Oleh
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLIKTEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAM BIMA
2020
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program pendidikan Diploma III
(D-III)Kesehatan Program Studi Keperawatan Bima Tahun 2020
Bima, 2020
Oleh:
Ardyanash Fajar Ramadhan
NIM:P00620217 005
Pembimbing I Pembimbing II
Mengesahkan
Ketua Program Studi Keperawatan Bima
Abdul Haris,SST.M.Pd
NIP: 196612081987031002
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Di Pertahankan Di Depan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Politeknik Kesehatan Mataram Program Studi D.III Keperawatan Bima
Dan Di Terima Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III (D.III)
Kesehatan Jurusan Program Studi Keperawatan Bima
Tahun Akademik 2020/2021
Tim Penguji
Mengesahkan ,
Ketua program studi D.III keperawatan bima
Politeknik kesehatan kemenkes mataram
iii
KATA PENGANGTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat allah SWT atas limpahan rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan
Perilaku Merokok dengan Kekambuhan Asma di Puskesmas Palibelo”. Karya Tulis
Ilmiah ini dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak yang
tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dengan setulus-tulusnya kepada :
Bima, 2020
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................iii
KATA PENGANGTAR...................................................................................................iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian........................................................................................................2
D. Manfaat Penelitian......................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORI..............................................................................................4
A. Konsep Perilaku Merokok..........................................................................................4
B. Konsep Asma.............................................................................................................7
C. Perilaku Merokok terhadap Kekambuhan Asma......................................................12
D. Kerangka Konsep/Kerangka Teori...........................................................................15
BAB 3 METODE PENELITIAN....................................................................................16
A. Desain / Rancangan Penelitian.................................................................................16
B. Kerangka Kerja.........................................................................................................16
C. Populasi, Sampel dan Sampling...............................................................................17
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..........................................................17
E. Instrumen Penelitian.................................................................................................19
F. Analisis data.............................................................................................................19
G. Etika Penelitian.........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
v
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini kesehatan menjadi hal yang sangat mahal dirasakan masyarakat
terutama menengah kebawah, hal ini dikarenakan semakin mahal biaya yang harus
dikeluarkan seseorang untuk berobat. Pengidap asma adalah salah satunya yang
mengalami ketergantungan terhadap obat-obatan dan alat bantu pernafasan yang
termasuk mahal biayanya (Resti, 2014).
Menurut Global Initiative for Asthma, GINA, Penyakit asma berasal dari kata
“Ashtma” yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti “sukar bernapas”. Penyakit
asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan yang melibatkan
banyak sel dan elemnnya. Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran
pernapasan menjadi hiperesponsif, sehingga memudahkan terjadinya brongkitis,
edema, dan hipersekresi kelenjar, yang menghasilkan pembatasan aliran udara di
saluran pernapasan dengan manifestasi klinis yang bersifat periodik berupa sesak
napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam hari atau dini hari/subuh.
Gejala ini berhubungan dengan luasnya inflamasi, yang derajatnya bervariasi dan
bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan (Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Faktor risiko asma yang sering menginduksi asma adalah perubahan suhu terkait
kondisi geografis, alergen, aktivitas fisik, asap rokok, ekspresi emosi yang
berlebihan, dan polusi udara.Penderita asma tidak melakukan tindakan pencegahan
paparan faktor risiko asma spesifik yang direkomendasikan. Tingkat pengendalian
penyakit asma yang dominan adalah uncontrolled asthma. Perburukan tingkat
pengendalian penyakit asma disebabkan oleh kemunculan gejala harian yang sering.
Penderita asma yang sering terpapar faktor risiko asma spesifik akan menyebabkan
tingkat pengendalian penyakitnya turun atau menjadi buruk. Perilaku pencegahan
paparan faktor risiko asma tidak memiliki hubungan dengan tingkat kontrol
penyakit asma (Putu Wulan Purnama Sari, 2013).
1
2
Pada tahun 2018 prevalensi asma pada penduduk Indonesia semua umur yaitu
sekitar 2,4 %. Sebanyak 5,1 % pravelensi asma pada penduduk usia > 75 tahun
menempati posisi pertama dari semua usia, dan proporsi kekambuhan asma 1 tahun
terakhir pada semua umur di NTB sekitar 57% (Kesehatan, 2018).
Data dari Riskesdas tahun 2018 prevalensi konsumsi tembakau (hisap dan
kunyah) pada penduduk usia > 15 tahun khususnya laki-laki sebesar 62.9 %
Data dari Puskesmas Palibelo tahun 2018 pasien asma masuk menjadi
kunjungan 10 penyakit terbanyak dengan rekapan rawat inap dan rawat jalan
sejumlah 151 orang.
Penyakit asma tidak dapat disembuhkan akan tetapi penderita dapat sembuh
dalam arti asmanya terkontrol. Bila tidak, akan mengganggu kualitas hidup
penderita yang menyebabkan kehilangan waktu sekolah dan kehilangan jam kerja.
Disamping itu penderita harus mampu meminimalkan faktor-faktor pemicu penyakit
tersebut seperti keadaan lingkungan dimana kita berada dan perilaku(Sihombing,
Alwi, & Nainggolan, 2010).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya khasanah ilmu
keperawatan dalam hal menambah informasi hubungan perilaku merekok
dengan kekambuhan asma, serta dapat dijadikan data dasar bagi penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat praktis
4
5
b. Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok
maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan
demikian sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut,
pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temany aatau sebaliknya.
c. Faktor Kepribadian
Remaja mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahuatau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit da kebosanan. Satu sifat kepribadian yang
bersifat pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas
social.
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour,
membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang
ada dalam iklan tersebut.
a. Tidak bisa berhenti merokok. Walaupun Anda telah mencoba beberapa kali
untuk berhenti merokok.
b. Anda mengalami “sakaw” saat berhenti merokok. Semua percobaan berhenti
merokok yang telah Anda lakukan menimbulkan tanda dan gejala sakaw,
baik fisik maupun perubahan mood, seperti ngidam yang amat parah, cemas
dan gugup, mudah tersinggung atau marah, gelisah, sulit konsentrasi, merasa
6
B. Konsep Asma
1. Pengertian Asma
Menurut Hudak & Gallo (1997), asma merupakan penyakit pada jalan
napas yang tidak dapat pulih yang terjadi karena spasme brongkus yang
disebabkan oleh berbagai penyebab. Menurut Smeltzer, Suzanne C (2002), asma
adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
brongki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Wijaya &
Putri, 2014).
Asma adalah penyakit paru yang di dalamnya terdapat obstruksi jalan
napas, inflamasi jalan napas, inflamasi jalan napas, dan jalan napas yang hiper-
responsif atau spasme otot polos brongkial (Betz & Sowden, 2009).
Asma merupakan penyakit obstruksi jalan napas, yang reversible dan
kronis, dengan karakteristik adanya mengi, asma disebabkan oleh spasme
saluran brongkial, atau pembengkakan mukosa setelah terpajan sebagai
stimulus(Astuti & Rahmat, 2010).
Asma adalah penyakit inflamsi obstruktif yangb ditandai oleh periode
episodik spasme otot-otot polos dinding saluran udara brongkial/spasme
brongkus (Asih & Effendy, 2003).
8
2. Penyebab Asma
Asma biasanya terjadi akibat trakea dan brongkus yang hiperresponsif
terhadap iritan. Alergi terhadap iritan dapat mempengaruhi tingkat keparahan
asma. Berikut merupakan iritan berdasarkan sumbernya (Astuti & Rahmat,
2010):
Adapun Tanda dan gejalanya, antara lain (Betz & Sowden, 2009) :
Tanda dan gejala lainnya, antara lain (Astuti & Rahmat, 2010) :
4. Patofisiologi Asma
Asma adalah obstruksi jalan napas disfus reversibel. Obstruksi
disebabkan oleh suatu atau lebih dari kontraksi otot-otot yang mengelilingi
brongkhi, yang menyempitkan jalan naps, atau pembengkakan mebran yang
melapisi bronkhi , atau pengisian brongkhi denngan mukus yang kental. Selain
itu, otot-otot bromhkian, dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental,
banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara tertangkap di
dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini belum diketahui,
tetapi ada yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan
sistem otonom (Wijaya & Putri, 2014).
10
5. Komplikasi Asma
a. Pneumothorak
b. Pneumomediastinum dan emfisema sub kutis
c. Aletektasis
d. Aspirasi
e. Kegagalan jantung/gangguan irama jantung
f. Sumbatan saluran napas meluas/gagal napas
g. Asidosis
a. Status asmatikus
b. Brongkitis kronis, brongkiolitis, pneumonia
c. Emfisema kronis
d. Korpulmonal dengan gagal jantung kanan
e. Atelektasis
f. Pneumotorak
g. Kematian
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis ditunjukan pada pencegahan eksaserbasi asma
dengan menghindari pemicu asma dan dengan menurunkan obstruksi jalan
napas, inflamsi, dan reaktifitas dengan obat (Betz & Sowden, 2009).
11
12
7. Pemeriksaan Penunjang
c. Tar
Kandungan rokok lainnya yang bersifat karsinogenik adalah tar. Tar yang
terhirup oleh perokok akan mengendap di paru-paru. Timbunan tar ini
berisiko tinggi menyebabkan penyakit pada paru-paru, seperti kanker paru-
paru dan emfisema. Karena tar masuk secara langsung ke mulut, zat
berbahaya ini juga dapat mengakibatkan masalah gusi dan kanker mulut.
d. Hidrogen sianida
Senyawa racun lainnya yang menjadi bahan penyusun rokok adalah hidrogen
sianida. Beberapa negara pernah memakai senyawa ini untuk menghukum
mati narapidana. Saat ini, hidrogen sianida juga digunakan dalam industri
tekstil, plastik, kertas, dan sering dipakai sebagai bahan pembuat asap
pembasmi hama. Efek dari senyawa ini dapat melemahkan paru-paru,
menyebabkan kelelahan, sakit kepala, dan mual.
e. Benzena
Benzena merupakan residu dari pembakaran rokok. Paparan benzena jangka
panjang (setahun atau lebih), dapat menurunkan jumlah sel darah merah dan
merusak sumsum tulang, sehingga meningkatkan risiko terjadinya anemia
dan perdarahan. Selain itu, benzena juga merusak sel darah putih sehingga
menurunkan daya tahan tubuh, serta meningkatkan risiko leukimia.
f. Formaldehida
Formaldehida merupakan residu dari pembakaran rokok. Dalam jangka
pendek, formaldehida mengakibatkan iritasi pada mata, hidung, dan
tenggorokan. Dalam jangka panjang, formaldehida dapat meningkatkan
risiko kanker nasofaring.
g. Arsenik
Arsenik merupakan golongan pertama karsinogen. Paparan terhadap arsenik
tingkat tinggi dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker kulit, kanker
paru-paru, kanker saluran kemih, kanker ginjal, dan kanker hati. Arsenik
terdapat dalam rokok melalui pestisida yang digunakan dalam pertanian
tembakau.
h. Kadmium
15
Sekitar 40-60 persen dari kadmium yang terdapat dalam asap rokok, terserap
masuk ke paru-paru saat merokok. Kadar kadmium yang tinggi dalam tubuh
dapat menimbulkan gangguan sensorik, muntah, diare, kejang, kram otot,
gagal ginjal, dan meningkatkan risiko kanker.
i. Amonia
Amonia merupakan gas beracun, tidak berwarna, namun berbau tajam. Pada
industri rokok, amonia digunakan untuk meningkatkan dampak candu
nikotin. Dalam jangka pendek, menghirup dan terpapar amonia dapat
mengakibatkan napas pendek, sesak napas, iritasi mata, dan sakit
tenggorokan. Sedangkan dampak jangka panjangnya yaitu pneumonia dan
kanker tenggoroka
a. Usia
Menurut Indonesian Nursing (2008), Usia adalah waktu hidup atau ada
(sejak dilahirkan). Usia meningkatkan atau menurunkan kerentanan terhadap
penyakit. Usia juga erat dengan kaitanya dengan prognose penyakit dan
harapan hidup mereka diatas 55 tahun kecendrungan untuk terjadi berbagai
komplikasi yang memperberat fungsi organ tubuh sangat besar bila
dibandingkan dengan yang berusia dibawah 40 tahun. Kekambuhan asma
disebabkan beberapa faktor diantaranya usia.
16
b. Jenis Kelamin
Menurut Thomas (2010), jenis kelamin terutama mempunyai pengaruh
tetapi lebih cenderung ke pria yang memiliki aktifitas dan kebiasaan yang
berbeda dengan perempuan. Kebiasaan yang dimaksud adalah aktifitas
utama yang dillakukan untuk kebutuhan hidupnya
c. Tingkat Pendidikan
Menurut Yunadi (2011), pendidikan formal seorang akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang dalam menangkap informasi, dimana
pengetahuan itu sendiri merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap sesuatu obyek tertentu
Keterangan :
Rancangan penelitian adalah suatu pola atau petunjuk secara umum yang dapat
diaplikasikan pada beberapa penelitian (Nursalam, 2017). Dimana jenis penelitian
ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan case control.
Rancangan penelitian ini ada yang menyebutnya sebagai studi retrospektif,
meskipun istilah ini kurang tepat. Penelitian ini berusaha melihat ke belakang, yaitu
data digali dari dampak (efeknya) atau akibat yang terjadi. Kemudian dari dampak
tersebut ditelusuri variable-variabel penyebabnya atau variable yang mempengaruhi.
B. Kerangka Kerja
Populasi
Sampling
Sample
Pengumpulan data
Analisa data
16
17
1. Populasi
Adalah setiap subyek (dapat berupa manusia, binatang percobaan, data
laboratorium, dll) yang memenuhi karakteristik yang ditentukan (Parker &
Smith, 2010). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah penderita asma
di Palibelo Bima Nusa Tenggara Barat.
1. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2007). dalam peneltian ini yang menjadi variable independen adalah perilaku
merokok dan variable dependen adalah kekambuhan asma.
18
2. Definisi Operasional
Definisi
No Variabel Parameter Skala Hasil Ukur
Operasional
Perilaku merokok :
1 Variabel Perilaku merokok Ordinal - Sering
- Frekuensi merokok &
Independen : adalah aktivitas (Frekue
Jumlah rokok
subjek yang nsi
Perilaku
berhubungan meroko
merokok
dengan perilaku k >5
merokoknya, yang kali/hari
diukur melalui &
intensitas merokok, jumlah
tempat merokok, rokok
waktu merokok, dan >10
fungsi merokok batang)
dalam kehidupan - Jarang
sehari-hari, yang (Frekue
diungkap melalui nsi
skala perilaku meroko
merokok k <5
kali/hari
&
jumlah
rokok
<10
batang)
Definisi
No Variabel Parameter Skala Hasil Ukur
Operasional
E. Instrumen Penelitian
F. Analisis data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis data secara serentak dimana data yang
diamati hanya memiliki satu variabel dependen (variabel tidak bebas) pada
setiap objek yang diamati. Analisis Univariat ini dilakukan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap variabel.
2. Analisis Bivariat
20
G. Etika Penelitian
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijamin oleh peneliti.
21
DAFTAR PUSTAKA
Asih, N. G. Y., & Effendy, C. (2003). Keperawatan Medikal Bedah Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan (M. Ester, ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Astuti, H. W., & Rahmat, A. S. (2010). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Atmoko, W., Hana, K. P., Evans, T. B., Masbimoro, W. A., & Faisal, Y. (2011).
Prevalens Asma Tidak Terkontrol dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Tingkat Kontrol Asma di Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan. J Respir
Indo, 31(2), 53–60.
Betz, C. L., & Sowden, L. S. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri (5th ed.; E. K.
Yudha, ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Komasari, D. (2000). Faktor Faktor Penyebab Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi,
1(1), 37–47.
Muhtar. (2013). Pemberdayaan Keluarga dalam Peningkatan Self Efficacy dan Self
Care Actifity Keluarga dan Penderita TB Paru. Jurnal Ners, 8(2), 226–239.
21
22
Parker, M. E., & Smith, M. C. (2010). Nursing Theories & Nursing Practice (Third).
Philadelphia: F.A. Davis Company.
Pratiwi, R. A. (2009). Hubungan Antara Konsep Diri dan Konformitas Dengan Prilaku
Merokok PAda Remaja. Jurnal Psikologi, 1–17.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2015). Infodatin-you can control
your Asthma (pp. 1–6). pp. 1–6.
Putu Wulan Purnama Sari, N. (2013). Asma: Hubungan Antara Faktor Risiko, Perilaku
Pencegahan, Dan Tingkat Pengendalian Penyakit. Jurnal Ners LENTERA,
1(September), 30–41.
Sihombing, M., Alwi, Q., & Nainggolan, O. (2010). Faktor Faktor Yang Berhubungan
Dengan Penyakit Asma Pada Usia ≥ 10 Tahun Di Indonesia (Analisis Data
Riskesdas 2007). Jurnal Respirologi Indonesia, Vol. 30, pp. 85–91. Retrieved from
http://jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/2012/04/85-91-APRIL-VOL_30-
NO_2-2010.pdf