Anda di halaman 1dari 21

Kanker Testis

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar kesehatan reproduksi/KIA


Kelas C

Dosen Pengampu:
Devi Arine Kusumawardani, S. Keb., M. Kes.

Disusun Oleh :
1. Tania Hesti N (182110101025)
2. Hashifah Azatil I (182110101027)
3. Nadilla Putri A (182110101029)
4. Luluk Darma Y (182110101041)
5. Anisa Maulidatul I (182110101060)
6. Selly Nurmalia D (182110101088)
7. Dania Puspita D (182110101113)
8. Hilyatur Rahmaniyah (182110101117)
9. Mutiara Caesari S (182110101134)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Kanker Testis”
Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai pengertian secara umum. Adapun
tujuan kami menulis makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dari dosen yang
membimbing kami dalam mata kuliah. Di sisi lain, kami menulis makalah ini untuk
menambah pengetahuan kami dalam mengetahui lebih luas terkait penyakit tersebut. Rasa
terima kasih kami sampaikan kepada:
1. Ibu .selaku dosen pengampuh mata kuliah Dasar kesehatan reproduksi/KIIA
kelas C yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan makalah.
2. Orang tua yang memberikan doa restunya dalam menempuh pendidikan di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Jember
3. Rekan-rekan yang menempuh mata kuliah Dasar kesehatan reproduksi/KIA
kelas C yang ikut berpartisipasi.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran para pembaca demi kesempurnaan makalah kami untuk ke
depannya. Semoga  makalah  ini  bermanfaat  bagi  kita  semua  terutama  bagi 
mahasiswa-mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Dasarkesehatan reproduksi/KIA.
Khususnya di Universitas Negeri Jember.

Jember, 20 September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
2.1. Pengertian Kanker Testis...................................................................................................3
2.2. Etiologi kanker testis................................................................................................3
2.3. Gejala kanker testis..................................................................................................7
2.4. Epidemiologi penyakit kankertestis.........................................................................8
2.5 Faktor risiko kanker testis........................................................................................9
2.6 Patofisiologi kanker testis......................................................................................12
2.7 Upaya pencegahan dan penggobatan kanker testis.................................................13
BAB III ANALISIS JURNAL...............................................................................................15
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................17
4.1. KESIMPULAN...............................................................................................................17
4.2. SARAN..................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia.
Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan
Data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

3
bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian
akibat kanker di seluruh dunia.
Berdasrkan data tersebut pengenalan penyakit kanker merupakan hal yang penting
untuk dilakukan karena untuk menurunkan kasus baru kanker diperlukan tindakan
pencegahan dan deteksi dini. Tindakan pencegahan dan deteksi dini tersebut akan lebih
mudah dilakukan ketika faktor risiko dan gejala kanker sudah dikenali. Di Negara
Indonesia sendiri terdapat bermacam-macm penyakit kanker yang perlu ditangani merata,
baik penyakit yang dimiliki wanita maupun pria. Kasus penyakit kanker pada pria dapat
terbilang cukup beragam dan juga mengalami peningkatan setiap tahunya, salah satu
penyakit kanker pada pria yaitu kanker testis
Kanker testis merupakan keganasan yang paling sering terjadi pada pria usia 15-34
tahun dan merupakan 1% dari semua keganasan pada laki-laki.Kanker testis sebagian
besar (kuranglebih 95%) terjadi karena tumor sel germinal (testicular germ cell tumor),
dan yang lainnya berasal dari tumor sel non germinal (testicular non germ cell tumor).
Kanker testis ini sering terjadi pada usia 15-34 tahun namun penyakit ini juga dapat
terjadi pada usia 50 tahun, dan merupakan 1% dari dari jumlah laki laki. Kejadian
tersebut meningkat selama 40 tahun terakhir.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi kanker testis?


2. Apa penyebab penyakit kanker testis?
3. Apa saja tanda gejala penyakit kanker testis?
4. Bagaimana epidemiologi kanker testis?
5. Apa faktor risiko dan patofisiologi kanker testis?
6. Bagaimana upaya pencegahan dan pengobatan kanker testis?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari kanker testis beserta jenisnya

4
2. Untuk mengetahui penyebab apa saja yang dapat menimbulkan kaker testis
3. Untuk memahami tanda gejala penyakit kanker testis
4. Untuk mengatahui penyebaran, faktor penentu, serta jumlah pada masalah
kesehatan kanker testis
5. Untuk memahami faktor risiko serta patofisiologi dari kanker testis
6. Untuk mengetahui upaya pencegahandan pengibatan kanker testis

5
7.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kanker Testis


Kanker testis adalah kanker yang berasal dari jaringan testis,
biasanya terjadi pada salah satu testis kanan atau kiri.hanya seidikit yang
terjadi pada kedua testis(5%). Kanker testis adalah penyakit ganas yang
jarang ditemukan, tetapi umum dijumpai laki-laki usia muda di banyak
negara. Keganasan ini 90-95% berasal dari Germ Cell, sehingga sering
pula disebut Testicular Germ Cell Tumors (TGCT).5-10% merupakan
keganasan yang berasal dari non germinal sel (sel Leydig dan sel Sertoli).
Secara umum kanker testis dibagi menjadi dua jenis yaitu seminoma dan
nonseminoma, berdasarkan penampilan sel-sel di bawah mikroskop.
Kankertestis jenis nonseminoma lebih sulit unuk dismbuhkan daripada
seminoma.

2.2. Etiologi kanker testis


Menurut (Front Endocrinol (Lausanne), 2019), sebagian besar
penyakit onkologis, Kanker Testis adalah hasil dari interaksi yang
kompleks antara faktor-faktor risiko genetik, lingkungan, dan hormonal
tersebut. Untuk hal ini, sindrom disgenesis testis (TDS) mungkin
merupakan model yang paling dapat diandalkan dan patuh secara klinis
yang menggambarkan patogenesis aktual Kanker Testis

1. GEN

Fakta bahwa pengembangan Kanker Testis bergantung pada faktor


genetik secara luas diakui. Terlepas dari kenyataan bahwa 90% pria yang
terkena Kanker Testis tidak memiliki kasus penyakit ini sebelumnya, studi
berbasis populasi pada akhir 1990-an awal 2000-an menunjukkan bahwa
memiliki saudara lelaki dengan riwayat Kanker Testis meningkatkan risiko

6
penyakit dari 8- hingga 10 kali lipat, dibandingkan dengan populasi laki-
laki pada umumnya. Di sisi lain, memiliki ayah yang terkena Kanker
Testis meningkatkan risiko relatif untuk anak laki-laki dari empat hingga 6
kali lipat. Pada tahun 2002, sebuah studi perintis mengenai registrasi
berbasis populasi, mengevaluasi 9,6 juta orang dari Basis Data Kanker-
Keluarga Swedia, mencoba untuk membedakan masing-masing kontribusi
genetik, lingkungan murni, dan lingkungan anak-anak terhadap
perkembangan kanker, pada dasarnya berdasarkan pada pertimbangan
epidemiologi. Ddan Kanker Testis dihasilkan sebagai salah satu
neoplasma yang paling terkait dengan faktor genetik (25%).

2. LINGKUNGAN

Identifikasi penyebab lingkungan langsung pengembangan TC


merupakan masalah dengan kompleksitas yang lebih tinggi.Bahkan,
sebagian besar agen fisik atau kimia tumorigenik yang diakui bertindak
secara tidak langsung melalui gangguan sirkuit hormon yang mengatur
fungsi testis, atau dengan mempengaruhi fungsi gen kerentanan. Namun,
menurut literatur yang tersedia, faktor risiko lingkungan eksklusif untuk
TC dapat secara resmi dibedakan menjadi empat kelas utama:
mikrobiologis, mekanik, kimia, dan fisik.

1) Mikrobiologis

Data epidemiologis pada tahun 2002 memperkirakan infeksi virus


menjadi peran kausatif ~ 12% kanker di seluruh dunia.Secara khusus,
peran patogen agen infeksi pada tumor testis telah dihipotesiskan sejak
akhir 1980-an. Berdasarkan kesamaan epidemiologis antara penyakit
Hodgkin dan TC, Algood et al. meneliti kemungkinan peran kausatif
dari paparan awal terhadap virus Epstein-Barr (EBV), melalui evaluasi
antibodi terhadap antigen kapsuler EBV, dalam kelompok kecil pasien
dengan riwayat tumor sel benih stadium I pada testis. , menerima
pengawasan setelah orchiectomy .Menariknya, 80% pasien
menunjukkan peningkatan titer untuk antibodi anti EBV dibandingkan

7
dengan subyek kontrol, sangat menghubungkan penyakit kanker
dengan paparan virus sebelumnya.

2) Mekanis

Meskipun kurang diakui di antara faktor-faktor risiko khas untuk


Kanker Testis, mekanik, dan terutama peristiwa traumatis pada testis,
dianggap sebagai faktor penyebab penyakit ini.Memang, model
eksperimental hematoma intra-testis yang diinduksi oleh injeksi darah
setara autologus pada testis tikus dikaitkan dengan perubahan
signifikan dan tahan lama dari struktur testis, seperti pengurangan
volume testis keseluruhan dan pengurangan ukuran epitel
seminiferus.Semua fitur ini menghasilkan fungsi testis yang berubah
seperti kurang terwakilinya populasi sel germinal dalam tubulus
seminiferus, perubahan parameter sperma, dan kecenderungan tingkat
testosteron yang lebih rendah.Sebuah studi menarik dari Dusek et
al.bertujuan untuk mengukur kontribusi dan interaksi timbal balik dari
berbagai jenis faktor risiko potensial untuk TC melalui administrasi
kuesioner standar untuk pasien yang direkrut di dua pusat kanker
Ceko, dibandingkan dengan kontrol yang sehat dan sesuai usia.
Menariknya, selain faktor risiko yang diketahui seperti cryptorchidism
dan testis atrophy, hubungan yang signifikan ditemukan untuk trauma
testis yang menghasilkan risiko hampir dua kali lipat untuk Kanker
Testis.

3) Bahan Kimia

Kelas bahan kimia lingkungan yang terkait dengan Kanker Testis


adalah pestisida, seperti yang digambarkan oleh studi epidemiologis
mengungkapkan peningkatan insiden Kanker Testis pada karyawan
pertanian (110-112).Namun, dua meta-analisis besar pada tahun 1992
dan 1998, masing-masing, gagal mengenali risiko yang signifikan
karena paparan pestisida pada petani (113, 114).Berkenaan dengan hal
ini, perbedaan yang tepat harus dibuat karena ada perbedaan
substansial antara negara dalam hal bahan kimia, formulasi, dan

8
prinsip peraturan.Lebih jauh, perbedaan besar dalam hal efek
toksikologis dari kelas molekul yang berbeda kemungkinan ada pada
manusia.Faktanya, pestisida organoklorin seharusnya bertindak
sebagai pengganggu endokrin, sementara piretroid cenderung
memberikan efek langsung pada siklus sel.

4) Fisik

Kemungkinan hubungan antara paparan panas dan TC diselidiki


melalui studi pekerjaan. Studi awal pada tahun 1995 dilakukan pada
pasien TC dan kontrol yang cocok dengan usia yang sehat,
mengungkapkan bahwa paparan pekerjaan pada suhu tinggi atau
ekstrim terkait dengan OR yang disesuaikan masing-masing, 1,2 dan
1,7, menunjukkan suhu eksternal sebagai faktor risiko independen
(faktor risiko independen). Sebuah studi selanjutnya pada tahun 2001
mengkonfirmasi bahwa rasio kejadian standar untuk TC pada petugas
pemadam kebakaran adalah 3,0 tanpa peningkatan risiko dari penyebab
kematian lainnya. Namun, paparan stres panas yang lebih ringan
seperti mandi dan mandi tidak terkait dengan risiko signifikan untuk
Kkanker Testis.

3. HORMON

Persis seperti jaringan endokrin lain di dalam tubuh, testis adalah


target dan sumber hormon yang secara ketat terkait dalam jalur
pengulangan umpan balik. Secara khusus, aktivitas sumbu hipotalamus /
hipofisis / gonad berlangsung dari fase awal perkembangan embrio,
mengatur keturunan testis dan, lokasi yang memadai dalam kantung
skrotum dan fungsi spermatogenik dan endokrin yang tepat, yang efek
sistemiknya sudah diketahui dengan baik. Gangguan awal sirkuit hormon
ini bergema pada fungsi testis dalam kehidupan dewasa dan merupakan
faktor risiko utama untuk Kanker Testis. Dalam konteks ini, keterlambatan
perkembangan sel germinal, yang terkait dengan pemeliharaan jangka
panjang gen embrionik, akan mewakili peristiwa kunci untuk kemunduran
berikutnya menjadi sel kanker. Gangguan lingkungan hormonal sel kuman

9
kemudian akan menghasilkan sinyal yang menyesatkan mengubah fase-
beralih sel menuju mitosis dan meiosis, dengan konsekuensi risiko
transformasi neoplastik dalam kehidupan dewasa.

Model faktor risiko hormonal yang paling banyak dipelajari untuk


Kkanker Testis adalah kelainan perkembangan seksual (DSD) pada 46,
pria XY, yang sering dikaitkan dengan androgen-insensibility syndrome
(AIS), yang selanjutnya dibedakan menjadi lengkap (CAIS), parsial
(PAIS), atau bentuk ringan (MAIS). Seperti yang dapat ditebak dari nama
kondisi patologis ini, karakteristik klinisnya berkisar dari fenotip wanita
CAIS, terlepas dari kariotipe XY dan produksi androgen normal, hingga
parah di bawah maskulinisasi di PAIS, seperti genitalia eksternal
perempuan atau hipospadia atau mikropenis , atau infertilitas pria dan /
atau ginekomastia di MAIS. Ciri umum dari berbagai bentuk AIS adalah
fungsi reseptor androgen yang berubah, menghasilkan resistensi terhadap
androgen sebagai pengaktif ligan.

2.3. Gejala kanker testis


Adanya tanda pemebengkakan pada skrotum biasanya merupakan
gejala pertama dari kanker testis. Dokter akan memeriksa testis untuk
memeriksa testis untuk mencari setiap benjolan, jika ada benjolan yang
ditemukan, maka dilakukan pemeriksaan USG, untuk melihat bagian
dalam testis. Selain itu, dokter mungkin melakukan computedtomography
(CT) atau positron emission tomography (PET) scan untuk menentukan
apakah memang benar ada kanker yang timbul. Tanda gejala kanker testis
lainya yaitu :

1. Terstis membesar atau terasa aneh tidak seperti biasanya


2. Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis
3. Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah (ginekomastia)
4. Rasa tidak nyaman/ rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat

10
Gejala akan timbul dengan bertahap dan membutuhkan waktu lumayan
lama. Penderita dapat mengeluh beberapa keluhan berikut sebelum
timbulnya gejala, antaralain:

1. Rasa sesak pada skrotum, area inguinal, atau abdomen dalam


2. Sakit pinggang akibat perluasan nodus retroperineal
3. Nyeri pada abdomen
4. Penurunan berat badan
5. Kelemahan umum dapat diakibatkan oleh metastasis

2.4. Epidemiologi penyakit kankertestis


Kanker testis merupakan keganasan yang paling sering terjadi pada
pria usia 15-34 tahun dan merupakan 1% dari semua keganasan pada laki-
laki. Di sejumlah penelitian menerangkan bahwa kanker ini adalah kanker
yang jarang terjadi, hanya sekitar 1% dari semua jenis kanker pada laki-
laki. Menurut National Cancer Institute, pada tahun 2015 ditemukan 8.400
kasus baru dan 380 kematian akibat kanker testis.

Kanker testis sebagian besar (kuranglebih 95%) terjadi karena tumor


sel germinal (testicular germ cell tumor), dan yang lainnya berasal dari
tumor sel non germinal (testicular non germ cell tumor).Angka kejadian
dari TGCT(testicular germ cell tumor) sendiri mengalami peningkatan di
seluruh dunia, peningkatan insidensi ini sudah terdeteksi di tahun 1970
sampai dengan 1980-an, tapi pada negara-negara maju angka kematian
sudah mengalami penurunan. Penurunan insidensi ini dikarenakan
peningkatan regimen terapi di akhir tahun 1970, dengan terdapatnya terapi
multimodalitas (pembedahan, kemoterapi, dan radiasi) keganasan ini
menjadi penyakit yang sangat mudah disembuhkan, terutama jika
diagnosis ditegakkan di awal perjalanan penyakit Kanker testis ini sering
terjadi pada usia 15-34 tahun namun penyakit ini juga dapat terjadi pada
usia 50 tahun, dan merupakan 1% dari dari jumlah laki laki. Kejadian

11
tersebut meningkat selama 40 tahun terakhir.Angka kelangsungan hidup 5
tahun meningkat selama 30 tahun terakhir dari sekitar 63% menjadi
93%.Lebih dari 80% pria yang terkena kanker sel germinal testis yang
bermetastasis dapat disembuhkan.Hal tersebut disebabkan karena
sensitivitas terhadap kemoterapi kombinasi berbasis cisplaint.

2.5 Faktor risiko kanker testis


Faktor risiko adalah segala sesuatu yang meningkatkan peluang
seseorang terkena suatu penyakit.Dalam ranah pembahasan faktor risiko
kanker berarti segala sesuatu yang meningkatkan peluang seseorang
terkena kanker.Walaupun faktor risiko sering mempengaruhi
perkembangan kanker, sebagian besar tidak secara langsung menyebabkan
kanker. Beberapa orang dengan beberapa faktor risiko tidak pernah
mengembangkan kanker, sementara yang lain tanpa faktor risiko justru
tercatat mengembangkan kanker. Pengetahuan mengenai faktor risiko akan
berpengaruh terhadap penentuan gaya hidup dan perawatan kesehatan.
Menurut [ CITATION Mar17 \l 1033 ] kanker testis (TC) adalah salah satu
neoplasma paling umum yang terjadi pada pria dan termasuk tumor sel
germinal (GCT), tumor stroma tali pusat-gonad seks dan tumor testis
sekunder. Diagnosis TC melibatkan evaluasi penanda tumor serum alpha-
fetoprotein, human chorionic gonadotropin dan lactate dehydrogenase,
tetapi secara klinis beberapa jenis penanda imunohistokimia lebih
bermanfaat dan lebih sensitif pada GCT, tetapi tidak pada teratoma.
Insiden kanker testis mengalami peningkatan pada beberapa dekade
terakhir.Kenaikan ini umumnya terjadi cukup signifikan, yakni di Negara-
negara maju.Menurut [ CITATION Kat12 \l 1033 ] alasan kenaikan tidak
diketahui karena faktor resiko atau paparan yang belum dapat
dipastikan.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan dalam rahim
atau pada anak usia dini cenderung penting dalam menentukan tingkat
risiko individu. Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa paparan
berbagai faktor dalam masa remaja dan dewasa juga terkait dengan
perkembangan kanker testis. Lengkapnya, faktor risiko untuk kanker testis
tidak dijelaskan secara gambling. Satu-satunya faktor lain yang jelas

12
terkait dengan risiko adalah kanker testis unilateral sebelumnya, riwayat
keluarga kanker testis dan peningkatan tinggi badan orang dewasa. Di
antara faktor-faktor ini, risiko relatif terbesar diberikan dengan memiliki
saudara laki-laki dengan kanker testis, yang meningkatkan risiko
seseorang sekitar 10 kali lipat, hal tersebut menunjukkan bahwa mungkin
ada komponen yang diwariskan yang kuat terhadap risiko tersebut.
Hubungan antara peningkatan risiko Testicular Cancer dan merokok ibu
selama kehamilan, tinggi badan orang dewasa, indeks massa tubuh, diet
yang kaya keju adalah faktor-faktor lain yang berkorelasi dengan
pengembangan Testicular Cancer (TC). Namun, mekanisme biologis yang
terlibat dalam pengembangan TC tidak banyak diketahui. Di antara faktor-
faktor risiko yang berkorelasi dengan timbulnya penyakit yang dapat
diketahui ialah: usia, kriptorkismus, riwayat keluarga TC, sindrom
Klinefelter, riwayat pribadi TC, kelainan bawaan, dan infertilitas. Menurut
[ CITATION Mar17 \l 1033 ] faktor-faktor berikut dapat meningkatkan risiko
pria terkena kanker testis, yaitu:
1. Usia merupakan salah satu faktor paling sering terjadinya TC; pada
kenyataannya, kejadian GCT tertinggi telah ditemukan pada pria
berusia antara 15 dan 35 tahun.Namun, pria dari segala usia dapat
mengembangkan penyakit ini, termasuk pria di usia remaja dan di usia
60-an, jadi penting bagi pria mana pun dengan gejala kanker testis
mengunjungi dokter.
2. Cryptorchidism adalah faktor risiko utama yang terkait dengan GCT
yaitu berkaitan dengan testis yang tidak turun ke dalam skrotum, yang
tetap di perut atau selangkangan, Pria dengan kondisi ini memiliki
peningkatan risiko terkena kanker testis. Risiko ini dapat diturunkan
jika operasi digunakan untuk memperbaiki kondisi sebelum pubertas.
Beberapa dokter merekomendasikan pembedahan untuk kriptorkismus
antara usia 6 bulan dan 15 bulan untuk mengurangi risiko infertilitas.
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk menghasilkan anak. Karena
cryptorchidism sering diperbaiki pada usia muda, banyak pria mungkin
tidak tahu jika mereka memiliki kondisi tersebut.

13
3. Riwayat keluarga TC adalah faktor lain yang berhubungan dengan
peningkatan risiko TC yang dijelaskan bahwa telah ditemukan risiko
TC signifikan pada pria yang ayah atau saudara laki-lakinya menderita
penyakit tersebut.
4. Sindrom Klinefelter, disebabkan oleh kelainan kromosom, telah
dikaitkan dengan TC dan banyak jenis kanker lainnya. Selain itu,
riwayat pribadi TC dapat mendorong perkembangan kanker kedua.
Kelainan bawaan testis, penis atau ginjal dapat berkontribusi untuk
meningkatkan risiko TC. Pria yang menderita kanker dalam 1 testis
memiliki peningkatan risiko terkena kanker di testis lainnya.
Diperkirakan bahwa dari setiap 100 pria dengan kanker testis, 2 akan
mengembangkan kanker di testis lainnya.
5. Ras. Meskipun pria dari ras apa pun dapat mengembangkan kanker
testis, pria kulit putih lebih mungkin didiagnosis dengan kanker testis
dibandingkan pria dari ras lain. Kanker testis jarang terjadi pada pria
kulit hitam. Namun, pria kulit hitam dengan kanker testis lebih
mungkin meninggal karena kanker daripada pria kulit putih, terutama
jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening atau bagian lain
dari tubuh ketika didiagnosis.
6. Human Immunodeficiency Virus (HIV). Laki-laki dengan HIV atau
sindrom defisiensi imun yang didapat (AIDS) yang disebabkan oleh
HIV memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi untuk mengembangkan
seminoma

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak kemajuan telah diperoleh


dalam pengobatan TC.Metode bedah telah dikembangkan selama
bertahun-tahun dan mereka mewakili pilihan pengobatan terbaik untuk
mengobati berbagai jenis TC yang berbeda-beda tergantung pada jenis dan
stadium kanker setelah diagnosis.Pilihan pengobatan untuk TC termasuk
operasi, terapi radiasi, kemoterapi dan transplantasi sel induk.Kadang-
kadang lebih dari satu jenis perawatan dapat digunakan termasuk
kemoterapi dan / atau radioterapi.

14
2.6 Patofisiologi kanker testis
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang
akhirnya mengenai seluruh parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian
menyebar ke rete testis, epididimis, funikulus spermatikus, atau bahkan
ke kulit skrotum. Tunika albuginea merupakan barier yang sangat kuat
bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga kerusakan
tunika albuginea oleh invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor
untuk menyebar keluar testis. Kecuali korio karsinoma, tumor testis
menyebar melalui pembuluh limfe menuju ke kelenjar limfe
retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama, kemudian menuju
ke kelenjar limfe mediastinal dan supraklavikula, sedangkan korio
karsinoma menyebar secara hematogen ke paru, hepar, dan otak
(Purnomo BB, 2003). Metastasis ke kelenjar inguinal hanya terjadi
setelah penyusupan tumor ke dalam kulit skrotum atau setelah
dilakukan pembedahan pada funikulus spermatikus, seperti pada hernia
inguinalis lateralis yang menyebabkan gangguan aliran arus limfe
didalamnya.Penyebaran hematogen luas pada tahap dini merupakan
tanda koriokarsinoma (Jimenez R et al, 2012).Sebagian besar (±95%)
kanker testis, berasal dari tumor sel germinal (testicular germ cell
tumor), sisanya berasal dari tumor sel non germinal (testicular non germ
cell tumor).

2.7 Upaya pencegahan dan penggobatan kanker testis

1. Prevention
Hingga kini belum ada tindakan yang dapat mencegah terjadinya
kanker testis.Namun pada pria yang sudah mengalami pubertas, dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan testis sendiri saat sedang mandi secara
berkala.Hal ini penting untuk dapat mendeteksi dini adanya kanker testis.

2. Treatment

15
Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit.
Setelah kanker ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah
menentukan jenis sel kankernya, selanjutnya ditentukan stadiumnya:
1) Stadium I: kanker belum menyebar ke luar testis
2) Stadium II: kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
3) Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa
sampai ke hati atau paru-paru.

Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:

1) Pembedahan: pengangkatan testis (orkiektomi) dan pengangkatan kelenjar


getah bening (limfadenektomi).
2) Terapi penyinaran: menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi
tinggi lainnya, seringkali dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor
non-seminoma.Juga digunakan sebagai pengobatan utama pada seminoma,
terutama pada stadium awal.
3) Kemoterapi: digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan
etoposid) untuk membunuh sel-sel kanker.Kemoterapi telah meningkatkan
angka harapan hidup penderita tumor non-seminoma.
4) Pencangkokan sumsum tulang: dilakukan jika kemoterapi telah
menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang penderita.

16
BAB III
ANALISIS JURNAL

1. Identifikasi Jurnal
A. Judul Jurnal :A Population-Based Analysis of Incidence, Mortality,
and Survival in Testicular Cancer Patients in Lithuania
B. Nama Peneliti : Mingaile Drevinskaite, Ausvydas Patasius, Marius
Kincius, Mindaugas Jievaltas dan Giedre Smailyte
C. Tahun Terbit, Nomor, dan Volume
Tahun Terbit : 2019
No. : 552
Volume : 55
2. Isi Jurnal

Di Lithuania dan di negara eropa lainnya telah terjadi insiden


kematian akibat kanker testis. Kanker testis merupakan penyakit ganas
yang paling sering terjadi pada pria dewasa muda (usia 15-45 tahun).
Faktor risiko yang diketahui untuk kanker testis adalah kriptorkismus,
diagnosis kanker sebelumnya, kecenderungan genetik dan paparan
estrogen ibu. Faktor risiko lainnya adalah etnis kulit putih, berat lahir
kecil, kelahiran prematur, usia kehamilan kecil, hernia inguinalis,
kembaran, subfertilitas, sindrom disgenesis testis., tinggi dewasa, dan BMI
rendah (Indeks Masa Tubuh). Insiden seminoma cenderung lebih besar
daripada kejadian non-seminoma dengan kedua tipe histologis meningkat
dari waktu ke waktu. Proporsi seminoma dibandingkan dengan non-
seminoma di Lithuania adalah 46% yang sedikit lebih rendah
dibandingkan di negara-negara eropa lainnya. Kematian akibat kanker
testis telah menurun dari waktu ke waktu, meskipun terjadi peningkatan
insiden kanker testis. Pengenalan terapi berbasis cisplatin pada akhir 1970-
an membawa penurunan tingkat kematian dengan tingkat kelangsungan
hidup mencapai 95%. Kelangsungan hidup selama lima tahun relatif

17
meningkat menurut perkiraan periode yang berbeda namun tidak mencapai
skor tertinggi di negara-negara eropa utara. Dengan mempertimbangkan
pengalaman negara-negara lain, peningkatan kelangsungan hidup pasien
kanker testis dapat dicapai dengan pendekatan multidisiplin untuk
diagnosis dan manajemen di pusat-pusat khusus, yang melibatkan
pementasan yang tepat, pengobatan yang memadai, dan tindak lanjut yang
penuh perhatian.

1. Identifikasi Jurnal
A. Judul Jurnal : Biomed Research Internasional, Outcome of Critically Ill
Patients with Testicular Cancer
B. Nama peneliti : Silvio A. Ñamendys-Silva Mireya Barragán-Dessavre,
Andoreni R. Bautista-Ocampo,Francisco J. García-Guillén, Bertha M.
Córdova-Sánchez, Edgar Constantino-Hérnandez,Paulina Correa-García,
Octavio González-Chon, and Angel Herrera-Gómez
C. Tahun terbit, nomer, dan volume:
Tahun terbit: 2017

2. Isi Jurnal
` Observasi studi dilakukan di Mexico, tepatnya di ICU Instituto Nacional
de Cancerolog´ıa (INCan). Penelitian ini memilik tujuan untuk mengevaluasi
karakter klinis dan hasil dari pasien penderita kanker testi (TC) yang dirawat
di unit perawatan intensif onkologi (ICU). Testicular Cancer (TC) mewakili
antara 1% dan 1.5% dari neoplasma (perkembangan sTujian dari penelitian
iniel abnormal). Germ sel tumor ( GCTs) diklasifikasikan menjadi seminoma
dan non-seminoma. Selama periode penelitian, 1.402 pasien dengan TC
dirawat di Departemen onkologi, 60 pasien (4,3%) diterima di ICU. Dalam 6
bulan masa penelitian, jumlah pasien yang masuk ke ICU, rumah sakit dan
angka kematian masing-masing 38,3% , 45% , dan 63,3%.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan angka kematian yang terjadi


merupakan peningkatan jumlah sel darah putih, terjadinya infeksi atau
inflamasi pada tubuh tentunya akan merangsang sel darah putih untuk

18
meningkatsedangakan peningkatan seldarah putih dapat meningkatkan
risiko kematian terkait kanker. iCa level, Hipokalsemia sebagai faktor
prognostik pada pasien kritis masih belum ada penelitian, namun pada
penilitian ini tingkat iCa yang rendah pada pasien yang selamat dan
tidak selamat sejak mereka di rumah sakit, ukuran iCa selama tinggal di
rumah sakit dapat mencegah hipokalsemia. Kegagalan 2 atau lebih
organ pada 24 jam pertama masuk ICU, merupakan faktor utama pasien
kanker yang kritis dirawat di ICU, meliputi derajat disfungsi, jumlah
kegagalan organ dan status kinerja organ saat masuk ICU. Kegagalan
organ pada pasien TC penting untuk diprediksi oleh ahli ankologi untuk
menentukan prioritas pasien yang harus didahulukan.

BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Kanker testis adalah kanker yang berasal dari jaringan
testis,biasanya terjadi pada salah satu testis kanan atau kiri.hanya
sedikit yang terjadi pada kedua testis(5%). Secara umum kanker testis
dibagi menjadi dua jenis yaitu seminoma dan nonseminoma,
berdasarkan penampilan sel-sel di bawah mikroskop. Kankertestis jenis
nonseminoma lebih sulit unuk dismbuhkan daripada seminoma. Adanya
tanda pemebengkakan pada skrotum biasanya merupakan gejala
pertama dari kanker testis.

Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:

1) Pembedahan: pengangkatan testis (orkiektomi) dan pengangkatan kelenjar


getah bening (limfadenektomi).
2) Terapi penyinaran: menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi
tinggi lainnya, seringkali dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor

19
non-seminoma.Juga digunakan sebagai pengobatan utama pada seminoma,
terutama pada stadium awal.
3) Kemoterapi: digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan
etoposid) untuk membunuh sel-sel kanker.Kemoterapi telah meningkatkan
angka harapan hidup penderita tumor non-seminoma.
4) Pencangkokan sumsum tulang: dilakukan jika kemoterapi telah
menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang penderita.

4.2. SARAN

Berdasarkan uraian tentang kanker testis, maka saran yang dapat diberikan
supaya dapat memahami akan pentingnya mempelajari dan menjaga kesehatan
reproduksi. Oleh karena itu mengkonsumsi menajaga kebersihan dan
konsumsi untuk tubuh sangat diperlu diperhatikan. Dirambah lagi aktivitas
fisik dan pengetahuan yang luas juga dapat menunjang kesehatan bagi tubuh.

20
DAFTAR PUSTAKA

Endocrinol, F. (2019). Testicular Cancer : Genes, Environment, Hormons.

https://www.klikdokter.com/penyakit/kanker-testis/pencegahan

file:///E:/Semester%203%20ku/buletin-kanker.pdf

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015

Katherine A. McGlynn, e. a. (2012). Adolescent and adult risk factors for testicular
cancer. Nat Rev Urol Vol. 9(6), 339-349.
Mariarosaria Boccellino, e. a. (2017). Testicular cancer from diagnosis to epigenetic
factors. Oncotarget Vol. 8, 61.

Zuhirman et al. 2015. EVALUATION OF ADVANCED STAGE TESTICULAR


CANCER UNDERWENT CHEMOTHRAPY WITH BLEOMYCIN, E
TOPOSIDE AND CISPLATIN IN ARIFIN ACHMAD REGIONAL
GENERAL HOSPITAL IN 2009-2014. Riau.

Sander, Mochamad Aleq. 2012. STUDI KASUS TUMOR GANAS PADA TESTIS:
KOMPLIKASI KRONIS KRIPTOKISMUS (Case Study Carcinoma Testis:
Complication of Cryptorchismus). Malang.
Drevinskaite, M., Patasius, A., Kincius, M., Jievaltas, M., & Smailyte, G. (2019). A
Population-Based Analysis of Incidence, Mortality, and Survival in Testicular
Cancer Patients in Lithuania, 2-8.

21

Anda mungkin juga menyukai