LAPORAN MAGANG
MERISA MARIA
20180301186
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan atas
segala berkat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan magang ini sebagai salah satu pemenuhan syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah magang yang dilaksanakan di semester 3, serta
sebagai salah satu persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat. Laporan ini disusun berdasarkan aktivitas yang dilakukan oleh
penulis selama magang di Puskesmas Ciputat.
Laporan ini tidak akan selesai tanpa adanya bimbingan, bantuan, dan
dukungan dari seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikannya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan dukungan moral dan materil selama penulis menyelesaikan laporan
magang ini mengucapkan kepada:
1. Ibu Dr. Aprilita Rina Yanti eff, M.Biomed, Apt. selaku Dekan Fakultas Ilmu-
ilmu Kesehatan Universitas Esa unggul, yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan magang.
2. Ibu Putri Handayani, SKM, M.KKK selaku Kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul Jakarta,
yang telah memberikan dukungan baik moral maupun moril dalam
pelaksanaan magang.
3. Ibu Gisely Vionalita, SKM., M.Sc selaku Dosen Pembimbing magang dari
Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul, yang telah
memberikan dukungan dan membimbing penulis dengan baik pada proses
magang dan penyusunan laporan.
4. Ibu Hj. Sri Naikowai Ningsih S.ST. M.Kes selaku Kepala Puskesmas Ciputat,
yang telah memberikan motivasi, dukungan selama proses magang.
5. Ibu Ria Syukriawati selaku Kepala Sub Unit UKM Puskesmas Ciputat yang
telah memberikan motivasi, dukungan dan membimbing selama proses
magang serta penyusunan laporan.
i
6. Ibu Zr. Ulfi Herawati selaku Pengampu Unit PKPR dan Penanggungjawab
Kegiatan Penjaringan Kesehatan di Puskesmas Ciputat yang telah memberikan
motivasi, dukungan dan membimbing selama proses magang serta
penyusunan laporan
7. Seluruh staf Unit PKPR Puskesmas Ciputat yang telah banyak membantu
selama proses magang.
8. Kedua orang tua, ayahanda Sinar Deli Pinem dan ibunda Roslina BR Purba
yang tanpa lelah mendoakan, yang memberikan dukungan yang sangat besar
baik dalam bentuk material maupun spiritual.
9. Suamiku Jakaria Sembiring, yang selalu memberikan dukungan yang besar
baik dalam bentuk material maupun spiritual.
10. Anak-anak ku tercinta, Quinn Veredigna Janine, dan Aaron Brielle Trejames
yang telah menjadi penyemangat dan doa untuk mama.
11. Kakak-adik ku, Farida, Pinos Permana, S.H.,M.H., Tisa Liongdan Sarah
Jesicayang juga selalu memberikan dukungan baik dalam bentuk material
maupun spiritual.
12. Teman-teman AKK 2018 yang memberikan semangat ketika magang sampai
laporan ini selesai, juga perhatian, saran, doa, dan dukungannya.
Dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan.
Untuk itu penulis mengharapkan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
di masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 8 November2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................viii
BAB IPENDAHULUAN...........................................................................1
1.2Tujuan...............................................................................................5
1.2.1.Tujuan Umum............................................................................5
1.2.2.Tujuan Khusus...........................................................................5
1.1 Manfaat......................................................................................6
2.1 Definisi.......................................................................................7
2.1.1. Penjaringan............................................................................7
2.1.4 Siswa......................................................................................16
2.1.5.2. Anggaran.........................................................................19
iii
2.1.6. Proses.....................................................................................35
2.1.6.1. Perencanaan.....................................................................35
2.1.6.2. Pelaksanaan.....................................................................40
2.1.6.3. Evaluasi...........................................................................42
2.1.7.2. Pelaporan.........................................................................51
iv
4.1.5.2. Program Lansia................................................................64
4.2.3 Anggaran................................................................................79
BAB VPEMBAHASAN...........................................................................88
v
5.1.1 Sarana Dan Prasarana...........................................................88
5.1.2 SDM......................................................................................89
5.1.3 Anggaran...............................................................................90
5.2.1 Perencanaan..........................................................................93
5.2.2 Pelaksanaan...........................................................................95
5.2.3 Evaluasi.................................................................................98
5.3. Output.......................................................................................99
6.1 Kesimpulan............................................................................102
6.2 Saran......................................................................................103
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................104
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 ………………………………………………………………….61
vi
Gambar 4.1.1.…………………………………………………………..……68
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2.1……………………………………………………………………… 81
vii
Tabel 4.2.2……………………………………………………………………… 82
Tabel 4.2.3……………………………………………………………………… 83
Tabel 4.2.4……………………………………………………………………… 88
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Salah satu Program Pemerintah untuk mendukung kesehatan
remaja adalah Program Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Program ini
dapat dilaksanakan di Puskesmas, Rumah Sakit atau sentra-sentra dimana
remaja berkumpul seperti mall (Depkes RI, 2005).
2
berkembang secara harmonis dan optimal. Dasar pelaksanaan UKS adalah
UU No.23 tahun 1992, UU No.20 tahun 2003 serta SKB 4 Menteri
(Mendiknas, Menkes, Menag dan Mendagri) tahun 1984 yang
diperbaharui tahun 2003. Salah satu Program PKPR yang dilakukan
melalui UKS adalah Penjaringan Kesehatan.
3
Program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) Puskesmas Ciputat di
awal tahun ajaran 2018 melaksanakan kegiatan Penjaringan Kesehatan
untuk siswa-siswi di sekolah yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat. Kegiatan ini meliputi siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun
untuk pertengahan tahun 2018 Puskesmas Ciputat melakukan kegiatan
penjaringan khusus untuk Sekolah Menengah Pertama ( kelas 7) dan
Sekolah Menengah Atas (kelas 10).
4
Puskesmas Ciputat memiliki tujuan secara umum untuk
Mengoptimalkan kemampuan Puskesmas dalam mengelola program –
program kegiatan dalam upaya peningkatan peran serta Puskesmas sebagai
salah satu pusat pengembangan, Pembinaan dan Pelaksanaan Upaya
Kesehatan agar misi Indonesia sehat dapat dicapai. Dan Tujuan secara
khusus untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan di Puskesmas dan wilayah kerjanya dan
untuk lebih meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan kepada
masyarakat.
1.2Tujuan
1.2.1.Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Gambaran Program Penjaringan Kesehatan
Siswa Baru Sekolah Menengah Pertama Tahun Ajaran2018/2018 Di
Wilayah Kerja Puskemas Kecamatan Ciputat.
1.2.2.Tujuan Khusus
1. Mengetahui Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Ciputat
Tahun 2018.
2. Mengetahui Gambaran Umum Unit Program Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja di Puskesmas Kecamatan Ciputat
Tahun 2018.
3. Mengetahui Gambaran Input yang meliputi Sarana dan Prasarana,
Anggaran, SDM, SOP, Program Penjaringan Kesehatan Siswa
Baru di Puskesmas Kecamatan Ciputat Tahun 2018.
4. Mengetahui Gambaran Proses yang meliputi Perencanaan,
Pelaksanaan, Evaluasi, dan Laporan dari Program Penjaringan
5
Kesehatan Siswa Baru di Puskesmas Kecamatan Ciputat Tahun
2018.
5. Mengetahui Gambaran Output yaitu Tercapainya Target
Penjaringan Kesehatan Siswa Baru Sekolah Menengah Pertama
Di Wilayah Ciputat Tahun 2018 yaitu 100%
1.1 Manfaat
1.1.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
Memberikan informasi Gambaran Program Penjaringan Kesehatan
Siswa Baru khususnya untuk Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Mahasiswa Jurusan Administrasi Kebijakan Kesehatan Universitas
Esa Unggul dan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
2.1 Definisi
2.1.1. Penjaringan
Penjaringan adalah suatu usaha untuk mendeteksi/mencari
penderita penyakit tertentu yang tampak gejala (tidak tampak) dalam
suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui diagnosa dan
pengobatan penyaringan bukan diagnose, sehingga hasil yang didapat
betul;betul didasarkan pada hasil pemeriksaan hasil tertentu sedangkan
kepastian diagnose klinik yang ditakutkan kemudian. (Noor, 2000)
Indikasi sangkaan terhadap suatu penyakit atau kelainan yang
tidak dikenal dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur
lainnya yang dapat digunakan dengan cepat uantuk membedakan pada
orang sehat apakah ia mempunyai kemungkinan sakit atau tidak.
Ketentuan uji saring berarti suatu cara penentuan dan suatu individu
untuk mendapatkan pengobatan dini, dimana pengobatan ini sangat
memungkinakan dan efektif untuk deteksi suatu keadaan yang sangat
bermanfaat bagi seseorang (Syahril, 2006)
Penjaringan kesehatan merupakan suatu prosedur (screening)
anak yang sehat dan tidak sehat, serta dapat dimanfaatkan untuk
pemetaan kesehatan peserta didik. Kegiatan ini dilaksanakan untuk
memenuhi persyaratan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang
kesehatan dlam program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Untuk menentukan jenis pemeriksaan, selain memprioritaskan
penjaringan terhadap gangguan kesehatan yang dapat mengganggu
proses belajar juga perlu memperhatikan prinsip screening diantaranya
merupakan masalah kesehatan yang penting, tersedia pengobatan untuk
kondisi tersebut, tersedia fasilitas untuk diagnosis dan pengobatan. Ada
pemeriksaan untuk kondisi tersebut, tes harus dapat diterima oleh
masyarakat, total biaya untuk menemukan kasus harus ekonomis,
penemuan kasus dan pengobatan berkesinambungan. (Sailendra, 2015)
7
Hasil dari penjaringan kesehatan dapat diperoleh data atau
informasi dalam menilai perkembangan kesehatan anak sekolah,
maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun perencanaan,
penjaringan dan evaluasi kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Penjaringan kesehatan anak sekolah dilakukan pada murid kelas I untuk
SD/ MI, kelas VII untuk SMP/ MTs dan kelas X untuk SMA/ MA/
SMK, sedangkan pemeriksaan berkala dilakukan sekali setahun setelah
penjaringan kesehatan (Kemenkes, 2015)
2.1.1.1 Tujuan penjaringan / Screening
1. Untuk mendapatkan mereka yang menderita sedini
mungkin sehingga dapat memperoleh segera pengobatan.
2. Untuk mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat.
3. Untuk mendidik dan membiasakan masyarakat untuk
memeriksa kesehatan sedini mungkin.
4. Untuk mendidik dan memberikan gambaran kepada
petugas kesehatan tentang sifat penyakit dan untuk selalu
waspada melakukan pengamatan terhadap gejala dini,
5. Untuk mendapatkan keterangan epidemiologi yang
berguna bagi klinis dan peneliti.
6. Untuk mengetahui sensitifitas, sensifitas, nilai duga
positis, nilai duga negative prevalensi dan ketepatan
(Akurasi)
8
sedang diterapkan di Indonesia. PKPR dapat terlaksana dengan optimal
apabila membentuk jejaring dan terintegrasi dengan lintas program,
lintas sektor, organisai swasta, dan LSM terkait kesehatan
remaja(Kementrian Kesehatan, 2014).
Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di
Puskesmas telah dikembangkan sejak tahun 2003. Sejak tahun 2009
diupayakan setiap kabupaten/kota minimal memiliki 4 Puskesmas
mampu tata laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Sampai
dengan tahun 2012 Puskesmas PKPR berjumlah 3.191 unit (Kemenkes
RI, 2015)
Berdasarkan Pedoman PKPR di Puskesmas (Depkes RI,
2005)tugas yang diemban oleh program PKPR ini cukup luas,
mencakup:
1) Pemberian informasi dan edukasi;
2) Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan
rujukannya;
3) Konseling;
4) Pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS);
5) Pelatihan konselor sebaya;
6) Pelayanan rujukan sosial dan pranata hukum.
9
1. Melakukan pembinaan pada minimal satu sekolah (sekolah
umum, sekolah berbasis agama) dengan melaksanakan kegiatan
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) di sekolah binaan
minimal dua kali dalam setahun;
2. Melatih kader kesehatan remaja di sekolah minimal sebanyak
10% dari jumlah murid di sekolah binaan; dan
3. Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja yang
memerlukan konseling yang kontak dengan petugas PKPR.
10
9. Penilaian Status Imunisasi
10.Pemeriksaan Kesehatan Mental Emosional
11.Pemeriksaan Kesehatan Intelegensia Pemeriksaan Kesehatan
Reproduksi
Kementerian Kesehatan RI merancang pedoman Standar
Nasional PKPR (SN PKPR) pada tahun 2009 lalu disosialisasikan pada
tahun 2010 dan dilakukan uji coba kelayakan pada tahun 2012.
Kementerian Kesehatan RI menetapkan 5 standar dalam SN PKPR
yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), fasilitas kesehatan, remaja,
jejaring, dan manajemen kesehatan. Kemenkes RI (2014) juga
menyatakan SN PKPR dapat digunakan sebagai panduan dalam
menentukan kategori kemampuan Puskesmas dalam melaksanakan
PKPR (paripurna, optimal, atau minimal), serta menjadi alat evaluasi
diri guna mengetahui kelemahan serta pendukung pelaksanaan PKPR.
1. Ruang lingkup pelayanan PKPR(Kemenkes, 2014):
a. Pengguna Pelayanan PKPR
Berdasarkan UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anah bahwa sasaran pengguna layanan PKPR adalah kelompok
remaja usia 10-18 tahun. Walaupun demikian, mengingat
batasan usia remaja menurut WHO adalah 10-19 tahun, maka
Kementerian Kesehatan menetapkan sasaran pengguna layanan
PKPR meliputi remaja berusia 10 sampai 19 tahun, tanpa
memandang status pernikahan. Adapun fokus sasaran layanan
puskesmas PKPR adalah berbagai kelompok remaja, antara lain:
1) Remaja di sekolah: sekolah umum, madrasah, pesantren,
sekolah luar biasa;
2) Remaja di luar sekolah: karang taruna, saka bakti husada,
palang merah remaja, panti yatim piatu/rehabilitasi,
kelompok belajar mengajar, organisasi remaja, rumah
singgah, kelompok keagamaan;
3) Remaja putri sebagai calon ibu dan remaja hamil tanpa
mempermasalahkan status pernikahan;
11
4) Remaja yang rentan terhadap penularan HIV, remaja yang
sudah terinfeksi HIV, remaja yang terkena dampak HIV dan
AIDS, remaja yang menjadi yatim/piatu karena AIDS; 21
5) Remaja berkebutuhan khusus, yang meliputi kelompok
remaja sebagai berikut:
a) Korban kekerasan, korban traficking, korban eksploitasi
seksual;
b) Penyandang cacat, di lembaga permasyarakatan (LAPAS),
anak jalanan, dan remaja pekerja;
c) Di daerah konflik (pengungsian), dan di daerah terpencil.
b. Paket Pelayanan Remaja yang Sesuai Kebutuhan
Meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang harus diberikan secara komperhensif di semua
tempat yang akan melakukan pelayanan remaja dengan
pendekatan PKPR. Intervensi meliputi:
1) Pelayanan kesehatan reproduksi remaja (meliputi infeksi
menular seksual/IMS, HIV&AIDS) termasuk seksualitas dan
pubertas;
2) Pencegahan dan penanggulangan kehamilan pada remaja;
3) Pelayanan gizi (anemia, kekurangan dan kelebihan gizi)
termasuk konseling dan edukasi;
4) Tumbuh kembang remaja;
5) Skrining status TT pada remaja;
6) Pelayanan kesehatan jiwa remaja, meliputi: masalah
psikososial, gangguan jiwa, dan kualitas hidup;
7) Pencegahan dan penanggulangan NAPZA;
8) Deteksi dan penanganan kekerasan terhadap remaja;
9) Deteksi dan penanganan kecacingan.
c. Pelaksanaan Pelayanan PKPR
Adapun pelayanan yang ada dalam program PKPR adalah
sebagai berikut(Depkes RI, 2008):
1. Pemeriksaan Kesehatan
12
a. Dilaksanakan pemeriksaan kesehatan secara umum;
b. Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya bila perlu;
c. Pemeriksaan kesehatan dapat dilaksanakan antara lain:
1) Di puskesmas di setiap ruangan pemeriksaan gigi, KIA,
KB, BP bagi setiap remaja yang datang ke ruangan
tersebut dilakukan pemeriksaan dan anamnesa lengkap;
2) Di rumah tinggal/di tempat-tempat lain yang dipakai
tempat berkumpul anak remaja; dan
3) Di sekolah saat penjaringan anak sekolah oleh kader
dan petugas puskesmas.
2. Pengobatan
b. Semua penyakit yang ditemukan diobati sesuai dengan
penyakitnya;
c. Pengobatan dilaksanakan di puskesmas; dan
d. Apabila diperlukan rujukan, dapat dirujuk ke rumah sakit.
3. Konseling
a. Merupakan kegiatan pembinaan kepada remaja yang
mempunyai kasus kesehatan reproduksi remaja atau kasus
yang 23 memerlukan dialog. Tempat konseling dapat
dilaksanakan di puskesmas, sekolah atau tempat pelayanan
khusus konseling kesehatan remaja;
b. Pelaksana adalah petugas baik medis maupun non medis
dan kader kesehatan yang telah dilatih.
13
hidup sehat bagi warga sekolah. Melalui Program UKS diharapkan
dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
yang harmonis dan optimal, agar menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas.
UKS adalah upaya pelayanan kesehatan yang terdapat di
sekolah yang bertujuan menangani anak didik yang mengalami
kecelakaan ringan, melayani kesehatan dasar bagi anak didik selama
sekolah, memantau pertumbuhan dan status gizi anak didik (Martianto,
2005)
Usaha kesehatan sekolah merupakan salah satu usaha kesehatan
pokok yang dilaksanakan oleh puskesmas dan juga usaha kesehatan
masyarakat yang dijalankan disekolah-sekolah dengan anak didik
beserta lingkungan sekolahnya sebagai sasaran utama. Usaha kesehatan
sekolah berfungsi sebagai lembaga penerangan agar anak tahu
bagaimana cara menjaga kebersihan diri, menggosok gigi yang benar,
mengobati luka, merawat kuku dan memperoleh pendidikan seks yang
sehat (Efendi, 2009)
14
Dalam UU. No. 9 Tahun 1960 dijelaskan bahwa kesehatan
adalah keadaan yang meliputi kesehatan badanrohani (mental) dan
sosial, dan b ukan hanya keadaan yang bebas dari berbagai macam
penyakit cacat dan kelemahan. Sedangkan di UU. No. 23 Tahun 1992
dijelaskan secara sederhana bahwa kesehatan tersebut meliputi
kesejahterahan badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Bila disimak
secara seksama, maka dalam kata usaha kesehatan sekolah terdapat tiga
suku kata yang memiliki makna tersendiri dan bersatu menjadi makna
yang hakiki dalam rangka mengupayakan kesehatan bagi siswa di
sekolah. Pengertian kesehatan di atas sangat berguna dalam memahami
kesehatan serta keterkaitanya dengan suatu usaha yang dapat dilakukan
di sekolah guna menanamkan konsep hidup sehat di kalangan siswa.
Menurut Ahmad Selviatujuan UKS adalah untuk meningkat
mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan
peserta didik maupun warga belajar dan menciptakan lingkungan yang
sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang
harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya(Ahmad, 2009) Sedangkan tujuan UKS menurut (Depdikbud,
1985)adalah sebagai berikut:
1) Tujuan umum Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan
derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan yang
sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan
yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya.
2) Tujuan khusus Untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan
mempertinggi derajat kesehatan peserta didik yang didalamnya
mencakup:
1) Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
melaksanakan prinsip hidup sehat, serta berpartisipasi aktif di
dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan di
15
perguruan agama, di rumah tangga, maupun di lingkungan
masyarakat;
2) Sehat, baik dalam arti fisik, mental maupun sosial;
3) Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh
buruk, penyalahgunaan narkotika, obat-obatan berbahaya,
alkohol dan rokok.
Berdasarkan kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan UKS adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya
untuk melakukan budaya hidup sehat dalam lingkungan sekolah pada
khususnya dan lingkungan masyarakat untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Ruang lingkup UKS menurut(Depdikbud, 1985), meliputi:
a. Pendidikan kesehatan,
b. Pelayanan kesehatan dan
c. Pembinaan lingkungan sekolah sehat
2.1.4 Siswa
Menurut Tim Penyusun Departemen Pendidikan Nasional,
“siswa adalah murid (terutama pada tingkat sekolah dasar dan
menengah serta sekolah menengah atas)”. Selanjutnya menurut
(Djamarah & Aswan, 2010)“siswa adalah orang yang dengan sengaja
datang ke sekolah”. Berdasarkan uraian mengenai pengertian siswa di
atas dapat disimpulkan bahwa siswa adalah orang yang dengan sengaja
belajar di sekolah untuk mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran pada suatu jalur pendidikan baik pendidikan formal (dari
tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah
menengah atas), maupun pendidikan nonformal.
Undang-Undang Pendidikan No. 2 Tahun 1989 mengacu pada
beberapa Istilah murid, murid diartikan sebagai orang yang berada pada
taraf Pendidikan yang dalam berbagai literatur murid juga disebut
sebagai anak didik. Sedangkan menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20
tahun 2013. Mengenai sistem pendidikan nasional, dimana siswa adalah
16
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri mereka
melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
Siswa dalam hal ini adalah siswa baru yang disebut juga murid
yang baru memasuki tahun ajaran baru di setiap tingkatan
pendidikannya. Yaitu murid kelas VII untuk SMP/MTs
17
Kuesioner, Formulir Pencatatan Hasil Penjaringan/
pemeriksaan berkala/ Buku rapor kesehatanku, Formulir
rekapitulasi hasil penjaringan kesehatan untuk Puskesmas,
Formulir Pelaporan Penjaringan Kesehatan dari Puskesmas ke
Dinas Kesehatan Kab/Kota, Formulir Rujukan, Form umpan
balik hasil penjaringan kesehatan untuk sekolah UKS KIT
UKGS Kit
18
tempat cairan steril, Handuk, Tas alat tempat KIT, Bahan
Habis Pakai, Kapas, Kasa, Masker, Sarung tangan, Cairan
disinfektan (Klorin 0,5%), Sabun tangan atau antiseptic
2.1.5.2. Anggaran
1. Definisi Anggaran
19
b. Untuk mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari
dan digunakan.
c. Untuk merinci jenis umber dan ayang dicari maupun
jenis penggunaandana, sehingga dapatmempermudah
pengawasan.
d. Untuk merasionalkan sumber dan penggunaan dana agar
dapat mencapaihasil yang maksimal.
e. Untuk menyempurnakan rencana yang telah disusun,
karena dengananggaran lebih jelas dan nyata terlihat.
f. Untuk menampung dan menganalisa serta memutuskan
setiap usulanyang berkaitan dengan keuangan.
3. Manfaat Anggaran
a. Adanya perencanaan terpadu. Anggaran perusahaan
dapat digunakan sebagai alat untuk merumuskan
rencana perusahaan dan untuk menjalankan
pengendalian terhadap berbagai kegiatan perusahaan
secara menyeluruh.
b. Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan.
Anggaran dapat memberikan pedoman yang berguna
baik bagi manajemen puncak maupun manajemen
menengah.
c. Sebagai alat pengkoordinasian kerja.
d. Sebagai alat pengawasan kerja. Anggaran memerlukan
serangkaian standar prestasi atau target yang bisa
dibandingkan dengan realisasinya sehingga pelaksanaan
setiap aktivitas dapat dinilai kinerjanya.
e. Sebagai alat evaluasi kegiatan perusahaan. Anggaran
yang disusun dengan baik menerapkan standar yang
relevan akan memberikan pedoman bagi perbaikan
operasi perusahaan dalam menentukan langkah-langkah
yang harus ditempuh agar pekerjaan bisa diselesaikan
dengan cara yang baik, artinya menggunakan sumber-
20
sumber daya perusahaan yang dianggap paling
menguntungkan.
4. Fungsi Anggaran
Fungsi anggaran meliputi:
a. Fungsi perencanaan
Anggaran dapat berfungsi sebagai perencanaan
karena dapat memilihbeberapa alternatif untuk
dilaksanakan di masa depan denganmempertimbangkan
tujuan perusahaan serta sumber-sumber ekonomi
yangdimiliki dan kendala-kendala yang akan dihadapi di
masa yang akan datang.
b. Fungsi koordinasi
Anggaran berfungsi sebagai alat
mengkoordinasikan rencana dan tindakanberbagai unit
atau segmen yang ada di dalam perusahaan agar dapat
bekerja secara selaras ke arah pencapaian tujuan.
c. Fungsi komunikasi
Dalam penyusunann anggaran, berbagai unit dan
tingkatan organisasiberkomunikasi dan berperan serta
dalam proses penyusunan anggaran.
d. Fungsi motivasi
Anggaran berfungsi pula sebagai alat untuk
memotivasi para pelaksana dalammelaksanakan tugas-
tugas atau mencapai tujuan.
21
f. Fungsi pendidik
Anggaran juga berfungsi sebagai alat untuk
mendidik para manajer mengenaibagaimana bekerja
secara terinci pada pusat pertanggungjawaban yang
dipimpin sekaligus menghubungkan dengan pusat
pertanggungjawaban laindi dalam organisasi yang
bersangkutan.
5. Jenis Anggaran
a. Anggaran Program
Pada anggaran ini yang diutamakan adalah biaya
program secara keseluruhan, yang perhitunngannya
dirinci menurut kegiatan dalam program. Penyajian
anggaran ini dikelompokkan menurut program dan mata
anggaran. Contohnya dalam program Puskesmas ada
program Balai Pengobatan, Program KIA, Promosi
Kesehatan, dan lainnya.
b. Anggaran hasil (Performance budget)
Pada anggaran hasil yang diutamakan adalah
hasil yang dicapai tiap program. Caranya dengan
memperkirakan hasil yang dicapai, kemudian dirinci
menurut kegiatan yang harus dilakukan guna mencapai
hasil yang diharapkansetiap kegiatan harus dilakukan
penilaian biaya yang disebut Rencana Anggaran Satuan
Kegiatan (RASK). Dari anggaran hasil dapat
diditentukan besar biaya satuan atau yang disebut Unit
Cost. Anggaran hasil dapat digunakan untuk menilai
efisiensi dan efektivitas program yang sama, tempat
berbeda dengan membandingkan besar kecilnya biaya
satuan dan kunjungan yang meliputi rawat jalan dan
rawat inap.
c. Anggaran baris (Line item budget)
22
Rencana anggaran disusun menurut butir dan
disesuaikan dengan struktur anggaran yang merupakan
akumulasi seluruh program. Struktur anggaran
dibedakan atas anggaran untuk investasi, anggaran
operasional, dan anggaran pemeliharaan. Pada beberapa
program ditambahkan anggaran untuk
promosi/pemasaran, dan transportasi.
d. Anggaran sistem (System budget)
Perencanaan anggaran sistem didasarkan pada
suatu sistem tertentu. Salah satu sistem yang cukup
terkenal adalah PPBS (Planning Programming
Budgeting System). Sistem ini juga dikenal dengan SP4
(Sistem Perencanaan dan Penyusunan Penganggaran).
6. Keterbatasan Anggaran
Banyak manfaat yang diperoleh dengan menyusun
anggaran, namunmasih terdapat beberapa kelemahan yang
membatasi anggaran. Menurut Adisaputro (Adisaputro &
Asri, 2016) kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:
a. Anggaran disusun berdasarkan estimasi maka
terlaksananya dengan baik kegiatan-kegiatan sangat
tergantung pada ketepatan estimasi tersebut.
b. Anggaran hanya merupakan rencana dan rencana
tersebut baru berhasil apabila dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh.
c. Anggaran hanya merupakan alat yang dipergunakan
untuk membantu manajer dalam melaksanakan
tugasnya, bukan menggantikannya.
d. Kondisi yang terjadi tidak selalu seratus persen sama
dengan yang diramalkan sebelumnya, karena itu
anggaran perlu memiliki sifat yang luwes.
23
Nawawi membagi pengertian SDM menjadi dua, yaitu
pengertian secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara
makro adalah semua manusia sebagai penduduk atau warga
negara suatu negara atau dalam batas wilayah tertentu yang
sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah maupun
belum memperoleh pekerjaan (lapangan kerja). Pengertian
SDM dalam arti mikro secara sederhana adalah manusia atau
orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang
disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan
lain-lain.(Nawawi, 2013)
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu hal yang
sangat penting dan harus dimiliki dalam upaya mencapai
tujuan organisasi atau perusahaan. Sumber daya manusia
merupakan elemen utama organisasi dibandingkan dengan
elemen sumber daya yang lain seperti modal, teknologi,
karena manusia itu sendiri yang mengendalikan faktor yang
lain.
1. Perencanaan SDM Pelayanan Kesehatan
a. Pengertian Perencanaan SDM
Perencanaan (planning) adalah suatu proses
untuk menentukan rencana atau program kegiatan.
Suatu perencanaan selalu berkaitan dengan tujuan.
Perencanaan akan membantu untuk mengetahui apa
yang harus dilakukan. Perencanaan tidak dapat dibuat
secara tergesa-gesa namun memerlukan waktu yang
cukup panjang.
Perencanaan SDM adalah sebuah proses
estimasi terhadap jumlah SDM yang dibutuhkan.
Jumlah yang dibutuhkan ini berdasarkan posisi
keterampilan dan perilaku yang diperlukan di dalam
sebuah organisasi. Dengan kata lain, sebuah
organisasi harus melakukan peramalan dan
24
memperkirakan siapa mengerjakan apa, dengan
keahlian apa, kapandibutuhkan dan berapa jumlahnya.
Perencanaan sumber daya manusia
membutuhkan kecermatan karena berkaitan dengan
hajat hidup manusia. Suatu perencanaan sumber daya
manusia harus memperhatikan hal-hal berikut ini :
1) Mengumpulkan informasi secara teratur dan terus-
menerus.
2) Menganalisis permintaan dan penawaran sumber
daya manusia masa kini dan masa yang akan
datang.
3) Menggunakan hasil analisis sebagai bahan
penyusunan kebijakan, program, proyek, dan
kegiatan di bidang ketenagakerjaan dan
kesempatan kerja.
4) Memanfaatkan sumber daya manusia menurut
jabatan dan kualitasnya.
5) Melaksanakan pemantauan secara terus-menerus
terhadap kebijakan untuk melakukan perubahan
atau penyesuaian.
6) Mengintegrasikan perencanaan sumber daya
manusia dalam suatu perencanaan manajemen
sumber daya manusia.
Komponen utama dan perencanaan sumber daya
manusia adalah penentuan tipe sumber daya manusia
yang dibutuhkan suatu organisasi atau instansi dalam
jangka waktu tertentu (Jangka pendek, jangka
menengah,dan jangka panjang). Masalah yang
dihadapi organisasi. khususnya manajer sumber daya
manusia saat ini, adalah cepatnya perubahan yang
terjadi pada bidang, lahan yang berdampak pula pada
perencanaan sumber daya manusia dimiliki. Pada
25
dasarnya. proses perencanaan sumber daya manusia
terdiri atas 3 (tiga) subproses, yaitu sebagai berikut.
1) Proses pembentukan data rekapitulasi untuk
analisis dan simulasi.
Hal ini akan diproses dan data
administrasi yang dimiliki untuk mendapatkan
gambaran kekuatan SDM saat ini dan juga dan
segi availabilitas SDM tersebut.
2) Proses pengadaan sumber daya manusia
(Recruitment).
Tahapan ini hampir sama seperti pada
pengumpulan biodata, tetapi dalam ruang lingkup
informasi yang lebih kecil dan diikuti cara
penilaian/kriteria penerimaan.
3) Proses alokasi/relokasi sumber daya manusia.
Tahap ini menggunakan data administrasi
yang ada, sehingga informasi kebutuhan
penempatan personel ke tempat yang lebih tepat
dapat dianalisis.
b. Manfaat Perencanaan Sumber Daya Manusia
Dalam perencanaan sumber daya manusia dapat
dikatakan secara kategorial bahwa perencanaan
mutlak diperlukan. Bukan hanya karena setiap
organisasi pasti menghadapi masa depan yang selalu
“diselimuti” oleh ketidakpastian, akan tetapi karena
sumber daya yang dimiliki demikian terbatas.
Sementara, tujuan yang ingin dicapai selalu tidak
terbatas. Perencanaan yang matang memungkinkan
hal itu terjadi.
Terdapat paling sedikit 6 (enam) manfaat yang
dapat dipetik melalui suatu perencanaan sumber daya
manusia secara mantap:
26
1) Organisasi dapat memanfaatkan sumber daya
manusia yang sudah ada di dalamnya secara baik.
Perusahaan merasa wajar bila mengambil
keputusan tentang masa depan yang diinginkan.
Hal ini berangkat dan kekuatan dan kemampuan
yang sudah dimilikiya sekarang. Perencanaan
sumber daya manusia diawali dengan kegiatan
inventarisasi tentang sumber daya manusia yang
sudah terdapat dalam organisasi.
2) Melalui perencanaan sumber daya manusia yang
matang produktivitas tenaga kerja yang ada dapat
ditingkatkan. Hal ini dapat terwujud melalui
adanya penyesuaian-penyesuaian tertentu, seperti
peningkatan disiplin kerja dan peningkatan
keterampilan sehingga setiap orang menghasilkan
sesuatu yang berkaitan langsung dengan
kepentingan organisasi.
3) Perencanaan sumber daya manusia berkaitan
dengan penentuan kebutuhan akan tenaga kerja di
masa depan. Dalam arti jumlah dan kualifikasinya
untuk mengisi berbagai jabatan dan
menyelenggarakan berbagai aktivitas baru kelak.
Bila organisasi sudah memiliki tenaga kerja yang
benar-benar memliki kualifikasi yang dibutuhkan
perusahaan. maka tenaga kerja tidak boleh
dilupakan.
4) Salah satu segi manajemen sumber daya manusia
yang dewasa ini dirasakan semakin penting ialah
penanganan informasi ketenagakerjaan. Informasi
demikian mencakup banyak hal, seperti:
a) Jumlah tenaga kerja yang dimiliki
b) Masa kerja setiap pekerjaan
27
c) Status perkawinan dan jumlah tanggungan
d) Jabatan yang pernah dipangku
e) Hangga karier yang telah dinaiki
f) Jumlah penghasilan
g) Pendidikan dan pelatihan yang pernah
ditempuh
h) Keahlian dan keterampilan khusus yang
dimiliki oleh para pegawai
i) Informasi lainnya mengenal kekaryaan setiap
pegawai.
5) Perencanaan sumber daya manusia merupakan
dasar bagi penyusunan program kerja bagi satuan
kerja yang menangani sumber daya manusia
dalam organisasi.
6) Salah satu aspek penanganan tersebut adalah
pengadaan tenaga kerja baru guna memperkuat
tenaga kerja yang sudah ada demi peningkatan
kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan
dan berbagai sasarannya.
28
Metode tersebutbermanfaat untuk
merencanakan kebutuhan SDMKbaik tenaga
kesehatan maupun tenaga non kesehatansecara cepat,
karena sudah tersedia standar ketenagaan
minimalsesuai dengan kelas atau tipe Faskes
bersangkutan. Metode Standar Ketenagaan Minimal
dapat digunakan menyusun perencanaan kebutuhan
SDMK bagi Faskes di wilayah pemerintah daerah
provinsi dan kabupaten/kota (Rumah Sakit,
Puskesmas, dan Klinik) sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan (Permenkes No. 56 Tahun 2014 tentang
Perijinan dan Klasifikasi Rumah Sakit, Permenkes
No.75 Tahun 2014 tentang Puskesmas).
Ketentuan tentang kepala UPT puskesmas juga
diatur dalam Permenkes No.75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas dan ketentuan tentang kepala satuan UKM
Dimana kepala Puskesmas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan seorang Tenaga Kesehatan
dengan kriteria sebagai berikut: tingkat pendidikan
paling rendah sarjana dan memiliki kompetensi
manajemen kesehatan masyarakat; masa kerja di
Puskesmas minimal 2 (dua) tahun; dan telah
mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas. Kepala
Puskesmas bertanggung jawab atas seluruh kegiatan
di Puskesmas, Satuan Pelaksana UKM dipimpin oleh
seorang Kepala Satuan Pelaksana yang berkedudukan
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Puskesmas Kecamatan. Kepala Satuan Pelaksana
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan jabatan
struktural, tingkat pendidikan paling rendah sarjana
dan memiliki kompetensi manajemen kesehatan
masyarakat.
29
Kepala Satuan Pelaksana sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diangkat dan diberhentikan
oleh Kepala Dinas atas usul Kepala Puskesmas
Kecamatan. Satuan Pelaksana Pelayanan UKM
mempunyai tugas : menyusun bahan rencana strategis,
rencana kerja anggaran dan rencana bisnis anggaran
Puskesmas Kecamatan sesuai dengan lingkup
tugasnya;, melaksanakan rencana strategis, rencana
kerja anggaran dan rencana bisnis anggaran
Puskesmas Kecamatan sesuai dengan lingkup
tugasnya;, menyusun bahan pedoman, standar dan
prosedur teknis pelaksanaan upaya kesehatan
masyarakat. TPG UKM puskesmas minimal
berpendidikan ahli madya gizi (DIII) dan bertanggung
jawab melaksanakan seluruh program gizi yang
bersifat UKM.
Metode Standar Ketenagaan Minimal tepat
digunakan untuk ijin pendirian Faskes baru sebagai
persyaratan ijin untuk pendirian Faskes sesuai dengan
kriteria, dan untuk akreditasi Faskes tentang
persyaratan jenis dan jumlah ketenagaan. Metode
tersebut juga dapat digunakan untuk perencanaan
SDMK pada Faskes dengan kriteria khusus seperti
Faskes terpencil, sangat terpencil, dan Faskes yang
tidak diminati. Hasil perhitungan rencana kebutuhan
SDMK dapat digunakan untuk melaksanakan
redistribusi di internal Faskes yang bersangkutan
yakni redistribusi ketenagaan antar Puskesmas dalam
1 (satu) kabupaten/kota.
Hasil perhitungan rencana kebutuhan SDM
kesehatan dapat diusulkan untuk alokasi formasi
bilamana masih ada jenis tenaga yang kekurangan ke
30
Kementerian PAN-RB Tangerang Selatan melalui
BKD kabupaten/kota atau BKD provinsi atau
langsung ke Kemen PAN-RB sesuai dengan
kebijakan yang telah ditetapkan. Standar jumlah
SDMK mengacu pada Permenkes No.75 tahun 2014
tentang Puskesmas.
31
2.1.5.4. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen
yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara
kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang
bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang paling efektif
dari para pekerja dengan biaya yang serendah-rendahnya.
SOPbiasanya terdiri dari manfaat, kapan dibuat atau direvisi,
metode penulisan prosedur, serta dilengkapi oleh bagan
flowchart di bagian akhir (Laksmi & dkk, 2016).Standar
Operasional Prosedur Operasional (SOP) adalah sistem yang
disusun untuk memudahkan, merapihkan dan menertibkan
pekerjaan. Sistem ini berisi urutan proses melakukan pekerjaan
dari awal sampai akhir
1. Tujuan Dan Fungsi SOP
Tujuan pembuatan SOP adalah untuk menjelaskan
perincian atau standar yang tetap mengenai aktivitas
pekerjaan yang berulang-ulang yang diselenggarakan dalam
suatu organisasi. SOP yang baik adalah SOP yang mampu
menjadikan arus kerja yang lebih baik, menjadi panduan
untuk karyawan baru, penghematan biaya, memudahkan
pengawasan, serta mengakibatkan koordinasi yang baik
antara bagian-bagian yang berlainan dalam
perusahaan.Sedangkan fungsi SOP adalah sebagai berikut:
a. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
b. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
c. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan
mudah dilacak.
d. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin
dalam bekerja.
e. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
32
2. Manfaat SOP
SOP atau yang sering disebut sebagai prosedur tetap
(Protap) adalah penetapan tertulis mengenai apa yang harus
dilakukan, kapan, dimana dan oleh siapa dan dibuat untuk
menghindari terjadinya variasi dalam proses pelaksanaan
kegiatan oleh pegawai yang akan mengganggu kinerja
organisasi (Instansi pemerintah) secara keseluruhan. SOP
memiliki manfaat bagi organisasi antara lain (Permenpan
No.PER/21/M-PAN/11/2008):
a. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaan khusus, mengurangi kesalahan
dan kelalaian.
b. SOP membantu staf menjadi lebih mandiri dan tidak
tergantung pada intervensi manajemen, sehingga akan
mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan
proses sehari-hari.
c. Meningkatkan akuntabilitas dengan mendokumentasikan
tanggung jawab khusus dalam melaksanakan tugas.
d. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan
memberikan pegawai. Cara konkret untuk memperbaiki
kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang telah
dilakukan.
e. Menciptakan bahan-bahan training yang dapat membantu
pegawai baru untuk cepat melakukan tugasnya.
f. Menunjukkan kinerja bahwa organisasi efisien dan
dikelola dengan baik.
g. Menyediakan pedoman bagi setiap pegawai di unit
pelayanan dalam melaksanakan pemberian pelayanan
sehari-hari.
h. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas
pemberian pelayanan.
33
i. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan
prosedural dalam memberikan pelayanan. Menjamin
proses pelayanan tetap berjalan dalam berbagai situasi.
34
akhirnya juga berdampak pada proses penyelenggaraan
pemerintahan.
f. Terdokumentasi dengan baik
Seluruh prosedur yang telah distandarkan harus
didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat selalu
dijadikan referensi bagi setiap mereka yang
memerlukan.
2.1.6. Proses
Proses adalah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah
sebuah masukan untuk menjadikan sebuah hasil yang diharapkan dari
sistem tersebut, sebagaimana contoh dalam sistem pelayanan kesehatan
maka yang di maksud proses adalah berbagai kegiatan dalam pelayanan
kesehatan.
Menurut Sulaeman, tahapan proses yaitu merubah masukan
menjadi keluaran dengan melaksanakan fungsi-fungsi menejemen dan
pelayanan kesehatan yang ditunjang oleh standar mutu pelaksanaan
danStandard Operating Procedure (SOP) serta sistem informasi.(E
Sulaeman, 2011)
2.1.6.1. Perencanaan
Perencanaan yang merupakan bagian dari manajemen
merupakan suatu proses penyusunan yang sistematis mengenai
kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan dapat pula diartikan
sebagai cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya
dengan sumber daya yang ada supaya lebih efisien dengan
memperhatikan lingkungan sosial budaya, fisik dan biologik.
(Depkes RI, 2002)
Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena
semua kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh
perencanaan tersebut. Dengan perencanaan itu memungkinkan
35
para pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan
sumber daya mereka secara berhasil guna dan berdaya guna.
Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk
merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang
tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok dan
menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Dalam penyusunan persiapan harus berdasarkan sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku yaitu berpedoman pada
Pasal 79 UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, PP 2 Tahun
2018 tentang SPM, Perpres 2 Tahun 2018 tentang RPJMN,
Impres 1 Tahun 2017 GERMAS, Kepmenkes HK. 02
02/52/2015 tentang Renstra, Permenko PMK 1 Tahun 2018
tentang RAN Kes Usekrem, PB 4 Mentri 2014 tentang UKS/M,
PMK 25 Tahun 2014 tentang upaya Kes Anak, Permenkes
No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas. Secara umum,
perencanaan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu berdasarkan
ruang lingkupnya, berdasarkan tingkatannya, dan berdasarkan
jangka waktunya. Adapun penjelasan jenis-jenis perencanaan
adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan Berdasarkan Ruang Lingkup
a. Rencana strategis (Strategic planning), yaitu
perencanaan yang di dalamnya terdapat uraian
mengenai kebijakan jangka panjang dan waktu
pelaksanaan yang lama. Umumnya jenis perencanaan
seperti ini sangat sulit untuk diubah.
b. Rencana taktis (Tactical planning), yaitu perencanaan
yang di dalamnya terdapat uraian tentang kebijakan
yang bersifat jangka pendek, mudah disesuaikan
aktivitasnya selama tujuannya masih sama.
36
c. Rencana terintegrasi (Integrated planning), yaitu
perencanaan yang di dalamnya terdapat penjelasan
secara menyeluruh dan sifatnya terpadu.
2. Perencanaan Berdasarkan Tingkatan
a. Rencana induk (Master plan), yaitu perencanaan yang
fokus kepada kebijakan organisasi dimana di
dalamnya terdapat tujuan jangka panjang dan ruang
lingkupnya luas.
b. Rencana operasional (Operational planning), yaitu
perencanaan yang fokus kepada pedoman atau
petunjuk pelaksanaan program-program organisasi.
c. Rencana harian (Day to day planning), yaitu
perencanaan yang di dalamnya terdapat aktivitas
harian yang bersifat rutin.
3. Perencanaan Berdasarkan Jangka Waktu
a. Rencana jangka panjang (Long term planning), yaitu
perencanaan yang dibuat dan berlaku untuk jangka
waktu 10 – 25 tahun.
b. Rencana jangka menengah (Medium range planning),
yaitu perencanaan yang dibuat dan berlaku untuk
jangka waktu 5 – 7 tahun.
c. Rencana jangka pendek (Short range planning), yaitu
perencanaan yang dibuat dan hanya berlaku selama
kurang lebih 1 tahun.
Pada dasarnya fungsi perencanaan adalah untuk membantu
proses pengambilan keputusan terbaik yang sesuai dengan tujuan
organisasi. Intinya, perencanaan berfungsi untuk mencapai
efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan organisasi. Dengan begitu
maka dapat dilakukan upaya mengidentifikasi berbagai hambatan,
melakukan koreksi terhadap penyimpangan sesegera mungkin,
sehingga organisasi dapat dikendalikan dengan baik. Berikut ini
fungsi dan manfaat perencanaan :
37
1. Fungsi perencanaan
Fungsi perencanaan adalah fungsi terpenting dalam
manajemen. Fungsi ini akan menentukan fungsi – fungsi
manajemen selanjutnya. Perencanaan merupakan landasan dasar
dari fungsi manajemen. Tanpa perencanaan tidak mungkin
fungsi manajemen lainnya dapat dilaksanakan dengan baik.
Perencanaan manajerial terdiri dari perumusan strategi dan
penerapan strategi. Dalam perumusan strategi, manajer
kesehatan harus memiliki kemampuan ketrampilan konseptual,
dan pada penerapan strategi, manajer kesehatan harus memiliki
ketrampilan teknis. Fungsi perencanaan dapat dilihat dari 4
aspek utama:
a. Kontribusi pada tujuan
Tujuan semua perencanaan adalah memfasilitasi
perusahaan dalam mencapai semua tujuannya. Merupakan
prinsip utama dalam mencapai tujuan bersama.
b. Keutamaan perencanaan
Perencanaan adalah perintah yang berfungsi untuk
melakukan eksekusi berjalannya fungsi
manajemen.Walaupun perencanaan juga bersifat aksi, tapi
juga bisa menunjang tujuan bersama perusahaan. Selain itu
perencanaan harus dibuat sebelum fungsi manajemen yang
lain. Tentu saja semua fungsi harus juga direncanakan agar
berjalan secara efektif.Perencanaan dan pengawasan tidak
bisa dipisahkan. Kegiatan yang tidak direncanakan tidak
dapat direncanakan, kontrol mengikuti jalur – jalur yang
ada pada perncanaan.
c. Penembusan rencana
Perencanaan merupakan fungsi dari manajer,
meskipun karakter dan pelaksanaannya dari perencanaan
bermacam – macam tergantung dengan otoritas dan
38
kebijakan alami serta dibatasi oleh kekuatan. Hal tersebut
secara virtual tidak mungkin untuk membatasi dari
lingkupan pilihan perencanaan. Pengenalan terhadap
penembusan perencaaan melangkah jauh dalam
mengklarifikasi pada bagian dari sejumlah siswa yang
mempelajari ilmu manajemen menuju pembedaan antara
pembuatan kebijakan (Penyiapan penuntun untuk berfikir
dalam membuat keputusan) dan pekerja administrasi, atau
antara manajer dan pekerja administrasi atau pengawas.
dikarenakan delegasi autoritas atau posisinya dalam
organisasi, mungkin membutuhkan lebih banyak
perencanaan atau perencanaan yang lebih penting
dibandingkan yang lain, atau perencanaannya mungkin
lebih mendasar dan lebih aplikatif pada porsi yang luas
terhadap perusahaan / swasta dibanding terhadap yang lain.
Bagaimanapun juga, semua rencana manajer dari presiden
hingga pengawas dibatasi oleh prosedur – prosedur garis
pandu yang jelas dan tegas.
d. Efisiensi perencanaan
Efisiensi terhadap rencana diukur menurut
kontribusi sejumlah rencana terhadap beberapa tujuan dan
obyektivitas sebagai hasil dari pengeluaran biaya dan
kosekuensi lain yang diperlukan untuk merumuskan dan
menjalankannya. Konsep efisiensi ini mempunyai
implikasi terhadap rasio normal daripada pemasukan dan
pengeluaran.
2. Tujuan Perencanaan
Tujuan perencanaan adalah sebagai berikut(Silalahi, 1996):
a. Perencanaan adalah jalan atau cara untuk mengantisipasi
dan merekam perubahan (a way to anticipate and off set
change).
39
b. Perencanaan memberikan pengarahan (direction) kepada
administrator-administrator maupun nonadministrator.
c. Perencanaan juga dapat menghindari atau setidak-
tidaknya memperkecil tumpang tindih dan pemborosan
(wasteful) pelaksanaan aktivitasaktivitas.
d. Perencanaan menetapkan tujuan-tujuan dan standar-
standar yang akan digunakan untuk memudahkan
pengawasan
3. Manfaat Perencanaan
Manfaat perencanaan bagi organisasi kesehatan adalah
manajer dan staf organisasi kesehatan tersebut dapat
mengetahui:
a. Tujuan yang ingin di capai organisasi dan cara
mencapainya.
b. Jenis dan struktur organisasi yang dibutuhkan.
c. Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan
yang diperlukan.
d. Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.
e. Aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan dapat
dilaksanakan secara teratur.
f. Menghilangkan aktivitas yang tidak produktif.
g. Mengukur hasil kegiatan.
h. Sebagai dasar pelaksanaan fungsi manajemen lainnya.
2.1.6.2. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah usaha yang dilakukan untuk
melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah
dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala
kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan
melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya, dan kapan
waktu dimulainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
40
pelaksanaan adalah menggerakkan orang-orang agar mau
bekerja dengan sendiri maupun bersama-sama untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki secara efektif.
Proses pelaksanaan dalam program kesehatan di atur
dalam beberapa regulasi, yaitu Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, Permenkes RI Nomor 39
Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga, Permenkes RI
Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Standar Teknis Pemenuhan
Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimanl
Bidang Kesehatan, Permenkes Nomor 8 Tahun 2018 tentang
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.
1. Faktor dalam Pelaksanaan
Faktor yang menunjang dalam pelaksanaan adalah:
a. Komunikasi, yaitu suatu program yang dapat
dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para
pelaksana. Menyangkut proses penyampaian informasi,
kejelasan informasi, dan konsistensi informasi yang
disampaikan.
b. Sumber daya, yaitu terpenuhnya jumlah staf dan
kualitas mutu, informasi yang diperlukan guna
pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup
guna melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab,
serta fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.
c. Disposisi, yaitu sikap dan komitmen daripada
pelaksanaan terhadap program khususnya dari mereka
yang menjadi implementasi program khususnya dari
mereka yang menjadi implementer program.
d. Struktur Birokasi, yaitu yang mengatur tata aliran
dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit
dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena
penyelesaian khusus tanpa pola yang baku.
41
2. Unsur dalam Pelaksanaan
Menurut (Sumaryadi, 2005)terdapat tiga unsur
penting dalam pelaksanaan, meliputi :
a. Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan
b. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan
manfaat dari program perubahan dan peningkatan
c. Unsur pelaksanaan baik organisasi maupun perorangan
yang bertanggung jawab dalam pengelolaan pelaksana
dan pengawasan dari proses implementasi tersebut.
2.1.6.3. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai
hasil dari suatu program atau kegiatan yang sedang atau sudah
dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil yang telah
dicapai dari suatu program atau kegiatan dengan tujuan yang
telah direncanakan (Notoatmodjo, 2011).
Langkah-langkah yang dilakukan dalamkegiatan
evaluasi adalah:
1. Menetapkan tujuan evaluasi.
2. Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam
menentukan keberhasilan program.
3. Menetapkan cara atau metode yang akan digunakan
4. Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data
atau hasil dari pelaksanaan evaluasi.
5. Menyusun saran dan tindakan apa yang akan dilakukan
berdasarkan hasil dari evaluasi yang sudah dilakukan.
Evaluasi merupakan kegiatan yang terikat dengan waktu
untuk mengkaji secara sistematis dan objektif, relevansi,
kinerja, dan keberhasilan dari program yang sedang berjalan
atau program yang telah selesai. Evaluasi dilakukan secara
selektif untuk menjawab pertanyaan spesifik, yang akan
dijadikan pedoman bagi pengambil keputusan atau manajer,
serta untuk menyediakan informasi apakah asumsi atau teori
42
yang melatar belakangi suatu program adalah valid, apakah
program berhasil atau tidak berhasil dan mengapa. Evaluasi
biasanya bertujuan untuk memastikan atau menilai apakah
suatu program itu relevan, dirancang dengan baik, efisien,
efektif, memberi dampak positif, dan dapat berkesinambungan
(Sustain), atau bahkan dikembangkan.
1. Tujuan Evaluasi
Evaluasi yang dilaksanakan untuk mencapai
berbagai tujuan disesuaikan dengan objek evaluasinya.
Tujuan dari melakukan evaluasi adalah:
a. Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat.
Program dirancang dan dilaksanakan sebagai layanan
atau intervensi sosial untuk dapat menyelesaikan
masalah dari situasi dan keadaan yang dihadapi
masyarakat.
b. Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai
dengan rencana.
Setiap program harus direncanakan dengan
teliti dan pelaksanaannya harus sesuai pula dengan
rencana tersebut.
c. Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan
standar.
Setiap program yang dirancang dan
dilaksanakan harus berdasarkan standar tertentu yang
sudah ditetapkan.
d. Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan
menemukan mana dimensi program yang berjalan, dan
mana yang tidak berjalan.
e. Pengembangan staf program.
Evaluasi juga dapat dipergunakan untuk
mengembangkan kemampuan staf yang langsung
menyajikan layanan kepada klien dan para pemangku
43
kepentingan lainnya sehingga dapat memberikan
masukan kepada manajer program mengenai kinerja
staf dalam melayani masyarakat.
f. Memenuhi ketentuan undang-undang.
Suatu program sering dirancang untuk
melaksanakan undang-undang tertentu serta dirancang
dan dilaksanakan berdasarkan dengan
ketentuanundang-undang untuk dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi masyarakat.
g. Akreditasi program.
Lembaga yang melayani kebutuhan
masyarakat harus dievaluasi untuk menentukan apakah
telah menyajikan layanan kepada masyarakat sesuai
dengan standar layanan yangditentukan.Jika telah
memenuhi standar layanan lembaga,maka akan
terakreditasi.
h. Mengukur cost effectiveness dancost-efficiency.
Untuk melaksanakan suatu program
diperlukan anggaran yang berbeda jumlah pada setiap
organisasi. Penggunaan sumber dalam suatu program
perlu diukur untuk melihat apakah anggaran suatu
program mempunyai nilai yang sepadan (Cost
effective) dengan akibat atau manfaat yang
ditimbulkan oleh program, sedangkan untuk menilai
cost-efficiencyyaitu dengan mengukur apakah biaya
yang dikeluarkan untuk program telah dikeluarkan
secara efisien atau tidak.
i. Mengambil keputusan mengenai program.
Jika evaluasi program menunjukkan berhasil
melakukan perubahan dalam masyarakat dengan
mencapai tujuannya, maka program akan dilanjutkan
atau dilaksanakan di daerah lain. Namun, jika hasil
44
program buruk dan kurang bermanfaat bagi
masyarakat, maka sebaiknya program harus
dihentikan. Jika program ternyata bermanfaat, akan
tetapi pelaksanaannya tidak cost-efficient, maka harus
dilakukan perubahan mengenai anggaran program.
j. Accountabilitas. Evaluasi juga dilakukan untuk
pertanggungjawaban pimpinan dan pelaksanaan
program. Apakah program sudah sesuai dengan
rencana, sesuai dengan standar atau tolak ukur
keberhasilan atau tidak.
k. Memberikan balikan kepada pimpinan dan staf
program
l. Memperkuat posisi politik.
Jika evaluasi menghasilkan nilai yang positif,
maka kebijakan, program atau proyek akan
mendapakan dukungan dari para pengambil
keputusan.
m. Mengembangkan teori ilmu evaluasi atau riset
evaluasi.
2. Jenis Evaluasi
Jenis evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu
menurut objeknya dan menurut fokusnya. Berikut
penjelasannya :
a. Menurut Objeknya
Menurut objeknya evaluasi dapat
dikelompokkan menjadi lima, yaitu evaluasi
kebijakan, evaluasi program, evaluasi proyek, evaluasi
material, dan evaluasi sumber daya.
1) Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan adalah menilai
kebijakan yang sedang atau telah dilakukan. Setiap
45
kebijakan harus dievaluasi untuk menentukan
apakah kebijakan itu bermanfaat, dapat mencapai
tujuannya, dilaksanakan secara efisien dan untuk
pertanggung jawaban bagaimana pelaksanaannya.
2) Evaluasi Program
Program adalah kegiatan atau aktivitas
yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan
dilaksanakan pada waktu yang tidak. Semua
program harus dievaluasi untuk menentukan
apakah layanan atau intervensinya telah mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi program
adalah metode sistematik yang digunakan untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan memakai
informasi untuk menjawab pertanyaan dasar
mengenai program.
Evaluasi program ini dapat dikelompokkan
menjadi evaluasi proses (Process
evaluation),evaluasi manfaat (Outcome
evaluation), dan evaluasi akibat (Impact
evaluation). Evaluasi proses meneliti dan menilai
apakah layanan atau intervensi program telah
dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan,
apakah target populasi yang direncanakan
telahdilayani, dan menilai bagaimana strategi
pelaksanaan program. Evaluasi manfaat meneliti,
menilai, dan menentukan apakah program telah
menghasilkan perubahan yang diharapkan.
Evaluasi program kesehatan diatur dalam
beberapa regulasi yaitu diantaranya Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
Permenkes RI Nomor 39 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia
46
Sehat Dengan Pendekatan Keluarga, Permenkes RI
Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimanl Bidang Kesehatan,
Permenkes Nomor 8 Tahun 2018 tentang
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.
Evaluasi program kesehatan dapat dilakukan
dengan melihat empat hal dalam evaluasi, yaitu
evaluasi terhadap input, proses pelaksanaan
program, hasil program, dan dampak program
(Notoatmodjo, 2011).
a) Evaluasi input dilakukan dengan melihat
penggunaan sumber daya dalam program seperti
man, money, material.
b) Evaluasi proses ditujukan kepada pelaksanaan
program yang meliputi penggunaan sumber
daya seperti tenaga,dana, dan fasilitas lainnya.
c) Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai
sejauh mana program berhasil sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
d) Evaluasi dampak program ditujukan untuk
menilai sejauh mana suatu program mempunyai
dampak terhadap peningkatan pelayanan
kesehatan.
3) Evaluasi Proyek
Proyek adalah kegiatan atau aktivitas yang
dilaksanakan untuk jangka waktu tertentu yang
mendukung pelaksanaan program. Sebelum
dijadikan suatu program, suatu aktivitas
dilaksanakan dalam bentuk proyek. Proyek tersebut
kemudian diteliti dan dievalusi secara formatif
dengan berbagai uapaya penyempurnaan, perbaikan
47
atau koreksi dan evaluasi sumatif.Jika proyek
berhasil dan hasilnya baik, maka proyek tersebut
dapat dikembangkan dan dilaksanakan sebagai suatu
program.
4) Evaluasi Material
Untuk melaksanakan kebijakan, program
atau proyek diperlukan sejumlah material atau
produk tertentu.
5) Evaluasi Sumber Daya
Untuk mengembangkan kompetensi dan
kinerja sumber daya manusia dilakukan program
pengembangan sumber daya manusia berupa
pelatihan, pendidikan, dan pengembangan. Program
tersebut perlu dievaluasi untuk menentukan apakah
program berjalan sesuai dengan yang direncanakan
dan mencapai tujuan yang ditetapkan.
b. Menurut Fokusnya
Menurut fokusnya, evaluasi dapat
dikelompokkan menjadi empat, yaitu asesmen
kebutuhan program (Program need assessment),
evaluasi proses program (Process program evaluation),
evaluasi keluaran program (Outcome program
evaluation), dan evaluasi efisiensi program (Program
efficiency evaluation).
1) Asesmen Kebutuhan Program
Asesmen kebutuhan (Need assessment)
adalah mengidentifikasi dan mengukur level
kebutuhan yang diperlukan dan diinginkan oleh
organisasiatau masyarakat. Kebutuhan (Need)
adalah ketimpangan (Gaps) antara kondisi atau
keadaan sekarang atau apa yang terjadi dengan
keadaan yang diinginkan atau keadaan yang
48
seharusnya. Asesmen kebutuhan perlu dilakukan
sebelum merencanakan suatu kebijakan, program
atau proyek.
2) Evaluasi Proses Program
Evaluasi proses dimulai ketika program
mulai dilaksanakan. Faktor yang dinilai antara
lainlayanan dari program, pelaksanaan layanan,
pemangku kepentingan (Stakeholder) yang
dilayani, sumber-sumber yang digunakan,
pelaksanaan program yang dibandingkan dengan
yang diharapkan dari rencana, dan kinerja
pelaksanaan program. Evaluasi proses merupakan
evaluasi formatif yang berguna untuk mengukur
kinerja program dan mengontrol pelaksanaan
program.
3) Evaluasi Keluaran Program
Evaluasi keluaran merupakan evaluasi
sumatif yang mengukur dan menilai keluaran dan
akibat atau pengaruh dari program.
4) Evaluasi Efisien Program
Suatu kebijakan, program atau proyek
dapat dilaksanakan dengan baik jika didukung oleh
biaya atau anggaran (Cost) tertentu. Evaluasi
mengenai biaya program dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu evaluasi benefit biaya(Cost-benefit
evaluation) yang mengukur masukan dan keluaran
dalam pengertian keuangan, serta cost-
effectiveness evaluationyang mengukur input
program dalam pengertian keuangan dan keluaran
dalam pengertian non keuangan.
49
Hasil(Output) yaitu hasil langsung dari proses berupa pencapaian
cakupan indikator hasil yang akan mempengaruhi hasil akhir
(Outcome), yaitu indikator-indikator keadaan lingkungan, indikator-
indikator perilaku hidup masyarakat, serta indikator-indikator akses dan
mutu pelayanan kesehatan dengan tolok ukur Indonesia Sehat 2010 dan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) kabupaten/kota bidang
kesehatan(Sulaeman, 2011).
50
2. Riwayat kesehatan orang tua
4. Hasil pemeriksaan
6. Kesimpulan pemeriksaan
7. Tindak lanjut
2. Kesimpulan pemeriksaan
3. Tindak lanjut
2.1.7.2. Pelaporan
Data hasil penjaringan kesehatan direkapitulasi oleh tenaga
kesehatan puskesmas untuk diumpanbalikkan ke:
1. Sekolah
Data yang diumpanbalikkan ke puskesmas meliputi:
1) Identitas peserta didik
2) Kesimpulan pemeriksaan
3) Tindak lanjut
2. Dinas Kesehatan Kab/ Kota
Tenaga kesehatan melaporkan cakupan penjaringan
kesehatan/pemeriksaan berkala ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melalui laporan bulanan SIMPUS (LB 1
dan LB4) berdasarkan data register kohort anak usia
sekolah. Data hasil penjaringan kesehatan/ pemeriksaan
berkala yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kab/ Kota
meliputi:
51
a) Jumlah sekolah di wilayah puskesmas ( menggunakan
formulir LB 4)
b) Jumlah sekolah yang mendapatkan penjaringan
kesehatan (menggunakan formulir LB 4)
c) Penyakit yang ditemukan (menggunakan formulir LB
1)
52
2.1.7.3. Tindak Lanjut berupa Rujukan Bila ditemukan Gangguan
Kesehatan yang Harus Dirujuk
Apabila ditemukan siswa yang mengalami Penyakit yang
harus dirujuk maka tenaga kesehatan harus segera merujuk
siswa it uke Puskesmas.
BAB III
PROSES MAGANG
53
3.1 Tahap Perencanaan
3.1.1 Perencanaan Teknis
Penulis melakukan magang melalui beberapa tahap
perencanaan. Tahap perencanaan dimulai bulan September2018.
Adapun tahap yang dilakukan yaitu pertama merencanakan topik
magang yang akan dipilih. Setelah itu memngajukan topik tersebut
kepada ketua jurusan. Topik tersebut telah dikonsultasikan kepada
dosen yang berkompeten terhadap topik yang penulis
ajukantersebut.
Kemudian ketua jurusan menyetujui topik yang telah
diajukan penulis dan menentukan dosen pembimbing akademik.
Kemudian dosen pembimbing menetapkan topik magang yaitu
Penjaringan Kesehatan di Sekolah Menengah Pertama di Wilayah
Ciputat. Setelah itu dilakukan surat menyurat kepada lahan magang
yang dipilih penulis yaitu Puskesmas Ciputat. Alasan penulis
menggambil lahan magang di Puskesmas Ciputat karena
Universitas Esa Unggul membebaskan penulis mengambil tempat
magang dimanapun itu. Selain itu, Puskesmas Ciputat dekat dengan
tempat tinggal penulis yang kurang lebih 2km.
54
Pada tanggal 1 Oktober 2018 penulis mengikuti briefing
mengenai tata tertib peserta magang atau praktek kerja lapangan
diPuskesmas Ciputat. Kemudian penulis diberikan arahan oleh staf
Puskesmas Ciputat mengenai jam kerja, tugas, pakaian magang dan
penetapan pembimbing lapangan, dimana pembimbing lapangan
penulis adalah Ibu . Zr. Ulfi sebagaiPengampu Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja dan penanggung jawab program
penjaringan kesehatan siswa baru Sekolah Menengah Pertama di
wilayah Ciputat.
55
beberapa Sekolah Menengah Pertama dalap lingkup Puskesmas
Ciputat.
56
Kesehatan Reproduksi. Dalam kegiatan penjaringan kesehatan
tersebut peserta mengobservasi dan mengidentifikasi pencapaian
target program, mengidenifikasi siswa yang mengidap penyakit,
mengidentifikasi kendala yang ada selama proses pelaksanaan
program penjaringan kesehatan, mengevaluasi dan melakukan
tindak lanjut program penjaringan kesehatan siswa baru di SMP
dan SMA di wilayah Puskesmas Ciputat Tahun 2018.
57
BAB IV
HASIL MAGANG
58
Gambar. 4.1.1. Struktur Organisasi Puskesmas Ciputat
59
4.1.2. Visi, Misi Dan Motto Puskesmas Ciputat
1. Visi UPT Puskesmas Ciputat :
Terwujudnya masyarakat hidup sehat, mandiri, dan
berkualitas”
2. Misi UPT Puskesmas Ciputat :
a) Memberikanpelayanan kesehatan sesuai standart
b) Meningkatkan sumber daya kesehatan yang profesional
c) Memotivasi lemandirian masyarakat untuk hidup sehat
d) Menjalin kerjasama dengan lintas masyarakat dan lintas
sectoral
3. Motto Puskesmas Puskesmas Ciputat
“Mudah,Unggul, dan Terpercaya”
Tata nilai kata “CERIA” yang juga motto Puskesmas
Ciputat
C : Cepat (Sigap dan tanggap dalam memberikan
pelayanan)
E : Efisien (Waktu dikedepankan dalam pelayanan dengan
hasiloptimal)
R :Ramah (Senyum Sapa Salam Sopan Santun dalam
memberikan pelayanan)
I : Ikhlas
A; Amanah (memberikan pelayanan yang dapat dipercaya)
61
Lantai 1 Puskesmas Ciputat terdiri atas Ruang Pendaftaran,
Ruang Pemeriksaan dokumen rekam medis, Ruang Pemeriksaan
Penyakit Umum, Ruang Kebidanan, Ruang Pemeriksaan Anak-
anak, Ruang Pemeriksaan Lansia, Poli Ggi, Ruang Farmasi, Ruang
Fisioterapi.
Lantai 2 Puskesmas Ciputat terdiri atas Ruang Kepala
Puskesmas, Ruang Wakil Kepala Puskesmas, Ruang kepegawaian,
Ruang Serbaguna, Ruang Klinik TBC.
Kamar mandi di Puskesmas berjumlah 3 kamar mandi. 1
Kamar mandi Karyawan berada dan 1 kamar mandi Pasien berada
di lantai 1 dan di lantai 2 terdapat 1 kamar mandi karyawan.
62
Penyehatan Lingkungan Pemukiman), PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk) dan Abatisasi.
63
pengetahuan dan kekurang pedulian keluarga. Balita gizi
buruk dan BGM ini semuanya telah mendapat makanan
pendamping ASI. Sepanjang 2017 balita gizi yang
mengalami penyakit yang memerlukan perawatan sudah
ditangani oleh dokter spesialis anak.
64
perilaku, yang mana setiap rumah tangga mayoritas hanya
memenuhi beberapa kriteria saja. Hal ini disebabkan karena
tingkat pengetahuan, kesadaran dan kepedulian masyarakat
masih sangat kurang, seperti masih banyaknya bapak-bapak
yang merokok tidak pada tempatnya sehingga anak-anak
sekolah pun sudah ada yang mulai belajar merokok, masih
ada masyarakat yang tidak mencuci tangan atau sekedar
membilas dengan air tanpa memakai sabun sebelum makan
sehingga kebiasaan-kebiasaan seperti itu dapat
mempermudah masuknya kuman penyakit kedalam tubuh.
Dan masih banyak lagi kebiasaan-kebiasaan masyarakat
yang dianggap sepele namun mereka kurang menyadari
bahwa perilaku tersebutlah yang menyebabkan mereka
sakit. Terlebih dengan penyakit-penyakit yang berbasis
lingkungan, yang mana penyebabnya juga karena kondisi
lingkungan yang tidak sehat/ bersih oleh kekurang pedulian
masyarakat atau perilaku mereka yang kurang bersih.
Dari pengkajian PHBS tingkat rumah tangga
terdapat 5420 rumah tangga yang dipantau di 2 kelurahan
yaitu Ciputat 71 % dan Cipayung 71 % yang telah ber-
PHBS.
Posyandu yang ada pada wilayah Kecamatan Ciputat
berjumlah 35 posyandu tersebar di kelurahan ciputan dan
kelurahan cipayung. Dalam pelaksanaannya posyandu
terkait dengan beberapa program puskesmas, yaitu Pogram
Gizi, Imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak, KB dan Promosi
Kesehatan. Sehingga dalam pengklasifikasiannya juga
didasarkan pada kriteria hasil pencapaian cakupan program
tersebut disamping berdasarkan frekuensi penimbangan
setiap tahun dan jumlah kader aktif 247 orang. Dari 35
Posyandu yang ada di wilayah Puskesmas Ciputat tahun
2015 posyandu aktif telah mencapai 100%.
65
Berdasarkan kriteria penilaiannya maka posyandu
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Posyandu Pratama : 0
2. Posyandu Madya : 24
3. Posyandu Purnama : 8
4. Posyandu Mandiri : 3
UKBM lainnya yang dibina oleh Puskesmas Ciputat
antara lain kemitran dengan lintas sektoral seperti tokoh
masyarakat, tokoh agama, karang taruna, ibu hamil,
ibumeneteki, majelis ta’klim, posbindu, calon pengantin
dan Tanaman obat keluarga di Posyandu.
66
pertama, sehingga kunjungannya tetap tercatat sebagai K1
padahal jika berdasarkan usia kehamilannya mestinya sudah
tercatat sebagai K2, K3 ataupun K4. Dari 1.067 persalinan
yang terjadi selama tahun 2015, persalinan sebanyak 94,4 %
ditolong oleh tenaga kesehatan. Sedangkan dari jumlah
bumil yang didata selama tahun 2015, terdapat 237 Bumil
dengan Resti/Komplikasi, dan 100% bumil dengan
komplikasi/Resti telah ditangani. Dan terdapat pula 67
neonatal Resti yang ditemukan dan 100% telah dirujuk
untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Presentase
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun ini
menggambarkan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat terhadap persalinan semakin baikdibandingkan
tahun sebelumnya, didukung adanya kebijakan pemerintah
yaitu BPJS.
PUS yang menjadi peserta KB Baru dengan
menggunakan NON MKJP (terutama suntik: 75,4%) lebih
tinggi dibandingkan yang mengunakan MKJP. Demikian
pula Peserta KB lama/aktif (NON MKJP suntik: 65,9 %
dan pil: 18,4%). Jumlah peserta PUS yang menjadi peserta
KB yang tercatat dan dilayani oleh UPT Puskesmas Ciputat
yaitu 9,6 % peserta KB baru dan 72,1 % peserta KB Aktif.
4.1.5.5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Penyakit yang mendominasi di Puskesmas Ciputat
adalah penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Dalam rangka penanggulangan penyakit menular dilakukan
berbagai kegiatan antara lain: pemberantasan penyakit
menular bersumber binatang seperti pemberantasan demam
berdarah dengue melalui pemberantasan sarang nyamuk;
Filariasis dan penyakit lainnya; penyakit menular langsung
seperti TB, yaitu gerakan penanggulangan tuberkulosis
melalui penggalangan kemitraan dengan sektor terkait dan
67
masyarakat dan penerapan strategi pengobatan jangka
pendek diawasi secara langsung; pemberantasan kusta
dengan mencari penderita sampai pelosok dapat dicegah
dengan imunisasi. Data-data yang dapat disajikan sebagai
berikut:
68
b. Penyakit Diare
Penyakit diare adalah penyakit yang banyak
menyerang golongan umur anak-anak terutama balita.
Dimana hal ini dapat mempengaruhi perkembangan
pertumbuhan dan kualitas hidup anak. Upaya program
pemberantasan melalui edukasi dan peningkatan
kemampuan penanggulangan kasus oleh petugas
lapangan terus dilakukan. Pada tahun 2017 jumlah kasus
diare untuk semua umur ditemukan dan ditangani 747
kasus.
c. Penyakit Kusta
Di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2017
ditemukan 3 kasus penyakit kusta baik tipe MB.
d. Penyakit Pneumonia
Pada tahun 2017 kasus penyakit pneumonia pada
balita yang ditemukan di Puskesmas Ciputat sebanyak 38
balita. Penderita balita yang ditangani sebanyak 17,5%.
e. Penyakit HIV/AIDS
Kasus penyakit HIV/AIDS yang ditemukan di
Puskesmas Ciputat sebanyak 14 kasus. Tetapi tidak ada
satupun kasus yang ditangani. Namun pencegahan
penularan HIV AIDS dilakukan dengan dibukanya klinik
metadon/PTRM dalam mengurangi dampak buruk (Harm
Reduction) resiko penggunaan jarum suntik tidak steril.
69
masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Dalam indikator MDG’s 2017 ditargetkan pencapaian UCI
100% maksudnya adalah 80% dari jumlah bayi yang ada di
desa tersebut mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
PD3I adalah macam-macam penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Upaya pencegahan dilakukan dengan
pemberian imunisasi, dan vaksin yang dipakai adalah: DPT-
HB untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus, dan
hepatitis B, sedangkan vaksin polio untuk mencegah
penyakit Polio (lumpuh layuh); vaksin campak untuk
mencegah penyakit campak (measles) dan BCG untuk
mencegah penyakit TBC.
Pelaksanaan Imunsasi terhadap Bayi selama tahun
2017 di dua Kelurahan Binaan, baik yang melalui
Posyandu, Yankes Swasta, dan Puskesmas dan seluruh jenis
imunisasinya sudah mencapai target, yaitu BCG = 99 %,
DPT-HB1 = 110,5 %, DPT-HB3 = 106,6 %, polio 4 = 106,7
%, dan campak = 100,7%. Jumlah wilayah yang melayani
UCI jumlahnya 100%. Sedangkan jumlah WUS yang telah
di imunisasi TT2+ adalah sebanyak 1,5 % untuk TT1, 2 %
untuk TT2, 2,8 % untuk TT3, 2,8 % untuk TT4 dan 3,6 %.
Untuk TT 5.
70
pelaksanaannya program kesehatan lingkungan dapat dilihat
beberapa indikator kesehatan lingkungan sebagai berikut:
a. Penggunaan Air Bersih
Pada tahun 2017 jumlah keluarga yang diperiksa
yang memiliki akses air bersih 50 %. Dari hasil inspeksi
sanitasi petugas Puskesmas penggunaan air bersih pada
setiap keluarga adalah menggunakan sumur gali (2120),
Sumur gali dengan pompa (105) dan Sumur bor dengan
pompa (5680), sedangkan yang lainnya tidak.
b. Rumah Sehat
Kondisi kesehatan perumahan dapat berperan
sebagai media penularan penyakit diantara anggota keluarga
dan tetangga sekitarnya.
Pada tahun 2017 telah dilakukan pemeriksaan
rumah sehat di 2 kelurahan yang mengacu pada 5 kriteria
RAKSA yaitu bangunan rumah yg sehat, sarana air bersih,
kakus sehat, sampah terkelola dengan baik dan pembuangan
limbah rumah tangga yang baik dan benar. Dari hasil
inspeksi sanitasi pada 4830 rumah maka 47,82 %
dinyatakan sehat. Dari data yang ada maka program
sosialisasi terhadap masyarakat untuk membangun rumah
sehat perlu terus dilakukan sehingga pencegahan terhadap
perkembangan vektor penyakit dapat diperkecil, demikian
pula penyebab penyakit lainnya disekitar rumah.
c. Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana sanitasi Dasar
Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar
meliputi persediaan air bersih, kepemilikan jamban
keluarga, tempat sampah dan pengolahan air limbah
keluarga keseluruhan hal tersebut sangat diperlukan
didalam peningkatan kesehatan lingkungan. Dari hasil
inspeksi, rumah yang memiliki sarana sanitasi dasar seperti
jamban keluarga yang sehat sebanyak 96,4%, tempat
71
sampah yang sehat sebanyak 84,21 %, dan yang memiliki
pengolahan limbah yang sehat 95,6%.
d. Tempat umum dan Pengolahan makanan (TUPM)
Pengawasan terhadap TTU dilakukan untuk
meminimalkan faktor resiko sumber penularan bagi
masyarakat yang memanfaatkan TTU. Makanan termasuk
minuman merupakan kebutuhan pokok dan sumber utama
bagi kehidupan manusia, namun makanan yang tidak
dikelola dengan baik justru akan menjadi media yang sangat
efektif didalam penularan penyakit saluran pencernaan
(Food Borne Disease).Terjadinya peristiwa keracunan dan
penularan penyakit akut yang sering membawa kematian
banyak bersumber dari makanan yang berasal dari tempat
pengolahan makanan (TPM) khususnya jasaboga, rumah
makan, dan makanan jajanan yang pengelolaannya tidak
memenuhi syarat kesehatan atau sanitasi lingkungan.
Sehingga upaya pengawasan terhadap sanitasi makanan
amat penting untuk menjaga kesehatan konsumen atau
masyarakat.
Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi
pengawasan kualitas lingkungan secara berkala, bimbingan
dan penyuluhan. Dari hasil pengawasan di TPM yang ada di
Puskesmas Ciputat tahun 2017 dari 356 TPM yang
diperiksa sebanyak 65 TPM (6,06%) yang memenuhi syarat
sehat.
72
masyarakat miskin atau pemegang kartu jamkesmas. Tahun
2017 Pelayanan Kesehatan pada masyarakat miskin di
Puskesmas Ciputat adalah 5.549 jiwa yang telah mendapat
pelayanan kesehatan atau 62,89% dari 8.823 masyarakat
miskin yang ada di wilayah Ciputat, dengan 2.605 yang
telah mempunyai kartu jamkesmas. Sedangkan total
kunjungan pasien selama tahun 2015 baik dari kunjungan
lama dan baru jumlahnya mencapai 84.360 pasien.
Tabel 4.2.2.
UKS Kit
73
3. Tabel Indeks Massa Tubuh Tidak Ada -
4. Stetoskop Pemeriksaan Ada Baik
5. Sphygmomanometer dengan manset anak Ada Baik
dan dewasa
6. Torniket Karet Tidak Ada -
7. Thermometer klinis Tidak Ada -
8. Timer Tidak Ada -
9. Garpu Tala 512 Hz/ 1024 Hz/ 2084 Hz Tidak Ada -
10. Pengait serumen Tidak Ada -
11. Speculum hidung (Lempet) Tidak Ada -
12. Speculum telinga dwngan ukuran kecil, Tidak Ada -
sedang, besar
13. Sudip lidah, logam panjang 12 cm Tidak Ada -
14. Snellen, alat untuk pemeriksaan visus Tidak Ada -
15. Tes buta warna (ISHIHARA) Ada Baik
16. Pinhole Tidak Ada -
17. Tas kanvas tempat Kit Ada Baik
Tabel 4.2.3
Daftar UKGS Kit
No Sarana Keterangan Kondisi
Alat
1. Kaca Mulut + Tangkai Kaca Mulut Ada Baik
2. Sonde Lengkung Ada Baik
3. Ekskavator berujung dua Tidak Ada -
4. Pinset Gigi Tidak Ada -
5. Kursi gigi Tidak Ada -
Perlengkapan
1. 1 Head lamp / Senter Ada Baik
2. Baki Logam temppat alat steril tertutup Tidak Ada -
3. Toples pembuangan kapas Tidak Ada -
4. Baskom tempat cairan steril Tidak Ada -
5. Handuk Tidak Ada -
6. Tas alat tempat KIT Tidak Ada -
7. Bahan Habis Pakai Tidak Ada -
8. Kapas Tidak Ada -
9. Kasa Tidak Ada -
10. Masker Ada Baik
11. Sarung tangan Ada Baik
12. Cairan disinfektam (Klorin 0,5%) Tidak Ada -
13. Sabun tangan atau antiseptic Ada Baik
74
Dalam penyelenggaraan kegiatan penjaringan kesehatan
siswa baruanggaran kegiatan berasal dari dana BOK Tahun
Anggaran 2018 yang mempunyai alur melalui pengajuan anggaran
DAK dan BOK dengan proses pembuatan Rencana Anggaran
DAK dan BOK Tahunan. Setiap pertengahan tahun kepala UPT
akan mengintruksikan seluruh kepala sub unit pelayanan UKM,
UKP dan unit terkait lainnya untuk membuat dan merencanakan
anggaran DAK dan BOK setiap unit pelayanan masing-masing.
Setelah itu, Kepala Sub Unit Pelayanan UKM mengajukan
permohonan anggaraan kegiatan penjaringan kesehatan siswa baru
diwilayah Puskesmas Ciputat secara swakelola dan pertimbangan
teknis dengan membuat Proposal serta melampirkan data sarana
dan prasarana yang akan diberikan, Kepala Sub Unit Pelayanan
UKM membuat pengajuan anggaran berupa kwitansi sesuai alokasi
sasaran yang ditanda tangani oleh Kepala UPT dan ditujukan
kepada Kepala Bidang Binkesmas. Atas dasar pengajuan anggaran
dan sasaran dari Kepala UPT, selanjutnya disusun alokasi sasaran
dan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Tangerang
Selatan untuk selanjutnya disampaikan kepada Walikota
Tangerang Selatan sebagai bahan penetapan keputusan walikota.
Atas pertimbangan Keputusan Walikota tersebut alokasi
sasaran dimaksud, Kepala Dinas Kesehatan Selaku Pengguna
Anggaran menetapkan keputusan swakelola oleh Kepala UPT.
Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan tentang
penetapan alokasi sasaran kegiatan penjaringan kesehatan siiswa
baru diwilayah Puskesmas Ciputat dan swakelola oleh Kepala
UPT, selanjutnya Kepala Dinas menyampaikan usulan pencairan
anggaran kepada Walikota Tangerang Selatan melalui DPPK untuk
dikelola oleh Bendahara Dinas Kesehatan. Penyaluran anggaran
kepada Kepala UPT disalurkan secara bertahap, tahap I disalurkan
50% setelah Kepala UPT menyampaikan permohonan pencairan
anggaran yang disertai dengan rencana penggunaan tahap I dan
75
tahap II disalurkan setelah Kepala UPT menyampaikan laporan
pertanggung jawaban tahap I dan rincian penggunaan tahap II.
Rencana anggaran DAK dan BOK tersebut dibuat setiap
pertengahan tahun yang berisi anggaran yang diperlukan selama
satu tahun dari setiap unit dan anggaran digunakan untuk tahun
berikutnya.
Anggaran yang diperoleh digunakan untuk
pencetakanFormulir Pencatatan Hasil Penjaringan/Pemeriksaan
berkala/Buku rapor kesehatanku,Formulir Rekapitulasi Hasil
Penjaringan, Formulir Pelaporan Penjaringan Kesehatan dari
DinasKesehatan Kab/Kota, Formulir Rujukan Surat Pengantar
yang nantinya akan di distribusikan ke Puskesmas, dan digunakan
sebagai anggaran/dana operasional Puskesmas selama
melaksanakan tugas penjaringan ini, dan lain sebagainya.
Penggunaan anggaran juga digunakan untuk operasional selama
sosialisasi dan tindak lanjut guna peningkatan kualitas kegiatan
penjaringankesehatan siswa baru ini, seperti pada kunjungan ke
SMP /SMA.
76
3. Pelaksana Kegiatan Penjaringan Kesehatan Puskesmas Ciputat
(2) dipegang oleh Perawat yang bertugas melakukan
pemeriksaan kesehatan.
Apabila jumlah Siswa Sekolah Menengah Pertama yang
akan dilakukan penjaringan melebihi 3 Kelas maka
Penanggungjawab Kegiatan akan meminta bantuan tenaga
kesehatan dari dalam Puskesmas, misalnya Bidan dan Tenaga
Perawat maupun dari Luar Puskesmas misalnya Bidan dari Klinik
Swasta yang sudah bekerjasama dengan pihak Puskesmas.
Berdasarkan pengamatan dilapangan saat pelaksanaan
kegiatan Penanggungjawab Program Penjaringan Kesehatan
bertugas sebagai pelaksana, pengawas, dan penanggungjawab
kegiatan penjaringan Kesehatan diwilayah puskesmas Ciputat.
Penanggung jawab kegiatan sekaligus Pelaksana kegiatan
penjaringan kesehatan siswa baru bertugas sebagai penanggung
jawab pelaksanaan unit PKPR yang dilaksanakan di
wilayahPuskesmas Ciputat, dilakukan oleh Perawat yang
berpengalaman yang khusus dipersiapkan atau mahir dalam
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja atau sebagai tenaga
profesinal di bidangnya bertugas
Pelaksana Kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru
dipegang oleh Dokter Umum yang bertugas sebagai pemeriksa
dalam kegiatan penjaringan kesehatan siswa baru di wilayah
Puskesmas Ciputat, dilakukan oleh Dokter Umum yang telah
mengikuti pelatihan penjaringan kesehatan.
Pelaksana Kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru
dipegang juga oleh Perawat yang bertugas sebagai pemeriksa
dalam kegiatan penjaringan kesehatan siswa baru di wilayah
Puskesmas Ciputat, dilakukan oleh Perawat yang telah mengikuti
pelatihan penjaringan kesehatan.
Tim Pelaksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di
wilayah Puskesmas Ciputatkegiatan ini dilakukan oleh Perawat,
77
Dokter Umum dan tenaga gizi (apabila diperlukan), mereka
bertanggung jawab sebagai pelaksana / petugas kegiatan
penjaringan kesehatan diwilayah Puskesmas Ciputat. Jumlah SDM
Tim Pelaksana disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah siswa
baru di SMP yang akan dilakukan penjaringan.
78
4.2.2 SDM Penjaringan Kesehatan Siswa Baru
Tabel 4.2.2.
SDM PenjaringanKesehatan Siswa Baru
No Jabatan Pendidikan Uraian Tugas
1 Penanggung D III Bertanggung jawab
jawab Keperawatan terhadap seluruh kegiatan
Kegiatan. dari awal hingga akhir
pemeriksaan dan membuat
laporan hasil kesehatan
siswa tersebut.
2 Dokter Umum SI Bertugas Mendiagnosis
Kedokteran hasil pemeriksaan
kesehatan siswa baru.
3 Perawat D III Bertugas melakukan
Keperawatan pemeriksaan fisik siswa
baru.
4.2.3 Anggaran
Di dalam upaya peningkatan pembiayaan terhadap sektor
kesehatan dianggarkan melalui dana APBN dalam bentuk
Jamkesmas, serta APBD Kabupaten/Kota. Total anggaran di
Puskesmas Ciputat tahun 2017 sebesar Rp. 198.097.000,- yang
diperoleh dari dana operasional PKM, dana BOK sebesar
Rp.251.272.000,-dan dana JKN sebesar Rp.3.828.985.424,-.
Kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru ini tidak memiliki
anggaran khusus namun anggaran kegiatan Penjaringan
Kesehatan Siswa Baru ini akan dimasukan kedalam anggaran
program PKPR perbulan. Sedangkan untuk proses pengajuan,
pencairan dan pengelolaan alokasi anggarannya tidak
mengalami kendala.
79
4.2.4 Standart Prosedur Operational (SOP) Penjaringan Kesehatan
Siswa Baru
Di Puskesmas Ciputat dalam pelaksanaan Penjaringan
Kesehatan Siswa Baru ini memiliki pedoman atau prosedur (SOP)
yang digunakan. SOP yang berjudul Pemeriksaan Kesehatan Anak
Sekolah Di Puskesmas Ciputat adalah No. Dokumen : /UKM-
CPT/I/2018. SOP ini kemudian di sosialisasikan kepada tim
pelaksana Penjaringan Kesehatan Siswa Baru.
Tujuan dari kegiatan sosialisasi SOPini yaitu
meningkatkan derajat kesehatan peserta didik secara optimal,
terdeteksinya secara dini masalah kesehatan peserta didik
permasalahan kesehatan, tersedianya data/ informasi untuk menilai
perkembangan kesehatan peserta didik dan menyusun program/
perencanaan pelaksanaan dan evaluasi Kegiatan Penjaringan
Kesehatan Siswa Baru.
Sebelum pelaksanaan kegiatan penjaringan ini
Penanggungjawab Kegiatan Penjaringan memberikan arahan
mengingatkan seluruh SDM yang berkaitan langsung dengan
kegiatan ini bahwa dalam pelaksanaan kegiatan penjaringan ini
harus mengacu kepada Standart Operational Prosedur (SOP) yang
sudah ada.
80
wilayah Puskesmas Ciputat.Yang ditugaskan untuk membuat
PerencanaanKegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru ini
adalah Penanggungjawab Kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa
Baru sekaligusPengampu Unit PKPR Puskesmas Ciputat (Dijabat
oleh seorang Perawat) beliau bertanggung jawab untuk
merencanakan kegiatan program dan mengevaluasi penjaringan
kesehatan siswa baru diwilayah Puskesmas Ciputat, yang
kemudian kerangka acuan kegiatan/perencanaan kegiatan tersebut
disetujui oleh Kepala UPT Puskesmas Ciputat. Setelah mendapat
persetujuan dari kepala UPT Puskesmas Ciputat maka rencana
kegiatan penjaringan kesehatan siswa baru di wilayah Puskesmas
Ciputat siap di sosialisasikan dan dilaksanakan.
Kepala UPT Puskesmas Ciputat menyerahkan langsung
perencanaan kegiatan penjaringan kesehatan siswa baru kepada
Penanggungjawab Kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa
Baruyang bertugas sebagai perencanaan program, penganggaran
dan mengevaluasi Kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru
diwilayah Puskesmas Ciputat.
Penanggungjawab Kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa
BaruPuskesmas Ciputat menjelaskan kepada pihak lintas sektor
yang hadir bahwa dalam kegiatan penjaringan kesehatan siswa
baru ini SDM yang terlibat adalah Penanggungjawab Kegiatan
Penjaringan Kesehatan Siswa Baru(Berperan sebagai pengawas,
pengendali, dan pengkontrol perencanaan kegiatan penjaringan
kesehatan siswa baru tahun 2018 ini, melaksanakan koordinasi
dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, dan Sekolah
Menengah Pertama yang terlibat). PelaksanaKegiatan Penjaringan
Kesehatan siswa baru di wilayah Puskesmas Ciputat yang juga
dipegang oleh seorang Dokter Umum (Bertanggungjawab sebagai
pelaksana dan petugas dalam kegiatan penjaringan kesehatan siswa
baru diwilayah Puskesmas Ciputat, melakukan koordinasi
denganPihak Sekolah Menengah Pertama bahwa akan
81
dilaksanakan kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru di
wilayah Puskesmas Ciputat untuk kelancaran pelaksanaan
kegiatan Penjaringan Kesehatan).Pelaksana Kegiatan Penjaringan
Kesehatan di wilayah Puskesmas Ciputat yang dipegang oleh
seorang Perawat(Bertanggung jawab sebagai pelaksana/petugas
penjaringan kesehatan siswa baru diwilayah Puskesmas Ciputat,
melakukan koordinasi dengan Sekolah Menengah Pertama wilayah
Puskesmas Ciputat, melakukanpemeriksaan kesehatan, pencatatan
dan pelaporan data kesehatan siswa).
Tim Pelaksana Kegiatan Penjaringan Kesehatan memantau
atau turun langsung kelapangan saat pelaksanaan kegiatan
penjaringan di Sekolah Menengah Pertama.Kegiatannya meliputi
Pemeriksaan Status, Gizi Pemeriksaan Tanda Vital, Pemeriksaan
Kebersihan Diri, Pemeriksaan Mata, Pemeriksaan Telinga,
Pemeriksaan Gigi, Pemeriksaan Gaya Hidup, Pemeriksaan
Kebugaran Jasmani, Penilaian Status Imunisasi, Pemeriksaan
Kesehatan Mental Emosional, Pemeriksaan Kesehatan Intelegensia
Pemeriksaan Kesehatan Reproduksi.
Dalam sosialisasi tersebut Penanggungjawab Kegiatan
Penjaringan Kesehatan Siswa Baru PuskesmasCiputat
mengumumkan pelaksanaan kegiatan Penjaringan Kesehatan
Siswa Baru ini direncanakan akan diselenggarakan pada 30
September– 29Oktober 2018 di 10 Sekolah Menengah Pertamadi
wilayah Puskesmas Ciputat.Pelaksanaan Kegiatan Penjaringan
Kesehatan dilakukan dalam jangka waktu bulan Juli sampai dengan
Desember untuk peserta didik baru. Pemeriksaan berkala dilakukan
1 kali dalam setahun bagi peserta didik, yang waktu
pelaksanaannya dapat dilakukan sepanjang satu tahun ajaran (Juli
sampai dengan Juni). Target Jumlah Sekolah Menengah Pertama
yang akan dilaksanakan Penjaringan Kesehatan yaitu 10 Sekolah
Menengah Pertama.
82
Pada proses perencanaan Kegiatan Penjaringan Kesehatan
Siswa Baru ini, penulis tidak sempat mengikutinya dari awal,
dikarenakan perencanaan sudah dimulai sebelum penulis mengikuti
magang.
83
yang dipegang oleh seorang Perawat, menjalankan tugas dan
kegiatan penjaringan ini sesuai dengan SOP dan kerangka acuan
kegiatan yang telah dibuat. Tim Pelaksana Kegiatan Penjaringan
Kesehatan Siswa Baru memantau atau turun langsung kelapangan
saat pelaksanaan kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru di
Sekolah Mengengah Pertama yang ada diseluruh wilayah
Puskesmas Ciputat.
Dalam melaksanakan penjaringan kesehatan, petugas
kesehatan dibantu oleh guru (menertibkan murid yang akan
diperiksa ), namun tidak dibantu oleh kader kesehatan sekolah
(dokter kecil/ kader kesehatan remaja). Dalam rangka mengatasi
keterbatasan sumber daya kesehatan, pada kegiatan Penjaringan
Kesehatan Siswa Baru, Penanggungjawab dapat meminta
tambahan tenaga kesehatan untuk membantu Pelaksaaan Kegiatan
Penjaringan Kesehatan Siswa Baru apabila jumlah siswa melebihi
jumlah 3 kelas siswa.
84
Evaluasi dari kesiapan sarana prasarana kegiatan
penjaringan kesehatan siswa baru masih belum memadai,
contohnya sarana dan prasarana seperti stetoskop, ruangan khusus
pemeriksaan, tidak adanya pendingin ruangan di setiap ruangan
tempat pelaksanaan kegiatan penjaringan siswa baru
dilaksanakan. Evaluasi kegiatan penjaringan kesehatan menurut
hasil di lapangan, kegiatan sudah berjalan dengan baik dan sesuai
target perencanaan..
Hasil evaluasi kegiatan tersebut Tim Pelaksana melaporkan
seluruh pemasalahan dan kendala yang ada dilapangan kepada
penanggungjawab program agar menjadi evaluasi di tahun yang
akan datang.
85
sebanyak 4,4%, dan siswa yang memiliki status gizi kurang sebanyak 3%.
Pada pemeriksaan tajam penglihatan terdapat 1015 siswa normal dan 25
siswa tidak normal. setelah dilakukannya pemeriksaan serumen, terdapat 275
siswa yang memiliki serumen yang terlihat, walaupun begitu seluruh siswa
yang mengikuti penjaringan kesehatan memiliki tajam pendengaran yang
normal. Data hasil pemeriksaan, hanya 214 siswa yang telah diimunisasi. Dari
1040 siswa terdapat 17 siswa yang mengalami anemia. Namun dari
keseluruhan siswa SMP yang telah dilakukan penjaringan, seluruhnya
digolongkan bugar jasmani.
Siswa Baru yang mengalami gangguan kesehatan dalam pemeriksaan
Status Gizi, Tajam Penglihatan, Serumen, Tajam Pendengaran, Gigi,
Imunisasi, masalah Kespro, Hasil Pemeriksaan Penunjang Kebugaran
Jasmani seperti Anemi, Kecacingan dan kebugaran harus segera dirujuk ke
Puskesmas Ciputat.
Adapun tindak lanjut dari laporan hasil pemeriksaan tersebut adalah
apabila terdapat gangguan kesehatan siswa baru tersebut akan dirujuk. Siswa
Baru yang dirujuk kebanyakan memiliki gangguan kesehatan serumen telinga
dan gangguan kesehatan gigi (adanya karies gigi).
Sehingga dapat disimpulkan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru
SMP/MTs di wilayah Puskesmas Ciputat telah dan dapat mencapai target
yang direncanakan yaitu 100% yaitu semua SMP di wilayah Puskesmas
Ciputat pada tahun 2018 sudah dilaksanakan kegiatan penjaringan kesehatan
siswa baru.
86
BAB V
PEMBAHASAN
87
dengan dipenuhinya alat-alat kesehatan dari Puskesmas Ciputat dan
diperlukan perhatian lebih oleh dinas kesehatan mengenai kesediaan
sarana dan prasarana, seperti sarana prasarana senter yang rusak
padahal anggaran kesehatan sudah mencapai 10% dari APBN.
5.1.2 SDM
Berdasarkan pengamatan dilapangan saat pelaksanaan kegiatan
Penanggungjawab Kegiatan Penjaringan Kesehatan terlihat seluruh
SDM dilakukan oleh petugas yang berpengalaman, mahir sebagai
tenaga profesinal di bidangnya. Seperti penanggungjawab dipegang
oleh seorang Perawat bertugas sebagai pengawas, pengendali, dan
pengkontrol perencanaan dan penanggungjawab kegiatan Penjaringan
Kesehatan di wilayah puskesmas Ciputat dan sekaligus Pengampu
Unit PKPR. Pelaksana Kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru,
dilakukan oleh Dokter Umum dan Perawat yang berpengalaman,
mahir sebagai tenaga profesinal di bidangnya. Dalam kegiatan
Penjaringan Kesehatan Siswa Baru Sumber Daya Kesehatan dapat
dibantu oleh Tenaga Kesehatan (apabila diperlukan), mereka
bertanggung jawab sebagai pelaksana / petugas penjaringan Kesehatan
Siswa Baru diwilayah Puskesmas Ciputat. Jumlah SDM dalam
pelaksanaan Kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru sudah sesuai
dengan kebutuhan dan jumlah siswa baru di SMP yang akan dilakukan
penjaringan. Dalam pelaksanaannya Tenaga Kesehatan dibantu juga
oleh pihak sekolah yaitu guru yang menertibkan siswa yang akan
diperiksa.
Berdasarkan teori dari Sedarmayanti, Kualitas dan kuantitas SDM
sangat mempengaruhi efisiensi kerja. Efisiensi kerja adalah
perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan
hasil yang sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu
maupun hasilnya yang meliputi pemakaian waktu yang optimal dan
kualitas cara kerja yang maksimal (Sedarmayanti, 2001).
88
Dalam hal ini, formasi SDM yang dilibatkan dalam kegiatan
Penjaringan Kesehatan Siswa Baru di wilayah Puskesmas Ciputat
dapat disimpulkan bahwa formasi SDM yang ditugaskan sudah sesuai
dengan Petunjuk Teknis Penjaringan Kesehatan & Pemeriksaan
Berkala Di Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam hal
jumlah SDM yang ditugaskan dalam kegiatan penjaringan ini tidak
mengalami kendala atau keterbatasan SDM karena jumlah SDM yang
ditugaskan sudah sesuai dengan kebutuhan.
5.1.3 Anggaran
Berdasarkan pengamatan di lapangan didapatkan data
pembiayaan terhadap sektor kesehatan dianggarkan melalui dana
APBN dalam bentuk Jamkesmas, serta APBD Kabupaten/Kota. Total
anggaran di Puskesmas Ciputat tahun 2017 sebesar Rp. 198.097.000,-
yang diperoleh dari dana operasional PKM, dana BOK sebesar
Rp.251.272.000,-dan dana JKN sebesar Rp.3.828.985.424,-. Kegiatan
Penjaringan Kesehatan Siswa Baru ini tidak memiliki anggaran
khusus namun anggaran kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru
ini akan dimasukan kedalam anggaran program PKPR perbulan.
Sedangkan untuk proses pengajuan, pencairan dan pengelolaan alokasi
anggarannya tidak mengalami kendala
Menurut Nafarin, Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis
mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan dalam suatu
uang, tetapi dapat juga dinyatakan dalam satuan barang/jasa (Nafarin,
2013). Regulasi anggaran kesehatan diatur dalam Undang undang
No.36 Tahun 2009 Kesehatan, Pasal 170 Tentang Pembiayaan
Kesehatan, Permenkes RI Nomor 210/MENKES/PER/2011 Tentang
Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan, dan Permenkes RI
Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus
Nonfisik Bidang Kesehatan. Dalam regulasi tersebut disebutkan
tentang tata cara pengajuan, pencairan dan pengelolaan anggaran
DAK dan BOK. Dengan adanya DAK dan BOK diharapkan dapat
89
berkontribusi untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan
kesehatan masyarakat sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) bidang kesehatan.
Dalam hal ini, anggaran dana kesehatan Di Puskesmas Ciputat
sudah tertulis dan dinyatakan dalam suatu uang dan satuan
barang/jasa. Tata cara pengajuan, pencairan dan pengelolaan anggaran
DAK dan BOK juga mengikuti Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus
Nonfisik Bidang Kesehatan. Untuk penganggaran yang juga berupa
dana operasional dalam kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru
tidak mengalami kendala dalam proses pengajuan, pencairan dan
pengelolaan alokasi anggarannya karena anggaran kegiatan
Penjaringan Kesehatan Siswa Baru ini akan dimasukan kedalam
anggaran khusus program PKPR perbulan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa anggaran kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa
Baru di wilayah Penjaringan Kesehatan Siswa Baru ini telah sesuai
dengan teori dan /peraturan yang ada. Namun kegiatan Penjaringan
Kesehatan Siswa Baru ini tidak memiliki anggaran khusus.
90
SOP yang berlaku. Yaitu sesuai Dokumen SOP Pemeriksaan
Kesehatan Anak Sekolah Di Puskesmas Ciputat dengan No. Dokumen
: /UKM-CPT/I/2018.
Menurut Annie Sailendra, Standar Operasional Prosedur (SOP)
merupakan panduan yang digunakan untuk memastikan kegiatan
operasional organisasi atau perusahaan berjalan dengan lancer
(Sailendra, 2015). Dalam PERMENPAN PER/21/M-PAN/11/2008
disebutkan bahwa penyusunan SOP harus memenuhi prinsip-prinsip
antara lain: kemudahan dan kejelasan, efisiensi dan efektivitas,
keselarasan, keterukuran, dimanis, berorientasi pada pengguna,
kepatuhan hukum, dan kepastian hukum. Sesuai dengan
PERMENPAN PER/21/M-PAN/11/2008 SOP memiliki manfaat
antara lain : Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaan khusus, mengurangi kesalahan dan
kelalaian, SOP membantu staf menjadi lebih mandiri dan tidak
tergantung pada intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi
keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari,
Meningkatkan akuntabilitas dengan mendokumentasikan tanggung
jawab khusus dalam melaksanakan tugas, Menciptakan ukuran standar
kinerja yang akan memberikan pegawai. cara konkret untuk
memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang telah
dilakukan.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa Penyusunan dan
Penggunaan SOP telah sesuai dengan peraturan yang berlaku dimana
penyusunan SOP harus memenuhi prinsip-prinsip antara lain:
kemudahan dan kejelasan, efisiensi dan efektivitas, keselarasan,
keterukuran, dimanis, berorientasi pada pengguna, kepatuhan hukum,
dan kepastian hokum. Yang mana SOP Pemeriksaan Kesehatan Anak
Sekolah sesuai Dokumen SOP Pemeriksaan Kesehatan Anak Sekolah
Di Puskesmas Ciputat dengan No. Dokumen : /UKM-CPT/I/2018.
Dalam penyusunan dan pelaksanaan SOP tidak ditemukan kendala
oleh petugas kesehatan. Semua petugas kesehatan bila melaksanan
91
tahap demi tahap SOP tersebut.
92
kesehatan. Lembar persetujuan (Informed consent )merupakan
sebuah kesepakatan atas tindakan/pelayanan kesehatanyang akan
dilakukan olehtenaga kesehatan kepada masyarakat, setelah
sebelumnya tenaga kesehatan memberikan informasi,
komunikasikepada masyarakat tersebut.
Dalam perencanaan kegiatan Penjaringan Kesehatan siswa
baru juga harus ada persiapan, untuk mendukung hasil kegiatan agar
lebih baik lagi. Persiapan penjaringan dapat dilakukan minimal satu
minggu sebelum pelaksanaan Penjaringan dan Pemeriksaan Berkala.
Berikut gambarannya:
Pra Penjaringan/ pemeriksaan berkala
1. Penjelasan penjaringan kesehatan
2. Pembagian formulir persetujuan orangtua/wali
3. Pembagian kuesioner riwayat kesehatan, imunisasi, gaya hidup,
kesehatan mental, kesehatan intelegensia, kesehatan reproduksi
Perencanaan yang merupakan bagian dari manajemen merupakan
suatu proses penyusunan yang sistematis mengenai kegiatan-kegiatan
yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan dapat pula diartikan sebagai cara bagaimana mencapai
tujuan sebaik-baiknya dengan sumber daya yang ada supaya lebih
efisien dengan memperhatikan lingkungan sosial budaya, fisik dan
biologik. (Depkes RI, 2002)
Dalam penyusunan persiapan harus berdasarkan sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku yaitu berpedoman pada Pasal 79 UU
No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, PP 2 Tahun 2018 tentang SPM,
Perpres 2 Tahun 2018 tentang RPJMN, Impres 1 Tahun 2017
GERMAS, Kepmenkes HK. 02 02/52/2015 tentang Renstra,
Permenko PMK 1 Tahun 2018 tentang RAN Kes Usekrem, PB 4
Mentri 2014 tentang UKS/M, PMK 25 Tahun 2014 tentang upaya Kes
Anak, Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas..
93
Dalam penyusunan persiapan program kesehatan khususnya
dalam Penjaringan Kesehatan Siswa Baru harus sudah sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku yaitu berpedoman pada UU No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, UU No.36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, Permenkes No.741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, Permenkes No.75 tahun 2014
tentang Puskesmas. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Urusan
Pemerintahan, SKB 4 Mentri No 1/U SKB : No
16067/Menkes/SKB/VII/2003 : No MA/230 A/ 2003 : No 26 Tahun
2003 tgl 23 Juli 2003 tentang Penggunaan dan Pengembangan UKS,
Kep. Menkes No 1611 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penyelenggaraan imunisasi. Perencanaan kegiatan ini juga telas disusu
secara sistematis untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sehingga tidak
ada masalah dalam pelaksanaannya.
5.2.2 Pelaksanaan
Pada diwilayah Puskesmas Ciputat pelaksanaan kegiatan
Penjaringan Kesehatan Siswa Baru ini diselenggarakan sesuai dengan
perencanaan yang ada yakni pada bulan 30 September– 29 Oktober
2018 di 10 SMP/MTs di wilayah Puskesmas Ciputat dengan jumlah
siswa baru 1040 Siswa Baru.
Pelaksanaan Kegiatan Penjaringan Kesehatan siswa baru telah
sesuai dengan petunuk teknis penjaringan anak sekolah yaitu sesuai
tahun ajaran yang ada. Tahun ajaran dalam pelaksanaan penjaringan
kesehatan dapat dilakukan sepanjang satu tahun ajaran (Juli sampai
dengan Juni) : Bulan Juli sampai dengan Desember untuk peserta
didik baru kelas 1, 7, dan 10 Bulan Januari sampai dengan Juni untuk
peserta didik baru kelas 1, 7, dan 10 yang belum dilakukan
penjaringan pada tahun sebelumnya Pemeriksaan berkala dilakukan 1
kali dalam setahun bagi peserta didik, yang waktu pelaksanaannya
94
dapat dilakukan sepanjang satu tahun ajaran ( Juli sampai dengan
Juni).
Petugas kesehatan yang ditugaskan melaksanakan penjaringan
ini adalah Tim Pelaksana yang terdiri dari Penanggungjawab dan 2
Pelaksana Kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru. Tim
Pelaksana melaksanakan tugas dan kegiatan penjaringan ini sesuai
dengan SOP dan kerangka acuan kegiatan yang telah dibuat.
Pelaksanaan kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru ini
diselenggarakan sesuai dengan Standart Operational Prosedur (SOP)
Pemeriksaan Kesehatan Anak Sekolah dengan No. Dokumen
SOP/UKM-CPT/I/18.
Petugas Kesehatan yang terlibat melakukan berbagai macan
pemeriksaan. Ada menggunakan kuesioner, ada pula yang secara
spontan diadakan tanya jawab. Pemeriksaannya adalah sebagai
berikut:
Tenaga Kesehatan I
1. Pemeriksaan tanda vital
2. Pemeriksaan mata
3. Pemeriksaan telinga
4. Menyimpulkan hasil pemeriksaan (kebersihan pribadi, gizi,
tanda vital, mata dan Telinga)
5. Mencatatkan hasil pemeriksaan, kesimpulan dan tindak lanjut
pada formulir pemeriksaan / buku rapor kesehatanku
Tenaga Kesehatan II
1. Pemeriksaan kesehatan gigi
2. Menyimpulkan hasil pemeriksaan
3. Mencatatkan hasil pemeriksaan, kesimpulan dan tindak lanjut
pada formulir pemeriksaan / buku rapor kesehatanku
Tenaga Kesehatan III
1. Mencatatkan hasil pemeriksaan ke dalam format rekapitulasi
penjaringan kesehatan peserta didik
95
2. Membuat surat rujukan bagi hasil penjaringan yang memerlukan
rujukan
3. Membuat umpan balik ke sekolah tertulis berupa : tindak lanjut
hasil penjaringan kesehatan:
a. Tatalaksana rujukan peserta didik
b. Penyuluhan kesehatan
c. Pembinaan lingkungan sekolah sehat
d. Laporan ke Dinas Kesehatan
Menurut Terry (Sukarna, 2011) Pelaksanaan adalah usaha yang
dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan
yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala
kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan,
dimana tempat pelaksanaannya, dan kapan waktu dimulainya. Dan
unsur dalam Pelaksanaan menurut Syukur dalam Surmayadi terdapat
tiga unsur penting dalam pelaksanaan, meliputi (Sumaryadi, 2005):
Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan, Kelompok
masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program
perubahan dan peningkatan, Unsur pelaksanaan baik organisasi
maupun perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan
pelaksana dan pengawasan dari proses implementasi tersebut. Proses
pelaksanaan dalam program kesehatan di atur dalam beberapa
regulasi, yaitu Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Permenkes RI Nomor 39 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga, Permenkes RI Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan
Minimanl Bidang Kesehatan, Permenkes Nomor 8 Tahun 2018
tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.
Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan Penjaringan
Kesehatan Siswa Baru di Wilayah Puskesmas Ciputat telah sesuai
dengan teori dan regulasi yang ada. Namun pada tahap pelaksanaan
ini Tim Pelaksana Kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru
96
mengalami kendala dalam waktu pelaksanaan yang di beberapa
sekolah tiba-tiba berubah karena pihak sekolah salah koordinasi
ataupun lupa bahwa sedang ada acara lain di sekolahnya. Hal ini
berdampak ditundanya kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru di
sekolahnya tersebut.
Saran untuk pelaksanaan Kegiatan Penjatringan Kesehatan
Siswa Baru agar meningkatkan kesiapan Sekolah dalam menyediakan
waktu dan tempat pelaksaan agar sesuai dengan kesepakatan yang
telah dibuat dengan pihak Puskesmas.
5.2.3 Evaluasi
Evaluasi dari pelaksanaan kegiatan penjaringan kesehatan siswa
baru di wilayah Puskesmas Ciputat ini dilakukan dengan
mengevaluasi secara keseluruhan proses pelaksanaan kegiatan
penjaringan kesehatan siswa barubdi wilayah Puskesmas Ciputat.
Yang melakukan evaluasi ini secara langsung adalah Tim Pelaksana
yang terdiri dari Penanggungjawab Kegiatan Penjaringan Kesehatan
yang dipegang oleh seorang Perawat, Pelaksana Kegiatan Penjaringan
Kesehatan yang dipegang oleh seorang Dokter Umum, dan Pelaksana
Kegiatan Penjaringan Kesehatan yang dipegang oleh seorang Perawat,
ketiganya merupakan petugas lapangan kemudian Tim Pelaksana
melaporkan hasil evaluasiseluruh kegiatan penjaringan siswa baru
wilayah puskesmas Ciputat kepada Kepala UPT Puskesmas
Ciputat.dalam Rapat Program Lintas Sektor Puskesmas Ciputat.
Evaluasi dari kesiapan sarana prasarana kegiatan penjaringan
kesehatan siswa baru masih belum memadai, contohnya sarana dan
prasarana seperti stetoskop, ruangan khusus pemeriksaan, tidak
adanya pendingin ruangan di setiap ruangan tempat pelaksanaan
kegiatan penjaringan siswa baru dilaksanakan. Evaluasi kegiatan
penjaringan kesehatan menurut hasil di lapangan, kegiatan sudah
berjalan dengan baik dan sesuai target perencanaan, yaitu dengan
capaian target 100%.
97
Menurut Notoatmodjo evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menilai hasil dari suatu program atau kegiatan yang sedang atau
sudah dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil yang telah
dicapai dari suatu program atau kegiatan dengan tujuan yang telah
direncanakan (Notoatmodjo, 2011). Pengertian evaluasi juga
dikemukakan oleh Sudijono dalam Anas yang mengatakan evaluasi
adalah penafsiran atau interpretasi bersumber pada data kuantitatif,
sedangkan data kuantitatif berasal dari hasil pengukuran (Anas, 1996).
Evaluasi program kesehatan diatur dalam beberapa regulasi yaitu
diantaranya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Permenkes RI Nomor 39 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga, Permenkes RI Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan
Minimanl Bidang Kesehatan, Permenkes Nomor 8 Tahun 2018
tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.
Berdasarkan hasil pengamatan, evaluasi dari kegiatan
Penjaringan Kesehatan Siswa Baru diwilayah Puskesmas Ciputat telah
sesuai dengan teori dan peraturan yang ada. Tetapi Sarana dan
Prasarana khusunya UKS Kit tidak lengkap menimbulkan kendala
yang tidak besar pada pencapaian target, walaupun begitu tenaga
kesehatan telah mencapai target yang direncanakan.
5.3. Output
Berdasarkan pengamatan di lapangan didapatkan informasi Target dari
Kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru oleh Puskesmas Ciputat
sudahtercapai yaitu terjaringnya atau terperiksananya seluruh siswa baru
kelas 7 dan siswa kelas yang bersekolah di SMP/MTs yang berada di wilayah
Puskesmas Ciputat. Dengan persentase pemenuhan Target Kegiatan
Penjaringan Kesehatan Siswa Baru adalah 100%.
98
Jumlah siswa baru dari SMP/MTs di wilayah Puskesmas Ciputat yaitu
sebanyak 1040 siswa baru. Dari Hasil Penjaringan Kesehatan Siswa Baru
diketahui bahwa persentase siswa yang memiliki status gizi normal sebanyak
92,6%, siswa yang memiliki status gizi tidak normal sebanyak 4,4%, dan
siswa yang memiliki status gizi kurang sebanyak 3%. Pada pemeriksaan
tajam penglihatan terdapat 1015 siswa normal dan 25 siswa tidak normal.
setelah dilakukannya pemeriksaan serumen, terdapat 275 siswa yang
memiliki serumen yang terlihat, walaupun begitu seluruh siswa yang
mengikuti penjaringan kesehatan memiliki tajam pendengaran yang normal.
Data hasil pemeriksaan, hanya 214 siswa yang telah diimunisasi. Dari 1040
siswa terdapat 17 siswa yang mengalami anemia. Namun dari keseluruhan
siswa SMP yang telah dilakukan penjaringan, seluruhnya digolongkan bugar
jasmani.
99
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan di Puskesmas Ciputat
pada tanggal 30 September – 29 Oktober Tahun 2019 mengenai Gambaran
Penjaringan Kesehatan Siswa Baru Di Wilayah Puskesmas Ciputat antara
lain:
1. Gambaran umum Puskesmas Ciputat yang memiliki kegiatan
penjaringan kesehatan di wilayah Puskesmas Ciputat, yang dilakukan
kepada Siswa Baru. Penjaringan.Kesehatan Siswa Baruyang
diselenggarakan di SMP/MTs di Wilayah Puskesmas Ciputat 2018.
2. Gambaran umumTim Pelaksana Kegiatan Penjaringan Kesehatan
Siswa Baru di Wilayah Puskesmas Ciputat Tahun 2018 yang
melaksanakan Kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru Di
Wilayah Puskesmas Ciputat Tahun 2018. Pada unit tersebut terdapat,
Penanggungjawab Kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru,
Pelaksana (1) dan Pelaksana (2) Kegiatan Penjaringan Kesehatn Siswa
Baru
3. Gambaran Input Penjaringan Kesehatan Siswa Baru Di Wilayah
Puskesmas Ciputat Tahun 2018 yang meliputi Sarana dan Prasarana,
Anggaran, SDM, dan SOP. Disimpulkan bahwa belum memadainya
sarana prasarana yang ada dan belum memadainya anggaran kegiatan
penjaringan, karena pada kegiatan penjaringan ini belum memiliki
anggaran khusus. Namun, tidak ada masalah dengan SDM, dan SOP.
4. Gambaran Proses Penjaringan Kesehatan Siswa Baru Di Wilayah
Puskesmas Ciputat Tahun 2018, tidak terdapat masalah pada tahap
perencanaan dan pelaksanaan, maupun evaluasi.
5. Gambaran Output PenjaringanKesehatan Siswa Baru Di Wilayah
Puskesmas Ciputat Tahun 2018, yaitu tindak lanjut dari data-data hasil
Kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru, yaitu Pencatatan,
Pelaporan dan Tindak Lanjut berupa Rujukan ke Puskesmas.
100
6.2 Saran
Berdasarkan kegiatan magang yang dilakukan, disarankan kepada
Pihak Puskesmas Pembina untuk mengadakan pelengkapan Sarana dan
Prasarana UKGs Kit, agar kegiatan Penjaringan Kesehatan Siswa Baru
lebih terlaksana dengan baik,dan ditahun berikutnyasemakin berjalan
lancar.
101
DAFTAR PUSTAKA
102
Martianto, D. (2005). Menjadikan Uks Sebagai Upaya Promosi Tumbuh
Kembang Anak Didik. Gajah Mada University Press.
Nafarin, M. (2013). Penganggaran Perusahaan (3rd ed.). Salemba Empat.
Nawawi, H. (2013). Perencanaan Sumber Daya Manusia. Gadjah Mada
University Press.
Noor, N. N. (2000). Dasar epidemiologi. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta.
Permenkes RI. (2018). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Aplikasi
Sarana, Prasarana, Dan Alat Kesehatan (Patent No. 31).
PERMENPAN PER/21/M-PAN/11/2008. (2008). Pedoman Penyusunan Standar
Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan. Kemen PAN RI.
Sailendra, A. (2015). Langkah-Langkah Praktis Membuat SOP. Trans Idea
Publising.
Sedarmayanti. (2001). Tata Kerja dan Produktifitas Kerja (First). CV Mandar
Maju.
Silalahi, U. (1996). Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen. Mandar Maju.
Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. PT. Rineka
Cipta.
Sukarna. (2011). Dasar-Dasar Manajemen. Mandar Maju.
Sulaeman, E. (2011). Manajemen Kesehatan Teori dan Praktek di Puskesmas.
Gadjah Mada University Press.
Sulaeman, ES. (2009). Manajemen Kesehatan Teori dan Praktek di Puskesmas.
Gadjah Mada University Press.
Sumaryadi, N. (2005). Efektifitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah. Citra
Utama.
Syahril. (2006). Pengertian Penyaringan (Screening) Kegunaannya serta
Tujuannya.
WHO. (2014). Achieving universal health coverage for the world’s 1.2 billion
adolescents.
https://www.who.int/maternal_child_adolescent/adolescence/universal-
health-coverage/en/
103