Anda di halaman 1dari 4

Policy Brief

Evaluasi Pengelolaan Sampah di Indonesia

LATAR BELAKANG pengelolaan sampah serta peningkatan


partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
Undang-undang (UU) No. 18 Tahun sampah di komunitasnya.
2008 tentang Pengelolaan Sampah (UUPS) Sampah menjadi masalah besar yang
ditetapkan pada 7 Mei 2008. Undang-undang ini dihadapi manusia saat ini. Kota-kota di dunia
menjadi dasar hukum bagi semua pihak untuk menghasilkan sampah hingga 1,3 miliar
mendukung dan menyukseskan pelaksanaan ton/tahun. Salah satunya juga sampah plastik
pengelolaan sampah di Indonesia. Dalam UU yang menjadi permsalahan yang belum
tersebut disebutkan bahwa ”sampah merupakan terpecahkan solusinya sampai saat ini terutama
permasalahan nasional yang pengelolaannya perlu kota-kota besar yang jumlah populasi
dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari penduduknya yang sangat padat. Sampah yang
hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara tidak di daur ulang menimbulkan problematika
ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi apalagi jika dibuang dilautan. Fakta tersebut
lingkungan, serta dapat mengubah perilaku menempatkan Indonesia sebagai peringkat
masyarakat”. UU tersebut juga menekankan kedua, indonesia menjadi penyumbang sampah
bahwa untuk mewujudkan pengelolaan sampah plastik terbanyak setalah China dengan sampah
yang komprehensif, ”diperlukan kejelasan yang dibuat kelaut setiap harinya.
tanggung jawab dan kewenangan Pemerintah,
pemerintah daerah, serta peran masyarakat dan
dunia usaha”. Dengan kata lain, dasar hukum TEMUAN PERMASALAH
pengelolaan sampah di Indonesia mengarah
pada adanya pengelolaan sampah yang terpadu Berdasarkan laporan Kementerian
dari hulu ke hilir, meliputi partisipasi tiga pilar Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
yaitu pemerintah, masyarakat, dan pihak menyampaikan Indonesia menghasilkan sampah
swasta. dengan jumlah sampah per tahunnya yang
Pengelolaan sampah yang baik mesti mencapai 67 juta ton atau setara dengan
ditopang oleh sedikitnya 5 aspek utama, yakni 175.000 ton per hari jika diasumsikan sampah
aspek hukum, kelembagaan, pembiayaan, yang dihasilkan setiap orang per hari sebeesar
teknologi, dan sosial-budaya. Dengan cara 0,7 kg. Menurut Direktur Jenderal PSLB3
inilah, 3 tujuan utama pengelolaan sampah yaitu KLHK menerangkan rata-rata timbulan sampah
kesejahteraan masyarakat, kualitas lingkungan, harian di kota metropolitan (jumlah penduduk
dan menjadikan sampah sebagai sumber daya lebih dari 1 juta jiwa) dan kota besar (jumlah
bisa diraih. Permasalahan sampah mencakup penduduk 00 ribu-1 juta jiwa) yakni terdiri
banyak aspek dan oleh karena itu, perlu 1.300 ton dan 480 ton. Sedangkan jenis sampah
dilakukan pengelolaan sampah yang yang paling dominan dihasilkan adalah organik
komprehensif dan terintegrasi dengan sebesar 50%, plastik sebesar 25% dan kertas
mengedepankan inovasi-inovasi baru yang lebih sebesar 10% sedangkan sisanya adalah logam,
memadai, ditinjau dari segala aspek pula agar karet, kain, kaca dan lainnya. Sementara sapah
dapat memberikan manfaat serta dapat yang bersala dari sumbernya yang paling
mengubah perilaku masyarakat (Puspitawati & dominan berasal dari rumah tangga (48%),
Rahdriawan, 2012). Perubahan perilaku pasar tradisional (24%) dan kawasan komersial
masyarakat dapat diartikan dengan adanya (9%) sisanya dari fasilitas publik, sekolah,
peningkatan kesadaran tentang pentingnya kantor, jalan dan sebagainya.
Berdasarkan laporan Menteri Lingkungan 9 juta ton dan diperkirakan sekitar 3,2 juta ton
Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan adalah sedotan plastik.
jenis sampah yang dihasilkan didominasi oleh Sampah yang masuk ke laut tidak hanya
sampah organik yang mencapai sekitar 60 berasal dari daratan, namu juga berasal dari
persen dan sampah plastik yang mencapai 15 pelayaran di laut, pulau-pulau kecil, hingga
persen. The World Bank tahun 2018, 87 kota terbawa arus. Berdasarkan sumber OCEAN
di pesisir Indonesia memberikan kontribusi CONSERVANCY tahun 2019 jenis sampah di
sampah ke laut diperkirakan sekitar 1,27 juta lautan diantaranya :
ton dengan komposisi sampah plastik mencapai

Botol Minuman Kaleng Kemasan Plastik


Kaca, 105929 Minuman, Lain , 77014
127764
Botol Minum
Plastik, 205687 Puntung
Rokok,
Tutup Botol 1030640
Plastik, 276483
Tas Belanja
Plastik, 85079

Sedotan dan
Tutup Botol Pengasuk Plastik, Bungkus
Logam, 99740 125973 Makanan,
314649
Di Indonesia, berdasarkan data Badan Nasional baik (UN-Habitat 2010). Perkiraan diare di fasilitas
Penanggulangan Bencana (BNPB), terdapat 1.805 kesehatan dari tahun 2015-2017 terus mengalami
kejadian banjir pada tahun 2016-2017, jumlah ini eningkatan (Tabel 5.18). Angka kematian (CFR) saat
terus meningkat bila dibandingkan dengan tahun- kejadian luar biasa (KLB) diare diharapkan kurang
tahun sebelumnya. Selain jumlah kejadian terlihat dari 1 persen namun dari tahun 2008 sampai dengan
dampak dari banjir yang sampai menyebabkan tahun 2016 terlihat bahwa CFR saat KLB masih
korban meninggal dan hilang mencapai 433 korban. cukup tinggi (lebih besar dari 1 persen), kecuali pada
Daerah dengan pelayanan penanganan sampah yang tahun 2011, CFR pada saat KLB sebesar 0,40 persen,
buruk, mengalami kejadian diare dua kali lebih tinggi sedangkan tahun 2016 meningkat menjadi 3,04
dan infeksi pernafasan akut enam kali lebih tinggi persen seperti dibawah ini :
daripada daerah dengan pengumpulan sampah yang
PERATURAN DALAM REKOMENDASI
PENGELOLAAN SAMPAH DI Berikut ini beberapa alternative
INDONESIA rekomendasi dalam permasalahan sampah:
1. Pada tahun 2030 setiap negara secara
Ada beberapa kebijakan yang Undang-undang substansial mengurangi timbulan sampah
No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan melalui pencegahan, pengurangan, daur ulang,
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jika menilik dan penggunaan kembali. Sesuai dengan target
kembali ke UUPS, sampah yang pengelolaannya Sustainable Development Goals (SDGs) untuk
diatur terdiri atas sampah rumah tangga (SRT), dapat menjamin pola produksi dan konsumsi
sampah sejenis sampah rumah tangga (SSSRT), yang berkelanjutan makad dapat dilakukan
dan sampah spesifik. Perhatian pemerintah suatu upaya agar Target SDGs 12.5 yang
terhadap sampah rumah tangga dan sejenisnya menyatakan negara secara substansial
semakin meningkat dengan dikeluarkannya mengurangi timbulan sampah melalui
Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 pencegahan, pengurangan, daur ulang, dan
tentangPengelolaan Sampah Rumah Tangga dan penggunaan kembali dapat dicapai. Tidak
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (PP hanya dunia di Indonesia pemerintah juga
PSRT & SSSRT). Akhirnya, Peraturan melakukan pengendalian terhdapa sampah
Pemerintah ini ditindaklanjuti dengan dapat kita lakukan langkah pemerintah yang
dikeluarkannya Perpres No. 97 Tahun 2017 tertuang dalam Pepres 97 Tahun 2017 yang
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional menargetkan pengurangan sampah rumah
(JAKSTRANAS) Pengelolaan Sampah Rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah tangga sebesar 30 persen dan penanganannya
Tangga. Selain itu kebijakan dan strategi sebesar 70 persen. serta alternatif lain yang
nasional pengembangan sistem pengelolaan sudah banyak diteliti adalah daur ulang
persampahan terdapat pada PERMENPU NO. sampah plastik dijadikan bahan bakar minyak
21 Tahun 2006. Sedangkan penanganan (Purwaningrum.P.2016)
sampah laut ada pada Peraturan Presiden No. 2. Program-program pengelolaan sampah
83 Tahun. 2018. Pedoman pengelolaan sampah berbasis masyarakat seperti TPS 3R dan bank
menjadi acuan dalam pelaksnaan pengelolaan sampah perlu tetap diapresiasi keberadaannya
sampah diantaranya ada pada PERMENDAGRI serta didukung keberlanjutannya. Perlu ada
NO. 33 Tahun 2010 tentang peedoman kejelasan konsep pengintegrasian apabila
pengelolaan sampah dan PERMENLH NO. 13 pemerintah menginginkan TPS 3R untuk bisa
Tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan bersinergi dengan program bank sampah
reduce, reuse dan recycle. karena sampai saat ini keduanya seakan
berjalan sendiri-sendiri. Khusus untuk bank
sampah diharapkan program tersebut dapat
mengurangi <10% timbunan sampah di
masyarakat, pemerintah perlu
mempertimbangakan pengadaan pendanaan kebijakan pengenaan biaya sebesar Rp 200
untuk program bank sampah, atau paling tidak per kantong plastic sudah banyak dilakukan
mengikat perusahaanperusahaan produsen maka secara bertahap bisa menaikkan harga
bakal sampah untuk memberikan dana CSR ke kantong plastik yang signifikan di pasar
program bank sampah modern untuk merubah perilaku masyarakat.
3. Pengembangan kantong bioplastic tentang Hasil penjualan kantong plastik dikelola Badan
pemanfaatan kantong plastik ramah lingkungan khusus (pemeritah, dunia usaha dan lembaga
dengan kerjasama antar lembaga litbang, swadaya masyarakat) untuk dialokasikan bagi
akademisi, pemerintah dan industri perlu kegiatan kelestarian lingkungan
dilakukan inisiasi pembentukan konsorsium, 5. Pengenaan cukai kemasan plastik. Pasal 2 UU
yang diinisiasi oleh pemerintah isinya berupa Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan
kewajiban serta penyusunan standardisasi atas UU Nomor 11 Tahun 1995 tentang
tentang plastik ramah lingkungan Cukai menetapkan karakteristik barang-
pengembangan kantong bioplastic di barang yang dapat dikenakan cukai, yaitu:
Indonesia, termasuk didalamnya menentukan barang yang konsumsinya perlu dikendalikan,
arah riset, strategi pengembangan dan faktor- peredarannya perlu diawasi, pemakaiannya
faktor yang perlu dipersiapkan untuk dapat menimbulkan dampak negatif bagi
pengembangan kantong bioplastik di Indonesia masyarakat atau lingkungan hidup, atau
4. Perlunya memonitoring implementasi aturan pemakaiannya perlu pembebanan pungutan
yang sudah ada, baik insentif dan disinsentif negara demi keadilan dan keseimbangan.
terkait penggunaan kantong plastik. Saat ini Pengenaan cukai atas produk plastik sekali
sedang gencar pengenaan biaya sebesar Rp pakai, termasuk diantaranya kantong plastik
200 per kantong plastik yang digunakan pada dimungkinkan dengan alasan untuk menjaga
toko besar. Namun demikian, dalam beberapa kelestarian lingkungan terkait pengendalian
kasus, seiring berjalanya waktu aturan ini penggunaan kantong plastik karena berpotensi
mulai tidak diimplementasikan dengan baik, menimbulkan dampak buruk berupa
sehingga perlu dilakukan pengawasan yang pencemaran lingkungan (Sahwan et al., 2005).
ketat dari stakeholder terkait. Apabila

Anda mungkin juga menyukai