Disusun Oleh:
Kelompok 2
Wahyu Anastanur Setyaningsih 182110101007
Qanidatul M 182110101082
DAFTAR ISI..........................................................................................................................1
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................3
1.1. Latar Belakang........................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................................5
2.1 Pengertian Penyakit Jantung coroner (PJK)..................................................................5
2.2 Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner (PJK)............................................................5
2.3 Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner....................................................................11
2.3.1 Kebiasaan Merokok......................................................................................11
2.3.2 Hipertensi......................................................................................................12
2.3.3 Diabetes Melitus...........................................................................................12
2.3.4 Obesitas.........................................................................................................13
2.3.5 Stess atau kecemasan....................................................................................13
2.4 Hubungan Gizi dan Penyakit jantung Koroner............................................................13
2.4.1 Lemak...........................................................................................................13
2.4.2 Karbohidrat...................................................................................................14
2.4.3 Natrium.........................................................................................................15
2.4.4 Serat..............................................................................................................15
2.5 Pencegahan dan Penanggulangan PJK........................................................................16
BAB III.................................................................................................................................22
PENUTUP............................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................22
3.2 Saran...........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................23
1
DAFTAR GAMBAR
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Menular (POSBINDU-PTM) merupakan kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor
resiko penyakit jantung koroner terintegrasi. Selain itu, Plt. Direktur Jenderal P2PL
menjelaskan, agar upaya pengendalian penyakit tidak menular termasuk penyakit
jantung berjalan maksimal.
1.3 Tujuan
Mengetahui dan menganalisis hubungan gizi dengan penyakit jantung
koroner serta upaya pencegahan dan penanganan penyakit jantung koroner.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
berat bahkan kematian sel otot jantung (infark miokard) [ CITATION Kem09 \l 1033 ].
Penyakit jantung koroner terdiri dari penyakit jantung koroner stabil tanpa gejala,
angina pektoris stabil, dan Sindrom Koroner Akut (SKA). Penyakit jantung koroner
stabil tanpa gejala biasanya diketahui dari skrining, sedangkan angina pektoris
stabil didapatkan gejala nyeri dada bila melakukan aktivitas yang melebihi aktivitas
sehari-hari [CITATION Kem191 \l 1033 ].
Gejala tersering Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah nyeri dada. Nyeri
dada PJK memiliki 3 komponen nyeri yaitu [ CITATION Kem09 \l 1033 ]:
Nyeri dada pada PJK sering disebut dengan angina yang dapat
diklasifikasikan menjadi :
a. Angina klasik yaitu timbul rasa tidak nyaman di daerah substernal, sifatnya
tumpul seperti di tekan, menjalar ke lengan kiri atau leher, dapat disertai
kesulitan bernapas, berdebar-debar, berkeringat, mual atau muntah.
b. Angina equivalent yaitu tidak ada rasa nyeri maupun tidak nyaman yang
khas tetapi pasien menunjukkan gejala gagal jantung mendadak (sesak
napas) atau aritmia ventricular (palpitasi, presinkop, sinkop)
Pada penyakit PJK, agent yaitu faktor gizi, faktor kimia, faktor fisik, dan
faktor biologis. Yang termasuk Host yaitu genetik, jenis kelamin, keadaan
imunologis, keadaan fisiologis tubuh, rasa tau, etnis, penyakit sebelumnya, dan
perilaku (afford) [ CITATION Aff19 \l 1033 ].
6
Berdasarkan jenis kelamin, Prevalensi PJK lebih tinggi pada perempuan
(1,6%) dibandingkan pada laki-laki (1,3%). Namun, menurut data dari Epidemilogy
of coronary heart desease and acute coronary syndrome bahwa orang yang berusia
40 tahun mempunyai risiko seumur hidup terkena penyakit jantung koroner 49%
pada pria dan 32% pada wanita [ CITATION San16 \l 1033 ].
Sebesar70% kematian di dunia disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular
(39,5 juta dari 56,4 kematian). Dari seluruh kematian akibat Penyakit Tidak Menular
(PTM) tersebut, 45% nya disebabkan oleh Penyakit jantung dan pembuluh darah,
yaitu 17.7 juta dari 39,5 juta kematian [ CITATION WHO15 \l 1033 ].
7
Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI
dalam rilis yang diterbitkan 10 November 2018 menyatakan, di Indonesia, hasil
Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan bahwa sebesar 1.55 atau 15 dari 15
penduduk Indonesia menderita penyakit jantung coroner [ CITATION Riz19 \l 1033 ]
Parameter kimia klinis yang diperiksa pada Riskesdas 2018 meliputi
pemeriksaan kadar kolesterol total, high-density lipoprotein (HDL), low-density
lipoprotein (LDL) direct, dan trigliserida. Penentuan cut off point abnormalitas
keempat parameter tersebut merujuk pada pedoman National Cholesterol Education
Program - Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III) 2001 [ CITATION Kem18 \l
1033 ].
8
Gambar 3. Diagram Prevalensi Penyakit Jantung pada Penduduk Semua Umur
9
Gambar 5. Diagram Prevalensi Penyakit Jantung Menurut Karakteristik
10
Jika dilihat dari aspek pendidikan terakhir, penderita Penyakit Jantung
tertinggi yaitu seseorang deangan pendidikan terakhir D1/D2/D3/PT dengan
prevalensi 2,1%. Sedangkan, jika dilihat dari sisi pekerjaan, penderita Penyakit
Jantung tertinggi terdapat pada aparat pemerintah yaitu
PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD dengan prevalensi 2,7%.
11
terjadinya kejadian kardiovaskular akibat merokok. Tingginya kadar reactive
oxygen species (ROS) pada rokok juga meningkatkan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskular. Perokok aktif dapat meningkatkan risiko terjadinya kejadian
infark miokard. Tidak hanya merugikan bagi perokok aktif, perokok pasif juga
dapat mengalami peningkatan risiko jantung iskemik sebesar 30% apabila
terdapat anggota keluarga yang merokok dalam satu rumah.
Seseorang yang merokok >40 batang setiap hari mengalami 9x lipat lebih
tinggi untuk mengalami risiko infark miokard dibandingkan dengan yang tidak
merokok. Pada jumlah banyak, peningkatan risiko ini bersifat linear, tetapi pada
jumlah sedikit (1-5 batang sehari), terjadi peningkatan tajam risiko infark
miokard. Orang yang merokok hanya satu batang sehari memiliki peningkatan
risiko kardiovaskular hingga 1,5 kali lipat orang yang tidak merokok.
2.3.2 Hipertensi
Penelitian yang dilakukan oleh Aminis, 2018 menyatakan bahwa
penderita hipertensi lebih beresiko 2,667 kali menderita PJK dibanding
responden yang tidak menderita hipertensi. Hal tersebut dikarenakan tekanan
darah yang tinggi secara terus menerus menyebabkan kerusakan sistem
pembuluh darah arteri dengan perlahan-lahan. Arteri tersebut mengalami
pengerasan yang disebabkan oleh endapan lemak pada dinding, sehingga
menyempitka lumen yang terdapat di dalam pembuluh darah menyebabkan
terjadinya PJK. Peningkatan tekanan darah sistemik akibat hipertensi
meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari vertikel kiri, sehingga
beban kerja jantung bertambah (Marliani 2013) dalam (Amisi, 2018).
12
bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama akan merusak dinding
pembuluh darah. Kerusakan dinding pembuluh darah tersebut akan membuat
penumpukan lemak di dinding pembuluh darah, lama-kelamaan akan terjadi
aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Supriyono (2008) menunjukkan adanya
hubungan antara diabetes melitus dengan penyakit jantung koroner pada usia
dewasa madya (41-60 tahun).
2.3.4 Obesitas
Obesitas yang terjadi pada pasien penyakit jantung koroner di
akibatkan oleh beberapa faktor diantaranya genetik, psikologik, usia, jenis
kelamin dan aktifitas fisik. Obesitas dapat terjadi pada semua usia, lebih sering
pada usia dewasa dan lebih banyak pada perempuan. Obesitas dapat
meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner, seseorang yang memiliki
indeks massa tubuh ≥25 Kg/m2 akan meningkatkan risiko PJK terlebih jika
pasien tersebut memiliki faktor risiko lain yang dapat memperberat dan
lebih meningkatkan risiko PJK seperti merokok, dislipidemia, hiperurisemia,
dan diabetes mellitus. Keadaan obesitas bisa memicu timbulnya keadaan
stress oksidatif karena ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan di
dalam tubuh. Pada obesitas terjadi lipogenesis yang berlebihan dan
penghambatan lipolisis. Lemak pada tubuh terutama didaerah viseral
memiliki reseptor glukokortikoid dan androgen lebih banyak, metabolisme
yang lebih aktif, lebih sensitif terhadap lipolisis dan lebih resisten insulin
(Jamaludin, 2019).
13
simpatis yang merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang berfungsi untuk
meningkatkan frekuensi denyut jantung serta meningkatkan resistensi vaskulardi
dalam tubuh, kondisi ini memiliki pengaruh dalam meningkatkan beban kerja
jantung sehingga kebutuhan oksigen jantung pun mengalami peningkatan
(Monahan, F. D., Sands, Neighbors, M., Marek, & Green, 2007) dalam (Nuraeni,
2017).
2.4.2 Karbohidrat
Sumber makanan utama yang dibutuhkan tubuh ialah karbohidrat.
Konsumsi karbohidrat dalam jumlah yang berlebih akan mengakibatkan
peningkatan glukosa pada darah, yang dapat mengakibatkan terjadinya diabetes
melitus. Seseorang dengan riwayat penyakit diabetes akan mengalami percepatan
degenerasi jaringan dan disfungsi dari endotel yang menyebabkan penebalan
pada kapiler dan pembuluh darah arteri koronaria yang dapat mengakibatkan
14
terjadinya penyempitan aliran darah ke jantung. Kadar glukosa yang mengalami
peningkatan mengakibatkan kekentalan darah meningkatkan, halini memiliki
kecenderungan terjadinya ateros klerosis atau penyempitan pada pembuluh darah
yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit jantung koroner (Ghani et al.,
2016). Peningkatan viskositas pada darah mengakibatkan jantung bekerja lebih
keras dari biasnya (Utami and Azam, 2019)
Asupan karbohidrat yang berlebihan atau kadar gula yang tinggi akan
meningkatkan kadar trigliserida dalam darah seseorang. Konversi trigliserida
berasal dari konversi kalori yang tidak dipakai dan disimpan. Konsumsi kalori
melebihi jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, memiliki risiko kadar trigliserida
tinggi(Indrayani et al., 2019). Kadar trigliserida yang tinggi akan meningkatkan
risiko terjadinya jantung koroner (Khasanah et al., 2017). Asupan karbohidrat
berkorelasi positif dengan kolesterol yang berarti bahwa peningkatan asupan
karbohidrat akan diikuti dengan peningkatan kadar kolesterol darah(Yanti and
Fitri, 2020).Peningkatan kadar trigliserida dalam darah (hipertrigliserida) dapat
mengakibatkan gangguan perubahan pada kadar lemak dalam darah atau biasa
disebut dislipidemia. Dislipidemia merupakan disfungsi metabolisme lipid yang
ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma
mempunyai peranan penting dalam proses terjadinya ateros klerosis yang
merupakan faktor awal terjadinya PJK (Hendrayani et al., 2020).
2.4.3 Natrium
Konsumsi natrium yang berlebih akan membahayakan kesehatan.
Natrium merupakan pemicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi yang
mempunyai risiko untuk jantung penyakit jantung koroner. Asupan natrium
mempunyai pengaruh terhadap tekanan darah. Peningkatan tekanan darah pada
penderita penyakit jantung koroner disebabkan karena asupan makanan tinggi
natrium. Mengkonsumsi natrium yang setara dengan 3 gram per kg berat badan
dapat menyebabkan kematian.
15
Natrium harus dikeluarkan harus dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal, tetapi karena
natrium sifatnya mengikat banyak air akan semakin tinggi natrium membuat
volume darah meningkat. Volume darah semakin tinggi sedangkan pembuuh
darah tetap, maka alirannya menjadi deras, sehingga membuat tekanan darah
semakin meningkat. [ CITATION Ber17 \l 1033 ]. Peningkatan tekanan darah dapat
meningkatkan kebutuhan oksigen miokadium sebagai akibat dari peningkatan
kontraktillitas dari jantung untuk memompa darah sehingga dapat menimbulkan
iskemia pada miokardum yang menyebabkan penyakit jantung koroner.
[ CITATION NiK20 \l 1033 ].
2.4.4 Serat
Penyakit jantung koroner salah satunya di akibatkan oleh kadar kolesterol
dalam darah yang berpotensi mengakibatkan ateros klerosis. Seseorang yang
memiliki asupan rendah serat mengakibatkan kadar kolesterol LDL, HDL dan
trigliserida meningkat. Sehingga konsumsi serat yang tinggi dapat menurunkan
kadar kolesterol dalam darah seseorang. Pada saluran pencernaan, serat dapat
mengikat empedu dan menurunkan jumlah empedu yang ada dalam tubuh untuk
di reabsorbsi. Pembentukan empedu menggunakan kolesterol dalam darah. Serat
berfungsi untuk menyerap asam empedu, yang akan keluar melalui feses. Jumlah
asam empedu berkurang karena diikat oleh serat makanan sehingga diperlukan
pembentukan asam empedu baru dari kolesterol dalam darah. Dengan demikian
akan terjadi penurunan kolesterol dalam darah(Pertiwi et al., 2020).
16
Gambar 7. Kendalikan PJK dengan PATUH
Selain itu penyakit jantung koroner dapat dicegah dengan melakukan hal-hal
sebagai berikut :
17
Gambar 8. Diet pada Jantung Koroner Bagian 1
18
d. Hindari sayuran yang mengandung gas, lobak, kol dan nagka muda
e. Hindari mengonsumsi buah durian, nangka masak, dan alpukat
f. Sebaiknya memakan makanan yang mudah dicerna oleh tubuh
g. Tidak mengonsumsi kopi san alkohol
h. Tidak menggunakan cabe dan bumbu yang merangsang jantung koroner
saat memasak.
(2) Mengontrol faktor resiko
Menurut (Marniati dkk., 2019) terdapat faktor risiko yang dapat dimodifikasi
diantaraya hipertensi, dislipidemia, obesitas, diabetes melitus, merokok,
konsumsi minumam beralkohol, pola makan, aktivitas fisik yang kurang, dan
stress. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi diantaranya yaitu umur, jenis
kelmain, dan riwayat kelaurga.
a. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Marniati dkk., 2019)
menyatakan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko
penyakit jantung koroner dengan cara pengendalian merokok melalui
kawasan bebas asap rokok yang semakin luas, minum kopi dapat diganti
dnegan memperbanyak mengkonsumsi olahan buah yang dijaidkan
minuamn, dan pengendalian stress secara efektif seperti istirahat yang
cukup dan menghindari pemicu stress.
b. Menurut (Warganegara dan Nur, 2016) menyatakan faktor lingkungan
meliputi pembangunan, ekonomi, budaya, ketersediaan alkohol, serta
pelaksanaan dan pengakan kebijakan alkohol mempengaruhi pola
konsumsi alkohol.
c. Menurut (Warganegara dan Nur, 2016) mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan gula cenderung menyebabkan obesitas, konsumsi tinggi lemak
jenuh dan trans fatty acid terkait dengan penyakit jantung, dan jumlah
konsumsi garam menjadi faktor penentu tingkat tekanan darah dan risiko
kardiovaskular secara keseluruhan, diperkirakan mengurangi konsumsi
garam dari rata-rata 9-12 gram menjadi 5 gram memiliki dampak yang
besar pada tekanan darah dan penyakit kardiovaskuler
d. Menurut (Warganegara dan Nur, 2016) menyatakan bahwa aktivitas fisik
yang teratur dapat mengurangi risiko penyakit jantung iskemik, diabetes,
stroke, hipertensi, dan depresi. Aktivitas fisik dapat dilakukan setidaknya
150 menit per minggu.
19
Berikut adalah beberapa makanan yang menghambat dan mempercepat
kejadian penyakit jantung koroner :
20
mengandung natrium yaitu ikan udang, ikan asin, kerang, makanan cepat saji,
fozen food dan lainnya.
(2) Makanan yang menghambat
a. Makanan tinggi serat
Serat merupakan faktor protektif dalam upaya pencegahan terjadinya jantung
koroner. Makanan yang tinggi serat tentunya dapat mencegah terjadinya
penggumpalan darah, aterosklerosis serta kegemukan yang tentunya dapat
menurunkan risiko PJK. Dimana makanan yang mengandung tinggi serat
yang seharusnya dikonsumsi pasien jantung koroner adalah buah-buahan dan
sayur-sayuran. Tentunya kedua jenis makanan ini tidaklah mahal dan juga
kita bisa tanam sayur di lahan kosong rumah kita. Sayur yang tinggi serat
seperti wortel, bayam, asparagus, brokoli, kubis dan lainnya. Sedangkan
untuk buah yang tinggi serat seperti buah beri, , mengkudu yang dapat
mengontrol tekanan darah, aprikort, anggur dan laiinya. Dengan pasien
mengonsumsi makanan diatas maka akan mempercepat sembuhnya jantung
koroner.
b. Makanan lemak tak jenuh
Lemak tak jenuh tentu berbeda dengan lemak jenuh. Untuk makanan dengan
lemak tak jenuh memang dianjurkan bagi penderita jantung koroner. Dengan
mengonsumsi makanan yang mengandung lemak tak jenuh dapat
menurunkan kadar kolestrol dalam darah. Contoh yang mengandung lemak
tak jenuh adalah alpukat yang kaya dengan lemak tak jenuh, minyak zaitun,
minyak kanola, kacang, kandungan omega6 dan omega 3 untuk pertumbuhan
dan pertahanan struktur membran sel dan produksi zat kimia perantara yang
berfungsi mengatur proses pembekuan darah sehingga memperkecil
terjadinya serangan jantung.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan gangguan fungsi jantung akibat
otot jantung yang kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah
koroner. Penyakit ini ditandai dengan adanya nyeri dada atau rasa tidak nyaman di
dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat ataupun
berjalan terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh (Kemenkes
RI, 2019). Penyakit tidak menular jantung koroner menjadi penyebab kematian
nomor 1 sebanyak 35 persen. Faktor risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) meliputi
kebiasaan merokok, hipertensi, Diabetes Mellitus (DM) dan obesitas. Pencegahan
Penyakit Jantung Koroner (PJK) dapat dilakukan dengan cara diet jantung coroner
dan mengontrol faktor risiko. Beberapa kebiasaan yang mempercepat kejadian
Penyakit Jantung Koroner (PJK) yaitu mengonsumsi makanan yang mengandung
lemak jenuh, makanan beralkohol dan makanan mengandung natrium. Sedangkan
makanan mengandung serat dan lemak tak jenuh dapat membantu menghindari
kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK).
3.2 Saran
1. Perlu adanya kerjasama dan kolaborasi yang tepat sesama tenaga kesehatan
lainnya agar terapi yang diterima yang tepat, efektif dan aman.
2. Kebiasaan menerapkan pola hidup sehat sangat baik jika dilakukan sebagai
aktivitas sehari-hari. Selain dapat mencegah berbagai penyakit yang berbahaya
kebiasaan ini dapat menjadikan tubuh bekerja dengan optimal. Memakan
makanan yang sehat dan bergizi juga membantu meningkatkan kesehatan
manusia.
3. Dibutuhkan monitoring dan evaluasi pada pasien dengan penyakit jantung
koroner dikarenakan obat-obatan yang digunakan berpotensi mengalami
interaksi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, N. K. N. A. A., Dkk. (2017). Hubungan Derajat Hipertensi terhadap
Kejadian Penyakit Jantung Koroner di BRSUD Tabanan.
Aprelia D. J., Dkk. (2018). Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Asupan Natruim dan
Vitamin C Pasien Penyakit Jantung Koroner di Rumah sakit dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten. Ilmu Gizi Indonesia, 01(02) 77-86.
Farahdika, Amalia dan M. Azam. (2015). Faktor Resiko yang Berhubungan dengan
Penyakit Jangtung Koronerpada Usia Dewasa Madya (41-60 Tahun)(Studi
Kasus di RS Umum Daerah Kota Semarang). Journal of Public Health,
04(02).
Firdaus, I. (2019). Hari Jantung Sedunia (World Heart Day): Your Heart is Our
Heart Too. Jakarta: Indonesian Heart Association Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI).
Ghani, L., Susilawati, M. D., Novriani, H. (2016). Faktor Resiko Dominan Penyakit
Jantung Koroner di Indonesia. Jurnal Penelitian Kesehatan, 44(3) 153-164.
Glassman S. J. & Sphiro. (2014). Reactive Oxygen Species and Vitiligo. Berlin:
Springer.
Gomar, S., & etc. (2016). Epidemiology of Coronary Heart Disease and Acute
Coronary Syndrome. US: NCBI.
23
Hendrayani, A. A. A. S. V., Dkk. (2020). Faktor Resiko Sindrom Metabolik pada
Kejadian Penyakit Jantung Koroner Tipe STEMI di RSUD Sanjiwani
Gianyar. Aesculapius Medical Journal, 1(1) 11-19.
Kemenkes RI. (2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakatra:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2019). Hari Jantung Sedunia (HJS) Tahun 2019 : Jantung Sehat,
SDM Unggul. Jakarta: Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
p2ptm.kemkes.go.id.
Khazanah, W., Dkk. (2019). Konsumsi Natrium, Lemak Jenuh dan Serat
Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit dr.
Zainoel Abidin, Banda Aceh. Jurnal Kesehatan, 7(1).
Lestari, R.P.I., Harna, Novianti, A. (2020). Hubungan Pola Konsumsi dan Tingkat
KecukupanSeratdengan Kadar Kolesterol Total PasienPoliklinikJantung. .
Nutritional Journals and Culinary, 1(1), 39–45.
Marleni, L & Alhabib, A. (2017). Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di RSI
SITI Khadijah Palembang. Jurnal Kesehatan, 8(3).
24
Ni Kadek Nadia Ayu Agustin, I. p. (2020). Hubungan Derajat Hipertensi terhadap
Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di BRSUD Tabanan. Aesculpius
Medical Journal, 1-5.
Nuraeni, Aan & Ristina M. (2017). Hubungan Cemas Dan Depresi pada Pasien
Dengan Penyakit jantung Koroner (PJK). Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Kesehatan, 05(10).
P2PTM Kemenkes RI. (2019). Hari Jantung Sedunia (HJS) Tahun 2019 : Jantung
Sehat, SDM Unggul. Retrieved from 18 Desember 2020, dari
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/hari-jantung-sedunia-hjs-
tahun-2019-jantung-sehat-sdm-unggul#:~:text=Penyakit%20Jantung
%20Koroner%20(PJK)%20adalah,adanya%20penyempitan%20pembuluh
%20darah%20koroner.
Posumah, R. (2019). Data WHO: Lebih dari 17 Juta Orang di Dunia Meninggal
Karena Serangan Jantung, Kenali Gejala Awalnya. Jakarta: tribunnews.com.
Utami, N.L., Azam, M.,. (2019). Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Penderita
Diabetes Mellitus. HIGEA Journal, 3(2), 311–323.
WHO. (2015). World Health Statistics 2015. Ganeva: World Health Organization.
WHO. (2016). World Health Statistics 2016. Ganeva: World Health Organization.
25
RS. BHAYANGKARA TK. III MANADO. Manado: Journal Of Community
and Emergency. Volume 7 Nomor 1. e-ISSN : 2655-7487, p-ISSN : 2337-
7356.
Yani, D. Y., Suryana, Fitri, Y. (2020). Analisis Asupan Karbohidrat dan Lemak
Serta Aktivitas Fisik Terhadap Profil Lipid Darah pada Penderita Penyakit
Jantung Koroner. Aceh Nutrition Journal, 5(2) 179-186.
Yanti, N.D., Fitri, Y. (2020). Analisis Asupan Karbohidrat dan Lemak Serta
Aktivitas Fisik Terhadap Profil Lipid Darah pada Penderita Penyakit Jantung
Koroner. Aceh Nutrition Journal , 5(2), 179–186.
26