LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MANAJEMEN PUSKESMAS
PUSKESMAS PANGENAN
Disusun oleh:
Pembimbing I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan laporan manajemen puskesmas ini. Penulisan laporan manajemen
puskesmas ini dilakukan untuk memenuhi laporan kegiatan kepaniteraan bagian Ilmu Kedokteran
Keluarga dan Komunitas yang dilakukan di Puskesmas Pangenan Kabupaten Cirebon yang telah
di tunjuk. Kami menyadari sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan usulan kegiatan ini
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak awal penyusunan usulan kegiatan ini
sampai terselesaikannya usulan kegiatan ini. Bersama ini kami sampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. dr. H. Catur Setya, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati
Cirebon yang telah memberikan sarana dan prasarana kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan lancar.
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon yang telah memberikan pembekalan kepada kami.
3. dr. Hj. Atih Andriyantie Fauzi. selaku kepala puskesmas Pangenan dan pembimbing yang telah
membimbing kami dalam penyusunan usulan kegiatan ini.
4. Orang tua beserta keluarga kami yang senantiasa memberikan dukungan moral dan material.
5. Serta pihak lain yang tidak mungkin kami sebutkan satu-persatu atas bantuannya serta
langsung maupun tidak langsung sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR SKEMA........................................................................................................................... vi
BAB I ................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
1.3 Tujuan................................................................................................................................. 4
1.4 Manfaat............................................................................................................................... 5
2.4 Penilaian Cakupan Pelayanan Upaya Kesehatan Wajib Dan Pengembangan ................. 18
BAB IV ........................................................................................................................................... 46
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 46
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Jumlah dan Ratio penduduk laki-laki dan perempuan di Puskesmas Pangenan 2018... 15
Tabel 2. 2 Luas Wilayah Desa di Kecamatan Pangenan ................................................................ 17
Tabel 2. 3 Sarana dan prasarana Puskesmas pangenan Tahun 2018 .............................................. 10
Tabel 2. 4 Sumber Dana Untuk Pembiayaan Di Puskesmas Pangenan Tahun 2018 ..................... 11
Tabel 2. 5 Jumlah Kematian Bayi di Kecamatan Pangenan Tahun 2018 ....................................... 11
Tabel 2. 6 Jumlah Kematian Ibu di Kecamatan Pangenan Tahun 2018. ........................................ 11
Tabel 2. 7 Sepuluh (10) Besar Penyakit di Puskesmas Pangenan Tahun 2018 .............................. 12
Tabel 2. 8 Hasil Penilaian Cakupan Upaya Kesehatan Wajib Tahun 2018 .................................... 18
Tabel 2. 9 Hasil Penilaian Cakupan Upaya Kesehatan Pengembangan Tahun 2018 ..................... 21
Tabel 3. 1Analisis Masalah yang ada Di Puskesmas Pangenan ..................................................... 23
Tabel 3. 2 Identifikasi Masalah ....................................................................................................... 25
Tabel 3. 3 Penentuan Prioritas Masalah dengan Menggunakan Matriks USG ............................... 28
Tabel 3. 4 Analisis Kelebihan dan Kekurangan Input Masalah...................................................... 31
Tabel 3. 5 Pemecahan Masalah ....................................................................................................... 34
Tabel 3. 6 Pemecahan Masalah Menggunakan Matriks CARL ...................................................... 36
Tabel 3. 7 Perencanaan Program Astanamukti Stop BAB Sembarangan (ASBES)....................... 38
Tabel 3. 8 Pelaksanaa Kegiatan ASBES (Astanamukti Stop BAB Sembarangan) ........................ 40
Tabel 3. 9 Jadwal Kegiatan ............................................................................................................. 43
Tabel 3. 10 Evaluasi Kegiatan ASBES ........................................................................................... 44
vi
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
Pada tahun 2018, berdasarkan Laporan Tahunan UPTD Puskesmas DTP Pangenan
di wilayah cakupan UPTD Puskesmas DTP Pangenan terdapat dua desa yang telah
terverifikasi menjadi Desa Stop BABS atau Desa Open Defecation Free.9
Sanitasi yang tidak layak amat berkaitan dengan penularan beberapa penyakit
infeksi berbasis lingkungan yaitu penyakit Diare, Kolera, Demam Tifoid dan
Paratifoid, Disentri, penyakit cacing tambang, Askariasis, penyakit hepatitis A dan E,
penyakit kulit seperti Skabies, Trakhoma, Skistosomiasis, Cryptosporidiosis,
malnutrisi serta penyakit yang berhubungan dengan malnutrisi.
Penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan dengan sanitasi dan higiene yang
buruk juga memberikan dampak kerugian finansial dan ekonomi akibat tingginya
biaya perawatan kesehatan, hilangnya pendapatan akibat menurunnya produktivitas
kerja, dan kerugian akibat kematian prematur. Kerugian ekonomi yang dialami
Indonesia akibat sanitasi yang tidak layak dan higienitas yang buruk mencapai 56
triliun rupiah per tahun, setara dengan 2,4% dari Produk Domestik Bruto(PDB).
Prevalensi penyakit akibat sanitasi buruk di Indonesia adalah penyakit diare
sebesar 72%, Skabies sebesar 23%, kecacingan sebesar 0,85%, Trakhoma sebesar
0,14%, hepatitis A sebesar 0,57%, hepatitis E sebesar 0,02% dan malnutrisi sebesar
2,5%, sedangkan kasus kematian akibat sanitasi buruk adalah diare sebesar 46%,
kecacingan sebesar 0,1%, Skabies sebesar 1,1%, hepatitis A sebesar 1,4% dan
hepatitis Esebesar 0,04%. Di wilayah cakupan UPTD Puskesmas DTP Pangenan,
prevalensi diare pada tahun 2017 adalah sebanyak 1.972 kasus ( 8,2% ).
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan,
khususnya bidang higiene dan sanitasi masih sangat besar. Untuk itu perlu dilakukan
intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Pemerintah mengubah
pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari pendekatan sektoral dengan
penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini tidak memberi daya ungkit
terjadinya perubahan perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi, menjadi
pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat yang menekankan pada 5 (lima)
perubahan perilaku higienis.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar
akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik
serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat.
Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong
tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.
4
1.2 Permasalahan
Berdasarkan hasil wawancara pra penelitian dengan Programmer Kesehatan
Lingkungan dan Ketua Program UKM UPTD Puskesmas DTP Pangenan,
hambatan tercapainya bebas BABS adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk
membangun jamban secara mandiri, adanya anggapan bahwa jamban sehat adalah
mahal, BABS adalah tindakan yang praktis, BABS tidak berefek terhadap sakit dan
jarak rumah dekat sungai atau kali, serta masih menunggu bantuan dari pihak
lain untuk membangun jamban pribadi.
Hal ini merupakan kondisi yang penting untuk diintervensi dalam upaya
menghentikan perilaku BABS lewat metode Pemicuan STBM yang bila tidak dibenahi
akan berimplikasi terhadap peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit akibat
sanitasi yang buruk.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum:
Mampu mengidentifikasi program-program puskesmas, mengetahui kondisi dan
sarana serta kegiatan yang akan dilaksanakan serta mengidentifikasi berbagai
permasalahan sesuai dengan prioritas masalah yang dihadapi puskesmas.
1.3.2 Tujuan Khusus:
1. Teridentifikasinya masalah kegiatan di Puskesmas melalui data sekunder,
wawancara dan observasi di Puskesmas Pangenan
2. Teranalisisnya permasalahan di Puskesmas Pangenan
3. Diperolehnya penyebab timbulnya masalah utama, metode dan alternatif pemecahan
masalah
4. Menganalisis berbagai masalah dan pemecahan masalah tersebut Tersusunnya
rencana usulan kegiatan program terpilih
5. Mengimplementasikan usulan kegiatan serta mengevaluasi hasil pelaksanaan
kegiatan
6. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan.
5
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Puskesmas
Sebagai sarana untuk kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan balik
dari hasil evaluasi koassisten dalam rangka mengoptimalkan peran puskesmas.
3. Misi Puskesmas
Untuk mewujudkan visi yang sudah ditetapkan, Puskesmas
Pangenan mempunyai misi yang merupakan implementasi dari visi yang
memuat pernyataan tentang tujuan organisasi dalam bentuk produk dan
pelayanan, nilai – nilai yang dianut serta cita – cita dimasa mendatang.
Misi tersebut adalah :
1. Memberikan Pelayanan PRIMA dan terjangkau bagi
masyarakat
P = Peduli = Memperhatikan kebutuhan kesehatan masyarakat.
R = Ramah = Memberikan pelayanan dengan sopan santun
I = Ikhlas = Memberikan pelayanan dengan setulus hati
M = Malu = Malu jika tidak memberikan pelayanan yang terbaik
A = Adil = Memberikan pelayanan yang merata dengan tidak
membedakan suku,agama,ras,kepercayaan dan status sosial
2. Memberdayakan Masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan secara mandiri
3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia professional, jujur
dan amanah
4. Menjalin kemitraan dengan lintas sector untuk mempercepat
pembangunan kesehatan.
2.2.2 Data Geografi
1. Keadaan Daerah
UPTD Puskesmas Pangenan merupakan satu dari 57 Puskesmas di
Wilayah Kabupaten Cirebon yang terletak di Kecamatan Pangenan
Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 30,54 Km yang terbagi ke dalam
9 desa, 231 RT dan 56 RW. Jumlah penduduk 48.245 jiwa terdiri dari
24.183 laki – laki dan 24.062 Perempuan (sumber dari data estimasi
penduduk tahun 2018).
15
JUMLAH PENDUDUK
KELOMPOK
N LAKI RASIO
UMUR LAKI-LAKI+
O - PEREMPUAN JENIS
(TAHUN) PEREMPUAN
LAKI KELAMIN
1 2 3 4 5 6
2 2
1 0-4 4.876 99,59
2.433 2.443
2 2
2 5-9 4.513 94,69
2.195 2.318
2 2
3 10 - 14 4.428 107,21
2.291 2.137
2 2
4 15 - 19 4.448 106,79
2.297 2.151
1 1
5 20 - 24 3.806 107,19
1.969 1.837
1 1
6 25 - 29 3.495 105,83
1.797 1.698
1 1
7 30 - 34 3.246 94,84
1.580 1.666
1 1
8 35 - 39 3.518 90,88
1.675 1.843
1 1
9 40 - 44 3.295 106,20
1.697 1.598
1 1
10 45 - 49 2.270 100,35
1.137 1.133
1 1
11 50 - 54 2.212 94,21
1.073 1.139
1 1
12 55 - 59 2.189 97,39
1.080 1.109
9 9
13 60 - 64 1.916 99,58
956 960
7 7
14 65 - 69 1.562 104,72
799 763
5 6
15 70 - 74 1.194 88,63
561 633
5 6
16 75+ 1.277 85,88
590 687
2 2
JUMLAH 48.245 100,06
4.130 4.115
Sumber: Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Pangenan Tahun 2018
16
2. KEADAAN PENDIDIKAN
Pendidikan pada penduduk di wilayah Puskesmas Pangenan kecamatan
Pangenan berdasarkan sumber Data Estimasi Penduduk Tahun 2018 adalah
sebagai berikut :
a. Jumlah Penduduk : 48.245 jiwa
b. Jumlah Kepala Keluarga : 15.876 KK
c. Penduduk laki – laki : 24.183 jiwa
d. Penduduk perempuan : 24.062 jiwa
e. Jumlah siswa yang sekolah di wilayah Kecamatan Pangenan :
1. Jumlah siswa TK/RA : 917 jiwa
2. Jumlah siswa SD/MI : 4.962 jiwa
3. Jumlah Siswa SLTP/MTS : 2.829 jiwa
4. Jumlah Siswa SLTA/MA : 1.138 jiwa
f. Sarana Pendidikan yang ada di Wilayah Kecamatan Pangenan adalah :
1. PAUD : 5 buah
2. TK/RA : 12 buah
3. Sekolah Dasar Negeri : 23 buah
4. SLTP : 13 buah
5. SLTA / SMK : 8 buah
6. Madrasah Ibtidaiyah : 7 buah
7. M T S : 6 buah
8. Aliyah : 3 buah
9. Pondok Pesantren : 1 buah
48,600
48,400
48,200
48,000
47,800
47,600
47,400
47,200
47,000
46,800
46,600
46,400
2015 2016 2017 2018
Jumlah Penduduk 48,529 47,211 47,389 48,245
b. Prasarana
Tabel 2. 3 Sarana dan prasarana Puskesmas pangenan Tahun 2018
I FISIK
1 Puskesmas 1 Pemda Ds. Ender
2 Pustu 4 Dinkes Ds.Getrakmoyan Baik Dibangun
Ds. Japura Lor 2017
Ds. Astanamukti -
Ds. Beringin -
3 Kegiatan 3 Puskesmas Ds. Pengarengan
Pusling Ds. Bendungan
Ds. Rawa Urip
4 Posyandu 47 Masyarakat 9 Desa 4 s.d. 5 Pos / ds
5 Posbindu 9 Masyarakat 9 desa binaan
6 Poskesdes 3 Masyarakat Ds. Getrakmoyan
Ds. Ender
Ds. Pangenan
7 Poskestren 1 Pemda Desa Ender Rusak Berat
(sudah tidak
jalan)
8 Mobil Pusling 1 Pemda PKM Pangenan
9 Mobil 1 Pemda PKM Pangenan
Ambulance
10 Motor 2 Dinkes PKM Pangenan
II PELAYANAN
1 Rawat Inap 1 Pemda PKM Pangenan Rehab 2017
2 Poned 1 Puskesmas PKM Pangenan Rehab 2017
3 Klinik TB 1 Dinkes PKM Pangenan Rehab 2017
4 Lab. Sederhana 1 Puskesmas PKM Pangenan Rehab 2017
5 Klinik Gizi 1 Puskesmas PKM Pangenan -
6 BP Gigi 1 Puskesmas PKM Pangenan -
7 BP Umum 9 Puskesmas 9 desa binaan -
8 KIA 9 Puskesmas 9 desa binaan -
Sumber: Laporan Tahunan UPTD Pangenan Tahun 2018
11
JUMLAH YANG
NO SUMBER DANA JUMLAH
TERSERAP
1 Retribusi Rp. 203.200.820 Rp. 203.200.820
2. Data Kesehatan
a. KEMATIAN
1) Kematian Bayi
Pada tahun 2018 diwilayah Kecamatan Pangenan ada kematian bayi.
Tabel 2. 5 Jumlah Kematian Bayi di Kecamatan Pangenan Tahun 2018
JUMLAH
NAMA KODE
NO LAKI - TOTAL %
PENYAKIT PENYAKIT PEREMPUAN
LAKI
1 Common cold J00 2.983 2.983 5.966 10,55
2 Batuk R05 2.960 3.197 6.157 10,88
3 Myalgia M791 2.788 2.869 5.657 10,00
4 Dispepsi K30 2.584 2.784 5.368 9,49
5 Ispa J069 2.391 2.592 4.983 8.81
13
Dilihat dari pola 5 besar penyakit rawat jalan di Puskesmas untuk semua
golongan umur yaitu Batuk, Common cold, Myalgia, Dypepsia dan ISPA
lebih mendominasi. Hal ini menggambarkan pasien yang berkunjung ke
Puskesmas lebih banyak menderita penyakit berbasis lingkungan.
KURANG VITAMIN A
Kurang vitamin A dapat menimbulkan penyakit rabun senja
(Xerophtalmia). Upaya penanggulangan defisiensi vitamin A terutama
pada bayi, anak balita dan ibu nifas dengan memberikan kapsul vitamin A.
Pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan balita diberikan setiap 6 bulan
sekali atau 2 kali dalam setahun yaitu Februari dan bulan Agustus.
Sedangkan pada Ibu nifas hanya diberikan satu kali.
Pada Bulan Februari tahun 2018 cakupan pemberian vitamin A pada
bayi mencapai 100%, cakupan pemberian vitamin A pada Balita 100 %,
Bulan Agustus 2018 cakupan pemberian vitamin A pada bayi mencapai
100%, cakupan pemberian Vitamin A pada Balita 100%.
Berdasarkan laporan dari Bidan Desa, cakupan pemberian vitamin A
pada ibu nifas di kecamatan Pangenan tahun 2018 adalah 95,5 %.
Penanggulangan defisiensi vitamin A pada anak balita dilakukan
dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) setiap 6
bulan sekali, pendidikan gizi ibu di Posyandu, fortifikasi bahan makanan
yang banyak dikonsumsi anak balita dengan vitamin A (1.800 IU).
Pemberian vitamin A pada ibu sehabis melahirkan bertujuan untuk
meningkatkan kadar vitamin A dalam ASI bagi ibu dalam 1-2 minggu.
BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
Bayi dengan berat badan saat lahir kurang dari 2.5 kg dikategorikan
bayi dengan berat badan lahir rendah. Kondisi bayi dengan berat badan
lahir rendah ini dipengaruhi oleh kondisi ibu pada saat hamil. Tahun 2018
jumlah BBLR yang tercatat dalam pelaporan adalah : BBLR hidup 44
orang (4,4 %) dari kelahiran 1.010 orang dan BBLR mati tidak ada (0 %)
dari kelahiran 1.010 orang.
STATUS GIZI IBU HAMIL
Status gizi pada ibu hamil sangat penting karena berhubungan secara
tidak langsung dengan indicator kesehatan. Status gizi pada ibu hamil
antara lain dilihat dari kadar Hemoglobin dalam darah dan pengukuran
lingkar lengan atas untuk melihat apakah ibu hamil termasuk kategori
17
KEK (Kurang Energi Kronik) atau bukan. Pada tahun 2018 jumlah bumil
KEK di Kecamatan Pangenan ada 123 orang, yang sudah diberi PMT 123
orang dan diberikan pmt selama 90 hari.
Upaya peningkatan gizi masyarakat khususnya dalam menangani ibu
hamil yaitu pada pemberian tablet besi pada ibu hamil. Pada tahun 2018
cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil (Fe 1) adalah 96,99 %.
KESENJANGAN
CAKUPAN
PENCAPAIAN
SASARAN
(4/3 X
TARGET
100%)
No. JENIS KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7
I. UPAYA KESEHATAN WAJIB
A. UPAYA PROMOSI KESEHATAN
PROMOSI KESEHATAN DALAM
GEDUNG
1 Cakupan Komunikasi Interpersonal dan 1,004 912 90.84 5.00 85.84
Konseling (KIP/K)
2 Cakupan Penyuluhan kelompok oleh 96 60 62.50 100.00 -37.50
petugas di dalam gedung Puskesmas
3 Cakupan Institusi Kesehatan ber-PHBS 6 4 66.67 100.00 -33.33
PROMOSI KESEHATAN LUAR
GEDUNG
4 Cakupan Pengkajian dan Pembinaan 9,030 1,131 12.52 65.00 -52.48
PHBS di Tatanan Rumah Tangga
5 Cakupan Pemberdayaan Masyarakat 564 242 42.91 100.00 -57.09
melalui Penyuluhan Kelompok oleh
Petugas di Masyarakat
6 Cakupan Pembinaan UKBM dilihat 47 3 6.38 65.00 -58.62
melalui persentase (%) Posyandu
Purnama & Mandiri
7 Cakupan Pembinaan Pemberdayaan 9 9 100.00 60.00 40.00
Masyarakat dilihat melalui Persentase
(%) Desa Siaga Aktif (untuk
Kabupaten)/ RW Siaga Aktif (untuk
kota)
8 Cakupan Pemberdayaan Individu/ 912 879 96.38 50.00 46.38
Keluarga melalui Kunjungan Rumah
KESEHATAN ANAK
5 Cakupan Kunjungan Neonatus 1 (KN1) 1,020 481 47.16 91.00 -43.84
KELUARGA BERENCANA
10 Cakupan Peserta KB Aktif 8,375 4,425 52.84 75.00 -22.16
PELAYANAN IMUNISASI
LANJUTAN
9 Cakupan Pelayanan Imunisasi Ibu Hamil 1,122 635 56.60 90.00 -33.40
TT2+
10 Cakupan Desa/ Kelurahan Universal 9 3 53.76 100.00 -46.24
Child Immunization (UCI)
F. UPAYA PENGOBATAN
1 Kunjungan Rawat Jalan 7,236 10,203 141.00 100.00 41.00
2 Kunjungan Rawat Jalan Gigi 1,929 2,058 106.69 100.00 6.69
3 Cakupan jumlah seluruh Pemeriksaan 26,201 1,953 7.45 20.00 -12.55
Laboratorium Puskesmas
4 Cakupan Jumlah Pemeriksaan 195 1 0.51 10.00 -9.49
Laboratorium yang dirujuk
5 Cakupan Asuhan Keperawatan Individu 315 315 100.00 100.00 0.00
pada Pasien Rawat Inap
21
KESENJANGAN
CAKUPAN
PENCAPAIAN
SASARAN
TARGET
(4/3 X
No 100%)
JENIS KEGIATAN
.
1 2 3 4 5 6 7
II. UPAYA KESEHATAN
PENGEMBANGAN
A. UPAYA KESEHATAN SEKOLAH
1 Cakupan Sekolah (SD/MI/ sederajat) 23 23 100 100.00 0
yang melaksanakan penjaringan
Kesehatan
B. UPAYA KESEHATAN OLAH RAGA
1 Cakupan Pembinaan Kelompok 18 15 83,33 100.00 -16.67
Olahraga
C. UPAYA PERAWATAN KES. MASYARAKAT
1 Cakupan Keluarga Dibina (Keluarga 116 88 ]75.86 100.00 -24.14
Rawan)
2 Cakupan Keluarga Rawan Selesai 116 62 53.45 100.00 -46.55
Dibina
3 Cakupan Keluarga Mandiri III 116 62 53.45 100.00 -46.56
D. UPAYA KESEHATAN KERJA
1 Cakupan Pembinaan Pos UKK 1 1 100.00 100.00 0.00
2 Cakupan Penanganan Penyakit Akibat 420 420 100.00 100.00 0.00
Kerja (PAK) dan Panyakit Akibat
Hubungan Kerja (AHK)
E. UPAYA KES. GIGI & MULUT
1 Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi di 26 20 76.92 60.00 16.92
Masyaakat
2 Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi di 11 7 63.64 80.00 -16.36
TK
3 Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan 23 23 100.00 80.00 20.00
Mulut di SD/ MI
4 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi 407 379 93.12 80.00 13.12
dan Mulut Siswa TK
5 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi 841 782 92.98 80.00 12.98
dan Mulut Siswa SD
6 Cakupan Penanganan Siswa TK yang 82 86.59 -13.41
Membutuhkan Perawatan Kesehatan 71 100.00
Gigi
7 Cakupan Penanganan Siswa SD yang 359 72.98 -27.02
Membutuhkan Perawatan Kesehatan 262 100.00
Gigi
F. UPAYA KESEHATAN JIWA
1 Cakupan Deteksi Dini Gangguan 26,19 -7.14
22
KESEHATAN MATA
1 Cakupan Skrining Kelainan/ gangguan 4,112 1,606 39.06 80.00 -40.94
refraksi pada anak sekolah
2 Cakupan Penanganan kasus kelaianan 160 160 100.00 100.00 0.00
refraksi
3 Cakupan skrining katarak 272 126 46.32 100.00 -53.68
4 Cakupan Penanganan Penyakit Katarak 132 81 62.45 100.00 -37.55
6 Cakupan Kegiatan Penjaringan 822 812 98.78 80.00 18.78
Penemuan Kasus Gangguan
Pendengaran di SD/MI
7 Cakupan Kasus Gangguan Pendengaran 418 418 100.00 100.00 0.00
di SD/MI yang ditangani
H. UPAYA KESEHATAN USIA
LANJUT
1 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia 3,924 2,866 73.04 31.00 42.04
Lanjut
2 Cakupan Pembinaan Usia Lanjut pada 9 9 100.00 50.00 50.00
Kelompok Usia lanjut
I. UPAYA KESEHATAN TRADISIONAL
1 Cakupan Pembinaan Upaya Kesehatan 25 4 16.00 13.00 3.00
Tradisional (Kestrad)
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Pangenan 2018
BAB III
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
3. Cakupan Warga Desa di Wilayah Tahun Kurangnya tingkat Warga desa Dilakukan
Penanganan menganggap kerja Puskesmas 2018 penegtahuan wilayah kerja pendekatan dan
Penderita Diare penyakit diare Pangenan mengenai bahaya Puskesmas penyuluhan
bukanlah hal diare dan Pangenan mengenai tanda
yang serius komplikasinya bahaya diare
sehingga tidak
berobat
4. Cakupan Masih Desa di Wilayah Tahun Karena kurangnya Desa di Wilayah Dilakukan
Pelayanan Anak rendahnya kerja Puskesmas 2018 pengetahuan kerja Puskesmas pendekatan dan
Balita kesadaran Pangenan mengenai kesehatan Pangenan penyuluhan
masyarakat balita mengenai
untuk pentingnya
mengakses monitoring
posyandu kesehatan Balita.
Terutama tumbuh
dan kembang balita.
5. Cakupan desa/ Masih banyak Desa Tahun Kurangnya Warga desa Dilakukan Advokasi
kelurahan yang warga yang Astanamukti di 2018 pengetahuan warga Astanamukti , pemicuan
sudah ODF masih Wilayah kerja mengenai bahaya wilayah kerja pemantauan
melakukan Puskesmas buang air besar puskesmas mengenai bahaya
buang air besar Pangenan sembarangan dan Pangenan buang air besar
sembarangan masih ada beberapa sembarangan
rumah yang tidak
memiliki jamban
sendiri
25
Dari tabel diatas didapatkan kesenjangan tertinggi adalah cakupan Desa ODF. Hal ini
disebabkan oleh kondisi Kecamatan Pangenan merupakan kecamatan yang terletak di sebelah
utara kabupaten Cirebon dan berbatasan langsung dengan laut jawa. Kondisi letak geografis
Kecamatan Pangenan ini membuat daerahnya dililewati oleh banyak sungai yang mengalir
langsung ke laut jawa. Hal ini tentu mempengaruhi perilaku dan kebiasaan masyarakat setempat.
Selain itu, letak Kecamatan Pangenan yang jauh dari pusat kota, membuat status pendidikan dan
status sosial ekonomi yang masih rendah. Mayoritas mata pencaharian masyarakat Kecamatan
Pangenan adalah Nelayan, yang mengharuskan mereka pergi berlayar selama beberapa hari.
Tentunya hal ini membuat kerjasama lintas sektor yang menjadi kurang optimal karena sulitnya
membuat jadwal yang tepat antara masyarakat dan petugas kesehatan.
Wilayah Kecamatan Pangenan yang cukup luas membuat desa terluarnya memiliki jarak
yang cukup jauh ke fasilitas kesehatan, contohnya adalah desa Astanamukti. Yang memiliki
jarak 8,6 km ke Puskesmas Pangenan. Hal ini membuat sulitnya tenaga kesehatan menjangkau
masyarakat desa Astanamukti, begitupun sebaliknya. Warga Astanamukti kesulitan untuk
mengakses fasilitas kesehatan tingkat pertama yaitu Puskesmas Pangenan. Meskipun begitu,
seharusnya program Puskesmas Pangenan tetap berjalan sampai ke desa terluar dengan segala
hambatan yang ada, meskipun pencapaiannya belum optimal.
26
serius, atau pertumbuhan masalah tersebut, maka semakin tinggi skor untuk masing-masing
unsur tersebut (Agus, 2003).
Matriks Penilaian USG (Agus, 2003):
Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut
diselesaikan.
5 : Sangat mendesak
4 : Mendesak
3 : Cukup mendesak
2 : Kurang mendesak
1 : Tidak mendesak
Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat dampak
masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan sistem atau tidak.
5 : Sangat serius
4 : Serius
3 : Cukup serius
2 : Kurang serius
1 : Tidak serius
Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.
5 : Sangat cepat
4 : Cepat
3 : Cukup cepat
2 : Kurang cepat
1 : Tidak cepat
Dari berbagai kesenjangan antara cakupan dan ketercapaian program diatas, maka dipilih
permasalahan dengan kesenjangan paling tinggi dari masing-masing program.
28
Prioritas
Matriks USG
No Kegiatan Nilai
U S G
1. Cakupan Pembinaan UKBM 2 3 3 8 4
dilihat melalui persentase (%)
Posyandu Purnama &
Mandiri
5. Cakupan Penanganan 5 3 4 12 2
Penderita Diare
menjdi 10 besar penyakit di Puskesmas Pangenan, dengan angka kejadian mencapai 3998 kasus
pada tahun 2018. Tentunya hal ini sejalan dengan perilaku dan kebiasaan masyarakat di wilayah
pangenan yang masih Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Dimana salah satu rantai
penularan diare adalah perilaku BABS
Hal ini terbukti berdasarkan pengawasan desa ODF, hanya 2 desa yang sudah ODF, yaitu
Desa Pangenan dan Desa Getrakmoyan. 7 desa lainnya masih menggunakan sungai sebagai
sarana BAB. Perilaku BABS ini telah dilakukan selama berpuluh-puluh dekade. Tentunya sungai
di Pangenan tidak lagi bersih, melainkan sudah sangat tercemar oleh tinja dan juga sampah
masyarakat. Sehingga, hal ini tidak lagi sejalan dengan SDGs (Sustainable Development Goals)
yaitu Clean water and sanitation. Pencemaran air sungai, membuat sungai setempat tidak bisa
lagi dimanfaatkan sebagai sarana air minum maupun air yang digunakan untuk keperluan sehari
hari (mandi, mencuci). Tidak hanya sungai yang akan tercemar, tetapi sumur disekitar sungai
pun akan ikut tercemar.
Air yang tercemar ini akan mempengaruhi kualitas hidup masyarakat setempat. Karena
air minum yang digunakan bukanlah air yang layak, melainkan air yang dapat menyebarkan
penyakit, salah satunya adalah diare. Pada balita, diare tentunya akan memperburuk kualitas gizi.
Yang mana balita sangatlah membutuhkan kualitas gizi yang baik agar dapat mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Perilaku BABS ini masih dianggap hal yang biasa, karena ketidaktahuan masyarakat
setempat mengnai PHBS. Selain disebabkan oleh rendahnya status sosial ekonomi, hal ini
mungkin disebabkan oleh faktor geografis tadi, yaitu luasnya wilayah kerja Puskesmas
Pangennan yang menyebabkan sulitnya tenaga kesehatan untuk menjangkau wilayah terluar dari
kecamatan. Sehingga pencerdasan dan penyuluhan masyarakat masih kurang optimal.
Sederetan masalah tersebut juga terbukti dari angka kejadian stunting tertinggi ada di
desa Astanamukti, yaitu 81 dari 221 balita terkena stunting (36,65%). Selain letak Astanamukti
yang jauh dari jangkauan Puskesmas, kondisi geografis Astanamukti yang dilalui oleh sungai
pun mendukung terjadinya perilaku masyarakat setempat untuk BABS. Hal ini merupakan dasar
mengapa Desa Astanamukti terpilih sebagai Desa yang perlu dibenahi agar menjadi desa ODF.
Selain itu, masyarakat Astanamukti memiliki semangat perubahan yang lebih baik dibandingkan
dengan desa lain karena letak desa astanamukti merupakan desa yang paling dekat dengan
sungai, sehingga masyarakat setempat merasa yang paling dirugikan dengan perilaku BABS.
30
Sumur masyarakat Astanamukti menjadi tercemar sehingga kekurangan air bersih. Lingkungan
yang kotor tersebut mulai mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat Astanamukti karena
aroma dari sungai yang sangat kotor dan bau.
DAMPAK
Kesakitan
Kematian
LINGKUNGAN
Method
Man Money Tidak semua petugas
Pemanfaatan dana Pemicuan terhadap stop
mendapat pelatihan
BABS belum optimal
Kurangnya Menggapap BABS Belum ada nya anggaran untuk BOK belum optimal pemicuan
kesadaran dan sebagai prilaku yang baik Pelaporan warga yang
stimulasi jamban di
motivasi masyarakat Jumlah anggaran Dana BOK masih BABS belum Kerjasama kesling dan lintas
pemerintahan desa optimal prigram belum optimal
Tingkat pengetahuan Masyarakat merasa nyaman terbatas
masyarakat masih dengan BABS Belum ada nya anggaran Kerjasama kesling dan lintas Kurangnya dukungan
rendah Tidak ada anggaran dana
Kurangnya jumlah kader untuk stimulasi jamban dari untuk kader yang melakukan sektoral belum optimal masyarakat setempat
Lintas sektoral kurang aktif pemicuan
untuk pemicuan
dalam hal mengatasi perilaku dinkes
Pendataan jumlah jamban oleh BABS Tidak ada anggaran dana Rendahnya pendapatan
untuk rumah sehat perkapita didesa
aparat desa belum optimal
Kurangnya motivasi pemerintah Astanamukti
desa
pemicuan
Rendahnya pendapatan
perkapita di desa Astanamukti
Pemicuan tentang stop BABS
belum optimal
Pelaporan jumlah warga yang
masih BABS belum optimal
Kerjasama kesling dan lintas c.Mengadakan pelatihan kader
program belum optimal untuk pemicuan stop BABS
Kerjasama kesling dan lintas
sektoral belum optimal
Kurangnya dukungan
masyarakat setempat
Masih terdapat banyak kebun,
sungai dan empang yang
masih dijadikan sarana bagi
beberapa masyarakat untuk
BABS d. Mengadakan kegiatan
Sumber air bersih belum pembersihan sungai dan sekitarnya
optimal
Masih terdapat bangunan-
bangunan seperti “helikopter”
untuk sarana BABS
Perencanaan Tingkat
Puskesmas sudah ada namun
belum optimal
e. Mengadakan program
Lokakarya mini lintas program
pertemuan bulanan khusus
dan lintas sektor belum
mengenai kesehatan lingkungan
optimal
Evaluasi tingkat puskesmas
belum optimal
R : Readiness / kesiapan
L : Leverage / daya ungkit
Dengan skor nilai :
1 = sangat tidak mudah
2 = tidak mudah
3 = cukup mudah
4 = sangat mudah
5 = sangat mudah sekali
Langkah inti pelaksanaan CARL(Agus, 2003).:
1. Pemberian skor pada masing-masing alternatif pemecahan masalah dan
perhitungan hasilnya.
Tulis atau daftarlah pemecahan masalah yang didapat dari kegiatan analisis
situasi.
Tentukan skor atau nilai yang akan diberikan pada tiap pemecahan masalah
berdasarkan kesepakatan bersama.
Berikan skor atau nilai utnuk setiap alternatif pemecahan masalah berdasarkan
kriteria CARL ( C x A x R x L ).
2. Menentukan prioritas berdasarkan hasil ranking.
Urutkan pemecahan masalah menurut prioritasnya berdasarkan hasil yang
telah diperoleh pada langkah 1
Tabel 3. 6 Pemecahan Masalah Menggunakan Matriks CARL
N Matriks CARL Skor
o Analisis Masalah Capability Accessibility Readiness Leverage
1 Pemicuan stop BABS 4 5 4 5 400
2 Pengajuan pengadaan dana Desa 2 2 3 3 36
untuk pembangunan jamban tahun
depan
3 Mengadakan pelatihan kader 4 4 4 5 320
untuk pemicuan stop BABS
4 Mengadakan kegiatan 4 3 3 4 144
pembersihan sungai dan sekitarnya
5 Mengadakan program pertemuan 4 4 4 4 256
bulanan khusus mengenai
kesehatan lingkungan
37
Dari tabulasi hasil penilaian peserta CARL diperoleh rangking kegiatan sebagai
berikut :
1. Pemicuan stop BABS
2. Kerjasama sektoral
3. Mengadakan pelatihan kader untuk pemicuan stop BABS
4. Kerjasama lintas program
5. Pengajuan pengadaan dana Desa untuk pembangunan jamban tahun depan
KEBUTUHAN
KEBERHASILAN
SUMBER BIAYA
PELAKSANA
INDIKATOR
SASARAN
JADWAL
TARGET
TUJUAN
LOKASI
Volume
Satuan
N
KEGIATAN
O Dana
1 Sosialisasi Membangun Lintas 1x Balai Penanggung 10 1 kali - Rp 6.000 x 10 April Penandatang Pribadi
Desa ODF dan komitmen Sektoral Desa jawab orang snack anan dan dan
pembuatan bersama lintas Astana program peserta pembuatan BOK
komitmen sektoral mukti Coass FK komitmen
bersama Unswagati bersama
Bidan Desa
Kader Desa
2 Pemicuan desa Meningkatkan Warga 3x Desa Penanggungja 30 3 kali x - Rp 900.000 Mei Meningkatn BOK
ODF pengetahuan Desa Astana wab program orang 300.000 - Rp 45.000 ya
tentang Stop Astana mukti coass FK peserta Spanduk pengetahuan
BABs mukti Unswagati sosialisasi tentang
Memicu agar Bidan Desa - Rp 30.000 bahaya dari
warga untuk Kader Desa Banner BABS
merubah komitment Stop Masyarkat
perilaku untuk BABs merubah
stop BABs perilaku
Memicu mejadi
warga untuk perilaku
menimbulkan bersih dan
rasa jijik, rasa sehat
malu sehingga Masyarakat
warga mau tergerak
untuk untuk tidak
membuat BABS
jamban
39
3 Evaluasi Menilai Petugas 1x Tiap Penanggungja 5 orang 1 kali Rp. 50.000 Mei- Tercapainya BOK
kegiatan keberhasilan Dusun di wab program, petugas per untuk ATK Juni pelaksanaan
program Desa kepala tahun kegiatan
Astanam puskesmas yang optimal
ukti
Dinas
Kesehatan
Coass FK
Unswagati
Bidan Desa
4 Deklarasi Desa Membangun Lintas 1x - Lintas 40 1x Rp. 220.000 Mei- Bukti Pribadi
ODF komitmen Sektoral Sektoral orang Spanduk dan Juni berhasilnya
desa dan peserta Peta Sanitasi pemicuan
Astanamukti masyarakat Rp. 200.000
untuk stop Astana konsumsi tamu
BABs mukti undangan
N Waktu Indikator
Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat
o. Pelaksanaan Keberhasilan
1 PERSIAPAN Kepala 20 - 22 Mei Desa Astanamukti Surat
Perkenalan dan pertemuan Agar kegiatan Puskesmas, 2019 Undangan
dengan pelatihan dan Kecamatan Jadwal
Kepala Desa Astanamukti untuk penyuluhan Pangenan,
menyusun draft Rencana lebih Kepala Desa,
Kegiatan Pemicuan STBM terorganisir Bidan Desa,
Pengumpulan data jamban dan perangkat
pertiap-tiap dusun dengan desa terkait
bantuan kepala dusun
Membuat jadwal
Melaksanakan Sosialisasi bahwa
akan dilakukan Pemicuan
Membuat Komitmen bersama
Mengkonfirmasi tempat dan
waktu pelaksanaan kepada
kepala desa kepala dusun, dan
bidan desa
41
3 PERTEMUAN PLENO Didapatkan Bidan Desa, 14 Juni 2019 Desa Astanamukti Terpilihnya
Mendiskusikan rencana tindak solusi dan perangkat desa pengusaha
lanjut yang akan dilakukan tindak lanjut terkait, kader jamban
masyarakat untuk merubah agar desa,
kebiasaan masyarakat masyarakat Terpilihnya
Merencanakan bagiamana cara dapat merubah desa natural leader
agar akses jamban sehat bisa kebiasaan
menjadi 100% BABS nya
Memicu agar muncul Natural Akses jamban
Leader yang akan menebarkan sehat di
ilmu dan perubahan perilaku ke Astanamukti
desa-desa lain 100%
2 Pemicuan
3 Evaluasi kegiatan
44
NO Kegiatan Evaluasi
1 Pengumpulan Data profil Aparat desa dan dokter muda melakukan survey lapangan
desa dan Survei untuk mendata warga yang belum ODF,masih ada bilik –bilik
Permasalahan ODF
tempat bab sembarangan di Desa Astanamukti. Didapatkan
kendala pada pengumpulan data karena kebanyakan warga
setempat sudah memiliki WC namun tidak memiliki septic
tank. Sehingga pada awalnya sulit menghitung jumlah warga
yang masih membuang kotoran ke sungai.
2 Advokasi Program ODF Kepala desa, aparat desa, ketua RT/RW setempat, kader ,
dokter muda dan perwakilan puskesmas serta jajaranya siap
membantu dan mendukung untuk mensosialisasikan tentang
ODF. Antusiasme dari pihak desa sangat baik. Sehingga
mempermudah proses berlangsungnya program.
3 Pemciuan (Penyuluhan Kepala desa, aparat desa, ketua RT/RW setempat, kader ,
Program ODF) dokter muda dan perwakilan puskesmas serta warga desa
sudah mengerti apa bahaya dan manfaat dari buangair besar
sembaraangan dan mau untuk berkomiten untuk tidak lagi
buang air besar sembarangan. Awalnya terdapat kesulitan
untuk menentukan jadwal pemicuan, karena pada saat bulan
Ramadhan, masyarakat enggan untuk hadir ke acara yang
diselenggarakan di desa. Sehingga kegiatan baru bias
dilaksanakan setelah Lebaran Idul Fitri.
45
4 Pertemuan Pleno Untuk Dari rapat pleno didapatkan penyelesaian berupa munculnya
Menyusun Rencan pengusaha jamban dari salah satu warga yang akan
Tindak Lanjut
memanfaatkan perubahan perilaku warga setempat dari BABS
ke perilaku BAB di jamban sehat. Setelah terpilih pengusaha
jamban, dirundingkan bagaimana pembayaran pembuatan
jamban di masyarakat. Masyarakat memilih untuk membuat
jamban dengan uang masing-masing. Lalu tim pemicuan
menawarkan untuk membuat arisan. Akhirnya masyarakat
setempat setuju untuk dilakukan arisan.
6 Dekelarasi Program ODF Telah dilaksanakan deklarasi Desa ODF di Desa Astanamukti.
Kegiatan berlangsung dengan lancar dan masyarakat sangat
antusias dengan perubahan perilaku dari BABS menjadi BAB
di jamban sehat. Masyarakat pun sepakat untuk menjadikan
Astanamukti lebih baik, lebih bersih, dan tentunya STOP
BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kegiatan Pembentukan Desa Stop BABS atau Desa Open Defecation Free (ODF) di
Desa Astanamukti dapat dinyatakan berhasil dilihat dari terbentuknya komitmen dari 100%
masyarakat dan perangkat Desa Astanamukti Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon
untuk terbebas dari BAB Sembarangan dan dilaksanakannya Deklarasi Stop BABS atau
Desa Open Defecation Free (ODF).
Kegiatan yang terdiri dari pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM),
pendekatan langsung kepada masyarakat, advokasi kepada kepala desa, perangkat desa,
bidan desa, dan kader kesehatan Desa Astanamukti, pemantauan program ODF, dan
deklarasi program ODF dapat dinyatakan berhasil karena seluruh masyarakat memberikan
respon yang baik dan antusias terhadap pelaksanaan kegiatan ini.
Namun perlu perhatian khusus mengenai analisis masalah yang dihadapi dalam
pelaksanaan program ODF. Dari hasil analisis masalah yang dilakukan di Puskesmas
Pangenan dapat disimpulkan bahwa:
1. BABS menjadi sebuah masalah yang serius yang harus menjadi perhatian Puskesmas
sebagai pemegang wewenang kesehatan di wilayahnya.
2. Berbagai faktor yang menjadi kendala lambatnya mewujudkan atau mendeklarasikan
sebuah desa menjadi desa bebas BABS perlu ditangani secara serius, serta secara aktif
merubah perilaku dan pola pikir masyarakat yang masih BABS.
3. Peran serta lintas sektoral menjadi hal yang sangat penting dalam terwujudnya suatu
perilaku bebas BABS dan untuk mewujudkan suatu desa bebas BABS.
4. Output dari hasil pemicuan dokter muda di Puskesmas Pangenan dapat menjadi acuan
bahwa mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat bukan merupakan hal yang mudah
tetapi juga bukan merupakan hal yang mustahil untuk dicapai.
46
47
4.2 Saran
A. Bagi Dinas Kesehatan
1. Diharapkan dinas kesehatan ikut serta dalam pengawasan dan membantu
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi di berbagai puskesmas.
2. Diharapkan dinas kesehatan berperan mengayomi peserta didik dalam melaksanakan
program ODF.
B. Bagi Puskesmas Pangenan
1. Diharapkan Puskesmas Pangenan bisa menggali lebih dalam tentang penyebab
masalah dari lambatnya suatu desa menjadi desa bebas BABS.
2. Diharapkan Puskesmas Pangenan dapat mencapai target dengan mendeklarasikan
semua desa yang berada di wilayah kerjanya sebagai desa bebas BABS pada tahun
2019.
3. Diharapkan Puskesmas Pangenan dapat melakukan kerjasama lintas sektoral demi
terwujudnya desa bebas BABS yang ditargetkan selesai tahun 2019.
C. Bagi Desa Astanamukti, Kecamatan Pangenan
Berikutnya, perlu dilakukan kegiatan lanjutan berupa pengawasan komitmen untuk
terbebas dari BAB Sembarangan dengan menetapkan sanksi bagi yang melanggar
komitmen bersama. Pendekatan secara personal juga harus dilakukan kepada masyarakat
yang masih belum memiliki jamban pribadi maupun masyarakat yang masih menumpang
jamban kepada keluarga dan tetangga agar memiliki jamban pribadi. Hal ini dapat
dilakukan dengan Pemberian Stimulan Pembuatan Jamban dari Anggaran Dana Desa dan
dapat juga dengan melakukan Arisan Jamban secara bergotong royong, yang hasilnya
dapat digunakan untuk pembangunan jamban pribadi bagi warga dengan kemampuan
ekonomi yang kurang.
D. Bagi Institusi
1. Diharapkan institusi mendukung peserta didiknya untuk berkembang dan memberikan
masukan yang baik untuk mengembangkan program ODF yang sedang gencar-
gencarnya digalakan Dinas Kesehatan dan ditargetkan semua desa di kabupaten
cirebon berstatus desa bebas BABS tahun 2019.
2. Diharapkan institusi mengapresiasi pencapaian dan peran serta peserta didiknya dalam
pelaksanaan program ODF.
48
49
LAMPIRAN
vii
viii