Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN INDIVIDU

MAGANG MAHASISWA

PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PELATIHAN PERTANIAN DI


BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP)
KETINDAN MALANG

Disusun oleh:
Dhiany Sukma Arum
H0416019

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN INDIVIDU MAGANG MAHASISWA

PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PELATIHAN PERTANIAN DI


BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP)
KETINDAN MALANG

yang dipersiapkan dan disusun oleh:


DHIANY SUKMA ARUM
H0416019

telah dipertahankan di depan Tim Penguji


pada tanggal: ..........................
dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Susunan Tim Penguji


Penguji I Penguji II

Arip Wijianto, S.P., M.Si. Dr. Suminah, M.Si


NIP.197712262005011002 NIP.196610012000032001

Surakarta, Mei 2019


Wakil Dekan Bidang Akademik

Dr. Ir. Eka Handayana, M.P.


NIP. 196412081989031001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Magang
di BBPP Ketindan Malang ini dengan baik. Laporan ini disusun guna melengkapi
SKS disemester berikutnya. Dengan adanya laporan ini, penulis mengharapkan
dapat menambah pengetahuan tentang dunia kerja yang sesungguhnya.
Dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang
telah membimbing dan memberi masukan guna terselesainya buku laporan ini.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kepala Balai BBPP Ketindan yang telah memberikan izin atas
terselenggaranya magang ini
2. Kepala di Bidang Penyelenggaraan Pelatihan BBPP Ketindan yang telah
menerima kedatangan penulis
3. Seluruh pegawai di Bidang Penyelenggaraan Pelatihan BBPP Ketindan yang
telah membimbin gpenulis
4. Dosen Pembimbing Lapang yang telah membantu mengarahkan penulis
5. Orang tua penulis serta teman-teman yang telah banyak memberikan semangat
dan doa.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnanya
laporan ini. Akhir kata penulis mengharap laporan ini berguna bagi pembaca pada
umumnya dan penulis sendiri pada khususnya.

Surakarta, April 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Praktikum ............................................................. 1
B. Tujuan Praktikum .......................................................................... 2
C. Waktu dan Tempat ......................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
BAB III. TATA LAKSANA KEGIATAN ...................................................... 13
A. Waktu dan Lokasi .......................................................................... 13
B. Metode Kegiatan ............................................................................ 13
C. Kegiatan Magang ........................................................................... 14
BAB IV. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN ................................... 20
A. Profil Institusi Mitra ...................................................................... 20
B. Kajian Individu dalam Kegiatan Magang ...................................... 25
BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 49
A. Kesimpulan ................................................................................... 49
B. Saran ............................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rincian Kegiatan Magang Mahasiswa .................................................. 13


Tabel 2. Aspek Penilaian STTP ........................................................................... 45

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi BBPP Ketindan ................................................ 24


Gambar 2. CBT Program Pelatiha BBPP Ketindan ............................................ 26
Gambar 3. Pola-Pola Pelatihan Aparatur ............................................................ 37
Gambar 4. Prosedur Penerimaan Peserta ............................................................ 41

vi
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian diarahkan untuk mewujudkan tujuan
pembangunan nasional, yaitu menciptakan pertanian Indonesia yang
bermartabat, mandiri, maju, adil dan makmur. Pertanian yang bermartabat
artinya bahwa petani Indonesia memiliki kepribadian luhur, harga diri,
kebanggaan, serta merasa terhormat dan dihormati sebagai petani. Pertanian
mandiri adalah adanya kemerdekaan dan kedaulatan negara maupun petani
dalam segala hal terkait pembangunan pertanian. Pertanian maju tercermin
dalam penerapan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang paling baru pada
masanya dan yang memiliki keunggulan, khususnya di bidang Pertanian
tropika. Pertanian yang adil berkaitan dengan pemerataan dan keberimbangan
kesempatan berusahatani, politik dan jaminan penghidupan secara horizontal,
spasial, sektoral, bidang pekerjaan, dan sosial. Adapun pertanian yang makmur
dicirikan oleh kehidupan seluruh petani yang serba berkecukupan, yang
merupakan hasil dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil.
Menurut Faqih (2014), menyatakan bahwa keberhasilan program
pembangunan pertanian perlu didukung dengan sumber daya manusia yang
berkualitas melalui penyuluhan pertanian. Secara umum, permasalahan dalam
pengembangan sumber daya manusia pertanian adalah kurang memadainya
jumlah dan kualitas sumber daya manusia pertanian (petani, penyuluh, dosen/
guru dan widyaiswara), belum optimalnya peran kelembagaan, terutama
manajemen, belum maksimalnya peran penyuluh dalam alih teknologi dan
informasi, kurang memadainya sarana dan prasarana penyuluhan, pendidikan
dan pelatihan. Melihat visi dan misi Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)
Ketindan, sangat diharapkan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan
dapat membantu permasalahan dalam pelatihan SDM Pertanian di Indonesia.
Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan menetapkan visi:
Menjadi lembaga pelatihan berkualitas untuk mewujudkan SDM Pertanian
yang profesional, mandiri, berdaya saing, berorientasi bioindustri
1
2

berkelanjutan. Dalam mewujudkan visi Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)


Ketindan menetapkan banyak misi. Misi mengembangkan program pelatihan
Pertanian berbasis kompetensi dan daya saing serta mengembangkan jejaring
kerjasama dan kemitraan usaha komoditas pertanian melalui pelayanan
pelatihan Pertanian berkualitas dan konsultasi usahatani yang prima. Misi
mengembangkan sistem pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelatihan sebagai
bahan rekomendasi pimpinan dan melakukan pengendalian internal yang
akurat, kredibel dan akuntabel dan lain sebagainya.
B. Tujuan
Tujuan kegiatan magang mahasiswa sebagai berikut:
1. Mengetahui dan mengikuti Perencanaan Kegiatan Pelatihan di Balai Besar
Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan.
2. Mengetahui Hambatan Perencanaan Kegiatan Pelatihan di Balai Besar
Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan.
3. Mengetahui dan mengikuti Pelaksanaan Pelatihan di Balai Besar Pelatihan
Pertanian (BBPP) Ketindan.
4. Keterampilan dan pembelajaran yang didapatkan selama kegiatan magang
di BBPP Ketindan
C. Manfaat Kegiatan Magang
Manfaat kegiatan magang mahasiswa yaitu:
1. Membiasakan mahasiswa untuk bekerjasama dalam tim, baik antar sesama
peserta maupun dengan staf di institusi mitra dengan latar belakang ilmu
berbeda.
2. Melatih mahasiswa agar terbiasa untuk menerima perbedaan pendapat,
mampu beradaptasi di lingkungan baru dan mengurangi egoisme bahkan
arogansi yang dilatarbelakangi disiplin ilmu berbeda.
3. Melatih kepekaan mahasiswa dalam mengidentifikasi permasalahan dan
mencari alternatif solusi melalui pendekatan lintas disiplin ilmu guna
meningkatkan kemampuan intelektualnya.
3

4. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi, pemerintah, instansi yang


terkait dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan mutu pelaksanaan Tri
Dharma Perguruan Tinggi.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengembangan Sumber daya manusia (SDM)


Komponen pengembangan sumber daya manusia (SDM) menurut
Armstrong dan Taylor adalah: 1). Learning, proses di mana seseorang
memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan,
perilaku dan sikap. Ini melibatkan modifikasi perilaku melalui pengalaman
serta metode yang lebih formal untuk membantu orang belajar di dalam atau di
luar tempat kerja, 2). Development, pertumbuhan atau perwujudan kemampuan
dan potensi seseorang melalui penyediaan pengalaman belajar dan pendidikan,
3). Training, aplikasi sistematis dari proses formal untuk menanamkan
pengetahuan dan membantu orang untuk memperoleh keterampilan yang
diperlukan bagi mereka untuk melakukan pekerjaan mereka secara memuaskan,
dan 4). Education, pengembangan pengetahuan, nilai-nilai dan pemahaman
yang diperlukan dalam semua aspek kehidupan daripada pengetahuan dan
keterampilan yang berkaitan dengan bidang-bidang kegiatan tertentu
(Buntuang dan Adda 2018).
Peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan melalui jalur pendidikan
formal yang bertujuan untuk membekali seseorang dengan dasar pengetahuan,
teori dan logika, pengetahuan umum, kemampuan analisis, serta pengembangan
watak dan kepribadian. Jalur latihan kerja yaitu meningkatkan kemampuan
profesional dan mengutamakan praktek daripada teori. Jalur pengalaman kerja
yaitu seseorang dapat meningkatkan pengetahuan teknis maupun keterampilan
kerjanya dengan mengamati orang lain, menirukan dan melakukannya sendiri
tugas-tugas pekerjaan yang ditekuninya sehingga seseorang akan mahir dalam
melakukan pekerjaannya dan dapat menemukan cara-cara yang lebih praktis,
efisien dan lebih baik dalam melaksanakan pekerjaannya (Ruhana 2012).
5

B. CBT (Competency Based Training)


Upaya memupuk kompetensi seorang pekerja dapat dilakukan melalui
penciptaan sebuah sistem yang mengintegrasikan antara kebutuhan individu
(dalam kerangka interes organisasi) dengan program pelatihan. Sistem tersebut
dikenal sebagai Competency Based Training (CBT). CBT is system of training
which is geared toward specific outcome. Produk yang dihasilkan CBT
diarahkan pada peningkatan skill dan kinerja sesuai dengan standar system dan
proses kerja. CBT hanya sebuah pendekatan dalam pelatihan namun
mendasarkan dirinya pada teori pembelajaran perilaku yang menggunakan
tujuan pelatihan itu sendiri sebagai acuan dan dapat diukur hasilnya pada saat
pelatihan itu berakhir (Tovey 1997).
C. Pelatihan
Pelatihan merupakan suatu perbaikan kinerja dan meningkatkan
motivasi kerja para karyawan yang dibebankan padanya, sehingga karyawan
mengalami kemajuan dalam hal pengetahuan, keterampilan dan keahliannya
sesuai dengan bidang pekerjaannya. Pelatihan juga sering dipasangkan dengan
pendidikan. Dari kajian beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa
pelatih adalah suatu pendidikan jangka pendek untuk mengajarkan ilmu
pengetahuan keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, sehingga karyawan memberikan kontribusi terhadap
instansi melalui kemampuan keterampilan yang telah didapatnya diaplikasikan
dalam pekerjaannya serta terus-menerus untuk meningkatkan kualitas kerjanya
(Elfrianto 2016).
Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek bagi para
karyawan operasional untuk memperoleh keterampilan tehnis operasional
secara sistematis. Dengan kata lain, dalam pengembangan diperlukan banyak
conceptual skills daripada technical skills sedangkan dalam pelatihan lebih
diperlukan technical skills daripada conceptual skills Pelatihan tidak hanya
membawa pengaruh bagi peningkatan efisiensi dan efektifitas kerja, namun
pelatihan yang dilaksanakan perusahaan diharapkandapat memberikan manfaat
dalam meningkatkan semangat kerja karyawan (Siagian 2002).
6

Pelatihan (training) adalah sebuah proses sistematis untuk mengubah


perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja
organisasi. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang
diperlukan untuk pekerjaan yangsekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke
masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan
kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya.
Berdasarkan pengertian pelatihan dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah
suatu perubahan yang sistematis dari knowledge, skill, attitude dan behavior
yang terus mengalami peningkatan yang dimiliki oleh setiap karyawan sehingga
dapat mewujudkan sasaran yang ingin dicapai oleh suatu organisasi atau
perusahaan dalam pemenuhan standar Sumber Daya Manusia (SDM) yang
diinginkan (Ivancevich 2008).
Pelatihan bagi karyawan sangat penting untuk diterapkan dalam suatu
perusahaan. Dengan adanya pelatihan karyawan akan dapat bekerja secara lebih
efektif dan efisien terutama untuk menghadapi perubahan-perubahan yang
terjadi seperti perubahan teknologi, perubahan metode kerja, menuntut pula
perubahan sikap, tingkah laku, keterampilan. Dengan adanya pelatihan yang
semakin baik maka akan memberikan peningkatan terhadap kinerja karyawan
yang lebih baik pula. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan pelatihan
adalah untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan kerja dan
moral karya-wan dalam usahanya untuk meningkatkan daya kerja atau
produktivitas kerja karyawan sehingga menghasilkan produk yang berkualitas
(Wicaksono 2016).
Pelatihan adalah sebuah aktifitas yang cukup kompleks dan harus
direncanakan dengan matang sehingga dapat menjawab kebutuhan dan
memberikan hasil yang tepat. Ada 3 (tiga) tahap dalam merencanakan sebuah
pelatihan yang efektif, pertama melakukan pre training melalui kegiatan
mengidentifikasi kebutuhan pelatihan, menciptakan sasaran pelatihan yang
tepat dan mempersiapkan materi. Kedua adalah ‘on going training’ dengan
memilih metode dan teknik komunikasi. Terakhir, post training yaitu kegiatan
7

mempersiapkan dan membuat evaluasi pelatihan (training evaluation)


(Rahman 2010).
Manajemen pelatihan perlu dikelola dengan baik karena menjadi salah
satu faktor penentu keberhasilan dan tercapainya tujuan pelatihan. Tujuan
utama pelatihan secara luas yang dikelompokkan menjadi sembilan bidang
yaitu: 1) Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi 2) Meningkatkan
produktivitas kerja; 3) Meningkatkan kualitas kerja; 4) Meningkatkan ketetapan
perencanaan sumber daya manusia; 5) Meningkatkan sikap moral dan semangat
kerja; 6) Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berprestasi secara
maksimal; 7) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja; 8) Meningkatkan
keusangan (obsolescence); 9) Meningkatkan perkembangan skill pegawai.
Dengan demikian, pengelolaan pelatihan diperlukan dalam menciptakan
pelatihan yang tersistem dan terkelola dengan baik sehingga tujuan dapat
tercapai (Mangkunegaran 2005).
Ada tiga tahap pelatihan yang pertama penentuan kebutuhan pelatihan,
tujuannya adalah untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang
relevan guna mengetahui dan menentukan apakah perlu tidaknya pelatihan
dalam organisasi tersebut. Kedua yaitu desain program pelatihan, jika pelatihan
merupakan solusi terbaik, maka para manager atau supervisor harus
memutuskan program yang tepat yang harus dijalankan. Ketiga yaitu evaluasi
program pelatihan, tujuannya adalah untuk menguji apakah pelatihan tersebut
efektif didalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan (Sunyoto 2012).
Tujuan pelatihan pada hakikatnya adalah perumusan kemampuan yang
diharapkan dari pelatihan yaitu adanya perubahan perilaku. Dari penentuan
tujuan dan sasaran pelatihan akan dapat diketahui kemampuan-kemampuan apa
yang harus diberikan dalam pelatihan. Maka selanjutnya dapat diidentifikasi
desain dari pelatihan. Sembilan poin kegiatan perencanaan pelatihan meliputi:
1) Menetapkan pengelola dan staf pembantu program pelatihan; 2) Menetapkan
tujuan pelatihan; 3) Menetapkan bahan ajar pelatihan; 4) Menetapkan metode-
metode yang akan digunakan; 5) Menetapkan alat bantu pelatihan;
6) Menetapkan cara evaluasi pelatihan; 7) Menetapkan tempat dan waktu
8

pelatihan; 8) Menetapkan instruktur pelatihan; 9) Menyusun rencana kegiatan


dan jadwal pelatihan, dan menghitung anggaran yang dibutuhkan
(Mudjiman 2006).
D. Model Pelatihan
Pelatihan model diskrepansi dibangun agar manajer pelatihan dapat
merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi sebuah program
pelatihan. Pada model ini, proses pelatihan yang sangat kompleks dicoba untuk
disederhanakan, kemudian ditentukan hal-hal yang dapat dikerjakan sehingga
kegiatan perencanaan, implementasi dan evaluasi pelatihan dapat dilakukan dan
dibagi kedalam 6 tahap. Tahapan-tahapan tersebut yaitu :
1) Analisis jabatan, 2) Keputusan untuk pelatihan, 3) Menetapkan tujuan
pelatihan, 4) Mendesain pelatihan, 5) Implementasi pelatihan, 6) Dukungan
lanjutan dan evaluasi sumative (Hickerson et al, 1975).
Dalam pelatihan untuk meningkatkan kompetensi adalah merupakan
suatu program terencana yang bertujuan untuk membangun, mengembangkan,
dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berhubungan
dengan tugastugas kehidupan anak jalanan sehingga mampu mendapatkan
pekerjaan. model pelatihan yang ada, dapat dilihat diantaranya sebagaimana
diungkapkan Nadler (1982), yang dikenal dengan The Critical Event Model
(CEM) atau disebut dengan model terbuka yang langkahlangkahnya terlihat
lebih detail dan spesifik. Pada model ini tidak semua variabel bisa diidentifikasi
atau ditetapkan pada saat dilakukan perancangan program pelatihannya, namun
pada setiap langkahnya selalu dievaluasi sebagai balikan. Model yang
dikembangkan Nadler dimulai dari: (1) menentukan kebutuhan organisasi, (2)
menentukan spesifikasi pelaksanaan tugas, (3) menentukan kebutuhan
pembelajaran, (4) merumuskan tujuan, (5) menentukan kurikulum, (6) memilih
strategi pembelajran, (7) mendapatkan sumber belajar, dan (8) melaksanakan
pelatihan yang telah dilaksanakan, apakah masih perlu diadakan perbaikan atau
memang sudah sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh organisasi
(Murhadi 2017).
9

E. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan berdasarkan
fakta, mengenai kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya
tujuan yang diharapkan. Perencanaan merupakan suatu cara bagaimana
mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih
efisien dan efektif. Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau
yang akan dilakukan (why), bilamana (when), dimana (where), oleh siapa (who)
dan bagaimana (how) → (4W-1H). Sebuah rencana yang baik akan meliputi
faktor-faktor yang relevan dan pada saat yang bersamaan mampu memberikan
penggambaran yang menyeluruh mengenai permasalahan yang akan ditangani
lewat program yang bersangkutan. Yang penting adalah uraian secara terperinci
dari masing- masing komponen perencanaan yang baik, sehingga dapat
memberikan sumbangan dan hasil yang diinginkan (Hanafi, 2009).
Perencanaan (planning) adalah fungsi dasar (fundamental) manajemen,
karena organizing, staffing, directing, dan controlling pun harus terlebih dahulu
direncanakan. Perencanaan ini adalah dinamis. Perencanaan ini ditujukan pada
masa depan yang penuh dengan ketidakpastian, karena adanya perubahan
kondisi dan situasi (Hasibuan, 2005).
Perencanaan adalah sesuatu yang diorganisir, disengaja dan merupakan
usaha yang berkesinambungan untuk memilih alternatif yang terbaik agar
mencapai tujuan-tujuan khusus. Perencanaan dapat dilihat sebagai suatu alat
atau cara untuk mencapai tujuan secara lebih baik (Mardikanto, 1993)
Perencanaan menurut Nawawi adalah proses pemilihan dan penetapan
tujuan, strategi, metode, anggaran, dan standar (tolok ukur) keberhasilan suatu
kegiatan". Pengertian ini menunjukkan bahwa perencanaan merupakan proses
atau rangkaian beberapa kegiatan yang saling berhubungan dalam memilih
salah satu dari beberapa alternatif tentang tujuan yang ingin dicapai oleh sebuah
organisasi/perusahaan. Kemudian memilih strategi dan metode untuk mencapai
tujuan tersebut (Qaimuddin, 2014).
10

Perencanaan adalah proses memilih sejumlah kegiatan untuk ditetapkan


sebagai keputusan tentang suatu pekerjaaan yang harus dilakukan, kapan,
bagaimana, dan siapa yang melakukan. Adapun prosesnya adalah sebagai
berikut : 1). Menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan di masa datang,
yang berarti juga tidak akan dan tidak boleh melaksanakan pekerjaan lain yang
bertolak belakang atau yang berbeda dengan pekerjaan yang telah ditetapkan
sebagai keputusan tersebut; 2). Menetapkan waktu pelaksanaannya, yang
berarti tidak boleh dikerjakan sebelum atau sesudah waktu atau melampaui
batas waktu yang telah ditetapkan; 3). Menetapkan cara melaksanakannya, yang
berarti memilih metode dan tidak akan menggunakan cara atau metode lain agar
pelaksanaan pekerjaan tersebut berlangsung secara efektif dan efisien; 4).
Menetapkan SDM yang tepat atau yang memenuhi persyaratan untuk
melaksanakannya, agar pekerjaan tersebut dilaksanakan secara profesional
dalam rangka mewujudkan eksistensi organisasi yang sukses (Nawawi, 2003).
F. Desain Kegiatan Pelatihan
Perencanaan dilakukan di awal untuk memiliki dan menetapkan tujuan.
Perencanaan kegiatan pelatihan dilakukan saat pelatihan telah disepakati akan
diselenggarakan. Tujuan pelatihan yang telah ditetapkan selanjutnya pengelola
pelatihan dapat menentukan kebutuhan pelatihan, strategi, metode, sistem,
kurikulum, materi, dan desain untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan
diartikan sebagai perhitungan dan penentuan tentang apa yang akan dijalankan
dalam rangka mencapai tujuan tertentu, dimana menyangkut tempat, oleh siapa
pelaku itu atau pelaksana dan bagimana tata cara mencapai tujuan
(Sutarno 2004).
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dan berperan dalam
pelatihan, antara lain: 1). Materi yang dibutuhkan. Materi disusun dari estimasi
kebutuhan tujuan latihan, kebutuhan dalam bentuk pengajaran keahlian khusus,
menyajikan pengetahuan yang diperlukan, 2). Metode yang digunakan. Metode
yang dipilih hendak disesuaikan dengan jenis pelatihan yang akan dilaksanakan,
3). Kemampuan instruktur pelatihan. Mencari sumber-sumber informasi yang
lain yang mungkin berguna dalam mengidentifikasi kebutuhan pelatihan,
11

4). Sarana atau prinsi-prinsip pembelajaran. Pedoman dimana proses belajar


akan berjalanlebih efektif, 5). Peserta pelatihan. Sangat penting untuk
memperhitungkan tipe pekerja dan jenis pekerja yang akan dilatih, 6) Evaluasi
pelatihan. Setelah mengadakan pelatihan hendaknya di evaluasi hasil yang di
dapat dalam pelatihan, dengan memperhitungkan tingkat reaksi, tingkat belajar,
tingkat tingkah laku kerja, tingkat organisasi, dan nilai akhir (Rivai 2004).
Pelatihan akan berjalan secara optimal apabila telah ditetapkan tujuan
dan dikelola dengan baik. Tujuan pelatihan pada hakikatnya adalah perumusan
kemampuan yang diharapkan dari pelatihan yaitu adanya perubahan perilaku.
Dari penentuan tujuan dan sasaran pelatihan akan dapat diketahui kemampuan-
kemampuan apa yang harus diberikan dalam pelatihan. Maka selanjutnya dapat
diidentifikasi desain dari pelatihan. Terdapat 9 (sembilan poin) perencanaan
kegiatan pelatihan meliputi: 1) Menetapkan pengelola dan staf pembantu
program pelatihan; 2) Menetapkan tujuan pelatihan; 3) Menetapkan bahan ajar
pelatihan; 4) Menetapkan metode-metode yang akan digunakan; 5) Menetapkan
alat bantu pelatihan; 6) Menetapkan cara evaluasi pelatihan; 7) Menetapkan
tempat dan waktu pelatihan; 8) Menetapkan instruktur pelatihan; 9) Menyusun
rencana kegiatan dan jadwal pelatihan, dan menghitung anggaran yang
dibutuhkan (Mudjiman (2006).
G. Pelaksanaan Pelatihan
Setelah merencanakan kebutuhan pelatihan, maka tahap selanjutnya
mengaplikasikan perencanaan pelatihan yang telah ditentukan sebelumnya.
Implementasi perencanaan pelatihan dapat dilihat dari tugas dan wewenang
pengelola telah sesuai, tujuan pelatihan dapat tercapai, waktu, jadwal alokasi
penyelenggaraan, tempat, media, dan metode yang digunakan. Haris Mudjiman
(2006) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan pelatihan harus memperhatikan
langkah-langkah yang meliputi “tahap perkenalan, acara review pengalaman,
dan dirangsang untuk memanfaatkan pengalaman”. Dengan kata lain, Haris
Mudjiman menyampaikan bahwa dalam pelaksanaan pelatihan perlu adanya
tahapan-tahapan proses penyampaian kepada peserta agar partisipan memahami
tujuan dan manfaat yang akan diperoleh (Jannah 2016).
12
13

III. TATA LAKSANA KEGIATAN

A. Waktu dan Lokasi

1. Jangka waktu : 1 (satu) bulan (7 Januari 2019 – 15 Februari 2019)


2. Nama Institusi Mitra : Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan
3. Alamat : Jl. Ketindan No. 1, Lawang, Malang
4. Nomor telpon/ fax : 0341 - 426235 / 429725
B. Metode Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan magang mahasiswa yang berlangsung di Badan


Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian ini
menggunakan beberapa metode kegiatan, antara lain:
1. Wawancara
Data dapat diperoleh melalui wawancara secara langsung terhadap beberapa
pihak terkait baik dari pegawai, kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian
(BBPP) Ketindan, maupun pembimbing di lapang berkaitan dengan bidang
yang dikaji.Meliputi permasalahan yang dihadapi, kondisi institusi mitra,
manajemen, dan strategi yang dijalankan dan hal-hal lain yang mendukung
kegiatan magang mahasiswa.
2. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan secara langsung terhadap kondisi institusi
mitra selama kegiatan magang dilakukan antara lain mengenai
permasalahan yang dihadapi, solusi dalam pemecahan permasalahan
tersebut, dan hal-hal lain yang relevan dengan tujuan pelaksanaan kegiatan
magang.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan pengambilan gambar terhadap kegiatan
yang dilakukan di institusi tempat magang. Selain itu, dapat dilakukan
dengan pencatatan data-data yang relevan.

13
14

4. Studi pustaka
Studi pustaka dengan penelusuran referensi sebagai bahan pelengkap,
pendukung dan pembanding serta konsep dalam mencari solusi
permasalahan. Contohnya: data dari jurnal, internet, buku, atau media
lainnya.
C. Kegiatan Magang
Kegiatan magang mahasiswa yang dilakukan, dialokasikan pada
kegiatan-kegiatan, yang dirancang dalam kegiatan magang mahasiswa sebagai
berikut :
Tabel 1. Rincian Kegiatan Magang Mahasiswa
Durasi
No Tanggal/Waktu Uraian Kegiatan
Waktu
1. 7 Januari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam
07.30-16.00 - Bertemu Pak Solihin bagian
kerjasama dan memberikan berkas-
bekas magang.
- Bertemu Pak Juniawan penyambutan
dan penyampaian tata tertib.
- Diarahkan ke Departemen
Penyuluhan
- Bertemu Kordep Departemen
Penyuluhan Pak Dedy, pengenalan
dan pengarahan magang dan
pembagian pembimbing
Tugas: Membuat Logbook dan Rundown
selama 30hr/ seminggu terlebih dahulu
2. 8 Januari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam
07.30-16.00 - Membuat peta potensi wilayah BBPP
Ketindan Malang
15

- Bertemu dengan pembimbing Bu.


Nurlela kemudian dibimbing mengenai
gambaran magang dan pelaksanaannya
Arahan : Besok menemui Bu Astuti
(Penyelenggara Diklat), Tambahi literasi
Perencanaan Pelatihan, dan Lihat Juklak
Juknis Penyelenggara Diklat
3. 9 Januari 2019/ - Bertemu Bu Astuti diarahkan ke Bu 7.5 jam
07.30-16.00 Juni
- Mendapatkan Pedoman Pelatihan dan
Juklak dari Bu Juni
Pekerjaan: Membuat Kumpulan Materi
dari Pelatihan Tahun 2018 (2)
4. 10 Januari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam
07.30-16.00 - Memahami dan membuat pertanyaan
berkaitan dengan Perencanaan
Pelatihan
Pekerjaan: Membuat Kumpulan Materi
dari Pelatihan Tahun 2018 (4 tempat),
Membuat Laporan Diklat Tahunan Non
Aparatur 2018
5. 11 Januari 2019/ - Apel pagi 8 jam
07.30-16.30 - Meminta dan mengetahui rincian tugas
pekerjaan bagian Penyelenggaraan
Diklat.
Pekerjaan: Membuat Laporan Diklat
Tahunan Non Aparatur 2018.
6. 12 Januari 2019/ - Menjaga gerai LMK Ketindan 5 jam
09.00-15.00
7. 13 Januari 2019/ - Menjaga gerai LMK Ketindan 5 jam
09.00-15.00
16

8. 14 Januari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam


07.30-16.00 - Melakukan wawancara dengan Bu
Junni mengenai Jenis Pelatihan di
BBPP Ketindan
Pekerjaan: Membuat Kumpulan Materi
dari Pelatihan Tahun 2018, Membuat
Laporan Diklat Tahunan Non Aparatur
2018
9. 15 Januari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam
07.30-16.00 - Melakukan wawancara dengan Bu
Astuti dan Pak Ridwan bagian
Penyelenggaraan Pelatihan mengenai
Jenis Pelatihan di BBPP Ketindan
- Meminjam Juklak Pendidikan dan
Pelatihan Fungsional Rumpun Ilmu
Hayati Pertanian (RIHP)
Pekerjaan: Membuat Laporan Diklat
Tahunan Non Aparatur 2018
10. 16 Januari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam
07.30-16.00 - Mencari literasi mengenai Pelatihan
- Menyusun Laporan Magang
Pekerjaan: Membuat Laporan Diklat
Tahunan Non Aparatur 2018
11. 17 Januari 2019/ - Upacara Hari Kesadaran Nasional 7.5 jam
07.30-16.00 - Mencari literasi mengenai Pelatihan
- Menyusun Laporan Magang
Pekerjaan: Membuat Laporan Diklat
Tahunan Non Aparatur 2018
12. 18 Januari 2019/ - Apel pagi 8 jam
07.30-16.30
17

- Mengikuti kegiatan Dharma Wanita


kantor BBPP Ketindan
- Mengerjakan Laporan Magang
13. 19 Januari 2019/ - Menjaga gerai LMK Ketindan 5 jam
09.00-15.00
14. 20 Januari 2019/ - Menjaga gerai LMK Ketindan 5 jam
09.00-15.00
15. 21 Januari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam
07.30-16.00 - Menanyakan mengenai Pelatihan
kepada Bu Junni
Pekerjaan: Membuat Laporan Diklat
Tahunan Non Aparatur 2018
16. 22 Januari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam
07.30-16.00 - Mencari literasi
17. 23 Januari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam
07.30-16.00 - Menanyakan mengenai Pelatihan
kepada Bu Astuti dan Bu Nur Hidayah
- Mengikuti Rapat Internal
Penyelenggaraan Diklat
18. 24 Januari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam
07.30-16.00 - Meminta jadwal/rundown pelatihan
- Menanyakan mengenai Pelatihan
kepada Bu Nur Hidayah
19. 25 Januari 2019/ - Apel pagi 8 jam
07.30-16.30 - Siraman Rohani
- Membuat sabun di pengolahan hasil
- Evaluasi bersama Bur Nurlela
20. 28 Januari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam
07.30-16.00 - Briefing bersama Bu Nurlela dan
mengirim cicilan laporan magang ke
pembimbing (Bu Nurlela)
18

21. 29 Januari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam


07.30-16.00 - Menanyakan mengenai Pelatihan
kepada Bu Nur Hidayah
22. 30 Januari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam
07.30-16.00 - Shooting video dengan Bu Artha
Humas BBPP Ketindan
- Melihat seminar hasil magang
mahasiswa magang lainnya
23. 31 Januari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam
07.30-16.00 - Menyusun Laporan Magang
24. 1Februari 2019/ - Apel pagi 8 jam
07.30-16.30 - Mengikuti Rapat Persiapan Pelatihan,
Penyelenggaraan pelatihan dengan
Widyaiswara
25. 4 Februari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam
07.30-16.00 - Konsultasi laporan magang dengan
Pembimbing Bu Nurlela
26. 6 Februari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam
07.30-16.00 - Menyusun Laporang Magang
27. 7 Februari 2019/ - Mengikuti kegiatan kunjungan dari 7.5 jam
07.30-16.00 LabSchool UNESA
- Merekap data dari mahasiswa magang,
beserta sosmednya
- Menanyakan kepada Bu Junni
mengenai hasil observasi saya selama
magang dan kekurangan-kekurangan
28. 8 Februari 2019/ - Apel pagi 8 jam
07.30-16.00 - Membantu di departemen Proteksi
Tanaman, mengambil biji Bunga
Matahari
19

- Membantu di departemen Proteksi


Tanaman, menempel keterangan produk
ke Produk hasil departemen Proteksi
Tanaman
- Membantu di departemen Proteksi
Tanaman, produksi micesla
- Evaluasi dengan pembimbing
29. 11 Februari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam
07.30-16.00 - Penyusunan bahan presentasi magang
- Pelengkapan laporan magang
30. 12 Februari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam
07.30-16.00 - Penyusunan bahan presentasi magang
- Pelengkapan laporan magang
31. 13 Februari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam
07.30-16.00 - Penyusunan bahan presentasi magang
- Presentasi hasil magang
32. 14 Februari 2019/ - Apel pagi 7.5 jam
07.30-16.00 - Revisi Laporan Magang
- Berpamitan dengan staff Bidang
Penyelenggaraan Pelatihan
33. 15 Februari 2019/ - Apel pagi 8 jam
07.30-16.00 - Menumpuk Laporan Magang
- Berpamitan dengan staff-staff BBPP
Ketindan
- Mengikuti Pembukaan Pelatihan
Vokasi Jagung
- Mengikuti Pembekalaan Materi
Pelatihan Vokasi Jagung
20

IV. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Institusi Mitra


1. Kondisi Umum
Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan merupakan salah
satu unit pelaksana teknis dibidang pelatihan pertanian, berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan
Sumberdaya Manusia Pertanian yang secara teknis di bawah Pusat Pelatihan
Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia
Pertanian. BBPP Ketindan mengemban mandat sesuai Peraturan Menteri
Pertanian (Permentan) nomor: 103/Permentan/OT.140/10/2013 tentang
organisasi dan tata kerja Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan
adalah melaksanakan pelatihan fungsional bagi aparatur, pelatihan teknis
dan profesi, mengembangkan model dan teknik pelatihan fungsional dan
teknis di bidang pertanian bagi aparatur dan non aparatur pertanian, dituntut
untuk menjadi lembaga pelatihan yang terpercaya dalam menyelenggarakan
dan mengembangkan pelatihan pertanian guna memantapkan SDM
pertanian yang profesional. BBPP Ketindan terletak di Desa Ketindan,
Kecamatan Lawang Kabupaten Malang Jawa Timur.Luas areal sebesar
47,334m2 pada ketinggian 650 dpl. Jarak BBPP Ketindan dari Kota Malang
± 17 km dan ± 80 km ke Kota Surabaya.
2. Sejarah
Institusi ini berawal dari berdirinya Landbouw School (Sekolah
Pertanian) pada tahun 1927 oleh pemerintah Hindia Belanda. Landbouw
School merupakan bentuk pendidikan kejuruan di bidang pertanian dan
perkebunan. Landbouw School bertujuan untuk memenuhi tenaga kerja
terdidik dari penduduk pribumi.
Pada tahun 1942, Sekolah Pertanian ini berubah nama menjadi
Naoming Dozo pada masa pendudukan Jepang. Tidak lama berselang
setelah kemerdekaan Negara Indonesia, lembaga ini digunakan oleh
Pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan kegiatan pelatihan bagi

20
21

petani pemuda pejuang dan kursus kilat mantri tani. Lembaga pelatihan ini
hanya berjalan selama 4 tahun, karena pada tahun 1949 lembaga ini berubah
nama menjadi Sekolah Kader Guru Pertanian (SKGP). Sekolah ini
mempunyai tugas untuk mencetak tenaga pengajar di bidang pertanian.
Nama SKGP mengalami perubahan nama kembali pada tahun 1962
menjadi Sekolah Persamaan Pengamatan Pertanian (SPPP) yang kemudian
berubah lagi menjadi Pusat Latihan Pertanian (PLP) pada tahun 1965.
Lembaga ini menjadi pusat pelatihan bagi petugas dan masyarakat di bidang
pertanian di Jawa Timur. Seiring berkembangnya kebutuhan akan pelatihan
pertanian bagi aparatur pertanian, lembaga ini berubah menjadi Balai
Latihan Pegawai Pertanian (BLPP) pada tahun 1973. Kemudian berubah
nama kembali pada tahun 2000 menjadi Balai Pelatihan Pertanian (BDP).
Selanjutnya berdasarkan Keputusan Kementerian Pertanian,
lembaga ini berubah nama menjadi Balai Pelatihan Agribisnis Tanaman
Pangan dan Tanaman Obat (BDATPO) pada tahun 2002. Lembaga ini tetap
melaksanakan fungsi utamanya sebagai lembaga pelatihan di bidang
pertanian, tetapi memiliki spesialisasi pelatihan di bidang pertanian tanaman
pangan dan tanaman obat. Pada tahun 2004 BDATPO berganti nama
menjadi Balai Besar Pelatihan Agribisnis Tanaman Pangan dan Tanaman
Obat (BBDATPO) Ketindan. Kemudian pada tahun 2007 BBDATPO
berganti nama kembali menjadi Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)
Ketindan.
3. Visi Misi & Tujuan
Visi BBPP Ketindan periode 2015-2019 adalah “Menjadi lembaga
pelatihan berkualitas unutk mewujudkan SDM pertanian yang profesional
dan berdaya saing”. Visi tersebut merupakan suatu harapan sekaligus
tujuan, yang pencapaiannya memerlukan waktu panjang dan akan terus
berkembang sesuai dengan kondisi lingkungan strategis pembangunan
pertanian. Untuk mewujudkan visi tersebut, BBPP Ketindan menetapkan
misi yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Rumusan misi
tersebut, sebagai berikut:
22

a. Mengembangkan program pelatihan pertanian berbasis kompetensi dan


daya saing serta mengembangkan jejaring kerjasama dan kemitraan
usaha komoditas pertanian melalui pelayanan pelatihan pertanian
berkualitas dan konsultasi usahatani yangprima;
b. Mengembangkan sistem pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelatihan
sebagai bahan rekomendasi pimpinan dan melakukan pengendalian
internal yang akurat, kredibel danakuntabel;
c. Mengembangkan teknik pelatihan teknis dan fungsional bagi aparatur
pertanian berbasis kompetensi dan berdaya saing sesuai dengan Standar
Kompetensi Kerja (SKK) dan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI);
d. Mengembangkan teknik pelatihan teknis dan kewirausahaan bagi non
aparatur pertanian sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja (SKK) dan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) serta berdaya
saing;
e. Mengembangkan kompetensi dan profesionalisme ketenagaan pertanian
untuk mendukung pengembangan kawasan pertanian bioindustri
menuju peningkatan dan kesejahteraanpetani;
f. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pendayagunaan sarana dan
prasarana pelatihan serta produktivitas instalasiusahatani;
g. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi sistem administrasi dan
manajemen yang transparan danakuntabel;
h. Melakukan peningkatan intensitas kerjasama dan promosi terutama bagi
instasi yang prospektif dan sudah pernah bekerjasama dengan pihak
BBPPKetindan.
Sejalan dengan visi dan misi yang telah ditetapkan, BBPP Ketindan
menetapkan tujuan sebagai berikut :
a. Meningkatnya kualitas program pelatihan pertanian berbasis
kompetensi dan daya saing dengan penyediaan sistem informasi
terintegrasi serta peningkatan kepercayaan masyarakat melalui
23

pelayanan pelatihan pertanian berkualitas dan konsultasi usahatani yang


prima;
b. Meningkatnya kualitas dan efektifitas sistem pemantauan, evaluasi,
pelaporan, dan pengendalian internal secara akurat, kredibel dan
akuntabel;
c. Meningkatnya kualitas teknik pelatihan teknis dan fungsional bagi
aparatur pertanian berbasis kompetensi kerja sesuai dengan Standar
Kompetensi Kerja (SKK) dan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI);
d. Meningkatnya kualitas teknik pelatihan teknis dan kewirausahaan bagi
non aparatur pertanian sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja (SKK)
dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI);
e. Meningkatnya kompetensi ketenagaan yang berdaya saing dan
bermartabat;
f. Mengoptimalkan pendayagunaan sarana dan prasarana pelatihan serta
produktifitas instalasi agribisnis;
g. Meningkatnya efektifitas dan efisiensi sistem administrasi dan
manajemen.
4. Struktur Organisasi
BBPP Ketindan sebagai lembaga pemerintah eselon II adalah UPT
vertical Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, dipimpin
oleh seorang pejabat eselon IIb sebagai Kepala Balai dan 3 (tiga) orang
eselon III, yaitu Bidang Program dan Evaluasi, Bidang Penyelenggaraan
Pelatihan dan Bagian Umum.
Dalam operasional kegiatannya Bidang Program dan Evaluasi
memiliki 2 (dua) orang pejabat eselon IV, Bidang Penyelenggaraan
Pelatihan memiliki 2 (dua) orang pejabat eselon IV, sedangkan Bagian
Umum memiliki 3 (tiga) orang pejabat eselon IV, yaitu sebagai berikut:
1. Bidang Program dan Evaluasi, terdiri dari:
a. Seksi Program dan Kerjasama
b. Seksi Evaluasi dan Pelaporan
24

2. Bidang Penyelenggaraan Pelatihan, terdiri dari:


a. Seksi Pelatihan Aparatur
b. Seksi Pelatihan NonApratur
3. Bagian Umum, terdiri dari:
a. Subbagian Keuangan
b. Subbagian Perlengkapan dan Instalasi
c. Subbagian Kepegawaian dan Rumah Tangga
Disamping itu, BBPP Ketindan juga didukung oleh Kelompok
Jabatan Fungsional Widyaiswara dan ditunjuk 1 (satu) orang Koordinator
Widyaiswara.Dalam kelompok jabatan fungsional widyaiswara dipetakan
dalam 4 kelompok pengampuan, yaitu pengampuan agronomi/budidaya,
penyuluhan pertanian dan sosial ekonomi pertanian, proteksi tanaman serta
pasca panen dan pengolahan hasil pertanian.Setiap pengampuan ditunjuk
seorang koordinator pengampu oleh Kepala Balai.
Adapun Struktur organisasi BBPP-Ketindan sesuai Peraturan Menteri
Pertanian Nomor : 103/Permentan/OT.140/10/2013 adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Struktur Organisasi BBPP Ketindan

Sumber: Data Sekunder


Struktur Organisasi Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)
Ketindan Malang:
a. Kepala Balai: Dr. Drh. Kresno Suharto, MP
b. Kepala Bagian Umum: Drs. Deden Harmedi
- Subbagian Keuangan: Dwi Saraswati B.G, SE
25

- Subbagian Perlengkapan dan Instalasi: Ema Ernawati, SE


- Subbagian Kepegawaian dan Rumah Tangga: Imam Fatullah, SE
c. Kepala Bidang Program dan Evaluasi: Riza Fahrizal, SE, MM
- Seksi Program dan Kerjasama: Wiyono, SST
- Seksi Evaluasi dan Pelaporan: Novi Nuraini, S.Si, MP
d. Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelatihan: Dra. Astutiningsih
- Seksi Pelatihan Aparatur: Junni Fardiana . S.Sos
- Seksi Pelatihan NonApratur: Ridwan Wardiana, SP, Msi
e. Jabatan Fungsional Widyaiswara: Pada tahun 2019, BBPP Ketindan
memiliki 31 (tiga puluh satu) orang widyaiswara.
B. Kajian Individu dalam Kegiatan Magang
1. Perencanaan Pelatihan
Penyelenggaraan pelatihan terdiri dari tiga tahapan utama, yaitu:
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Pelatihan memiliki beragam
model, salah satunya Pelatihan model Diskrepansi oleh Hickerson dan
Middleton (1975). Pelatihan model Diskrepansi dibagi kedalam 6 tahap.
Tahapan-tahapan tersebut yaitu :
a. Tahap 1 : Analisis Jabatan.
b. Tahap 2 : Keputusan Untuk Pelatihan
c. Tahap 3 : Menetapkan Tujuan Pelatihan
d. Tahap 4 : Mendesain Pelatihan
e. Tahap 5 : Implementasi Pelatihan
f. Tahap 6 : Dukungan Lanjutan dan Evaluasi Sumative
Berdasarkan hasil pengamatan 6 tahapan Model Pelatihan
Diskrepansi oleh Hickerson dan Middleton (1975) telah diterapkan di BBPP
Ketindan. Penerapan Model Pelatihan Diskrepansi ini diterapkan dalam
Program pelatihan di BBPP Ketindan yang berdasarkan CBT. Program
pelatihan di BBPP Ketindan berdasarkan CBT juga memiliki 6 tahap.
26

Gambar 2. CBT Tahapan Program Pelatihan BBPP Ketindan Malang

Sumber : Data Sekunder


Terdapat sedikit perbedaan pada Tahap 3, antara Model Pelatihan
diskrepansi dan Program Pelatihan BBPP Ketindan. Perbedaan tersebut
yaitu dimana tahap 3 Program Pelatihan BBPP Ketindan selain
dilakukannya perumusan tujuan pelatihan, dilakukan juga penyusunan
kurikulum/silabus pertanian. Penyusunan kurikulum/silabus pelatihan
dibuat dengan tujuang agar dapat menghasilkan lulusan diklat dengan
kemampuan sesuai yang diinginkan. Dari 6 tahapan Program Pelatihan
BBPP Ketindan dilakukan oleh bidang yang berbeda. Perencanaan pelatihan
dilakukan pada tahap 1 hingga tahap 4.
27

a. Tahap 1, Analisa Jabatan dan Diskrepansi Kemampuan Kerja


Analisis jabatan yang dilakukan untuk menyusun Standar
Kompetensi Kerja (SKK) atau Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI). Penyusunan SKK dan SKKNI dilakukan diluar
BBPP Ketindan. SKK dilakukan oleh widyaiswara dengan pusat
BPPSDMP. SKKNI terdapat tim sendiri dan widyaiswara merupakan
perwakilan dari BBPP Ketindan. Selain analisis jabatan dilakukan juga
indentifikasi kebutuhan pelatihan yang nantinya akan diperoleh
Kekurangan Kompetensi Kerja (KKK). Identifikasi kebutuhan pelatihan
dilakukan dari secara vertikal dan horizontal. Vertikal disini maksudnya
identifikasi kebutuhan pelatihan bersumber dari atas dan bawah. Dari
atas yaitu berasal dari pusat Badan Penyuluhan dan Pengembangan
SDM Pertanian (BPPSDMP). Dari bawah yaitu berasal dari
permasalahan dilapang atau objek pelatihan. Sedangkan, horizontal
merupakan identifikasi kebutuhan pelatihan dari informasi-informasi
disekitar.
b. Tahap 2, Penetapan Pelatihan
Tidak semua masalah pekerjaan harus diselesaikan dengan
pelatihan. Kita harus memperhatikan 4 M, Man, Method, Machine dan
Material. Program-program yang ada di BBPP Ketindan sudah
ditetapkan akan dilakukan dengan pelatihan. Dikarenakan memang
kesenjangan-kesenjangan kompetensi yang dirasa dibutuhkan pelatihan
agar dapat memperbaiki kesenjangan tersebut. Selain itu, penetapan
pelatihan di BBPP Ketindan ditentukan oleh Dana anggaran pelatihan
didapatkan dari dana DIPA yang berasal dari pusat Badan Penyuluhan
dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementrian Pertanian.
Jika program pelatihan tersebut tercantum pada list dana DIPA berarti
program pelatihan tersebut dapat dilaksanakan. Sebaliknya jika progam
pelatihan tidak tercantum pada list dana DIPA berarti tidak dapat
dilaksanakan.
28

c. Tahap 3, Perumusan Tujuan dan Kurikulum


Perumusan tujuan dan kurikulum dilakukan oleh Koordinator
Akademik akan diampu Widyaiswara. Tahap 3 ini sebenarnya termasuk
ke dalam tahap 4, dikarenakan penentuan koordinator akademik baru
ditentukan setelah jadwal palang pelatihan selesai dibuat. Jadwal palang
pelatihan dibuat pada tahap 4 yang akan dilakukan oleh bidang
peyelenggaraan pelatihan.
d. Tahap 4, Desain Kegiatan Pelatihan
Desain kegiatan pelatihan akan dilakukan oleh Bidang
Penyelenggaraan Pelatihan. Berdasarkan Mudjiman (2006), terdapat 9
(sembilan poin) kegiatan perencanaan desain pelatihan meliputi:
1) Pengelola dan staf pembantu program pelatihan; 2) Tujuan pelatihan;
3) Bahan ajar pelatihan; 4) Metode-metode yang akan digunakan; 5)
Alat bantu pelatihan; 6) Evaluasi pelatihan; 7) Tempat dan waktu
pelatihan; 8) Instruktur pelatihan; 9) Menyusun rencana kegiatan dan
jadwal pelatihan, dan menghitung anggaran yang dibutuhkan.
Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan desain pelatihan
yang dilakukan di BBPP Ketindan sudah mencakup keseluruhan teori
identifikasi desain pelatihan oleh Mudjiman. Namun, tidak seluruhnya
dilakukan oleh bidang penyelenggaraan pelatihan BBPP Ketindan.
Poin-poin yang dilakukan oleh bidang penyelenggaraan pelatihan
meliputi: menetapkan pengelola dan staf pembantu program pelatihan,
menetapkan alat bantu pelatihan, menetapkan tempat dan waktu
pelatihan, menetapkan instruktur pelatihan, menyusun rencana kegiatan
dan jadwal pelatihan dan menghitung anggaran yang dibutuhkan. Poin-
poin identifikasi lainnya seperti, menetapkan tujuan pelatihan,
menetapkan bahan ajar pelatihan, menetapkan metode-metode yang
akan digunakan dan menetapkan cara evaluasi pelatihan tidak dilakukan
oleh bidang penyelenggaraan pelatihan.
Observasi lebih lanjut yang saya lakukan mengenai desain
pelatihan di BBPP Ketindan adalah sebagai berikut :
29

1) Pembiayaan Pelatihan (menghitung anggaran)


Pentapann pelatihan diputuskan oleh pusat Badan
Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP)
Kementrian Pertanian melalui rincian dana DIPA. Pembiayaan
pelatihan rutin di BBPP Ketindan menjadi tolak ukur yang
menetapkan pelatihan tersebut telah disepakati akan dilaksanakan
atau tidak. Pembiayaan pelatihan rutin di BBPP Ketindan bersumber
dari dana DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) pusat
BPPSDM Kementan. Namun, terkadang beberapa pelatihan yang
diajukan tidak lolos pendanaan. Pembiayaan yang digunakan untuk
1 kegiatan pelatihan mencakup banyak hal didalamnya, contoh:
Pengadaan rapat-rapat, ATK pelatihan, Bahan praktek, Pencetakan
STPP, Pencetakan spanduk, Honor fasilitator, Sewa kendaraan,
Akomodasi dan konsumsi, Uang harian dan transport dll.
Pembiayaan pelatihan kerjasama di BBPP Ketindan bersumber dari
dana pengguna fasilitas/ dari lembaga yang menjalin kerjasama.
2) Penyusunan Jadwal Palang Pelatihan (menetapkan tempat dan
waktu pelatihan)
Pembuatan jadwal palang dibuat agar pembagian waktu
pelatihan tertata dengan baik dan mempermudah koordinasi
pelaksanaan pelatihan. Setelah dana DIPA sudah disahkan, maka list
nama-nama pelatihan yang resmi akan dilakukan pada periode 1
tahun kedepan sudah muncul. Dari list tersebutlah disusun Jadwal
Palang Pelatihan. Jadwal palang pelatihan, dibuat urut berdasarkan
tanggal pelatihan yang akan dilakukan terlebih dahulu. Jadwal
palang dibuat oleh Bidang Penyelenggaraan Pelatihan. Contoh
Jadwal Palang tertera pada lampiran. Pembuatan Jadwal Palang
merupakan tanggung jawab Kepala Seksi Aparatur maupun Non
Aparatur. Penentuan jadwal pelaksanaan pelatihan berdasarkan
urgensi dan kebijakan. Namun, terkadang ada perubahan secara
mendadak jadwal pelatihan yang disesuaikan dengan kegiatan
30

terkait tema pelatihan. Sehingga membuat jadwal palang yang telah


disusun mengalami perubahan.
3) Rapat Persiapan Pelatihan Bersama Widyaiswara
Rapat persiapan pelatihan dengan Widyaiswara dilakukan
untuk menginformasikan daftar pelatihan yang akan dilaksanakan
melalui jadwal palang yang telah dibuat. Selain menginformasikan
jadwal palang pelatihan ke Widyaiswara, juga dilakukan pembagian
pelatihan-pelatihan yang akan di bagikan ke 5 Departemen yang ada
di BBPP Ketindan, yaitu: 1). Departemen Penyuluhan, 2).
Departemen Budidaya, 3). Departemen Proteksi Tanaman, dan 5).
Departemen Pengolahan Hasil. Pelatihan-pelatihan tersebut dibagi
sesuai dengan ilmu-ilmu terapan masing-masing departemen.
Kemudian dari pembagian tersebut, ditunjuklah Koordinator
Akademik pelatihan untuk masing-masing pelatihan disetiap
departemen. Koordinator Akademik akan diampu oleh
Widyaiswara. Koordiantor Akademik bertugas untuk membuat
kurikulum pelatihan.
4) Penyusunan Kurikulum Pelatihan (menetapkan instruktur pelatihan)
Kurikulum Pelatihan adalah pedoman penyelenggaraan
pelatihan yang ditata dalan bentuk rencana proses pelatihan dengan
penekanan pada penggunaan berbagai metode pelatihan sesuai
dengan tujuan pelatihan sehingga setelah pelatihan peserta
memperoleh ppeningkatan kompetensi yang dibutuhkan. Kurikulum
Pelatihan yang dibuat oleh Koordinator Akademik berisi: Mata
Pelajaran/Unit Pembelajaran, Kompetensi Dasar, Indikator
Keberhasilan, Pokok Bahasan, Sub Pokok Bahasan, Jam Materi,
Metode Pelatihan, Media, Lingkungan Berlatih dan Mata Diklat.
Kurikulum yang dibuat oleh koordinator akademik disesuaikan
dengan Juklak (Petunjuk Pelaksanaan) Pelatihan dari pusat.
Berdasarkan Sistem Manajemen ISO yang dimiliki oleh BBPP
Ketindan yang merupakan Sistem Manajemen ISO 9001:2015,
31

dalam sasaran mutunya Kurikulum Pelatihan yang dibuat oleh


Koordinator Akademik paling lambat diserahkan ke Penyelenggara
Pelatihan paling lambat H-7 sebelum pelatihan dilaksanakan.
Sehingga dari kurikulum tersebut dapat segera diterjemahkan ke
dalam bentuk Jadwal Pelatihan. Namun, terkadang Widyaiswara
mnyetorkan kurikulum tidak sesuai waktu yang telah ditentukan.
Juklak sudah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pertanian
Republik Indonesia yang mana didalamnya sudah termasuk
peraturan-peraturan mengenai Pola Pelatihan, Metodologi
Pelatihan, Penentuan Jumlah Jam Berlatih, Ketentuan Sertifikat,
Evaluasi hingga Pelaporan Pelatihan. Mata Pelajaran/Unit
Pembelajaran dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu: 1). Kelompok
Dasar, 2). Kelompok Inti dan 3). Kelompok Penunjang. Mata
pelajaran. Pada Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor: 52/ Permentan/ HK.140/J/07/15 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Penyuluh
Pertanian Mata Pelajaran/Unit Pembelajaran tiap jenjang Pelatihan
Fungsional Penyuluh Pertanian Terampil, Ahli, dan Alih Kelompok
berbeda.
Penentuan Metodologi Pelatihan ditentukan sesuai dengan
sasaran peserta Pelatihan yang akan dilatih. Walaupun sudah
tercantum metodologi pelatihan di Juklak Pelatihan, namun
metodologi pelatihan yang efektif tentunya yang dapat disesuaikan
dengan sasaran peserta yang akan dilatih. Sehingga peserta dapat
memahami materi-materi pelatihan yang disampaikan dengan baik.
Di BBPP Ketindan sudah menerapkan pembelajaran orang dewasa.
Yang mana prinsip belajar orang dewasa ini juga mendukung
kegiatan pelatihan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Penentuan jumlah jam berlatih juga sudah tersedia di
Juklak Pelatihan. Berdasarkan Juklak Pelatihan, penentuan jumlah
jam berlatih berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi
32

Kompetensi kerja calon peserta Pelatihan dengan jumlah jam


berlatih satu hari 8 (delapan) jam dengan satuan waktu 45 (empat
puluh lima) menit per jam berlatih. Jam pelatihan ditentukan
berdasarkan jumlah seluruh waktu untuk proses dan ulangan yang
diperlukan setiap unit kompetensi pada setiap jenis dan jenjang
pelatihan.
5) Kepanitiaan (menetapkan pengelola dan staf pembantu program
pelatihan)
Kepanitiaan Kepanitiaan pelatihan dibuat untuk
melancarkan tugas-tugas pelaksanaan pelatihan. Kepanitiaan
pelatihan dibuat dengan membuat Konsep Susunan Panitia yang
terdiri dari struktur panitia, rincian tugas jabatan dan pemilihan
panitia. Struktur Kepanitiaan di BBPP Ketindan terdiri dari:
Penanggungjawab program pelatihan, Penanggungjawab kegiatan
Pelatihan, Ketua, Koordinator akademik, Sekretaris, Seksi-seksi:
Seksi Materi, Seksi Keuangan, Seksi Monitoring dan evaluasi, Seksi
Kepesertaan, Seksi Prasarana dan Sarana, dan Seksi Akomodasi dan
konsumsi. Setelah membuat struktur kepanitiaan, kemudian
menentukan rincian tugas dan fungsi masing-masing jabatan.
a) Ketua bertugas bertanggung jawab secara operasional mulai dari
perencanaan, pelaksanaan sampai dengan tersusunnya laporan
penyelenggaraan pelatihan dan administrasi pelatihan, memimpin
rapat-rapat yang berhubungan dengan kebijakan pelatihan,
mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelatihan.
b) Koordinator akademik bertugas menetapkan tujuan pelatihan,
menetapkan kebutuhan bahan praktek pelatihan; menyusun
kurikulum pelatihan; merekomendasikan narasumber dan
fasilitator; berkoordinasi dengan petugas materi dan kurikulum
dalam penyusunan jadwal pelatihan.
c) Sekretaris bertugas menyiapkan undangan rapat panitia, membuat
dan mengirim surat pemanggilan calon peserta pelatihan, membuat
33

dan mengirim surat permohonan bantuan fasilitator/narasumber


pelatihan, melakukan konfirmasi peserta pelatihan, menyiapkan
panduan pelatihan.
d) Seksi materi bertugas menyusun jadwal pelajaran dan kegiatan-
kegiatan lain selama pelatihan, menyiapkan bahan penyusunan
kurikulum, bahan ajar dan bahan tayang; menggandakan dan
membagikan bahan pelatihan, melakukan konfirmasi
fasilitator/narasumber pelatihan.
e) Seksi keuangan bertugas mengusahakan agar dana tepat
waktunya, membuat rincian penggunaan dana sesuai dengan
kebijakan penanggung jawab, melaksanakan pembayaran honor
peserta, honor pengajar, honor petugas dan lain-lain sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, membuat pertanggung jawaban
keuangan serta pengadministrasian keuangan.
f) Seksi monitoring dan evaluasi bertugas mengumpulkan,
mengolah dan menganalisa data dan informasi pelatihan dari
kepesertaaan dan fasilitator, memantau dan mengevaluasi
penyelenggaraan pelatihan, menyusun rencana bimbingan
lanjutan pelatihan.
g) Seksi sarana prasarana bertugas merencanakan kebutuhan sarana
dan prasarana pelatihan, menyiapkan, mengatur, mengawasi dan
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berhubungan
dengan sarana prasarana pelatihan, membuat kartu tanda
pengenal peserta, menyiapkan bahan praktek untuk kegiatan
pembelajaran pelatihan, mendokumentasikan penyelenggaraan
pelatihan.
h) Seksi kepesertaan bertugas menyiapkan bahan, blangko
kepesertaan meliputi biodata peserta, biodata pelatih, surat ijin
peserta dan daftar hadir peserta, melakukan penerimaan peserta
pelatihan, menginformasikan tata tertib/disiplin peserta.
34

i) Seksi akomodasi dan konsumsi bertugas mengatur penempatan


peserta pelatihan dalam kamar-kamar yang sudah di tentukan,
mengatur penyediaan konsumsi (makan, snack dan lain-lain)
bagi peserta dan pelatih.
Struktur dan rincian tugas sudah dibuat, kemudian dipilihlah
orang-orang yang menempati posisi jabatan di struktur panitia
tersebut. Penanggungjawab program pelatihan yang dilakukan akan
selalu diampu oleh Kepala BBPP Ketindan dan Penanggungjawab
kegiatan Pelatihan akan selalu diampu oleh Kepala Bidang
Penyelenggaraan Pelatihan. Ketua di isi oleh kepala Seksi Aparatur/
NonAparatur sesuai dengan macam pelatihan yang akan
dilaksanakan. Koordinator akademik akan diampu oleh widyaiswara
yang berkompeten dibidangnya. Jabatan Sekretaris, Seksi Materi,
Seksi Kepesertaan, dan Seksi Prasarana dan Sarana akan diampu
oleh masing-masing pegawai Seksi aparatur/ NonAparatur sesuai
pelatihan yang akan dilakukan. Seksi Keuangan akan diampu oleh
pegawai Bagian Umum khususnya Subbagian Keuangan. Seksi
Monitoring dan evaluasi akan diampu oleh pegawai Bagian Program
dan Evaluasi khususnya Seksi Evaluasi dan Pelaporan. Seksi
Akomodasi dan Konsumsi akan diampu oleh bagian umum
khususnya Subbagian Kepegawaian dan Rumah Tangga. Dari
pembagian tersebut dapat dilihat Kepanitiaan Pelatihan di BBPP
Ketindan ini melibatkan bidang-bidang lain di BBPP Ketindan
sehingga keseluruhan bidang/bagain di BBPP Ketindan bekerjasama
dalam pelaksanaan pelatihan/program kegiatan BBPPP Ketindan.
6) Rekruitmen Peserta
Rekruitment peserta pelatihan, calon peserta pelatihan sudah
ditentukan oleh Eselon 1 dengan maksud sudah ditentukan disini
yaitu tentang pembagian wilayah pelatihan-pelatihan yang akan
dilakukan. Pelatihan Vokasi dan Pelatihan Teknis mengenai
tanaman pangan atau horti disesuaikan dengan wilayah yang
35

merupakan wilayah dari penghasil komoditas tanaman pangan atau


horti tersebut dan tentunya sudah disesuaikan juga dengan wilayah
kerja dari BBPP Ketindan, yaitu: Jawa Timur, Bali, NTT, NTB,
Papua.
Calon peserta Pelatihan Fungsional dilakukan rekruitmen
dengan cara menginformasikan ke Dinas Pertanian wilayah kerja
BBPP Ketindan, bahwa akan dilakukan pelatihan fungsional apa
saja. Dari masing-masing Dinas Pertanian kemudian akan
mengajukan daftar calon peserta. Daftar calon peserta dari masing-
masing Dinas ini akan diseleksi kembali dan diambil sesuai jumlah
target peserta pelaksanaan. Penyeleksian peserta pelatihan
fungsional didasarkan atas kemendesakan kebutuhan peserta.
Pemanggilan peserta dilaksanakan maksimal H-7 dengan
mengirimkan surat pemanggilan peserta ke dinas terkait dan peserta
maksimal melakukan konfirmasi kehadiran H-2 pelaksanaan
pelatihan. Dalam surat pemanggilan peserta tersebut sudah
tercantum persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon peserta.
Dalam 1 angkatan pelatihan maksimal terdiri dari 30 peserta. Pada
pelaksanaannya yaitu pada perencanaan pelatihan yang saya ikuti,
pelatih vokasi jagung memiliki persyaratan peserta sebagai berikut:
a. Ketua/Pengurus/Anggota kelompok tani/petani jagung
b. Ditugaskan oleh atasan/instansi/lembaga terkait dibuktikan
dengan surat tugas;
c. Belum pernah mengikuti Diklat sejenis (TOT/PTT/Teknis
Agribisnis Jagung);
d. Sehat jasmani dan rohani;
e. Bagi peserta wanita tidak dalam keadaan hamil;
f. Membawa fotokopi KTP;
g. Membawa pas photo berwarna berukuran 3x4 berlatar belakang
merah masing-masing 3 lembar;
h. Bersedia mengikuti Diklat sampai selesai;
36

i. Selama kegiatan Diklat berpakaian rapi, sopan dan bersepatu.


Pada pelaksanaan dilapang untuk sistematika pemanggilan
peserta tidak dilakukan sebagaimana mestinya seperti peratutan
pemanggilan dilakukan maksimal h-7 dan konfirmasi maksimal
h-2. Hal ini dikarenakan jadwal pelatihan yang sangat mendadak
sehingga perencanaan dan persiapannya dilakukan dengan sangat
mendadak. Pelatihan vokasi jagung pemanggilan peserta dan
konfirmasinya dilakukan h-2 pelatihan dilakukan.
7) Pembuatan SK Penyelenggaraan Pelatihan
Penyusunan SK Peyelenggaraan dibuat dan disertai pula
Juknis (Petunjuk Teknis) pelatihan yang kemudian diajukan kepada
eselon II/ Kepala Balai. Rapat Lanjutan Persiapan Latihan, akan
membahas tentang Ketenagaan Pelatihan/Fasilitator, Pola Pelatihan,
dan Kesiapan Bahan Pelatihan. Fasilitator pelatihan bisa berasal dari
Widyaiswara/ fasilitator dari luar, seperti: Praktisi, Dosen, fasilitator
dar Lembaga/Istansi lain, dll. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian Republik Indonesia Nomor:
37/Permentan/SM.120/8/2018 tentang Pedoman Pelatihan Pertanian
Penetapan ketenagaan pelatihan berdasarkan: Kesesuaian
kompetensi materi, spesialisasi, dan pengalaman yang dimiliki,
Penguasaan metodologi pembelajaran dan manjemen kelas,
Kemampuan menyusun Garis Besar Pelaksananan Pembelajaran,
Satuan Acara Pembelajaran, Rencana Proses Pembelajaran
(GBPP/SAP/RPP), dan menyiapkan materi pembelajaran,
Kemampuan menyusun dan menggunakan bahan ajar, Kemampuan
menilai hasil berlatih peserta, Jiwa pengabdian dan tanggung jawab
Pengutamaan bagi yang memiliki sertifikat pelatihan bagi pelatih di
bidangnya.
Pemilihan pola pelatihan sesuai dengan kurikulum, metode
dan durasi waktu pelatihan/jumlah jam berlatih. Pola pelatihan
mempermudah gambaran pelaksanaan pelatihan yang akan
37

dilakukan. Berikut merupakan Pola Pelatihan di BBPP Ketindan


Malang:
Gambar 3. Pola-Pola Pelatihan di BBPP Ketindan Malang

Sumber: Data Primer


8) Rapat Lanjutan Persiapan Pelatihan (menetapkan alat bantu
pelatihan)
Tempat pelaksanaan pelaksanaan dapat disesuaikan dengan
pola pelatihan dan jenis pelatihannya. Pada umumnya tempat
pelaksanaan pelatihan dari pembukaan, pembekalan, dan penutupan
akan dilaksanakan di BBPP Ketindan, sedangkan untuk OJT
dilakukan ditempat yang disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan.
Pelatihan Fungsional OJT para peserta akan dikembalikan ke
wilayahnya masing-masing dan menerapkan materi-materi yang
sudah didapatkan selama pembekalan materi. Pelatihan Teknis OJT
38

dilakukan dengan menuju wilayah sentra dari komoditas yang


sedang di latihkan. OJT vokasi dilakuka di UMKM/ P4S/
Perusahaan.
Penyediaan Prasarana dan sarana pelatihan disiapkan untuk
menjamin proses pelatihan berlangsung sesuai dengan kebutuhan
pada setiap jenis dan jenjang pelatihan. Prasarana dan sarana
pelatihan dapat meliputi asrama, kelas, ATK, perlengkapan peserta.
Pengadaan prasarana dan sarana arama dan kelas diserahkan kepada
Bagian Umum khususnya Subbagian Kepegawaian dan Rumah
Tangga. Prasarana dan sarana bahan pelatihan seperti ATK,
perlengkapan peserta, perlengkapan pelatihan lainnya akan diajukan
ole penyelenggaran petihan ke pembelanjaan yang kemudian
diserahkan ke Bagian Umum Subbag Perlengkapan Instalasi untuk
pengadaannya. Daftar Prasarana dan Sarana BBPP Ketindan tertera
pada lampiran.
Pada tahap ini juga dilakukan fiksasi instruktur perlatihan
yang akan memberikan pelatihan. Instruktur pelatihan dapat berasal
dari widyaiswara BBPP Ketindan atau diluar BBPP Ketindan
dengan kriteria yang sudah ditetapkan. Persyaratan untuk menjadi
instruktur pada pelatihan vokasi jagung yaitu:
a. Ahli /profesional dalam bidang yang dilatihkan;
b. Menguasai metoda berlatih-melatih;
c. Mau dan mampu menyusun bahan ajar/modul pembelajaran;
d. Mampu menilai hasil berlatih;
e. Mau dan mampu melaksanakan evaluasi materi yang
dilatihkan.
9) Peyusunan Jadwal Pelatihan (menyusun rencana kegiatan dan
jadwal pelatihan)
Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Pelatihan disusun setelah
proses-proses sebelumnya sudah ditempuh. Jadwal pelaksanaan
pelatihan disusun berdasarkan kurikulum yang telah dibuat oleh
39

Koordinator Akademik. Jadwal pelaksanaan pelatihan ini disusun


guna menata jalannya pelatihan agar sesuai alurnya dari awal sampai
akhir dan memberikan gambaran kegiatan yang akan dilakukan oleh
panitia dan peserta pelatihan. Jadwal pelaksanaan pelatihan biasanya
berisi: Hari/Tanggal, Pukul, Materi, Jumlah Jam, Fasilitator.
Berdasarkan Sistem Manajemen ISO yang dimiliki oleh BBPP
Ketindan yang merupakan Sistem Manajemen ISO 9001:2015,
dalam sasaran mutunya maksimal jadwal pelaksanaan pelatihan
dibuat H-6 sebelum pelaksanaan pelatihan.
2. Hambatan Perencanaan Pelatihan
Hambatan merupakan hal yang menjadi penghalang suatu tujuan
atau keinginan terwujudkan. Dalam perencanaan pelatihan di BBPP
Ketindan yang saya amati dilapangan terdapat beberapa hambatan yang
terjadi, yaitu:
a. Jadwal palang pelatihan yang sering berubah mendadak
Berdasarkan hasil pengamatan dilapang, jadwal palang pelatihan
di BBPP Ketindan sering berubah secara mendadak. Hal ini sangat
menghambat kerja bidang penyelenggaraan pelatihan dalam mendesain
kegiatan pelatihan karena jadwal palang yang tidak jelas dan sering
berubah. Pada saat dilapang terdapat pelatihan pertanian yang dilakukan
secara mendadak. Hal ini dikarenakan keputusan kepala balai untuk
pelatihan tersebut dilakukan terlebih dahulu disesuiakan dengan acara
yang didatangi oleh bapak menteri pertanian. Pelaksanaan pelatihan
yang sangat mendadak ini membuat proses desain kegiatan pelatihan
tidak maksimal.
b. Kurikulum diserahkan tidak tepat waktu
Kurikulum yang dibuat oleh koordinator akademik sering
terlambat diserahkan ke bidang penyelenggaraan pelatihan. Hal ini
menghambat kerja bidang penyelenggaraan pelatihan dalam mendesain
kegiatan pelatihan. Terutama dalam pembuatan jadwal kegiatan
pelatihan.
40

c. Kurang baiknya koordinasi atau kerjasama antar bidang


Berdasarkan hasil pengamatan dilapang, banyak terjadi
kerjasama yang buruk antar bidang di BBPP Ketindan. Hal ini dapat
dperkirakan terjadi karena hambatan sebelmnya, yaitu jadwal palang
pelatihan yang sering berubah scara mendadak. Sehingga koordinasi
antar bidang kurang dan kerjasama menjadi buruk.
3. Pelaksanaan Pelatihan
Tahap 5 Pelaksanaan Pelatihan akan dilakukan oleh Bidang
Penyelenggaraan Pelatihan. Pelaksanaan pelatihan dilakukan sesuai dengan
jadwal pelatihan yang telah dibuat. Lamanya pelaksaan pelatihan
bergantung pada pola pelatihan yang telah disepakati. Pelaksanaan pelatihan
erat kaitan dengan perencanaan pelatihan yang sebelumnya sudah
dilakukan. Pelaksanaan pelatihan di BBPP Ketindan mengacu pada jadwal
pelatihan yang sudah dibuat. Jadwal pelaksanaan pelatihan yang dibuat
tentunya berbeda-beda tiap pelatihan, disesuaikan dengan kurikulum, pola
pelatihan, jam berlatih pelatihan. Terdapat tahap-tahap pelaksanaan
pelatihan yang secara umum diawali dengan Registrasi peserta, Pembukaan
oleh pihak panitia, Pre test, Sesi materi, OJT (On Job Training), Post test,
Evaluasi, Penutupan.

a. Registrasi Peserta
Tahapan registrasi peserta menjadi tahap awal pelaksanaan
pelatih sebelum pelatihan dimulai. Tahapan resgitrasi peserta dilakukan
untuk mendata peserta yang akan mengikuti pelatihan. Tahapan
registrasi peserta berdasarkan SOP prosedur penerimaan peserta dimulai
dengan menerima kedatangan calon peserta dengan mengisi buku
agenda/presesi. Presensi berisi: Nama, Asal Instansi dan Tanda Tangan.
Kemudian mengumpulkan persyaratan calon peserta dan memeriksa
apakah persyaratan tersebut sudah memenuhi syarat atau belum. Setelah
peserta dinyatakan sudah memenuhi syarat maka peserta akan
41

mendapatkan ATK Pelatihan dan diantarkan ke asrama. Namun, pada


prosedur penerimaan peserta yang saya amati pada pelaksanaan
pelatihan di BBPP Ketindan tidak sesuai dengan SOP. Saat peserta
datang peserta mengisi buku agenda, tidak dilakukan pengecekan
persyaratan, dan ATK diserahkan bukan saat registrasi.
Gambar 4. Prosedur Penerimaan Peserta

Sumber: Data Sekunder


b. Pembukaan
Tahapan selanjutnya yaitu, pembukaan pelatihan yang dilakukan
oleh panitian. Pembukaan dilakukan di aula dengan mengumpulkan
seluruh peserta pelatihan. Penyerahan ATK baru diserahkan saat
pembukaan, hal ini dikarenakan ATK belum siap saat tahap registrasi.
Pembukaan pelatihan diawali dengan do’a, menyanyikan lagu
kebangsaan Indonesia Raya, laporan panitia penyelenggara yang akan
disampaikan oleh ketua panitia pelatihan, sambutan kepala BBPP
Ketindan, dan penyematan tanda peserta secara simbolis.
c. Pre test
Sebelum memasuki sesi materi pelatihan terdapat tahapan pre
test. Pre test dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan peserta
sebelum dilakukan pembekalan materi pelatihan. Tahapan pre test ini
akan dilakukan oleh panitia penyeleggara pelatihan Seksi Monitoring
42

dan evaluasi. Yang mana hasil dari pretest nantinya akan dibandingkan
dengan hasil Postest diakhir pelatihan. Namun, pada pelaksanaan
pelatihan yang saya ikuti tidak saya dapati pelaksanaan pre test yang
seharusnya dilakukan oleh Bidang Program dan Evaluasi. Bidang
Program dan Evaluasi hadir hanya untuk melakukan MOU dengan
peserta mengenai peraturan yang harus disepakati selama kegiatan
pelatihan berlangsung.
d. Sesi Materi
Memasuki tahapan sesi materi, materi pada pelatihan terdiri dari
3 kelompok, yaitu: 1). Kelompok dasar yang isi materinya merupakan
kebijakan-kebijakan pemerintah yang sesuai dengan tema pelatihan
yang dilaksanakan, 2). Kelompok Inti yang isi materinya berisikan
materi-materi yang sesuai dengan tema pelatihan yang dilakukan, dan
3). Kelompok Penunjang merupakan materi yang berisi materi-materi
pendukung untuk lebih memotivasi peserta pelatihan dalam
melaksanakan dan menerapkan materi kelompok dasar, materi
kelompok inti yang didapatkan serta pengembangan diri peserta secara
individual. Pada pelaksanaannya saat materi pelatihan vokasi jagung
sudah terlaksana prinsip belajar mengajar. Tujuan belajar yang dihayati,
dimana peserta harus memahami mengapa dia harus mempelajari
tersebut. Pada saat materi dari instruktur pelatih yang juga merupakan
coordinator akademik pelatihan tersebut sudah mengajak para peserta
memahami tujuan apa atau hal apa saja yang ingin didapatkan
dipelatihan tersebut. Belajar dari tahap ketahap, pembelajaran sudah
dilakukan secara bertahap dari hal dasar dan materi hingga praktek/OJT.
Menghargai perbedaan individual, tidak terjadi juga pembedaan saat
penyampaian materi seluruh peserta maupun pelatih menghargai
perbedaan. Untuk prinsip latihan yang sesuai/praktek dan evaluasi
belum dapat saya amati. Suasana pelatihan pun juga berjalan baik, sifat
pelatih mudah akrab dan dekat dengan peserta. Untuk semakin
mendekatkan dilakukan proses belajar mengajar yang aktif dengan
43

mengajak peserta berkumpul didepan dan pelatih berada disekitar


peserta. Pelatih juga peduli dengan peserta yang terlihat kebingungan.
Feedback yang diberikan peserta pun beragam dan peserta aktif
berkontribusi. Contohnya dalam pembentukan kelompok ada beberapa
peserta yang bersedia menjadi ketua kelompok secara sukarela. Peserta
pun juga tidak sungkan langsung bertanya dan meminta bantuan jika
mengalami kesusahan.
e. OJT (On Job Training)
Tahapan OJT (On Job Training), dilakukan setelah
mendapatkan sesi materi. Di tahapan ini peserta akan memulai dan
mencoba penerapan dari materi-materi yang telah didapatkan ke praktek
secara lansung. Praktek lapang ini dilaksanakan sesuai dengan pola
pelatihan. Dikarenakan setiap pelatihan memiliki pola yang berbeda-
beda. Pola pelatihan fungsional untuk praktek lapangnya peserta akan
dikembalikan ke wilayah masing-masing untuk memulai dan mencoba
penerapan dari materi-materi yang telah didapatkan selama pelatihan
selama 7 hari, setelah itu peserta akan kembali lagi ke BBPP Ketindan
untuk melanjutkan pelatihan. Pola pelatihan teknis untuk praktek
lapangnya peserta akan melakukan praktek lapang ke wilayah
komoditas yang dipelajari selama pelatihan, praktek lapang pelatihan
teknis dilakukan selama 2 hari setelah itu peserta akan kembali lagi ke
BBPP Ketindan untuk melanjutkan pelatihan. Sedangkan Vokasi, dibagi
menjadi 2 pola pelatihan untuk pemula dan pelaku usaha. Peserta vokasi
pemula akan melaksanakan praktek lapang selama 2 hari dan peserta
pelaku usaha akan melaksankaan praktek lapang selama 3 hari. Peserta
vokasi akan melakukan praktek lapang ke perusahaan atau UMKM atau
P4S.
f. Post test
Tahapan post test dilakukan setelah sesi materi dan praktek
lapang selesai dilaksanakan. Pada tahapan post test akan dilakukan uji
kompetensi untuk peserta sehingga dapat dilihat kempauan peserta
44

sudah sejauh mana setelah mengikuti serangkaian pelatihan. Hasil dari


uji kompetensi ini juga akan dibandingkan dengan pre test peserta
sebelum mengikuti pelatihan. Dari perbandingan hasil tahapan pre test
dan post test akan terlihat seberapa besar perkembangan kompetensi
peserta pelatihan.
g. Evaluasi
Tahap 6 Evaluasi dan bimbingan lanjutan akan dikukan oleh
Bidang Program dan Evaluasi khususnya Seksi Evaluasi. Beberapa
evaluasi pelatihan masuk kedalam poin pelaksanaan pelatihan yaitu
termasuk evaluasi sumatif. Evaluasi di BBPP Ketindan terdiri atas 3
evaluasi, yaitu: Evaluasi penyelenggaraan, evaluasi pembelajaran dan
evaluasi pascapelatihan. Evaluasi yang masuk ke dalam poin
pelaksanaan pelatihan yaitu evaluasi penyelenggaraan dan evaluasi
pembelajaran.
Tahapan evaluasi dibagi menjadi 2, yaitu yang Pertama evaluasi
dilakukan setiap hari atau sering disebut dengan “Daily Mood” dan
evaluasi fasilitator. Kedua evaluasi yang dilakukan di akhir-akhir
serangkaian kegiatan pelatihan yang mencakup evaluasi penguasaan
materi dan evaluasi penyelenggaraan pelatihan. Daily Mood dilakukan
untuk mengetahui kondisi mood/perasaan peserta saat mengikuti
pelatihan tiap harinya. Evaluasi penguasaan materi dapat dilihat dari
perbandingan dari hasil pre test dan pos tets peserta. Evaluasi fasilitator
digunakan untuk penilaian terhadapa kemampuan fasilitator dalam
berinteraksi dengan peserta yang sangat mempengaruhi pemahaman
pserta terhadap materi yang disampaikan selam elatihan dilaksanakan.
Evaluasi penyelenggaraan Pelatihan digunakan untuk mengetahui
sejauhmana tingkat keberhasilan Pelatihan ditinjau dari beberapa unsur,
seperti pelayanan administrasi terdiri dari: registrasi/pendaftaran peserta
Pelatihan cepat, mudah dan ramah, bahan serahan yang berkualitas,
profesionalisme dan keramahan petugas, pelayanan fasilitas Pelatihan
terdiri dari: kebersihan dan kenyamanan asrama, ruang belajar dan
45

ruang makan, keramahan dan kerapihan petugas asrama, petugas ruang


makan, variasi menu makan yang disajikan, kualitas menu makanan
yang disajikan, kelengkapan fasilitas praktek dan ketersediaan alat bantu
pengajaran. Evaluasi ini merupakan tugas dari Bidang Program dan
Evaluasi khsususnya Seksi Monitoring dan Evaluasi yang menjadi
panitia pelatihan.
h. Penutupan
Sertifikat peserta diberikan oleh lembaga pelatihan terakreditasi
kepada peserta pelatihan aparatur yang telah menyelesaikan seluruh
proses pembelajaran pelatihan. Surat keterangan berbentuk Surat Tanda
Tamat Pelatihan (STTP), STTP diberikan kepada peserta pelatihan
aparatur yang telah menyelesaikan seluruh proses pembelajaran
pelatihan. Peserta yang memenuhi standar penilaian (total nilai minimal
70) berhak memperoleh STTP dari pihak penyelenggara dengan aspek
penilaian secara umum sebagai berikut:

Tabel 2. Aspek Penilaian STTP


Aspek Penilaian Indikator Presentase (%)
Tingkat Kehadiran Presensi 20
Pengetahuan Pre test
Pos test 40
Penilaian fasilitator
Keterampilan Kunjungan
20
lapangan/Klasikal
Sikap dan Perilaku Disiplin, kerjasama,
kepemimpinan dan 20
prakarsa

Sumber: Data Sekunder


Penandatangan STTPP ditanda tangani oleh Kepala Pusat
Pelatihan atas naman Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan
SDM Pertanian dan disahkan oleh Kepala Badan Pengembangan SDM
46

Pertanian. Pengajuan untuk penandatanganan STTPP harus dilengkapi


biodata peserta. Waktu pemberian sertifikat STTPP diberikan pada saat
acara penutupan pelatihan.
Tahapan penutupan pelatihan yang dilakukan oleh panitian.
Pelatihan dilakukan di aula dengan mengumpulkan seluruh peserta
pelatihan. Penutupan pelatihan diawali dengan do’a, laporan panitia
penyelenggara yang akan disampaikan oleh ketua panitia pelatihan,
pernyataan penutupan pelatihan oleh kepala BBPP Ketindan, kesan
pesan peserta pelatihan, penyerahan sertifikat, pelepasan tanda peserta
secara simbolis, penyerahan laporan, laporan peserta pelatihan,
menyanyikan lagu bagimu negeri, dan doa penutup. Penutupan
pelatihan selesai dilaksanakan kemudian dilakukan pengiriman kembali
peserta.
4. Keterampilan dan pembelajaran yang didapatkan selama magang
Keterampilan yang saya dapatkan selama magang yaitu meliputi
mengolah data pelatihan untuk laporan tahun lalu, mengolahan data
untuk pembuatan materi pelatihan. Pembelajaran yang saya dapatkan
sangat banyak seperti menjalin kerjasama didalam bidang
penyelenggaraan pelatihan, menjalin komunikasi antar pegawai di
BBPP Ketindan, membantu pelaksanaan pelatihan, mengamati
bagaimana bekerjanya lembaga pemerinrtah dsb. Memang keterampilan
yang saya dapatkan dalam hal pelatihan atau khususnya bagian kajian
saya desain pelatihan dan pelaksanaan pelatihan tidak begitu banyak
dikarenakan adanya hambatan yang ada dalam desain pelatihan dan
pelaksanaan pelatihan itu sendiri. Pelatihan pertama yang dilakukan
sangat mendadak sehingga segala kegiatan desain pelatihan dan
pelaksanaan pelatihan tidak dapat banyak melibatkan saya didalamnya.
47

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil kegiatan magang mengenai
Perencanaan dan Pelaksanaan Pelatihan Pertanian Aparatur di Balai Besar
Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan Malang adalah
1. Perencanaan Pelatihan yang dilakukan oleh Bidang Penyelenggaraan
Pelatihan BBPP Ketindan yang saya ikuti sudah meliputi hal-hal yang ada
didalam teori. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat hambatan-
hambatan yang membuat adanya kesenjangan di antara teori dan
pelaksanaan dilapang.
2. Hambatan perencanaan pelatihan bidang penyelenggaraan pelatihan BBPP
Ketindan yang saya temui dilapangan yaitu permasalahan jadwal palang
pelatihan yang mendadak berubah, kurikulum diserahkan tidak tepat waktu,
dan kurang baiknya koordinasi atau kerjasama antar bidang.
3. Pelaksanaan Pelatihan yang dilakukan oleh bidang penyelenggaraan
pelatihan BBPP Ketindan yang saya ikuti dilakukan sesuai jadwal kegiatan
yang dibuat. Saya mengikuti hanya sampai pada pelaksanaan pemberian
materi kedua oleh koordinator akademik dimana kegiatan pembelajaran
tersebut sudah mencerminkan suasana pelatihan yang baik.
4. Keterampilan yang saya dapatkan di BBPP Ketindan belum begitu banyak
mengenai desain pelatihan dan pelaksanaannya dikarenakan adanya
hambatan yang terjadi.

B. Saran
Saran untuk Fakultas Petanian UNS :
1. Pelaksanaan Magang Mahasiswa sebaiknya tidak dilakukan pada awal
tahun.
2. Pelaksanann Magang Mahasiswa dilakukan dalam jenjang waktu yang lebih
lama.
3. Alur proses pendaftaaran Magang Mahasiswa tidak ribet.
Saran untuk Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan Malang :

48
48

1. Perencanaan khususnya bagian Bidang Penyelenggaraan lebih tegas dalam


menetapkan desain pelatihan yang dibuat, karena hal tersebut akan
mempengaruhi standart kualitas pelatihannya.
2. Hambatan-hambatan yang terjadi sebaiknya diminimalisir sekecil mungkin,
seperti hal yang paling urgent yaitu penetapan jadwal palang. Dikarenakan
jika jadwal palang berantakan, hal tersebut akan sangat mempengaruhi
proses perencanaan pelatihannya.
3. Pelaksanaan pelatihan alangkah baiknya disesuaikan dengan jadwal
kegiatan yang sudah dibuat.
4. Penyama rataan presepsi magang ke keseluruh pegawai di BBPP Ketindan
agar mahasiswa magang bisa mendapatkan keterampilan atau tujuan yang
ingin dicapai.
LAMPIRAN
Rapat Persiapan Pelatihan Shooting dengan Humas BBPP Ketindan

Seminar Hasil Magang Peserta Magang Lainnya

Kunjungan dari Timor Leste Kunjungan dari Labshool UNESA


Apel Pagi Kunjungan TK ‘Aisyiyah bustanul Athfal

Konsultasi Laporan dengan Bu Nurlela Pembuatan Sabun di Pengolahan Hasil

Pembukaan Pelatihan Pembekalan Materi Pelatihan

Anda mungkin juga menyukai