PRAKTIKA SENIOR
Oleh
101101106
KATA PENGANTAR
Ildrem Medan yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program
Tahun 2015.
yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan baik secara langsung
kepada :
Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota Bukit S.Kp, MNS, Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan
ini.
7. Direktur RSJ Prof. Dr. Muhamad Ildrem medan yang telah memberikan izin
penelitian.
8. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis bapak Imran Yatim S.P dan
ibu Efrita yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis sejak
memberikan doa yang tulus untuk penulis. Abang saya Jolli Imrianto S.T,
kakak saya Yesi Imriana S.Pd dan dan orang teristimewa Firdiansyah S.Kom
yang penulis cintai yang telah memberikan dukungan serta doa yang tiada
Putri Rizky, Fischa Agustina beserta Ilda Putriani yang telah memberikan
praktika senior ini serta teman-teman terbaiku Putri raihan, Cut Harun dan
dan jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun tata bahasa, maka
dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik serta masukan dari
semua pihak demi kesempurnaan Laporan Praktika Senior. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih dan harapan penulis semoga penelitian ini bermanfaat
Tari Listiorini
Nim. 101101106
5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN. ........................................................... viii
ABSTRAK.. .............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
1.3. Tujuan ......................................................................................... 5
1.4. Manfaat....................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7
2.1. Halusinasi .................................................................................... 7
2.1.1. Definisi Halusinasi. ..................................................... 7
2.1.2. Klasifikasi Halusinasi .................................................. 8
2.1.3. Tahapan Halusinasi.......................................................... 9
2.1.4. Rentang Respon Halusinasi.. ........................................... 9
2.2. Halusinasi Pendengaran. ..................................................... 10
2.2.1. Karakteristik Perilaku Pasien Halusinasi Pendengaran..... 11
2.2.2. Karakteristik Pasien Halusinasi Rehabilitasi........................ 11
2.2.3. Proses Terjadinya Halusinasi Pendengaran... 12
2.2.4. Faktor Penyebab Terjadinya Halusinasi..... 12
2.2.5. Gejala- Gejala Halusinasi Pendengaran 13
2.2.6. Akibat Halusinasi Pendengaran..... 13
2.2.7 Pengobatan Halusinasi Pendengaran..... 14
2.2.8. Pengkajian.. 14
2.2.9. Analisa Data.. 18
2.2.10. Rumusan Masalah 19
2.2.11. Perencanaan. 20
2.2.12. Implementasi Keperawatan................................................. 27
2.2.13. Evaluasi Keperawatan......................................................... 29
BAB III LAPORAN KASUS ...................................................................... 32
3.1. Pengkajian .................................................................................. 32
3.2. Masalah Keperawatan ................................................................ 34
3.3. Pohon Masalah Dan Diagnosa Keperawatan .............................. 35
3.4. Perencanaan Keperawatan.. ........................................ 35
3.5. Pelaksanaan Keperawatan.. ............................................. 37
3.6. Evaluasi Keperawatan ............................................................. 39
BAB IV ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN .................................. 44
4.1. Deskripsi Profil Ruangan ............................................................ 44
4.2. Analisis Pengkajian ..................................................................... 47
4.3. Analisis Diagnosa Keperawatan .......................................... 50
4.4. Analisis Intervensi Keperawatan ............................................... 51
4.5. Analisis Implementasi Keperawatan ........................................... 51
4.6. Analisis Evaluasi Keperawatan ................................................... 52
6
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah oleh panca indra tanpa adanya
rangsang (stimulus) eksternal. Halusinasi pendengaran merupakan salah satu jenis
halusinasi yang paling sering dialami oleh penderita skizofrenia seperti
mendengar suara melengking, mendesir, bising, baik dalam bentuk kata-kata
mapun kalimat tetapi tidak dapat dibuktikan dengan nyata dengan kata lain objek
tersebut tidak ada secara nyata. Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk
mengaplikasikan langsung asuhan keperawatan pada pasien halusinasi
pendengaran. Pada tugas akhir ini, penulis melakukan asuhan pada pasien diruang
Dolok Martimbang RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan dengan jumlah
pasien sebanyak satu orang. Kegiatan asuhan keperawatan ini dilakukan sejak
tanggal 27 Juli 2015 sampai dengan 8 Agustus 2015. Implementasi yang
dilakukan merupakan susunan berurutan dari strategi pertemuan yang terdiri dari
4 bagian (4 SP). Hasil dari asuhan keperawatan ini adalah pasien yang mengalami
halusinasi pendengaran mampu mengetahui penyebab halusinasi pendengaran dan
sudah mengetahui cara mengontrol halusinasinya. Untuk perawat diharapkan
mampu melakukan asuhan keperawatan secara optimal dan komprehensif pada
pasien halusinasi pendengaran.
BAB 1
PENDAHULUAN
kita hadapi, masalah tersebut bisa berasal dari faktor-faktor internal dan eksternal.
masalahnya, tapi jika ada sebagian manusia yang tidak dapat menyelesaikan
adalah Halusinasi. Hanya saja gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari
yang ringan seperti rasa cemas, takut hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa
dari dari empat masalah kesehatan yang utama di negara-negara maju, modern
dan industri. Keempat masalah kesehatan itu adalah penyakit generatif, gangguan
jiwa, kanker dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap
pertolongan serta pengobatan untuk suatu gangguan jiwa. Hasil riset WHO
diperkirakan pada setiap saat, 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
10
peningkatan keparahan pada pasien, pasien jiwa sendiri harus dirawat di rumah
sakit jiwa untuk mendapatkan pelayanan yang tepat. Data yang dikeluarkan oleh
jumlah penderita gangguan jiwa berat sebesar 2,5 juta jiwa, yang diambil dari data
gangguan jiwa khususnya yang mengalami gangguan halusinasi selama tiga tahun
terakhir adalah 14.229 orang. Terbukti pada tahun 2005 terdapat sekitar 400 orang
penderita gangguan jiwa, 2006 naik menjadi 563, dan tahun 2007 bertambah lagi
adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana
terjadi pada saat keadaan individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan
tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari
dalam diri individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang
tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan
(Nasution, 2003 ).
gangguan jiwa di Indonesia saat ini, mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan
kategori gangguan jiwa ringan 11,6 % dan 0,46 % menderita gangguan jiwa berat.
Hasil penelitian WHO di Jawa Tengah menyebutkan 1.000 warga Jawa Tengah
11
terdapat 3 orang yang mengalami gangguan jiwa. Sementara 19 orang dari setiap
1.000 warga Jawa Tengah mengalami stress. Pada penderita gangguan jiwa, hanya
30 sampai 40% pasien gangguan jiwa bisa sembuh total, 30% harus tetap berobat
jalan, dan 30% lainnya harus menjalani perawatan. Dibanding ratio dunia yang
kejiwaan ringan sampai berat telah mencapai 18,5% (Depkes RI, 2009).
Data yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit Jiwa Daerah Prof
Dr Muhammad Ildrem Medan 2013, diketahui pasien menjalani rawat inap tahun
2009 berjumlah 1.929 orang, pasien skizofrenia 1.581 orang. Tahun 2010, pasien
rawat inap berjumlah 1.949 orang, pasien skizofrenia 1.590 orang. Tahun 2012,
pasien rawat inap 1.783 pasien, gangguan skizofrenia ditemukan 1.398 orang atau
Martimbang pasien yang dirawat berjumlah 34 orang (Buku laporan pasien ruang
salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi
perabaan, atau penghidu. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Selain itu, perubahan persepsi sensori: halusinasi bisa juga diartikan sebagai
persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi
20% dan selebihnya 10% adalah halusinasi penghidu, pengecap, dan perabaan.
barang, kejadian alamiah dan musik dalam keaadan sadar tanpa adanya
Kegiatan ini mencakup asuhan keperawatan pada lahan praktek dan pasien
kelolaan yang dilakukan selama 12 hari dimulai sejak 27 Juli 2015 sampai pada
a.Tujuan umum:
pada klien di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem selama 2 minggu,
b.Tujuan Khusus:
pendengaran.
pendengaran.
1.4. Manfaat
a. Mahasiswa Keperawatan
kemampuan dan pengaplikasian semua teori dan konsep yang telah diperoleh
b. Institusi Pendidikan
c. Lahan Praktik
Ildrem.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Halusinasi
2.1.1 Definisi
Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah oleh panca indra tanpa adanya
Nursing, 1987). Halusinasi merupakan persepsi yang salah tentang suatu objek,
Gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya pengaruh rangsang dari
luar yang terjadi pada semua sistem pengindraan dan hanya dirasakan oleh klien
tetapi tidak dapat dibuktikan dengan nyata dengan kata lain objek tersebut tidak
Persepsi merupakan proses mental yang terjadi pada diri individu yang
akan menunjukkan bagaimana kerja panca indra disekitar kita. Persepsi disebut
juga suatu pengalaman yang berbentuk berupa data data yang didapat melalui
penginderaan, hasil pengolahan otak dan ingatan dari pengalaman yang lalu, jadi
persepsi melibatkan kognitif dan emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren, persepsi palsu. (Suliswati,
2005)
16
karakteristik yang ditandai dengan mendengar suara, terutama suara - suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
2007).
suara suara orang, biasanya klien mendengar suara suara orang yang
menakutkan.
c. Halusinasi penghidu : di tandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau
dan dementia.
d. Halusinasi peraba : di tandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
pembentukan urine.
menghasilkan tingkah laku yang tertentu, gangguan harga diri, kritis diri, atau
paling utama pada skizopreniz, suara suara berasal dari tuhan, setan, tiruan atau
dalam rentang respon neurobiligist (Stuart & Laraia, 2001 dalam Purba, 2008). Ini
suatu stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.
Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal
diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Pasien mengalami ilusi jika interprestasi
yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus yang
diterima. Rentang respon halusinasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
18
Adaptif Maladaptif
berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien
orang. Suara dapat berkisar dari suara sederhana sampai suara orang bicara
19
mengenai pasien, untuk menyelesaikan percakapan antara dua orang atau lebih
tentang pasien yang berhalusinasi. Jenis lain termasuk pikiran yang dapat
didengar yaitu pasien mendengar suara orang sedang membicarakan apa yang
merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, tidak dapat membedakan hal
nyata dan tidak nyata, tidak dapat memusatkan perhatian. Pembicaraan kacau,
Rehabilitasi
tingkah laku klien, Sehingga klien menghasilkan respon tertentu seperti bicara
sendiri, bertengkar atau respon lain yang membahayakan. Bisa juga klien
penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara dan benda mati. Halusinasi
a. Faktor Predisposisi
1. Biologis
adalah; hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul prilaku
menarik diri.
2. Psikologis
3. Sosial budaya
b. Faktor Presipitasi
perhatian hanya beberapa menit atau detik dan tidak mampu berespon
Menurut Yosep (2009), akibat yang dapat terjadi pada orang dengan
lain, karena tidak peka terhadap sesuatu yang nyata dan tidak nyata.
dan nutrisi.
2.2.8 Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
1. Biokimia
tubuh akan dihasilka suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
2. Psikologi
karena adanya isi alam tidak sadar yang masuk alam sadar sebagai suara
ketakutan yang di alami oleh klien. Mudah kecewa, mudah putus asa,
kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas
3. Perkembangan
4. Sosial budaya
yang terisolasi disertai stress,isolasi 23ocial pada usia lanjut, cacat, sakit
5. Faktor genetik
b. Faktor Presipitasi
objek yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering
1. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa rasa curiga, takut, tidak
aman, gelisah dan bingung, berperilaku yang merusak diri, kurang perhatian,
nyata dan tidak nyata. Pasien yang mengalami halusinasi sering kecewa
halusinasinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, banyak pasien kemudian
lain. Kemampuan untuk bercakap cakap tentang halusinasi yang dialami oleh
pasien penting untuk memiliki ketulusan dan perhatian yang penuh untuk
meliputi: isi halusinasi yang di alami pasien, waktu dan frekuensi halusinasi ,
2. Status Emosi
Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan
3. Sumber Koping
efektif.
4. Mekanisme Koping
menanggulangi ansietas.
orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain - lain, sedangkan
26
Sensori: Halusinasi adalah dengan melakukan analisa data yang terdiri dari
data subjektif dan data objektif. Data yang perlu dikaji adalah sebagai
berikut:
berbahaya
bunyi
mengajak bercakap-cakap
Objektif:
27
sumber suara
3. Isolasi sosial
berikut:
Rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum,
tujuan khusus, dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum dapat tercapai
pendengaran, yaitu:
b. Tujuan Khusus:
Kriteria Evaluasi:
Intervensi:
komunikasi:
Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal
Kriteria Evaluasi:
halusinasi
Intervensi:
halusinasinya
mengungkapkan perasaannya.
Kriteria Evaluasi:
mengendalikan halusinasinya.
didiskusikan
halusinasinya
Intervensi:
tidak berlanjut.
timbulnya halusinasinya:
muncul
muncul
sendiri
halusinasi
beragama Islam)
royong)
yang dipilih
Kriteria Evaluasi:
mengendalikan halusinasinya
Intervensi:
halusinasinya
Pengertian halusinasi
menghilangkan halusinasinya
informasi halusinasi
34
Kriteria Evaluasi:
Intervensi:
obat
dengan dokter
mencapai tujuan spesifik dalam membantu klien mencapai tujuan yang telah
(Keliat, 2005).
hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama
dilaksanakan (Keliat,2005).
No Kemampuan Pasien
A PASIEN
SP 1
1 Mengidentifikasi jenis halusinasi
2 Mengidentifikasi isi halusinasi
3 Mengidentifikasi waktu halusinasi
4 Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
5 Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6 Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
7 Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
8
jadwal kegiatan harian
SP 2
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih pasien untuk mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap
2
cakap dengan orang lain.
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 3
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan yang
2
biasa dilakukan di rumah sakit
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 4
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengguanaan obat secara teratur
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B KELUARGA
SP 1
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
37
mungkin terjadi
masyarakat
1. Pada Klien
bahkan hal hal yang selama ini dianggap rahasia untuk orang lain
yang dialaminya
1) Menghardik halusinasi
mau tidur pada malam hari selama tujuh hari dalam seminggu
2. Pada keluarga
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Pengkajian
Klien Tn. A (43 tahun) masuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof. Dr.
Klien mengatakan tinggal di Tumpak Debata Kel. Pegagan Julu IV Kec. Sumbul
keluarganya harmonis.
rawat di RSJ, pengobatan sebelumnya berhasil namun karena klien tidak teratur
minum obat, sehingga klien kambuh lagi dan dibawa keluarganya untuk dirawat
di RSJ. Klien mengatakan sejak beberapa bulan lalu sering mendengar suara-suara
yang berbisik ditelinganya yang kurang jelas. Suara tersebut seperti suara laki-
laki, kadang muncul dan hilang tiba-tiba. Klien mengatakan suara tersebut
sangat mengganggu aktivitasnya dan bahkan membuat klien emosi dan mengikuti
perkataan yang didengarnya. Klien mengatakan saat berada dirumah kalau suara-
41
Klien berharap ia cepat sembuh dan segera keluar dari RSJ agar klien
dapat kembali bekerja kembali, semenjak berada di RSJ klien merasa sedih dan
selesai beraktivitas klien masuk keruangan dan duduk menyendiri di tempat tidur,
namun apabila dipanggil oleh perawat klien kooperatif dan segera datang.
Apabila klien sedang menyendiri/ termenung ditempat tidur suara palsu itu masih
itu muncul kadang 2 atau 1 kali dalam sehari terjadi pada waktu siang dan malam
hari ketika klien hendak beristirahat. Namun jika suara tersebut muncul klien
selama berada di RSJ. Penampilan klien tampak rapi, setiap pagi klien rajin
mandi dan apabila kukunya panjang klien memotong kukunya, dan setelah mandi
klien rajin menggosok gigi. Klien berbicara dengan lambat, namun setiap kata
yang diucapkan jelas dan dapat dimengerti. Klien tidak mampu untuk memulai
kepada klien.
42
adalah :
1. Koping individu tidak efektif hal ini bisa dilihat dari data subyektif yang
diruangannya.
2. Harga diri rendah hal ini bisa dilihat dari data subyektif klien mengatakan
klien merasa sedih dan tidak berguna karena semenjak berada di RSJ klien
harus diperintah.
tempat tidur. Sedangkan data obyektif klien tampak tidak begitu akrab /
bergaul dengan teman satu ruangan, klien lebih banyak diam, kontak
untuk melawan suara yang tidak nyata. Sedangkan data obyektif yang
(Haloperidol).
Halusinasi pendengaran
Isolasi sosial
2015, dimana setiap pertemuan terdiri dari 4 stategi pelaksanaan yang mempunyai
kali 20 menit, klien dapat membina hubungan saling percaya kepada perawat.
Kriteria hasil yang diharapkan ekspresi wajah klien bersahabat, menunjukkan rasa
senang, adanya kontak mata, klien mau berjabat tangan, klien mau menyebutkan
nama, klien mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan
44
yaitu hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik antara
dapat mengenal halusinasinya dengan kriteria hasil klien dapat membedakan hal
nyata dan yang tidak nyata, klien dapat mengenal tentang isi halusinasinya,
dilakukan.
klien dapat mengontrol halusinasinya dengan kriteria hasil yang dicapai yaiu
klien memanfaatkan obat dengan baik dengan kriteria hasil yaitu klien dapat
menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, nama, warna,
dosis, efek terapi dan efek samping minum obat, klien mendemonstrasikan
penggunaan obat dengan benar, klien menyebutkan akibat berhenti minum obat
dilaksanakan selama 5 hari mulai tanggal 30 Juli s/d 7 Agustus 2015, pada pukul
10.00 wib. Penulis melakukan strategi pelaksanaan pertama tanggal 30 Juli 2015
10.00 wib. Penulis melakukan strategi pelaksanaan 2 yaitu mengajari Tn. A cara
mengontrol halusinasi yang kedua yaitu dengan cara menemui orang lain dan
tentang halusinasi yang dialami oleh Tn. A apakah masih terjadi, validasi waktu,
isi, frekuensi, dan respon Tn. A. Penulis mengevaluasi cara pertama mengontrol
orang lain, tidur atau istirahat, beraktivitas sesuai jadwal dan menghardik
menghardik dengan benar dan Tn. A mau untuk mengalihkan perhatian dengan
pukul 10.00 wib. Penulis mengevaluasi strategi pelaksanaan pertama yaitu cara
menghardik dan cara kedua yaitu menemui orang lain dan bercakap-cakap.
bersama Tn. A cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi,
memberi pujian pada Tn. A atas keberhasilan Tn. A jika bisa melakukannya,
yang telah disusun Tn. A, meminta teman, keluarga, atau perawat untuk menyapa
Tn. A jika sedang halusinasi, membantu klien memilih cara yang sudah
dianjurkan dan dilatih oleh perawat. Respon Tn. A dengan kegiatan ini Tn. A
bercakap-cakap dengan orang lain, Tn. A juga mau melaksanakan semua aktivitas
2015 pukul 10.00 wib. Penulis mengevaluasi strategi pelaksanaan pertama yaitu
cara menghardik dan cara kedua yaitu menemui orang lain dan bercakap-cakap,
47
cara ketiga melakukan aktivitas sesuai dengan jadwal yang disusun. Penulis
Tn. A cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi, mendiskusikan
cara yang digunakan Tn. A yaitu menjelaskan cara minum obat dengan benar, dan
efek samping yang terjadi jika klien tidak minum obat. Memberi pujian pada Tn.
A jika minum obat dengan benar dan menjelaskan efek samping yang terjadi jika
tidak minum obat, memotivasi Tn. A dalam minum obat untuk menghilangkan
sesuai jadwal yang telah disusun dan minum obat dengan benar.
2015 pukul 10.00 wib. Penulis mengevaluasi strategi pelaksanaan yang dilakukan
Tn. A yaitu cara menghardik dan cara kedua yaitu menemui orang lain dan
disusun dan cara meminum obat dengan benar. Penulis mengidentifikasi bersama
Tn. A cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi dan mengevaluasi
selama 5 hari dimulai pada tanggal 30 Juli s/d 7 Agustus 2015 pukul 11.00 wib,
adapun hasil evaluasi pada tanggal 30 Juli 2015 yang penulis dapatkan adalah
48
mendengar suara bisikan setiap hari pada malam hari, Tn. A mengatakan suara
tersebut tiba-tiba muncul, Tn. A mengatakan bersedia diajari cara pertama yaitu
menghardik dan bersedia memasukkan cara yang telah dilatih kedalam jadwal
kegiatan harian. Selain itu secara objektif klien kooperatif saat diajak interaksi,
Tn. A mau berjabat tangan, menyebutkan nama lengkap dan panggilan, kontak
mata Tn. A ada saat interaksi, Tn. A bersedia menjawab pertanyaan yang
Evaluasi tanggal 1 Agusus 2015 pukul 11.00 wib, dengan hasil yang
tersebut suara yang di dengar sedikit berkurang, Tn. A bersedia diajari cara
cakap. Tn. A tampak menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh perawat, tetapi
Tn. A kadang terlihat sedih karena keluarga Tn. A belum mengunjunginya dan
Tn. A ingin cepat sembuh agar bisa segera pulang ke rumah dan kumpul bersama
49
Evaluasi pada tanggal 3 Agustus 2015 pukul 11.00 wib, dengan hasil yang
aktivitas, Tn. A mengatakan masih mengenali perawat dan masih ingat bagaimana
lain, klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari yaitu menyapu, mengepel, dan
mencuci pakaian serta membersihkan tempat tidur klien. Selain itu Tn. A juga
kooperatif saat diajak berinteraksi, kontak mata Tn. A ada saat melakukan
berdampingan dengan penulis, Tn. A bersedia memilih cara menemui orang lain
membersihkan tempat tidur, mencuci piring dan mencuci pakaian. Hasilnya Tn. A
Evaluasi pada tanggal 5 Agustus 2015 pukul 11.00 wib, dengan hasil yang
penulis peroleh adalah Tn. A mengatakan sudah mengetahui kegunaan obat dan
efek samping obat jika tidak diminum dengan benar serta Tn. A mampu minum
obat dengan benar secara mandiri. Tn. A mengatakan bisa menyebutkan warna
obat yang diminum dan berapa kali diminum dalam sehari serta kegunaan dan
efek samping dari obat yang diminumnya. Tn. A mengatakan tidak ada masalah
dalam meminum obatnya. Selain itu Tn. A juga kooperatif saat diajarkan
meminum obat dengan benar dan menjelaskan tentang penggunaan serta efek
Hasilnya Tn. A mampu minum obat dengan benar sehingga dapat dianalisa bahwa
benar.
Evaluasi pada tanggal 7 Agustus 2015 pukul 11.00 wib, dengan hasil yang
halusinasinya dengan cara menghardik, cara menemui orang lain untuk bercakap-
cakap, cara melakukan aktivitas sehari-hari dan cara minum obat dengan benar.
halusinasi. Tn. A dapat mengulang kembali yang telah diajarkan perawat cara
meminum obat dengan tepat, wajah Tn. A tampak senang. Hasilnya Tn. A dapat
mengulang kembali yang telah diajarkan sehingga dapat dianalisa bahwa masalah
51
kegiatan harian.
52
BAB IV
Dalam BAB ini akan dibahas mengenai profil ruangan dan kesenjangan
yang penulis dapatkan antara konsep dasar teori dengan kasus pada klien Tn.A di
ruang Dolok Martimbang Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan.
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan adalah satu-
satunya Rumah Sakit Jiwa Pemerintah yang ada di Propinsi Sumatera Utara yang
UISU, FK-UMI). Dengan kemampuan pelayanan yang dimiliki, saat ini Rumah
Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan juga merupakan Rumah Sakit
Jiwa Rujukan bagi Rumah Sakit lain yang ada di Propinsi Sumatera Utara dan
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan memiliki visi, misi
dan motto dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Adapun visi Rumah
Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan yaitu: Menjadikan Pelayanan
53
Sedangkan Misi Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. Muhammad Ildrem Medan, yaitu:
Adapun motto Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan,
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan juga memiliki
tugas pokok dan fungsi dalam menjalankan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
fungsi dari Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem adalah untuk
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem memiliki ruang rawat jalan
dan rawat inap yang terdiri dari 15 ruangan serta diklasifikasi menjadi ruangan
VIP dan ruangan Kelas, dimana ruangan kelas terdiri dari 3 Kelas, yaitu Kelas 1,
54
Kelas 2 dan Kelas 3. Ruang Dolok Martimbang merupakan salah satu ruang rawat
inap MPKP Kelas 3 untuk pasien laki-laki, ruangan tersebut memiliki beberapa
ruangan yaitu ruang perawatan pasien yang sekaligus dengan ruang pertemuan
(tempat interaksi dengan pasien), jumlah tempat tidurnya sebanyak 24 bed pasien,
1 ruang kepala ruangan, 1 ruang kamar periksa, 1 ruang kamar mandi, 1 ruang
orang, dimana jadwal dinas perawat dibagi dalam 3 shift (pagi, siang dan malam).
Perawat yang jaga shift pagi biasanya berjumlah 3 atau 4 orang, shift sore
berjumlah 1 orang dan shift malam berjumlah 1 orang. Setiap hari perawat
ruangan.
pasien yang dirawat terdiri dari berbagai masalah keperawatan, antara lain:
pendengaran, waham, isolasi sosial (menarik diri) dan defisit perawatan diri.
sebanyak 83 orang.
55
komunitas (Craven & Himle dalam Keliat, 2009). Pengumpulan data pengkajian
A), observasi secara langsung terhadap kemampuan dan perilaku klien serta dari
status klien. Selain itu keluarga juga berperan sebagai sumber data yang
pengkajian tidak ada anggota keluarga klien yang berkunjung atau menjenguknya
Menurut Stuart & Laraia (2001), faktor presipitasi pada klien dengan
bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak
berdaya. Adanya faktor dari lingkungan pada klien Tn. A karena pergaulan
merusak barang-barang dan tidak bisa tidur yang merupakan faktor penyebab Tn.
dapat muncul dari penggunaan narkoba yang menimbulkan lesi pada daerah
frontal, temporal dan limbic yang berhubungan dengan perilaku psikotik dan
56
beberapa zat kimia di otak seperti dopamine dan neurotransmitter yang berlebihan
mengalami halusinasi. Hal ini juga dialami Tn. A dimana pada masa lalunya
sering menggunakan, minum alcohol, merokok dalam waktu yang lama sehingga
(2007) antara lain sebagai berikut: menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai,
kurang, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, tidak mampu mandiri
dalam perawatan diri (mandi, berpakaian, makan dan berhias) dengan rapi,
menarik diri, dan kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain. Gejala-gejala
tersebut juga dialami oleh klien Tn. A seperti: Tn. A tampak kadang berbicara
sendiri, Tn. A mampu mandi secara mandiri, sulit dalam menjalin hubungan
dengan orang lain, Tn. A berbicara berbelit-belit namun sampai juga pada tujuan
masalah dimana Tn. MA suka menyendiri atau menghindar jika ada masalah.
Menurut Keliat (2009), dalam pengkajian harus dijelaskan jenis dan isi
halusinasi, waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan halusinasi serta respon
pola persepsi klien Tn. A didapatkan data bahwa Tn. A mengalami halusinasi
jangan tidur, ambil itu dan kadang Tn. A mengikuti apa yang didengarnya dan
suara itu muncul kadang 2 atau 1 kali dalam sehari terjadi pada waktu siang dan
malam hari.
gangguan isi pikir antara lain: waham, fobia, keadaan orang lain yang
dihubungkan dengan dirinya sendiri dan pikiran terpaku pada satu ide saja. Tn. A
tidak ditemukan adanya gangguan isi pikir, seperti: waham, fobia dan obsesi.
gangguan cemas, gagap, skizofrenia akut dan kronik, halusinasi dan paranoid
dengan sediaan tablet 0,5-5 mg, injeksi 25 mg/ml. Terapi chlorpromazine adalah
golongan antipsikotik yang mengurangi hiperaktif, agresif atau obat penenang dan
agitasi dengan sediaan tablet 25 mg-100 mg, injeksi 25mg/ml. Perawat perlu
memahami efek samping yang sering ditimbulkan oleh obat psikotik seperti:
mengantuk, tremor, kaku otot, dan hipersaliva. Untuk mengatasi ini biasanya
didapatkan dari data dasar pengkajian dan catatan medis masa lalu, yang
Martimbang RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan pada Tn. A ada beberapa
diagnosa yang terakit masalah kondisi halusinasi yang dialaminya. Pada kasus
klien (Tn. A) diperoleh analisa data yaitu pada Tn. M terjadi koping individu tidak
efektif, harga diri rendah, isolasi sosial dan halusinasi pendengaran. Namun, pada
kasus klien (Tn. A) analisa data penulis yang akan dibahas lebih memprioritaskan
kadang timbul dan menghilang. Klien mengatakan suara yang muncul sangat
klien pernah diajarkan oleh mahasiswa keperawatan untuk melawan suara yang
tidak nyata. Sedangkan data obyektif yang mendukung diantaranya klien tampak
kepada klien (Tn. A) sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan
(Stuart, 2007).
menit, Tn.A dapat membina hubungan saling percaya dengan menunjukkan tanda-
tanda percaya kepada perawat. Kriteria hasil yaitu diharapkan ekspresi wajah
klien bersahabat, menunjukkan rasa senang, adanya kontak mata, klien mau
berjabat tangan, klien mau menyebutkan nama, klien mau menjawab salam, klien
yang dihadapi klien, klien dapat melakukan cara mengontrol halusinasi dengan
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan mengikuti
beberapa menit dan konsentrasi yang kurang. Selain itu juga terjadi hambatan
karena harus bersaing dengan mahasiswa lain yang praktek, karena kadang klien
akan dilakukan wawancara oleh mahasiswa lain yang juga sedang mengambil
laporan.
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan (Potter &
Perry, 2005).
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi
dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai
membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah
ditentukan. Pada kasus ini, penulis hanya menggunakan evaluasi sumatif. Pada
pelaksanaan strategi pertemuan 4, klien mampu minum obat dengan 6 benar dan
menjelaskan obat serta efek sampingnya, dengan bantuan minimal atau diarahkan
keperawatan selama 5 hari, hasil evaluasi yang didapat dari tindakan yang
mampu untuk mengulang cara mengonrol halusinasi yang diajarkan kepada Tn. A.
BAB V
5.1 Kesimpulan
hasil pengkajian dan observasi yang dilakukan oleh perawat maka ditegakkan
mobat secara teratur. Kegiatan SP dilakukan selama 5 hari dan diperoleh hasil
5.2. Saran
dan dapat menjadi bahan masukan untuk penulis selanjutnya, yaitu pentingnya
halusinasi pendengaran..
Hasil penulisan atau studi ini dapat menjadi referensi dan menambah
keluarga dalam merawat klien dan keterbatasan dalam informasi atau data
subjektif yang diperoleh langsung dari keluarga klien, dimana selama penulis
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry ( 2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Volume 1 (Edisi 4)
Jakarta : EGC.
Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi Kelima). Jakarta : EGC
Yosep & Sutini. (2007). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika
Aditama
65
Intervensi Keperawatan
Perencanaa
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
Tujuan Krteria Hasil
1 Halusinasi Klien dapat
Pendengaran mengontrol
halusiasinya
Klien dapat Klien menunjukkan tanda-tanda Bina hubungan saling Hubungan saling
membina hubungan percaya kepada perawat dengan percaya dengan prinsip percaya merupakan
salin percaya kriteria hasil : komunikasi teraupetik landasan utama untuk
1. Ekspresi wajah bersahabat 1. Sapa klien dengan membina hubungan
2. Menunjukkan rasa senang ramah baik secara selanjutnya.
3. Ada kontak mata verbal maupun non
4. Mau berjabat tangan verbal
5. Mau menyebutkan nama 2. Perkenalan diri
6. Mau menjawab salam secara sopan
66
3. Tanyakan nama
lengkap klien dan
nama panggilan
yang disukai klien.
4. Jelaskan tujuan
pertemuan
Klien dapat Klien dapat mengenal 1. Identifikasi bersama 1. Upaya untuk
mengenal halusinasinya dengan kriteria klien cara yang memutus siklus
halusinasinya hasil: dilakukan jika halusinasi
1. Klien dapat menyebutkan terjadi halusninasi 2. Reinforcment positif
tindakan yang dapat dilakukan 2. Diskusikan manfaat dapat meningkatkan
untuk mengendalikan cara yang harga diri klien
halusinasinya digunakan klien jika 3. Memberi alternative
2. Klien dapat menyebutkan cara bermanfat beri pikiran bagi klien
baru pujian 4. Beri kesempatan
3. Klien dapat mebedakan hal 3. Terima halusinasi kepada klien untuk
nyata dan tidak nyata sebagai hal yang mengungkapkan
4. Klien dapat mengenal waku nyata bagi klien dan halusinasi yang
terjadinya halusinasi tidak nyata bagi didengarnya
67
yang digunakan
untuk menghadapi
halusinasi kedalam
kegiatan.
Klien Klien dapat minum obat dengan 1. Jelaskan obat-obat 1. Klien dapat
memanfaatkan obat teratur kriteria hasil: yang dimunum mengetahui nama-
dengan baik. 1. Klien memahami pentingnya klien pada klien dan nama obat yang
minum obat secara teratur keluarga diminum oleh klien .
2. Klien dapat menyebutkan obat- 2. Diskusikan 2. Klien mengetahui
obatn yang diminum dan manfaatminum efek samping obat
kegunannya (jenis,waktu, obatdan kerugian klien dan apa yang
efek). berhenti minum harus dilakukan
3. Klien dapat minum obat sesuai obat tanpa seijin setelah mnumobat
program pengobatan dokter 3. Bantu klien
3. Jelaskan prinsip menggunakan
benar minum obat, prinsip minum obat
baca nomor yang yang benar
tertera pada botol 4. Reinforcement
obat, dosis obat, positif dapat
70
NIM : 101101106
No Kegiatan 6/7 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Pengurusan surat M M
PBLK I I
2 Pngerjaan BAB 1,2 N N
3 Konsul G G
4 Libur lebaran G G
U U
No Kegiatan 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 Dinas PBLK M M
2 Pengerjaan BAB 3 I I
3 Pengerjaan BAB 4 N N
4 Pengerjaan BAB 5 G G
5 Konsul G G
U U
No Kegiatan 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 Persetujuan dan M M
Penilaian dari I I
Pembimbing N N
2 Persetujuan Dekan I G G
3 Penjilidan dan G G
Pembuatan softcopy U U
4 Pengumpulan Laporan
72
DOKUMENTASI
73
Agama : Islam
Email : tari.listiorini@yahoo.com
Riwayat Pendidikan