OLEH
ABDURAHIM
NPM: 12144011002
OLEH
ABDURAHIM
NPM. 12144011002
Bismillaahirrahmaanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kepada allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
dengan judul Asuhan Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan pada Klien Tn.S di
ruang Akasia Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Banjarmasin. Karya Tulis
Ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat menyelesaikan program
pendidikan D.3 Keperawatan Reguler Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Banjarmasin.
i
6. Seluruh dosen pengajar D.3 Keperawatan dan staf Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin yang selama ini telah memberikan
bekal dan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.
7. Klien Tn.S serta teman-temanya yang bersedia memberikan waktu dan
kesempatan kepada penulis untuk pembuatan asuhan keperawatan.
8. Ayah dan ibu, yang selalu memberikan limpahan doa serta dukungan baik
secara moril maupun material hingga selesainya karya tulis ilmiah ini.
9. Seluruh staf Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Banjarmasin yang menyediakan referensi dalam melengkapi literatur penulis.
10. Teman-teman angkatan XVII D3 Keperawatan Reguler yang turut membantu
dalam pengumpulan data dan informasi.
11. Serta semua pihak yang terlibat dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Adapun dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari adanya
keterbatan kemampuan yang dimiliki sehingga dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Sehingga Karya Tulis Ilmiah ini bisa bermanfaat bagi pembaca guna
menambah ilmu pengetahuan. Amin Amin Amin Ya Rabbal alamin.
Penulis
ii
DAFTA ISI
iii
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................ 68
4.2 Saran ....................................................................................... 70
DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iv
DAFTAR BAGAN
v
DAFTAR MATRIKS
vi
DAFTAR SKEMA
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
merawat dan terganggu karena prilaku pasien. Beberapa gejala yang lazim
dirasakan oleh keluarga sehingga menjadi alasan mengapa pasien dibawa ke
rumah sakit jiwa yaitu adanya harga diri rendah, menarik diri, halusinasi,
waham, dan perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai amuk dan gaduh
gelisah yang tak terkontrol (Kusumawati dan Hartono, 2010: 131).
Riset kesehatan dasar (Riskesdes) tahun 2013, pada penduduk diatas usia
50 tahun dijumpai prevalansi orang dengan gangguan jiwa ringan (ODGJR)
berjumlah 6% atau sekitar 16 juta orang, sedangkan prevalansi orang dengan
gangguan jiwa berat (ODGJB) 1,72 perseribu atau 400 ribu orang. 14,3% atau
sekitar 57 ribu orang dengan gangguan jiwa berat pernah dipasung oleh
keluarga (www.depkes.go.id diakses pada tanggal 22 Maret 2014 pukul 19.20
Wita).
Data yang diperoleh oleh peneliti melalui survei awal penelitian di Rumah
Sakit Jiwa Sambang Lihum Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan bahwa
jumlah pasien gangguan jiwa pada tahun 2013 tercatat sebanyak 1.683 pasien
3
gangguan jiwa, pada tahun 2014 tercatat sebanyak 1.366 dengan skizofrenia
faranoid. Pasien rawat inap dengan diagnosa medis skizofrenia paranoid 224,
skizofrenia tidak terinci 154, skizofrenia hibefrenik 110, skizofrenia residual
84, gangguan psikotik polymurtik akut dengan gejala skizofrenia 29, episode
depresif berat dengan simptom psikotik 26, gangguan mental dan perilaku
akibat penggunaan zat multiple dan penggunaan zat psikoaktif dengan
gangguan psikotik 18, skizofrenia katatonik 13, penggunan psikotik
polymurtik akut tanpa gejala skizofrenia 11, kelainan afektif bipolar dengan
episode manic dengan simptom psikotik 6 (Dinkes Kalimantan Selatan, 2014).
Ruang Akasia RSJD Sambang Lihum Banjarmasin Provinsi Kalimantan
Selatan, pasien menderita resiko perilaku kekerasan pada tahun 2015 pada
bulan Maret 21 orang yang menderita, pada bulan April 23 orang menderita,
pada bulan Mei 10 orang menderita. Jadi jumlah semuanya 54 orang yang
menderita perilaku kekerasan diruang Akasia.
1.5 Metode
1.5.1 Metode Penulisan karya Tulis Ilmiah
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pemaparan kasus dan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.5.2 Metode Pengumpulan Data
1.5.2.1 Data Primer
a. Wawancara
Teknik pengumpulan data secara lisan atau tanya jawab
yang dilakukan dengan klien untuk mendapatkan data
6
8
9
Keterangan:
1. Asertif
Individu dapat mengungkapkan marah tanpa
menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan.
2. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah
dan tidak dapat menemukan alternatif.
3. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
4. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan
untuk menuntut tetapi masih terkontrol.
5. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta
hilangnya kontrol.
Ancaman
Stres
Cemas
Marah
(Sumber Data: Rawlin and Beck, 1986 dalam Yusuf. AH, 2015: 130).
16
b. Teori Psikologik
1) Teori psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh
riwayat tumbuh kembang seseorang (life span
hystor). teori ini menjelaskan bahwa adanya
ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana
anak tidak mendapatkan kasih sayang dan
pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup
cenderung mengembangkan sikap agresif dan
bermusuhan setelah dewasa sebagai kompensasi
adanya ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak
terpenuhi oleh kepuasan dan rasa aman dapat
mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan dan
membuat konsep diri yang rendah. Perilaku agresif
dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya
dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.
2) Imitaition, modeling, and information, processing
theory.
Menurut teori ini perilaku kekerasan dapat
berkembang dalam lingkungan yang mentolelir
kekerasan. Adanya, contoh model dan perilaku yang
ditiru dari media atau lingkungan sekitar
memungkinkan individu meniru perilaku tersebut.
Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan
untuk menonton tayangan pemukulan pada boneka
dengan reward positif pula (makin keras pukulannya
akan diberi cokelat), anak lain lain menonton
tayangan cara mengasihi dan mencium boneka
tersebut dengan reward positif pula (makin baik
belaiannya akan mendapatkan hadiah cokelat).
20
Psikologis
Perilaku
Biologis Religiusitas
kekerasan
Sosiokultur
2.1.6 Penatalaksanaan
2.6.1.1 Tindakan Keperawatan
a. Berteriak, menjerit, memukul
Terima marah klen, diam sebentar, arahkan klien untuk
memukul barang yang tidak mudah rusak seperti bantal,
kasur.
b. Latihan relaksasi
Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik
maupun olahraga. Latihan pernafasan 2x/hari, tiap kali
10 kali tarikan dan hembusan nafas.
c. Bantu melalui humor
Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi
muka orang yang menjadi sasaran dan diskusi cara
umum yang sesuai.
23
a. Faktor Biologis
1) Teori Dorongan Naluri (Instinctual Drive Theory)
perilaku agresif disebabkan oleh suatu dorongan
kebutuhan dasar yang sangat kuat.
2) Teori Psikosomatis (Psychosomatis Theory)
pengalaman marah adalah akibat respon psikologis
terhadap stimulus eksternal, internal maupun
lingkungan. Dan sistem limbic berperan sebagai pusat
untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa
marah.
b. Faktor Psikologis
1) Teori Agresif dan Frustasi (Frustation Aggression
Theory). Frustasi terjadi bila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan
tersebut dapat mendorong individu berperilaku
agresif.
2) Teori Perilaku (Behavioral Theory), kemarahan
adalah respon belajar, hal ini dapat dicapai apabila
tersedia fasilitas/situasi yang mendukung.
3) Teori Eksistensi (Existental Theory), bertingkah laku
merupakan kebutuhan dasar manusia, apabila
kebutuhan dasar tidak dapat dipenuhi melalui
konstruktif, maka individu akan melakukan dengan
perilaku destruktif.
c. Faktor Sosial Kultural
1) Teori Lingkungan Sosial (Social Environment
Theory), lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap
individu dalam mengekspresikan marah. Norma
kebudayaan dapat mendukung individu untuk
berespon asertif atau kasar.
26
Koping keluarga
tidak efektif
Intervensi:
a. Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami saat
marah/jengkel.
Rasional: Mengetahui hal yang dialami dan dirasa saat jengkel.
b. Observasi tanda perilaku kekeraan pada klien.
Rasional: Mengetahui tanda-tanda klien jengkel/kesal.
c. Simpulkan Bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami
klien.
Rasional: Menarik kesimpulan bersama klien supaya klien
mengetahui secara garis besar tanda-tanda marah/kesal.
2.2.6 Implementasi
Pelaksanaan tindakan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan dengan pendekatan pola Strategi
Pelaksanaan (SP) sebagai berikut:
SP 1 Pasien: membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi
penyebab marah, tanda dan gejala yang dirasakan,
perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat, dan cara
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik
I (latihan napas dalam).
SP 2 pasien: membantu klien latihan mengendalikan perilaku
kekerasan dengan cara fisik II (evaluasi latihan
napas dalam, latihan mengendalika perilaku
kekerasan dengan cara fisik II [pukul kasur dan
bantal], menyusun jadwal kegiatan harian cara
kedua).
SP 3 pasien: membantu klien latihan mengendalikan perilaku
kekerasan secara sosial/verbal (evaluasi jadwal
kegiatan harian tentang kedua cara fisik
mengendalikan perilaku kekerasan, latihan
mengungkapkan rasa marah secara verbal[menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan
perasaan dengan baik], susun jadwal latihan
mengungkapkan marah secara verbal).
SP 4 pasien: bantu klien latihan mengendalikan perilaku
kekerasan secara spiritual (diskusikan hasil latihan
mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial, atau verbal, latihan beribadah dan berdoa,
buat jadwal latihan beribadah/berdoa).
SP 5 pasien: membantu klien latihan mengendalikan perilaku
kekerasan dengan obat (bantu klien minum obat
secara teratur dengan prinsip lima benar [benar nama
37
38
39
3.1.6 Psikososial
3.1.6.1 Genogram Keturunan Pasien
Keterangan
: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan : Penderita
: Seumah
3.1.7 Konsep diri
3.1.7.1 Citra Tubuh
Klien merasa biasa saja dengan tubuhnya yang sekarang.
Tiak ada bagian khusus yang disukai maupun dibenci.
3.1.7.2 Identitas Diri
Klien mengatakan dirinya adalah seorang laki-laki yang
bernama S, klien sering berbuat nakal waktu kecil dan
sedikit saja yang mau berteman dengannya. Klien merasa
tidak nyaman saat bergaul dengan teman-temannya, baik
yang lebih tua ataupun lebih muda karena klien merasa
tidak dihargai dan dijauhi oleh orang yang ada
disekitarnya. Klien juga tidak mendapatkan tanggung
jawab yang penuh dalam kegiatan kelompok.
3.1.7.3 Peran
Klien sebagai anak pertama dari empat bersaudara dan
menjadi salah satu tulang punggung keluarga, klien juga
41
3.1.10.5 Afek
Afek klien terlihat datar, perubahan emosi dengan cepat,
saat perawat menceritakan cerita lucu klien cuma diam
tidak tertawa. Klien cuma memainkan jari jemarinya dan
sesekali mengepalkan tangannya.
Masalah keperawatan: Resiko perilaku kekerasan dan
Halusinasi.
3.1.10.6 Interaksi Selama Wawancara
Selama dilakukan wawancara/pengkajian kontak mata
ada dan mata melotot, selalu menunduk, rahang
mengatup, mengepalkan tangan, bicara lambat dan nada
suara tinggi.
Masalah keperawatan: Resiko perilaku kekerasan.
3.1.10.7 Persepsi
Saat dirumah klien mengatakan klien sering mendengar
suara-suara bisikan untuk berbuat gaduh (amuk) dan
menyerang orang lain. Klien mendengar bisikan saat
beraktifitas, dalam sehari klien mendengar satu kali yaitu
pada pagi hari, klien hanya mengikuti apa yang
diperintahkan oleh suara-suara itu. Pada saat pengkajian
klien tidak mendengar suara-suara maupun bisikan-
bisikan yang menyuruhnya untuk melakukan sesuatu.
Klien tampak hanya berbaring ditemapat tidur dan
kadang-kadang duduk menghadap jendela sambil
mulutnya komat-kamit. Klien tampak menggerakan
tangannya tanpa sebab yang jelas.
Masalah keperawatan: Halusinasi pendengran.
3.1.10.8 Proses Pikir
Selama wawancara klien menjawab dengan benar dan
tidak ada pembicaraan yang berbelit-belit atau
pembicaraan yang diulang-ulang.
44
c. Tidur
Klien tidak ada masalah saat tidur siang maupun
malam, bila tidak ada kegiatan yang dilakukan klien
selalu tiduran dalam kamar.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
d. Kemampuan klien dalam hal-hal berikut
Klien dapat mengantisipasi keburtuhan dirinya selama
dirumah sakit jiwa. Klien dapat membuat keputusan
sendiri berdasarkan keinginannya. Klien hanya
minum obat sesuai jadwal pemberian obat yang
disediakan oleh perawat. Klien rutin melakukan
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh pihak
Rumah Sakit.
Masalah keperawatan: Tidak ada.
e. Klien memiliki system pendukung
Keluarga klien belum pernah datang untuk membesuk
klien selama klien di Rumah Sakit Jiwa, klien
mengikuti program terapis yang diberikan oleh
Rumah Sakit jiwa, klien diruangan ada mempunyai
teman yang mendukungnya. Sikap-sikap perawawat
yang baik terhadap klien membuat klien merasa
nyaman.
Masalah keperawatan: Koping keluarga tidak efektif.
f. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan kreatif
atau hobby?
Klien selalu menikmati kegiatan saat bekerja
membantu orang tuanya, klien hobbynya bermain
musik dan bernyanyi dalam mengisi waktu luangnya.
3.1.12 Mekanisme Koping
Klien mengatakan putus asa saat pertunangan yang klien jalani
putus, emas yang klien siapkan untuk diberikan kepada
47
Haloperidol (HLP)
Indikasi: 1. Skizoprenia
2. Psychoses
3. Tourettte‟s syndrome
4. kecemasan yang parah
5. Gangguan tingkah laku yang parah
6. Kegugupan
7. Gangguan emosional dan mental
8. mual dan muntah
Kontra indikasi: 1. Keracunan berat dengan depresi sistem saraf
pusat (SSP)
2. Parkinson‟s disease
3. Ibu menyesui
50
Halusinasi pendengaran
sering.
- Tepati janji.
2 Resiko (TUK) 2: Setelah 2 kali 1. Beri 1. Beri
Perilaku Klien interaksi klien kesempatan kesempatan
Kekerasan dapat dapat untuk untuk
mendefini mengungkap mengungkap mengungkap
sikan kan kan kan perasaan
penyebab perasaannya, perasaannya. dapat
perilaku dapat 2. Bantu klien membantu
kekerasan mengungkapk untuk mengurangi
. an perasaan mengungkap stres dan
jengkel atau kan penyebab
kesal dari diri penyebab perasaan
sendiri, orang perasaan jengkel/kesal
lain atau jengkel/kesal dapat diketahui.
lingkungan. . 2. Klien perlu
belajar
mengekspresika
n perasaannya.
3 Resiko (TUK) 3: setelah 2 kali 1. Anjurkan 1. Mengetahui
Perilaku Klien interaksi Klien klien hal yang
Kekerasan dapat dapat mengungkap dialami dan
mengiden mengungkap kan apa yang dirasa saat
tifikasi kan perasaan dialami saat jengkel.
tanda- saat marah atau 2. Mengetahui
tanda marah/jengkel, jengkel. tanda-tanda
perilaku dapat 2. Observasi klien
kekerasan menyimpulkan tanda jengkel/kesal
. tanda-tanda perilaku 3. Menarik
jengkel atau kekeraan kesimpulan
kesal yang pada klien. bersama klien
dialami. 3. Simpulkan supaya klien
Bersama mengetahui
klien tanda- secara garis
tanda besar tanda-
jengkel/kesal tanda
yang dialami marah/kesal.
klien.
4 Resiko (TUK) 4: Setelah 2 kali 1. Anjurkan 1.Mengeksplora
Perilaku Klien interaksi klien klien untuk si perasaan klien
Kekerasan dapat dapat mengungkap terhadap perilaku
mengiden mengungkap kan perilaku kekerasan yang
tifikasi kan perilaku kekerasan biasa dilakukan.
perilaku kekerasan yang biasa 2. Mengetahui
kekerasan yang biasa dilakukan perilaku
yang dilakukan, klien. kekerasan yang
biasa dapat bermain 2. Bantu klien biasa dilakukan
dilakukan peran dengan bermain dan dengan
. perilaku peran sesauai bantuan perawat
kekerasan dengan bisa
56
dalam, jika
sedang
kesal/memuk
ul bantal
(kasur) atau
olahraga atau
pekerjaan
yang
memerlukan
tenaga.
secara
verbal:
katakan
bahwa anda
sedang kesal
atau
tersinggung
atau jengkel.
Secara
sosial:
lakukan
kelompok
cara-cara
marah yang
sehat, latihan
asertif.
Secara
spritual:
anjurkan
klien
sembahyang,
berdoa atau
ibadah lain:
meminta
kepada
Tuhan untuk
diberi
kesabaran.
7 Resiko (TUK) 7: Setelah 3 kali 1. Bantu klien 1. Memeberikan
Perilaku Klien interaksi klien memilih cara stimulasi pada
Kekerasan dapat dapat yang tepat klien untuk
mendemo mendemonstra untuk klien. menilai respon
nstrasikan sikan cara 2. Bantu klien perilaku
cara mengontrol mengidentifi kekerasan
mengon perilaku kasi manfaat secara tepat.
trol kekerasan, cara yang 2. Membantu
perilaku misalnya telah dipilih. klien dalam
kekerasan dengan napas 3. Bantu klien membuat
. dalam, menstimulasi keputusan
olahraga, cara tersebut. terhadap cara
58
P:
Pertahankan BHSP
K:
Klien mau
berkenalan dan
berbincang-bincang
dengan perawat
serta mau
menyebutkan
namanya.
P:
Lanjutkan SP 1.
Diagnosa TTD
No Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Selasa/ 19 Mei Resiko SP 1 S:
2015 pukul Perilaku 1. Mengevaluasi - Klien mengatakan
11.00 WITA Kekerasan kegiatan yang ingat nama
lalu (BHSP). perawat“Abdul”
2. Mebantu klien - Klien mengatakan
mengidentifik marah dengan
asi penyebab orang yang ada
marah. disekitarnya.
3. Membantu - Klien mengatakan
klien menilai kadang-kadang dia
tanda dan mengepalkan
gejala yang tangan dan
dirasakan mengatupkan
perilaku rahangnya.
kekerasan. - Klien mengatakan
4. Mengidentifik merasa jengkel bila
asi perilaku ada teman
kekerasan seruangan yang
yang mengganggu.
dilakukan.
5. Mengidentifik O:
asi akibat dari - Klien tampak
perilaku cukup cooperatif
kekerasan dengan perawat.
yang - Kontak mata (+)
dilakukan. - Klien tampak
6. Menyebutkan tegang.
cara - Mata klien tampak
mengontrol melotot.
62
6. Membantu A:
klien - Klien mampu
mempraktikan mengenal,
latihan cara penyebab, tanda
mengontrol dan gejala, serta
perilaku akibat dari perilaku
kekerasan kekekrasan.
secara fisik 1: - Klien dapat
latihan napas mengikuti apa
dalam. yang diajarkan
7. Memasukan perawat untuk
kegiatan dalam mencegah perilaku
kegiatan harian kekerasan dengan
klien. cara fisik 1: tarik
napas dalam.
P:
Pertahankan SP I.
K: klien mau
menuruti apa yang
diajarkan dan
berinteraksi dengan
perawat.
P: SP I.
3 Kamis/21 Mei Resiko 1. Mebantu klien S:
2015 pukul Perilaku mengidentifika - Klien mengatakan
10.30 WITA Kekerasan si penyebab dapat tarik napas
marah. dalam bila ingin
2. Membantu marah.
klien menilai - Klien mengatakan
tanda dan tarik napas dari
gejala yang hidung tahan tiga
dirasakan detik lalu
perilaku keluarkan secara
kekerasan. perlahan dari
3. Mengidentifika mulut.
si perilaku
kekerasan yang O:
dilakukan. - Klien tampak
4. Mengidentifika tenang.
si akibat dari - Klien tampak
perilaku kooperatif dengan
kekerasan yang perawat.
dilakukan. - Kontak mata (+)
5. Menyebutkan - Nada suara klien
cara lemah.
mengontrol
perilaku A:
kekerasan. - Klien mampu
6. Membantu mengenal,
64
yang diajarkan.
A:
- Klien mampu
melakukan tarik
napas dalam.
- Klien mampu
mengikuti
mengontrol marah
dengan cara fisik 2:
pukul kasur dan
bantal.
P:
Ulangi SP II
K: Klien dapat
mengontrol
marah dengan
cara fisik II
P: SP II
Sabtu/23 Mei Resiko SP II S:
2015 Pukul Perilaku 1. Mengevaluasi - Klien mengatakan
11.00 WITA Kekerasan jadwal ingat cara
kegiatan mengontrol marah
harian. dengan cara fisik I:
2. Melatih klien tarik napas dalam.
mengontrol - Klien mengatakan
perilaku tidak marah lagi
kekerasan dengan orang yang
dengan cara ada disekitarnya.
fisik 2: pukul
kasur dan O:
bantal. - Klien tampak
3. Menganjur tenang.
kan klien - Klien tampak
memasukan kooperatif dengan
dalam jadwal perawat.
kegaiatan - Kontak mata (+)
harian. - Nada suara klien
lemah.
- Klien tampak
berminat mengikuti
apa yang diajarkan.
- Klien tampak
mengikuti
mengulangi apa
yang diajarkan
mengontrol marah
dengan cara fisik 2:
pukul kasur dan
66
bantal.
A:
- Klien mampu
melakukan tarik
napas dalam.
- Klien mampu
mengikuti
mengontrol marah
dengan cara fisik 2:
pukul kasur dan
bantal.
P:
Ulangi SP II
K: Klien dapat
mengontrol marah
dengan cara fisik II
P: SP II
6 Senin/25 Mei Resiko 1. mengevaluasi S:
2015 pukul Perilaku jadwal - Klien mengatakan
10.00 WITA Kekerasan kegiatan bisa melakuakan
harian. tarik napas dalam
2. Melatih klien dan pukul kasur
mengontrol dan bantal apabila
perilaku timbul perasaan
kekerasan marah.
dengan cara - Klien mengatakan
fisik 2: pukul kalau ada kesal dan
kasur dan ingin marah. Napas
bantal. dalam sudah
3. Menganjur kan dilakukan,
klien lanjutkan dengan
memasukan pukul kasur dan
dalam jadwal bantal, lampiaskan
kegaiatan kemarahan tersebut
harian. dengan memukul
kasur dan bantal.
Bila sudah selesai
rapikan kembali
tempat tidur.
O:
- Klien tampak
tenang.
- Klien tampak
kooperatif dengan
perawat.
- Kontak mata (+)
- Klien tampak
berminat mengikuti
apa yang diajarkan.
67
A:
Klien mampu
melakukan apa
yang diajarkan
sebelumnya untuk
mengontrol marah
dengan cara fisik 2:
pukul kasur dan
bantal secara
mandiri.
P:
Pertahankan SP I
dan II lanjut SP III.
K: Klien
memperhatikan
cara yang ketiga
yaitu mengontrol
marah secara
sosial/verbal.
P: Evaluasi cara
mengontrol marah
dengan tarik napas
dalam dan pukul
kasur dan bantal.
Ajarkan cara
mengontrol marah
dengan cara yang
ketiga yaitu
mengontrol marah
secara
sosial/verbal.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan pada Tn.S dengan Diagnosa
Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Sambang
Lihum Banjarmasin, yang dilakukan pada tanggal 18 Mei sampai 25 Mei
2015. Pendekatan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, sampai
dengan evaluasi keperawatan,maka penulis dapat mengambil keputusan
sebagai berikut:
4.1.1 Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 18 Mei 2015
pada Tn.S, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa klien mengalami
masalah baik psiko maupun sosial. Masalah keperawatan yang timbul
adalah Resiko Perilaku Kekerasan. Klien mengatakan klien merasa
jengkel bila ada yang mengganggunya, klien juga berkeinginan
memukul temannya dan merusak barang-barang. Klien juga terlihat
memelototkan matanya, mengepalkan tangan , mengatupkan rahangnya.
4.1.2 Diagnosa Keperawatan
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, penulis melibatkan klien
secara aktif dalam melaksanakan asuhan keperawatan karena banyak
tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama antara perawat dan
klien. Adapun masalah keperawatan yang muncul pada Tn.S yaitu:
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Halusinasi
c. Isolasi sosial
d. Harga diri rendah
e. Koping individu tidak efektif
f. Regimen terapeutik tidak efektif
68
69
keterbatan waktu karena klien yang harus pulang, serta dengan jadwal
dan tugas praktik klinik keperawatan diruang lain.
4.2 Saran
Setelah dilakukan asuhan keperawatan jiwa dengan klien resiko perilaku
kekerasan ada beberapa saran yang ingin disampaikan, baik untuk pelayanan
kesehatan, keluarga, maupun institusi pendidikan mahasiswa.
4.2.1 Untuk Keluarga Klien
Keluarga diharapkan menjadi pendukung utama dalam
kesembuhan klien, namun selama klien dirumah sakit keluarga tidak
pernah mengunjungi klien. Jadi diharapkan peran serta keluarga untuk
kesembuhan klien.
4.2.2 Untuk Pelayanan Kesehatan
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, penulis mengharapkan
peran serta dari rumah sakit untuk bisa menindaklanjuti dari intervensi
keperawatan yang belum terlaksana dan khususnya intervensi pada
keluarga klien dan hendaknya bidang perawatan supaya lebih
ditekankan lagi agar tercipta tenga perawat yang profesional.
4.2.3 Untuk Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan perlunya arahan dalam hal pemberian
asuhan keperawatan jiwa khususnya resiko perilaku kekerasan agar
dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas asuhan keperawatan. Serta
hendaknya dapat menyediakan refrensi yang memadai dan terbaru
khususnya tentang resiko perilaku kekerasan sehingga dapat menjadi
acuan bagi mahasiswa.
4.2.4 Untuk Mahasiswa Keperawatatan
Diharapkan bagi mahasiswa agar benar-benar serius dalam
mempelajari dan persiapkan di stase keperawatan jiwa, karena stase
keperawatan jiwa adalah stase yang unik dan bebrbeda dengan stase
yang lain. Disini kita tidak bersentuhan dengan masalah fisik, namun
masalah yang berada dalam diri klien.
DAFTAR RUJUKAN
Dalami, E., Sulistiawati., Rochimah, N.S., Suryati, K.R.S. & Lestari, W. (2009).
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa . Jakarta: CV. Trans
Infomedia.
Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
71
Strategi Pelaksanaan (SP) pada Pasien dengan Perilaku Kekerasan
Nama Mahasiswa : Abdurahim NPM: 12144011002
ORIENTASI:
”Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Abdurahim dari STIKES Muhammadiyah
banjarmasin, panggil saya Abdul, saya perawat yang dinas.diruangan ini, Nama bapak
siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Apa yang menyebabkan bapak dirawat di RSJ
sambang Lihum?
?” Bagaimana kalau kita berbincang-bincang, berapa lama bapak maunya? Bagaimana
kalau 10 menit?“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana
kalau di ruang ini saja?”
KERJA:
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah?
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang? Dan saling berbagi cerita tentang apa yang
bapak rasakan
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tadi?”Baik, bagaimana kalau
besok kita ketemu lagi? kita latihan cara yang sama dengan hari ini?
mencegah/mengontrol marah. Tempatnya dimana bapak mau? Waktunya jam berapa?.
Baiklah bapak kalau begitu saya permisi dulu. Selamat pagi pak. S”.
Strategi Pelaksanaan (SP) pada pasien dengan perilaku kekerasan
Nama Mahasiswa : Abdurahim NPM: 12144011002
ORIENTASI:
“selamat pagi bapak S, masih ingat dengan saya: “iya, bapak Abdul kan. Bagus bapak
masih ingat.
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang
ini saja?”
KERJA:
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah?
Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, apakah ada penyebab
lain yang membuat bapak marah”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak stress karena pekerjaan atau masalah
uang apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak marah-marah, membanting pintu
dan memecahkan barang-barang, apakah dengan cara ini stress bapak hilang? Iya, tentu
tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi takut barang-barang pecah.
Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu
tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui
mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan,
dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”
”Iya jadi penyebab bapak marah karna tak diberi uang untuk membeli rokok dan yang
bapak rasakan? “menjadi marah” .Yang bapak lakukan? “mengamuk”serta akibatnya?
“orang menjadi takut dan menjauhi”
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang
bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas
dalamnya ya pak S. „Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak
mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”
”Baik, bagaimana kalau besok kita ketemu lagi? kita latihan cara yang sama dengan hari
ini? mencegah/mengontrol marah. Tempatnya dimana? Waktunya jam berapa?, baikalah
bapak S, saya permisi dulu
Strategi Pelaksanaan (SP) pada Pasien dengan Perilaku Kekerasan
Nama mahasiswa: Abdurahim NPM: 12144011002
ORIENTASI:
“Selamat pagi pak, kita hari ini bertemu kembali, sesuai dengan janji kita kemarin”.
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 15 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang
ini saja?”
KERJA:
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah?
Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, apakah ada penyebab
lain yang membuat bapak marah”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak stress karena pekerjaan atau masalah
uang apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak marah-marah, membanting pintu
dan memecahkan barang-barang, apakah dengan cara ini stress bapak hilang? Iya, tentu
tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi takut barang-barang pecah.
Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara, jadi hari ini kita belajar apa yang kita pelajari kemarin?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu
tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui
mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan,
dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”
”Iya jadi penyebab bapak marah karna tak diberi uang untuk membeli rokok dan yang
bapak rasakan? “menjadi marah” .Yang bapak lakukan? “mengamuk”serta akibatnya?
“orang menjadi takut dan menjauhi”
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang
bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas
dalamnya ya pak S. „Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari
bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”
”Baik, bagaimana kalau besok kita ketemu lagi? kita latihan cara yang sama dengan hari
ini? mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak, maunya jam berapa?
Baiklah bapak, saya permisi dulu”.
Strategi Pelaksanaan (SP) pada Pasien dengan Perilaku Kekerasan
Nama mahasiswa : Abdurahim NPM: 12144011002
ORIENTASI:
“Selamat pagi pak, kita hari ini bertemu kembali, sesuai dengan janji kita kemarin”.
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 15 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang
ini saja?”
KERJA:“Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah
marah? Terus, penyebabnya apa?Samakah dengan yang sekarang?
O..iya, apakah ada penyebab lain yang membuat bapak marah”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak stress karena pekerjaan atau masalah
uang apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak marah-marah, membanting pintu
dan memecahkan barang-barang, apakah dengan cara ini stress bapak hilang? Iya, tentu
tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi takut barang-barang pecah.
Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara, jadi apa bisa bapak bisa melakukan apa yang kita pel;ajari kemarin?
“ iya bisa”.
“ Caranya kalau tanda-tanda marah tadi sudah dirasakan maka langsung berdiri, lalu tarik
napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut
seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya secara
mandiri. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak S setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”
”Iya jadi penyebab bapak marah karna tak diberi uang untuk membeli rokok dan yang
bapak rasakan? “menjadi marah” .Yang bapak lakukan? “mengamuk”serta akibatnya?
“orang menjadi takut dan menjauhi”
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang
bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas
dalamnya ya pak S. „Sekarang kita masukan dalam jadual latihannya ya pak.”
”Baik, bagaimana kalau besok kita ketemu lagi? Bapak sudah bisa mengontrol marah
dengan cara fisik I secara mandiri. Bagaimana kalau besok kita melanjutkan dengan cara
fisik yg ke 2 yaiitu memukul bantal dan kasur?. “ Iya mau”.Tempatnya dimana bapak
mau? “disini saja” waktunya jam berapa? “Jam 10”. Baiklah bapak. Kalau begitu saya
permisi dulu.
Strategi Pelaksanaan (SP) pada Pasien dengan Perilaku Kekerasan
Nama mahasiswa : Abdurahim NPM: 12144011002
- ORIENTASI
- “Selamat pagi pak, sesuai dengan janji kita kemarin kita bertemu kembali”
- Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?
- “Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik
untuk cara yang kedua”
- “Sesuai janji kita tadi kemrin kita akan berbincang-bincang sekitar 20 menit dan
tempatnya disini saja, bagaimana bapak S, setuju? “ Iya”.
- KERJA
- “Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-
debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal
- “Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau
nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan
bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.
- “Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal”.
- ”Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa merapikan tempat tidurnya”
- TERMINASI
- Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
- Ada beberapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi? “Tarik napas dalam
dan pukul kasur dan bantal”. “bagus, bapak bisa menyebutkannya.
- Mari kita masukan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur dan bantal
mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 07.00 pagi dan
jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara
tadi ya pak S. Sekarang kita buat jadual ya pak. Mau berapa kali latihan memukul kasur
dan bantal serta tarik napas dalam ini?”
- “Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar
bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa dan
istirahat ya pak”
Strategi Pelaksanaan (SP) pada Pasien dengan Perilaku Kekerasan
Nama mahasiswa : Abdurahim NPM: 12144011002
- ORIENTASI
- “Selamat pagi pak, sesuai dengan janji kita kemarin kita bertemu kembali”
- Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?
- “Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik
untuk cara yang kedua”
- “Sesuai janji kita tadi kemrin kita akan berbincang-bincang sekitar 20 menit dan
tempatnya disini saja, bagaimana bapak S, setuju? “ Iya”.
- KERJA
- “Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-
debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal
- “Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau
nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan
bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.
- “Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal”.
- ”Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa merapikan tempat tidurnya”
- TERMINASI
- Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
- Ada beberapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi? “Tarik napas dalam
dan pukul kasur dan bantal”. “bagus, bapak bisa menyebutkannya.
- Mari kita masukan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur dan bantal
mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 07.00 pagi dan
jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara
tadi ya pak S. Sekarang kita buat jadual ya pak. Mau berapa kali latihan memukul kasur
dan bantal serta tarik napas dalam ini?”
- “Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar
bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa dan
istirahat ya pak”
Strategi Pelaksanaan (SP) pada Pasien dengan Perilaku Kekerasan
Nama mahasiswa : Abdurahim NPM: 12144011002
- ORIENTASI
- “Selamat pagi pak, sesuai dengan janji kita kemarin kita bertemu kembali”
- ”Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?
- “Baik bapak S, masih ingat tidak cara mengontrol marah dengan cara fisik 1 dan 2? “iya
ingat” . bagaimana caranya? “tarik napas dalam dan pukul kasur dan bantal? “ bagus
bapak”.
- “Sesuai janji kita kemarin kita akan berbincang-bincang sekitar 15 menit dan tempatnya
disini saja, bagaimana bapak S, setuju? “ Iaya”.
- KERJA
- “Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-
debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal
- “Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak?. Coba
bapak S sebutkan tentang cara fisik yang kedua. “ iya bisa”. Coba bapak lakukan?” “
baik”. Jadi kalau nanti kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Dengan menyalurkan kemarahan
kekasur atau bantal dan tidak lupa untuk merapikannya setelah marahnya hilang. Ya,
bagus sekali bapak dapat melakukannya secara mandiri”. “Kekesalan lampiaskan ke
kasur atau bantal”.
- ”Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa merapikan tempat tidurnya”
- TERMINASI
- Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
- Ada beberapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi? “Tarik napas dalam
dan pukul kasur dan bantal”. “bagus, bapak bisa menyebutkannya.
- Mari kita masukan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur dan bantal
mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 07.00 pagi dan
jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi
ya pak S. Sekarang kita buat jadual ya pak. Mau berapa kali latihan memukul kasur dan
bantal serta tarik napas dalam ini?”.
- “Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar
bicara yang baik. Mau jam berapa pak S? “Baik” kalau begitu saya permisi dulu ya pak”.
RIWAYAT HIDUP
Nama : Abdurahim
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
PENDIDIKAN