Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN

”Kanker Kolorektal”

OLEH
Kelompok.2
Kelas/Semester : C/III

1. Marthen Badi Nau 6. Yandri Banoet


2. Vinny Wayan M. Selan 7. Yetri A. Benu
3. Sufia Welhelmina Kase 8. Yuniati Garka
4. Tifani Selan 9. Yuniati M. Toni
5. Welmince Bala 10. Ulfatul Lailah

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke kehadirat Tuhan YME. Karena dengan rahmat dan

karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk bekerja menyelesaikan Asuhan

Keperawatan kami yang berjudul “Kanker Kolorektal”. Asuhan Keperawatan ini

merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan,

Perkemihan dan Imunologi.

Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami, dan teman-

teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik

pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu

kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan.

Kupang, 15 April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Distosia.........................................................................................................................3


2.2 Etiologi...........................................................................................................................................3
2.3 Tanda dan Gejala............................................................................................................................4
2.4 Patofisiologi...................................................................................................................................4
2.5 Faktor Resiko.................................................................................................................................4
2.6 Dampak Distosia pada Ibu dan bayi...............................................................................................5
2.7 Komplikasi Distosia......................................................................................................................5
2.8 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................................6
2.9 Penatalaksanaan Distosia..............................................................................................................6
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian......................................................................................................................................7
3.2 Diagnosa.........................................................................................................................................7
3.3 Intervensi........................................................................................................................................9
3.4 Implementasi................................................................................................................................16
3.5 Evaluasi........................................................................................................................................16
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan...................................................................................................................................17

4.2 Saran.............................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker kolorektal adalah suatu tumor maligna yang muncul dari jaringan epitel
dari kolon atau rektum. Kanker rektum merupakan salah satu dari keganasan pada
rektum yang terjadi akibat timbulnya di mukosa/epitel dimana lama kelamaan timbul
nekrose dan ulkus . Kanker kolorektal adalah kanker yang terdapat pada kolon dan
rektum. Kanker ini disebut kanker kolon atau kanker rektum bergantung dari mana
kanker tersebut berawal. Kanker kolon dan kanker rektum sering digabungkan
bersama karena memiliki banyak kesamaan (American Cancer Society, 2015) dalam
(Harahap, 2019). Kanker kolorektal ditujukan pada tumor ganas yang ditemukan di
kolon dan rektum. Rektum merupakan bagian 15 cm terakhir dari usus besar dan
terletak di dalam rongga panggul di tengah tulang pinggul. Rektum adalah bagian dari
usus besar pada sistem pencernaan yang disebut dengan traktus gastrointestinal.
Kolon dan rektum berfungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh dan membuang
zat-zat yang tidak berguna. Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar
penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal di luar batas normal yang
kemudian dapat menyerang bagian tubuh yang berdampingan atau menyebar ke organ
lain (WHO, 2017) dalam (Gentry, 2017). Karakteristik dan pola hidup masyarakat
yang tidak sehat menjadi tantangan dalam pengendalian kanker dan berdampak pada
peningkatan prevalensi kanker yang tidak terkendali. Salah satu jenis kanker dengan
faktor risiko terkait perilaku yang tidak sehat adalah kanker kolorektal. 3 3 Masalah
keperawatan yang timbul pada penderita kanker rektum yaitu, nyeri, defisit nutrisi,
resiko infeksi,gangguan citra tubuh, defisit pengetahuan, dan ansietas. Adapun pada
saat tindakan kemoterapi berlangsung yaitu risiko infeksi ekstravasasi dan gangguan
integritas kulit (Usolin et al., 2018).
Kanker kolorektal (KKR) adalah kanker ketiga terbanyak dan merupakan kanker
penyebab kematian ketiga terbanyak pada pria dan wanita di Amerika Serikat.
Banyak terjadi didunia dengan presentasi 11,2% atau 1.849.518 kasus dari jumlah
seluruh penderitakanker diseluruh dunia, dan kanker kedua dengan jumlah kematian
9.2% atau 880.792 di tahun 2018 . Dalam kurun waktu 5 tahun terjadi 1.021.005
kasus di Asia dengan 43.324 kasus baru setiap tahunnya. Di Indonesia, kanker rektum
adalah kanker yang sering terjadi baik pada pria dan wanita ,prevalensi tahun 2013
sampai 2018 terjadi 32.069 kasus dengan 14.112 kasus baru di tahun 2018 (The
Global Cancer Observatory, 2019). Hasil survei RISKESDAS, kanker kolorektal ada
sebanyak 5,7% dari semua jenis kanker di Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2008 menyebutkan bahwa kanker kolorektal menempati urutan ke 9 dari 10
peringkat utama penyakit kanker yang diderita pasien rawat inap di seluruh rumah
sakit di Indonesia dengan jumlah kasus sebanyak 1.810. (Sayuti & Nouva, 2019).
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep medis kanker kolorektal?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan kanker kolorektal?
1.3 Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan askep ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami konsep medis kanker kolorektal dan mampu memberikan asuhan
keperawatan termasuk kanker kolorektal.
2. Tujuan khusus
a. Memahami definisi kanker kolorektal
b. Mengetahui etiologi kanker kolorektal
c. Mengetahui manifestasi klinis kanker kolorektal
d. Mengetahui klasifikasi kanker kolorektal
e. Mengetahui patofisiologi kanker kolorektal
f. Memahami WOC kanker kolorektal
g. Mengetahui komplikasi kanker kolorektal
h. Mengetahui pemeriksaan penunjang kanker kolorektal
i. Mengetahui penatalaksanaan medis kanker kolorektal
j. Memahami asuhan keperawatan kanker kolorektal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kanker rektum adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas didalam permukaan
usus besar atau rektum. Kanker rektum merupakan salah satu dari keganasan pada
kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian rektum yang terjadi akibat
timbulnya di mukosa/epitel dimana lama kelamaan timbul nekrose dan ulkus .Kanker
rektum adalah pertumbuhan sel abnormal atau maligna pada daerah rektum.Kanker
rectum adalah keganasan yang terjadi pada bagian rectum. Biasanya kanker rectum
secara teori tergabung dengan kanker kolon, yang disebut kanker kolorectal
( Muttaqin& Sari, 2014).
Kanker kolorectal (KKR) adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar
terdiri dari kolon yang merupakan bagian terpanjang dari usus besar dan atau rectum
yang merupakan bagian kecil terakhir dari usus besar sebelum anus (Kemenkes RI,
2017).
2.2 Etiologi
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu
peredaran pada usus besar (Aliran depan feses) yang meliputi faktor kausatif.
Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The
National Cancer Institut, dan organisasi kanker lainnya.
Faktor resiko telah teridentifikasi untuk kanker kolon
 Usia lebih dari 40 tahun
 Darah dalam feses
 Riwayat polip rektal atau polip kolon
 Adanya polip adematosa atau adenoma villus
 Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
 Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
 Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
Makanan – makanan yang pasti di curigai mengandung zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu
peredaran pada perut, yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker.
Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah, menyebabkan
sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker di dalam usus
besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam
jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa
kelompok menyarankan diet yang mengandung sedikit lemak hewan dan tinggi
sayuran dan buah-buahan. (Mormons,seventh Day Adventists).
Makanan yang harus dihindari :
 Daging merah
 Lemak hewan
 Makanan berlemak
 Daging dan ikan goreng atau panggang
 Karbohidrat yang disaring (example : sari yang disaring)
Makanan yang harus dikonsumsi :
 Buah – buahan dan sayur – sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari
golongan kubis (seperti brokoli)
 Butir padi yang utuh
 Cairan yang cukup terutama air
Beberapa faktor risiko/faktor predisposisi terjadinya kanker rectum menurut
(Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever, 2010) sebagai berikut:
a. Diet rendah serat
Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama, (Price Sylvia A,
2012) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan kaya karbohidrat refined
mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan degradasi garam-
garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak, dimana sebagian dari
zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan
pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih
kecil.Selain itu masa transisi feses meningkat, akibat kontak zat yang
berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.
b. Lemak
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid
menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.
c. Polip (colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan sel pada dinding dalam kolon atau rektum, dan
sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.Sebagian besar polip bersifat
jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
d. Inflamatory Bowel Disease
Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada rectum (misalnya
colitis ulcerativa) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
e. Riwayat kanker pribadi
Orang yang sudah pernah terkena kanker kolorectal dapat terkena kanker
kolorectal untuk kedua kalinya.Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di
indung telur, uterus (endometrium), atau payudara mempunyai tingkat risiko
yang lebih tinggi untuk terkena kanker rektum.
f. Riwayat kanker rektal pada keluarga
Jika mempunyai riwayat kanker rekti pada keluarga, maka
kemungkinanterkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika terkena kanker
pada usia muda.
g. Faktor gaya hidup
Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan
sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar
terkena kanker kolorectal serta kebiasaan sering menahan tinja/defekasi yang
sering.
h. Usia di atas 50
Kanker rektum biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari 90
persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke
atas.
2.3 Manifestasi Klinis
Gejalah sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen
usus, tempat kenker berlokasi, gejalah paling menonjol adalah perubahan kebiasaan
defekasi.Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua.Gejala dapat
juga mencakup anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat
badan dan keletihan.
Gejala yang saling berhubungan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal
abdomen dan melena.Gejala yang sering berhubungan dengan lesi sebelah kiri adalah
yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, oenipisan feses,
konstipasi, dan distensi.Serta adanya darah merah Segar dalam feses.Gejala yang
berhubungan dengan lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah
defeksi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
 Isi kolon berupa cairan
 Obstruksi
 Melena
 Nyeri dangkal abdomen
 Anemia
 Mucus jarang terlihat
 Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi
jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak
enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium.
 Kanker kolon kiri dan rectum
 Cenderung menyebabkan perubahan defekasi
 Diare
 Nyeri kejang
 Kembung
 Sering timbul gangguan obstruksi
 Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita
 Mucus ataupun darah segar sering terlihat pada feses.
 Anemia
 Keinginan defekasi atau sering berkemih
Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak
lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah (Gale,
2000).
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N =
kelenjar getah bening regional, M = jarak metastese).
a) T: Tumor primer
b) TO: Tidak ada tumor
c) TI: Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
d) T2 : Invasi ke dinding otot
e) T3: Tumor menembus dinding otot
f) N: Kelenjar limfa
g) N0: tidak ada metastase
h) N1: Metastasis ke kelenjar regional unilateral
i) N2 : Metastasis ke kelenjar regional bilateral
j) N3 : Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
k) M : Metastasis jauh
l) MO: Tidak ada metastasis jauh
m) MI : Ada metastasis jauh
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut :
A kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.

B1 kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.

B2 kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria

C1 kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu


sampai empat buah.

C2 kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5


buah.

D kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran


yang luas & tidak dapat dioperasi lagi.

Klasifikasi menurut (Black, J.C & Hawks, 2014):


a) Stadium 0 (carcinoma in situ)
Kanker belum menembus membran basal dari mukosa kolon atau rektum.
b) Stadium I
Kanker telah menembus membran basal hingga lapisan kedua atau ketiga
(submukosa/ muskularis propria) dari lapisan dinding kolon/ rektum tetapi
belum menyebar keluar dari dinding kolon/rectum.
c) Stadium II
Kanker telah menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari dinding
usus kolon/rektum dan ke jaringan sekitar tetapi belum menyebar pada
kelenjar getah bening.
d) Stadium III
Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening terdekat tetapi belum
pada organ tubuh lainnya.
e) Stadium IV
Kanker telah menyebar pada organ tubuh lainnya
2.5 Patofisiologi
Kanker Rektum terutama (95%) adenokarisinoma (muncul dari lapisan epitel
usus).Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta
merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat
terlepas dari tumor primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain (paling sering ke
hati) (Oliver, 2013).
Karsinogen adalah substansi yang mengakibatkan perubahan pada struktur dan
fungsi sel menjadi bersifat maligna.Maligna merupakan peroses perubahan sel normal
menjadi sel kanker. Transformasi maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga tahapan
proses seluler yaitu inisiasi merupakan perubahan dalam bahan genetika yang memicu
sel menjadi ganas, promosi yaitu perubahan sel menjadi ganas dan progresi yaitu
tahap akhir terbentuknya sel kanker (Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever, 2010).

Gambar2.1 kanker rectum (sjamsuhidajat&jong,2012)


Gambar2.1 Anatomi kolon dan kanker rectum (sjamsuhidajat&jong,2012)
2.6 WOC

Diet tinggi serat,lemak, polip,


inflamotori bowe disease, riwayat
kanker pribadi, riwayat kanker rektal
pada keluarga, faktor gaya hidup, usia
diatas 50 tahun.

Kanker kolorektal

karsinogen

malinggna

inisiasi promosi progesi

obstruksi obstruksi Perubahan defekasi

Perubahan malena kembung


defekasi

Lesi rektal
Pasase darah Diare
dalam feses

Resiko infeksi
malena Defisit Nutrisi

Nyeri dengkar
abdomen

Nyeri akut
2.7 Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran
langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang menyebabkan hemoragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien kanker rectum adalah
(Wijaya & Puteri, 2013) :
1. Pada keadaan tumor yang lanjut pemeriksaan palpasi akan terba massa.
2. Colok dubur : teraba massa tumor pada karsinoma rectum rendah.
3. Endoskopik : sigmoidoskopi (kaku atau fleksibel ) dilakkukan untuk mendeteksi
adanya massa pada rectum
4. Double contrast barium enema : dapat mendeteksi kebanyakan tumor kolorectal
(80-95%), tetapi harus didahului oleh sigmoidoskopi fleksibel.
5. Radiografik : CT Scan dan MRI dilakukan untuk mendeteksi kanker rectum.
MRI memiliki tingkat keakuratan yang lenih daripada CT Scan pada deteksi
kanker primer, tetapi CT Scan lebih murah dan lebih banyak tersedia. Foto
thorax atau CT Scan thorax untuk melihat metastase paru.
6. Pemeriksaan Darah Rutin : Pemeriksaan hitung darah lengkap, tes fungsi hati,
ginjal, elektrolit dan CEA (Carcino Embryonic Antigen)
2.9 Penatalaksanaan Medis
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai
berikut:
1. Pembedahan (Operasi)
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan
rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif.Kanker yang terbatas
pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop.Kolostomi laparoskopi dengan
polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk
meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop
digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan di kolon, massa tumor
kemudian di eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A
dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi
kanker kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif.
Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi
tidak dapat dilakukan.Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran
tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut.
• Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi
usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
• Reseksi abominoperineal dengan kolostomi signoid permanen
(pengangkatan tumor dan porsisigmoid dan semua rektum serta sfingter
anal)
• Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis
serta reanastomosis lanjut dari kolostomi
• Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi
yang tidak dapat direseksi)
2. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya
sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi
tumor, merusak genetic sehingga membunuh kanker.Terapi radiasi merusak sel-
sel yang pembelahan dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding
lambung & usus, sel darah.Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan
kulit dan kehilangan nafsu makan.
3. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anti kanker yang kuat , dapat masuk ke dalam
sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat
chemotherapy ini ada kira–kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada
umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan
efek yang lebih bagus
4. Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum
Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi
dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal.Kolostomi adalah
pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah.Stoma ini dapat berfungsi
sebagai difersi sementara atau permanen.Ini memungkinkan drainase atau
evakuasi isi kolon keluar tubuh.Konsistensi drainase dihubungkan dengan
penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi
pada jaringan sekitar.
5. Penatalaksanaan Keperawatan
• Dukungan adaptasi dan kemandirian.
• Meningkatkan kenyamanan.
• Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
• Memberikan informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.
6. Penatalaksanaan Diet
• Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur – sayuran dan buah – buahan
Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga
berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus,
karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun
yang memicu sel kanker.
• Kacang – kacangan (lima porsi setiap hari)
• Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol
tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
• Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal
tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
• Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
• Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut wijaya dan putri (2013)
1. Biasanya identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis, kelamin, status,
agama, pekerjaan pendidikan alamat. Penanggung jawaban juga terdiri dari
nama, umur penanggung jawab, hubungan dengan keluraga, dan pekerjaan.
2. Keluhan utama Keluhan utama pada post operasi colostomy yaitu nyeri. Nyeri
timbul dari proses pembedahan.
3. Riwayat kesehatan sekarang (PQRST) Biasanya pasien mengeluh nyeri
dibagian abdomen karena sudah melakukan tindakan colostomy, jadi pasien
merasakan tidak nyaman dengan kondisinya yang sekarang. pasien juga tidak
bisa bergerak banyak, tubuh pasien biasanya terasa lemas dan letih, dan nafsu
makan menurun. Pengkajian dengan pendekatan yaitu menggunakan PQRST
(Noor, 2016).
 P (Provoking Incident): Pasien post operasi colostomy biasanya akan
mengeluh nyeri dan nyeri dirasakan bertambah ketika bergerak.
 Q (Quality of Pain): Nyeri yang dirasakan oleh pasien post operasi
colostomy seperti tersayat-sayat benda tajam.
 R (Region): Nyeri dirasakan di daerah abdomen kanan dan kiri tidak
menyebar ke bagian tubuh yang lain.
 S (Severity/Scale of Pain): Skala nyeri yang dirasakan pasien post
operasi colostomy biasanya mencapai skala 4-6 (nyeri sedang) hingga
7-9 (nyeri berat).
 T (Time): Nyeri dirasakan terus menerus setelah efek anastesi hilang.
4. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya pernah menderita polip kolon, radang
kronik kolorektal, dan kolotis ulseratif yang tidak teratasi, ada infeksi dan
obstuksi pada usus besar,dan diet konsumsi diet tidak baik, tinggi protein,
tinggi lemak, tinggi sert.
5. Riwayat kesehatan keluarga Adakah anggota keluarga yang mengalami
penyakit seperti yang dialami pasien, adakah anggota keluarga yang
mengalami penyakit kronis lainnya.
6. Pola fungsi kesehatan
a) Pola Nutrisi Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis
makanan apa saja yang sering di konsumsi, makanan yang paling
disukai, frekwensi makanannya
b) Pola Eliminasi Kebiasaan BAB, BAK, frekwensi, warna BAB, BAK,
adakah keluar darah atau tidak, keras, lembek, cair.
c) Pola personal hygiene Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi,
menggunakan sabun atau tidak, menyikat gigi.
d) Pola istirahat dan tidur Kebiasaan istirahat tidur berapa jam, Kebiasaan
– kebiasaan sebelum tidur apa saja yang dilakukan.
e) Pola aktivitas dan latihan Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering
dilakukan, aktivitas diluar kegiatan olaraga, misalnya mengurusi
urusan adat di kampung dan sekitarnya.
f) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan Kebiasaan merokok,
mengkonsumsi minum-minuman keras, ketergantungan dengan obat-
obatan ( narkoba ).
g) Hubungan peranHubungan dengan keluarga harmonis, dengan
tetangga, temanteman sekitar lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan
adat ?
h) Pola persepsi dan konsep diri Pandangan terhadap image diri pribadi,
kecintaan terhadap keluarga, kebersamaan dengan keluarga.
i) Pola nilai kepercayaan Kepercayaan terhadapTuhan Yang Maha Esa,
keyakinan terhadap agama yang dianut, mengerjakan perintah agama
yang di anut dan patuh terhadap perintah dan larangan-Nya.
j) Pola reproduksi dan seksual Hubungan dengan keluarga harmonis,
bahagia, hubungan dengan keluarga besarnya dan lingkungan sekitar.
7. Pemeriksaan fisik
a. Sistem pernafasan
 Inspeksi: bentuk hidung simetris, bentuk dada simetris, jalan
nafas bersih, irama dan kedalaman teratur premitus normal
krepitasi tidak.
 Palpasi: tidak terdapat nyeri, dan tidak ada lesi
 Perkusi : suara perkusi normal.
 Auskultasi : suara nafas vesikuler.
b. Sistem kardiovaskuler dan limfe
 Inspeksi : mukosa bibir merah muda, tidak terdapat cubbing
finger, tidak terdapat pembesaran kelenjar geteh bening.
 Palpasi : nadi normal, tidak terdapat capillary refill time.
 Perkusi : batas-batas jaantung, perkusi jantung normal.
 Auskultasi : tidak terdapat kelainan
c. Sistem pencernaan
 Inpeksi : Perut terlihat datar, terlihat stermar, Terdapat luka
post operasi colostomy di bagian kuadran kana, bekas luka
terlihat bersih dan bagus ada colostomy terletak sebelah kiri
abdomen.
 Palpasi : Nyeri tekan pada bagian area colostomy dan abdomen
bekas operasi.
 Perkusi : Tidak ada terdengar suara timpani ketika di perkusi.
 Auskultasi : Pada di dengar kan dengan stetoskop bising usus
pasien 6x/mnt
d. Sistem integument
 Inspeksi :
1) Warna stoma ( normal warna kemerahan)
2) Tanda-tanda perdarahan ( rubor,color,dolor)
3) Keadaan kulit ( lengket, kotor, bau)
4) Haluan stoma
5) Letak pada posisi abdomen kanan dan kiri
 Palpasi : turgor kulit menurun, terdapat edema
e. Sistem penglihatan
 Inspeksi: bentuk mata, peradangan pada konjungtiva atau tidak.
warna seklera, kelainan pada mata atau tidak, edema periobital
 Palpasi : tekanan intraokuler
 Test snallen
f. Sistem pendengaran
 Inspeksi : kesimetrisan pinna kanan dan kiri
 Palpasi : nyeri pada post auricle atau tidak
 Test kemampuan pendengaran : garputala, detak jantung, test
berbisik
g. Sistem perkemihan
 Inspeksi: terdapat edema pada ekstremitas interior atau tidak,
keadaan meatus uretra, terpasang kateter urine
 Palpasi: keadaan kandung kemih tidak penuh, nyeri tekan
 Perkusi: nyeri ketuk pada ginjal
h. Sistem musculoskeletal
 Lokasi : bentu tubuh tegap, keadaan umum lemah, bentuk
ekstremitas atas bawah simetris, tidak edema, kemampuan
dalam bergerak terbatas.
i. Sistem endokrin
 Inspeksi : tidak terdapat pembesaran tyroid, lemah
 Palpasi : tidak ada kelenjar tyroid
3.2 Diagnosa Keperawatan
Penilaian klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa
keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan
keperawatan (Dinarti & Yuli Muryanti, 2017). Diagnosa yang mungkin muncul
menurut (PPNI, 2017):
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka post operasi Colostomy.
2. Risiko Gangguan integritas kulit ditandai dengan bahan kimia iritatif. .
3. Defisit Nutrisi ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi.
Sumber: (wahyuningsih, 2018dan PPNI, 2017)
3.3 Intervensi
No Diagnosa SLKI SIKI
1. Nyeri akut Tujuan: Setelah Menejemen Nyeri:
dilakukan tindakan
berhubungan Tindakan :
keperawatan 3x24 jam
dengan adanya glukosa derajat infeksi Observasi :
luka post menurun. Dengan kriteria 1) Identivikasi
hasil :
operasi lokasi,karakteristik,
Colostomy. - Nyeri menurun (5) durasi,frekuensi,
- Meringis menurun
(5) kualitas,internsitas
nyeri.
2) Identifikasi skala nyeri
Terapeutik:
1) Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Edukasi:
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik.
2. Resiko Infeksi Tujuan: Setelah Pencegahan infeksi
ketidakadekuata dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam  Observasi:
n pertahanan
glukosa derajat infeksi
tubuh primer: menurun. Dengan kriteria Monitor tanda
hasil : gejala infeksi lokal
kerusakan
dan sistemik
integritas kulit.  Terapeutik
1 Nyeri menurun (5)
1. Batasi jumlah
pengunjung

2. Berikan perawatan
kulit pada daerah
edema

3. Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien

4. Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi

 Edukasi

1. Jelaskan tanda dan


gejala infeksi
Ajarkan cara
memeriksa luka

2. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan

 Kolaborasi

Kolaborasi pemberian
imunisasi, Jika perlu
3. Defisit Nutrisi
Tujuan: Setelah Menejemen nutrisi
ketidakmampuan dilakukan tindakan Tindakan
keperawatan 3x24 jam
mengabsorbsi
glukosa derajat infeksi Observasi :
nutrisi. menurun. Dengan kriteria - Identifikasi status
hasil :
nutrisi
Diare menurun(5) Terapeutik:
- Berikan makanan
kalori dan tinggi
protein
Edukasi :
- Ajarkan diet yang
diprogramkan

3.4 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
(Tarwoto & Wartonah, 2015).
3.5 Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai
dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan (Tarwoto
& Wartonah, 2011).
Menurut Tim pokja SLKI DPP PPNI,(2019) Teknik Pelaksanaan SOAP
1. S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien
setelah tindakan diberikan.
2. O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
3. A (Analisis) adalah membandingkan antara informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan
bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.
4. P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker rektum adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas didalam permukaan
usus besar atau rektum. Kanker rektum merupakan salah satu dari keganasan pada
kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian rektum yang terjadi akibat
timbulnya di mukosa/epitel dimana lama kelamaan timbul nekrose dan ulkus.
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu
peredaran pada usus besar (Aliran depan feses) yang meliputi faktor kausatif.
Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The
National Cancer Institut, dan organisasi kanker lainnya.
Gejalah sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen
usus, tempat kenker berlokasi, gejalah paling menonjol adalah perubahan kebiasaan
defekasi.Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua.Gejala dapat
juga mencakup anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat
badan dan keletihan.

4.2 Saran
Kelompok berharap setelah mendapatkan pemaparan dan memahami konsep
kanker kolorektal dan konsep Asuhan Keperawatan kanker kolorektal, kelompok dan
rekan lainnya mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai dengan evidence
based yang sudah di tampilkan dan mampu menerapkan sedini mungkin pencegahan
terjadinya kanker kolorektal pada masyarakat yang belum menderirta kanker
kolorektal atau mengurangi angka kematian.
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. (2015). Cancer Facts For Woman. ihttp:/www.cancer.org. diakses
pada 29 April 2017.

Usolim et al (2018). Persepsi perawat pelaksana tentang managemen kemoterapi pada pasien

kanker di RS Ibnu Sina Makassar. Diakses pada 28 September 2018 dari


hhtp:www.google.com. ejournal.stikesnh.ac.id

Sayuti M, Nouva N. Kanker Kolorektal. AVERROUS J Kedokt dan Kesehat Malikussaleh.


2019;5(2):76.

Muttaqin, Arif & Kumala Sari. (2014). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes RI. (2017). Kanker Kolorektal. Jakarta: Kemenkes RI Gale. 2000. Corporate Governance
and Competition. Dalam Vives, X. (Ed). Corporate

Governance : Theoretical and Empirical Perspectives. Cambridge, United Kingdom: The Press
Syndicate of the University of Cambridge.

Oliver, M. (2013). Shared Pedagogical Understandings: Schoolwide Inclusion Practices


Supporting Learner Needs. SAGE. Volume bhas16(2) 159-174 Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever,
2010)

Sjamsuhidajat R & Wim de Jong. (2012). Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 3.Jakarta : EGC.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Dinarti & Yuli Muryanti. (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi Keperawatan (M. K.
Dinarti, S.Kp, MAP Yuli Mulyanti, S.Kp. (ed.);tahun 2017). Rini Dwiyani H., S.E., M.T.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat PPNI.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 5.
Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai