Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENYAKIT JANTUNG KORONER

(Disusun guna memenuhi tugas Gizi Masyarakat Kelas A)

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Wahyu Anastanur Setyaningsih 182110101007

Alifia Sharfina 182110101014

Hilda Nur Abidah 182110101018

Novalia Nurlaily 182110101053

Qanidatul M 182110101082

Leily Dita Sari 182110101086

Frida Ni'matul Chusnah 182110101091

Nuzul Annisa Rahmawati 182110101107

Zilvi Fuadiyah Nur 182110101124

Chintya Kurnianti Utami 182110101155

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................1
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................3
1.1. Latar Belakang........................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................................5
2.1 Pengertian Penyakit Jantung coroner (PJK)..................................................................5
2.2 Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner (PJK)............................................................5
2.3 Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner....................................................................11
2.3.1 Kebiasaan Merokok......................................................................................11
2.3.2 Hipertensi......................................................................................................12
2.3.3 Diabetes Melitus...........................................................................................12
2.3.4 Obesitas.........................................................................................................13
2.3.5 Stess atau kecemasan....................................................................................13
2.4 Hubungan Gizi dan Penyakit jantung Koroner............................................................13
2.4.1 Lemak...........................................................................................................13
2.4.2 Karbohidrat...................................................................................................14
2.4.3 Natrium.........................................................................................................15
2.4.4 Serat..............................................................................................................15
2.5 Pencegahan dan Penanggulangan PJK........................................................................16
BAB III.................................................................................................................................22
PENUTUP............................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................22
3.2 Saran...........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................23

1
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia.................................8


Gambar 2. Tabel Prevalensi Penyakit Jantung menurut Provinsi................................9
Gambar 3. Diagram Prevalensi Penyakit Jantung pada Penduduk Semua Umur......10
Gambar 4. Tabel Prevalensi Penyakit Jantung menurut Karakteristik.......................10
Gambar 5. Diagram Prevalensi Penyakit Jantung Menurut Karakteristik.................11
Gambar 6. Diagram Prevalensi Penyakit Jantung Diagnosis Dokter, 2018...............11
Gambar 7. Kendalikan PJK dengan PATUH.............................................................17
Gambar 8. Diet pada Jantung Koroner Bagian 1........................................................18
Gambar 9. Diet pada Jantung Koroner bagian 2........................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat otot
jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner.
Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada atau dada
terasa tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-
buru pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh (Kemenkes, 2019). World
Health Organization (2019) menyatakan bahwa penyebab kematian nomor satu di
dunia adalah penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular adalah sekelompok
gangguan jantung dan pembuluh darah, salah satunya penyakit jantung koroner. Data
WHO tahun 2015 menunjukkan bahwa 70% kematian di dunia disebabkan oleh
Penyakit Tidak Menular (39,5 juta dari 56,4 kematian). Dari seluruh kematian akibat
Penyakit Tidak Menular (PTM) tersebut, 45% nya disebabkan oleh Penyakit jantung
dan pembuluh darah, yaitu 17,7 juta dari 39,5 juta kematian. Riskesdas 2018
menunjukkan prevalensi Penyakit Jantung di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter
di Indonesia sebesar 1,5%, dengan peringkat prevalensi tertinggi provinsi
Kalimantan Utara 2,2%, DIY 2%, Gorontalo 2%.

Penyebab penyakit jantung koroner dikategorikan dalam dua kategori, yaitu


faktor-faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat dirubah. Faktor yang
tidak dapat diubah diantaranya usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga yang
mengalami penyakit jantung dan pembuluh darah atau faktor genetik. Sedangkan
faktor-faktor yang beresiko yang bisa dihindari yakni dengan memperbaiki pola
hidup, seperti mengubah kebiasaan merokok, mengatur pola makan, dan rutin
berolahraga (Marleni, L., & Alhabib, 2017). Pola konsumsi pangan yang kurang baik
akan meningkatkan kadar lemak di dalam tubuh. Pola makan diketahui sangat
memiliki kaitan dengan kejadian penyakit jantung koroner. Seseorang yang sering
mongonsusmsi makanan yang tinggi lemak akan mengakibatkan endapan lemak dan
kolestrol serta mengakibatkan penyempitan atau penyumbatan di dinding nadi
koroner sehingga suplai darah ke jantung menjadi terganggu.

Upaya pemerintah dalam mengatasi penyakit jantung koroner dengan


menetapkan Posbindu di seluruh Indonesia. Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak

3
Menular (POSBINDU-PTM) merupakan kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor
resiko penyakit jantung koroner terintegrasi. Selain itu, Plt. Direktur Jenderal P2PL
menjelaskan, agar upaya pengendalian penyakit tidak menular termasuk penyakit
jantung berjalan maksimal.

Kondisi kejadian penyakit jantung koroner di Indonesia meningkat setiap


tahun. Semakin tinngi kasus penyakit jantung koroner, maka semakin tinggi
masyarakat yang mengalami hambatan suplai oksigen menuju jantung dan fungsi
jantung menjadi tidak optimal. Makalah ini akan memaparkan hubungan gizi dengan
kejadian penyakit jantung koroner, sehingga diharapkan penulis mampu
mendapatkan informasi yang dapat menjadi landasan upaya pencegahan dan
penanganan penyakit jantung koroner.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah “Bagaimana hubungan gizi dengan penyakit jantung koroner?”

1.3 Tujuan
Mengetahui dan menganalisis hubungan gizi dengan penyakit jantung
koroner serta upaya pencegahan dan penanganan penyakit jantung koroner.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Jantung coroner (PJK)


Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan gangguan fungsi jantung akibat
otot jantung yang kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah
koroner. Secara klinis, penyakit ini ditandai dengan adanya nyeri dada atau rasa tidak
nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat
ataupun berjalan terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh
(Kemenkes RI, 2019).

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu gangguan fungsi jantung


dimana otot jantung kekurangan suplai darah sebab adanya penyempitan pembuluh
darah koroner. Penyakit jantung koroner secara klinis ditandai dengan adanya nyeri
dada atau dada terasa tertekan pada saat berjalan buru-buru, berjalan datar atau
berjalan jauh, dan saat mendaki atau bekerja (Riskesdas, 2013).

Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang disebabkan oleh penyempitan


arteri koronaria akibat adanya proses aterosklerosis dan spasme atau kombinasi
keduanya (Aquarista, 2017).

Penyakit arteri koroner atau Coronary Artery Disease (CAD) adalah


penyempitan atau penyumbatan arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke
otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan
zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu
atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan
jantung dan kerusakan pada otot jantung (Glassman & Shapiro, 2014).

2.2 Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner (PJK)


Proses aterosklerosis memainkan peranan penting dalam penyakit jantung
coroner dengan ditandai dengan adanya penumpukan terus-menerus plak (timbunan
lemak) di dinding pembuluh darah arteri. Apabila pada permukaan arteri terbentuk
bekuan darah di bagian atas plak dan menimbulkan sumbatan pada arteri tersebut,
maka aliran darah yang kaya akan oksigen yang dibutuhkan oleh otot jantung akan
terhambat. Hal ini menyebabkan otot jantung mengalami iskemia dan kerusakan

5
berat bahkan kematian sel otot jantung (infark miokard) [ CITATION Kem09 \l 1033 ].
Penyakit jantung  koroner terdiri  dari  penyakit jantung  koroner stabil  tanpa gejala,
angina pektoris stabil, dan Sindrom Koroner Akut (SKA). Penyakit jantung koroner
stabil tanpa gejala  biasanya  diketahui   dari  skrining,  sedangkan angina  pektoris
stabil  didapatkan gejala nyeri dada bila melakukan aktivitas yang melebihi aktivitas
sehari-hari [CITATION Kem191 \l 1033 ].

Gejala serangan jantung meliputi [CITATION WHO17 \t \l 1033 ]:

a. Rasa sakit atau ketidaknyamanan di tengah dada


b. Nyeri atau ketidaknyamanan di lengan, bahu kiri, siku, rahang, atau punggung.
c. Mengalami kesulitan bernapas atau sesak napas; merasa mual atau muntah
merasa pusing atau pingsan; berkeringat dingin; dan menjadi pucat. Wanita
lebih cenderung mengalami sesak napas, mual, muntah, dan nyeri punggung
atau rahang.

Gejala tersering Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah nyeri dada. Nyeri
dada PJK memiliki 3 komponen nyeri yaitu [ CITATION Kem09 \l 1033 ]:

a. Visceral : bersifat tumpul dan sulit terlokalisasi


b. Somatik : lebih tajam dan memiliki distribusi dermatomal
c. Psikologis : bersifat subyektif, perasaan akan datangnya ajal, dan ketakutan
yang tidak spesifik.

Nyeri dada pada PJK sering disebut dengan angina yang dapat
diklasifikasikan menjadi :

a. Angina klasik yaitu timbul rasa tidak nyaman di daerah substernal, sifatnya
tumpul seperti di tekan, menjalar ke lengan kiri atau leher, dapat disertai
kesulitan bernapas, berdebar-debar, berkeringat, mual atau muntah.
b. Angina equivalent yaitu tidak ada rasa nyeri maupun tidak nyaman yang
khas tetapi pasien menunjukkan gejala gagal jantung mendadak (sesak
napas) atau aritmia ventricular (palpitasi, presinkop, sinkop)
Pada penyakit PJK, agent yaitu faktor gizi, faktor kimia, faktor fisik, dan
faktor biologis. Yang termasuk Host yaitu genetik, jenis kelamin, keadaan
imunologis, keadaan fisiologis tubuh, rasa tau, etnis, penyakit sebelumnya, dan
perilaku (afford) [ CITATION Aff19 \l 1033 ].

6
Berdasarkan jenis kelamin, Prevalensi PJK lebih tinggi pada perempuan
(1,6%) dibandingkan pada laki-laki (1,3%). Namun, menurut data dari Epidemilogy
of coronary heart desease and acute coronary syndrome bahwa orang yang berusia
40 tahun mempunyai risiko seumur hidup terkena penyakit jantung koroner 49%
pada pria dan 32% pada wanita [ CITATION San16 \l 1033 ].
Sebesar70% kematian di dunia disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular
(39,5 juta dari 56,4 kematian). Dari seluruh kematian akibat Penyakit Tidak Menular
(PTM) tersebut, 45% nya disebabkan oleh Penyakit jantung dan pembuluh darah,
yaitu 17.7 juta dari 39,5 juta kematian [ CITATION WHO15 \l 1033 ].

Gambar 1. Diagram Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia

Total kematian di Indonesia mencapai 1.863.000 jiwa. Sebanyak 73 persen di


antaranya disebabkan oleh penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular jantung
koroner menjadi penyebab kematian nomor 1 sebanyak 35 persen. Menyusul
setelahnya ada penyakit menular serta penyakit ibu dan anak (21%) dan penyakit tak
menular lainnya (15%) [CITATION WHO16 \t \l 1033 ]. Lebih dari tiga perempat
kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah terjadi di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah [CITATION WHO17 \t \l 1033 ].
Di Indonesia dilaporkan PJK merupakan penyebab utama dan pertama dari
seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka
kematian yang disebabkan oleh kanker (6%). Dengan kata lain, lebih kurang satu
diantara empat orang yang meninggal di Indonesia adalah akibat PJK [ CITATION
Ism19 \l 1033 ].

7
Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI
dalam rilis yang diterbitkan 10 November 2018 menyatakan, di Indonesia, hasil
Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan bahwa sebesar 1.55 atau 15 dari 15
penduduk Indonesia menderita penyakit jantung coroner [ CITATION Riz19 \l 1033 ]
Parameter kimia klinis yang diperiksa pada Riskesdas 2018 meliputi
pemeriksaan kadar kolesterol total, high-density lipoprotein (HDL), low-density
lipoprotein (LDL) direct, dan trigliserida. Penentuan cut off point abnormalitas
keempat parameter tersebut merujuk pada pedoman National Cholesterol Education
Program - Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III) 2001 [ CITATION Kem18 \l
1033 ].

Gambar 2. Tabel Prevalensi Penyakit Jantung menurut Provinsi

8
Gambar 3. Diagram Prevalensi Penyakit Jantung pada Penduduk Semua Umur

Rata-rata prevalensi penyakit jantung pada penduduk semua umur menurut


provinsi di Indonesia yaitu sebesar 1,5 %. Prevalensi penyakit jantung tertinggi
menurut provinsi di Indonesia berada di Kalimantan Utara yaitu sebesar 2,2% dan
yang paling rendah yaitu beradaa di NTT yaitu sebesar 0,7%.

Gambar 4. Tabel Prevalensi Penyakit Jantung menurut Karakteristik

9
Gambar 5. Diagram Prevalensi Penyakit Jantung Menurut Karakteristik

Prevalensi penyakit jantung tertinggi didominasi oleh manula berusia 75 tahun


ke atas yakni 4,7 persen. Angka prevalensi penyakit jantung di Indonesia sudah
dimulai sejak umur kurang dari 1 tahun dan tersebar di semua kelompok umur.
Semakin tinggi usia seseorang, maka risiko terkena penyakit jantung akan semakin
tinggi.
Jika dilihat dari tempat tinggal, penduduk perkotaan lebih banyak menderita
Penyakit Jantung dengan prevalensi 1,6% dibandingkan penduduk perdesaan yang
hanya 1,3%.

Gambar 6. Diagram Prevalensi Penyakit Jantung Diagnosis Dokter, 2018

10
Jika dilihat dari aspek pendidikan terakhir, penderita Penyakit Jantung
tertinggi yaitu seseorang deangan pendidikan terakhir D1/D2/D3/PT dengan
prevalensi 2,1%. Sedangkan, jika dilihat dari sisi pekerjaan, penderita Penyakit
Jantung tertinggi terdapat pada aparat pemerintah yaitu
PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD dengan prevalensi 2,7%.

2.3 Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner


2.3.1 Kebiasaan Merokok
Menurut CDC (2010) dalam (RSWS, 2019) seseorang yang merokok
akan mengalami dose effect, yaitu suatu keadaan di mana semakin muda umur
seseorang ketika pertama kali memiliki kebiasaan merokok maka semakin tinggi
pula risiko seseorang tersebut untuk terkena berbagai dampak rokok, salah
satunya adalah penyakit jantung koroner. Kematian akibat penyakit
kardiovaskular meningkat pada perokok yang mulai merokok pada umur lebih
muda. Hal tersebut diakibatkan oleh semakin muda seseorang merokok maka
semakin banyak dan lama perokok tersebut terpapar bahan kimia yang ada pada
rokok. Paparan kimia yang terlalu banyak pada tubuh dapat menyebabkan sel
mengalami iritasi bahkan peradangan yang apabila semakin lama terjadi dapat
meminimalkan sel tersebut untuk diperbaiki atau disembuhkan. 

Dose effect pada perokok dapat berkurang apabila perokok mengurangi


kebiasaan merokok atau bahkan berhenti merokok sama sekali. Risiko penyakit
jantung koroner pada perokok aktif yang telah berhenti merokok pada satu tahun
pertama sama dengan separuh risiko penyakit jantung koroner pada seseorang
yang masih merokok setiap hari. Apabila perokok aktif yang menderita penyakit
jantung koroner telah berhenti merokok selama kurang lebih lima belas sampai
dua puluh tahun, maka risikonya akan menurun menjadi sama dengan risiko
penderita penyakit jantung koroner yang tidak merokok sama sekali.

Merokok dapat mempercepat pembentukan aterom dengan mengganggu


fungsi endotel pembuluh darah, menginduksi inflamasi kronik, dan dislipidemia.
Kadar kolesterol total dan LDL pada perokok lebih tinggi dibandingkan dengan
yang tidak merokok. Selain itu, merokok juga dapat meningkatkan status
hiperkoagulasi dalam tubuh sehingga terjadi agregasi platelet, peningkatan level
fibrinogen, dan polisitemia. Peningkatan trombosis dapat menjadi faktor utama

11
terjadinya kejadian kardiovaskular akibat merokok. Tingginya kadar reactive
oxygen species (ROS) pada rokok juga meningkatkan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskular. Perokok aktif dapat meningkatkan risiko terjadinya kejadian
infark miokard. Tidak hanya merugikan bagi perokok aktif, perokok pasif juga
dapat mengalami peningkatan risiko jantung iskemik sebesar 30% apabila
terdapat anggota keluarga yang merokok dalam satu rumah.

Seseorang yang merokok >40 batang setiap hari mengalami 9x lipat lebih
tinggi untuk mengalami risiko infark miokard dibandingkan dengan yang tidak
merokok. Pada jumlah banyak, peningkatan risiko ini bersifat linear, tetapi pada
jumlah sedikit (1-5 batang sehari), terjadi peningkatan tajam risiko infark
miokard. Orang yang merokok hanya satu batang sehari memiliki peningkatan
risiko kardiovaskular hingga 1,5 kali lipat orang yang tidak merokok.

2.3.2 Hipertensi
Penelitian yang dilakukan oleh Aminis, 2018 menyatakan bahwa
penderita hipertensi lebih beresiko 2,667 kali menderita PJK dibanding
responden yang tidak menderita hipertensi. Hal tersebut dikarenakan tekanan
darah yang tinggi secara terus menerus menyebabkan kerusakan sistem
pembuluh darah arteri dengan perlahan-lahan. Arteri tersebut mengalami
pengerasan yang disebabkan oleh endapan lemak pada dinding, sehingga
menyempitka lumen yang terdapat di dalam pembuluh darah menyebabkan
terjadinya PJK. Peningkatan tekanan darah sistemik akibat hipertensi
meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari vertikel kiri, sehingga
beban kerja jantung bertambah (Marliani 2013) dalam (Amisi, 2018).

2.3.3 Diabetes Melitus


Pada penelitian yang dilakukan oleh Husni (2018) ditemukan bahwa
diabetes melitus berhubungan sebab akibat dengan kejadian PJK yang mana
pasien diabetes melitus berpengaruh 2,1 kali terhadap kejadian PJK
dibandingkan dengan pasien yang tidak diabetes melitus. Berdasarkan teori
Parkeni (2006) dalam (Husni, 2018), diagnosis diabetes mellitus dapat
ditegakkan salah satunya melalui pemeriksaan glukosa darah puasa yaitu ≥
125 mg/dl. Diabetes menyebabkan faktor risiko terhadap kejadian PJK. Pada
penderita diabetes melitus kadar gula darah (glukosa) darah menjadi tinggi dan

12
bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama akan merusak dinding
pembuluh darah. Kerusakan dinding pembuluh darah tersebut akan membuat
penumpukan lemak di dinding pembuluh darah, lama-kelamaan akan terjadi
aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Supriyono (2008) menunjukkan adanya
hubungan antara diabetes melitus dengan penyakit jantung koroner pada usia
dewasa madya (41-60 tahun).

2.3.4 Obesitas
Obesitas yang terjadi pada pasien penyakit jantung koroner di
akibatkan oleh beberapa faktor diantaranya genetik, psikologik, usia, jenis
kelamin dan aktifitas fisik. Obesitas dapat terjadi pada semua usia, lebih sering
pada usia dewasa dan lebih banyak pada perempuan. Obesitas dapat
meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner, seseorang yang memiliki
indeks massa tubuh ≥25 Kg/m2 akan meningkatkan risiko PJK terlebih jika
pasien tersebut memiliki faktor risiko lain yang dapat memperberat dan
lebih meningkatkan risiko PJK seperti merokok, dislipidemia, hiperurisemia,
dan diabetes mellitus. Keadaan obesitas bisa memicu timbulnya keadaan
stress oksidatif karena ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan di
dalam tubuh. Pada obesitas terjadi lipogenesis yang berlebihan dan
penghambatan lipolisis. Lemak pada tubuh terutama didaerah viseral
memiliki reseptor glukokortikoid dan androgen lebih banyak, metabolisme
yang lebih aktif, lebih sensitif terhadap lipolisis dan lebih resisten insulin
(Jamaludin, 2019).

2.3.5 Stess atau kecemasan


Cemas berhubungan dengan depresi pada pasien dengan PJK, hubungan
cemas dan depresi ini memiliki arah korelasi positif, artinya semakin cemas
pasien PJK semakin tinggi pula tingkatdepresinya. Cemas dan depresi
memberikan prognosis yang buruk terhadap perkembangan penyakit PJK, dan
memungkinkan terjadinya resiko rekurensi yang tinggi. Cemas pada pasien PJK
memungkinkan timbulnya masalah yang lebih berat terhadap jantung, terlepas
dari kategori tingkat kecemasannya. Cemas secara fisiologis dapat merangsang
hipotalamus untuk bekerja secara langsung dalam sistem saraf otonom. Stimulasi
oleh karena stress atau cemas dapat meningkatkan kerja dari sistem saraf

13
simpatis yang merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang berfungsi untuk
meningkatkan frekuensi denyut jantung serta meningkatkan resistensi vaskulardi
dalam tubuh, kondisi ini memiliki pengaruh dalam meningkatkan beban kerja
jantung sehingga kebutuhan oksigen jantung pun mengalami peningkatan
(Monahan, F. D., Sands, Neighbors, M., Marek, & Green, 2007) dalam (Nuraeni,
2017).

2.4 Hubungan Gizi dan Penyakit jantung Koroner


2.4.1 Lemak
Banyak faktor resiko yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner
(PJK) antara lain seperti genetik, tekanan darah, gaya hidup dan asupan
makanan. Asupan makanan yang disebabkan oleh perubahan pola makan yang
mengarah ke makanan siap saji yang tinggi kalori dan juga tinggi lemak tetapi
rendah kandungan serat yang dapat meningkatkan berbagai penyakit salah
satunya Penyakit Jantung Koroner (PJK). Asupan Lemak yang berlebihan dapat
membawa dampak buruk bagi kesehatan karena dapat meningkatkan kadar
lemak yang ada di dalam darah sehingga dapat menyebabkan penyakit jantung
koroner. [ CITATION Wiq19 \l 1033 ]

Penyakit Jantung Koroner disebabkan oleh lemak di dinding nadi yang


menyumbat pembuluh darah koroner. Akibatnya dari penyumbatan oleh lapisan
lemak ini terganggunya proses suplai darah ke jantung. Ketika darah tersumbat
akibat lapisan lemak maka inilah menyebabkan serangan jantung. Kadar lemak
yang berlebihan mengakibatkan terjadinya penimbunan lemak di sekitar
pembuluh darah jantung, sehingga terjadi penyumbatan dan sel darah merah
yang membawa oksigen untuk jantung menjadi berkurang. [ CITATION Nov201 \l
1033 ]

2.4.2 Karbohidrat
Sumber makanan utama yang dibutuhkan tubuh ialah karbohidrat.
Konsumsi karbohidrat dalam jumlah yang berlebih akan mengakibatkan
peningkatan glukosa pada darah, yang dapat mengakibatkan terjadinya diabetes
melitus. Seseorang dengan riwayat penyakit diabetes akan mengalami percepatan
degenerasi jaringan dan disfungsi dari endotel yang menyebabkan penebalan
pada kapiler dan pembuluh darah arteri koronaria yang dapat mengakibatkan

14
terjadinya penyempitan aliran darah ke jantung. Kadar glukosa yang mengalami
peningkatan mengakibatkan kekentalan darah meningkatkan, halini memiliki
kecenderungan terjadinya ateros klerosis atau penyempitan pada pembuluh darah
yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit jantung koroner (Ghani et al.,
2016). Peningkatan viskositas pada darah mengakibatkan jantung bekerja lebih
keras dari biasnya (Utami and Azam, 2019)

Asupan karbohidrat yang berlebihan atau kadar gula yang tinggi akan
meningkatkan kadar trigliserida dalam darah seseorang. Konversi trigliserida
berasal dari konversi kalori yang tidak dipakai dan disimpan. Konsumsi kalori
melebihi jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, memiliki risiko kadar trigliserida
tinggi(Indrayani et al., 2019). Kadar trigliserida yang tinggi akan meningkatkan
risiko terjadinya jantung koroner (Khasanah et al., 2017). Asupan karbohidrat
berkorelasi positif dengan kolesterol yang berarti bahwa peningkatan asupan
karbohidrat akan diikuti dengan peningkatan kadar kolesterol darah(Yanti and
Fitri, 2020).Peningkatan kadar trigliserida dalam darah (hipertrigliserida) dapat
mengakibatkan gangguan perubahan pada kadar lemak dalam darah atau biasa
disebut dislipidemia. Dislipidemia merupakan disfungsi metabolisme lipid yang
ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma
mempunyai peranan penting dalam proses terjadinya ateros klerosis yang
merupakan faktor awal terjadinya PJK (Hendrayani et al., 2020).

2.4.3 Natrium
Konsumsi natrium yang berlebih akan membahayakan kesehatan.
Natrium merupakan pemicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi yang
mempunyai risiko untuk jantung penyakit jantung koroner. Asupan natrium
mempunyai pengaruh terhadap tekanan darah. Peningkatan tekanan darah pada
penderita penyakit jantung koroner disebabkan karena asupan makanan tinggi
natrium. Mengkonsumsi natrium yang setara dengan 3 gram per kg berat badan
dapat menyebabkan kematian.

Pengaturan keseimbangan natrium yang tinggi dalam darah diatur oleh


ginjal. Jika mengkonsumsi natrium yang berlebih akan mengakibatkan hipertensi
yang dapat juga membahayakan juga pada penderita penyakit koroner.
Kandungan natrium yang tinggi dalam tubuh dapat mengganggu kerja ginjal.

15
Natrium harus dikeluarkan harus dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal, tetapi karena
natrium sifatnya mengikat banyak air akan semakin tinggi natrium membuat
volume darah meningkat. Volume darah semakin tinggi sedangkan pembuuh
darah tetap, maka alirannya menjadi deras, sehingga membuat tekanan darah
semakin meningkat. [ CITATION Ber17 \l 1033 ]. Peningkatan tekanan darah dapat
meningkatkan kebutuhan oksigen miokadium sebagai akibat dari peningkatan
kontraktillitas dari jantung untuk memompa darah sehingga dapat menimbulkan
iskemia pada miokardum yang menyebabkan penyakit jantung koroner.
[ CITATION NiK20 \l 1033 ].

2.4.4 Serat
Penyakit jantung koroner salah satunya di akibatkan oleh kadar kolesterol
dalam darah yang berpotensi mengakibatkan ateros klerosis. Seseorang yang
memiliki asupan rendah serat mengakibatkan kadar kolesterol LDL, HDL dan
trigliserida meningkat. Sehingga konsumsi serat yang tinggi dapat menurunkan
kadar kolesterol dalam darah seseorang. Pada saluran pencernaan, serat dapat
mengikat empedu dan menurunkan jumlah empedu yang ada dalam tubuh untuk
di reabsorbsi. Pembentukan empedu menggunakan kolesterol dalam darah. Serat
berfungsi untuk menyerap asam empedu, yang akan keluar melalui feses. Jumlah
asam empedu berkurang karena diikat oleh serat makanan sehingga diperlukan
pembentukan asam empedu baru dari kolesterol dalam darah. Dengan demikian
akan terjadi penurunan kolesterol dalam darah(Pertiwi et al., 2020).

Serat merupakan faktor protektif dalam mencegah terjadinya PJK yang


berperan dalam mencegah penggumpalan darah, kegemukan dan ateros klerosis.
Mengonsumsi makanan tinggi serat sangat dianjurkan pada penderita penyakit
jantung koroner untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah(Khasanah et
al., 2017). Menurut penelitian(Lestari et al (2020) menunjukkan bahwa diet serat
dengan cara mengkonsumsi makanan tinggi kacang polong, termasuk kacang
merah, mampu menurunkan kadar kolesterol di dalam darah hingga 10% pada
penderita hiperkolesterolemia.

2.5 Pencegahan dan Penanggulangan PJK


Menurut kemenkes 2018, untuk menanggulangi penyakit jantung koroner
dapat dilakukan dengan menerapakan lima poin (patuh) berikut:

16
Gambar 7. Kendalikan PJK dengan PATUH

a. Pariksa kesehatan atau skrining kesehatan secara berkala


b. Atasi penyakit dengan memilih pengobatan yang tepat dan teratur
c. Tetap jaga pola makan sesuai dengan pedoman gizi seimbang
d. Upayakan aktifitas fisik dengan aman secara rutin
e. Hindari mengonsumsi alkohol, asap rokok dan zat karsinogenik lainnya yang
mengncam kesehatan

Selain itu penyakit jantung koroner dapat dicegah dengan melakukan hal-hal
sebagai berikut :

(1) Diet jantung coroner

17
Gambar 8. Diet pada Jantung Koroner Bagian 1

Gambar 9. Diet pada Jantung Koroner bagian 2

a. Kurangi penggunaan garam ketika terjadi kenaikan pada tensi darah


b. batasi makanan yang berlemak
c. bagi penderita obesitas kurangi jumlah kalori dari pasokan makanan pokok
seperti nasi, biskuit, kentang, dan roti.

18
d. Hindari sayuran yang mengandung gas, lobak, kol dan nagka muda
e. Hindari mengonsumsi buah durian, nangka masak, dan alpukat
f. Sebaiknya memakan makanan yang mudah dicerna oleh tubuh
g. Tidak mengonsumsi kopi san alkohol
h. Tidak menggunakan cabe dan bumbu yang merangsang jantung koroner
saat memasak.
(2) Mengontrol faktor resiko
Menurut (Marniati dkk., 2019) terdapat faktor risiko yang dapat dimodifikasi
diantaraya hipertensi, dislipidemia, obesitas, diabetes melitus, merokok,
konsumsi minumam beralkohol, pola makan, aktivitas fisik yang kurang, dan
stress. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi diantaranya yaitu umur, jenis
kelmain, dan riwayat kelaurga.
a. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Marniati dkk., 2019)
menyatakan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko
penyakit jantung koroner dengan cara pengendalian merokok melalui
kawasan bebas asap rokok yang semakin luas, minum kopi dapat diganti
dnegan memperbanyak mengkonsumsi olahan buah yang dijaidkan
minuamn, dan pengendalian stress secara efektif seperti istirahat yang
cukup dan menghindari pemicu stress.
b. Menurut (Warganegara dan Nur, 2016) menyatakan faktor lingkungan
meliputi pembangunan, ekonomi, budaya, ketersediaan alkohol, serta
pelaksanaan dan pengakan kebijakan alkohol mempengaruhi pola
konsumsi alkohol.
c. Menurut (Warganegara dan Nur, 2016) mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan gula cenderung menyebabkan obesitas, konsumsi tinggi lemak
jenuh dan trans fatty acid terkait dengan penyakit jantung, dan jumlah
konsumsi garam menjadi faktor penentu tingkat tekanan darah dan risiko
kardiovaskular secara keseluruhan, diperkirakan mengurangi konsumsi
garam dari rata-rata 9-12 gram menjadi 5 gram memiliki dampak yang
besar pada tekanan darah dan penyakit kardiovaskuler
d. Menurut (Warganegara dan Nur, 2016) menyatakan bahwa aktivitas fisik
yang teratur dapat mengurangi risiko penyakit jantung iskemik, diabetes,
stroke, hipertensi, dan depresi. Aktivitas fisik dapat dilakukan setidaknya
150 menit per minggu.
19
Berikut adalah beberapa makanan yang menghambat dan mempercepat
kejadian penyakit jantung koroner :

(1) Makanan yang mempercepat


a. Makanan berlemak yang jenuh
Pasien jantung koroner memang tidak disarankan untuk mengonsumsi lemak
yang berlebih. Kondisi lemak yang berlebih dapat membawa dampak buruk
akrena menyebabkan munculnya plak serta lemak yang menumpuk pada
pembuluh darah jantung. Hal ini dapat menjadi sumbatan sehingga sel darah
merah yang membawa oksigen ke jantung akan berkurang. Sehingga jika
pasien tetap mengonsumsi makanan berlemak jenuh maka proses
penyembuhan akan lama atau tak kunjung sembuh. Makanan berlemak jenuh
atau bisa dikatakan lemak jahat yang merupakan pantangan seperti daging
babi, sapi atau daging olahan (sosis), keju, mayones hingga mentega.
b. Minuman beralkohol
Mengonsumsi alkohol tentunya mempunyai efek pada lipid plasa dengan
adanya peningkatan kadar trigliserida. Dimana pada saat mengonsumsi
alkohol, hati dapat menstimulasi untuk mensekresikan VLDL sehingga
terjadi hambatan oksidasi asam lemak bebas dihati yang memicu sintesis
trigliserida dan sekresi VLDL. Dilihat dari durasi mengonsumsi alkohol
dengan durasi setiap hari akan sangat berisiko terkena jantung koroner
(Rader, 2006 dalam Purbayanti & Saputra, 2017). Sehingga sangat tidak
disarankan pada pasien penyakit jantung koroner untuk mengonsumsi
minuman beralkohol karena dapat memperparah dan semakin lama untuk
pasien tersebut sembuh.
c. Makanan natrium
Tentunya mengonsumsi makanan dengan natrium secara berlebih juga tidak
baik bagi tubuh. Natrium yang masuk secara berlebihan dalam darah dapat
menahan air yang berakibat meningkatnya volume darah. Sehingga dapat
memicu tekanan darah meningkat dan kerja jantung juga meningkat. Dimana
tekanan darah tinggi merupakan salah satu faktor risiko dari jantung koroner
sendiri. (Zuraida, 2015 dalam Khazanah, Mulyani, Ramadhaniah, & Rahma,
2019) mengatakan bahwa orang yang sering mengonsumsi natrium memiliki
risiko 1,17 kali mengalami penyakit jantung. Jenis makanan yang

20
mengandung natrium yaitu ikan udang, ikan asin, kerang, makanan cepat saji,
fozen food dan lainnya.
(2) Makanan yang menghambat
a. Makanan tinggi serat
Serat merupakan faktor protektif dalam upaya pencegahan terjadinya jantung
koroner. Makanan yang tinggi serat tentunya dapat mencegah terjadinya
penggumpalan darah, aterosklerosis serta kegemukan yang tentunya dapat
menurunkan risiko PJK. Dimana makanan yang mengandung tinggi serat
yang seharusnya dikonsumsi pasien jantung koroner adalah buah-buahan dan
sayur-sayuran. Tentunya kedua jenis makanan ini tidaklah mahal dan juga
kita bisa tanam sayur di lahan kosong rumah kita. Sayur yang tinggi serat
seperti wortel, bayam, asparagus, brokoli, kubis dan lainnya. Sedangkan
untuk buah yang tinggi serat seperti buah beri, , mengkudu yang dapat
mengontrol tekanan darah, aprikort, anggur dan laiinya. Dengan pasien
mengonsumsi makanan diatas maka akan mempercepat sembuhnya jantung
koroner.
b. Makanan lemak tak jenuh
Lemak tak jenuh tentu berbeda dengan lemak jenuh. Untuk makanan dengan
lemak tak jenuh memang dianjurkan bagi penderita jantung koroner. Dengan
mengonsumsi makanan yang mengandung lemak tak jenuh dapat
menurunkan kadar kolestrol dalam darah. Contoh yang mengandung lemak
tak jenuh adalah alpukat yang kaya dengan lemak tak jenuh, minyak zaitun,
minyak kanola, kacang, kandungan omega6 dan omega 3 untuk pertumbuhan
dan pertahanan struktur membran sel dan produksi zat kimia perantara yang
berfungsi mengatur proses pembekuan darah sehingga memperkecil
terjadinya serangan jantung.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan gangguan fungsi jantung akibat
otot jantung yang kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah
koroner. Penyakit ini ditandai dengan adanya nyeri dada atau rasa tidak nyaman di
dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat ataupun
berjalan terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh (Kemenkes
RI, 2019). Penyakit tidak menular jantung koroner menjadi penyebab kematian
nomor 1 sebanyak 35 persen. Faktor risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) meliputi
kebiasaan merokok, hipertensi, Diabetes Mellitus (DM) dan obesitas. Pencegahan
Penyakit Jantung Koroner (PJK) dapat dilakukan dengan cara diet jantung coroner
dan mengontrol faktor risiko. Beberapa kebiasaan yang mempercepat kejadian
Penyakit Jantung Koroner (PJK) yaitu mengonsumsi makanan yang mengandung
lemak jenuh, makanan beralkohol dan makanan mengandung natrium. Sedangkan
makanan mengandung serat dan lemak tak jenuh dapat membantu menghindari
kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK).
3.2 Saran
1. Perlu adanya kerjasama dan kolaborasi yang tepat sesama tenaga kesehatan
lainnya agar terapi yang diterima yang tepat, efektif dan aman.
2. Kebiasaan menerapkan pola hidup sehat sangat baik jika dilakukan sebagai
aktivitas sehari-hari. Selain dapat mencegah berbagai penyakit yang berbahaya
kebiasaan ini dapat menjadikan tubuh bekerja dengan optimal. Memakan
makanan yang sehat dan bergizi juga membantu meningkatkan kesehatan
manusia.
3. Dibutuhkan monitoring dan evaluasi pada pasien dengan penyakit jantung
koroner dikarenakan obat-obatan yang digunakan berpotensi mengalami
interaksi.

22
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, N. K. N. A. A., Dkk. (2017). Hubungan Derajat Hipertensi terhadap
Kejadian Penyakit Jantung Koroner di BRSUD Tabanan.

Amisi, G. Wiendy., Dkk. (2018). Hubungan Antara Hipertensi dengan Kejadian


Penyakit Jantung Koroner pada Pasien yang Berobat di Rumah Sakit Umum
Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal KESMAS, 07(04).

Aprelia D. J., Dkk. (2018). Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Asupan Natruim dan
Vitamin C Pasien Penyakit Jantung Koroner di Rumah sakit dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten. Ilmu Gizi Indonesia, 01(02) 77-86.

Aquarista, N. C. (2017). Perbedaan karakteristik Penderita Diabetes Melitus Tipe 2


Dengan dan Tanpa Penyakit Jangtung Koroner. Jurnal Berkala Epidemiologi,
5(1) 37-47.

Bertalina, S. A. (2017). HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM, GAYA HIDUP, DAN


FAKTOR GENETIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA
PENYAKIT JANTUNG KORONER. JURNAL KESEHATAN, 240 - 249.

Bertalina, Suryani A. N. (2017). Hubungan Asupan Natruim, Gaya Hidup, dan


Faktor Genetik dengan Tekanan Darah pada Penderita Penyakit Jantung
Koroner. Jurnal Kesehatan, 8(2) 240-249.

Farahdika, Amalia dan M. Azam. (2015). Faktor Resiko yang Berhubungan dengan
Penyakit Jangtung Koronerpada Usia Dewasa Madya (41-60 Tahun)(Studi
Kasus di RS Umum Daerah Kota Semarang). Journal of Public Health,
04(02).

Firdaus, I. (2019). Hari Jantung Sedunia (World Heart Day): Your Heart is Our
Heart Too. Jakarta: Indonesian Heart Association Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI).

Gaol, N. T. (2016). Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional. Buletin


Psikologi.

Ghani, L., Susilawati, M. D., Novriani, H. (2016). Faktor Resiko Dominan Penyakit
Jantung Koroner di Indonesia. Jurnal Penelitian Kesehatan, 44(3) 153-164.

Glassman S. J. & Sphiro. (2014). Reactive Oxygen Species and Vitiligo. Berlin:
Springer.

Gomar, S., & etc. (2016). Epidemiology of Coronary Heart Disease and Acute
Coronary Syndrome. US: NCBI.

23
Hendrayani, A. A. A. S. V., Dkk. (2020). Faktor Resiko Sindrom Metabolik pada
Kejadian Penyakit Jantung Koroner Tipe STEMI di RSUD Sanjiwani
Gianyar. Aesculapius Medical Journal, 1(1) 11-19.

Husni, Muhammda., B. Lapau & B. Hardhana. (2018). Hubungan Dislipidemia dan


Diabetes Melituns dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUD.
Jurnal Keperawatan, 02(02).

Indrayani, L., Nurfantri, Tahiruddin. (2019). Obesitas Berhubungan dengan Status


Lipid pada Penderita PJK di Poli Jantung RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara. Jurnal Keperawatan, 37-43.

Jamaludin. (2019). Obesitas sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner di


Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Seminar
Nasional Universitas Halu Oleo.

Kemenkes RI. (2009). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


854/MENKES/SK/IX/2009 tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung
dan Pembuluh Darah. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. (2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakatra:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2018). Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Jakarta: Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2019). Hari Jantung Sedunia (HJS) Tahun 2019 : Jantung Sehat,
SDM Unggul. Jakarta: Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
p2ptm.kemkes.go.id.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Rencana Aksi Nasional


Pencegah dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

Khasanah, D. N., Setiyobroto, I., Kurdanti, W. (2017). Hubungan Antara Asupan


Karbohidrat dan Lemak dengan Kadar Trigliserida pasa Pesenam Aerobik
wanita. Jurnal NUTRISIA, 19(2) 84-89.

Khazanah, W., Dkk. (2019). Konsumsi Natrium, Lemak Jenuh dan Serat
Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit dr.
Zainoel Abidin, Banda Aceh. Jurnal Kesehatan, 7(1).

Lestari, R.P.I., Harna, Novianti, A. (2020). Hubungan Pola Konsumsi dan Tingkat
KecukupanSeratdengan Kadar Kolesterol Total PasienPoliklinikJantung. .
Nutritional Journals and Culinary, 1(1), 39–45.

Marleni, L & Alhabib, A. (2017). Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di RSI
SITI Khadijah Palembang. Jurnal Kesehatan, 8(3).

24
Ni Kadek Nadia Ayu Agustin, I. p. (2020). Hubungan Derajat Hipertensi terhadap
Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di BRSUD Tabanan. Aesculpius
Medical Journal, 1-5.

Nuraeni, Aan & Ristina M. (2017). Hubungan Cemas Dan Depresi pada Pasien
Dengan Penyakit jantung Koroner (PJK). Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Kesehatan, 05(10).

P2PTM Kemenkes RI. (2019). Hari Jantung Sedunia (HJS) Tahun 2019 : Jantung
Sehat, SDM Unggul. Retrieved from 18 Desember 2020, dari
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/hari-jantung-sedunia-hjs-
tahun-2019-jantung-sehat-sdm-unggul#:~:text=Penyakit%20Jantung
%20Koroner%20(PJK)%20adalah,adanya%20penyempitan%20pembuluh
%20darah%20koroner.

Pertiwi, A., Haniarti, Usman. (2020). HubunganAsupanSerat denga Kadar Kolesterol


pada PenderitaPenyakitJantungKoroner Rawat Jalan di RSUD Andi Makasar
Kota Pare-Pare. Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan, 1(1), 1–8.

Posumah, R. (2019). Data WHO: Lebih dari 17 Juta Orang di Dunia Meninggal
Karena Serangan Jantung, Kenali Gejala Awalnya. Jakarta: tribunnews.com.

RSWS. (n.d.). Rokok dan Penyakit Jantung. Retrieved from


https://www.rsupwahidin.com/berita-101-rokok-dan-penyakit-jantung-.html
pada 13 Desember 2020.

Suryana, Y. F. (2020). ANALISIS ASUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK


SERTA AKTIVITAS FISIK TERHADAP PROFIL LIPID DARAH PADA
PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER. JURNAL NUTRISI
ACEH, 179 - 186.

Utami, N.L., Azam, M.,. (2019). Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Penderita
Diabetes Mellitus. HIGEA Journal, 3(2), 311–323.

WHO. (2015). World Health Statistics 2015. Ganeva: World Health Organization.

WHO. (2016). World Health Statistics 2016. Ganeva: World Health Organization.

WHO. (2017). Cardiovascular diseases (CVDs). Ganeva: World Health


Organization.

Wiqiyatun Khazanah, N. S. (2019). KONSUMSI NTRIUM, LEMAK JENUH DAN


SERAT BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUN
KORONER DI RUMAH SAKIT DR. ZAINOEL ABIDIN, BANDA ACEH.
JURNAL KESEHATAN , 40 - 44.

Wongkar, A. H., & Yalume, R. A. (2019). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUANGAN POLIKLINIK JANTUNG

25
RS. BHAYANGKARA TK. III MANADO. Manado: Journal Of Community
and Emergency. Volume 7 Nomor 1. e-ISSN : 2655-7487, p-ISSN : 2337-
7356.

World Health Organization. (2015). Cardiovascular Disease.

World Health Organization. (2019). Statistic Cardiovascular.

Yani, D. Y., Suryana, Fitri, Y. (2020). Analisis Asupan Karbohidrat dan Lemak
Serta Aktivitas Fisik Terhadap Profil Lipid Darah pada Penderita Penyakit
Jantung Koroner. Aceh Nutrition Journal, 5(2) 179-186.

Yanti, N.D., Fitri, Y. (2020). Analisis Asupan Karbohidrat dan Lemak Serta
Aktivitas Fisik Terhadap Profil Lipid Darah pada Penderita Penyakit Jantung
Koroner. Aceh Nutrition Journal , 5(2), 179–186.

26

Anda mungkin juga menyukai