PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
VARADINA YULIAN
NIM : 171220621
2018
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Pariamantahun 2018
NIM : 171220621
Proposal ini telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim Penguji Prodi D4
Kemenkes padang
Komisi Pembimbing :
Pembimbing I Pembimbing II
Ketua Jurusan
Yang Maha Esa, dengan berkat serta Rahmat dan Karunia-Nya, penulisan
pendidikan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
Zainir, SKM, M.Kes dan Bapak Aidil Onasis, SKM, M.Kes selaku Pembimbing
2. Ibu Hj. Awalia Gusti, S.Pd, M.Si selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan.
i
4. Bapak H. Magzaiben Zainir, SKM, M.Kes dan Bapak Aidil Onasis,
Kemenkes Padang.
6. Kedua orang tua dan keluarga tercinta atas dorongan moril dan
Skripsi ini.
dan kemampuan yang ada, sehingga penulis merasa masih belum sempurna, untuk
itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang membangun guna
Penulis
ii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 8
BAB II TIJNJAUAN PUSTAKA
A. Definisi kecacingan .................................................................................... 10
B. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Kecacingan.......................................... 17
C. Kerentanan ................................................................................................. 23
D. Kerangka Teori........................................................................................... 28
E. Kerangka konsep ........................................................................................ 29
F. Definisi Operasional................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian ........................................................................................ 33
B. Waktu dan Lokasi penelitian...................................................................... 33
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 33
D. Cara Pengumpulan Data ............................................................................. 33
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 34
F. Pengolahan Data......................................................................................... 34
G. Analisis Data .............................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA
LEMBARAN OBSERVASI
LEMBARAN KONSULTASI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penting di berbagai dunia yang tersebar luas di berbagai daerah tropis dan
miliar penduduk terinfeksi cacing gelang, 700-900 juta terinfeksi cacing tambang,
dan 500 juta terinfeksi cacing kremi atau 24% dari populasi dunia terinfeksi
Ada tiga jenis cacing yang ditularkan oleh tanah yaitu cacing gelang (Ascaris
Indonesia merupakan daerah tropis yang menjadi salah satu faktor risiko
cacingan akan berdampak pada gangguan kemampuan untuk belajar dan pada
orang dewasa akan menurunnya produktifitas kerja. Dalam jangka panjang, hal ini
1
2
secara bersih dan sehat, tidak mencuci tangan sebelum makan, dan tidak memakai
alas kaki bila keluar rumah. Perilaku penduduk berhubungan dengan lingkungan
berikut perilakunya, dapat diukur dalam konsep perilaku pejamu. Perilaku pejamu
perilaku tidak menggunakan alas kaki waktu bermain dan keluar rumah, bila
dalam lingkungan tersebut ada bibit penyakit (parasit cacing), kemungkinan akan
terinfeksi penyakit kecacingan. Perilaku hidup tidak sehat seperti ini dapat disebut
terutama di pedesaan, daerah kumuh, dan daerah yang padat penduduknya. Semua
umur dapat terinfeksi kecacingan dan prevalensi tertinggi terdapat pada anak-
kebersihan diri dan lingkungan. Prevalensi kecacingan ini sangat bervariasi dari
satu daerah ke daerah lain, tergantung dari beberapa faktor antara lain : lokasi
(desa atau kota, kumuh, dll), kelompok umur, kebiasaan penduduk setempat
(tempat buang air besar, cuci tangan sebelum makan, tidak beralas kaki, dll), dan
sejak lama dengan pengobatan dan lain-lain,prevalensi penyakit ini tetap tinggi.6
3
kurang mendapat perhatian, sebab masih sering dianggap sebagai penyakit yang
menyebabkan gangguan pada kesehatan mulai yang ringan sampai berat yang
ditunjukkan diantaranya berkurang nafsu makan, rasa tidak enak di perut, gatal-
(penyebab sakit) dan host (manusia) semata, melainkan pula faktor lingkungan
Indonesia sedikit sekali menyentuh lingkungan tersebut sebagai salah satu faktor
penting yang berperan dalam menimbulkan penyakit pada manusia. Bahkan masih
sedikit penelitian jangka panjang tentang penyakit lingkungan. Karena itu, sering
lingkungan tersebut.8
Kebiasaan anak usia sekolah seperti makan tanpa cuci tangan, bermain-
main di tanah sekitar rumah merupakan kebiasaan anak usia sekolah yang dapat
tangan yang kotor, kuku panjang dan kotor menyebabkan telur cacing terselip.
buruk. Penyakit cacing dapat menular diantara murid sekolah dasar yang sering
berpegangan sewaktu bermain dengan murid lain yang kukunya tercemar telur
cacing.9
4
lumbricoides dapat ditularkan melalui makan atau minuman yang tercemar oleh
telur cacing yang terdapat di tanah yang tercemar tinja penderita. Pencemaran
tanah oleh tinja penderita hanya akan terjadi bila penderita buang air besar di
tanah dan tidak di jamban karena itu pengawasan jamban yang baik mutlak
diperlukan untuk memberantas penyakit cacing usus, dengan catatan jamban itu
cuci tangan sebelum makan pakai air dan sabun adalah 61,9%, sebagian besar
responden BAB di jamban (65%), responden yang cuci tangan setelah BAB
tidak di warung sekolah (71,8%), kuku bersih (66,9%). (2) perilaku cuci tangan
sebelum makan memakai air dan sabun terbukti berhubungan signifikan dengan
kecacingan adalah perilaku buang air besar dan perilaku jajan di sekolah.10
Barat dengan sampel yang diambil anak SD, pada tahun 2009 kecacingan di Kota
Ketaping, jumlah penduduk sebesar 1550 terdiri dari laki-laki 966, perempuan
penyakit kecacingan tertinggi dengan jumlah 109 kasus berupa data penyakit lama
37 kasus dan data penyakit baru 72 kasus di Tahun 2015. Kondisi lingkungan di
daerah tersebut kurang baik, daerahnya terletak dekat tepi pantai, tanah tempat
bermain anak-anak yang gembur yang menjadi tempat perindukan cacing, dan
belum adanya kebiasaan mencuci tangan setelah bermain serta status ekonomi
infeksi kecacingan.
survey awal yang penulis lakukan di 2 sekolah tersebut, SDN 27Batang Anai
sarana air PDAM dan tersedianya wastafel di masing-masing kelas sehingga ada
kegiatan CTPS (cuci tangan pakai sabun) dengan jumlah siswa 135 orang.
Sedangkan SDN 23 Batang Anai kondisi sanitasi lingkungannya buruk dan tidak
jamban, tidak memiliki wastafel sehingga tidak ada kegiatan CTPS (cuci tangan
pakai sabun) sehingga personal hygienenya masih kurang dan masih ditemukan
kebiasaan anak-anak bermain di tanah dengan jumlah siswa 181. Dalam fasilitas
2007 minimum jamban harus memiliki 3 jamban dengan jumlah siswa 70 dan
harus memiliki wastafel di setiap ruangan.10 Hal tersebut menjadi faktor personal
6
masih ditemukan kuku tangan dan kuku kaki yang panjang dan hitam karena dari
hasil pengamatan penulis terhadap siswa kelas I masih banyak ditemukan bermain
di tanah seperti bermain bola yang tidak menggunakan alas kaki dan tidak
2018.
B. Rumusan Masalah
ini adalah analisis kerentanan penyakit kecacingan pada siswa Sekolah Dasar
2018.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2018.
7
2. Tujuan Khusus
2018.
PariamanTahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
1. Mahasiswa
2. Institusi
Lingkungan
b. Pelayanan Kesehatan
3. Masyarakat
pada siswa Sekolah Dasar (SD) di wilayah kerja Puskesmas Ketaping Kabupaten
confirmatory research).
bulan Agustus - Desember 2018 terhadap siswa sekolah dasar di wilayah kerja
puskesmas Ketaping.
BAB II
TIJNJAUAN PUSTAKA
A. Definisi kecacingan
berupa cacing. Dimana dapat terjadi infeksi ringan maupun infeksi berat. Infeksi
kecacingan adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing kelas nematode usus
sedang berkembang khususnya pada daerah yang tropis adalah penyakit infeksi
Penyakit infeksi cacingan atau bisa pula disebut dengan penyakit cacingan
penyakit cacing ditularkan melalui tangan yang kotor. Kuku jemari tangan yang
kotor dan panjang sering terselipi telur cacing karena kebiasaan anak bermain
ditanah. 11
yaitu:
10
11
1. Nemathelminthes (cacinggilik)
2. Plathyhelminthes (cacingpipih)
Cestoda.11
1. Ascarislumbricoides
2. Trichuristrichiura
a. Ascarislumbricoides
spekulumberukuran 2 mm.
tanah yang lembab dalam waktu ±3minggu dan dapat hidup lama
hidup ini berlangsung kurang lebih 2-3 bulan. Cacing dewasa ini
akan tahan hidup di dalam rongga usus halus hospes selama 9-12
bulan. 11
b. Trichuristrichiura
jantan)
kolon bagian proximal. Pada infeksi yang berat, cacing dapat pula
dihasilkan cacing ini akan keluar dari tubuh bersama tinja. Di luar
15
tubuh, di tempat yang lembab dan hangat, telur ini akan mengalami
c. Hookworm
cacing tambang. Bentuk telurnya oval, dinding tipis dan rata, warna
dari panjangbadan.
terutama jejenum, tetapi pada infeksi yang berat, cacing ini dapat
menelan larvafilariform. 11
1. Orang
umur sebesar 40%-60%, sedangkan pada usia Sekolah Dasar (7-15 tahun)
sebesar 60%-80%.12
Kabupaten Tanah Karo dari 120 sampel ditemukan 84 orang yang positif
Sejak tahun 2002 angka kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar
terlihat mengalami fluktuasi yaitu dari 33,3%, menurun menjadi 33,0% pada
tahun 2003, tahun 2004 meningkat menjadi 46,8% ,kemudian menurun lagi
tahun 2005 yaitu 28,4%, dan pada tahun 2006 meningkat kembali menjadi
32,6%. 12
2. Tempat
dengan sasaran dan lokasi yang sama pada tahun 2002 menunjukkan
3. Waktu
Hookworm. 12
4. FaktorLingkungan
a. Sumber air
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum,
Supaya air tetap sehat dan terhindar dari kuman maka air yang
1. Sumber air : air hujan, air permukaan (sungai, danau, mata air,
b. Jamban
pada faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara seperti air,
penyakit. Jadi bila pengolahan tinja tidak baik, jelas penyakit akan
c. Personal Higiene
menentukan kesehatan pada masa dewasa. Anak yang sehat akan menjadi
ketahanan bangsa.
ayah, ibu, saudara, anggota keluarga anak itu serta anak itu sendiri. Anak
Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva ialah tanah gembur (pasir,
Untuk menghindari infeksi, antara lain ialah memakai sandal atau sepatu
jarijari tangan mereka dimasukkan ke dalam mulut, atau makan nasi tanpa
terdapat cacing. Cacing yang paling sering ditemui ialah cacing gelang,
cacing tambang, cacing benang, cacing pita, dan cacing kremi (E.Oswari,
1991).
makanan dan minuman yang baik dan bersih, memakai alas kaki,
dengan baik seperti memotong kuku dan mencuci tangan sebelum makan.
mentah atau setengah matang, ikan, kerang, daging dan sayuran. Bila
dalam makanan tersebut terdapat kista atau larva cacing, maka siklus
(Entjang, 2003). 12
22
sendiri meliputi:
7. Pemeriksaankesehatan.
larva infectious (larva matang) atau menelan telur cacing yang lengket
C. Kerentanan
bahaya Kerentanan merujuk pada potensi sebuah sistem untuk dirusak oleh
dapat berupa bahaya seperti kekeringan, konflik atau fluktuasi harga ekstrim,
dan juga sosial-ekonomi dasar, kelembagaan dan kondisi fisik alam. Kekejaman
dampak tidak hanya bergantung pada keterpaparan, tapi juga pada sensitivitas
unit spesifik yang terpapar (seperti ekosistem, sumber air, pulau, rumah tangga,
desa, kota, atau negara) dan pada kemampuan untuk beradaptasi atau
atau berinteraksi dengan unsur penyebab primer maupun sekunder atau dengan
sumber dan sifat unsur penyebab, keadaan pejamu yang mengalami keterpaparan
Adapun faktor yang berhubungan erat dengan unsur penyebab antara lain:
penyebab serta sifat intimasi (erat tidaknya) kontak antara pejamu dengan
penyebab.
lain sifal karakteristik pejamu secara perorangan individu serta sifat karakteristik
perorangan dalam masyarakat, akan sekaligus memenuhi kedua sifat tersebut tadi,
Faktor lainnya yang erat hubungannya dengan derajat keterpaparan antara lain:
1. sifat keterpaparan, yakni apakah prosesnya hanya terjadi satu kali saja,
sebaliknya, dan
keterpaparan.
variabel yakni sistem manusia dan sistem alam. Pada sensitivitas manusia,
lahan yang sensitif juga bukan merupakan penggunaan lahan yang dominan. 14
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa, terdapat empat dari lima kategori
tingkat kapasitas adaptif yakni kategori sangat tinggi, kategori sedang, kategori
Indeks Dimensi yang dikembangkan oleh UNDP pada tahun 2005 (Yoo dkk,
Keterangan:
DI : Indeks Dimensi
kapasitas adaptif telah dicari nilai indeksnya, maka dicari tingkat keterpaparan
dengan cara mencari interval kelas. Setelah itu dilakukan pencarian Nilai
Nilai Indeks Kapasitas Adaptif (NIKA) dengan cara mencari rata-rata dari
1. Sangat rendah
2. Rendah
3. Sedang
4. Tinggi
5. Sangat tinggi
Lingkungan (IKL). Dalam Yoo dkk (2014) rumus IKL tersebut adalah
sebagai berikut.
Keterangan:
lingkungan ini dibagi menjadi 5 tingkat yakni tingkat 1 hingga 5. Pembagian ini
sistem alam maupun manusia ketika ada ancaman maupun tekanan sangat
rendah.
sistem alam maupun manusia ketika ada ancaman maupun tekanan rendah.
sistem alam maupun manusia ketika ada ancaman maupun tekanan sangat
tinggi.
D. Kerangka Teori
E. Kerangka konsep
Keterpaparan/Eksposure
Kerentanan Penyakit
Kecacingan
Sensitivitas/Sensitivity
Kapasitas Adaptif/
Adaptive Capasity
30
F. Definisi Operasional
kecacingan.
3 = tanah
CTPS dipergunakan
3 = tidak ada
dipergunakan
3 = tidak
baik
elemen penyakit
kecacingan.
baik
konsekuensi dari
penyakit
kecacingan,
32
mengurangi
potensi kerusakan,
atau mengambil
keuntungan dari
kondisi tersebut.
dalam tidak
mengupayakan kecacingan
meningkatkan 3 = tidak
dilaksanakan 3 = 1 - 33 %
dalam
mengupayakan
tingkat penyakit
kecacingan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
research).
Siswa di Sekolah Dasar (SD) di wilayah kerja Puskesmas Ketaping Tahun 2018.
Unit analisis penelitian ini adalah seluruh siswa sekolah dasar di wilayah
kerja Puskesmas Ketaping, dengan jumlah sekolah dasar yaitu 11 sekolah. Sampel
1. Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari hasil observasi terhadap siswa dan
2. Data Sekunder
33
34
oleh sekolah.
F. Pengolahan Data
program komputer.
G. Analisis Data
sensitivitas dan kapasitas adaptif. Dari hasil penjelasan tingkat kerentanan pada
kecacingan pada siswa sekolah dasar terhadap personal higiene dan sanitasi
sekolah.
berikut :
Dimana:
K = indeks kerentanan
higiene siswa. Penentuan skala interval untuk kelas kerentanan dihitung dengan
persamaan berikut:
Dimana :
𝑅
I=𝑛
Dimana :
I= skala interval
V = f (Exposure+Sensitivity-Adaptive Capacity
DAFTAR PUSTAKA
Sartika, S., Wahongan, G. J. P., Tuda, J. S. B., Skripsi, K., Kedokteran, F., Sam,
U., … Ratulangi, S. (2016). Survei kecacingan pada anak dengan riwayat
alergi di sekolah dasar yang terdapat di Kecamatan Sario Kota Manado.
Jurnal E-Biomedik (EBm), 4(2), 2–5.
Umar, Z. (2008). Perilaku cuci tangan sebelum makan dan kecacingan pada murid
SD di kabupaten pesisir selatan Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 2(6), 249–254. Retrieved from
jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/244%5Cn
Fitria, L., Wahjudi, P., & Wati, D. M. (2014). Pemetaan Tingkat Kerentanan Peny
Menular, 2(3), 460–467.
Umar, Z. (2008). Perilaku cuci tangan sebelum makan dan kecacingan pada murid
SD di kabupaten pesisir selatan Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 2(6), 249–254. Retrieved from
jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/244%5Cn