Anda di halaman 1dari 146

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

H
DI WILAYAH PUSKESMAS SUNGAI JINGAH
KELURAHAN SUNGAI JINGAH
KECAMATAN BANJARMASIN UTARA
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2019

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :
YENNI PUSPITASARI
NPM. 161540111326

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
2019
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. H
DI WILAYAH PUSKESMAS SUNGAI JINGAH
KELURAHAN SUNGAI JINGAH
KECAMATAN BANJARMASIN UTARA
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2019

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Pada Program Studi D3 Kebidanan

Oleh :
YENNI PUSPITASARI
NPM. 161540111326

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
2019
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur saya panjatkan, atas kehadiran ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Tugas Akhir (LTA)
dengan judul Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. H di wilayah kerja
Puskesmas Sungai Jingah ini telah selesai tepat pada waktunya.

Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. H dilaksanakan


untuk memenuhi persyaratan Laporan Tugas Akhir (LTA) Program Studi D.3
Kebidanan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang dilaksanakan selama
kurang lebih 3 bulan yang di mulai dari tanggal 19 Oktober 2018 sampai dengan
tanggal 31 Desember 2018 di PMB Hj. Halimatus Sa’diyah, Amd.Keb.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penatalaksanaan Asuhan


Kebidanan Komprehensif pada Ny. H ini banyak menghadapi kesulitan, namun
berkat kemauan dan kerja keras serta bimbingan, bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak maka laporan ini dapat diselesaikan dengan cukup baik. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Prof. DR. H. Ahmad Khairuddin, M.Ag selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
2. Bapak M. Syafwani, S.Kp., M.Kep., Sp.Jiwa selaku Dekan Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
3. Ibu Zaiyidah Fathony, M.Keb selaku Ketua Program Studi D.3 Kebidanan
Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin dan selaku Pembimbing I dan Penguji I dalam hal ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan dan saran dalam
menyesuaikan teori yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir (LTA) tepat waktu.
4. Ibu Sri Sundari, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing II dan Penguji II,
penulis mengucapkan banyak terimakasih telah membimbing dalam hal
teknik penulisan sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir (LTA)
tepat waktu.
5. Ibu Misni Sanci, S.ST selaku Penguji III yang telah memberikan petunjuk
dan sarannya.
6. Kepala Puskesmas Sungai Jingah beserta seluruh staf dan karyawan yang
turut membantu dalam proses pelaksanaan Asuhan Kebidanan Komprehensif.
7. Ibu Bidan Hj. Halimatus Sa’diyah, Amd.Keb selaku pembimbing di lahan,
penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan dan masukan yang
diberikan selama berpraktik di PMB.
8. Ny. H yang telah bersedia menjadi responden selama Asuhan Kebidanan
Komprehensif dilaksanakan.
9. Seluruh dosen Program Studi D.3 Kebidanan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin yang membimbing dan memberi banyak pembekalan selama
proses kegiatan Laporan Tugas Akhir (LTA).
10. Seluruh staf kepegawaian Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang
terkait dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir (LTA).
11. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa, motivasi dan support
baik secara langsung maupun tidak langsung.
12. Semua teman-teman yang mendukung saya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Tugas Akhir (LTA) ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar penyusunan Laporan Tugas Akhir (LTA) ini menjadi
lebih baik. Harapan penulis semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi penulis dan semua pihak yang membacanya. Amiin ya Robbal’Alamin

Banjarmasin, April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS. ........................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
DAFTAR ISI .......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x
ABSTRAK. ............................................................................................ xi
GAMBARAN KASUS .......................................................................... xii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan Umum ...................................................................... 5
1.3 Tujuan Khusus...................................................................... 5
1.4 Manfaat ................................................................................ 5
1.5 Waktu dan Tempat ............................................................... 6
BAB 2. TINJAUAN TEORI .................................................................. 7
2.1 Asuhan Kebidanan Komprehensif ........................................ 7
2.2 Asuhan Persalinan ................................................................ 21
2.3 Asuhan Bayi Baru Lahir ....................................................... 36
2.4 Asuhan Nifas ....................................................................... 40
2.5 Asuhan Keluarga Berencana ................................................ 53
BAB 3. ASUHAN KEBIDANAN .......................................................... 55
3.1 Asuhan Kehamilan ............................................................... 55
3.2 Asuhan Persalinan ................................................................ 77
3.3 Asuhan Bayi Baru Lahir ....................................................... 84
3.4 Asuhan Nifas ....................................................................... 89
BAB 4. PEMBAHASAN ....................................................................... 99
4.1 Pembahasan Asuhan Kehamilan ........................................... 99
4.2 Pembahasan Asuhan Persalinan............................................ 102
4.3 Pembahasan Asuhan Bayi Baru Lahir ................................... 105
4.4 Pembahasan Asuhan Nifas ................................................... 106
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 108
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 108
5.2 Saran ................................................................................... 109
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Pemberian Imunisasi TT ................................................ 17


Tabel 2. Asuhan Persalinan 60 Langkah. ................................................. 27
Tabel 3. APGAR skor ............................................................................. 38
Tabel 4. Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus ....................................... 41
Tabel 5. Kunjungan Masa Nifas .............................................................. 52
Tabel 6. Riwayat Obstetri........................................................................ 56
Tabel 7. Observasi KU dan TTV ............................................................. 84
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Pengambilan Data


Lampiran 2. Surat Balasan dari Tempat Pengambilan Data
Lampiran 3. Surat Pembimbing I dan II
Lampiran 4. Lembar Konsultasi
Lampiran 5. Partograf
Lampiran 6. Time line
Lampiran 7. Ganchat
Lampiran 8. Informed Consent
Lampiran 9. Daftar Riwayat Hidup
ABSTRAK
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. H
DI WILAYAH PUSKESMAS SUNGAI JINGAH
KELURAHAN SUNGAI JINGAH
KECAMATAN BANJARMASIN UTARA
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2019
Yenni Puspitasari1) Zaiyidah Fathony 2) Sri Sundari3)

Kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, KB merupakan suatu keadaan yang fisiologis
namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan keadaan tersebut dapat mengancam jiwa ibu
dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian. Mengurangi angka kematian ibu tergantung
pada memastikan bahwa perempuan memiliki akses ke perawatan berkualitas sebelum,
selama dan setelah melahirkan. Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS KIA) Puskesmas Sungai Jingah pada bulan Oktober kunjungan ibu hamil K1
sebanyak 24 orang dari target sasaran pencapaian sebanyak 277 ibu hamil, K4 sebanyak 17
orang dari target sasaran pencapaian sebanyak 277 ibu hamil, cakupan deteksi resti oleh
Tenaga Kesehatan sebanyak 3 orang dari target sasaran pencapaian sebanyak 55 ibu hamil,
cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani sebanyak 8 dari target sasaran pencapaian
sebanyak 55 ibu hamil, cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 19
orang dari target sasaran pencapaian sebanyak 55 ibu bersalin, cakupan ibu nifas sebanyak
19 orang dari target sasaran pencapaian sebanyak 55 ibu bersalin sebanyak orang
(Rekapitulasi PWS KIA puskesmas Sungai Jingah Tahun 2018).

Studi kasus Ny “H” dilaksanakan secara berkelanjutan (continuity of care) dan komprehensif
sejak hamil 34-38 minggu, bersalin, bbl, nifas, hingga kunjungan akseptor keluarga
berencana dengan pendekatan manajemen kebidanan dan pendokumentasian metode SOAP.
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah wawancara (data subjektif) dan
observasi (data objektif).

Pada masa kehamilan Ny. “H” telah melakukan ANC secara teratur sesuai dengan referensi
yaitu 2 kali kunjungan pada TM I, 3 kali pada TM II, dan 6 kali pada TM III, pada saat
proses persalinan berjalan dengan normal. Bayi yang dilahirkan berjenis kelamin perempuan
dengan BB: 3.000 gr, dan PB : 46 cm dengan fisik normal dan tidak ada kelainan pada bayi.
Pada saat masa nifas keadaan ibu cenderung normal, tidak anemis serta tidak ikterik, dan
setelah ibu diberikan konseling tentang metode kontrasepsi ibu pun memilih untuk
menggunakan KB suntik 3 bulan.

Simpulannya setelah penulis melakukan studi kasus, ternyata ada kesenjangan antara teori
praktik dengan praktik yang dilaksanakan dilahan, sehingga penulis harus lebih banyak
belajar dari kasus yang ditemukan dari lapangan agar bisa menjadi tenaga kesehatan yang
terampil serta cepat tanggap dengan masalah yang ada dilapangan, sehingga dapat
melaksanakan praktik kebidanan sesuai dengan teori yang benar.
Kata kunci : Asuhan kebidanan komprehensif, continuity of care, SOAP, ANC.
1
) Mahasiswi Prodi D. 3 Kebidanan UM. Banjarmasin
2
) Pembimbing 1
3
) Pembimbing 2
Nama institusi Nama institusi : Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Nama penulis : Yenni Puspitasari

Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. H di


Wilayah Puskesmas Sungai Jingah Kelurahan
Sungai Jingah Kecamaran Banjarmasin Utara
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019.

Jumlah BAB & Halaman : V BAB & 109 Halaman

GAMBARAN KASUS
Angka kematian ibu sangat tergantung memastikan bahwa perempuan memiliki
akses ke perawatan berkualitas sebelum, selama dan setelah melahirkan. Salah
satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi dengan memberikan
asuhan kebidanan secara komprehensif.

Tujuan asuhan ini adalah untuk memberikan asuhan kebidanan secara


komprehensif pada Ny. H secara tepat sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan. Kasus diambil di Wilayah Puskesmas Sungai Jingah Kelurahan Sungai
Jingah Kecamatan Banjarmasin Utara Provinsi Kalimantan Selatan dari 19
Oktober 2018 s/d April 2019 pada Ny. H G1 P0 A0 umur 22 tahun.

Asuhan kehamilan dilakukan 5 kali, hasil pemeriksaan normal dan sesuai dengan
asuhan yang diberikan. Asuhan persalinan berlangsung selama 5 jam. Hasil
pemeriksaan normal tidak ada penyulit dan asuhan yang diberikan yaitu asuhan
persalinan normal 60 langkah. Asuhan nifas dilakukan 4 kali, hasil pemeriksaan
normal tidak ada penyulit dan asuhan yang diberikan sesuai dengan standar
kunjungan masa nifas dan telah memberikan konseling tentang metode
kontrasepsi ibu pun memilih untuk menggunakan KB suntik 3 bulan. Asuhan bayi
baru lahir dilakukan 3 kali, hasil pemeriksaan normal tidak ada penyulit dan
asuhan yang diberikan sesuai dengan kunjungan neonatus.
Pustaka : 41 (2008-2018)
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Asuhan kebidanan mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal,
deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan
lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan. Bidan
mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.
Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi
orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual
atau kesehatan produksi dan asuhan anak (Depkes RI, 2009).

Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara Continuity of Care (CoC)


adalah suatu proses dimana klien dan tenaga kesehatan yang kooperatif
terlibat dalam manajemen pelayanan kesehatan secara terus menerus menuju
pelayanan yang berkualitas tinggi, biaya perawatan medis yang efektif.
Kontinuitas perawatan berakar dari kemitraan klien dan bidan dalam jangka
panjang dimana bidan tahu riwayat klien dari pengalamannya dan dapat
menintegrasikan informasi baru dan mengambil tindakan tentang efesien
tanpa penyelidikan mendalam atau review catatan. Kontinuitas perawatan
dipimpin oleh bidan dan dalam pendekatannya bidan bekerjasama dengan tim
kesehatan lainnya (Estiningtyas, 2013).

Asuhan kebidanan komprehensif adalah salah satu upaya untuk pelayanan


kebidanan yang diberikan kepada ibu hamil, bersalin, Bayi Baru Lahir (BBL),
masa nifas dan Keluarga Berencana (KB) untuk upaya mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan

1
2

melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi


pelayanan kebidanan, maka diperlukan pelayanan kebidanan secara promotif,
preventatif, kuantitatif dan rehabilitatif secara menyeluruh (Saifudin, 2009).

Upaya tersebut dilakukan karena berdasarkan status kesehatan terkait


Sustainable Development Goals (SDGs) terlalu banyak perempuan yang
masih menderita dan meninggal karena masalah kesehatan yang serius selama
kehamilan dan persalinan. Pada 2015, diperkirakan 303.000 wanita di seluruh
dunia meninggal karena sebab-sebab keibuan. Hampir semua kematian ini
(99%) terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dengan hampir
dua pertiga (64%) terjadi di Wilayah Afrika. Mengurangi angka kematian ibu
sangat tergantung pada memastikan bahwa perempuan memiliki akses ke
perawatan berkualitas sebelum, selama dan setelah melahirkan. WHO
merekomendasikan bahwa wanita hamil memulai kontak perawatan antenatal
pertama pada trimester pertama kehamilan disebut sebagai perawatan
antenatal dini. Perawatan seperti itu memungkinkan manajemen awal dari
kondisi yang dapat berdampak buruk pada kehamilan, sehingga berpotensi
mengurangi risiko komplikasi bagi wanita dan bayi baru lahir selama dan
setelah melahirkan. Namun, secara global, diperkirakan bahwa lebih dari 40%
dari semua wanita hamil tidak menerima perawatan antenatal dini pada 2013.

Data terbaru yang tersedia menunjukkan bahwa sementara di sebagian besar


negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas, lebih dari 90% dari
semua kelahiran mendapat manfaat dari kehadiran bidan terlatih, dokter atau
perawat, kurang dari setengah dari semua kelahiran di beberapa negara
berpenghasilan rendah dan negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah
dibantu oleh tenaga kesehatan yang trampil (WHO, 2018).
3

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 menunjukkan terjadi


penurunan pada tahun 2016 menjadi 85,35%, tetapi cakupan pelayanan
kesehatan ibu hamil K4 pada tahun 2016 telah memenuhi target Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan sebesar 74%. Kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil tidak hanya dari
sisi akses. Kualitas pelayanan yang diberikan juga harus ditingkatkan, di
antaranya pemenuhan semua komponen pelayanan kesehatan ibu hamil harus
diberikan saat kunjungan. Cakupan terdapat 80,61% ibu hamil yang menjalani
persalinan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan dan dilakukan difasilitas
pelayanan kesehatan di Indonesia. Secara nasional, indikator tersebut telah
memenuhi target Renstra sebesar 77%. Cakupan kunjungan nifas (KF3) di
Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun 2008 sampai
dengan tahun 2016 sebesar 94,65%, capaian KN Indonesia pada tahun 2016
sebesar 91,14% lebih tinggi dari tahun 2015 yaitu sebesar 83,67%.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin cakupan kunjungan ibu


hamil (K4) pada tahun 2017 sebesar 99,7%. Untuk cakupan untuk pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2017 ada sebanyak 93,6%,
cakupan untuk pelayanan nifas adalah merupakan kunjungan nifas (KF)
lengkap pada tahun 2017 adalah sebesar 93,8%, cakupan untuk kunjungan
neonatus pertama (KN) lengkap pada tahun 2017 adalah sebesar 98,4%
(DinKes KalSel, 2017)

Berdasarkan data Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak


(PWS KIA) Puskesmas Sungai Jingah pada bulan Oktober kunjungan ibu
hamil K1 sebanyak 24 orang dari target sasaran pencapaian sebanyak 277 ibu
hamil, K4 sebanyak 17 orang dari target sasaran pencapaian sebanyak 277 ibu
hamil, cakupan deteksi resti oleh Tenaga Kesehatan sebanyak 3 orang dari
target sasaran pencapaian sebanyak 55 ibu hamil, cakupan komplikasi
4

kebidanan yang ditangani sebanyak 8 dari target sasaran pencapaian sebanyak


55 ibu hamil, cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
sebanyak 19 orang dari target sasaran pencapaian sebanyak 55 ibu bersalin,
cakupan ibu nifas sebanyak 19 orangdari target sasaran pencapaian sebanyak
55 ibu bersalin sebanyak orang (Rekapitulasi PWS KIA puskesmas Sungai
Jingah Tahun 2018).

Data tersebut sebagian besar pencapaian cakupan masih kurang memenuhi


target sasaran, sehingga ditemukan suatu masalah yaitu masih rendahnya
cakupan K1 yang akan berdampak pada ibu hamil, sedangkan dari cakupan
K4 diatas jika ibu hamil yang tidak melakukan K4 akan berdampak besar
terhadap peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan
bayi dalam lingkup kebidanan dengan upaya deteksi dini kompliksi pada ibu
hamil sedini mungkin dan bisa melakukan asuhan kebidanan yang
berkelanjutan secara komprehensif terhadap ibu hamil sampai dengan KB
(continuity of care). Karena berguna untuk peningkatan keseatan ibu, bayi,
balita dan keluarga berencana.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pada kesempatan ini dilakukan


asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. H yang masuk dalam wilayah kerja
puskesmas Sungai Jingah dengan maksud dapat menjadi sarana pembelajaran
serta sosialisasi tentang pentingnya pemeriksaan ibu hamil, bersalin, nifas
serta pemeriksaan bayi baru lahir secara rutin sehingga dapat mencegah
komplikasi yang dapat terjadi dan menurunkan AKI dan AKB khusus nya
diwilayah kerja puskesmas Sungai Jingah.
5

1.2 Tujuan Asuhan Kebidanan Komprehensif


1.2.1 Tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif kepada ibu hamil,
bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana secara tepat
sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Melaksanakan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen kebidanan secara tepat pada ibusejak hamil 34
minggu sampai 38 minggu usia kehamilan, menolong
pesalinan, bayi baru lahir, kunjungan nifas, dan keluarga
berencana.
1.2.2.2 Melaksanakan pendokumentasian manajemen kebidanan
dengan metode “SOAP”.
1.2.2.3 Dapat menganalisa kasus yang dihadapi berdasarkan teori yang
ada.
1.2.2.4 Menyimpulkan hasil asuhan kebidanan komprehensif yang
telah dilakukan.

1.3 Manfaat Asuhan Kebidanan Komprehensif


1.3.1 Bagi Pasien
Pasien bisa mendapatkan pelayanan kebidanan secara komprehensif
sesuai standar dan berkualitas agar dapat menjalani kehamilannya
dengan aman dan persalinan dengan selamat sehingga menghasilkan
generasi yang sehat.
1.3.2 Bagi Penulis
Asuhan kebidanan komprehensif sebagai sarana belajar untuk
mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan dalam
rangka menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam praktek
6

memberikan asuhan kebidanan, serta dapat mempelajari kesenjangan


yang terjadi di masyarakat.
1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan
Laporan tugas akhir ini bermanfaat sebagai referensi bagi mahasiswa
dalam meningkatkan proses pembelajaran dan menjadi data dasar
untuk melakukan asuhan kebidanan komprehensif selanjutnya.
1.3.4 Bagi Lahan Praktik
Laporan tugas akhir ini dapat menjadi acuan dalam memberikan
pelayanan kebidanan secara komprehensif dan meningkatkan dalam
memberi pelayanan kebidanan sesuai standar yang berhasil guna untuk
mempercepat upaya penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi.

1.4 Waktu dan Tempat Asuhan Kebidanan Komprehensif


1.4.1 Waktu
Asuhan ini dimulai tanggal 19 Oktober 2018 sampai dengan Maret
2019.
1.4.2 Tempat
Praktek Mandiri Bidan (PMB) di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai
Jingah, dan rumah pasien di jalan Museum Perjuangan Rt.14 No.03
Kecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan
Selatan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Asuhan Kebidanan Komprehensif


2.1.1 Pengertian Asuhan Kebidanan Komprehensif
Menurut Saifudin (2009), menyatakan bahwa, asuhan kebidanan
komprehensif adalah salah satu upaya untuk pelayanan kebidanan
yang diberikan kepada ibu hamil, bersalin, Bayi Baru Lahir (BBL),
masa nifas dan Keluarga Berencana (KB) untuk upaya mencapai
derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan, maka
diperlukan pelayanan kebidanan secara promotif, preventatif,
kuantitatif dan rehabilitatif secara menyeluruh.

2.1.2 Tujuan Asuhan Kebidanan Komprehensif


Menurut Saifudin (2009), menyatakan bahwa, pelayanan kebidanan
komprehensif di komunitas adalah bagian dari upaya kesehatan
keluarga. Kesehatan keluarga merupakan salah satu kegiatan dari
upaya kesehatan di masyarakat yang ditunjukan pada keluarga.
Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk mewujudkan
keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera. Jadi, tujuan pelayanan
kebidanan komprehensif adalah meningkatkan kesehatan ibu dan anak
balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat dan
sejahtera.

7
8

2.1.3 Manfaat Asuhan Kebidanan Komprehensif


Menurut Saifudin (2009), menyatakan bahwa, manfaat kebidanan
komprehensif adalah untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan
tentang kehamilan, persalinan, nifas, BBL dan KB serta betapa
pentingnya kehamilan, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,
serta meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya ibu dan bayi dan
juga diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan informasi
pelayanan kesehatan atau kasus yang terjadi.

2.1.4 Konsep dasar kehamilan


2.1.4.1 Definisi Kehamilan
Menurut Prawirohardjo (2009), Masa kehamilan dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah
280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan
yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan
ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan.

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra


uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan. Lamanya kehamilan 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Pembagian masa kehamilan dibagi dalam 3 trimester:
Trimester pertama, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12
bulan), Trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan
(13-28 minggu), Trimester ketiga dimulai dari bulan ketujuh
sampai 9 bulan (28-42 minggu) (Rukiyah, 2009).
9

2.1.5 Perubahan Fisiologi Kehamilan TM III


Menurut Pantikawati (2012) perubahan fisiologis pada kehamilan
trimester III antara lain:
2.1.5.1 Uterus
Kehamilan tua karena kontraksi otot-otot bagian atas uterus,
segmen bawah rahim menjadi lebih lebar dan tipis, tampak
batasan yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan
segmen bawah yang lebih tipis. Batas itu dikenal sebagai
lingkaran retraksi fisiologis dinding uterus, di atas lingkaran ini
jauh lebih tebal dari pada dinding segmen bawah rahim.
1) 28 minggu: fundus uteri terletak kira-kira tiga jari diatas
pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosesus xifoideus (25
cm).
2) 32 minggu: fundus uteri terletak kira-kira antara ½ jarak
pusat dan prosesus xifoideus (27cm).
3) 36 minggu: fundus uteri kira-kira 1 jari dibawah prosesus
xifoideus (30 cm).
4) 40 minggu: fundus uteri terletak kira-kira 3 jari dibawah
prosesus xifoideus (33 cm).
2.1.5.2 Sistem traktus urinarius
Akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas
panggul dan keluhan sering kencing akan timbul lagi karena
kandung kencing mulai tertekan kembali. Selain itu juga terjadi
hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar.
2.1.5.3 Sistem respirasi
32 minggu ke atas kerena usus-usus tertekan uterus yang
membesar kearah difragma sehingga diafragma kurang leluasa
bergerak mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami
derajat kesulitan pernafasan.
10

2.1.5.4 Kenaikan berat badan


Terjadi kenaikan berat badan 5,5 kg, penambahan berat badan
dari mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11-
12 kg.

2.1.6 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil TM III


Menurut Asrinah (2010) Kebutuhan dasar pada ibu hamil Trimester
III, yaitu:
2.1.6.1 Oksigen
Meningkatnya jumlah progesteron selama kehamilan
mempengaruhi pusat pernapasan, CO2 menurun dan O2
meningkat, O2 meningkat, akan bermanfaat bagi janin.
Kehamilan menyebabkan hiperventilasi, dimana keadaan CO2
menurun. Pada trimister III, janin membesar dan menekan
diafragma, menekan vena cava inferior, yang menyebabkan
napas pendek-pendek.
2.1.6.2 Nutrisi
a. Kalori
Jumlah kalori yang diperlukan ibu hamil setiah harinya
adalah 2.500 kalori. Jumlah kalori yang berlebih dapat
menyebabkan obesitas, dan ini merupakan faktor
perdisposisi atas terjadinya preeklampsia. Total
pertambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi 10-12
kg selama hamil.
b. Protein
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85
gram per hari. Sumber protein tersebut bisa diperoleh dari
tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan) atau hewan (ikan,
11

ayam, keju, susu, telur). Defisiensi protein dapat


menyebabkan kelahiran prematur, anemia dan edema.
c. Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 kg per hari.
Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama
bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium
yang mudah diper oleh adalah susu, keju, yoghurt, dan
kalsium karbonat.
d. Zat besi
Asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg per
hari terutama setelah trimester kedua. Bila tidak
ditemukan anemia pemberian besi per minggu telah
cukup. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat
menyebabkan anemia difisiensi zat besi.
e. Asam folat
Jumlah asam folat yang dibutuhkan ibu hamil sebesar 400
mikro gram perhari. Kekurangan asam folat dapat
menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil.
f. Air
Air diperlukan tetapi seirng dilupakan pada saat
pengkajian. Air berfungsi untuk membantu sistem
pencernaan makanan dan membantu proses transportasi.
Selama hamil, terjadi perubahan nutrisi dan cairan pada
membran sel, darah, getah bening dan cairan vital tubuh
lainnya. Air menjaga keseimbangan suhu tubuh, karena itu
dianjurkan untuk minum 6-8 gelas (1.500 – 2.000 ml) air,
susu dan jus tiap 24 jam.
12

2.1.6.3 Personal Hygiene (Kebersihan Pribadi)


Bagian tubuh yang sangat membutuhkan perawatan
kebersihan adalah daerah vital, karena saat hamil, biasanya
terjadi pengeluaran secret vagina yang berlebih. Selain mandi,
mengganti celana dalam secara rutin minimal sehari dua kali
sangat dianjurkan.
a. Pakaian
Hal yang perlu diperhatikan untuk pakaian ibu hamil:
1) Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan
yang ketat didaerah perut.
2) Bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap
keringat.
3) Pakailah bra yang menyokong payudara.
4) Memakai sepatu dengan hak rendah.
5) Pakaian dalam harus selalu bersih.
b. Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan
dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering bak.
Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon
progesteron yang mempunyai efek rileks terhadap otot
polos, salah satunya otot usus. Selain itu, desakan usus
oleh pembesaran janin juga menyebabkan bertambahnya
konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan
adalah dengan mengonsumsi makanan tinggi serat dan
banyak minum air putih, terutama dalam keadaan lambung
kosong.
c. Seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang
selama tidak ada riwayat penyakit seperti berikut ini:
13

1) Sering abortus dan kelahiran prematur.


2) Perdarahan pervaginam.
3) Koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada
minggu pertama kehamilan.
4) Bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat
menyebabkan infeksi pada janin.
d. Mobilisasi perubahan tubuh yang jelas adalah tulang
punggung bertambah lordosis, karena tumpuan tubuh
bergeser lebih ke belakang dibandingkan sikap tubuh
ketika tidak hamil. Keluhan yang sering muncul dari
perubahan ini adalah rasa pegal di punggung dan kram
kaki ketika tidur malam. Untuk mencegah dan mengurangi
keluhan ini, dibutuhkan sikap tubuh yang baik.
1) Pakailah sepatu dengan hak yang rendah/tanpa hak
dan jangan terlalu sempit.
2) Posisi tubuh saat mengangkat beban , yaitu dalam
tegak lurus dan pastikan beban terfokus pada lengan.
3) Tidur dengan posisi kaki ditinggikan.
4) Hindari duduk atau berdiri terlalu lama (ganti posisi
secara bergantian untuk mengurangi ketegangan otot).
e. Istirahat
Ibu hamil dianjurkan untuk merencanakan periode
istirahat, terutama saat hamil tua. Posisi berbaring miring
dianjutkan untuk meningkatkan perfusi uterin dan
oksigenasi fetoplasental. Selama periode istirahat yang
singkat, seorang perempuah bisa mengambil posisi
telentang kaki disandarkan pada tinggi dinding untuk
meningkatkan aliran vena dari kaki dan mengurangi
edema kaki serta varises vena.
14

f. Persiapan laktasi
Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir
sehingga dapat segera berfungsi dengan baik pada saat
diperlukan. Pengurutan payudara untuk mengeluarkan
sekresi dan membuka duktus sinus laktiferus, sebaiknya
dilakukan secara hati-hati dan benar, karena pengurutan
keliru bisa dapat menimbulkan kontraksi pada rahim,
sehingga terjadi kondisi seperti pada uji kesejahteraan
janin menggunakan uterotonika. Basuhan lembut setiap
hari pada areola dan puting susu akan dapat mengurangi
retak dan lecet susu.

2.1.7 Ketidaknyamanan pada ibu hamil Trimester III


Menurut Sulistyawati (2011) perubahan-perubahan yang terjadi pada
ibu hamil menjadi dasar timbulnya keluhan/ketidaknyamanan yang
fisologis pda trimester III yaitu:
2.1.7.1 Sering buang air kecil
Keluhan sering buang air kecil karena tertekannya kandung
kemih oleh uterus yang semakin membesar dan menyebabkan
kapasitas kandung kemih berkurang serta frekuensi berkemih
meningkat.

Cara mengatasinya ialah dengan menosongkan kandung kemih


saat ada dorongan ingin kencing, perbanyakminum saat siang
hari, batasi minum kopi, teh dan soda.
2.1.7.2 Hemoroid
Cara mengatasinya ialah dengan cara menghindari konstipasi,
dengan cara makan-makanan yang berserat dan perbanyak
minum air putih.
15

2.1.7.3 Sesak Nafas


Cara mengatasinya ialah dengan cara merentangkan tangan
diatas kepala serta menarik nafas panjang, mngurangi aktivikas
yang berat dan berlebihan, menghindari tidur posisi terlentang.
2.1.7.4 Bengkak pada Kaki
Cara mengatasinya ialah engan cara menghindari pakaian yang
ketat, lakukan latihan yang ringan dan berjalan secara teratur
untuk peningkatan sirkulasi darah, menonsumsi makanan yang
mengandung kalsium dan vitamin B dan pada saat tidur kaki
ditinggikan.

2.1.8 Tanda bahaya pada kehamilan


Menurut Pantikawati (2012) tanda-tanda bahaya pada kehamilan
trimester III, antara lain:
2.1.8.1 Perdarahan pervaginam.
2.1.8.2 Sakit kepala yang hebat dan nyeri abdomen yang hebat.
2.1.8.3 Penglihatan kabur.
2.1.8.4 Bengkak diwajah dan jari-jari tangan.
2.1.8.5 Keluar cairan pevaginam (Ketuban Pecah Dini).
2.1.8.6 Gerakan Janin tidak terasa.

2.1.9 Asuhan Kehamilan


2.1.9.1 Pengertian asuhan kehamilan
Menurut Prawirohardjo (2014), asuhan antenatal adalah upaya
preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk
optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Asuhan antenatal
ANC merupakan prosedur rutin yang dilakukan oleh petugas
(dokter/bidan/perawat) dalam membina suatu hubungan dalam
16

proses pelayanan pada ibu hamil untuk persiapan


persalinannya. Dengan demikian, memberikan asuhan ANC
yang baik akan menjadi salah satu tiang penyangga dalam safe
motherhood dalam usaha menurunkan AKI dan AKB.

2.1.9.2 Tujuan Asuhan Kehamilan


Menurut Saifuddin (2009) , tujuan dari asuhan kebidanan pada
masa kehamilan adalah:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kemabang janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
mental, sosial ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan
pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan
dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma
seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

2.1.10 Standar minimal asuhan


Menurut Kusmiyati (2010), kebijakan program pelayanan asuhan
antenatal harus sesuai standar yaitu “14 T” meliputi :
17

2.1.10.1 Tinggi badan dan timbang berat badan


Pada pemeriksaan kehamilan pertama, perhatikan apakah
berat badan ibu sesuai dengan tinggi badan ibu dan usia
kehamilan. Berat badan ibu hamil bertambah 0,5 kg
perminggu atau 6,5 kg sampai 16,5 kg selama kehamilan.
2.1.10.2 Tekanan darah
Mengukur tekanan darah dilakukan pada saat pertama kali
mencatat riwayat klien, sebagai data dasar. Pada saat setiap
pemeriksaan antenatal. Selama persalinan, pada kondisi
klinis yang telah ditetapkan misalkan syok (Kamariyah,
2014).
2.1.10.3 Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Ukur tinggi fundus uteri dilakukan secara rutin untuk
mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin
(Maryunani, 2010).
2.1.10.4 Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan
Dimulai dengan memberikan 1 tablet sehari sesegera
mungkin setelah rasa mual hilang. Setiap ibu hamil minimal
mendapat 90 tablet selama kehamilannya (Kamariyah, 2014).
2.1.10.5 Tetanus Toxoid (TT)
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi TT
Interval Lama %
Antigen
(selang waktu minimal) perlindungan perlindungan
Pada kunjungan
TT1 - -
antenatal pertama
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80%
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95%
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 95%
25 tahun/
TT 5 1 tahun setelah TT4 99%
seumur hidup
18

2.1.10.6 Tes atau pemeriksaan Hemoglobin (HB)


Kadar hb normal 11 gr%. Pemeriksaan Hb dilakukan pada
kunjungan ibu hamil pertama kali, lalu periksa lagi
menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah salah satu
upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil (Maryunani,
2010).
2.1.10.7 Pemeriksaan Veneral Diseases Research Laboratory(VDRL)
Tes laboratorium untuk mendeteksi penyakit menular seksual
dan HIV atau AIDS, sifilis (Kusmiati, 2010).
2.1.10.8 Perawatan payudara (tekan pijat payudara)
perawatan payudara untuk ibu hamil, dilakukan 2 kali sehari
sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6 Minggu.
Manfaatnya untuk menguatkan dan melenturkan puting susu
agar memudahkan bayi menyusu (Maryunani, 2010).
2.1.10.9 Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil)
Senam hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam
mempersiapkan persalinan. Tujuan senam hamil adalah
memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot
dinding perut, ligamentum dan otot dasar panggul
(Kamariyah, 2014).
2.1.10.10 Temu wicara atau konseling
Mencakup tentang komunikasi, informasi dan edukasi yang
bertujuan untuk memberikan pelayanan pemeriksaan
kehamilan berkualitas untuk mendeteksi secara dini tanda
dan bahaya dalam kehamilan (Kusmiyati, 2010)
2.1.10.11 Tes atau pemeriksaan Protein Urine
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein
dalam urin ibu hamil. Adapun pemeriksaannya dengan asam
19

asetat 2-3% ditujukan pada ibu hamil dengan riwayat


tekanan darah tinggi, kaki oedema. Pemeriksaan protein urin
ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklampsia
(Maryunani, 2010).
2.1.10.12 Tes atau pemeriksaan Urine Reduksi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui riwayat diabetes melitus
(DM), Diabetes Melitus Gestasional pada ibu
mengakibatkan adanya penyakit berupa preeklampsia,
polihidramnion, bayi besar (Kamariyah, 2014).
2.1.10.13 Terapi iodium kapsul (khusus daerah endemik gondok)
2.1.10.14 Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria
(Maryunani, 2010)

2.1.11 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)


Menurut Depkes RI (2009), sasaran Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) adalah seluruh ibu hamil yang ada
di suatu wilayah. Jenis kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) yang dilakukan untuk menuju
persalinan yang aman dan selamat.
Jenis kegiatan P4K yaitu:
2.2.7.1 Mendata seluruh ibu hamil.
2.2.7.2 Memasang Stiker P4K di setiap rumah ibu hamil.
2.2.7.3 Membuat perencanaan persalinan melalui penyiapan:
a. Taksiran persalinan.
b. Penolong persalinan.
c. Tempat persalinan.
d. Pendamping persalinan.
e. Transportasi atau ambulance desa.
f. Calon pendonor darah.
20

g. Dana.
h. Penggunaan metode KB pasca persalinan.

2.1.12 Standar Pelayanan Kebidanan


Menurut Soepardan (2008) standar pelayanan kehamilan meliputi:
2.1.12.1 Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil
Melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakaat secara berkala untuk penyuluhan dan motivasi
ibu, suami, serta anggota keluarga lainnya agar mendorong
dan membantu ibu untuk memeriksa kehamilannya sejak
dini dan teratur.
2.1.12.2 Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal,
pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan
janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
janin berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal
adanya kelainan pada kehamilan, khususnya anemia,
kurang gizi, hipertensi, Penyakit Menular Seksual (PMS)
atau infeksi HIV memberikan pelayanan imunisasi, nasihat
dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang
diberikan oleh puskesmas.
2.1.12.3 Standar 5: Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama
dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia
kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah
memeriksa posisi, bagian terrendah janin dan masuknya
kepala janin ke dalam rongga panggul untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
21

2.1.12.3 Standar 6: Pengelolaan Anemia pada Kehamilan


Bidan melakukan tindakan pencegahan, identifikasi,
penanganan dan atau rujukan untuk semua kasus anemia
pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.1.12.4 Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan
darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala pre
eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat
dan merujuknya.
2.1.12.5 Standar 8: Persiapan Persalinan
Memberikan saran pada ibu hamil, suami dan keluarga
untuk memastikan persiapan persalinan bersih dan aman,
persiapan transportasi, biaya. Bidan sebaiknya melakukan
kunjungan rumah.
2.1.13 Standar minimal kunjungan
Menurut Saifuddin (2009) standar kunjungan minimal, adalah sebagai
berikut:
a. Satu kali pada trimester pertama
b. Satu kali pada trimester kedua
c. Dua kali pada trimester ketiga

2.2 Asuhan Persalinan


2.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi yang
dapat hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar. Proses
tersebut dapat dikatakan normal atau spontan jika bayi yang
dilahirkan berada pada posisi letak belakang kepala dan berlangsung
tanpa bantuan alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi. Pada
22

umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Sondakh,


2013).

2.2.2 Tanda-Tanda Persalinan


Menurut Walyani (2015), tanda-tanda persalinan adalah:
2.2.2.2 Kontraksi rahim
Secara umum, tanda awal bahwa ibu hamil untuk melahirkan
adalah mengejangnya rahim atau dikenal istilah kontraksi,
kontraksi tersebut berirama, teratur dan involuter. Kontraksi
yang sesunggunya akan muncul dan hilang secara teratur
dengan intensitas makin lama makin meningkat, perut akan
mengalami kontraksi dan relaksasi, diakhir kehamilan proses
kontraksi akan lebih sering terjadi.
2.2.2.3 Keluarnya Lendir Darah
Lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks
pada awal kehamilan, lendir mulanya menyumbat leher rahim,
sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas, sehingga
menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna kemerahan
bercampur darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang
membuka mulut rahim yang menandakan bahwa mulut rahim
menjadi lunak dan membuka. Lendir inilah yang dimaksud
bloody slim.
2.2.2.4 Keluarnya air-air (Ketuban)
Proses penting menjelang kehamilan adalah pecahnya air
ketuban. Selama sembilan bulan masa genetasi bayi aman
melayang dalam cairan amnion. Keluarnya air-air dan
jumlahnya cukup banyak, berasal dari ketuban yang pecah
akibat kontraksi yang makin sering terjadi. Ketuban mulai
pecah sewaktu-waktu sampai pada saat persalinan. Kebocoran
23

cairan amniotik bervariasi dari yang mengalir deras sampai


yang menetes sedikit demi sedikit, sehingga dapat ditahan
dengan pembalut yang bersih. Tidak ada rasa sakit yang
menyertai pemecahan ketuban dan alirannya tergantung pada
ukuran, dan kemungkinan kepala bayi telah memasuki rogga
panggul ataupun belum.
2.2.2.5 Pembukaan Serviks
Penipisan mendahului dilatasi serviks, pertama-pertama
aktivitas uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah
penipisan kemudian aktivitas uterus menghasilkan dilatasi
servik yang cepat.

2.2.3 Tahapan Persalinan


Menurut Sulistyawati (2010), tahapan yang dilalui oleh seorang ibu
yang memasuki proses persalian adalah sebagai berikut:
2.2.3.1 Kala I (Pembukaan)
Dikatakan dalam tahap persalinan kala I jika sudah terjadi
pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2
kali dalam 10 menit selama 40 detik. Kala I adalah kala
pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm
(Pembukaan lengkap). Proses ini terbagi menjadi dua fase,
yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm
dan fase aktif (7 jam) dimana serviks membuka dari 3-10 cm.
Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif.

Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu


kuat sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masih
dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida
berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8
24

jam. Berdasarkan Kurve Friedman, diperhitungkan


pembukaan primigravida 1 cm per jam dan pembukaan
multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka
waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.
2.2.3.2 Kala II (Pengeluaran Bayi)
Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan
lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya
ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga
lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosis
persalinan kala I ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan
kepala janin sudah tampak divulva dengan diameter 5-6 cm.
Gejala utama kala II:
a. His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi
>40 detik.
b. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai
dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap
diikuti keinginan meneran karena tertekannya fleksus
frankenhouser.
d. Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong
kepala bayi sehingga kepala membuka pintu suboksiput
bertindak sebagai hipomochlion, berturut-turut lahir ubun-
ubun besar, dahi, hidung dan muka, serta kepala
seluruhnya.
e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi
luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung.
25

f. Setelah putaran paksi luar berlangsung maka persalinan


bayi ditolong dengan jalan berikut:
1) Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah
dagu kemudian ditarik curam kebawah untuk
melahirkan bahu depan, dan curam keatas untuk
melahirkan bahu belakang.
2) Setelah kedua bahu bayi lahir, ketiak dikait untuk
melahirkan sisa badan bayi.
3) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
g. Lamanya kala II untuk primigravida 60 menit dan
multigravida 30 menit.
2.2.3.3 Kala III (Pelepasan Plasenta)
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta.
Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit,
kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan lahirnya
bayi dan proses retraksi uterus maka plasenta lepas dari lapisan
Nitabusch. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan
memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Uterus menjadi berbentuk bundar.
b. Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen
bawah rahim.
c. Tali pusat bertambah panjang.
d. Terjadi perdarahan.
e. Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan
secara crede pada fundus uterus.
2.2.3.4 Kala IV (Observasi)
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala
IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan,
paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
26

Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:


a. Tingkat kesadaran pasien.
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi dan
pernafasan.
c. Kontraksi uterus.
d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal
bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

2.2.4 Asuhan Persalinan Normal


Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi
terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia pada
bayi baru lahir. Fokus utama asuhan adalah mencegah terjadinya
komplikasi pada saat persalinan (Prawirohardjo, 2009).

2.2.5 Partograf
2.2.5.1 Pengertian partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik
(JNPK-KR, 2012).

Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan


membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan
dan penatalaksanaan (Prawirohardjo, 2009).

2.2.5.2 Tujuan utama partograf menurut Prawirohardjo (2009) adalah:


a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan.
27

b. Mendeteksi apakah persalinan berjalan secara normal.


Dengan demikian, juga dapat dilaksanakan deteksi secara
dini, setiap kemungkinan terjadinya partus lama.

2.2.6 Asuhan Persalinan


2.2.6.1 Pengertian Asuhan Persalinan
Menurut Prawirohardjo (2014) tahapan asuhan persalinan
normal terdiri dari 60 langkah yaitu:
Tabel 2.2 Asuhan Persalinan 60 Langkah.
NO KEGIATAN
1. Mengenali gejala dan tanda kala II
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan vagina.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
2. Menyiapkan pertolongan persalinan
Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oxitosin 10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Memakai alat perlindungan diri seperti memakai celemek plastik,
topi, masker, kacamata, sepatu tertutup.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang
bersih.
5. Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan
dalam.
6. Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik (dengan
menggunakan sarung tangan DTT atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set/wadah DTT atau atau steril tanpa
mengontaminasi tabung suntik.
7. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi cairan DTT
a. Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh
kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara
menyeka dari depan ke belakang.
b. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah
28

yang benar-benar
c. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan
kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan
dekontaminasi.
8. Dengan menggunakan tekhnik aseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.
(Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah
lengkap, maka lakukan amniotomi).
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan
10. Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (100-160 kali/menit).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
11. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan
meneran
Memberitahu ibu bahwa pembukaan lengkap dan keadaan janin
baik. Membawa ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
dengan keinginannya.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman)
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran:
a. Bimbing, dukung dan beri semangat
b. Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi
c. Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
d. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Rujuk jika belum lahir atau tidak segera lahir setelah 120 menit (2
jam) meneran pada primigravida dan 60 menit (1 jam) pada
multigravida
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam selang waktu 60 menit.
15. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi
16. Meletakkan kain yang bersih dilipat sepertiga bagian di bawah
bokong ibu.
17. Membuka partus set, perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
29

18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
19. Menolong kelahiran bayi
Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi
defleksi dan membantu lahirnya kepala. Menganjurkan ibu untuk
meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan meneruskan segera proses kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher janin dengan kuat, klem tali pusat
didua tempat dan potong diantara kedua klem tersebut.
21. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparietal. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah
luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar
untuk melahirkan bahu posterior
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan
bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan
lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di
atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata
kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
25. Penanganan bayi baru lahir
Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan
bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah
dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di
tempat yang memungkinkan).
26. Mengeringkan tubuh bayi, mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.
Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Letakkan
bayi di atas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar uterus dapat
berkontraksi dengan baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
IM (Intra Muskular) dipaha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30

30. Menjepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama(ke arah ibu).
31. Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat, yaitu:
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat di
antara 2 klem tersebut. Lakukan pemotongan tali pusat dalam
waktu 2 menit, karena pada waktu itu masih ada proses auto
tranfusi.
b. Mengikat tali pusat dengan klem plastik/benang DTT.
c. Melepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang disediakan
32. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
33. Penatalaksanaan aktif kala III
Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.
34. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu di tepi atas
simfisis untuk mendeteksi perlekatan plasenta pada dinding uterus,
sementara tangan yang lain menegangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas
(dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali
pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya, kemudian
ulangi prosedur diatas. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik;
minta ibu, suami, atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi
puting susu.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas
(dorso kranial) secara hati-hati.
Melakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas mengikuti
poros jalan lahir (sambil tetap melakukan tekanan dorso kranial).
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin, kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan. Jika terdapat selaput ketuban robek, pakai
sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa
selaput, kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
38. Segera setelah plasenta dan selaput kertuban lahir, lakukan masase
uterus. Meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase
dengan gerakan melingkar hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
31

berkontraksi setelah 15 detik tindakan masase.


39. Memeriksa kedua sisi plasenta, baik bagian ibu maupun bayi,
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta
kedalam tempat khusus.
40. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami persarahan aktif.
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan per vaginam.
42. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%. Membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan tersebut dengan air DTT dan mengeringkannya dengan kain
yang bersih dan kering.
43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan kandung kemih
kosong.
44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan massase uterus dan menilai
kontraksi.
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
46. Memeriksa tekanan darah, nadi ibu dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernafas dengan baik (40-60
x/menit).
48. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5 % untuk dekontaminasi (selama 10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah didekontaminasi
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
50. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih
dan kering.
51. Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkan
52. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
53. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%,
balikkan bagian dalam keluar, rendam dalam klorin 0,5% selama
10 menit.
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan
fisik pada bayi.
56. Dalam 1 jam pertama, beri salep mata/tetes mata profilaksis infeksi,
vitamin K 1 mg IM dipaha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik
bayi baru lahir, pernapasan bayi, nadi dan temperatur.
57. Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikaan suntikan imunisasi
hepatitis B dipaha kanan bawah lateral.
32

58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam


didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan handuk.
60. Dokumentasi (Lengkapi partograf)

2.2.6.2 Tujuan Asuhan Persalinan


Menurut Prawirohardjo (2009), tujuan asuhan persalinan
normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan
mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta
intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
2.2.6.3 Standar Pertolongan Persalinan
Menurut Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI), (2006)
terdapat empat standar pertolongan persalinan, yaitu:
a. Standar 9: asuhan persalinan kala I
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai,
kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang
memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama
proses persalinan berlangsung.
b. Standar 10: persalinan kala II yang aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman,
dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta
memperhatikan tradisi setempat.
c. Standar 11: Penatalaksanaan aktif persalinan kala III
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar
untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban
secara lengkap.
33

d. Standar 12: penanganan kala II dengan gawat janin melalui


episiotomi
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada
Kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomi
dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti
panjahitan perineum.

2.2.6.4 Lima aspek dasar dalam asuhan persalinan


Menurut Prawirohardjo (2009) Terdapat lima aspek dasar yang
penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih
dan aman. Aspek-aspek tersebut melekat pada setiap
persalinan, baik normal maupun patologis. Aspek tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Membuat keputusan klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan
masalah yang akan digunakan untuk merencanakan asuhan
bagi ibu dan bayi baru lahir. Empat langkah proses
pengambilan keputusan klinik, antara lain :
1) Pengumpulan data, yaitu data subjektif dan data
objektif.
2) Diagnosis.
3) Penatalaksanaan asuhan dan perawatan berupa
membuat rencana dan melaksanakan rencana.
4) Evaluasi
b. Asuhan sayang ibu
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling
menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.
Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan
mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses
34

persalinan dan kelahiran bayi. Asuhan sayang ibu dalam


proses persalinan, antara lain:
1) Panggil ibu sesuai dengan namanya, hargai, dan
perlakukan ibu sesuai martabatnya.
2) Jelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan
pada ibu sebelum memulai asuhan tersebut.
3) Jelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarganya.
4) Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa
takut atau khawatir.
5) Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran
ibu.
6) Berikan dukungan, besarkan hatinya, dan tentramkan
perasaan ibu beserta anggota keluarga lainnya.
7) Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan anggota
keluarga yang lain.
8) Anjurkan kepada suami dan anggota keluarga mengenai
cara-cara bagaimana memperhatikan dan mendukung
ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
9) Lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi.
10) Hargai privasi ibu.
11) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama
persalinan dan kelahiran bayi.
12) Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan
ringan bila ia menginginkannya.
13) Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional
yang tidak memberi pengaruh merugikan.
14) Hindari tindakan berlebihan dan mungkin
membahayakan seperti episiotomi, pencukuran dan
klisma.
35

15) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah


lahir.
16) Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam
pertama setelah kelahiran bayi.
17) Siapakan rencana rujukan.
18) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan
baik serta bahan-bahan, perlengkapan, dan obat-obatan
yang diperlukan. Siap untuk melakukan resusitasi bayi
baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
c. Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi tidak terpisah dari
komponen-komponen lainnya dalam asuhan selama
persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus
diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi
ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan
tenaga kesehatan lainnya dengan jalan menghindarkan
transmisi penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus dan
jamur. Tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi, antara
lain:
1) Asepsis atau teknik aseptik
2) Antiseptik
3) Dekontaminasi
4) Mencuci dan Membilas
5) Disenfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
6) Sterilisasi
d. Pencatatan (dokumentasi)
Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu
dan/atau bayinya. Jika asuhan tidak dicatat dapat dianggap
bahwa tidak pernah dilakukan asuhan yang dimaksud.
36

Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat


keputusan klinik karena memungkinkan penolong
persalinan untuk terus menerus memperhatikan asuhan
yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran
bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk
menganalisis data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih
efektif dalam merumuskan suatu diagnosis serta membuat
rencana asuhan atau perawatan bagi ibu dan bayinya.
e. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas
kesehatan rujukan atau yang memiliki sarana lebih lengkap
diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi
baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu menjalani
persalinan normal, sekitar 10-15% diantaranya akan
mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran
sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
Setiap tenaga penolong harus mengetahui lokasi fasilitas
rujukan terdekat yang mampu untuk melayani
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, seperti
perdarahan, transfusi darah, persalinan menggunakan
ekstraksi vakum atau forsep, antibiotika, resusitasi bayi
baru lahir, serta asuhan lanjutan bayi baru lahir.

2.3 Asuhan Bayi Baru Lahir


2.3.1 Pengertian Bayi baru lahir
Bayi Baru Lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan
37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai
dengan 4000 gram (Dewi, 2011).
37

2.3.2 Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal


Menurut Dewi (2011), Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk
dalam kriteria sebagai beikut :
a. Lahir aterm antara 37-42 minggu.
b. Berat badan 2.500-4.000 gram.
c. Panjang badan 48-52 cm.
d. Lingkar dada 30-38 cm.
e. Lingkar kepala 33-35 cm.
f. Lingkar lengan 11-12 cm.
g. Frekuensi denyut jantung 120-160 kali/menit.
h. Pernapasan ± 40-60 kali/menit.
i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang
cukup.
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
k. Kuku agak panjang dan lemas.
l. Nilai APGAR >7.
m. Gerak aktif.
n. Bayi lahir langsung menangis kuat.
o. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada
pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.
p. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
q. Refleks morro (gerakkan memeluk bila dikagetkan) sudah
terbentuk dengan baik.
r. Refleks grasping (menggenggam) sudah baik.
s. Genetalia.
1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada
pada skrotum dan penis yang berlubang.
38

2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uterus


yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.
t. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24
jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.

2.3.3 Pengkajian Bayi Baru Lahir


Menurut JNPK-KR (2012), pengkajian pada bayi baru lahir meliputi:
2.3.3.1 Nilai kondisi bayi
a. Apakah bayi menangis kuat/bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
c. Apakah warna kulit bayi merah muda?
2.3.3.2 APGAR skor
Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah
lahir.
Tabel. 2.3 APGAR skor
0 1 2
Appearance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) ekstrimitas biru kemerah-merahan
Pulse rate Tidak Kurang dari 100 Lebih dari 100
(frekuensi ada
nadi)

Grimace Tidak Sedikit gerakkan Batuk/bersin


(reaksi ada mimik (grimace)
rangsangan)
Activity Tidak Ekstrimitas dalam Gerakkan aktif
(tonus otot) ada sedikit fleksi
Respiration Tidak Lemah/tidak teratur Baik/menangis
(pernapasan) ada

2.3.4 Asuhan Bayi Baru Lahir


2.3.4.1 Pengertian asuhan bayi baru lahir
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang
diberikan pada bayi tersebut selama bayi pertamanya setelah
kelahiran. Sebagian besar bayi baru lahir akan menunjukkan
39

usaha pernafsan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan


(Dewi, 2011).
2.3.4.2 Tujuan asuhan bayi baru lahir
Tujuan dari asuhan kebidanan pada bayi baru lahir adalah
untuk mendeteksi secara dini tanda bahaya yang bisa terjadi
pada bayi baru lahir, serta mengobati atau merujuk ke fasilitas
kesehatan yang lebih lengkap.

2.3.5 Pelayanan kesehatan neonatus


2.3.5.1 Standar pelayanan bayi baru lahir
Menurut Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI) (2006)
Standar pelayanan bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
a. Standar 13: Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk
memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder,
menemukan kelainan dan melakukan tindakan atau merujuk
sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau
menangani hipotermia.
b. Standar 24: Penanganan Asfiksia Neonaturum
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan
asfiksia, serta melakukan resusitasi secepatnya,
menguusahakan bantuan medis yang diperlukan dan
memberikan perawatan lanjutan.
2.3.5.2 Standar kunjungan
Menurut Meilani (2009) kunjungan neonatus meliputi:
a. Kunjungan pertama (KN 1) pada waktu 6 – 48 jam setelah
bayi baru lahir dengan tujuan:
40

1) Melanjutkan pengamatan terhadap pernafasan, warna


kulit, tingkat aktifitas, suhu tubuh dan perawatan
untuk setiap penyulit yang muncul.
2) Melakukan pemeriksaan fisik yang lengkap, rujuk ke
dokter bila tampak tanda bahaya dan penyulit.
3) Memandikan bayi jika bayi sudah cukup hangat
(>36,6ºC) dan melakukan perawatan tali pusat.
4) Mengajarkan cara menyusui dan merawat bayi.
b. Kunjungan KN 2 pada waktu 3 – 7 hari setelah bayi lahir
dengan tujuan:
1) Menanyakan keseluruhan keadaan bayi, masalah-
masalah yang dialami terutama dalam proses menyusui.
2) Mengamati keadaan suasana hati ibu dan cara
berinteraksi dengan bayinya.
3) Melakukan pemeriksaan fisik.
c. Kunjungan KN 3 pada waktu 8 – 28 hari setelah bayi lahir
dengan tujuan:
1) Menanyakan keseluruhan keadaan kesehatan bayi.
2) Memberitahu ibu tentang ASI ekslusif.
3) Memberitahu ibu cara menyusui yang benar.

2.4 Asuhan Masa Nifas


2.4.1 Pengertian Nifas
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Nifas
(peurperium) berasal dari bahasa latin. Peurperium berasal dari 2 suku
kata yakni peur dan parous. Peur berarti bayi dan parous berarti
melahirkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa peurperium merupakan
masa setelah melahirkan (Asih & Risneni, 2016).
41

2.4.2 Tahapan Masa Nifas


Menurut Rukiyah (2011), tahapan masa nifas meliputi:
2.4.2.1 Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan,
serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya
sekitar 0-24 jam.
2.4.2.2 Puerperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya sekitar 1-7 hari postpartum.
2.4.2.3 Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi, waktunya sekitar 1-6 minggu.

2.4.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Menurut Saleha (2009), selama masa nifas, alat-alat internal maupun
eksternal berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi. Pada masa
ini terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan-perubahan yang
terjadi antara lain sebagai berikut.
2.4.3.1 Uterus
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang
berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih
pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih
tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian
mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk
kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar.
42

Tabel.2.4 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa


Involusi
Involusi TFU Berat Uterus
Setnggi pusat, 2 jari dibawah
Bayi Lahir 1.000 gram
pusat
1 Minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gram
2 Minggu Tidak teraba diatas simfisis 500 gram
6 Minggu Normal 50 garam
8 Minggu Normal, sebelum hamil 30 gram
Sumber : Saleha (2009)
2.4.3.2 Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Lokia terbagi menjadi empat jenis,
yaitu Lochea rubra, sanguelenta, serosa dan alba. Berikut ini
adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada wanita masa
nifas, antara lain :
a. Lochea Rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi
darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set desidua,
verniks caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari
pasca persalinann. Inilah lochea yang akan keluar selama 2
sampai 3 hari postpartum.
b. Lochea Sanguelenta berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir yang keluar pada hari ke 3 sampai ke 7 pasca
persalinan.
c. Lochea Serosa adalah lochea berikutnya. Dimulai dengan
versi yang lebih pucat dari lochea rubra. Lochea ini
berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian
menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7
sampai hari ke 14 pasca persalinan.
d. Lochea Alba adalah lochea yang terakhir. Dimulai dari hari
ke 4 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama
43

sekali berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya.


Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri
atas leukosit dan sel-sel desidua.
2.4.3.3 Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis,
degenarasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada
hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada
pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta.
2.4.3.4 Serviks
Segera setelah berakhirnya kala II, serviks menjadi sangat
lembek, kendur, dan terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh
dan lecet, terutama dibagian anterior. Serviks akan terlihat
padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi,
lubang serviks lambat laun mengecil, beberapa hari setelah
persalinan diri retak karena robekan dalam persalinan.
Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti
keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum.
2.4.3.5 Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium
merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara
berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali
kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul
kembali pada minggu ketiga. Himen tampak sebagai tonjolan
jaringan yang kecil, yang dalam proses pembentukan
berubah menjadi karunkelae mitiformis yang khas bagi
wanita multipara.
44

2.4.3.6 Payudara (Mamae)


Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi
terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua
mekanisme fisiologi, yaitu sebagai berikut :
a. Produksi susu
b. Sekresi susu atau let down

Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara


tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan
makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika
hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk
menghambatnya kalenjar pituitari akan mengeluarkan
prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah
melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa
dirasakan.
2.4.3.7 Sistem pencernaan
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap
makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat
penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana
pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium
karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama
pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan
janin juga pada ibu dalam masa laktasi.
2.4.3.8 Sistem perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama
kehamilan kembali normal pada akhir minggu keempat
setelah melahirkan. Kandung kemih pada puerperium
mempunyai kapasitas yang meningkat secara relatif, oleh
karena itu distensi yang berlebihan, urinne residual yang
45

berlebihan, dan pengososngan yang tidak sempurna, harus


diwaspadai dengan seksama. Ureter dan pelvis renalis yang
mengalami distensi akan kembali normal pada dua sampai
delapan minggu setelah persalinan.
2.4.3.9 Sistem endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan
pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang
berperan dalam proses tersebut.
a. Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin
berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan
kontraksi, sehingga mencegah perdaraha. Isapan bayi
dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal
tersebut membantu uterus kembali kebentuk normal.
b. Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan
prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran
payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita
yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan
pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium
yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya
tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari
setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah
depan otak yang mengontrol ovarium kearah permulaan
pola produksi estrogen dan progesteron yang normal,
pertumbuhan folikel, ovulasi dan menstruasi.
46

2.4.4 Kebutuhan Dasar Masa Nifas


Menurut Saleha (2009), kebutuhan dasar masa nifas adalah
sebagai berikut:
2.4.4.1 Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian
yang serius karena dengan nutrisi yang baik dapat
mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan
harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi
protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu yang
menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagi
berikut:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan
protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat
gizi, setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASI.
2.4.4.2 Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan
agar secepat mungkin bidan membimbing ibu post
partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing
ibu secepat mungkin untuk berjalan. Ibu post partum
sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24
jam post partum. Early ambulation tidak dibenarkan
47

pada ibu post partum dengan penyulit, misalnya


anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam
dan sebagainya. Penambahan early ambulation harus
berangsur-angsur, jadi tidak segera bangun dan
dibenarkan melakukan kegiatan seperti mencuci,
memasak, dan sebagainya.
2.4.4.3 Eliminasi
a. Buang Air Besar (BAB)
Ibu post partum diharapkan dapat bab setelah hari
kedua post partum. Jika hari ketiga belum juga bab.
Maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per
rectal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih
belum bisa bab, maka dilakukan klisma (huknah).
b. Buang Air Kecil (BAK)
Ibu diminta untuk bak 6 jam post partum. Jika dalam
8 jam post partum belum dapat berkemih atau
sekaliberkemih belum melebihi 100 cc, maka
dilakukan kateterisasi. Akan tetapi kalau ternyata
kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam
untuk kateterisasi.

Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan


berkemih (retensio urine) pada ibu postpartum:
1) Berkurangnya tekanan intraabdominal
2) Oto-otot perut masih lemah
3) Edema pada uretra
2.4.4.4 Personal hygiene
Masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap
infeksi. Oleh karena itu kebersihan diri sangat penting
48

untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh,


pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting
untuk tetap dijaga. Langkah-langkah yang dpat
dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu
postpartum adalah sebagai berikut:
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama
perineum.
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari. kain dapat
digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan dibawah sinar matahari dan disetrika.
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun
dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminya.
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh
daerah tersebut.
2.4.4.5 Istirahat dan tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk
memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur adalah
sebagai berikut:
a. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan.
b. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-
kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan,
serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur.
49

c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam


beberapa hal berikut:
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
2) Memperlambat proses involusio uterus dan
memperbanyak perdarahan.
3) Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan
untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
2.4.4.6 Aktivitas seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu
masa nifas harus memenuhi syarat berikut:
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan
suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu
dapat memasukan satu-satu dua jarinya kedalam
vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk
memulai melakukan hubungan suami istri kapan
saja ibu siap.
b. Banyak budaya yang mempuanyai tradisi
menunda hubungan suami istri sampai masa
waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan. Keputusan ini
bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
2.4.4.7 Keluarga Berencana (KB)
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah
atau melawan konsepsi yang berarti pertemuan antara
sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi yang cocok
pada ibu nifas antara lain Metode Amenorha Laktasi
(MAL), pil progestin, suntikan progestin, kontrasepsi
implan, dan alat kontrasepsi dalam rahim.
50

2.4.4.8 Latihan/senam nifas


Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu
setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih
kembali. Senam nifas bertujuan untuk mempercepat
penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta
memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot
dasar panggul, dan otot perut.

2.4.5 Asuhan Masa Nifas


2.4.5.1 Pengertian asuhan masa nifas
Asuhan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang
diberikan pada pasien mulai dari setelah lahirnya bayi sampai
dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum
hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009).
2.4.5.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Ambarwati (2009), tujuan dari asuhan kebidanan
pada masa nifas normal terbagi dua, yaitu:
a. Tujuan umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal
mengasuh anak.
b. Tujuan khusus
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun
psikologinya.
2) Melaksanakan Screening yang komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati/merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu dan bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian
imunisasi dan perawatan bayi sehat.
51

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.


2.4.5.3 Standar Asuhan Masa Nifas
Menurut Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI) (2006),
terdapat dua standar dalam pelayanan nifas, yaitu:
1) Standar 14: penanganan pada dua jam pertama setelah
persalinan.
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap
terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta
melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan
memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat
pulihnya kesehatan ibu dan membantu ibu untuk memulai
pemberian ASI.
2) Standar 15: pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui
kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan
minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu proses
pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang
benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi
yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan
penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir,
pemberian ASI, imunisasi dan KB.

2.4.5.4 Standar kunjungan


Menurut Eny (2010) kunjungan pada masa nifas dilakukan paling
sedikit minimal 4 kali kunjungan untuk menilai status ibu dan
bayi baru lahir untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah-masalah yang terjadi.
Tabel 2.5 Kunjungan Masa Nifas
52

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam a. Mencegah perdarahan masa nifas
setelah kerena atonia uteri.
persalinan b. Mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau
salah satu anggota keluarga bila
terjadi perdarahan banyak.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi
2 6 hari a. Memastikan involusi uterus berjalan
setelah normal, uterus berkontraksi, fundus
persalinan dibawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak
berbau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tak memperlihatkan tanda-
tanda penyakit.
e. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari.
3 2-3 minggu a. Memastikan involusi uterus berjalan
setelah normal, uterus berkontraksi, fundus
persalinan dibawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak
berbau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari.
4. 4-6 minggu a. Menanyakan kepada ibu tentang
setelah penyulit-penyulit yang ia atau bayi
persalinan alami.
b. Memberikan konseling untuk KB
53

secara dini.
c. Perhatikan kondisi umum bayi,
apakah ada icterus atau tidak
Sumber : Eny (2010)

2.5 Program Keluarga Berencana (KB)


2.5.1 Pengertian
Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun
1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Endang &
Elisabeth, 2015).

KB bisa diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya


kehamilan sedimikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu,
bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan
tersebut (Suratun dkk, 2013).

2.5.2 Tujuan Program KB


Dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (2015), tujuan dari keluarga
berencana, diantaranya:
2.5.2.1 Mengatur jarak dan mencegah kehamilan agar tidak terlalu
rapat (minimal 2 tahun setelah melahirkan).
2.5.2.2 Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
2.5.2.3 Menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi dan balita.
2.5.2.4 Ibu memiliki waktu dan perhatian yang cukup untuk
dirinya sendiri, anak dan keluarga.
54

2.5.3 Metode Kontrasepsi


Menurut Dewi (2013) Metode Keluarga Berencana (KB),
diantaranya:
2.5.3.1 Metode Kontrasepsi Sederhana dan Alamiah
2.5.3.2 Metode Amenorea Laktasi (MAL)
2.5.3.3 Metode Kalender
2.5.3.4 Metode Suhu Basal
2.5.3.5 Metode Lendir Serviks
2.5.3.6 Metode Symtothermal
2.5.3.7 Metode Barier
2.5.3.8 Spermisida
2.5.3.9 Kondom
2.5.3.10Metode Kontrasepsi Hormonal
a. Pil
b. Suntik
c. Implant
d. Alat Kontrasepsi dalam Rahim (IUD)
2.5.3.11Kontrasepsi Mantap
a. MOW (Metode Operasi Wanita)

b. MOP (Metode Operasi Pria)


BAB 3
ASUHAN KEBIDANAN

3.1 Ibu Hamil


Kunjungan ke : Pertama
Hari / Tanggal : Jumat / 19 Oktober 2018
Jam : 19.30 Wita

3.1.1 Data Subjektif


3.1.1.1 Identitas
Nama Istri : Ny. H Nama Suami : Tn. A
Umur : 22 tahun Umur : 23 tahun
Suku/Bangsa :Banjar/ Indonesia Suku/Bangsa : Banjar / Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Museum Alamat : Jl. Museum
Perjuangan Rt.14 Perjuangan Rt.14
No.03 No.03

3.1.1.2 Keluhan Utama


Ibu mengatakan hamil 8 bulan mengeluhkan kaki bengkak sejak satu
minggu yang lalu.

3.1.1.3 Status Perkawinan


a. Kawin : Ya
b. Usia kawin : 22 tahun
c. Lamanya : 1 tahun
d. Berapa kali menikah : 1 Kali
e. Dengan suami sekarang : Ya
f. Istri keberapa dari suami sekarang : Pertama

55
56

3.1.1.4 Riwayat Haid


a. Menarche : 14 tahun
b. Siklusnya : ±28 hari
c. Lamanya : 7 hari
d. Banyaknya : 3 kali ganti pembalut/hari
e. Dismenorhea : Tidak ada
f. HPHT : 21 02 2018
g. TP : +7 +9 +1
28 11 2018
h. UK : ANC : 19 – 10 – 2018
HPHT : 21 – 02 – 2018
-2 8 x 4 1/3
= 32 + 3
= 35 minggu – 2 hari
= 34 minggu 5 hari

3.1.1.5 Riwayat obstetri dan ginekologi


Tabel 3.1 Riwayat Obstetri
Anak
B
N Umur Tempat Jenis Penolon Peny S
Tahun Nifas B/ Kea
o kehamilan Partus Partus g ulit e
P daan
x
B
1 2018 Ini - - - - - - - -

Riwayat ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit mioma uteri, kista
ovarium, kanker serviks, atau kanker rahim, serta tidak pernah
melakukan operasi pada alat kandungan.

3.1.1.6 Riwayat KB
Ibu mengatkan sebelumnya belum pernah menggunakan alat
kontrasepsi apapun.
57

3.1.1.7 Riwayat kehamilan sekarang


a. G1P0A0
b. ANC Trimester I
1) Frekueni : 2 kali
2) Tempat : PMB
3) Umur kehamilan: 6 minggu, 10 minggu
4) Pergerakan anak : belum terasa
5) Imunisaasi :-
6) Keluhan : flu, Batuk
7) Nasehat : perbanyak istirahat dan perbanyak
konsumsi air putih hangat
8) Pengobatan : asam folat 1x1
c. ANC Trimester II
1) Frekueni : 3 kali
2) Tempat : PMB dan Puskesmas
3) Umur kehamilan: 17 minggu, 24 minggu, 24 minggu
4) Pergerakan anak : mulai terasa sejak umur kehamilan
16 minggu
5) Imunisaasi :-
6) Keluhan : flu dan Batuk
7) Nasehat : perbanyak istirahat dan Gizi adekuat
8) Pengobatan : Fe 1 x 1
Kalk 1 x 1
d. ANC Trimester III
1) Frekuensi : 1 kali
2) Tempat : PMB
3) Umur kehamilan: 30 minggu
4) Pergerakan anak : terasa
58

5) Imunisaasi : TT2
6) Keluhan :-
7) Nasehat : perbanyak istirahat dan atur pola makan
8) Pengobatan : kalk 1 x 1

3.1.1.8 Riwayat Kesehatan


a. Riwayat kesehatan ibu
Ibu mengatakan memiliki riwayat hipotensi dan tidak pernah
menderita penyakit menurun seperti asma, jantung, diabetes dan
penyakit menular seperti hepatitis, dan HIV, serta tidak memiliki
riwayat kehamilan kembar.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dari ibu dan suami mengatakan tidak pernah
memiliki riwayat penyakit jantung, asma, diabetes, hipertensi,
HIV,serta tidak ada riwayat kehamilan kembar.

3.1.1.9 Riwayat Biologis


a. Nutrisi
Makan
Frekuensi : 3-4 kali/hari
Porsi : 1 piring nasi sedang, 1 potong lauk
Jenis : nasi, ikan, ayam, telur, sayur-sayuran
Masalah/Pantangan : tidak ada
Minum
Frekunsi : 6-7 gelas/hari
Porsi : 1 gelas sedang
Jenis : teh, air putih, dan susu kedelai
Masalah/Pantangan : tidak ada
b. Eliminasi
1) BAB
Frekuensi : 1x/hari
59

Konsistensi : kuning kecoklatan


Warna : lembek
Masalah : tidak ada
2) BAK
Frekuensi : 6-9x/hari
Bau : kuning jernih
Warna : amoniak
Masalah : tidak ada
3) Personal Hygiene
Frekuensi mandi : 2 x sehari
Frekuensi Gosok Gigi : 2 x sehari
Frekuensi ganti pakaian : 3 x sehari
Kebersihan vulva : setiap kali mandi dan setelah
BAB/BAK.
4) Aktivitas
Ibu mengatakan masih bisa beraktivitas seperti biasa dan
masih dapat bekerja dikantor tapi ibu memperbanyak duduk
dan istirahat saat bekerja.
5) Tidur dan istirahat
Siang hari :-
Malam hri : 7-8 jam per hari
Masalah : tidak ada
6) Seksual
Frekuensi : 1 kali seminggu
Masalah : tidak ada
Alasan : tidak ada
7) Data Psikososial dan Spiritual
a. Keadaan ibu terhadap dirinya
Ibu mengatkan keadaana baik dan sehat
b. Tanggapan ibu terhadap kehamilannya
Ibu merasa senang dan berharap kehamilanya sehat
60

c. Ketaatan ibu dalam beribadah


Ibu mengatkan masih bisa melakukan sholat 5 waktu
d. Pemecah masalah ibu
Ibu selalu berunding dengan suami dan orangtua
e. Pengetahuan ibu terhadap kehamilannya
Ibu mengatkan kehamilanya harus dijaga dengan makan-
makan yang bergizi
f. Budaya yang dipercayai selama hamil
Gelang kaki hitam dipercaya untuk menjaga bayi
didalam perut ibu.
g. Lingkungan yang berpengaruh
Tinggal bersama : suami dan orangtua
Hewan peliharaan : tidak ada
h. Hubungan sosial ibu dengan keluarga
Ibu dengan keluarga baik, mereka mendukung kehamilan
ibu
i. Penentu keputusan keluarga
Suami
j. Jumlah penghasilan keluarga
Mencukupi
k. Yang menganggung biaya ANC dan Persalinan
Suami

3.1.2 Data Objektif


3.1.2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Berat badan sebelumnya : 36 kg
d. Berat badan sesudahnya : 44 kg
e. Tinggi badan : 146 cm
f. Lila : 23,5 cm
61

g. Tanda – tanda Vital


Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 78x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36.5℃

3.1.2.2 Pemeriksaan Fisik


a. Inspeksi
1) Kepala/rambut : tampak simetris, tampak adanya ketombe,
dan rambut rontok
2) Muka : tidak tampak closma gravidarum dan tidak
tampak odema
3) Mata : tampak simetris tidak nampak anemis, dan
sclera tampak ikterik
4) Hidung : tampak simetris, tidak ada tampak polip
dan tidak nampak pernafasan cuping
hidung
5) Mulut : bibir tidak tampak pucat, lidah dan gigi
tampak bersih dan tidak tampak caries gigi
6) Telinga : tampak simetris tidak tampak secret yang
keluar.
7) Leher : tidak tampak pembengkakkan kelenjar
limfe dan tiroid serta tidak ada bendungan
vena jugularis.
8) Dada/payudara : tampak simetris, puting susu terlihat
menonjol, dan tidak tampak benjolan
abnormal.
9) Abdomen : tidak tampak linea nigra, tidak tampak luka
bekas operasi.
10) Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan.
11) Ekstrimitas : tampak odema dan tidak tampak varises.
62

b. Palpasi
1) Leher : tidak teraba pembengkakkan kelenjar limfe
dan tiroid.
2) Dada/Payudara : tidak teraba adanya benjolan abnormal dan
tidak ada nyeri saat di tekan.
3) Abdomen
Leopold I : TFU teraba 2 jari dibawah prx, pada fundus
teraba bulat, lunak, dan tidak melenting
(Bokong).
Leopold II : dibagian kiri teraba keras memanjang seperti
papan (Punggung kiri), dan bagian kanan
teraba bagian bagian kecil janin
(Ekstremitas).
Leopold III : dibagian bawah teraba bulat, keras, dan
melenting (presentasi kepala)
Leopold VI : teraba bagian terbawah janin sudah masuk
pintu atas panggul (Divergen).

TFU : 26 cm
TBJ : (26 -11) x 155 = 2,325 gr
c. Auskultasi
1) DJJ : (+) Positif
2) Kejelasan : Jelas
3) Keterturan : Teratur (13-12-13)
4) Frekuensi : 152x/menit
d. Perkusi
1) Refleks patella : (+/+), positif kanan, positif kiri
2) Cek ginjal : (-/-), negatif kanan, negatif kiri
e. Pemeriksaan penunjang
63

1) Laboratorium
a) HB : 11,3 gr/dL pada hamil 30 minggu
b) Albumin : Negatif
c) Reduksi : Negatif
2) USG : (pada tanggal 10 Oktober 2018)
Tampak janin tunggal, intrauterine, hidup, presentasi terbawah
janin kepala, DJJ (+), ketuban cukup, gerak (+), plasenta
difundus, perkiraan usia 28-29 minggu.

3.1.3 Analisa
G1P0A0 Hamil 34 minggu 5 hari, JTHIU fisiologis

3.1.4 Penatalaksanaan
3.1.4.1 Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan dan menjelaskan bahwa
keadaan Ibu dan bayi dalam keadaan baik
TD : 100/80 mmHg N : 78x/m
R : 20x/m S : 36,5℃
TP : 28 – 11 – 2018 UK : 34 minggu 5hari
DJJ : 152x/m
3.1.4.2 Memberitahu ibu mengenai kaki bengkak yang dirasakan ibu karena
ibu kurang mobilisasi dan terlalu banyak duduk, dan memberitahu ibu
cara mengatasi dengan cara :
Saat tidur tinggikan kaki dari kepala dengan menaruh bantal dibawah
kaki agar meningkatkan sirkulasi aliran darah.

3.1.4.3 Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi lengkap yang


mengandung karbohidrat seperti nasi, ubi, jagung, yang mengandung
protein seperti ikan,telur, daging, dan yang mengandung vitamin seperti
buah-buahan dan sayuran hijau seperti sawi, bayam dan ibu dianjurkan
minum susu ibu hamil minimal 1 gelas perhari.
64

3.1.4.4 Menganjurkan ibu untuk istirahat yang teratur, kurangi aktivitas yang
berlebihan, minimal pada siang hari 2 jam dan malam hari 8 jam.
3.1.4.5 Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya kehamilan
a. Keluarnya lendir yang berlebihan pada vagina
b. Keluarnya lender yang berlebih pada vagina
c. Perdarahan pervaginam
d. Hilangnya gerakan janin
e. Sakit kepala hebat
f. Nyeri kepala hebat
g. Nyeri perut atau abdomen hebat
h. Bengkak pada muka dan ekstrimitas
3.1.4.6 Memberitahu ibu tentang P4K
a. Biaya persalinan
b. Tempat persalinan
c. Penolong persalinan
d. Pendamping persalinan
e. Pendonor
f. Transportasi
3.1.4.7 Menganjurkan ibu untuk minum obat teratur agar memabntu dan
menjaga tumbuh kembang janin dan obat-obatan yang diberikan pada
ibu.
3.1.4.8 Memberitahu ibu untuk kembali memeriksakan kehamilannya 2
minggu yang akan datang atau apabila ada keluhan segera periksakan
ke puskesmas terdekat atau tenaga kesehatan terdekat
3.1.4.9 Dokumentasi

3.1.5 CATATAN PERKEMBANGAN


Kunjungan ke : Kedua
Hari / Tanggal : Sabtu / 27 Oktober 2018
Jam : 20.00 WITA
3.1.5.1 Subjektif :
65

a. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil 9 bulan, mengeluhkan perut kencang-kencang
sejak 2 hari yang lalu, mual-mual jika mengkonsumsi air putih dan
kaki kram sejak 5 hari yang lalu.
3.1.5.2 Objektif :
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Compos Menthis
3) Berat badan sekarang : 46 Kg
4) Lila : 25 cm
5) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : 90/60 mmHg
b) Nadi : 76 x/m
c) Suhu : 36,6oC
d) Respirasi : 19 x/m
b. Pemeriksaan khusus
1) Inspeksi
a) Muka : tampak bersih, tidak tampak closma
gravidarum dan tidak tampak odema
b) Mata : tampak simetris tidak nampak anemis,
dan sclera tampak ikterik
c) Leher : tidak tampak pembengkakkan kelenjar
limfe dan tiroid serta tidak ada
bendungan vena jugularis
d) Dada/payudara : tampak simetris, puting susu terlihat
menonjol, dan tidak tampak benjolan
abnormal
e) Abdomen : tidak tampak linea nigra, tidak tampak
luka bekas operasi.
f) Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
g) Ekstrimitas : tampak odema dan tidak tampak
66

varises

2) Palpasi
a) Leher : tidak teraba pembengkakkan kelenjar
limfe dan tiroid
b) Dada/Payudara : tidak teraba adanya benjolan abnormal
dan tidak ada nyeri saat di tekan
c) Abdomen
Leopold I : TFU teraba 3 jari dibawah prx ,pada
fundus teraba bulat, lunak, dan tidak
melenting (Bokong).
Leopold II : dibagian kiri teraba keras memanjang
seperti papan (Punggung kiri), dan
bagian kanan teraba bagian bagian kecil
janin (Ekstremitas)
Leopold III : dibagian bawah teraba bulat, keras, dan
melenting (presentasi kepala)
Leopold VI : teraba bagian terbawah janin sudah
masuk pintu atas panggul (Divergen)

TFU :27 cm
TBJ :(27 – 11) x 155 = 2,480gr
Ekstremitas :tidak teraba odema
3) Auskultasi
DJJ : (+)
Kejelasan : jelas
Keteraturan : teratur
Frekuensi : 150x/m
4) Perkusi
a) Refleks patella : kiri/kanan, (+) (+)
b) Cek ginjal : kiri/kanan, (-) (-)
67

5) Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium
HB : tidak dilakukan pemeriksaan
Albumin : tidak dilakukan pemeriksaan
Reduksi : tidak dilakukan pemeriksaan
b) USG : tidak dilakukan pemeriksaan

A : G1P0A0 Hamil 35 minggu 6 hari JTHIU, fisiologis

P :
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
TD : 90/60 mmHg N : 76 x/m
S : 36,6oC R : 19 x/m
UK : 35 minggu 6 hari TFU : 27 cm
TBJ : 2,480gr DJJ : 150x/m
2. Memberitahu ibu mengenai perut kencang-kencang yang dirasakan ibu
karena ibu kurang istirahat dan terlalu banyak beraktivitas, dan
memberitahu ibu cara mengatasi dengan cara :
Latihan napas dalam dan teknik relaksasi agar bisa rileks.
3. Minum 7- 8 gelas sehari supaya tidak mengalami dehidrasi.
4. Memberitahu ibu mengenai mual-mual yang dirasakan ibu saat minum
air putih, bisa diganti dengan mengkonsumsi air putih hangat dan bisa
minum jus buah-buahan.
5. Memberitahu ibu mengenai kaki kram yang dirasakan ibu karena ibu
kurang mobilisasi dan terlalu banyak duduk, dan memberitahu ibu cara
mengatasi dengan cara :
a) Saat tidur tinggikan kaki dari kepala dengan menaruh bantal
dibawah kaki agar meningkatkan sirkulasi aliran darah.
b) Mengangkat kedua tangan keatas untuk meregangkan otot-otot.
c) Menegangkan lagi kaki yang kram agar otot-otot untuk
meningkatkan fleksibilitas otot-otot ditangan.
6. Menganjurkan ibu untuk meneruskan obat yang masih ada.
68

7. Memberitahu ibu untuk kembali memeriksakan kehamilannya 1 minggu


yang akan datang atau apabila ada keluhan segera periksakan ke
puskesmas terdekat atau tenaga kesehatan terdekat
8. Dokumentasi

3.1.6 CATATAN PERKEMBANGAN


Kunjungan ke : Ketiga
Hari / Tanggal : Minggu / 4 November 2018
Jam : 18.00 Wita
3.1.6.1 Subjektif :
a. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil 9 bulan, ingin memeriksa kehamilannya.
3.1.6.2 Objektif :
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Compos Menthis
3) Berat badan sekarang : 47 Kg
4) Lila : 25 cm
5) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 80 x/m
Suhu : 36,7oC
Respirasi : 20 x/m
b. Pemeriksaan khusus
1) Inspeksi
a) Muka : tampak bersih, tidak tampak
closma gravidarum dan tidak
tampak odema
b) Mata : tampak simetris tidak nampak
anemis, dan sclera tampak ikterik
69

c) Leher : tidak tampak pembengkakkan


kelenjar limfe dan tiroid serta
tidak ada bendungan vena
jugularis
d) Dada/payudara : tampak simetris, puting susu
terlihat menonjol, dan tidak
tampak benjolan abnormal
e) Abdomen : tidak tampak linea nigra, tidak
tampak luka bekas operasi.
f) Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
g) Ekstrimitas : tampak odema dan tidak tampak
varises
2) Palpasi
a) Leher : tidak teraba pembengkakkan kelenjar
limfe dan tiroid
b) Dada/Payudara : tidak teraba adanya benjolan abnormal
dan tidak ada nyeri saat di tekan
c) Abdomen
Leopold I : TFU teraba 3 jari dibawah prx, pada
fundus teraba bulat, lunak, dan tidak
melenting (Bokong).
Leopold II : dibagian kiri teraba keras memanjang
seperti papan (Punggung kiri), dan
bagian kanan teraba bagian bagian kecil
janin (Ekstremitas)
Leopold III : dibagian bawah teraba bulat, keras, dan
melenting (presentasi kepala)
Leopold VI : teraba bagian terbawah janin sudah
masuk pintu atas panggul (Divergen)

TFU :27 cm
70

TBJ :(27 – 11) x 155 = 2,480gr


Ekstremitas :tidak teraba odema
3) Auskultasi
DJJ : (+)
Kejelasan : jelas
Keteraturan : teratur
Frekuensi : 152x/m
4) Perkusi
Refleks patella : kiri/kanan, (+) (+)
Cek ginjal : kiri/kanan, (-) (-)
5) Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium
HB : tidak dilakukan pemeriksaan
Albumin : tidak dilakukan pemeriksaan
Reduksi : tidak dilakukan pemeriksaan
b) USG : tidak dilakukan pemeriksaan

A : G1P0A0 Hamil 36 minggu 3 hari, JTHIU Fisiologis

P :
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
Tekanan darah : 100/60 mmHg Nadi : 80 x/m
Suhu : 36,7oC Respirasi : 20 x/m
UK : 36 minggu 3 hari TFU : 27 cm
TBJ : 2,480gr DJJ : 152x/m
2. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola tidur nya pada siang hari
minimal 2 jam dan malam hati minimal 8 jam.
3. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makan makanan yang bergizi
dan buah-buahan dan sayur-sayuran. Tapi harus tetap mengontrol pola
makannya.
4. Memberitahu ibu tanda awal persalinan :
71

a) Perut mules-mules yang teratur, timbulnya semakin sering dan


semakin lama.
b) Keluar lender bercampur darah dari jalan lahir atau keluar cairan
ketuban dari jalan lahir.
5. Menganjurkan ibu untuk meneruskan obat yang masih ada.
6. Memberitahu ibu untuk kembali memeriksakan kehamilannya 1 minggu
yang akan datang atau apabila ada keluhan segera periksakan ke
puskesmas terdekat atau tenaga kesehatan terdekat
7. Dokumentasi

3.1.7 CATATAN PERKEMBANGAN


Kunjungan ke : Keempat
Hari / Tanggal : Sabtu / 10 November 2018
Jam : 18.40 Wita
3.1.7.1 Subjektif :
a. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil 9 bulan, ingin memeriksa kehamilannya.
3.1.7.2 Objektif :
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Compos Menthis
3) Berat badan sekarang : 47 Kg
4) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi : 79 x/m
Suhu : 36,6oC
Respirasi : 23 x/m
b. Pemeriksaan khusus
1) Inspeksi
72

a) Muka : tampak bersih, tidak tampak closma


gravidarum dan tidak tampak odema
b) Mata : tampak simetris tidak nampak anemis,
dan sclera tampak ikterik
c) Leher : tidak tampak pembengkakkan kelenjar
limfe dan tiroid serta tidak ada
bendungan vena jugularis
d) Dada : puting susu terlihat menonjol, dan tidak
tampak benjolan abnormal

e) Abdomen : tampak ada striae gravidarum, tampak


pembesaran bentuk abdomen sesuai usia
kehamilan, tidak tampak ada linea nigra.
f) Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
g) Ekstrimitas : tampak odema dan tidak tampak varises

2) Palpasi
a) Leher : tidak teraba pembengkakkan
kelenjar limfe dan tiroid
b) Dada/Payudara : tidak teraba adanya benjolan
abnormal dan tidak ada nyeri saat di
tekan
c) Abdomen
Leopold I : TFU teraba 3 jari dibawah prx, pada
fundus teraba bulat, lunak, dan tidak
melenting (Bokong).
Leopold II : dibagian kiri teraba keras
memanjang seperti papan (Punggung
kiri), dan bagian kanan teraba bagian
bagian kecil janin (Ekstremitas)
Leopold III : dibagian bawah teraba bulat, keras,
73

dan melenting (presentasi kepala)


Leopold VI : teraba bagian terbawah janin sudah
masuk pintu atas panggul (Divergen)
TFU :28 cm
TBJ :(28 – 11) x 155 = 2,635gr
Ekstremitas : tidak teraba odema
3) Auskultasi
DJJ : (+)
Kejelasan : jelas
Keteraturan : teratur
Frekuensi : 155x/m
4) Perkusi
Refleks patella : tidak dilakukan pemeriksaan
Cek ginjal : tidak dilakukan pemeriksaan
5) Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium
HB : tidak dilakukan pemeriksaan
Albumin : tidak dilakukan pemeriksaan
Reduksi : tidak dilakukan pemeriksaan
b) USG: tidak dilakukan pemeriksaan
A : G1P0A0 Hamil 37 minggu 3 hari, JTHIU Fisiologis
P :
Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
Tekanan darah: 100/80 mmHg Nadi : 79 x/m
Suhu : 36,6oC Respirasi : 23 x/m
UK : 37 minggu 3 hari TFU : 28 cm
TBJ : 2,635gr DJJ : 155x/m
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang teratur, kurangi aktivitas yang
berlebihan, minimal pada siang hari 2 jam dan malam hari 8 jam.
74

3. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi lengkap yang


mengandung karbohidrat seperti nasi, ubi, jagung, yang mengandung
protein seperti ikan, telur, daging, dan yang mengandung vitamin seperti
buah-buahan dan sayuran hijau seperti sawi, bayam dan ibu dianjurkan
minum susu ibu hamil minimal 1 gelas perhari.
4. Menganjurkan ibu untuk meneruskan obat yang masih ada.
5. Memberitahu ibu untuk kembali memeriksakan kehamilannya 1 minggu
yang akan datang atau apabila ada keluhan segera periksakan ke
puskesmas terdekat atau tenaga kesehatan terdekat
6. Dokumentasi

3.1.8 CATATAN PERKEMBANGAN


Kunjungan ke : Kelima
Hari / Tanggal : Sabtu / 17 November 2018
Jam : 17.50 Wita
3.1.8.1 Subjektif :
a. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil 9 bulan, mengeluhkan sakit pinggang dan
keputihan berwarna putih dan kental tidak berbau busuk sejak
kemarin.
3.1.8.2 Objektif :
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : compos menthis
3) Berat badan sekarang : tidak dilakukan pemeriksaan
4) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi : 80 x/m
Suhu : 36,6oC
Respirasi : 20 x/m
75

b. Pemeriksaan khusus
1) Inspeksi
a) Muka : tampak bersih, tidak tampak closma
gravidarum dan tidak tampak odema
b) Mata : tampak simetris tidak nampak anemis,
dan sclera tampak ikterik
c) Leher : tidak tampak pembengkakkan kelenjar
limfe dan tiroid serta tidak ada
bendungan vena jugularis
d) Dada/payudara : puting susu terlihat menonjol, dan tidak
tampak benjolan abnormal
e) Abdomen : tampak ada striae gravidarum, tampak
pembesaran bentuk abdomen sesuai
usia kehamilan, tidak tampak ada linea
nigra.
f) Genetalia : tampak keputihan
g) Ekstrimitas : tampak odema dan tidak tampak varises
2) Palpasi
a) Leher : tidak teraba pembengkakkan kelenjar
limfe dan tiroid
b) Dada/Payudara : tidak teraba adanya benjolan abnormal
dan tidak ada nyeri saat di tekan
c) Abdomen
Leopold I : TFU teraba 3 jari dibawah prx, pada
fundus teraba bulat, lunak, dan tidak
melenting (Bokong).
Leopold II : dibagian kiri teraba keras memanjang
seperti papan (Punggung kiri), dan
bagian kanan teraba bagian bagian
kecil janin (Ekstremitas)
Leopold III : dibagian bawah teraba bulat, keras, dan
76

melenting (presentasi kepala)


Leopold VI : teraba bagian terbawah janin sudah
masuk pintu atas panggul (Divergen)
TFU :28 cm
TBJ :(28 – 11) x 155 = 2,635gr
Ekstremitas :tidak teraba odema
3) Auskultasi
DJJ : (+)
Kejelasan : jelas
Keteraturan : teratur
Frekuensi : 149x/m
4) Perkusi
Refleks patella : tidak dilakukan pemeriksaan
Cek ginjal : tidak dilakukan pemeriksaan
5) Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium
HB : tidak dilakukan pemeriksaan
Albumin : tidak dilakukan pemeriksaan
Reduksi : tidak dilakukan pemeriksaan
b) USG : tidak dilakukan pemeriksaan
A : G1P0A0 Hamil 38 minggu 3 hari, JTHIU Fisiologis
P :
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
Tekanan darah : 100/80 mmHg Nadi : 79 x/m
Suhu : 36,6oC Respirasi : 23 x/m
UK : 38 minggu 3 hari TFU : 28 cm
TBJ : 2,635gr DJJ : 155x/m
2. Membertitahukan pada ibu bahwa sakit pinggang yang dirasakan ibu
adalah dikarenakan semakin besarnya perut ibu maka semakin berat dan
otot-otot pada pinggang akan ikut tertarik. untuk mengurangi sakit
77

pinggang yang ibu rasakan adalah dengan melakukan pijat ringan dibagian
pinggang yang sakit, dan kurangi mengangkat alat yang berat.
3. Memberitahukan pada ibu bahwa keputihan yang dirasakan ibu normal
karena itu tanda bahwa akan mendekati tahap persalinan, menganjurkan
ibu untuk selalu menjaga kebersihan vulvanya.
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat disela-sela kerja.
5. Tetap atur pola makan dan makan makanan yang bergizi.
6. Menganjurkan ibu untuk meneruskan obat yang masih ada.
7. Memberitahu ibu untuk kembali memeriksakan kehamilannya 1 minggu
yang akan datang atau apabila ada keluhan segera periksakan ke
puskesmas terdekat atau tenaga kesehatan terdekat
8. Dokumentasi

3.2 Ibu bersalin

Hari/tanggal : minggu / 18 November 2018

Jam : 07.41 WITA

3.2.1 Data Subjektif


3.2.1.1 Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil 9 bulan mengeluhkan perut kencang-kencang
dan keluar lendir sejak jam 18.00 WITA.
3.2.1.2 Riwayat Biologis
a. Nutrisi
Makan
Frekuensi : 3-4 kali/hari
Porsi : 1 piring nasi, 1 potong lauk
Jenis : nasi, ikan, ayam, telur, sayur-
sayuran
Masalah/Pantangan : tidak ada
Minum
78

Frekunsi : 6-7 gelas/hari


Porsi : 1 gelas sedang
Jenis : teh, air putih, dan susu kedelai
Masalah/Pantangan : tidak ada
b. Eliminasi
1) BAB
Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : kuning kecoklatan
Warna : lembek
Masalah : tidak ada
2) BAK
Frekuensi : 6-9x/Hari
Bau : kuning jernih
Warna : amoniak
Masalah : tidak ada
c. Personal Hygene
Frekuensi mandi : 2 x sehari
Frekuensi Gosok Gigi : 2 x sehari
Frekuensi ganti pakaian : 3 x sehari
Kebersihan vulva : Ibu selalu membersihkan
daerah vulva setiap kali mandi
dan setelah BAB/BAK

d. Aktivitas
Ibu mengatakan masih bisa beraktivitas seperti biasa dan masih
dapat bekerja dikantor tapi ibu memperbanyak duduk dan
istirahat saat bekerja.
e. Tidur
Siang hari :-
Malam hari : 7-8 jam per hari
Masalah : Tidak ada
79

f. Data Psikososial dan Spiritual


1) Ibadah apa yang dinginkan ibu saat ini ?
Ibu mengatakan memperbanyak sholawat
2) Perasaan ibu terhadap proses persalinan yang akan
dilakukannya?
Ibu merasa gugup dan senang
3) Pengetahuan ibu tentang proses persalinan?
Ibu mengetahui cara mengejan yang benar setelah diajarkan
oleh bidan
4) Siapa pendamping saat persalinan?
Suami dan keluarga
5) Penentu keputusan keluarga?
Suami

3.2.2 Data Objektif


3.2.2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda – tanda Vital
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 78x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36.5℃

3.2.2.2 Pemeriksaan Fisik


a. Inspeksi
1) Muka : tampak bersih, tidak tampak odema
2) Mata : tampak simetris tidak nampak anemis, dan
sclera tampak ikterik
3) Leher : tidak tampak pembengkakkan kelenjar
limfe dan tiroid serta tidak ada bendungan
80

vena jugularis
4) Dada/payudara : puting susu terlihat menonjol, dan tidak
tampak benjolan abnormal

5) Abdomen : tampak ada striae gravidarum, tampak


pembesaran bentuk abdomen sesuai usia
kehamilan, tidak tampak ada linea nigra.
6) Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
7) Ekstrimitas : tampak odema dan tidak tampak varises
b. Palpasi
1) Leher : tidak teraba pembengkakkan kelenjar limfe
dan tiroid
2) Dada/Payudara : tidak teraba adanya benjolan abnormal dan
tidak ada nyeri saat di tekan
3) Abdomen
Leopold I : TFU teraba 3 jari dibawah prx, pada fundus
teraba bulat, lunak, dan tidak melenting
(Bokong).
Leopold II : dibagian kiri teraba keras memanjang seperti
papan (Punggung kiri), dan bagian kanan
teraba bagian bagian kecil janin
(Ekstremitas)
Leopold III : dibagian bawah teraba bulat, keras, dan
melenting (presentasi kepala)
Leopold VI : teraba bagian terbawah janin sudah masuk
pintu atas panggul (Divergen)
TFU : 28 cm
TBJ : (28 -11) x 155 = 2,635 gr
His : 3 x 10 menit dalam 45 detik
Ekstremitas : tidak teraba odema dan varises
c. Auskultasi
Kejelasan : jelas
81

Keteraturan : teratur (11-11-11)


Frekeunsi : 132x/menit
d. Pemeriksaan dalam (07.45)
1) Keadaan vagina : normal
2) Arah serviks : anterior
3) Pendataran serviks :+
4) Pembukaan serviks : 8 cm
5) Selaput ketuban :+
6) Presentasi : kepala
7) Penurunan kepala : hodge 2
8) Titik tunjuk : UUK anterior
9) Kesan panggul : luas
e. Pemeriksaan Penunjang :tidak dilakukan pemeriksan
3.2.3 Analisa
G1P0A0 Hamil 38 minggu 4 hari, inpartu kala 1 fase aktif fisiologis

3.2.4 Penatalaksanaan
3.2.4.1 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu :
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 78x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36.5℃
His : 3 x 10 menit dalam 45 detik
TBJ : 2635 gram
DJJ : 132x menit (11-11-11)
Pembukaan : 8 cm
Porsio tebal-lunak
Selaput ketuban (+)
Hodge 2
3.2.4.2 Menjelaskan pada ibu penyebab rasa mules yang dirasakan pada
perutnya karena adanya kontraksi, cara mengurangi dengan
82

mengatur posisi senyaman mungkin atau melakukan pijatanatau


usapan pada punggung.
3.2.4.3 Menganjurkan ibu teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam
melalui hidung dan keluarkan lewat mulut, untuk mengurangi rasa
sakit ibu dan relaksasi.
3.2.4.4 Menganjurkan ibu untuk mobilisasi miring kiri agar peredaran
oksigen kejanin tetap lancar dan duduk untuk mempercepat proses
penurunan kepala janin.
3.2.4.5 Mengajarkan ibu cara mengedan yang baik dan benar agar
mempermudah pada saat proses persalinan berlangsung.
3.2.4.6 Melakukan observasi kemajuan persalinan kepada pasien
a. DJJ setiap ½ jam
b. Frekuensi dan durasi kontraksi uterus setiap ½ jam
c. Nadi setiap ½ jam
d. Tekanan darah dan suhu setiap 4jam
e. Penurunan bagian terbawahb janin setiap 4 jam
f. Pembukaan serviks setiap 4 jam
3.2.4.7 Mempersiapkan alat untuk persalinan dan menggunakan APD
3.2.4.8 Dokumentasi pada partograf

3.2.5 Catatan perkembangan


Hari/tanggal : minggu/ 18 november 2018
Jam : 10.50 Wita

KALA II (Jam 10.50 Wita)


S : ibu mengatakan ada rasa sakit yang membuat ingin mengedan sendiri
O :
Tekanan darah : 100/80 mmHg Nadi : 80x/m
Suhu : 36,6oC Respirasi : 20x/m
His : 5x10 menit 50 detik Penurunan kepala : hodge 4
VT : 10cm Ketuban : negative
83

Djj : 140x/m
A : G1P0A0 Hamil 38 minggu inpartu kala II fisiologis

P :

1. Memberitahu ibu bahwa saat ini, akan melewati proses


persalinan dan ibu boleh meneran saat ada his, serta pembukaan
telah lengkap.
2. Persiapan pertolongan kelahiran bayi. Meletakkan kain yang
bersih dilipat sepertiga bagian dibawah bokong ibu.
3. Membuka partus set, memperhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
4. Menolong kelahiran bayi, saat kepala bayi membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm, dengan cara tangan kanan menahan
perineum dan tangan kiri menahan kepala bayi agar tidak
defleksi maksimal menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-
lahan atau bernafas saat kepala bayi lahir.
Bayi lahir jam 11.25 WITA.
5. Mengecek apakah ada lilitan tali pusat.
6. Tunggu putaran paksi luar.
7. Setelah paksi selesai, pegang kepala bayi dengan posisi tangan
biparietal, dengan lembut gerakan kepala luar arah bawah dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.
8. Mengeluarkan badan bayi dengan cara sangga susur
9. Membersihkan lender pada mulut dan hidung bayi
10. Mengeringkan tubuh bayi, mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Letakkan bayi diatas perut ibu

KALA III

S : ibu mengatakan masih ada rasa nyeri sedikit pada perut bagian
bawah
84

O : TFU : Sepusat Kontraksi : Baik

A : P1A0 dengan kala III fisiologis

P :

1. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan janin tunggal.


2. Menyuntikan oxytosin 10 UI (IM)
3. Menjepit tali pusat dengan klem 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kea rah ibu
dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
4. Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat.
5. Melakukan IMD.
6. Melakukan Manajemen aktif kala III yaitu saat tali pusat
memanjang dan keluar darah sekonyong-konyong,
mengeluarkan plasenta dengan teknik peregangan talipusat
terkendali dan putar dengan searah jarum jam.
Plasenta lahir jam 11.30 WITA.
7. mengecek adanya laserasi pada perineum ibu
8. melakukan masase serah jarum jam sebanyak 15x
9. memeriksa kedua sisi plasenta
10. mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineium dan mejahit laserasi.
11. mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus
dan menilai kontraksi. Evaluasi estimasi jumlah kehilangan
darah.
12. Memeriksa tekanan darah, nadi ibu dan keadaan kandung
kemih. Pantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernafas
dengan baik.
13. membersihkan ibu, alat dan tempat persalinan
14. menganjurkan ibu untuk makan dan minum serta istirahat

KALA IV ( 11.35 Wita)


85

S : ibu merasa kondisinya sudah mulai cukup membaik

O :

TFU : Sepusat

Kandung kemih : kosong

Perdarahan : normal

A : P1A0 dengan kala IV fisiologis

P : 1. Mengobservasi KU dan TTV ibu

Tabel 3.2 Observasi KU dan TTV

Pukul Td N S R Tfu Kandung Kontraksi Perdarahan


kemih uterus
11.35 100/70 80 36,6oC 20 Sepusat Kosong Baik Normal
11.50 100/70 80 36,6oC 22 Sepusat Kosong Baik Normal
12.05 100/70 79 36,6oC 22 Sepusat Kosong Baik Normal
12.20 100/70 79 36,6oC 20 2 jr dibwh pst Kosong Baik Normal
12.50 110/70 80 36,6oC 21 2 jr dibwh pst Kosong Baik Normal
13.20 110/70 80 36,6oC 21 3 jr dibwh pst Kosong Baik Normal
1. menganjurkan ibu untuk melaukan mobilisasi dini dengan
bertahap, mulai dari miring kiri/kanan, lalu perlahan duduk dan
berjalan.
2. menganjurkan ibu untuk memberikan ASI pada bayinya.
istirahat dan makan minum agar tenaga ibu pulih kembali
3. dalam 1 jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksis infeksi
dan vitamin K 1 mg perIM dipada bawah kiri bayi, dan lakukan
pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernapasan dan suhu bayi.
Setelah 1 jam pemberian vitamin K, diberikan imunisasi
hepatitis B dipaha kanan bawah lateral.
4. melengkapi partograf.
5.

3.2 Bayi baru lahir


Hari/Tanggal : minggu / 18 November 2018
Jam : 11.25 WITA
86

3.2.1 Data Subjektif


3.2.1.1 Identitas
By. Ny. H dilahirkan pada tanggal 18 November 2018 jam 11.25
WITA, jenis kelamin perempuan, dan ini merupakan anak pertama.
3.2.1.2 Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayinya lahir jam 11.25 WITA dan tidak ada keluhan.
3.2.1.3 Riwayat Intranatal
Keadaan bayi saat lahir segera menangis, berat badan 3.000 gram dan
panjang badan 46 cm.

3.2.2 Data Objektif


3.2.2.1 Pemeriksaan umum
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, nadi 126 x/menit,
respirasi 41 x/menit,suhu 36,70C dan apgar score 8,9,10.
3.2.2.2 Antopometri
Berat badan 3.000 gram, panjang badan 46 cm, lingkar kepala 32 cm,
lingkar dada 34 cm, dan lingkar lengan atas 10 cm.
3.2.2.3 Pemeriksaan khusus
Kepala simetris, tidak terdapat benjolan abnormal, tidak terdapat
caput succedeneum, dan cephal hematoma. Muka tidak ikterik. Mata
tidak anemis dan sklera tidak ikterik. Hidung tampak simetris dan
tidak tampak pernafasan cuping hidung. Telinga simetris, tidak ada
pengeluaran cairan. Pada mulut tampak bibir tidak pucat, tidak ada
kelainan konginetal. Pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
dan pembesaran kelenjar vena jugularis. Dada tampak simetris dan
dan tidak ada retraksi dinding dada. Abdomen tidak ada benjolan
sekitar tali pusat dan tidak ada perdarahan. Pada genetalia tampak
labia mayora menutupi labia minora. Anus positif dan pada
ekstremitas jari-jari lengkap.
3.2.2.4 Refleks Primitif
87

Refleks moro positif, bayi dikejutkan dengan suara atau gerakan maka
bayi seolah memeluk. Refleks rooting positif, bayi disentuh pada pipi
/ ujung mulutnya maka mulut akan membuka / menoleh. Refleks
sucking positif, suatu benda dimasukkan atau diletakkan ke mulut
bayi, maka bayi langsung mengisap. Refleks grashping positif, telapak
tangan bayi disentuh maka jari-jari bayi akan menggenggam. Refleks
babinsky positif, telapak kaki bayi disentuh, maka jari-jari akan
membuka.

3.2.3 Analisa
Bayi baru lahir 6 jam

3.2.4 Penatalaksaan
3.2.4.1 Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan bayinya
dalam keadaan sehat, jenis kelamin perempuan, berat badan 3.000
gram, panjang badan 46 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 34
cm, nadi 126 x/menit,respirasi 41 x/menit dan suhu 36,70C.
3.2.4.2 Melakukan pencegahan infeksi, yaitu dengan cara :
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
b. Melakukan perawatan tali pusat dengan membungkusnya dengan
kassa steril
c. Melakukanperawatan mata dengan selalu membersihkannya.
3.2.4.3 Memberitahu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi yaitu ketika
bayi merasa haus atau minimal setiap 2 jam sekali serta
menyendawakan bayi setiap habis menyusu.
3.2.4.4 Menjaga kehangatan bayi baru lahir dengan cara: mengeringkan tubuh
bayi, selimuti bayi dengan selimut atau kain hangat dan bersih,
selimuti bagian kepala bayi, anjurkan ibu untuk memeluk dan
menyusui bayi dan tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.
3.2.4.5 Menjaga kebersihan bayi dengan cara: ganti popok bayi segera jika
bayi BAB/BAK dan memandikan bayi 2 kali sehari.
88

3.2.4.6 Memberikan nutrisi berupa ASI


3.2.4.7 Memberitahu kepada ibu tentang tanda-tanda bayi sakit yaitu sesak
nafas, rewel, kesadaran menurun, lemas, tidur terus, demam tinggi,
tidak mau menyusu, tali pusat kemerahan dan berbau, banyak diam,
kejang, muntah, lemah. Jika terdapat tanda diatas maka segera bawa
bayi kepelayanan kesehatan terdekat.

3.2.5 Catatan perkembangan


Kunjungan ke : Kedua
Hari / Tanggal : Senin / 26 November 2018
Jam : 15.00 Wita
S : Ibu mengatakan bayi tidak ada keluhan, menyusu kuat, BAB dan BAK
normal
O :
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, nadi 126 x/menit,
respirasi 43 x/menit dan suhu 36,90C.
2. Pemeriksaan khusus
Muka tidak ikterik. Mata tidak anemis dan sklera tidak ikterik. Tidak
tampak pernafasan cuping hidung. Pada mulut tampak bibir tidak pucat,
tidak ada kelainan konginetal. Pada leher tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid dan pembesaran kelenjar vena jugularis. Dada tampak simetris
dan dan tidak ada retraksi dinding dada. Pada abdomen tidak tampak
benjolan abnormal, tali pusat belum kering, tidak ada nanah, tidak
berbau dan tidak terdapat tanda tanda infeksi.
A : Neonatus umur 8 hari
P :
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan bayinya
sehat, nadi 127 x/menit, respirasi 40 x/menit dan suhu 36,6 0C.
2. Menjelaskan pada ibu manfaat ASI yang kaya akan nutrsi yang
diperlukan bayi tanpa harus memberikan tambahan susu formula.
89

3. Mengingatkan ibu menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan


selimut sepanjang hari dan gunakan penutup kepala
4. Mengingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan bayi dengan cara
mengganti popok bayi segera jika bayi BAB/BAK dan memandikan
bayi 2 kali sehari.
5. Mengingatkan ibu agar membawa bayinya kepelayanan kesehatan
terdekat apabila ada keluhan/tanda bahaya pada bayi baru lahir.

3.2.6 Catatan perkembangan


Kunjungan ke : Ketiga
Hari / Tanggal : Senin / 03 Desember 2018
Jam : 18.00 Wita
S :Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan, menyusu kuat, BAB dan BAK
normal

O :

1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, nadi 125 x/menit,
respirasi 42 x/menit dan suhu 36,6 0C.
2. Pemeriksaan khusus
Muka tidak ikterik. Mata tidak anemis dan sklera tidak ikterik. Tidak
tampak pernafasan cuping hidung. Pada mulut tampak bibir tidak pucat,
tidak ada kelainan konginetal. Pada leher tidak ada pembesaran
kelenjartyroid dan pembesaran kelenjar vena jugularis. Dada tampak
simetris dan dan tidak ada retraksi dinding dada. Pada abdomen tidak
tampak benjolan abnormal.

A : Neonatus Umur 15 Hari


P :

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan bayinya


sehat, nadi 125x/menit, respirasi 42 x/menit dan suhu 36,6 0C.
90

2. Memastikan pada ibu apakah bayinya mendapatkan ASI cukup tanpa


diberikan pendamping ASI atau susu formula.
3. Mengingatkan ibu menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan
selimut sepanjang hari dan gunakan penutup kepala
4. Mengingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan bayi dengan cara
ganti popok bayi segera jika bayi BAB/BAK dan memandikan bayi 2
kali sehari.
5. Mengingatkan ibu untuk datang ke BPM atau Puskesmas terdekat saat
bayi berusia 1 bulan untuk mendapatkan imunisasi BCG dan Polio 1
6. Mengingatkan ibu agar membawa bayinya kepelayanan kesehatan
terdekat apabila ada keluhan/tanda bahaya pada bayi baru lahir.

3.3 Ibu nifas

Hari / Tanggal : minggu / 18 november 2018

Jam : 17.30 WITA

3.3.1 Data subjektif


3.3.1.1 Keluhan utama
Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan perineum.
3.3.1.2 Data Biologis
a. Nutrisi
Makan Minum
Frekuensi : 3x/hari Frekuensi : 6-7 gelas/hari
Porsi : 1 piring Porsi : 1 gelas
Jenis : nasi, sayur, ikan Jenis : air putih, teh
Pantangan : - Pantangan : -
b. Eliminasi
1) BAB
BAB pertama setelah persalinan : Belum ada BAB
Frekuensi :-
Warna :-
Konsistensi :-
91

Masalah :-
2) BAK
BAK pertama setelah persalinan : 3 jam post partum
Frekuensi : 1x
Warna : Kuning jernih
Bau : Amoniak
Masalah :-
c. Personal Hygiene
Frekuensi mandi : 2x/hari
Frekuensi gosok gigi : 1x sehari
Kebersihan Vulva : setiap setelah BAK, BAB dan saat
mandi
Frekuensi ganti pakaian : 2 x ganti pakaian
d. Aktivitas
Ibu mengatakan setelah melahirkan ibu mencoba perlahan
melakukan mobilisasi secara bertahap dan sudah dapat duduk
untuk menyusukan bayinya.
e. Tidur dan istirahat
Siang hari : ± 2 jam
Malam hari :± 7 jam
Masalah : Tidak ada
d. Data seksual
Tidak ditanyakan
e. Pemberian ASI
Kapan mulai memberikan ASI : Segera setelah lahir
Frekuensi menyusui : On demand
Masalah : ASI masih belum keluar
f. Data Psikososial dan Spiritual
1) Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayinya?
Keluarga senang dengan kelahiran bayinya
2) Tanggapan ibu terhadap perubahan fisiknya?
92

Ibu sudah mulai beradaptasi dengan kondidinya sekarang


3) Tanggapan ibu terhadap peristiwa persalinan yang telah
dialami?
Ibu khawatir karena ini adalah persalinan anak pertamanya
4) Pengetahuan ibu terhadap perawatan bayi ?
Ibu belum mengetahui perawatan bayi
5) Hubungan social ibu dengan mertua, orang tua dan keluarga?
Hubungan ibu dengan seluruh keluarga terjalin baik
6) Pengambil keputusan dalam keluarga?
Suami
7) Orang yang membantu ibu merawat bayi?
Suami dan keluarga
8) Adat atau kebiasaan kepercayaan ibu yang berkaitan dengan
kelahiran dan perawatan bayi?
Tidak ada
9) Kegiatan spiritual yang dilakukan ibu pada masa nifas?
Ibu lebih memperbanyak sholat dan istighfar

3.3.2. Data objektif


3.3.2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Menthis
c. Tanda- tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,6o C

3.3.2.2 Pemeriksaan khusus


a. Inspeksi
93

Muka : Tampak sedikit pucat.

Mata : Tidak tampak anemis, scerela tidak ikterik.

Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis.

Payudara : tampak pengeluaran kolostrum.

Abdomen : Tidak tampak luka bekas operasi SC

Genetalia : Tampak jahitan perineum, tampak keluar


lender bercampur darah.

Ekstremitas : Tidak tampak odema dan varises

b. Palpasi

Dada/ payudara : tidak teraba benjolan ataupun massa, tidak


ada nyeri tekan, saat ditekan payudara
kanan keluar sedikit ASI dan saat ditekan
payudara kiri sedikit keluar ASI
Abdomen

TFU : 3 jr dibawah pusat

Kontraksi Uterus : Baik

Kandung Kemih : Kosong

Ekstremitas : Tidak teraba odema

3.3.3. Analisa
P3A0 postpartum 6 jam, fisiologis

3.3.4 Pentalaksanaan
3.3.4.1 memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Tekanan darah : 100/80 mmHg Nadi : 80x/m
Suhu : 36,6oC Respirasi: 20x/m
Kontraksi Uterus : Baik
TFU : 3 jr dibawah pst
3.3.4.2 menjelaskan kepada ibu cara mengecek kontraksi yang baik agar
tidak terjadi pendarahan setelah melahirkan yaitu dengan meraba
94

rahim ibu dan melakukan putaran searah jarum jam sebanyak 15x
apabila rahim ibu terasa keras seperti bola kasti tidak akan terjadi
pendarahan.
3.3.4.3 Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya minimal 2 jam sekali
tujuannya untuk mencegah pembengkakan pada payudara ibu,
pembengkakan terjadi karena ada bendungan ASI maka dari itu
dianjurkan kepada ibu untuk memberi ASI sesering mungkin pada
bayinya agar bayi ibu mendapat nutrisi yang cukup dan mencegah
agar tidak terjadinya pendarahan.
3.3.4.4 Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini secara bertahap dengan
tujuan mempercepat pemulihan rahim ibu.
3.3.4.5 Menganjurkan ibu untuk makan makanan bergizi tanpa pantangan
apapun seperti daging, ikan, ayam, tahu, tempe, dan sayuran hijau,
serta buah- buahan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu
3.3.4.6 Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK dan
menjaga daerah genetalia yang terdapat jahitan agar tetap kering
bersih dan mengganti pembalut sebaiknya setiap 4 jam sekali.
3.3.4.7 Memberitahu ibu cara melakukan pijat oksitosin dan mempraktekan
kepada ibu dan keluarga agar dilakukan dirumah agar memperlancar
ASI.
3.3.4.8 Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas
a. Demam tinggi diatas >38.0oC
b. Sakit saat BAB dan BAK
c. Nyeri ulu hati dan sakit kepala yang hebat
d. Ibu kehilangan nafsu makan dan sedih berkepanjangan
e. Payudara bengkak dan sakit
f. Darah nifas berbau busuk
3.3.4.9 menganjurkan ibu agar ASI esklusif yaitu memberikan ASI tanpa
tambahan apapun selama 6 bulan penuh
3.3.4.10 Memberikan ibu terapi vitamin A sebanyak 2 kapsul 1x sehari,
ampisilin 3x sehari, Asam mafenamat 3x sehari
95

3.3.5 Catatan perkembangan


Kunjungan ke : Kedua
Hari / Tanggal : Senin / 26 November 2018
Jam : 18.00 Wita

S : ibu mengatakan tidak ada keluhan dan sudah bisa berkativitas seperti
biasanya

O:

Tekanan darah : 110/70mmHg Nadi : 79x/menit

Respirasi : 22x/m Suhu : 36,7oC

Pendarahan : normal

Inspeksi

Muka : tidak tampak pucat dan tidak tampak odema

Mata : tidak tampak anemis

Dada/payudara : tampak ASI sudah keluar

Kandung kemih : kosong

TFU : 2jr diatas sympisis

Ekstremitas : tidak teraba odema dan varises

A : P2A1 Postpartum 8 hari, Fisiologis

P :

1. Memastikan involusi uteri berjalan dengan normal


2. memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada penyulit
3. Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau perdarahan
abnormal pada ibu
4. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk makan makanan
bergizi tanpa pantangan apapun seperti daging, ikan, ayam, tahu,
96

tempe, dan sayuran hijau, serta buah- buahan untuk memenuhi


kebutuhan nutrisi ibu
5. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk istirahat yang cukup
pada siang hari 1-2 jam dan pada malam hari 6-8 jam atau ibu
beristirahat setiap kali bayi idur.
6. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dengan
mengganti pembalut apabila penuh, menjaga kebersihan
perineum, menjaga kebersihan tempat tidur serta lingkungannya.
7. Menganjurkan ibu untuk segera menghubungi tenaga kesehatan
apabila ada keluhan dari ibu maupun bayi
8. Menyepakati kunjungan ulang 1 minggu lagi

3.3.6 Catatan perkembangan


Kunjungan ke : Ketiga
Hari / Tanggal : Senin / 03 Desember 2018
Jam : 15.00 Wita

S : ibu mengatakan tidak ada keluhan dan sudah bisa berkativitas


seperti biasanya

O :

Tekanan darah : 110/80mmhG Nadi : 79x/menit

Respirasi : 22x/m Suhu : 36,7oC

Pendarahan : normal

Inspeksi

Muka : tidak tampak pucat dan tidak tampak odema

Mata : tidak tampak anemis

Dada/payudara : tampak ASI sudah keluar

Kandung kemih : kosong

TFU : tidak teraba diatas sympisis


97

Ekstremitas tidak teraba odema dan varises

A : P2A1 Postpartum 15 hari, fisiologis

P :

1. Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau perdarahan


abnormal pada ibu
2. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk makan makanan bergizi
tanpa pantangan apapun seperti daging, ikan, ayam, tahu, tempe, dan
sayuran hijau, serta buah- buahan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi ibu
3. Memastikan kembali ibu menyusui dengan baik dan benar
4. Menanyakan kepada ibu apakah sudah ada rencana ingin
menggunakan alat kontrasepsi apa setelah masa nifas.
5. Menganjurkan ibu untuk segera menghubungi tenanga kesehatan
apabila ada keluhan dari ibu maupun bayi

3.3.7 Catatan perkembangan


Kunjungan ke : Keempat
Hari / Tanggal : Senin / 31 Desember 2018
Jam : 09.00 Wita

S : ibu mengatakan tidak ada keluhan dan sudah bisa berkativitas

O :

Tekanan darah : 100/80mmHg Nadi : 80x/menit

Respirasi : 22x/m Suhu : 36,7oC

Pendarahan : normal

Muka : tidak tampak pucat dan tidak tampak odema

Mata : tidak tampak anemis

Dada/payudara : tampak ASI sudah keluar

Kandung kemih : kosong


98

TFU : tidak teraba

Ekstremitas :tidak teraba odema dan varises

A : P2A1 Postpartum 45 hari, Fisiologis

P :

1. Menanya kepada ibu tentang penyulit yang ibu alami


2. Menanyakan kepada ibu apakah ibu selalu mengkonsumsi makanan
bergizi seperti ikan, sayur-sayuran dan buah-buahan
3. Memberikan konseling keluarga bercana (KB), meliputi jenis,
kekurangan dan kerugian, indikasi dan kontraindikasi, cara kerja dan
efek samping :
a. Metode sederhana yaitu senggama terputus, metode
kalender, metode suhu basal, metode lendir seviks, MAL,
kondom dan diagfragma wanita.
b. Kontrasepsi hormonal dan nonhormonal yaitu pil KB,
suntuk, AKBK dan AKDR.
c. Kontrasepsi mantap yaitu vasektomi dan tubektomi
d. Menganjurkan ibu untuk segera menghubungi tenaga
kesehatan apabila ada keluhan dari ibu maupun bayi
99
100
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Asuhan Kehamilan

Kamariyah (2014) dalam bukunya yang berjudul Buku Ajar Kehamilan


mengatakan bahwa standar pelayanan antenatal pengukuran tanda-tanda vital
dilakukan pada saat pertama kali mencatat riawayat klien, sebagai data dasar
pada saat setiap pemeriksaan. Saat melakukan asuhan antenatal care pada
Ny.H penulis tidak secara sistematis memberikan asuhan, karena pengukuran
tanda-tanda vital dilakukan setelah pemeriksaan head to toe. Alasan penulis
tidak melakukan asuhan secara sistematis disebabkan penulis lupa.

Padahal penting dilakukan asuhan antenatal care secara sistematis yaitu


pengukuran tanda vital pada awal pemeriksaan agar mengetahui bagaimana
tanda-tanda vital ibu apakah mengalami peningkatan atau penurunan yang
akan menganggu kehamilannya seperti hipertensi gestasional atau hipotensi.
Dimana pengertian pengukuran tanda-tanda vital menurut Kusmiyati (2010),
adalah cara untuk mendeteksi perubahan sistem yang ada didalam tubuh.
Semua tanda vital saling berhubungan dan mempengaruhi. Perubahan tanda
vital dapat terjadi bila tubuh dalam kondisi aktivitas berat atau dalam keadaan
sakit dan perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem
pada tubuh.

Menurut Soepardan (2008), dalam 6 standar pelayanan kehamilan yaitu pada


standar 7 pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan dimana bidan harus
menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan
yang tepat atau merujuknya.

99
100

Petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat
menyusun sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar penyebab yang
mungkin menyebabkan gejala yang terjadi karena adanya ganguan sistem
pada tubuh. Pemeriksaan yang lengkap akan terdiri dari penilaian kondisi
pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik seperti tanda vital yang
selalu dilakukan pertama kali kunjungan (Sartika, 2010)

Menurut Aziz (2009), dalam melakukan suatu asuhan, pemeriksaan tanda –


tanda vital sangat dibutuhkan, karena dengan pemeriksaan tersebut kita dapat
membuat beberapa diagnosa tentang apa yang dialami pasien. Ada beberapa
pemeriksaan fisik diantaranya adalah pemeriksaan pernafasan, nadi, tekanan
darah dan suhu. Pemeriksaan tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat
dan efisien dalam memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan
mengevaluasi respons terhadap intervensi yang diberikan.

Mengingat sangat pentingnya pengukuran tanda vital dilakukan pada saat


awal pemeriksaan, sehingga diharapkan untuk kedepannya penulis dapat
melakukan pemeriksaan antenatal care secara sistematis agar membantu
dalam memantau kondisi, mengidentifikasi masalah, penegakan diagnosis,
mengevaluasi respons terhadap intervensi yang diberikan pada pasien serta
dapat memenuhi hak pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan optimal
dan sebaik-baiknya sesuai dengan standar asuhan kebidanan yang telah
ditetapkan.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Qiyamah ayat 13, yang artinya :

“Pada hari itu diberitahukan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya
dan apa yang dilalaikannya. (QS. Al-Qiyamah: 13)
Surah tersebut mengandung makna bahwa akan diberitahukan semua amal
perbuatan yang telah dikerjakan, baik di masa lalu maupun di masa yang
sekarang, yang pertama maupun yang terakhir, yang besarnya dan juga yang
101

kecilnya bahkan sesuatu yang menyangkut hak orang lain yang kita lalaikan
walaupun hanya kecil, semua tetap ada pertanggung jawaban dihadapan Allah
SWT, dan pasti akan mendapatkan balasan sesuai amal perbuatannya.

Saat melakukan asuhan antenatal care pada Ny.H penulis tidak memeriksa
genetalia pasien. Alasan penulis tidak melakukan pemeriksaan pada genetalia
disebabkan karena pasien tidak berkenan untuk diperiksa bagian intimnya
dan kurangnya informasi yang diberikan oleh penulis tentang manfaat dari
pemeriksaan tersebut. Padahal pemeriksaan fisik head to toe terutama pada
bagian genetalia penting dilakukan untuk mengetahui apakah ada gangguan
pada genetalia pasien seperti keputihan, gonore, sifilis, herpes genetalia, atau
HPV. Menurut Dewi (2010), pemeriksaan fisik sangat penting dilakukan
secara menyeluruh berguna untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan
janin serta perubahan yang terjadi dalam masa kehamilan.

Pemeriksaan pada tubuh pasien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu
yang dianggap perlu, untuk mengetahui kelainan fisik yang berhubungan
dengan penyakit yang mungkin dialami oleh pasien, agar dapat menegakan
diagnosa dan memilih intervensi kebidanan yang akan diberikan kepada
pasien secara tepat dan cepat (Sartika 2010).

Soepardan (2008) dalam bukunya yang berjudul pada 6 standar pelayanan


kehamilan yaitu pada standar 4 pemeriksaan dan pemantauan antenatal,
dimana bidan harus mengenal adanya kelainan yang mungkin terjadi pada
kehamilan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, penyakit menular
seksual (PMS) atau infeksi HIV.

Menurut penelitian Bening (2013), tentang hubungan perilaku hygiene organ


genetalia eksterna dengan jenis keputihan pada ibu hamil dimana keputihan
yang terjadi pada ibu hamil dapat menjadi patologis salah satunya bila terjadi
infeksi mikroorganisme patogen. Keputihan patologis tersebut dapat
102

menimbulkan komplikasi dalam kehamilan seperti korioamnionitis, gangguan


pertumbuhan janin, ketuban pecah dini, kelahiran prematur, berat bayi lahir
rendah (BBLR), abortus spontan dan endometritis post partum.

Mengingat sangat pentingnya dilakukan pemeriksaan fisik pada bagian


genetalia diharapkan untuk kedepannya penulis harus melakukan pemeriksaan
pada bagian genetalia agar dapat membantu penulis dalam penegakan
diagnosa dan perawatan kebidanan. Selain itu, penulis juga harus memberikan
informasi mengenai pentingnya dan manfaat dari pemeriksaan genetalia
kepada pasien didukung teori menurut Departemen Kesehatan RI (2010),
sebelum memulai pemeriksaan fisik, bidan harus mejeleskan pada ibu dan
keluarga apa yang akan dilakukan. Berikan pasien waktu untuk mengajukan
pertanyaan sehingga mareka dapat memahami pentingnya dan menyetujui
pemeriksaan fisik yang akan dilakukan pada ibu.

4.2 Asuhan Persalinan

Menurut Prawirohardjo (2012), pada asuhan persalinan normal 60 langkah,


dilangkah ke 3 yaitu bidan harus memakai alat perlindungan diri seperti
memakai celemek, topi, masker, kacamata, sepatu tertutup. Namun, saat
melakukan asuhan persalinan, penulis tidak menggunakan alat perlindungan
diri lengkap berupa kacamata. Alasan penulis tidak menggunakan alat
perlindungan diri dengan lengkap karena ditempat praktik mandiri bidan tidak
menyediakan benda tersebut. Padahal penting menggunakan kacamata
pelindung agar penulis terhindar dari resiko pajanan darah, cairan tubuh,
secret dari pasien.

Dalam standar operasional prosedur alat perlindungan diri kacamata


pelindung adalah alat yang digunakan untuk melindungi mata dari bahaya
103

loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil, dan menghindari dari


percikan cairan-cairan tubuh pasien (Sunyoto, 2012)

Menurut Suma’mur (2009), melihat tingginya risiko terhadap gangguan


kesehatan khususnya pada bidan, maka perlu dilakukan upaya-upaya
pencegahan terhadap kejadian penyakit atau trauma akibat lingkungan kerja
dan faktor manusianya, salah satunya dengan cara menggunakan Alat
Pelindung Diri dengan lengkap.

Kejadian infeksi nasokomial yang tinggi merupakan indikator pentingnya


suatu usaha pengendalian infeksi dengan menerapkan standar kewaspadaan
infeksi (standar precaution) meliputi beberapa macam prosedur salah satunya
dengan mnerapkan prosedur pengunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat
melakukan tindakan. APD meliputi pengunaan sarung tangan, kacamata
pelindung, masker, apron, sepatu, dan penutup kepala (WHO, 2011)

Mengingat sangat pentingnya menggunakan alat pelindung diri dengan


lengkap terutama kacamata diharapkan kedepannya penulis dapat melengkapi
alat perlindungan diri untuk melakukan asuhan kebidanan agar tetap
mengikuti standar operasional dan mengurangi kejadian infeksi nasokomial.

Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :

“tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan


orang lain” (HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340)
Hadist tersebut mengandung makna bahwa dalam ajaran islam sangat
memperhatikan keselamatan baik bagi diri sendiri maupun orang lain agar
tidak terjadi kerugian. Keselamatan dalam bekerja harus selalu dijaga agar
melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam bekerja dengan itqan (tepat,
terarah, jelas dan tuntas).
104

Prawirohardjo (2012), dalam buku ilmu kebidanan menjelaskan pada asuhan


persalinan normal 60 langkah, dilangkah ke 15 jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5-6cm, meletakan handuk bersih diatas
perut ibu untuk mengeringkan bayi. Kemudian dilangkah ke 26 setalah bayi
lahir bayi akan dilakukan penilaian kemudian mengeringkan tubuh bayi,
mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainya kecuali bagian tangan tanpa
memberishkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering,
dan meletakkan bayi diatas perut ibu. Saat melakukan asuhan persalinan kala
2, penulis tidak meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan
bayi, Alasan penulis tidak meletakan handuk diatas perut ibu disebabkan
penulis lupa.

Padahal penting meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk memudahkan
penulis mengeringkan tubuh bayi, kemudian setelah mengeringkan
menggunakan handuk bersih bayi diletakkan lagi diatas perut ibu dengan
handuk atau kain kering agar terjadi kontak dini untuk meningkatkan bonding
and attachment antara ibu dan bayi. Menurut Sulistyawati (2010), bonding
and attachment adalah sentuhan awal atau kontak dini antara ibu dan bayi
pada menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran serta usaha
untuk mencegah terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir. Pada proses ini,
terjadi penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari
orangtua terhadap anaknya serta menentukan tumbuh kembang anak menjadi
optimal.

Diharapkan kepada penulis untuk selalu membiasakan diri mengingat standar


asuhan persalinan normal 60 langkah agar tetap menjaga kesejahteraan ibu
dan bayi pada saat persalinan.
105

4.3 Asuhan Bayi Baru Lahir

Standar kunjungan neonatus pada kunjungan ketiga (KN 3) bidan harus


menanyakan keseluruhan keadaan kesehatan bayi, memberitahu ibu tentang
ASI eksklusif dan memberitahu ibu cara menyusui yang benar (Meilani,
2009). Saat melakukan kunjungan neonatus ketiga (KN 3) penulis tidak
memberitahu ibu tentang penting nya ASI eksklusif. Alasan penulis tidak
memberitahu tentang pentingnnya ASI eksklusif disebabkan penulis lupa.
Padahal penting memberitahu ibu mengenai ASI ekslusif karena ASI
merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi serta kandungan
gizi yang ada didalam ASI sangat khusus dan sempurna sesuai dengan
kebutuhan tumbuh kembang bayi (Wulandari, 2013)

Menurut World Health Organization (2011), ASI eksklusif adalah


memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain
kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi mulai 0- 6 bulan dalam rangka
mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan (Damanik, 2015)

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2012) pemberian ASI


eksklusif selama 6 bulan dapat menurunkan mordibitas dan mortalitas bayi,
mengoptimalkan pertumbuhan bayi, meningkatkan kecerdasan anak, dan
membantu memperpanjang jarak kehamilan bagi ibu. Diperkuat oleh teori dari
World Health Organization (WHO), American Academy of Pediactric (AAP),
American Academy of Family Physicians (AAFP) dan Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
dan dilanjutkan sampai 2 tahun dapat memberikan keuntungan bagi ibu dan
bayi.
106

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 233, yang
artinya :

“para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,


yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.” (QS Al-Baqarah : 233)
Surah tersebut mengandung arti bahwa pentingnnya pemberian ASI yang
menjadi tanggung jawab pertama orangtua ketika anak lahir adalah
memberinya nafkah yang mencukupi kebutuhannya, diantara tanda
kesempuranaan ciptaan Allah SWT adalah diciptakan ASI yang merupakan
makanan yang terbaik bagi bayi.

Mengingat sangat pentingnya memberitahu ibu tentang ASI eksklusif,


sehingga diharapkan kedepannya penulis selalu mengingat standar kunjungan
neonatus terutama untuk memberitahu ibu tentang pentingnya ASI eksklusif
agar pasien mempunyai kesadaran untuk memberikan ASI saja kepada
bayinya secara eksklusif dilanjutkan sampai bayi berumur 2 tahun, dan dapat
menurunkan mordibitas dan mortalitas bayi.

4.4 Asuhan Masa Nifas

Standar kunjungan masa nifas pada kunjungan 2 bidan harus memastikan


involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdaharan abnormal dan tidak berbau (Eny, 2010). Saat
melakukan asuhan pada masa nifas penulis tidak melakukan pemeriksaan
pada tinggi fundus uteri untuk mengetahui involusi uteri. Alasan penulis tidak
melakukan pemeriksaan pada tinggi fundus uteri disebabkan penulis lupa.

Padahal penting dilakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri agar mengetahui


involusi uteri dalam batas normal atau tidak. Menurut Wiknjosastro (2010),
kelancaran proses involusi dapat dideteksi dengan pemeriksaan lochea,
107

konsistensi uterus, dan pengukuran tinggi fundus uteri. Salah satu indikator
dalam proses involusi adalah tinggi fundus uteri.

Pentingnya dilakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri secara bertahap untuk


memantau apakah uterus berinvolusi dengan baik. Karena, jika fundus uteri
letaknya tetap tinggi atau penurunan fundus uteri lambat dapat mengakibatkan
subinvolusi yaitu uterus mengalami kegagalan dalam proses involusi, yang
dapat menyebabkan kontraksi uterus menurun, pembuluh darah yang lebar
tidak menutup sempurna, sehingga perdarahan terjadi terus menerus, yang
dapat menyebabkan infeksi maupun inflamasi pada bagian endometerium
(Ambarwati, 2010).

Mengingat sangat pentingnya dilakukan pemeriksaan pada tinggi fundus uteri


diharapkan untuk kedepannya penulis harus melakukan pemeriksaan tinggi
fundus uteri agar mengetahui involusi uteri dan untuk mencegah perdarahan
dan juga permasalahan yang terjadi akibat subinvolusi uteri.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan asuhan kebidanan komprehensif yang telah dilakukan


pada Ny. H di PMB Hj. Halimatus Sa’diyah, Amd.Keb dimulai sejak
hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana penulis
mengambil kesimpulan antara lain :

5.1.1 Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan dengan


menggunakan manajemen kebidanan secara tepat pada Ny. H
dimulai sejak hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan
keluarga berencana berupa pengumpulan data yang didapatkan
melalui anamnesa, data objektif yang didapatkan melalui
pemeriksaan, serta membuat analisa dari hasil data subjektif
dan objektif, telah dilakukan penulis secara mandiri dengan
didampingi oleh bidan dan dosen. Tetapi masih ada beberapa
tindakan belum sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan.

5.1.2 Pendokumentasian manajemen kebidanan telah dibuat dengan


menggunakan metode dokumentasi “SOAP”.

5.1.3 Penulis dapat menganalisis kasus dengan teori sehingga


terdapat kesenjangan antara teori yang ada dengan hasil asuhan
yang diberikan yaitu pada asuhan kehamilan tidak memberikan
pelayanan antenatal secara sistematis dan tidak melakukan
pemeriksaan fisik pada bagian genetalia. Pada asuhan
persalinan tidak menggunakan APD dengan lengkap, pada saat

108
109

melakukan asuhan persalinan kala 2, penulis tidak meletakan


handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Pada
kunjungan neonatus (KN3 3) penulis tidak memberitahu
kepada ibu tentang ASI eksklusif, dan pada asuhan kunjungan
masa nifas peulis tidak melakukan pemeriksaan pada tinggi
fundus uteri untuk mengetahui involusi uteri

5.1.4 Berdasarkan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada


Ny.H dapat disimpulkan bahwa tidak ada komplikasi yang
terjadi pada Ny.R

5.2 Saran
5.2.1 Bagi pasien
Diharapkan pasien dapat menjaga kesehatan dengan rutin
melakukan pemeriksaan ditenaga kesehatan terutama pada
masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan KB.

5.2.2 Bagi penulis


Diharapkan penulis harus terus menambah wawasan, ilmu
pengetahuan dan juga dapat mengasah keterampilan dalam
melakukan pelayanan kebidanan serta mampu memberikan
konseling mengenai kasus kesenjangan yang ada dimasyarakat.

5.2.3 Bagi institusi pendidikan


Diharapkan institusi pendidikan dapat meningkatkan kualitas
pendidikan bagi mahasiswa dengan penyediaan fasilitas sarana
dan prasarana yang mendukung peningkatan kompetensi
mahasiswa sehingga dapat menghasilkan bidan yang
berkualitas.
110

5.2.4 Bagi lahan praktik


Diharapkan Laporan Tugas Akhir dapat dijadikan sebagai
acuan untuk dapat memperbaiki serta mempertahankan mutu
pelayanan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan
kebidanan secara komprehensif. Bidan harus mengaplikasiakn
antara teori dan tindakan dalam melakukan asuahan kepada
pasien, dan lebih memperhatikan lingkungan sekitar dalam
melakukan asuhan agar dapat mewujudkan kesehatan yang
berkesinambungan.
DAFTAR RUJUKAN

Ambarwati, E. R & Wulandari, D. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:


Mitra Cendikia Offset.

Asih, Risneni. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Dan Menyusui. Jakarta: Trans
Info Media.

Asrinah. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Aziz. (2009). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.

Bening. (2013). Hubungan Perilaku Hygiene Organ Genetalia Eksterna Dengan


Jenis Keputuhan Pada Ibu Hamil Usia Gestasi 11-24 Minggu. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Damanik. (2015). Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: IDAI.

Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Dirjen Binkesmas.

Depkes RI. (2010). Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable Development Goals


(SDGS). (Internet). Termuat Dalam: <Http://Www.Pusat
2.Litbang.Depkes.Go.Id/Pusat2-V1/Wp-Content/Uploads/2015/12/Sdgs-
Ditjen-Bgkia-Pdf> (Diakses pada tanggal 19 desember 2018).

Dewi. (2011) Asuhan Neonates Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba medika.

Dewi, M. U. (2013). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana


Untuk Mahasiswa Bidan. Jakarta: Cv. Trans Info Media.

Dewi, S. (2010). Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.


Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. (2017). Profil Kesehatan Kota Banjarmasin
Tahun 2017.

Endang, Elisabeth. (2015). Asuhan Kebidanan. Jakarta: ECG.

Eny, R. A & Diah, W. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendikia
Press.

Estiningtyas. (2013). Filosofi Kebidanan. Jakarta: ECG

JNPK-KR, (2012) Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR.

Kamariyah, N. (2014). Buku Ajar Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.

KemenKes, RI. (2015). Buku Kesehatan Ibu Dan Anak . Jakarta Selatan: Pusat
Pendidikan Dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

Kusmiyati, Yuni. (2010). Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya.

Maryunani, Anik. (2010). Asuhan Pada Ibu Hamil. Jakarta: Cv. Trans Info Media.
Meilani, Dkk .(2009). Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir. Cetakan
Pertama I. Jakarta: Fitramaya.

Ikatan Bidan Indonesia (IBI). 2006. Standar Pelayanan Kebidanan Buku 1. Jakarta:
Pengurus Ikatan Bidan Indonesia (IBI).

Pantikawati, I & Saryono, (2012). Asuhan Kehamilan I(Kehamilan). Yogyakarta:


Nuha Medika.

Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono


Prawihardjo.
--------------------(2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Puskesmas Sungai Jingah Banjarmasin. (2018). Rekapitulasi Pemantauan Wilayah


Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak Puskesmas Sungai Jingah Tahun 2018.

Rukiyah, Ai Yeyeh. (2009). Asuhan Kebidanan I. Jakarta: Trans Info Media.


--------------------------.(2012). Asuhan Kebidanan Persalinan Fisiologis Dan
Patologis. Yogyakarta: Nuha Medika.

Saifuddin, Abdul Bari. (2009). Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: EGC.

Saleha, Siti (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Sartika. (2010). Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik Keperawatan. Bogor: Ghalia Indo

Soepardan. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.

Sondakh, J. J. S. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.


Jakarta: Erlangga.

Sulistyawati, Ari. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika.

Suma’mur. (2009). Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: P.T


Toko Gunung Agung.

Sunyoto, D. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: P.T Buku Seru.

Suratun dkk.(2013). Pelayanan Keluarga Berencana Dan Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta: Trans Info Media.
Walyani. (2015). Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogjakarta: Nuhamedika.

Wiknjosastro. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

World Health Organization (2011). The World Medicine Situation 2011 Rational Use
Of Medicine. Geneva: WHO.

---------------------------------. (2018). World Health Statistics 2018: Monitoring Health


For The Sdgs, Sustainable Development Goals. Luxembourg : WHO.

Wulandari, Erawati. (2013). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka


Belajar.
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Yenni Puspitasari

Tempat Tanggal Lahir : Muara Tuhup, 26 Juni 1998

NPM : 161540111326

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum menikah

Anak Ke- :2

Kewaganegaraan : Indonesia

Nama Orang Tua

Ayah : Jamaludin, S.Pd

Ibu : Ery Hartati, S.Pd

Golongan Darah :A

Alamat : Jl Ahmad Yani Komp. SDLB Gg. Citra Perdana 2. Muara


Teweh Barito Utara Kalimantan Tengah

Pendidikan Formal : 1. Tahun 2010 Lulus SDN 4 Melayu Muara Teweh


2. Tahun 2013 Lulus SMPN 2 Muara teweh
3. Tahun 2016 Lulus SMAN 1 Muara Teweh
4. Tahun 2016 tercatat sebagai Mahasiswa D.3
Kebidanan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.

Anda mungkin juga menyukai