Anda di halaman 1dari 29

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEKAMBUHAN ASMA DI


PUSKESMAS PALIBELO

Oleh

ARDYANASH FAJAR RAMADHAN


NIM : P00620217 005

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLIKTEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAM BIMA
2020
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program pendidikan Diploma III
(D-III)Kesehatan Program Studi Keperawatan Bima Tahun 2020

Bima, 2020
Oleh:
Ardyanash Fajar Ramadhan
NIM:P00620217 005

Pembimbing I Pembimbing II

H. Ahmad, S. H, S. Kep. Ns. M. Pd Ade


Wulandari,S.Kep.M.Kep
NIP:1963060319985011001 NIP:197711202001121001

Mengesahkan
Ketua Program Studi Keperawatan Bima

Abdul Haris,SST.M.Pd
NIP: 196612081987031002

ii
HALAMAN PENGESAHAN
Di Pertahankan Di Depan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Politeknik Kesehatan Mataram Program Studi D.III Keperawatan Bima
Dan Di Terima Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III (D.III)
Kesehatan Jurusan Program Studi Keperawatan Bima
Tahun Akademik 2020/2021
Tim Penguji

1. Kurniadi, S. Kep. Ns. M. Kes ( )


Penguji Utama

2. Ade Wulandari, S.Kep.Ns.M.Kep ( )


Penguji I

3. H. Ahmad, S. H, S. Kep. Ns. M. Pd ( )


Penguji II

Mengesahkan ,
Ketua program studi D.III keperawatan bima
Politeknik kesehatan kemenkes mataram

Abdul haris, SST.M.Pd


Nip: 196612081987031002

iii
KATA PENGANGTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat allah SWT atas limpahan rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan
Perilaku Merokok dengan Kekambuhan Asma di Puskesmas Palibelo”. Karya Tulis
Ilmiah ini dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak yang
tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dengan setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd.M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kemenkes Mataram
2. Ibu Rusmini, S.Kep.Ns.MM selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Mataram
3. Bapak Abdul Haris, SST.M.Pd selaku Ketua Program Studi Keperawatan D-III
Bima.
4. Bapak H.Ahmad,S.H,S.Kep.Ns.M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan dan dorongan penuh dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Ade Wulandari, S.Kep.Ns.M.Kep selaku Pembimbing II yang telah memberikan
motivasi dan bimbingan penuh dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Kedua orang tua, dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, do’a dan
semangat pada penulis selama penyusunan laporan penelitian.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, sebagai


imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis
semoga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua.

Bima, 2020

Peneliti

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................iii
KATA PENGANGTAR...................................................................................................iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian........................................................................................................2
D. Manfaat Penelitian......................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORI..............................................................................................4
A. Konsep Perilaku Merokok..........................................................................................4
B. Konsep Asma.............................................................................................................7
C. Perilaku Merokok terhadap Kekambuhan Asma......................................................12
D. Kerangka Konsep/Kerangka Teori...........................................................................15
BAB 3 METODE PENELITIAN....................................................................................16
A. Desain / Rancangan Penelitian.................................................................................16
B. Kerangka Kerja.........................................................................................................16
C. Populasi, Sampel dan Sampling...............................................................................17
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..........................................................17
E. Instrumen Penelitian.................................................................................................19
F. Analisis data.............................................................................................................19
G. Etika Penelitian.........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21

v
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini kesehatan menjadi hal yang sangat mahal dirasakan masyarakat
terutama menengah kebawah, hal ini dikarenakan semakin mahal biaya yang harus
dikeluarkan seseorang untuk berobat. Pengidap asma adalah salah satunya yang
mengalami ketergantungan terhadap obat-obatan dan alat bantu pernafasan yang
termasuk mahal biayanya (Resti, 2014).
Menurut Global Initiative for Asthma, GINA, Penyakit asma berasal dari kata
“Ashtma” yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti “sukar bernapas”. Penyakit
asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan yang melibatkan
banyak sel dan elemnnya. Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran
pernapasan menjadi hiperesponsif, sehingga memudahkan terjadinya brongkitis,
edema, dan hipersekresi kelenjar, yang menghasilkan pembatasan aliran udara di
saluran pernapasan dengan manifestasi klinis yang bersifat periodik berupa sesak
napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam hari atau dini hari/subuh.
Gejala ini berhubungan dengan luasnya inflamasi, yang derajatnya bervariasi dan
bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan (Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Faktor risiko asma yang sering menginduksi asma adalah perubahan suhu terkait
kondisi geografis, alergen, aktivitas fisik, asap rokok, ekspresi emosi yang
berlebihan, dan polusi udara.Penderita asma tidak melakukan tindakan pencegahan
paparan faktor risiko asma spesifik yang direkomendasikan. Tingkat pengendalian
penyakit asma yang dominan adalah uncontrolled asthma. Perburukan tingkat
pengendalian penyakit asma disebabkan oleh kemunculan gejala harian yang sering.
Penderita asma yang sering terpapar faktor risiko asma spesifik akan menyebabkan
tingkat pengendalian penyakitnya turun atau menjadi buruk. Perilaku pencegahan
paparan faktor risiko asma tidak memiliki hubungan dengan tingkat kontrol
penyakit asma (Putu Wulan Purnama Sari, 2013).

1
2

Pada tahun 2018 prevalensi asma pada penduduk Indonesia semua umur yaitu
sekitar 2,4 %. Sebanyak 5,1 % pravelensi asma pada penduduk usia > 75 tahun
menempati posisi pertama dari semua usia, dan proporsi kekambuhan asma 1 tahun
terakhir pada semua umur di NTB sekitar 57% (Kesehatan, 2018).
Data dari Riskesdas tahun 2018 prevalensi konsumsi tembakau (hisap dan
kunyah) pada penduduk usia > 15 tahun khususnya laki-laki sebesar 62.9 %
Data dari Puskesmas Palibelo tahun 2018 pasien asma masuk menjadi
kunjungan 10 penyakit terbanyak dengan rekapan rawat inap dan rawat jalan
sejumlah 151 orang.
Penyakit asma tidak dapat disembuhkan akan tetapi penderita dapat sembuh
dalam arti asmanya terkontrol. Bila tidak, akan mengganggu kualitas hidup
penderita yang menyebabkan kehilangan waktu sekolah dan kehilangan jam kerja.
Disamping itu penderita harus mampu meminimalkan faktor-faktor pemicu penyakit
tersebut seperti keadaan lingkungan dimana kita berada dan perilaku(Sihombing,
Alwi, & Nainggolan, 2010).

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Hubungan Perilaku Merokok dengan Kekambuhan Asma di


puskesmas Palibelo?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan perilaku


merokok dengan Kekambuhan Asma di puskesmas Palibelo

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi perilaku merokok pada perokok yang merokok di


Puskesmas Palibelo Kabupaten Bima
3

b. Mengidentifikasi kekambuhan pada penderrita asma di Puskesmas Palibelo


Kabupaten Bima
c. Menganalisis hubungan perilaku merokok dengan kekambuhan asma pada
pasien yang merokok Puskesmas Palibelo Kabupaten Bima

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya khasanah ilmu
keperawatan dalam hal menambah informasi hubungan perilaku merekok
dengan kekambuhan asma, serta dapat dijadikan data dasar bagi penelitian
selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi penderita asma dan keluarganya


Hasil penelitian ini bisa memberikan manfaat dan menambah informasi
terkait hubungan perilaku merokok dengan kekambuhan asma.
b. Bagi petugas kesehatan puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk informasi dalam
pengembangan pengelolaan pelayanan kesehatan pada penderita asma.
c. Bagi dinas kesehatan / rumah sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu sebagai pengembangan
sumber ilmu dalam proses pelayanan kesehatan pada penderita asma.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Perilaku Merokok

1. Pengertian Perilaku Merokok

Menurut Shiffman, (1993) Merokok sebagai bentuk perilaku merupakan


manifestasi dari kebutuhan- kebutuhan tertentu yang dapat terpuaskan apabila
seseorang merokok. Perilaku merokok merupakan reaksi seseorang dengan cara
mengisap rokok yang dapat diamati atau diukur dengan melihat volume atau
frekuensi merokok seseorang (Pratiwi, 2009).
Perilaku merokok adalah aktivitas subjek yang berhubungan dengan
perilaku merokoknya, yang diukur melalAui intensitas merokok, tempat
merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari,
yang diungkap melalui skala perilaku merokok (Komasari, 2000).

2. Penyebab Munculnya Perilaku Merokok

Perilaku merokok pun muncul karena adanya faktor internal (faktor


biologis dan faktor psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk
mengurangi stres) dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti
terpengaruh oleh teman sebaya)

Mu’tadin (2002) mengemukakan alasan mengapa merokok antara lain


(Widiansyah, 2014):

a. Pengaruh orang tua


Menurut Baer & corado, remaja perokok adalah anak-anak yang berasal
dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya, dibandingkan dengan remaja yang berasal

4
5

dari lingkungan keluarga yang bahagia. Perilaku merokok lebih banyak


didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent).

b. Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok
maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan
demikian sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut,
pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temany aatau sebaliknya.

c. Faktor Kepribadian
Remaja mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahuatau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit da kebosanan. Satu sifat kepribadian yang
bersifat pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas
social.

d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour,
membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang
ada dalam iklan tersebut.

3. Tanda dan Gejala Perilaku Merokok


Pada sebagian orang, merokok bisa dengan sangat cepat menyebabkan
ketergantungan nikotin walaupun dikonsumsi hanya dalam jumlah kecil. Berikut
adalah beberapa tanda dan gejala kecanduan nikotin (Chotidjah, 2012):

a. Tidak bisa berhenti merokok. Walaupun Anda telah mencoba beberapa kali
untuk berhenti merokok.
b. Anda mengalami “sakaw” saat berhenti merokok. Semua percobaan berhenti
merokok yang telah Anda lakukan menimbulkan tanda dan gejala sakaw,
baik fisik maupun perubahan mood, seperti ngidam yang amat parah, cemas
dan gugup, mudah tersinggung atau marah, gelisah, sulit konsentrasi, merasa
6

depresi, frustasi, kemarahan, peningkatan rasa lapar, insomnia, dan sembelit


atau bahkan diare.
c. Tetap merokok walaupun memiliki masalah kesehatan. Walaupun Anda
telah terdiagnosis masalah kesehatan tertentu yang berkaitan dengan jantung
atau paru, Anda tidak bisa dan/atau mampu untuk berhenti.
d. Anda lebih mementingkan untuk bisa merokok daripada melakukan aktivitas
sosial maupun rekreasional. Anda mungkin lebih memilih untuk tidak lagi
mengunjungi satu restoran sama sekali karena peraturan larangan merokok
dari restoran tersebut, atau lebih memilih untuk tidak bersosialisasi dengan
orang-orang non-perokok karena Anda tidak bisa merokok dalam situasi atau
di lokasi tertentu.
4. Waktu Merokok
Keterhubungan antara perilaku merokok dan stres telah diteliti oleh para
ahli sejak tiga dekade yang lalu. Fink (2007) mencatat bahwa terdapat beberapa
penemuan yang mengindikasikan bahwa secara klinis dan teoritis memang
terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok, stres, dan coping.
Individu dengan masalah psikiatri seperti gangguan major depressive, berbagai
macam gangguan kecemasan, schizophrenia, gangguan kepribadian antisosial,
dan individu dengan trait kepribadian tertentu yang menyebabkan mereka lebih
sering mengalami distres pribadi lebih mungkin untuk merokok.
5. Tempat Untuk Merokok
Pengaturan soal tempat khusus merokok terdapat di dalam Penjelasan
Pasal 115 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
yang berbunyi:
“Khusus bagi tempat kerja, tempat umum, dan tempat lainnya dapat
menyediakan tempat khusus untuk merokok”
Akan tetapi, Mahkamah Konstitusi ("MK") melalui Putusan MK Nomor
57/PUU-IX/2011 telah mengabulkan pengujian kata dapat pada penjelasan Pasal
115 ayat (1) UU Kesehatan dan menyatakan dapat bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat.
Sebagaimana dijelaskan dalam artikel Pemerintah Wajib Sediakan Tempat
Khusus Merokok, dengan putusan tersebut, MK mewajibkan pemerintah daerah
7

menyediakan tempat khusus merokok di tempat kerja, di tempat umum, dan di


tempat lainnya.
Dan adapun area atau lokasi dilarang merokok karena dapat
membahayakan orang lain, adapun tempatnya antara lain :
a. Fasilitas Kesehatan
b. Sekolah
c. Tempat bermain anak-anak
d. Tempat ibadah
e. Tempat kerja yang tidak tersedia tempat khusus untuk perokok

B. Konsep Asma

1. Pengertian Asma
Menurut Hudak & Gallo (1997), asma merupakan penyakit pada jalan
napas yang tidak dapat pulih yang terjadi karena spasme brongkus yang
disebabkan oleh berbagai penyebab. Menurut Smeltzer, Suzanne C (2002), asma
adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
brongki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Wijaya &
Putri, 2014).
Asma adalah penyakit paru yang di dalamnya terdapat obstruksi jalan
napas, inflamasi jalan napas, inflamasi jalan napas, dan jalan napas yang hiper-
responsif atau spasme otot polos brongkial (Betz & Sowden, 2009).
Asma merupakan penyakit obstruksi jalan napas, yang reversible dan
kronis, dengan karakteristik adanya mengi, asma disebabkan oleh spasme
saluran brongkial, atau pembengkakan mukosa setelah terpajan sebagai
stimulus(Astuti & Rahmat, 2010).
Asma adalah penyakit inflamsi obstruktif yangb ditandai oleh periode
episodik spasme otot-otot polos dinding saluran udara brongkial/spasme
brongkus (Asih & Effendy, 2003).
8

2. Penyebab Asma
Asma biasanya terjadi akibat trakea dan brongkus yang hiperresponsif
terhadap iritan. Alergi terhadap iritan dapat mempengaruhi tingkat keparahan
asma. Berikut merupakan iritan berdasarkan sumbernya (Astuti & Rahmat,
2010):

a. Faktor entriksi, latihan berlebihan atau alegi terhadap binatang berbulu,


debu, jamur, polusi, asap rokok, infeksi virus, asap, parfum, jenis makanan
tertentu (terutama zat yang ditambahkan kedalam makanan) dan perubahan
cepat suhu ruangan,
b. Faktor intrinsik, sakit, stres, atau fatigue yang juga mantriger dan temperatur
yang ekstrim.

Etiologi asma dapat dibagi atas (Wijaya & Putri, 2014):

a. Asma ekstrinsik/alergi, asma yang disebabkan oleh elergen yang diketahui


masanya sudah terdapat semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein,
serbuk sari, bulu halus.
b. Asma intrinsik/idopatik, asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang
jelas, tetapi adanya faktor-faktor yang non spesifik seperti : flu, latihan fisik
atau emosi yang sering memicu asma. Asma ini sering muncul/timbul
sesudah usia 40 tahun setelah menderita infeksi sinus/cabang
traceobrhoncial.
c. Asma campuran, asma yang terjadi/timbul karena adanya komponen
ekstrinsik dan instrinsik.

3. Tanda & Gejala Asma

Adapun Tanda dan gejalanya, antara lain (Betz & Sowden, 2009) :

a. Dispnea dengan ekspirasi memanjang.


9

b. Mngekspirasi, berkembang menjadi bunyi mengikspirasi dan ekspirasi,


berkembang menjadi bunyi napas yang tidak dapat di dengar,

c. Pernapasan granting pada bayi,


d. Nasal flaring (cuping hidung),
e. Batuk,
f. Memakai otot pernapasan tambahan,
g. Ansietas, iritabilitas, sampai penurunan tingkat kesadaran,
h. Sianosis,
i. Penurunan PaCO2 pada awalnya, akibat hiperventilasi ; kemudian
peningkatan PaCo2 saat obstruksi menghebat.

Tanda dan gejala lainnya, antara lain (Astuti & Rahmat, 2010) :

a. Tanda klasik asma yaitu dyspnea, wheezing, dan batuk,


b. Peningkatan frekuensi napas,
c. Rasa tidak nyaman atau iritasi dan berkurangnya istrahat,
d. Keluhan sakit kepala, rasa lelah atau perasaan sesak dada,
e. Batuk nonproduktif yang disebabkan edema brongkial,
f. Gejala umum asma ; batuk
g. Hiperrensonan saat perkusi

4. Patofisiologi Asma
Asma adalah obstruksi jalan napas disfus reversibel. Obstruksi
disebabkan oleh suatu atau lebih dari kontraksi otot-otot yang mengelilingi
brongkhi, yang menyempitkan jalan naps, atau pembengkakan mebran yang
melapisi bronkhi , atau pengisian brongkhi denngan mukus yang kental. Selain
itu, otot-otot bromhkian, dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental,
banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara tertangkap di
dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini belum diketahui,
tetapi ada yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan
sistem otonom (Wijaya & Putri, 2014).
10

Dalam kerentanan anak, inflamasi menyebabkan episode kekambuhan


wheezing, sesak, dan batuk, terutama sekali pada malam dan atau pagi hari
sekali. Pada peristiwa ini biasnya dihubungkan dengan batasan aliran udara yang
bervariasi atau obstruksi jalan napas. Keadaan ini juga dapat kembali pulih
dengan tiba-tiba atau dengan pengobatan (Astuti & Rahmat, 2010)

5. Komplikasi Asma

Adapun komplikasi nya, antara lain (Wijaya & Putri, 2014) :

a. Pneumothorak
b. Pneumomediastinum dan emfisema sub kutis
c. Aletektasis
d. Aspirasi
e. Kegagalan jantung/gangguan irama jantung
f. Sumbatan saluran napas meluas/gagal napas
g. Asidosis

Menurut (Betz & Sowden, 2009) komplikasi asma, antara lain :

a. Status asmatikus
b. Brongkitis kronis, brongkiolitis, pneumonia
c. Emfisema kronis
d. Korpulmonal dengan gagal jantung kanan
e. Atelektasis
f. Pneumotorak
g. Kematian

6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis ditunjukan pada pencegahan eksaserbasi asma
dengan menghindari pemicu asma dan dengan menurunkan obstruksi jalan
napas, inflamsi, dan reaktifitas dengan obat (Betz & Sowden, 2009).
11
12

a. Pengendalian Jangka Panjang

1) Kortikosteroid-antiinflamasi; oral, inhalasi, dan bentuk intra nasal,


2) Natrium kromolin dan nedokromil-antiinflamasi bentuk inhalasi ; yang
digunakan untuk menurunkan asma yang di induksi latihan,
3) Agonis β2 kerja lambat-brongkodilator ; bentuk inhalasi ; yang digunakan
untuk mengurangi asma yang di induksi latihan dan gejala nokturnal,
4) Metilsantin-brongkodilator, dalam semua bentuk dosis,
5) Modifikasi leukotrien-meningkatkan fungsi paru dan menurunkan agonis
β2 aksi pendek ; bentuk oral.

b. Pemulihan Yang Cepat

1) β2 agonis kerja cepat-brongkodilator ; bentuk inhalasi,


2) Antikolinergik-meningkatkan tonus otot polos ; bentuk inhalasi,
3) Kortikosteroid-antiinflamasi ; bentuk intravena

7. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjangnya, antara lain (Wijaya & Putri, 2014) :

a. Sinar X (Ro. Thorax) : Terlihat adanya hiperinflasi paru-paru diafragma


mendatar,
b. Tes fungsi Paru :
1) Menentukan penyebab dispnea,
2) Volume residu meningkat,
3) FEV1/FVC : rasio volume ekspirasi dan kapasitas vital
c. GDA :
1) PaO2 menurun, PaCO2 normal/me/turun
2) PH normal/meningkat
13

d. Sputum (Lab) : menentukan adanya infeksi biasanya pada asma tanpa di


sertai infeksi

C. Perilaku Merokok terhadap Kekambuhan Asma

1. Pengertian Perilaku Merokok


Menurut Heri Purwanto (1999) Perilaku adalah aktivitas yang timbul
karena adanya stimulus dan respons, serta dapat diamati secara langsung.
Karakteristik perilaku seseorang ada yang terbuka dan tertutup. Perilaku terbuka
adalah perilaku seseorang yang dapat diketahui oleh orang lain tanpa
menggunakan alat bantu. Sedangkan perilaku tertutup adalah perilaku seseorang
yang hanya dapat dimengerti dengan menggunakan alat atau metode tertentu
misalnya berfikir, sedih, berkhayal bermimpi, dan takut(Widiansyah, 2014).

2. Kandungan Rokok yang Bersifat Merusak


Kandungan rokok yang bersifat merusak tubuh amat banyak. Beberapa
senyawa yang terkandung dalam rokok di bawah ini adalah contohnya:
a. Karbon monoksida
Salah satu kandungan rokok yang merupakan gas beracun adalah karbon
monoksida. Senyawa yang satu ini merupakan gas yang tidak memiliki rasa
dan bau. Jika terhirup terlalu banyak, sel-sel darah merah akan lebih banyak
berikatan dengan karbon monoksida dibanding dengan oksigen. Akibatnya
fungsi otot dan jantung akan menurun. Hal ini akan menyebabkan kelelahan,
lemas, dan pusing.
b. Nikotin
Kandungan rokok yang paling sering disinggung-singgung adalah nikotin.
Nikotin memiliki efek candu seperti opium dan morfin. Nikotin yang dihisap
perokok akan terserap masuk ke aliran darah, kemudian merangsang tubuh
untuk memproduksi lebih banyak hormon adrenalin, sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan darah, denyut jantung, dan pernapasan.
14

c. Tar
Kandungan rokok lainnya yang bersifat karsinogenik adalah tar. Tar yang
terhirup oleh perokok akan mengendap di paru-paru. Timbunan tar ini
berisiko tinggi menyebabkan penyakit pada paru-paru, seperti kanker paru-
paru dan emfisema. Karena tar masuk secara langsung ke mulut, zat
berbahaya ini juga dapat mengakibatkan masalah gusi dan kanker mulut.
d. Hidrogen sianida
Senyawa racun lainnya yang menjadi bahan penyusun rokok adalah hidrogen
sianida. Beberapa negara pernah memakai senyawa ini untuk menghukum
mati narapidana. Saat ini, hidrogen sianida juga digunakan dalam industri
tekstil, plastik, kertas, dan sering dipakai sebagai bahan pembuat asap
pembasmi hama. Efek dari senyawa ini dapat melemahkan paru-paru,
menyebabkan kelelahan, sakit kepala, dan mual.
e. Benzena
Benzena merupakan residu dari pembakaran rokok. Paparan benzena jangka
panjang (setahun atau lebih), dapat menurunkan jumlah sel darah merah dan
merusak sumsum tulang, sehingga meningkatkan risiko terjadinya anemia
dan perdarahan. Selain itu, benzena juga merusak sel darah putih sehingga
menurunkan daya tahan tubuh, serta meningkatkan risiko leukimia.
f. Formaldehida
Formaldehida merupakan residu dari pembakaran rokok. Dalam jangka
pendek, formaldehida mengakibatkan iritasi pada mata, hidung, dan
tenggorokan. Dalam jangka panjang, formaldehida dapat meningkatkan
risiko kanker nasofaring.
g. Arsenik
Arsenik merupakan golongan pertama karsinogen. Paparan terhadap arsenik
tingkat tinggi dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker kulit, kanker
paru-paru, kanker saluran kemih, kanker ginjal, dan kanker hati. Arsenik
terdapat dalam rokok melalui pestisida yang digunakan dalam pertanian
tembakau.
h. Kadmium
15

Sekitar 40-60 persen dari kadmium yang terdapat dalam asap rokok, terserap
masuk ke paru-paru saat merokok. Kadar kadmium yang tinggi dalam tubuh
dapat menimbulkan gangguan sensorik, muntah, diare, kejang, kram otot,
gagal ginjal, dan meningkatkan risiko kanker.
i. Amonia
Amonia merupakan gas beracun, tidak berwarna, namun berbau tajam. Pada
industri rokok, amonia digunakan untuk meningkatkan dampak candu
nikotin. Dalam jangka pendek, menghirup dan terpapar amonia dapat
mengakibatkan napas pendek, sesak napas, iritasi mata, dan sakit
tenggorokan. Sedangkan dampak jangka panjangnya yaitu pneumonia dan
kanker tenggoroka

3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok terhadap Kekambuhan Asma


Global Initiative for Asthma (GINA) membuat pedoman
penatalaksanaan asma yang bertujuan untuk mencapai asma yang terkontrol.
Namun pada kenyataannya pedoman itu tidak diimplementasikan secara efektif
dalam praktik sehari-hari sehingga masih banyak terdapat keadaan asma yang
tidak terkontrol. Data di Poliklinik Alergi Ilmu Penyakit Dalam RSCM
menyebutkan, 64% pasien tidak terkontrol, 28% terkontrol baik, dan 8%
terkontrol total.
Berbagai faktor berperan dalam menyebabkan keadaan asma yang tidak
terkontrol, di antaranya adalah (Atmoko, Hana, Evans, Masbimoro, & Faisal,
2011):

a. Usia
Menurut Indonesian Nursing (2008), Usia adalah waktu hidup atau ada
(sejak dilahirkan). Usia meningkatkan atau menurunkan kerentanan terhadap
penyakit. Usia juga erat dengan kaitanya dengan prognose penyakit dan
harapan hidup mereka diatas 55 tahun kecendrungan untuk terjadi berbagai
komplikasi yang memperberat fungsi organ tubuh sangat besar bila
dibandingkan dengan yang berusia dibawah 40 tahun. Kekambuhan asma
disebabkan beberapa faktor diantaranya usia.
16

b. Jenis Kelamin
Menurut Thomas (2010), jenis kelamin terutama mempunyai pengaruh
tetapi lebih cenderung ke pria yang memiliki aktifitas dan kebiasaan yang
berbeda dengan perempuan. Kebiasaan yang dimaksud adalah aktifitas
utama yang dillakukan untuk kebutuhan hidupnya

c. Tingkat Pendidikan
Menurut Yunadi (2011), pendidikan formal seorang akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang dalam menangkap informasi, dimana
pengetahuan itu sendiri merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap sesuatu obyek tertentu

D. Kerangka Konsep/Kerangka Teori

Variabel Independen Variabel Dependen


Perilaku Merokok Kekambuhan Asma

Keterangan :

Variabel Yang diteliti


BAB 3
METODE PENELITIAN

A. Desain / Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah suatu pola atau petunjuk secara umum yang dapat
diaplikasikan pada beberapa penelitian (Nursalam, 2017). Dimana jenis penelitian
ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan case control.
Rancangan penelitian ini ada yang menyebutnya sebagai studi retrospektif,
meskipun istilah ini kurang tepat. Penelitian ini berusaha melihat ke belakang, yaitu
data digali dari dampak (efeknya) atau akibat yang terjadi. Kemudian dari dampak
tersebut ditelusuri variable-variabel penyebabnya atau variable yang mempengaruhi.

B. Kerangka Kerja

Populasi

Sampling

Sample

Variabel Independen Variabel Dependen


Perilaku merokok Kekambuhan Asma

Pengumpulan data

Analisa data

Kesimpulan dan saran

16
17

C. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi
Adalah setiap subyek (dapat berupa manusia, binatang percobaan, data
laboratorium, dll) yang memenuhi karakteristik yang ditentukan (Parker &
Smith, 2010). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah penderita asma
di Palibelo Bima Nusa Tenggara Barat.

2. Sampel dan sampling


Sampel adalah sebagain populasi yang dijadikan responden (Muhtar,
2013). Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara random sampling.
Pengambilan sampel acak sederhana disebut juga Simple Random
Sampling. teknik penarikan sampel menggunakan cara ini memberikan
kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk menjadi sampel
penelitian. Cara pengambilannya menggunakan nomor undian. Jumlah sample
dalam penelitian ini bejumlah 30 sample.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2007). dalam peneltian ini yang menjadi variable independen adalah perilaku
merokok dan variable dependen adalah kekambuhan asma.
18

2. Definisi Operasional

Definisi
No Variabel Parameter Skala Hasil Ukur
Operasional
Perilaku merokok :
1 Variabel Perilaku merokok Ordinal - Sering
- Frekuensi merokok &
Independen : adalah aktivitas (Frekue
Jumlah rokok
subjek yang nsi
Perilaku
berhubungan meroko
merokok
dengan perilaku k >5
merokoknya, yang kali/hari
diukur melalui &
intensitas merokok, jumlah
tempat merokok, rokok
waktu merokok, dan >10
fungsi merokok batang)
dalam kehidupan - Jarang
sehari-hari, yang (Frekue
diungkap melalui nsi
skala perilaku meroko
merokok k <5
kali/hari
&
jumlah
rokok
<10
batang)

2 Variabel Kekambuhan Asma Kekambuhan asma : Ordinal - Sering


Dependen adalah timbul nya - Terdapat mengi/bunyi (seranga
siulan
kembali penyakit n mengi
Kekambuha
di - Freukensi mengi
paru yang >4 kali
n Asma
dalamnya terdapat - Terdapat sesak,batuk selama
pada malam hari
obstruksi jalan satu
- Serangan mengi
19

Definisi
No Variabel Parameter Skala Hasil Ukur
Operasional

napas, inflamasi bulan)


jalan napas, dan - Jarang
jalan napas yang (seranga
hiper-responsif n mengi
<4 kali
selama
satu
bulan)

E. Instrumen Penelitian

Menurut Sukmadinata (2010) pengertian instrument penelitian menurutnya


adalah sebuah tes yang memiiki karekatristik mengukur informan dengan sejumlah
pertanyaan dan pernyataan dalam penelitian, yang bisa dilakukan dengan membuat
garis besar tujuan penelitian dilakukan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah lembar observasi dan kuisioner

F. Analisis data

Analisa data menggunakan analisis univariat dan bivariat

1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis data secara serentak dimana data yang
diamati hanya memiliki satu variabel dependen (variabel tidak bebas) pada
setiap objek yang diamati. Analisis Univariat ini dilakukan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap variabel.

2. Analisis Bivariat
20

Sedangkan analisis bivariat adalah adalah analisis yang dilakukan untuk


menganalisis hubungan dua variabel yg dapat bersifat :

(a) simetris tak saling mempengaruhi


(b) saling mempengaruhi
(c) variabel satu mempengaruhi variabel lain

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan perilaku merokok terhadap


kekambuhan asma.

G. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada


Kepala Puskesmas Palibelo, dengan membawa surat permohonan dari institusi
pendidikan Politeknik Kesehatan Mataram Program Studi D-III Keperawatan Bima,
untuk mendapatkan persetujuan.Interview dimulai pada responden yang akan diteliti
dengan menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Lembar persetujuan menjadi responden


Pada lembar persetujuan responden diberikan dengan tujuan agar
mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang terjadi selama dan
sesudah pengumpulan data. Jika subjek menolak untuk diteliti maka peneliti
tidak memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Anominity (Tanpa Nama)


Untuk menjaga kerahasiaan subjek, peneliti tidak akan mencantumkan
nama responden pada format pengumpulan data (observasi) yang diisi oleh
peneliti berdasarkan apa yang dilakukan responden, tetapi lembar tersebut hanya
diberi kode tertentu.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijamin oleh peneliti.
21
DAFTAR PUSTAKA

Asih, N. G. Y., & Effendy, C. (2003). Keperawatan Medikal Bedah Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan (M. Ester, ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Astuti, H. W., & Rahmat, A. S. (2010). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Atmoko, W., Hana, K. P., Evans, T. B., Masbimoro, W. A., & Faisal, Y. (2011).
Prevalens Asma Tidak Terkontrol dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Tingkat Kontrol Asma di Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan. J Respir
Indo, 31(2), 53–60.

Betz, C. L., & Sowden, L. S. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri (5th ed.; E. K.
Yudha, ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Chotidjah, S. (2012). Pengetahuan Tentang Rokok,Pusat Kendali Kesehatan Eksternal


Dan Perilaku Merokok. Makara Human Behavior Studies in Asia, 16(1), 49.
https://doi.org/10.7454/mssh.v16i1.1493

Kesehatan, K. K. B. P. dan P. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia, 1–100. https://doi.org/1 Desember 2013

Komasari, D. (2000). Faktor Faktor Penyebab Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi,
1(1), 37–47.

Laisina, A. H., Takumansang-Sondakh, D., & Wantania, J. M. (2007). Faktor Risiko


Kejadian Asma pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Wenang Kota Manado.
Sari Pediatri, 8(4), 299–304.

Muhtar. (2013). Pemberdayaan Keluarga dalam Peningkatan Self Efficacy dan Self
Care Actifity Keluarga dan Penderita TB Paru. Jurnal Ners, 8(2), 226–239.

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis (4th

21
22

ed.). Jakarta: Penrbit Salemba Medika.

Parker, M. E., & Smith, M. C. (2010). Nursing Theories & Nursing Practice (Third).
Philadelphia: F.A. Davis Company.

Pratiwi, R. A. (2009). Hubungan Antara Konsep Diri dan Konformitas Dengan Prilaku
Merokok PAda Remaja. Jurnal Psikologi, 1–17.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2015). Infodatin-you can control
your Asthma (pp. 1–6). pp. 1–6.

Putu Wulan Purnama Sari, N. (2013). Asma: Hubungan Antara Faktor Risiko, Perilaku
Pencegahan, Dan Tingkat Pengendalian Penyakit. Jurnal Ners LENTERA,
1(September), 30–41.

Resti, I. B. (2014). TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK


MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMAS. Jurnal IImiah Psikologi
Terapan, 2(1), 1–20. https://doi.org/10.1016/j.bbapap.2013.06.007

Sihombing, M., Alwi, Q., & Nainggolan, O. (2010). Faktor Faktor Yang Berhubungan
Dengan Penyakit Asma Pada Usia ≥ 10 Tahun Di Indonesia (Analisis Data
Riskesdas 2007). Jurnal Respirologi Indonesia, Vol. 30, pp. 85–91. Retrieved from
http://jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/2012/04/85-91-APRIL-VOL_30-
NO_2-2010.pdf

Widiansyah, M. (2014). FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU REMAJA


PASER UTARA Latar Belakang. Sosiologi Konsentrasi, 2(4), 1–12.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2014). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai