Oleh
MUH. ISNAINI
NIM. P 07120118224R
Mengesahkan,
Rusmini, S.Kep.Ns.,MM
NIP.197010161989032001
Tim Penguji,
1. :
Penguji I
NIP.
2. Muhamad Hasbi,
M.Kep.,Sp.Kep.Kom : Penguji II
NIP.
LEMBAR PERSETUJUAN
3
Pendidikan Pada Program Studi Diploma III (D.III)
Keperawatan Mataram Jurusan Keperawatan
TahunAkademik 2018/2019
Oleh :
MUH. ISNAINI
NIM. P 07120118224R
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
4
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
MUH. ISNAINI
P 07120118224R
Penguji
Mengetahui,
Ketua Program Studi D III Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Mataram
5
(H. Moh. Arip, S.Kp., M.Kes)
NIM : P 07120118224R
Mataram
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran
saya sendiri.
Apabila dikemudian haru dapat dibuktikn bahwa Tugas Akhir ini adalah
tersebut.
6
Muh. Isnaini
KATA PENGANTAR
7
7. Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak terdapat kekurangan.
Sehingga, kritik dan saran penulis harapkan untuk perbaikan.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarokaatuh.
Mataram, April 2019
Muh. Isnaini
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI.............................................................................................. v
DAFTAR TABEL........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... viii
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 13
E. Ruang Lingkup ............................................................................ 14
F. Keaslian Penelitian ..................................................................... 16
8
E. Definisi Operasional .................................................................... 56
F. Instrumen Penelitian ................................................................... 57
G. Cara Pengumpulan Data ............................................................ 57
H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .................................................. 58
I. Analisa Data ............................................................................... 59
J. Etika Penelitian............................................................................ 62
K. Jalannya Penelitian...................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
9
DAFTAR TABEL
10
DAFTAR GAMBAR
11
DAFTAR SINGKATAN
1x
TT : Tetanus Toksoid
USG : Ultrasonografi
WUS : Wanita Usia Subur
WHO : Word Health Organization
2x
DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk didunia
1
2
pada kawasan asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap
Sebanyak satu miliar orang di dunia atau satu dari empat orang
lebih dari setengah populasi berusia 60-69 tahun dan bahkan tiga
mencapai lebih dari dari 800 juta orang diseluruh dunia. Kurang lebih
2025. Di Cina, 98,5 juta penderita dan bakal jadi 151,7 juta penderita
2000 dan diprediksi jadi 67,4 juta penderita pada 2025. Di Indonesia,
jumlah penderita hipertesni saat ini mencapai 42,4 juta penderita atau
sekitar 21% dari populasi penduduk dan diprediksi jadi 72,1 juta
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus gangguan sistem cardiovaskuler dan
Mataram.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn……. dengan kasus
Mataram.
b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada Tn…….
Bhayangkara Mataram.
c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada Tn…….
Bhayangkara Mataram.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn…….
Bhayangkara Mataram.
8
Mataram.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Penulis
langsung.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pasien dan masyarakat, memberikan informasi tentang
selanjutnya
c. Bagi petugas kesehatan, dapat dijadikan masukan untuk
………..April 2019.
2. Teknik pengumpulan data
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini memerlukan data objektif
laboratorium.
e. Metode diskusi
Diskusi dengan perawat yang bertugas di Ruang Perawatan
dan evaluasi.
BAB III : Laporan Kasus yang memuat tentang pengamatan kasus
Diakhiri dengan daftar pustaka dalam penyusunan karya tulis ini. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Kekurangan Energi Kronis (KEK)
a. Definisi
Hipertensi didefinisikan oleh Joint Natoinal committee on
Detection,
Evalution and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai
tekanan yang
lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sebagai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD)
normal tinggi
sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai
primer/esensial
(hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai
akibat dari
kondisi patologi yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki
(Doengoes,
2000).
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan
tekanan
darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu
keadaan
tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko hipertensi, gagal
jantung, serangan
jantung dan kerusakan ginjal ( Utaminingsih, 2009).
Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau
tekanan
diastol atau keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah
2
tekanan
diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Brunner
& Suddarth, 2005).
12
B. Etiologi
Menurut Mansjoer (2000), berdasarkan penyebabnya,
hipertensi
dibagi menjadi dua bagian diantaranya yaitu :
a. Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat
sekitar
95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti
genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem
reninangiotensin,
efek dalam ekskresi natrium, peningkatan natrium dari kalsium
instraseluler,
dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti
obesitas, alkohol,
merokok serta polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal
Terdapat sekitar 5 % kasus penyebab spesifiknya diketahui seperti
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal,
hiperaldosteronisme dan sindrom cushing hipertensi yang
berhubungan
dengan kehamilan dan lain-lain.
C. Patofisiologi
Kepastian mengenai patofisiologi hipertensi masi dipenuhi ketidak
pastian. Sejumlah kecil pasien (antara 2% dan 5%) memiliki
penyakit dasar
3
darah. Namun,
belum ada penyebab tunggal yang dapat diidentifikasi dan
kondisis inilah
yang disebut sebagai “hipertensi esensial”. Sejumlah mekanisme
fisiologi
terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal, yang kemudian
dapat turut
berperan dalam terjadinya hipertensi esensial.
(Elisabeth,Corwin,2007).
13
Bebrapa faktor yang saling berhunbungan mungkin juga turut
serta
menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensif,
dan peran
mereka berbeda pada setiap individu. Diantara faktor-faktor
yang telah
dipelajari secara intensif adalah asupan garam, obesitas dan
resistensi insulin,
sistem renim-angiotensin, dan sistem saraf simpatis. Pada
beberapa tahun
balakang, faktor lainya telah dievaluasi, termasuk genetik,
disfungsi endotel
(yang tampak pada perubahan endotelin dan nitral oksidan).
(Elisabeth,Corwi
n,2007)
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh
darah
terletak dipusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut
4
spinalis ke
ganglia simpatis ketoraks dan abdomen. Rangsanagan pusat
fasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui
saraf
simpatis ke ganglia simaptis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan
asetolkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion
kepembuluh
darah, dimana dengan dilepaskanya norepinefrin mengakibatkan
kontriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor dan kecemasan serta ketakutan
dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokontriktor.
Ondividu dengan hhpertensi sangat sesitif terhadap norepinefrin,
meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistim saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontrikisi.
Medulla adrenal
mengsekresi episnefrin yang menyebabkan vasokontriksi.
Korteks adrenal
14
mensekresi kortisol dan steroid lainya, yang dapat meperkuat
respon
vasokontriktol yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal,
5
pembentuikan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
fasokontriktor kuat, yang pada giliranya merangsang sekresi
aldesteron oleh
korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh
tubulus ginjal, menyebabkan volume intravaskuler. Semua
faktor tersebut
cenderung pencetus keadaan hipertensi.
Penyebab structural dan fungsional pada sistem pembuluh
darah
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada
lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas
jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang
pada giliranya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuanya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan
perifer (Brunner & Suddarth,2005)
D. Manifestasi Klinik
Pada kasus hipertensi komplikasi yang timbul yaitu pada ginjal,
mata,
otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit
kepala,
6
sukar tidur,
mata berkunang-kunang dan pusing ( Mansjoer, 2001).
Sedangkan menurut Puspitorini (2008), pada sebagian besar
penderita
hipertensi, tidak menimbulkan gejala. Masa laten ini
mengikuti
15
perkembangan hipertensi sampai terjadi kerusakan organ yang
spesifik,
kalaupun menunjukkan gejala, gejala tersebut biasanya ringan
dan tidak
spesifik, misalnya pusing-pusing. Akan tetapi jika hipertensinya
berat atau
menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala, antara lain sakit
kepala,
kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, nafas pendek, gelisah,
pandangan
menjadi kabur, mata berkunang-kunang, mudah marah, telinga
berdengung,
sulit tidur, rasa berat ditengkuk, nyeri di daerah kepala bagian
belakang ,
nyeri dada, otot lemah, pembrengkakan pada kaki dan
pergelangan kaki,
keringat berlebihan, kulit pucat atau kemerahan, denyut jantung
cepat,
impotensi dan mimisan.
E. Komplikasi
Menurut Gunawan L, (2001), komplikasi dari tekanan darah tinggi
ialah perkembangan lambat laun penyakit dinding pembuluh
darah arteri,
7
retina, organ
yang peka di balik mata), atherosclerosis, serangan jantung, dan
penyakit
ginjal. Gunawan L, (2001),
F. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2001), penatalaksanaan penyakit hipertensi
terdiri
atas :
a. Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan risiko
kardiovaskuler dengan biaya sedikit, dan risiko minimal. Tata
laksana ini
tetap dianjurkan meski harus disertai obat antihipertensi karena
dapat
menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langkah yang
dianjurkan
yaitu menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan, membatasi
alkohol,
16
meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-40menit/hari),
mengurangi
asupan natrium, mempertahankan asupan kalium, kalsium dan
magnesium
yang adekuat, berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak
jenuh serta
kolesterol dalam makanan.
b. Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian
besar pasien
dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi
sesuai
dengan umur dan kebutuhan. Terapi yang optimal harus efektif
selama 24
8
jam, dan lebih disukai dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih
baik,
lebih murah, dapat mengontrol hipertensi terus menerus dan
lancar, dan
melindungi pasien terhadap berbagai risiko dari kematian
mendadak,
serangan jantung atau strok akibat peningkatan tekanan darah
mendadak
saat bangun tidur.
Jenis-jenis obat antihipertensi :
1. Diuretik Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan
mengeluarkan cairan
tubuh (Iewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan
berefek
turunnya tekanan darah. Digunakan sebagai obat pilihan pertama
pada
hipertensi tanpa adanya penyakit lainnya.
2. Penghambat Simpatis Golongan obat ini bekerja denqan
menghambat
aktifitas syaraf simpatis (syaraf yang bekerja pada saat kita
beraktifitas).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan penghambat
simpatetik
adalah : metildopa, klonodin dan reserpin. Efek samping yang
dijumpai
adalah: anemia hemolitik (kekurangan sel darah merah kerena
pecahnya
sel darah merah), gangguan fungsi ahati dan kadang-kadang
dapat
17
9
jarang
digunakan.
3. Betabloker Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah
melalui
penurunan daya pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan
pada
penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernafasan
seperti
asma bronkhial. Contoh obat golongan betabloker adalah
metoprolol,
propanolol, atenolol dan bisoprolol. Pemakaian pada penderita
diabetes
harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia
(dimana
kadar gula darah turun menjadi sangat rendah sehingga dapat
membahayakan penderitanya). Pada orang dengan penderita
bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga
pemberian
obat harus hati-hati.
4. Vasodilatator Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah
dengan
relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam
golongan ini adalah prazosin dan hidralazin. Efek samping yang
sering
terjadi pada pemberian obat ini adalah pusing dan sakit kapala.
5. Penghambat enzim konversi angiotensin Kerja obat golongan
ini adalah
menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang dapat
meningkatakan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk
golongan
ini adalah kaptopril. Efek samping yang sering timbul adalah batuk
kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
10
pompa
jantung dengan menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas).
Yang termasuk golongan obat ini adalah : nifedipin, diltizem
dan
18
verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sembelit,
pusing, sakit kepala dan muntah.
7. Penghambat reseptor angiotensin II Kerja obat ini adalah
dengan
menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptornya
yang
mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang
termasuk .golongan ini adalah valsartan. Efek samping yang
munkin
timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas, mual.
G. Pengukuran Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan
oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat sabjektif
dan nyeri
dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang
yang berbeda
(Andarmoyo, 2013). Pengukuran nyeri dengan pendekatan
objektif yang
paling mugkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh
terhadap nyeri
itu sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan objektif juga
tidak dapat
memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri,
2007 dalam
Andarmoyo, 2013).
11
Nyeri,
Jogjakarta: Ar-Ruzz)
19
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor scale, VDS)
merupakan
alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif.
pendeskripsian VDS diranking dari ” tidak nyeri” sampai ”nyeri
yang
tidak tertahankan”(Andarmoyo, 2013). Perawat menunjukkan
pasien skala tersebut dan meminta pasien untuk memilih
intensitas nyeri
terbaru yang ia rasakan. Alat ini memungkinkan pasien memilih
sebuah
ketegori untuk mendeskripsikan nyeri (Andarmoyo, 2013).
2. Skala Intensitas Nyeri Numerik
(Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan
Nyeri,
Jogjakarta: Ar-Ruzz.)
Skala penilaian numerik (Numerical rating scale, NRS) lebih
digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, pasien
menilai
nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif
digunakan
saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah
intervensi
(Andarmoyo, 2013).
3. Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale
(Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan
Nyeri,
Jogjakarta: Ar-Ruzz.)
20
12
lurus,
yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki
alat
pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya (Andarmoyo, 2013).
4. Skala Intensitas Nyeri dari FLACC
Skala FLACC merupakan alat pengkajian nyeri yang
dapat
digunakan pada pasien yang secra non verbal yang tidak dapat
melaporkan nyerinya (Judha, 2012).
Tabel 1
Skala Intensitas Nyeri dari FLACC
Kategori
Skor 0 1 2 Muka Tidak ada ekspresi atau senyuman tertentu, tidak
skala
numerik yaitu:
1. 0 : Tidak Nyeri
2. 1-2 : Nyeri Ringan
13
keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap
berikutnya.
Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terajadi
pada tahap
ini akan menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis yang
diangkat akan
menentukan desain perencanaan yang ditetapkan.(Adib, 2009).
Menurut Debora (2011) tahapan pengkajian sebagai berikut
yaitu :
a. Biodata
Data lengkap dari pasien meliputi : nama lengkap, umur, jenis
kelamin,
kawin / belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, dan alamat identitas penanggung, meliputi :
nama
lengkap, jenis kelamin, umur, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, hubungan dengan pasien dan alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan hipertensi biasanya bermula dari nyeri kepala
yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan aliran darah ke otak.
22
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan yang didapatkan pada saat pengkajian misalnya pusing,
jantung kadang berdebar-debar, cepat lelah, palpitasi, kelainan
pembuluh retina (hypertensi retinopati), vertigo dan muka merah
dan epistaksis spontan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan :
a) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti
14
seperti:
Penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular, dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita daripada pria
dan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan yaitu
jika orang tua mempunyai riwayat hipertensi maka anaknya
memilik resiko tinggi menderita penyakit seperti orang tuanya.
d. Riwayat psikososial
Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah
kronik, factor stress multiple.
23
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan
kontinu
perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empati,
muka tegang, gerak fisik, pernafasan menghela nafas,
penurunan pola bicara.
e. Riwayat spiritual
Pada riwayat spiritual bila dihubungkan dengan kasus
hipertensi
belum dapat diuraikan lebih jauh, tergantung dari dan
kepercayaan
masing-masing individu.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Pasien nampak lemah
2) Tanda-tanda vital :
Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan dangkal dan nadi juga
cepat, tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan diastolic di
atas
90 mmHg.
3) Review of sistem
a) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jan-
tung kongesti / katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan tekanan darah
15
tahap
lanjut dari hipertensi menetap/berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja
tachypnea, ortopnea, dispnea, nocturnal
paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum, riwayat merokok.
Tanda : Distress respirasi / penggunaan otot aksesori
pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.
e) Keamanan
Keluhan: Gangguan koordinasi / cara berjalan.
Gejala : Episode parastesia unilateral transien, hypotensi
16
postural.
g. Aktivitas sehari-hari
1) Aktivitas
Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
tachypnea.
2) Eliminasi
Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi,
obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).
3) Makanan dan cairan
Gejala : Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi
26
garam, lemak, kolesterol serta makanan dengan
kandungan tinggi kalori.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas.
Adanya edema, kongesti vena, distensi vena jugulalaris,
glikosuria.
h. Pemeriksaan diagnostik
1) BUN / kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
2) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat
mening-
katkan hipertensi.
3) Urinalisa : Darah, protein, glukosa sangat
mengisyaratkan
disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
4) EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung,
pola
regangan, gangguan konduksi.
i. Penatalaksanaan
1) Pengobatan non farmakologis dapat berupa penurunan berat
badan
dan diet rendah garam.
2) Pengobatan farmakologis untuk regresi hipertrofi ventrikel
kiri
pada hipertensi berdasarkan penelitian yang didapatkan ACE
inhibitor, beta-blocker, antagonis kalsium dan diuretik mengurangi
massa ventrikel kiri dan ternyata ACE inhibitor menunjukkan
pengobatan yang paling efektif.
30
I. Fokus Diagnosa Keperawatan
17
esensial
suatu diagnosa keperawatan yang telah dirujuk sebagai yaitu
dimana “P”
diidentifikasi sebagai problem, “E” menunjukkan etiologi dari
problem dan
“S” menggambarkan sekelompok tanda dan gejala. Ketiga bagian
ini
dipadukan dalam suatu pernyataan dengan menggunakan
“berhubungan
dengan”.
Menurut NANDA, NIC, NOC diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada Pasien Hipertensi adalah :
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan
peningkatan, afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia,
hipertrofi/rigiditas (kekuatan) ventrikuler.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidak
seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan
vaskuler serebral.
4. Ketidakseimbangan Nutrisi lebih dari Kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan masukan berlebihan
J. Fokus Intervensi Keperawatan
Pada fokus intervensi meliputi tujuan, kriteria hasil, intervensi,
rasional, Menurut NANDA,NIC,NOC :
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan
peningkatan, afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia,
hipertrofi/rigiditas (kekuatan) ventrikuler
31
Tujuan :
NOC
1. Efektivitas pompa jantung
18
2. Status Sirkulasi
3. Status tanda-tanda vital
Kriteria hasil :
1. Tanda vital dalam rentang normal (Tekanan darah,Nadi,
respirasi)
2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
3. Tidak ada Edema paru, Perifer, dan tidak ada asites
4. Tidak ada penurunan kesadaran.
INTERVENSI
NIC
1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)
2. Catat adanya distrimia jantung
3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
4. Monitor status kardiovaskuler
5. Anjurkan untuk menurunkan stress
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
b. Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan
vaskuler serebral.
Tujuan :
NOC
1. Nyeri terkontrol
2. Skala nyeri 2 (ringan)
32
Kriteria hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
2. Melaporkan bahwa berkurang dengan menggunakan dengan
manajemen nyeri.
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda
nyeri)
4. Tanda vital dalam rentang normal.
INTERVENSI
NIC
1. Lakukan pengkajian nyeri cecara komfrehensif, termaksuk
lokasi,
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan faktor prespitasi.
2. Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan.
3. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik.
4. Bantu pasien dan keluarga untuk menemukan dukungan.
5. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidak
19
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
I. Identitas
1. Nama : Ny. W
2. Umur : 49 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Suku/bangsa : Bugis / Indonesia
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Pendidikan : SD
8. Alamat : Desa Baito
9. Tanggal masuk RS : 14 juli 2018
10. Tanggal pengkajian : 15 juli 2018
11. Sumber informasi : Pasien dan Keluarga
II. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama : Nyeri Kepala
2. Lama keluhan : Terus menerus
3. Kualitas Keluhan : Nyeri sedang (0-10) Hasil 5
4. Faktor pencetus : Pasien mengkonsumsi daging Sapi
5. Riwayat keluhan utama : Pasien mengeluh Nyeri kepala
setelah mengkomsumsi Daging sapi
6. Upaya yang telah dilakukan keluarga : Keluarga langsung
membawa pasien ke UGD
7. Diagnosa medis : Hipertensi
35
III. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1. Penyakit yang pernah dialami : Pasien sebelumnya pernah
mengalami peningkatan tekanan darah
2. Alergi : Pasien tidak memiliki riwayat
Alergi obat ataupun makanan
3. Kebiasaan : Pasien tidak memiliki kebiasaan
merokok dan minum alkohol
4. Obat-obat yang digunakan : Pasien sering minum obat yang
dijual diwarung
IV. Riwayat Keluarga/Genogram
Gambar 3.1 Genogram Keluarga Ny. W
36
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan ? : Usia tidak diketahui
: Meninggal
: Pasien
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
: Garis pernikahan
G1 : Generasi pertama adalah kakek dan nenek pasien
G2 : Generasi kedua adalah ayah dan ibu pasien
G 3 : Generasi ketiga yakni pasien dan saudaranya
Data pemeriksaan fisik pada tanggal 15 Juli 2018 ditemukan
keadaan
umum pasien tampak lemah, kesadaran komposmentis dengan
nilai GCS
(Eyes respon : 4,Verbal respon : 5, Motorik respon : 6), BB
sebelum sakit :
55 kg dan saat sakit BB : 54 kg, hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital yaitu
tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 76x/menit dan teraba
lemah,
suhu 37°C, pernapasan 24x/menit.
Pada pemeriksan bodi sistem untuk pernapasan (BI :Breathing),
hidung
simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan
cuping hidung,
tidak ada suara napas tambahan seperti (wheezing, ronchi,
stridor, crakles),
tidak ada nyeri, irama pernafasan reguler.
Pengkajian cardiovaskuler (B2 :Bleeding) pada saat
pemeriksaan palpasi
tidak ada nyeri tekan, suara jantung normal, namun pasien
mengatakan pusing
dan merasa sakit kepala, capilary refil time < 3 detik dan tidak
ada edema
pada ekstremitas dan palpebra, suara jantung mur-mur, irama
sinus normal
37
mengarah pada infark sisi lateral atrium kiri, dan tidak ada tanda
terjadinya
edema, pasien mengatakan jantungnya berdebar-debar saat
beraktifitas.
Pengkajian persarafan (B3 :Brain), Glasgow Coma Scale (GCS)
ditemukan hasil 15 dimana Eye Respon (respon mata): 4,Verbal
Respon : 5,
dan Motorik Respon : 6 , pemeriksaan pada kepala dan wajah,
keadaan
kepala normal, pada saat perubahan posisi pasien merasa sakit
pada daerah
kepala, konjungtiva tidak anemis, telinga simetris kiri dan
kanan, fungsi
pendengaran normal, fungsi penciuman normal, fungsi
pengecapan normal,
fungsi penglihatan terganggu (pandagan kabur), status mental
terorientasi
dengan baik waktu, tempat, maupun orang.
Pengkajian perkemihan dan eliminasi (B4 : Bladder) produksi
urine
2500 ml/hari dengan frekuensi 4-5x/hari, warna urine
besar Ny. W
yaitu 2x/hari dengan konsistensi lunak.
Pengkajian sistem pencernaan dan eliminasi (B5 : Bowel) pada
mulut,
tenggorokan dan abdomen tidak ditemukan adanya masalah
seperti stomatitis,
gangguan menelan seperti amandel, namun pada pengkajian
status nutrisi
Ny. W mengalami anoreksia, dan mual, tidak ada nafsu makan,
porsi makan
tidak dihabiskan dan hanya dihabiskan ¼ dari porsi yang
disediakan, dan
perut pada Ny. W nampak hypertimpani setelah di lakukan
perkusi, dan
makan sedikit merasa mual di sebabkan karena pasien
mempunyai riwayat
penyakit Gastritis,
Pengkajian integumen (B6 : Bone) pergerakan sendi pasien
bebas
dan tidak terjadi penurunan kekuatan otot dan tonus otot, tidak
terdapat nyeri
otot
38
dan sendi, turgor kulit baik, ekstremitas atas maupun bawah
tidak terdapat
fraktur, paralise maupun gangguan lainnya, kondisi tulang
normal, warna
kulit normal dengan kondisi bersih.
Pada pengkajian aktivitas sehari-hari Ny. W selama di rawat
dirumah
Istirahat dan aktifitas: pasien mengatakan tidur siangnya mulai
jam 13.00-
15.00 WITA, tidur malam : jam 21.00 – 05.00 WITA dan pasien
mengatakan tidak gangguan tidur sakit aktivitas pasien dibantu
oleh keluarga
dan perawat, untuk memenuhi kebutuhan perorangan pasien
seperti mandi,
menyikat gigi, dan ganti pakaian pasien dibantu oleh anak, hasil
pengkajian
psikologis pasien mengatakan belum paham dengan komplikasi
dari
penyakitnya, pasien sering menanyakan tentang diet yang harus
di jalaninya.
Kegiatan spiritual pasien selama dirumah sakit mengalami
gangguan tidak
dapat melaksanakan ibadah disebabkan oleh keterbatasan fisik
pasien dengan
kondisi kelemahan yang dialami oleh Ny. W.
Selama dirawat pasien mendapatkan terapi cairan ringer laktat
20
tetes/menit, dan obat-obatan antara lain ondansentron 2x1
ampul/intra
vena/12 jam, ranitidine 2x1 ampul/intra vena/12 jam, amlodipin
1x1 tablet,
isosorbit dinitrat 1x1 tablet/sublingual, neuro sanbe 1 ampul
drips.
Hasil pemeriksaan penunjang yaitu hasil pemeriksaan EKG
tidak adanya
pembesaran jantung dan hasil pemeriksaan laboratorium pada
tanggal 14 Juli
2018 ditemukan lymfosit (24,4 g/dL), hemoglobin (8,9 g/dL),
hematokrit
(20,7 g/dL).
39
No Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan 1 2 3 Lymfosit Hemoglobin
Hematokrit 24,4 g/dL 8,9 g/dL 20,7 g/dL 20-40% 12-16 g/dL 37-48%
B. Data Fokus
Nama Pasien : Ny. W Nama Mahasiswa :
Budiawan
No Rekam Medik : 051502 Nim :
144012017000167
Ruang Rawat : Ruang Asoka
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF 1. Pasien sakit kepala
sejak 3 hari yang lalu 2. Skala nyeri 5 (sedang), Skala numeric 1-10
Budiawan
No Rekam Medik : 051502 Nim :
144012017000167
Ruang Rawat : Ruang Asoka
NO
Masalah
Kemungkinan penyebab (pohon masalah)
Data
1. Nyeri Akut Hipertensi
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
Perubahan struktur
Penyumbatan pembuluh darah
Vasokonstriksi Gangguan sirkulasi Otak
Resistensi pembuluh darah otak meningkat
Nyeri
DS : - Pasien sakit kepala sejak 3 hari yang lalu - Pasien
dengan
: DS :
- Pada saat perubahan posisi pasien merasa sakit pada daerah
kepala
- Pasien mengatakan jantungnya berdebar-debar saat
beraktifitas
DO :
- Keadaan umum lemah
- Pasien tampak dibantu dalam beraktivitas
- Denyut nadi lemah 76x/menit
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
yang
tidak adekuat ditandai dengan :
DS :
- Pasien mengatakan tidak nafsu makan - Pasien mengatakan
40
E. Rencana Tindakan Keperawatan
Nama Pasien : Ny. W Nama Mahasiswa : Budiawan
No Rekam Medik
: 051502
Nim
: 144012017000167
Ruang Rawat
: Ruang Asoka
No
Diagnosa keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN NOC NIC Rasional
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan
41
- Tanda-tanda vital : Tekanan darah:160/90 mmHg, suhu
dibantu
Aktivitas kembali normal
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
kebutuhan.
1. Menyebutkan parameter, membantu mengkaji respon
42
dalam beraktivitas. - Denyut nadi lemah
sesuai indikasi
1. Mengetahui jumlah intake perhari sehingga dapat
mengerti pola diet pasien dan keluarga dapat kooperatif dalam aturan
43
F. Implementasi Dan Evaluasi
Nama Pasien : Ny. W Nama Mahasiswa : Budiawan
No Rekam Medik
: 051502
Nim
: 144012017000167
Ruang Rawat
: Ruang Asoka
Diagnosa Keperawatan
Hari/ Tgl/jam
Implementasi
Paraf
Hari/tanggal /jam
Catatan Perkembangan (SOAPIE)
Paraf CI
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan
vascular serebral
Minggu/ 15-07- 2018/ 09.05
09.10
1. Melakukan pengkajian skala, daerah, kualitas, dan waktu.
44
09.15
09.25
09.35
13.00
: 37º C, Pernapasan : 24x /menit 3. Mempertahankan tirah
45
dinitrat) 1 tablet dan amlodiphin 1x1 tablet.
aktivitas Hasil: pasien hanya dapat bangun dari tempat tidur dan tidak
perawat.
Minggu/ 15-07-2018/ 14.00
Subjektif: - Pasien mengatakan masih merasa lemah -
46
ketika berdiri - Pasien tampak lemah - Pasien tampak
pentalaksanaan
Minggu/ 15-07-2018/ 14.00
Subjektif : - Pasien mengatakan nafsu makannya mulai
porsi dihabiskan (data dilihat dari porsi yang diberikan petugas terapi
dari porsi dihabiskan (data dilihat dari porsi yang diberikan petugas
terapi gizi/pramusaji) - Pasien sudah tidak mual Asesment : masalah
47
dalam pemberian vitamin sesuai indikasi. Hasil : injeksi
neurosanbe 1 cc/drips
semua makanan kesesukaannya
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan
vascular serebral
Senin/ 16-07 2018/ 09.05
09.10
09.15
1. Melakukan pengkajian skala nyeri, daerah, kualitas dan
09.25
13.00
menghilangkan nyeri berupa pijat punggung dan leher Hasil:
110/80 mm/hg
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Senin/ 16-07 2018/ 09.40
09.45
1. Melakukan pengkajian mengenai repon pasien
yang tidak
Senin/ 16-07 2018/ 12.03 12.10
1. Melakukan pengakajian intake makan pasien perhari Hasil:
makanan yang
Senin/16-07 2018/ 14.00
Subjektif : - Pasien mengatakan nafsu makannya kembali
adekuat.
12.15
12.20
disukai atau dikehendaki agar dapat disesuaikan dengan
lahap makan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Selasa / 17/07/ 2018/ 09.40
1. Melakukan pengkajian mengenai repon pasien
56
09.45
09.50
Hasil: pasien sudah mampu berjalan tanpa dibantu 2.
57
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien Ny.
W dengan
Hipertensi di Ruang Perawatan Asoka BLUD Rumah Sakit
penulis akan
mengemukakan kesenjangan data antara teori dengan data yang
didapatkan pada
tinjauan kasus. Telah diuraikan pula sebelumnya mengenai
tinjauan kasus
hipertensi baik ditinjau dari segi medis maupun segi
keperawatan.
Di dalam memberikan asuhan keperawatan kita harus mengakui
pasien
sebagian mahluk sosial yang utuh dan unik yang terdiri dari bio,
perbedaan
antara teori dan praktek. Penulis akan mengemukakan
data yang
ditemukan adalah pasien mengatakan merasakan sakit pada
daerah kepala,
skala nyeri yang didapatkan berdasarkan pemeriksaan
dengan pengukuran
skala nyeri (0-10) didapatkan skala nyeri 5 (sedang), pusing,
makan, makanan
tidak dihabiskan hanya dihabiskan ¼ dari porsi yang disediakan,
serta makan
sedikit merasa mual, perut Ny. W nampak hypertimpani pada
saat melakukan
58
pengkajian, pasien sering mengatakan belum paham tentang
komplikasi dari
penyakitnya, pasien sering bertanya tentang diet yang harus di
jalaninya,
karena tekanan darahnya 160/90 mmHg, nadi 76x/menit dan
teraba lemah,
suhu 37,0°C , pernapasan 24x/menit.
Sedangkan data yang ditemukan dalam teori yaitu Peningkatan
tekanan
darah > 140/90 mmHg, sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang
disertai mual
dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,
Penglihatan kabur,
epistaksis, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur,
mata berkunang
kunang, lemah dan lelah, muka pucat , suhu tubuh rendah.
Adapun data yang ditemukan dalam teori tetapi tidak ditemukan
dalam
kasus yaitu : penglihatan kabur keadaan ini biasanya timbul
akibat hipertensi
berat atau menahun dan tidak diobati sehingga merusak organ
yang spesifik
yaitu hipertensif pada retina dan menimbulkan gejala penglihatan
kabur.
Epistaksis terjadi sebagai suatu kompensasi tubuh terhadap
adanya tekanan
darah yang tinggi. pecahnya pembuluh darah hidung dapat
mengurangi
tekanan aliran darah keotak sehingga penyakit stroke dapat
kepala yang
tergolong nyeri sedang, sukar tidur, mata berkunang-kunang,
muka pucat,
suhu tubuh rendah.
Data yang ditemukan dalam kasus tetapi tidak ditemukan
dalam teori
yaitu: tidak ada nafsu makan ini karena jika Ny. W
mengkonsumsi makanan
pasien selalu merasakan mual sehingga Ny. W tidak nafsu
makan dan
pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien sehari-hari terganggu, mual
pada Ny. W
ini disebabkan karena peningkatan tekanan darah otak yang
mengakibatkan
59
peningkatan tekanan intrakranial yang merangsang medulla
oblongata sehingga
timbul gejala mual.
Gelisah yang dirasakan oleh Ny. W akibat kurangnya informasi
mengenai
pengobatan dan proses penyakit yang dialami sehingga timbul
gejala gelisah,
tekanan darah meningkat 160/90 mmHg ini pencetusnya adalah
karena
mengonsumsi daging sapi dan diperburuk dengan banyaknya
jumlah daging
yang di konsumsiserta kurangnya beristirahat serta olahraga,
adalah :
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan
afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia, hipertrofi/rigiditas
(kekuatan) ventrikuler.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidak
seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut, berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
4. Koping individual inefektif berhubungan dengan krisis
situasional,
perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem
pendukung tidak
adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga, nutrisi buruk, harapan
yang tak
terpenuhi, kerja berlebihan, persepsi tidak realistik, metode
koping tidak
efektif.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
pegetahuan/ daya
ingat, misinterpretasi informasi, keterbatasan kognitif,
menyangkal
diagnosa.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus yaitu
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral.
60
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
dalam kasus
yaitu, resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan
afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia, hipertrofi/rigiditas
(kekuatan)
ventrikuler, koping individual inefektif berhubungan dengan krisis
situasional,
perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem
pendukung tidak
adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga, nutrisi buruk, harapan
yang tak
terpenuhi, kerja berlebihan, persepsi tidak realistik, metode
koping tidak
efektif.
Diagnosa yang ditemukan dalam kasus tetapi tidak ditemukan
dalam teori
yaitu, Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
yang tidak
adekuat.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam teori tidak semua
ditemukan
dalam kasus, hal ini karena diagnosa yang diangkat pada kasus
berdasarkan
keluhan yang dirasakan pasien, seperti kita ketahui setiap
manusia memiliki
kebutuhan dan persepsi/respon yang berbeda-beda antara satu
dengan yang
lainnya.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan dimana
asupan nutrisi
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
makanan,
sehingga dapat beresiko terjadinya gangguan pemenuhan
nutrisi.
61
C. Perencanaan
Pembuatan rencana pada Ny. W disesuaikan dengan tujuan dan
kriteria
hasil, perencanaan ini dibuat berdasarkan keluhan, data
memberikan
asuhan keperawatan.
Diagnosa nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
vascular
serebral perencanaan yang dilakukan yaitu kaji skala nyeri,
daerah, kualitas,
dan waktu hal ini dilakukan karena pasien biasanya melaporkan
nyeri yang
terdapat pada ekstremitas atau daerah kepala yang dapat terjadi
hilang timbul.
Observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernapasan untuk
mengetahui perubahan keadaan pasien secara umum.
peningkatan
relaksasi. Beri tindakan non farmakologi untuk
menghilangkan nyeri,
misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan
leher, tenang,
redupkan lampu kamar, tehknik relaksasi imajinasi (pandu
imajinasi distraksi
dan aktivitas waktu senggang) sebab tindakan yang menurunkan
tekanan
vaskular serebral dan yang memperlambat/memblok respon
simpatis efektif
dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya. Bantu
pasien dalam
ambulasi sesuai kebutuhan hal ini dilakukan karena pusing dan
penglihatan
kabur sering berhubungan dengan sakit kepala.
Kolaborasi pemberian
analgetik antihipertensi, dan antiansietas sesuai indikasi dengan
pemberian
terapi analgetik dapat menurunkan atau mengontrol nyeri dan
menurunkan
rangsangan saraf simpatis.
62
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
perencanaan yang
dilakukan yaitu kaji repon pasien terhadap aktivitas, dipsnea atau
nyeri dada,
keletihan dan kelemahan berlebihan, diaphoresis, pusing atau
pingsan untuk
mengetahui jumlah intake perhari sehingga dapat diperhitungkan
rasio intake
dan output, instruksikan pasien tentang tehknik penghematan
energi misalnya,
menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir atau
menyikat gigi,
melakukan istirahat dengan perlahan dengan pengkajian yang
dilakukan dapat
menyebutkan parameter, membantu mengkaji respon fisiologi
terhadap stress
aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja
yang berkaitan
dengan aktivitas, beri dorongan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri
bertahap jika dapat ditoleransi tekhnik ini dapat
menghemat energi
mengurangi penggunaan energi, juga membantu, keseimbangan
antara suplei
dan kebutuhan oksigen. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
dapat memberikan
kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung tiba-tiba,
memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong
kemandirian
dalam melakukan aktivitas.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang
tidak adekuat perencanaan yang dilakukan yaitu kaji intake
makan pasien
perhari hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah intake perhari
sehingga
dapat diperhitungkan rasio intake dan output, timbang berat
badan pasien
untuk memberi informasi tentang ketidak adekuatan masukan
diet atau
penentuan kebutuhan nutrisi. Identifikasi makanan yang disukai
atau
dikehendaki agar dapatdisesuaikan dengan program
penyusunan
diet disesuaikan
63
dengan makanan kesukaan pasien. Anjurkan untuk makan
makanan dan
mememenuhi kebutuhan nutrisi pasien. Beri penjelasan tentang
diet hipertensi
dengan mengetahui dan mengerti pola diet pasien dan keluarga
dapat
kooperatif dalam aturan dietnya. Beri HE tentang pentingnya
tentang nutrisi
sehingga dan meningkatkan derajat kesehatan. Kolaborasi
pemberian vitamin
sesuai indikasi dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh
dan
meningkatkan nafsu makan.
D. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada Ny. W sesuai dengan
rencana
keperawatan berdasarkan masalah keperawatan yang
dengan respon
dan kondisi pasien.
Pada diagnosa pertama nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan
vaskuler serebral, implementasi yang di lakukan pada Minggu,
15 Juli 2018
pukul yaitu pada pukul 09.05 melakukan pengkajian skala,
daerah, kualitas,
dan waktu, nyeri, dan pada pukul 09.10 melakukan observasi
tanda-tanda
vital, pukul 09.15 mempertahankan tirah baring selama fase
menghilangkan
nyeri, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan
leher, tenang,
redupan lampu kamar, tehknik relaksasi imajinasi (pandu
imajinasi distraksi
dan aktivitas waktu senggang), selanjutnya pukul 09.35
Membantu pasien
dalam ambulansi sesuai kebutuhan, pukul 13.00 melakukan
kolaborasi
64
dengan tim medis dalam pemberian analgetik, antihipertensi,
antiansietas
sesuai indikasi.
Selanjutnya pada diagnosa kedua yaitu intoleransi aktvitas
berhubungan
dengan kelemahan implementasi yang di lakukan pada hari
Minggu, 15 Juli
2018 pada pukul 09.40 Melakukan pengkajian mengenai respon
pasien
terhadap aktivitas, dipsnea atau nyeri dada, keletihan dan
kelemahan
berlebihan, diaphoresis, pusing atau pingsan, dan pada pukul
09.45
menginstruksikan pada pasien tentang tehnik penghematan
energi misalnya,
menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir atau
menyikat gigi,
melakukan istirahat dengan perlahan, selanjutnya pada pukul
09.50
memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri
bertahap jika
dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Selanjutya pada diagnosa ketiga resiko nutrisi kurang dari
kebutuhan
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
implementasi yang di
lakukan Minggu, 15 Juli 2018 pada pukul 12.10 melakukan
pengakajian
intake makan pasien perhari, dan pukul 12.15 mengidentifikasi
makanan yang
disukai atau dikehendaki agar dapat disesuaikan dengan
program pembatasan
diet pasien. Selanjutnya pada pukul 12.20 menganjurkan untuk
makan sedikit
tapi sering sesuai dengan program diet, kemudian pukul 12.30
memberikan
HE tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, selanjutnya pukul
12.50 melakukan
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian vitamin sesuai
indikasi.
Pada diagnosa pertama nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan
vaskuler serebral, implementasi yang di lakukan pada Minggu,
15 Juli 2018
pukul yaitu pada pukul 09.10 melakukan pengkajian skala,
daerah, kualitas,
65
dan waktu, nyeri, dan pada pukul 09.15 melakukan observasi
tanda-tanda
vital, dan pada pukul 09.25 memberikan tindakan non
farmakologi untuk
menghilangkan nyeri, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat
punggung
dan leher, tenang, redupan lampu kamar, tehknik relaksasi
imajinasi (pandu
imajinasi distraksi dan aktivitas waktu senggang), selanjutnya
pukul 09.35
Membantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan, pukul
13.00 melakukan
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik,
antihipertensi,
antiansietas sesuai indikasi.
Selanjutnya pada diagnosa kedua yaitu intoleransi aktvitas
berhubungan
dengan kelemahan implementasi yang di lakukan pada hari
Minggu, 15 Juli
2018 pada pukul 09.40 Melakukan pengkajian mengenai respon
pasien
terhadap aktivitas, dipsnea atau nyeri dada, keletihan dan
kelemahan
berlebihan, diaphoresis, pusing atau pingsan, dan pada pukul
09.45
menginstruksikan pada pasien tentang tehnik penghematan
energi misalnya,
menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir atau
menyikat gigi,
melakukan istirahat dengan perlahan, selanjutnya pada pukul
09.50
memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri
bertahap jika
dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Kemudian pada diagnosa ketiga nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
implementasi yang di
lakukan pada Minggu, 15 Juli 2018 pada pukul 12.03 melakukan
pengakajian
intake makan pasien perhari, dan pukul 12.10 mengidentifikasi
makanan yang
disukai atau dikehendaki agar dapat disesuaikan dengan
program pembatasan
diet pasien. Selanjutnya pada pukul 12.15 menganjurkan untuk
makan
sedikit
66
tapi sering sesuai dengan program diet, kemudian pukul 12.20
memberikan
HE tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, selanjutnya pukul
12.50 melakukan
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian vitamin sesuai
indikasi.
Selanjutnya diagnosa yang di implementasikan pada hari ke
tiga yaitu
intoleransi aktvitas berhubungan dengan kelemahan
implementasi yang di
lakukan pada hari Minggu, 15 Juli 2018 pada pukul 09.40
Melakukan
pengkajian mengenai respon pasien terhadap aktivitas, dipsnea
atau nyeri
dada, keletihan dan kelemahan berlebihan, diaphoresis, pusing
atau pingsan,
dan pada pukul 09.45 menginstruksikan pada pasien tentang
tehnik
penghematan energi misalnya, menggunakan kursi saat mandi,
duduk saat
menyisir atau menyikat gigi, melakukan istirahat dengan
perlahan,
selanjutnya pada pukul 09.50 memberikan dorongan untuk
melakukan
aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi,
berikan bantuan
sesuai kebutuhan.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak
adekuat, serta kurang pengetahuan berhubungan dengan
minimnya informasi
implementasi ini dilakukan sesuai dengan perencanaan dan
masalah teratasi
pada hari kedua, kemudian diagnosa intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan diagnosa ini teratasi pada hari ketiga setelah
dilakukan pengkajian
dan pemberian asuhan keperawatan.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pada
tahap
evaluasi ini penulis menilai sejauh mana tujuan dapat dicapai.
Evaluasi
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pada
67
penulis menilai sejauh mana tujuan dapat dicapai. Dari diagnosa
yang telah
diangkat dalam kasus ini, yaitu diagnosa nyeri berhubungan
dengan
peningkatan tekanan vascular serebral setelah dilakukan
tindakan keperawatan
3x24 jam pada hari Minggu, 15 Juli 2018 pada pukul 14.00
pasien
mengatakan nyeri berkurang dengan skala 4 (sedang),
pasien mengatakan
merasa sangat tenang dengan diberi tindakan pijat leher dan
tenang, pasien
mengatakan masih merasa pusing, keadaan umum lemah,
pasien tampak
rileks/tenang dan tekanan darah 150/70 mmHg. Dari hasil
evaluasi assesment
masalah belum teratasi dan intervensi yang mengenai diagnosa
nyeri
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
pada hari
Minggu, 15 Juli 2018 dilanjutkan pada hari Senin, 16 Juli 2018.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, setelah
dilakukan
tindakan keperawatan 3x24 jam pada hari Minggu, 15 Juli 2018
pada pukul
14.00 pasien mengatakan masih merasa lemah, pasien
mengatakan dapat
berjalan tetapi dibantu oleh suami/atau perawat, dan keadaan
umum lemah,
pasien hanya bisa bangun dari posisi berbaring, pasien tampak
dibantu oleh
suami, denyut nadi lemah 76x/menit, Dari hasil evaluasi
assesment masalah
belum teratasi dan intervensi yang mengenai diagnosa
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan kelemahan pada hari senin Minggu, 15 Juli
2018
dilanjutkan pada hari Senin, 16 Juli 2018.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak
adekuat, setelah dilakukan setelah dilakukan tindakan
mengatakan porsi
makan ½ dari
68
porsi yang di habiskan, keadaan umum lemah, porsi makan
½ dari porsi
dihabiskan, pasien sudah tidak mual, Dari hasil evaluasi
assesment masalah
belum teratasi dan intervensi yang mengenai diagnosa Resiko
nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
pada hari
senin Minggu, 15 Juli 2018 dilanjutkan pada hari Senin, 16 Juli
2018.
Dari diagnosa yang telah diangkat dalam kasus ini, masalah
keperawatan
yang telah teratasi pada hari kedua yaitu diagnosa nyeri
berhubungan dengan
peningkatan tekanan vascular serebral setelah dilakukan
tindakan keperawatan
3x24 jam pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala 2
(ringan), pasien
mengatakan merasa sangat tenang dengan diberi tindakan pijat
leher dan
tenang, keadaan umum sedang, pasien tampak rileks/tenang
dan tekanan
darah
130/70 mmHg. Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang
telah ditentukan
pada perencanaan dimana pasien melaporkan nyeri atau
ketidaknyamanan
hilang/terkontrol, skala nyeri 2 (ringan), pasien tampak rileks
sehingga intervensi yang mengenai diagnosa nyeri berhubungan
dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral dihentikan pada hari
dilakukan
setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien
mengatakn mulai
berjalan perlahan-lahan, pasien mengatakan berjalan di
berjalan dengan di
dampingi oleh suami, pasien tampak berjalan berhati-hati,
diagnosa intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan di lanjutkan pada
Selasa, 17 Juli
2018.
69
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak
adekuat, setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
pasien mengatakan
nafsu makannya kembali membaik seperti biasa, porsi makan
dihabiskan dan
keadaan umum tampak sedang. Sesuai dengan tujuan dan
terjadi
penurunan berat badan/berat badan dipertahankan, serta porsi
makan
dihabiskan telah sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga
intervensi yang
diberikan mengenai diagnosa resiko nutrisi kurang dari
kebutuhan
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dihentikan padi
hari Senin, 16
Juli 2018.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, setelah
dilakukan
setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien
mengatakan pasien
mengatakan sudah mampu berjalan, pasien mengatakan
berjalan tanpa
didampingi oleh suami, keadaan umum baik, pasien tampak
berjalan dengan
tanpa dibantu diagnosa ini telah sesuai dengan apa yang telah
diharapkan
sehingga intervensi dihentikan pada hari ketiga pada Selasa, 17
Juli 2018.
70
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan pada bab-bab
sebelumnya yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. W Dengan
Gangguan Sistem
Cardiovaskuler : Hipertensi Di Ruang Asoka BLUD Rumah
Sakit Konawe
Selatan maka penulis dapat menarik kesimpulan dan saran
sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Dalam melaksanakan pengkajian terhadap pasien Ny.
W
penulis memperoleh data dari pasien melalui pemeriksaan
fisik dan
keluarga dengan wawancara. Dimana didapatkan bahwa pada
teori hampir
seluruh sistem dalam tubuh mengalami gangguan pada
kasus
Hipertensi sedangkan pada kasus hanya didapatkan sebagian
sistem yang
mengalami masalah.
2. Pada tahap diagnosa keperawatan pada kasus hanya
didapatkan masalah
keperawatan yaitu nyeri, intoleransi aktivitas,resiko nurisi kurang
dari
kebutuhan dan kurang pengetahuan.
3. Dalam perencanaan penulis melibatkan keluarga dalam
menentukan
prioritas masalah memilih tindakan yang tepat dalam proses
keperawatan
Hipertensi. Pada tahap ini intervensi yang dilaksanakan
disesuaikan
dengan intervensi yang terdapat dalam teori.
4. Tahap pelaksanaan asuhan keperawatan Ny. W
didasarkan pada
perencanaan yang telah disusun penulis bersama pasien dan
keluarga.
5. Dalam mengevaluasi proses keperawatan pada pasien
dengan
Hipertensi selalu mengacu pada tujuan pemenuhan kebutuhan
pasien.
Hasil evaluasi
71
yang dilakukan selama tiga hari menunjukkan semua
masalah dapat
teratasi.
B. Manfaat dan Saran
1. Kepada pihak institusi pendidikan diharapkan untuk
kegiatan praktek
klinik dimasa akan datang waktunya ditambah agar peserta
dapat lebih
memahami proses asuhan keperawatan khususnya keperawatan
medikal
bedah.
2. Untuk pihak lahan praktek, supaya membuat model
pelayanan
keperawatan profesional yang dapat dijadikan model dalam
proses belajar
mahasiswa perawat guna menjamin kualitas asuhan yang
diberikan pada
pasien.
3. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara
komprehensif
perlu adanya hubungan kerjasama antara perawat dengan
pasien, keluarga
atau masyarakat serta tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai
kesehatan
optimal dengan prinsip pendekatan secara terapeutik.
4. Beberapa proses keperawatan perlu kiranya
didokumentasikan dan
dilaksanakan secara sistematis mulai dari pengkajian,
perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini berguna untuk menjadikan
bahan
pelajaran bagi tenaga kesehatan utamanya bagi perawat
guna
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang optimal.
72
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami Dan Menghindar
Hipertensi, Jantung,
Stroke. Lokapustaka : Yogyakarta.
Alim, Baitul.2011. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Binarupa
Aksara : Tangerang
Amin & Hardi. 2013, Aplikasi asuhan keperawatan
keperawatan.Tamantirto :
Yogyakarta
Brunner & suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah. : Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Candra .(2013). Hipertensi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Debora. 2011. Proses Keperawatan Dan Pemeriksaan Fisik,
Salemba Medika :
Jakarta.
Depkes RI (2012); Indonesia Sehat 2014, Departemen
Kesehatan Republic
Indonesia, Jakarta.
Dongoes M.E, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III,
Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Indriayani, widian nur. 2009. Deteksi Dini Koletrol, Hipertensi
Dan Stroke.
Jakarta : Millestone
Kozier, Barbara. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan,
Konsep Proses
dan Praktis Edisi 7 Volume 1. EGC : Jakarta.
Lukito A.A, dkk, (2008). Ringkasan eksekutif Krisis Hipertensi.
Perhimpunan
Hipertensi Indonesia.
Mansjoer Arif, dkk (2000), Kapita Selakta Kedokteran Edisi
ketiga Jilid 2,
Penebit Media Aesculapius, FKUI, Jakarta.
Purwanto, 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Bandung:
Karya Medika.
ix
Puspitorini. 2008.Hiperetensi, Cara Mudah Mengatasi
EGC : Jakarta
Sari, 2009.Gaya Hidup Sehat Bagi Penderita Hipertensi.
http:// www.
Majalahkesehatan.com /content/5-gaya-hidup-sehat-bagi
penderita- hipertensi, diakses tanggal 5 Februari 2014
Smeltzer, Bare. (2002). Laporan Komite Nasional Pencegahan,
Deteksi, Evaluasi
dan Penanganan Hipertensi. EGC : Jakarta
Utaminingsih.2009.Mengenal dan Mencegah Penyakit Diabetes
Melitus,
Hipertensi, Jantung dan Hipertensi Untuk Hidup Lebih
Berkualitas
.Media Ilmu : Jakarta
Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat.
Jakarta :
EGC Yogiantoro (2006),Patofisiologi Untuk Keperawatan, EGC,
Jakarta.
LAMPIRAN I
No Kegiatan Janua Februari- Maret-18 April-18 Mei-18 Juni-18 Juli-18 Ags-18 Sep-18 Okt-18 Nov-18 Des-18 Jan-19
ri-18 18
2 3 4 I 2 3 4 I 2 3 4 I 2 3 4 I 2 3 4 I 2 3 4 I 2 3 4 I 2 3 4 I 2 3 4 I 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan
Proposal Tesis
2. Seminar
proposal
3. Revisi
proposal
4. Pengurusan
Ethical
Clearence
5. Pelaksanaan
penelitian
6. Penyusunan
laporan
penelitian
7. Ujian Pra
Tesis
8. Revisi Pra
Tesis
9. Ujian Tesis
10. Revisi Tesis
11. Pengumpulan
Skripsi
KODE FORM:
Informed Consent
Dengan hormat,
B. Prosedur penelitian
Apabila ibu bersedia menjadi responden penelitian ini, ibu diminta
untuk menandatangani lembar persetujuan ini. Langkah selanjutnya
yakni:
1. Pasien diwawancarai peneliti tentang nama, umur, alamat,
usia kehamilan, pendidikan, pendapatan keluarga, serta
pekerjaan.
2. Kemudian ibu diminta untuk mengisi kuesioner sesuai
petunjuk yang ada dengan didampingi oleh peneliti.
E. Kerahasiaan
Semua informasi dan identitas responden penelitian akan
dirahasiakan dan hanya diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian ini
akan dipublikasikan tanpa mencantumkan identitas responden.
F. Kompensasi
Pasien yang menjadi responden penelitian akan mendapatkan
souvenir dari peneliti.
G. Informasi tambahan
Bila ada penjelasan yang belum jelas atau terjadi efek samping terkait
penelitian ini, pasien dapat menghubungi Sdra. Muh. Isnaini no HP
085-937-018-786.
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Umur :
Alamat :
No. Hp :
Menyatakan dengan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun dan
saya telah mempertimbangkan serta memutuskan berpartisipasi dalam
Karya Tulis Ilmiah ini.
Responden
( )
NB: * coret salah satu