas kesalahan atau perbuatannya sehingga lebih berhati-

hati. Menurut Sabri (1999), punishment adalah tindakan pendidik

yang sengaja dan secara sadar diberikan kepada anak didik yang

melakukan suatu kesalahan, agar anak didik tersebut menyadari

kesalahannya dan berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulanginya.

Punishment bertujuan untuk membuat pegawai termotivasi dan

memperbaiki kinerja agar tidak mendapatkan punishment dari rumah

sakit.

“Oh tidak paling hanya ditegur saja kasih omongan aja dari
atasan kok belum dikumpulin biasanya by telfon gitu aja belum
ada teguran apa-apa.” (informan 1)
“Kalo punishmentnya itu biasanya berbentuk teguran sih mbak
dari rawat jalan dateng kesini kalo KMKP nya gatau lagisih
mbak kayaknya menekan rawat jalan atau bagaimana ya saya
49

gaktau kita kan cuman dibawah naungan rawat jalan”. (informan


2)
“Kalo sanksi gak ada sih cuman teguran aja mbak deadline
dikumpulkan hari ini ya cuman di kasih tau aja mbak gak ada
yang misalnya kalo gak ngumpulkan nanti ada tindak lanjut”.
(informan5)
Dari ungkapan mereka dapat diketahui bahwa di rumah sakit
tingkat III brawijaya telah menerapkan punishment atau sanksi
berupa teguran lisan tetapi belum menerapkan reward.
3. Laporan Unit

Laporan unit di rumah sakit tingkat III brawijaya sebelumnya masih

menggunakan form tetapi pada akhir 2019 dapat dikatakan semi

manual, yaitu pengisian melalui komputer dan melalui form. Pegawai

atau PIC data merasa kurang praktis dengan adanya sistem laporan unit

karena mereka masih harus menginput laporan unit dua kali yaitu

pengisian melalui form dan komputer. Dalam penelitian ini yang

dimaksud laporan unit adalah berupa laporan SPM (Standart Pelayanan

Minimal). Menurut PMK No 129 tahun 2008 SPM adalah ketentuan

tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib

daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal serta

merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum

yang diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada masyarakat. Standar

pelayanan minimal rumah sakit pada hakekatnya merupakan jenis-jenis

pelayanan rumah sakit yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah. SPM

ini dapat dijadikan acuan bagi pengelola rumah sakit dan unsur terkait
50

dalam melaksanakan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan setiap

jenis pelayanan.

“Laporannya masih manual mbak jadi nanti kita ngisi di komputer


sama ngisi di kertas juga jadi nyata ada gak nyata juga ada.”
(informan 4)
“Pengisisan indikator mutu bisa dibilang semi manual ya mbak
soalnya akhir tahun itu sudah mulai mengisi dikomputer tapi belum
bisa ngelink di aplikasi sim rs yang langsung ke bu andris gitu
mbak” (informan 9)
“Pengisisan indikator mutu bisa dibilang semi manual ya mbak jadi
kita ngisinya manual terus direkap ke computer”. (informan 10)
hal ini serupa dengan ungkapan dari informan 1 yaitu pengisian
laporan unit masih dikikatakan manual karena mereka masih mengisi
melalui form dan harapan mereka laporan unit menggunakan cara
otomatis sehingga mereka lebih praktis dalam penginputan laporan :
“Disini kita masih manual mbak jadi laporannya kan dari atas jadi
kita disuruh ngisi kita kan dibawah naungan rawat jalan. Kita sih
pengennya otomatis langsung ke atasan ya mbak biar praktis jadi
gausah manual lagi tapikan kita keterbatasan fasilitas juga jadi
dengan manual sekarang.” (informan 1)
Dalam penelitian ini, hasil dokumentasi menunjukkan bahwa dari 21
unit terdapat 6 unit melakukan pengumpulan indikator mutu tepat
waktu yaitu IGD, Poli kandungan, Laboratorium, Radiologi, Instalasi
Farmasi, dan ruang Tulip sedangkan 15 unit lainnya melakukan
keterlambatan pengumpulan sehingga tidak sesuai dengan SOP
(Standar Operasional Prosedur) yaitu Poli bedah, Poli THT ,Poli syaraf,
Poli anak, Poli dalam,Poli rehab medik, Poli TB, Ruang dahlia, Ruang
Bougenvile, Ruang nusa indah, Ruang anggrek, Ruang ICU, OK dan
Instalasi RM, dan Poli mata dan 2 diantaranya yang sering melakukan
keterlambatan hingga 12 kali di rentan waktu bulan Januari-Desember
51

2019 adalah Poli THT dan Poli Syaraf, Sesuai dengan SOP pencatatn
dan pelaporan indikator mutu unit dikatakan terlambat apabila batas
pengumpulan melebihi peraturan yang ada di SOP Pencatatan dan
Pelaporan yaitu seharusnya pengumpulan ke KMKP dilakukan satu
bulan sekali pada saat tanggal 5.

4. SIM RS (SISMADAK)

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) adalah

suatu rangkaian kegiatan yang mencakup semua pelayanan

kesehatan (rumah sakit) disemua tingkatan administrasi yang dapat

memberikan informasi kepada pengelola untuk proses manajemen

(berhubungan dengan pengumpulan data, pengolahan data,

penyajian informasi dan analisa) pelayanan kesehatan di rumah

sakit. Peran sistem informasi didalam kegiatan manajemen rumah

sakit sangatlah membantu dan mempunyai peran yang sangat efektif

dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit, dengan sistem

informasi seorang pemimpin rumah sakit dapat mengambil suatu

kebijakan secara cepat, tepat dan akurat berdasarkan informasi yang

didapat dari pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipimpinnya

hal ini serupa Menurut PMK No 82 tahun 2013 tentang SIM RS

yaitu suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan

mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam

bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk

memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian

dari Sistem Informasi Kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan adalah


52

seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur,

teknologi, perangkat, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan

dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau

keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan.

Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti di rumah sakit tingkat

III brawijaya surabaya memperoleh hasil bahwa SIM RS di rumah sakit

ini belum central

“Masih manual mbak jadi kalo di sini SIM RS nya dipakai ketika

akreditasi saja mbak pokoknya ke arah itu-itu aja mbak jadi belum

otomatis 1 server ke bu andris, saya sih pengennya cuman 1 pintu aja

mbak biar langsung kalo gini kan kita kerja 2x mbak”. (informan 2)

“Disini sim rs atau sismadaknya belum central mbak jadi masih

manual belum 1 server harapannya ya untuk segera diperbaiki supaya

kami biar lebih praktis” (informan 6)

Ungkapan informan 2 dan informan 6 serupa dengan informan 12 yaitu

mengatakan :

“Kalo sim rsnya sudah ada tapi untuk ke arah yang otomatis bu andris

itu itu belum ada ya jadi masih pake format yang kita buat sendiri trus

kirim email ke bu andris jadi bisa dikatakan manual dan sim rs hanya

digunakan untuk pelayanan saja pengennya sih sim rsnya bisa terintegrasi

jadi segala aktivitas bisa dilihat dari atasan” (informan 12)

Dari pernyataan informan 6, informan 2 dan informan 12 tersebut mereka

mengungkapkan bahwa SIM RS belum sepenuhnya optimal karena di


53

rumah sakit ini masih belum terintegrasi sehingga atasan tidak dapat

melihat aktivitas pelaporan secara langsung.

5. Remunerasi

Keberadaan tenaga kerja yang berprestasi memberikan isyarat

bahwa keberadaannya dalam organisasi suatu perusahaan tidak dapat

diabaikan begitu saja, sebab tenaga kerja yang berprestasi telah

membantu perusahaan dalam mencapai target atau tujuannya, tentunya

untuk kelangsungan hidup perusahaan oleh karena itu perusahaan

memberikan remunerasi. Remunerasi adalah balas jasa atau imbalan

yang diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerjanya sebagai dari

prestasinya karena telah membantu perusahaan dalam mencapai tujuan.

Terdapat dua unsur utama remunerasi yakni kompensasi dan bonus

“komisi”, kompensasi berhubungan dengan keseluruhan yang diterima

tenaga kerja baik dalam berupa fisik maupun non fisik. Dalam beberapa

hal, kompensasi seringkali tidak dikenai pajak pendapatan sedangkan

komisi atau bonus merupakan bentuk imbalan yang diberikan kepada

pegawai dengan perhitungan prosentase hasil penjualan, bonus juga

diberikan berdasarkan kemampuan pegawai untuk mencapai target.

Remunerasi merupakan satu-satunya faktor yang berbentuk finansial

dalam penelitian ini karena penelitian ini menggunakan teori

Harrington Emerson (1960) tentang unsur-unsur manajemen yang

terdiri dari : Man, Money, Methode, Machine dan Material (5M).


54

Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti di rumah sakit tingkat

III brawijaya surabaya memperoleh hasil bahwa pemberian remunerasi

kepada pegawai PNS telah sesuai dengan golongan dari pusat.

“Remunerasi ya, kalo saya sendiri kan sudah pns ya jadi ya


sesuai-sesuai ajasih mbak karena dari pusat kan ya jadi sesuai
golongan .” (informan 1)
“Kalo PNS itu kan ada tunjangan kerja sendiri jadi sudah ada tapi
untuk remunerasi secara tenaga kesehatan itu yang belum ada karena
disini pemberiannya tidak secara beban kerja/fungsional.” (informan
13).
Pengaruh remunerasi dengan keterlambatan pengumpulan

diumgkapan oleh informan 6 :

“Enggak ada pengaruhnya sih mbak karena kami kan dari pusat
juga jadi tidak ada hubungannya kalo dari rumah sakit sendiri itu
namanya insentif mbak kalo menuut saya sih yang sangat
mempengaruhi itu bagian sim rs atau sismadaknya ya mbak soalnya
kan masih manual jadi belum bisa praktis” (informan 6)
“Enggak sih mbak gak mempengaruhi soalnya kan dari pusat juga
dapetnya.” (informan 5)
“Kalo menurut saya sih enggak ada pengaruhnya sih mbak kalo
kita kerja ya kerja kalo kita mikir itu malah nanti gak kerja-kerja.”
(informan 5).
Menurut hasil wawancara diatas, terlihat bahwa informan
mengatakan remunerasi tidak mempengaruhi keterlambatan
pengumpulan mereka ke KMKP karena pemberian remunerasi di rumah
sakit tingkat III brawijaya diperoleh dari pusat belum menerapkan
remunerasi secara fungsional.
55

5.2 Pembahasan

Berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) pencatatan dan

pelaporan di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya dituliskan

bahwa Kepala instalasi wajib melaporkan data setiap satu bulan kepada

KMKP (setiap tgl 5 bulan berikutnya) tetapi beberapa unit sering

melakukan keterlambatan pada periode bulan Januari-Desember 2019

dengan mengirimkan melebihi dari tanggal yang dicantumkan pada SOP,

dari hasil telaah dokumentasi menunjukkan bahwa dari 21 unit terdapat 6

unit melakukan pengumpulan indikator mutu tepat waktu yaitu IGD, Poli

kandungan, Laboratorium, Radiologi, Instalasi Farmasi, dan ruang Tulip

sedangkan 15 unit lainnya melakukan keterlambatan pengumpulan

sehingga tidak sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yaitu

Poli bedah, Poli THT ,Poli syaraf, Poli anak, Poli dalam,Poli rehab medik,

Poli TB, Ruang dahlia, Ruang Bougenvile, Ruang nusa indah, Ruang

anggrek, Ruang ICU, OK dan Instalasi RM, dan Poli mata dan 2

diantaranya yang sering melakukan keterlambatan hingga 12 kali di rentan

waktu bulan Januari-Desember 2019 adalah Poli THT dan Poli Syaraf,

Sesuai dengan SOP pencatatn dan pelaporan indikator mutu unit dikatakan

terlambat apabila batas pengumpulan melebihi peraturan yang ada di SOP

Pencatatan dan Pelaporan yaitu seharusnya pengumpulan ke KMKP


56

dilakukan satu bulan sekali pada saat tanggal 5. Hal tersebut tentunya

dapat menghambat kinerja Komite Mutu dan keselamatan Pasien karena

data yang telah diolah, dianalisis, serta di validasi oleh KMKP akan

diserahkan kepada Kepala Rumah Sakit setiap tiga bulan sekali lalu

Kepala Rumah sakit melaporkan kepada Pemilik Rumah Sakit yaitu

Kakesdam V Brawijaya. Jika telah menerima feedback Kakesdam V

Brawijaya maka akan melaksanakan rapat koordinasi. Dalam penelitian ini

memperoleh beberapa hasil yang menjadi faktor penyebab keterlamabatan

pengumpulan indikator mutu unit ke KMKP sesuai degan teori Harrington

Emerson (1960) yang menjelaskan tentang 5 unsur-unsur manajemen

antara lain man, methode, material, machine dan money. Faktor man

dalam penelitian ini yaitu pegawai yang kurang mematuhi SOP (Standart

Operasional Prosedur) menurut pemaparan informan diketahui bahwa

pegawai kurang mematuhui SOP karena beban kerja pegawai yang terlalu

banyak terlebih rumah sakit tingkat III brawijaya merupakan rumah sakit

tentara dimana jobdesk atau tugas pokok pegawai akan tumpang tindih

dengan tugas tambahan selain itu kurangnya pengetahuan petugas poli

terhadap batas pengumpulan laporan indikator mutu yang terdapat di SOP

menjadi kendala pegawai tidak mematuhui SOP. Reward dan punishment

merupakan faktor methode, menurut pemaparan informan yang berada di

rumah sakit tingkat III brawijaya diketahui bahwa di rumah sakit ini

terakhir kali menerapkan sistem reward pada tahun 2017 dan belum

diterapkan kembali hingga sekarang sedangkan punishment di rumah sakit


57

ini menerapkan sanksi berupa teguran lisan kepada karu (Kepala Ruangan)

jika melakukan keterlambatan pengumpulan. Faktor material dalam

penelitian ini adalah laporan unit, menurut ungkapan karu (kepala

ruangan) sebagai informan dalam penelitian ini, laporan unit di rumah

sakit ini dapat dikatakan manual karena sistem pengisian masih

menggunakan form berupa kertas

Laporan indikator mutu unit berupa SPM (Standart Pelayanan Minimal).

SPM (Standar pelayanan minimal rumah sakit) pada hakekatnya

merupakan jenis-jenis pelayanan rumah sakit yang wajib dilaksanakan

oleh pemerintah. SPM ini dapat dijadikan acuan bagi pengelola rumah

sakit dan unsur terkait dalam melaksanakan perencanaan, pembiayaan

dan pelaksanaan setiap jenis pelayanan sedangkan menurut PMK No 129

tahun 2008 SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan

dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap

warga secara minimal serta merupakan spesifikasi teknis tentang tolak

ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum

kepada masyarakat.

Hasil penelitian dari wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti

diketahui bahwa faktor yang lebih dominan terhadap penyebab

keterlambatan pengumpulan indikator mutu unit ke KMKP adalah

laporan yang masih manual. Laporan unit yang masih manual ini

disebabkan oleh SIM RS atau SISMADAK yang belum central atau

terintegrasi oleh seluruh pegawai oleh karena itu pengisian laporan


58

indikator mutu masih menggunakan form yang telah disediakan, untuk

bagian poli laporan indikator mutu unit yang telah dikerjakan akan

diambil oleh petugas rawat jalan karena poli masih dibawah naungan

rawat jalan kemudian petugas rawat jalan yang akan menyerahkan ke

KMKP sedangkan untuk pengisian laporan bagian ruangan seperti

ruangan Bougenvile, OK, Dahlia, Instalasi RM, dan ICU menggunakan

form kemudian menginputnya ke dalam komputer dan dikirim melalui

email ke pihak KMKP.

Anda mungkin juga menyukai