Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN CA PANKREAS

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN STASE GADAR KRITIS (ICU)

Oleh :

Harvina Sindy Prastiwi G3A022135

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2023
BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang
Tumor pankreas merupakan jenis tumor yang dapat mengenai pankreas

baik jaringan eksokrin maupun endokrin, serta jaringan penyangganya yang

dapat terjadi jinak maupun ganas. Kebanyakan untuk jenis tumor eksokrin

pankreas berasal dari sel duktus dan sel asiner, 90% nya merupakan tumor

ganas jenis adenokarsinoma duktal pankreas yang merupakan neoplasma

primer dimana frekuensinya 80% dari semua keganasan pankreas dan 90%

dari keganasan tumor epithelial.

Karsinoma pankreas merupakan tumor yang cukup sering terjadi.

TheAmerican Cancer Society pada tahun 2015, menyebutkan bahwa kanker

pancreas merupakan penyebab kematian peringkat utama keempat kematian

kanker di Amerika Serikat. Di seluruh dunia kanker pancreas menyumbang

lebih dari 200.000 kematian setiap tahun. Sehingga total kematian akibat

kanker pancreas saat ini meningkat dan di prediksi menjadi penyebab utama

peringkat kedua kematian kanker di dunia. Pada tahun 2018, American

Cancer Society memperkirakan terdapat sekitar 55.440 kasus baru karsinoma

pankreas yang terdiagnosis (29.200 pria dan 26.24 wanita) dan kasus

44.330 kasus yang meninggal karena karsinoma pankreas (23.020 pria dan

21.130 wanita).
Sel dan jaringan tubuh terus berfungsi dalam keseimbangan. Ada saat

membelah, bertumbuh, dan pada saat lain dihancurkan dan dibuang. Dalam

perjalanannya, sel atau jaringan dalam menjalankan fungsinya dapat

mengalami gangguan keseimbangan. Salah satu ketidak seimbangan yang

dapat terjadi adalah adanya suatu sel atau jaringan yang bertumbuh diluar

kebiasaannya, dimana ia bertumbuh secara liar dan tidak bisa dikontrol serta

tumbuh menggandakan diri sehingga tumbuh jaringan atau sel abnormal yang

disebut tumor. Tumor ada dua macam, yaitu tumor jinak dan tumor ganas.

Tumor jinak hanya tumbuh membesar, tidak terlalu berbahaya, dan tidak

menyebar ke luar jaringannya. Tumor ganas sangatlah berbeda, oleh

karenanya disebut kanker. Kanker adalah sel yang telah kehilangan kendali

dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak

wajar, liar, dan kerap kali menyebar jauh ke sel jaringan lain serta

merusaknya (Junaidi, Iskandar. 2010).

Menurut World Health Organization (WHO) kanker atau tumor

merupakan penyebab kematian kedua di dunia setelah kardiovaskuler dan

diperkirakan mencapai 9,6 juta kematian pada tahun 2018. Bahkan

diperkirakan pada tahun 2030 kejadian tersebut dapat mencapai hingga 26

juta orang dan 17 juta diantaranya meninggal akibat kanker, dan peningkatan

lebih cepat terjadi di Negara miskin dan berkembang. Berdasarkan data BPJS

sampai dengan triwulan ketiga pada tahun 2016, kanker menghabiskan

biaya sebesar 2,2


triliun. Meningkat dari tahun 2015 di mana hingga bulan juni tahun 2017

kanker telah menghabiskan biaya sebesar 6,3 triliuan. (Pusat Data Informasi

Kesehatan Kemenkes RI, 2018)

Data Globocan menyebutkan di tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus

baru dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian, dimana 1 dari 5 laki-

laki dan 1 dari 6 perempuan di dunia mengalami tumor. Data tersebut juga

menyatakan dari 8 laki-laki dan 1 dari 11 perempuan meninggal karena

tumor. Angka kejadian penyakit tumor di Indonesia (136.2 per 100.00

penduduk) berada pada urutan 81 di Asian Tenggara sedangkan Asia urutan

ke- 23. Karsinoma pankreas di Indonesia disebutkan insiden kanker pankreas

5.829 dan kematian karena kanker pankreas sebanyak 5.624. Di RSUP Dr.

Kariadi Semarang 199-2004 terdapat 53 kasus dengan karsinoma pancreas

dan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo pada tahun 2012-2015 terdapat 73

kasus dengan karsinoma pankreas. (Kemenkes, 2018)

Prevalensi kejadian tumor di Indonesia menunjukkan adanya

peningkatan dari 1,4 per 1000 penduduk dari tahun 2013 menjadi 1,79 per

100.000 pada tahun 2018. Prevalensi tumor tertinggi adalah pada provinsi DI

Yogyakarta 4,86 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per

100.00 penduduk (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data dari RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

(2017) penderita kanker/tumor secara keseluruhan berjumlah 24.831 orang

dimana 15.637orang merupakan kujungan


berulang dan 268 orang lainnya terdiagnosis tumor ganas. Berdasarkan data

insidensi dan lokasi kanker intra abdomen yaitu ginjal 47 orang (0,8%),

lambung 33 orang (0,6%), usus halus 10 orang (0,2%), pancreas 79 orang

(1,4%), hati dan duktus biliaris intrahepatic 359 orang (6,2%). (Desmy

fadillah, 2017).

Sebagian besar dari karsinoma pankreas terjadi di caput pankreas

(75%), sisanya ditemukan di corpus (15%). Kanker pankreas sangat sulit

untuk didiagnosa pada stadium awal, gejala asimptomatik, lambat dengan

pertumbuhan cepat sehinggan di sebut silent killer. Karsinoma pankreas

merupakan jenis yang agresif cenderung mengobstruksi duktus yang

berdekatan, pembuluh darah, dan struktur yang berdekatan seperti

perivascular, perineural dan penyebaran limfatik. Metastasis juga meluas

sampai ke limfonodi, hepar dan peritoneum. Median survival kira-kira 4

bulan stelah terdiagnosa dengan prognosis buruk (Guntur Dermawan, 2011).

Kanker pankreas merupakan salah satu kanker yang mematikan. Kanker

ini sering disebut penyakit “diam” karena gejalanya tak terlihat pada tahap

awal sampai kanker itu telah menyebar. Kanker pankreas menyebar sangat

cepat dan memiliki prognosis yang buruk jika dibandingkan dengan kanker

lainnya. Gejala yang tidak muncul sampai kanker itu berkembang membuat

operasi pengangkatan sulit dilakukan. Gejala awal penyakit ini seringkali

tidak spesifik dan sering terabaikan, sehingga pasien terlambat didiagnosis.

Gejala paling khas


kanker pankreas adalah icterus obstruktif akibat penekanan tumor pada

duktus koledokus. Gejala klinis pada penyakit ini yaitu anoreksia, muntah,

diare, steatorea dan badan lesu biasanya berlangsung lebih dari 2 bulan

sebelum didiagnosis, icterus, nyeri abdomen , dan penurunan berat badan

merupakan gejala klasik yang sering menjadi keluhan utama.

Upaya dalam tatalaksana penanganan karsinoma pankreas bersifat

kuratif dan paliatif. Pengobatan kuratif dilakukan dengan pembedahan

disertai kemoterapi adjuvant dan radioterapi pada karsinoma pankreas

stadium dini. Pembedahan standar pada kasus karsinoma pankreas adalah

prosedur whipple yaitu berupa reseksi kaput pancreas, duodenum, bagian

lambung dan kandung empedu. Pengobatan paliatif dilakukan untuk

meningkatkan kualitas hidup penderita pada stadium akhir. Tindakan

pembedahan paliatif adalah pemasangan stent perkutan dan stent

perendoskopik atau percutaneous transhepatic biliary drainage (PTBD).

Berdasarkan latar belakang dan pengalaman praktik yang ditemukan di

RS, maka penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul “ Asuhan

Keperawatn Kegawatdaruratan pada Tn A dengan diagnose Tumor Pankreas

di Ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Bedah RSUP. Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar sebagai Karya Ilmiah Akhir.


B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam

mengaplikasikan teori asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada

gangguan sistem pencernaan dengan kasus Tumor Pankreas

2. Tujuan khusus

a. Mendapat gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan

pengkajian keperawatan kegawatdaruratan pada Tn.”A” dengan Tumor

Pankreas di ruangan IGD Bedah Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo

Makassar.
BAB II

TINJAUAN KASUS KELOLAAN

I. TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis

1. Definisi Tumor Pankreas

Gambar 1.1
Kanker
pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua

fungsi utama, yaitu: Menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa

hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior

perut dan berhubungan erat dengan duodenum (Desen, Wan. 2013).

Bagian ini berfungsi memproduksi dan melepaskan hormone

insulin, glucagon, dan somatostatin. Hormone ini masing – masing


di produksi oleh sel-sel khusus yang berbeda di pancreas, yang di sebut

pulau langerhans. Elizabeth J. Corwin (2009).

Pulau langerhans adalah kumpulan sel berbentuk ovoid, berukuran

76 x 175 um. Pulau-pulau ini tersebar di seluruh pancreas, walaupun lebih

banyak di temukan di kauda (ekor) dari pada kaput (kepala) dan korpus

(badan) pancreas. Pulau-pulau ini menyusun sekitar 2% volume kelenjar,

sedangka bagian eksokrin penkreas membentuk 80% serta duktus dan

pembuluh darah membentuk sisanya. W. F. Ganong , (2012).

Menurut W. F. Ganong , (2012). diungkapkan bagian pancreas

yang menyekresi getah pancreas adalah kelenjar alveolus gabungan yang

bentuknya mirip dengan kelenjar saliva. Didalam sel ini terbentuk granula

berisi enzim pencernaan (granula zimogen) yang mengeluarkan melalui

eksositosis dari apeks sel ke dalam lumen duktus pankreatikus. Cabang

halus duktus bergabung menjadi sebuah duktus (duktus pankreatikus

wiring), yang biasanya menyatu dengan duktus koleduktus untuk

membentuk ampula vateri. Ampula membuka melalui papilla dudenom,

dan orifisiumnya dilingkari oleh sfingter Oddi. Beberapa memiliki duktus

pancreatikus asesori (duktus Santorini) yang juga masuk ke dalam

duodenum di bagian lebih proximal.

Fungsi bagian ini adalah sekresi enzim pancreas dan sekresi

natrium bikarbonat. Fungsi sekresi enzim pancreas berlangsung


akibat stimulasi pancreas kolesistokinin, suatu hormone yang dikeluarkan

oleh usus halus. Sedangkan natrium bikarbonat dikeluarkan dari sel asinus

ke dalam duktus pankreatikus lalu disalurkan ke usus halus, sebagai

respon terhadap terhadap hormon usus halus, sekretin.

Tumor pankreas merupakan jenis tumor yang dapat mengenai

pankreas baik jaringan eksokrin maupun endokrin, serta jaringan

peyangganya yang dapat terjadi jinak maupun ganas. Kebanyakan untuk

jenis tumor eksokrin pankreas berasal dari sel duktus dan sel asiner, 90%

nya merupakan tumor ganas jenis adenokarsinoma duktal pankreas yang

merupakan neoplasma primer dimana frekuensinya 80% dari semua

keganasan pankreas dan 90% dari keganasan tumor epithelial. ( Elizabeth

J. Corwin 2009).

2. Anatomi dan Fisiologi Pankreas

Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada

duodenum dan terdapat kurang lebih 200.000-1.800.000 pulau Langerhans.

Dalam pulau langerhana jumlah sel beta normal pada manusia antara 60%-

80% dari populasi sel Pulau Langerhans. Pankreas berwarna putih keabuan

hingga kemerahan. Organ ini merupakan kelenjar majemuk yang terdiri

atas jaringan eksokrin dan jaringan


endokrin. Jaringan eksokrin menghasilkan enzim-enzim pankreas sepertiamylase,

peptidasedanlipase,sedangkan jaringan endokrin menghasilkan hormon-hormon seperti

insulin, glukagon dan somatostatin (Dolensek,Rupnik&Stozer,2 015).

Gambar1.2
AnatomiPankre
as
PulauLangerhansmempunyai4macamselyaitu(Dolensek,Ru

pnik&Stozer,2015):

a. SelAlfaàsekresiglukagon

b. SelBetaàsekresiinsulin

c. SelDeltaàsekresisomatostatin

d. SelPankreatik
Hubungan yang erat antar sel-sel yang ada pada pulau Langerhans

menyebabkan pengaturan secara langsung sekresi hormon dari jenis

hormon yang lain. Terdapat hubungan umpan balik negatif langsung antara

konsentrasi gula darah dan kecepatan sekresi sel alfa, tetapi hubungan

tersebut berlawanan arah dengan efek gula darah pada sel beta. Kadar gula

darah akan dipertahankan pada nilai normal oleh peran antagonis hormon

insulin dan glukagon, akan tetapi hormon somatostatin menghambat

sekresi keduanya (Dolensek,Rupnik&Stoze r, 2015).

3. Etiologi

a. Faktor Resiko Eksogen

Dalam fisiologi pancreas getah pancreas bersifat basa dengan

komposisi HCO3 (Asam) dengan kadar 113 meg/L. Setiap hari

disekresikan sekitar 1500 mL getah pancreas. Sekresi getah pancreas

bersama dengan sekresi empedu dan getah usus berefek pada

penetralan asam lambung dan menaikkan PH duodenum menjadi 6,0

– 7,0. Didalam getah penkreas terdapat tripsinogen yang diubah

menjadi enzim aktif tripsin. Tripsin berfungsi untuk mengubah

kimotripsinogen menjadi kimotripsin yang merangsang kerja

enzim
enteropeptidase. Definisi enterpeptidase akan mengakibatkan

kelainan congenital dan nutrisi protein.

Merupakan Adenoma yang jinak dan Adenokarsinoma yang

ganas yang berasal dari sel parenkim (asiner atau sel duktal) dan

tumor kistik. Yang termasuk factor resiko eksogen adalah makanan

tinggi lemak dan kolesterol, pecandu alkohol, perokok, orang yang

suka mengkonsumsi kopi, dan beberapa zat karsinogen. (Setyono,

2001).

b. Faktor Resiko Endogen

Penyebaran kanker/tumor dapat langsung ke organ di

sekitarnya atau melalui pembuluh darah kelenjar getah bening.

Lebih sering ke hati, peritoneum, dan paru. Kanker di kaput pankreas

lebih banyak menimbulkan sumbatan pada saluran empedu disebut

Tumor akan masuk dan menginfiltrasi duodenum sehingga terjadi

perdarahan di duodenum. Kanker yang letaknya di korpus dan

kaudal akan lebih sering mengalami metastasis ke hati, bisa juga ke

limpa. (Setyono, 2001).

4. Patofisiologi

Pada umumnya tumor meluas ke Retroperitoneal ke belakang

pankreas, melapisi dan melekat pada pembuluh darah. Secara

mikroskopik terdapat infiltrasi di jaringan lemak peripankreas, saluran

limfe, dan perineural. Pada stadium lanjut,


kanker kaput pancreas sering bermetastasis ke duodenum, lambung,

peritoneum, hati dan kandung empedu.

Tumor pankreas pada bagian badan dan ekor pankreas dapat

metastasis ke hati, peritoneum, limpa, lambung dan kelenjar adrenal

kiri. Karsinoma di kaput pankreas sering menimbulkan sumbatan pada

saluran empedu sehingga terjadi kolestasis ekstra-hepatal. Disamping

itu akan mendesak dan menginfiltrasi duodenum, sehingga dapat

menimbulkan peradangan di duodenum. Karsinoma yang letaknya di

korpus dan kaudal, lebih sering mengalami metastasis ke hati dan ke

limpa.

Konsumsi alcohol, infeksi bakteri/virus akan serta faktor- faktor

yang beresiko mengakibatkan edema pada pancreas (terutama daerah

ampula vater). Edema pada ampulla akan berakibat aliran balik getah

empedu dari duktus koledokus ke dalam duktus pankreatikus. Dengan

demikian didalam pancreas akan terjadi peningkatan kadar enzim yang

mengakibatkan peradangan pada pancreas. Proses peradangan ini kalau

ditumpangi mikroorganisme maka akan berakibat terbawanya toksik

kedalam darah yang merangsang hipotalamus untuk meningkatkan

ambang suhu tubuh (muncul panas).

Adanya refluks enzim akan meningkatkan volume enzim dan

distensi pada pancreas yang merangsang reseptor nyeri


yang dapat dijalarkan ke daerah abdomen dan punggung. Kondisi ini

memunculkan adanya keluhan nyeri hebat pada abdomen yang menjalar

sampai punggung.

Distensi pada pancreas yang melampaui beban akan berdampak

pada penekanan dinding duktus dan pancreas serta pembuluh darah

pancreas. Pembuluh darah dapat mengalami cidera bahkan sampai rusak

sehingga darah dapat keluar dan menumpuk pada pancreas atau jaringan

sekitar yang berakibat pada ekimosis pinggang dan

umbilicus.Kerusakan yang terjadi pada pancreas secara sistemik dapat

meningkatkan respon asam lambung sehingga salah satu pertahanan

untuk mengurangi tingkat kerusakan. Akan tetapi kelebihan ini justru

akan merangsang respon gaster untuk meningkatkan ritmik

kontraksinya yang dapat meningkatkan rasa mual dan muntah.

Mual akan berdampak pada penurunan intake cairan sedangkan

muntah akan berdampak peningkatkan pengeluaran cairan tubuh. Dua

kondisi ini menurunkan volume dan komposisi cairan tubuh yang

secara otomatis akan menurunkan volume darah. Penurunan volume

darah inilah yang secara klinis akan berakibat hipotensi pada penderita.

Penurunan volume darah berkontribusi pada penurunan

pengikatan oksigen dan penyediaan nutrisi bagi sel sehingga terjadi

penurunan perfusi sel termasuk otak. Kondisi seperti inilah


yang dapat menimbulkan agitasi pada penderita. Ditambah lagi mual

akan menurunkan komposisi kalsium darah yang berdampak pada

penurunan eksitasi system persarafan(Sujono Riyadi, 2013).

5. Manifestasi Klinis

Sejumlah tanda dan gejala kanker pankreas tak muncul dalam

tahap awal. Tapi setelah tumbuh dan menyebar, nyeri sering

berkembang pada perut bagian bawah dan kadang- kadang menyebar ke

punggung. Rasa sakit bisa menjadi lebih buruk setelah orang makan

atau berbaring. Dan gejala lain yang mungkin muncul antara lain:

a. Berat badan menurun drastis akibat kehilangan nafsu makan

b. Anoreksia dan kembung

c. Diare dengan kandungan lemak dalam feses (steatorrhea)

d. Diabetes ( pada penderita ini disertai berat badan yang

menurun drastis, mual, serta kulit, mata, atau selaput lendir

menguning.)

e. Warna urin lebih gelap, biasanya berwarna kehitaman

menyerupai warna tanah

f. Mengalami kelelahan berkepanjangan

g. Terjadi pembekuan darah


h. Gangguan sistem pencernaan yang mengarah pada

menurunnya metabolisme tubuh

i. Depresi berkepanjangan

j. Gangguan pada organ hati atau liver(Sujono Riyadi, 2013).

6. Klasifikasi

a. Klasifikasi Tumor Pankreas terdiri dari :

TX : Tumor primer tidak ditemukan

T1 : Tidak ada bukti tumor primer

Tis : Karsinoma in situ

T1 :Diameter terbesar tumor < 2 cm, terbatas dalam pancreas.

T2 : Diameter terbesar tumor > 2 cm, terbatas dalam pancreas.

T3 :Tumor langsung menginvasi duodenum, duktus biliaris,

gaster, limpa, kolon, dan jaringan sekitar lainnya, tapi

belum mengenai trunkus seliak atau vena mesenterium

superior.

T4 : Tumor mengenai trunkus seliak atau vena mesentrium

superior.

b. Kelenjar limfe regional (N)

NX : Kelenjar limfe regional tidak dapat ditemukan. N0

: Tidak ada metastasis kelenjar limfe regional.


N1 : Terdapat metastasis ke kelenjar limfe regional Pn1a :

Terdapat metastasis satu kelenjar limfe regional

Pn1b : Terdapat metastasis multiple kelenjar limfe regional.

c. Metastasis jauh (M)

MX : Metastasis jauh tidak dapat ditemukan. M0

: Tidak ada metastasis jauh.

M1 : Terdapat metastasis jauh.

d. Klasifikasi stadium

Stadium 0 : Tis, N0, M0

Stadium IA : T1,N0, M0

Stadium IB : T2, N0, M0

Stadium IIA : T3, N0, M0

Stadium IIB : T1-3, N1, M0

Stadium III : T4, N apapun, M0 Stadium

IV : T apapun, N apapun, M1

Berikut adalah klasifikasi TNM kanker pankreas

menurut UICC tahun 2002.

Klasifikasi Stadium

Stadium 0 Tis, N0 ,M0

Stadium IA T1, N0, M0

Stadium IB T2, N0, M0


Stadium IIA T3, N0, M0

Stadium IIB T1-3, N1, M0

Stadium III T4, N apapun, M0

Stadium IV T apapun, N apapun, M1

Tabel 2.1

Sumber : Desen, Wan. 2013. Onkologi Klinis

7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi adalah :

a. Masalah metabolisme glukosa

Tumor dapat mempengaruhi kemampuan pankreas

untuk memproduksi insulin sehingga dapat mendorong

permasalahan di metabolisme glukosa termasuk diabetes.

b. Ikterus atau jaundice

Terkadang diikuti dengan rasa gatal yang hebat.

Menguningnya kulit dan bagian putih mata dapat terjadi jika

tumor pankreas menyumbat saluran empedu, yaitu semacam

pipa tipis yang membawa empedu dari liver ke usus dua belas

jari. Warna kuning berasal dari kelebihan


bilirubin. Asam empedu dapat menyebabkan rasa gatal jika

kelebihan bilirubin tersebut mengendap di kulit.

c. Nyeri

Tumor pankreas yang besar akan menekan lingkungan

sekitar saraf, menimbulkan rasa sakit di punggung atau perut

yang terkadang bisa menjadi hebat.

d. Metastasis.

Metastasis adalah komplikasi paling serius dari kanker

atau tumor ganas pankreas. Pankreas dikelilingi oleh sejumlah

organ vital, termasuk juga perut, limpa kecil, liver, paru-paru

dan usus. Karena kanker pankreas jarang terdeteksi pada

stadium awal, kanker ini seringkali menyebar ke organ-organ

tersebut atau ke dekat ujung limpa(Sujono Riyadi, 2013).

8. Pemeriksaan Penunjang

1. Radiologi :

a. USG

USG abdomen merupakan pilihan metode survei dan

diagnosis kanker pankreas. Yang ditandai dengan sederhana,

non-invasif, non-radioaktif, dapat multi- sumbu pengamatan

permukaan, dan lebih jelas melihat struktur pancreas dengan

internal saluran empedu atau tanpa obstruksi dan lokasi

obstruksi. Keterbatasan USG


adalah bidang pandang kecil yang rentan terhadap perut, gas

usus, dan somatotip. Selain itu, USG juga bergantungan

dengan pengalaman dokter yang memeriksa dan peralatan

yang digunakan, subjektivitas tertentu, jika perlu, mengingat

kombinasi dari pencitraan maka dapat ditambahkan dengan

pemeriksaan resonansi CT dan magnetik (MRI) serta tes

laboratorium.

b. CT Scan

CT saat ini menjadi metode alat pemeriksa yang terbaik

untuk pankreas dengan pemeriksaan noninvasif, terutama

digunakan untuk diagnosis kanker pankreas dan pementasan.

Dapat melihat ukuran dan lokasi lesi secara luas, tetapi

diagnosis kualitatif tidak akurat, tidak kondusif untuk

menampilkan hubungan antara tumor dan struktur sekitarnya.

CT dapat dengan akurat menentukan apakah sudah ada

metastasis pada hati dan kelenjar getah bening. CT menjadi

banyak digunakan dalam beberapa tahun terakhir bidang

diagnosis tumor dan sebagai sarana untuk menentukan langkah

pengobatan, anda dapat lebih akurat menilai sifat dan tingkat

lesi stadium tumor ganas dan pilihan pengobatan dengan nilai

yang lebih tinggi.

c. MRI dan MRCP


Bukan sebagai metode pilihan untuk diagnosis kanker

pankreas, tetapi ketika pasien alergi dengan kontras

ketingkatkan CT maka dapat dilakukan pemeriksaan scan

MRI,tetapi tidak untuk mendeteksi tingkatan stadiumnya. Selain

itu, beberapa lesi sulit untuk dikarakterisasi, berdasarkan

pemeriksaan CT dapat digantikan dengan melakukan MRI,

untuk melengkapi kekurangan dari gambar CT. MRCP

dilakukan untuk menentukan perbandingan tanpa obstruksi

bilier dan tempat obstruksi, penyebab obstruktif memiliki

keuntungan jelas, dan Endoscopic Retrograde

Cholangiopancreatography (ERCP), empedu transhepatik

saluran pencitraan alat invasif, dan lebih aman(Sujono Riyadi,

2013).

9. Penatalaksanaan

Terdapat beberapa metode pengobatan pada pasien tumor

pankreas yaitu :

a. Bedah reseksi “kuratif”

Pengobatan yang paling efektif pada tumor pancreas

adalah bedah reseksi komplit pada tumor. Akan htetapi hanya

dapat dilakukan pada 10-15% kasus tumor pancreas, biasanya

pada tumor kaput pancreas dengan gejala awal icterus. Terdapat

berbagai pilihan metode


bedah yang disesuaikan dengan kondisi tumor pasien dengan

pengalaman dokter bedahnya. Walaupun dapat dilakukan bedah

reseksi kuratif, akan tetapi angka kelestarian hidup 5 tahun

hanya 10%. Pengalaman di Jepang menunjukkan bahwa bila

besar tumor< 2 cm, angka kelestarian hidup 5 tahun dan 10

tahun menjadi 37%.

b. Bedah paliatif

Sebagian besar pasien (85-90% kasus) hanya dapat

dilakukan bedah paliatif untuk mdembebaskan obstruksi bilier,

dengan cara bedah pintas bilier, pemasangan stent perkutan dan

pemasangan stent per-endoskopik. Stenting endoskopik lebih

baik daripada bedah pintas bilier dalam hal morbiditas (23% vs

43%), mortalitas akibat tindakan (0% vs 10%) dan kematian 30

hari (6% vs 15%). Stenting endoskopik lebih baik dari perkutan

dalam hal membersihkan icterus (81% vs 61%) dan kematian

30 hari (15% vs 3%). Median kelestarian hidup pasien yang

tidak dapat dilakukan operasi reseksi adalah 6 bulan.

c. Kemoterapi

Pengobatan kemoterapi pasien tumor pankreas stadium

lanjut masih jauh dari memuaskan. Kemoterapi tunggal maupun

kombinasi tidak berhasil memperpanjang


usia pasien atau meningkatkan kualitas hidup. Beberapa

kemoterapi tunggal seperti 5-FU, mitomisim C dapat

memperkecil besar tumor, akan tetapi tidak atau sedikit

memperpanjang usia pasien (kurang 20 minggu). Gemistabin,

obat deoxycytidine analogue dilaporkan dapat sedikit

meningkatkan kualitas hidup pada tumor pankreas stadium

lanjut. Gemistabin dapat mengurangi keluhan (seperti rasa

nyeri),meningkatkan penampilandan berat badab pasien akan

tetapi untuk perpanjangan usia akan bertambah sedikit (1-2

bulan). Metode terapi baru yaitu kemoterapi dengan obat baru

dengan target molecular spesifik seperti epidermal growth factor

specific dan vascular endothelial growth factor receptor masih

dalam tahap eksperimental.

d. Radioterapi

Pemberian radioterapi telah digunakan dengan berbagai

cara antara lain ; kombinasi kemoterapi 5-FU dengan

radioterapi, kemoradioterapi preoperasi, atau waktu operasi

(intraoperative electron beam radiation) masih dalam tahap

eksperimental.

e. Terapi simtomatik

Pengelolaan kontrol rasa sakit pada pasien tumor pancreas

diberikan secara bertahap tergantung beraat


ringannya sakit dan respons pasien. Sakit ringan dan sedang

dapat dimulai dengan pemberian analgetik seperti aspirin,

asetaminofen dan obat anti inflamasi non steroid. Bila gagal atau

sakit berat di berikan obat analgetik narkotik seperti morfin,

kodein, meperidin dan sebagainya. Pengobatan simtomatik

lainnya berupa dietetic dan substitusi enzim pancreas pada

malnutrisi, pengobatan terhadap diabetes dan sebagainya

(Sujono Riyadi, 2013).

B. Konsep asuhan keperawatan

1. Pengkajian primer

a. Airways

1) Sumbatan atau penumpukan secret

2) Wheezing atau krekles

b. Breathing

1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat

2) Respirasi lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal

3) Ronchi, krekles

4) Ekspansi dada tidak penuh

5) Penggunaan otot bantu nafas

c. Cirkulation

1) Nadi lemah , tidak teratur


2) Takikardi

3) TD meningkat / menurun

4) Edema

5) Gelisah

6) Akral dingin

7) Kulit pucat, sianosis

8) Output urine menurun

2. Pengkajian Sekunder

a. Pemeriksaan fisik

1) Aktivitas

Gejala : Kelemahan, Kelelahan, Tidak dapat tidur, Pola

hidup menetap, Jadwal olah raga tidak teratur

Tanda : Takikardi, Dispnea pada istirahat atau aktifitas

2) Sirkulasi

Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner,

masalah tekanan darah, diabetes mellitus.

Tanda :

a) Tekanan darah, Dapat normal / naik / turun, Perubahan

postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri


b) Nadi: Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah

kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak

teratus (disritmia)

c) Bunyi jantung: Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin

menunjukkan gagal jantung atau penurunan konraktilits

atau komplain ventrikel

d) Murmur: Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi

otot jantung

e) Friksi ; dicurigai Perikarditis

f) Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur

g) Edema

h) Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema

umum,krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau

ventrikel

i) Warna :Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran

mukossa atau bibir

3) Integritas ego

Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata,

gelisah, marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri,

koma nyeri

Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut

mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada


penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja

, keluarga

4) Eliminasi

Tanda : normal, bunyi usus menurun.

5) Makanan atau cairan

Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat,

muntah, perubahan berat badan

Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau


terbakar

6) Hygiene

Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas

perawatan

7) Neurosensori

Tanda : perubahan mental, kelemahan

Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun

(duduk atau istrahat )

8) Nyeri atau ketidaknyamanan

Gejala :

a) Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak

berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang


dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun

kebanyakan nyeri dalam dan viseral)

b) Lokasi: Tipikal pada dada anterior, substernal ,

prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah.

Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku,

rahang, abdomen, punggung, leher.

c) Kualitas: “Crushing ”, menyempit, berat, menetap,

tertekan, seperti dapat dilihat

d) Intensitas : Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin

pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.

e) Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca

operasi, diabetes mellitus , hipertensi, lansia

9) Pernafasan:

Tanda :

a) peningkatan frekuensi pernafasan

b) nafas sesak / kuat

c) pucat, sianosis

d) bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum

Gejala :

a) dispnea tanpa atau dengan kerja

b) dispnea nocturnal

c) batuk dengan atau tanpa produksi sputum

d) riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis


3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon

individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau

proses kehidupan ataupun kerentanan respon terkait masalah kesehatan.

(Herdman & Kamitsuru, 2015). Adapun diagnosan yang muncul pada

tumor pankreas yaitu sebagai berikut :

a. Nyeri berhubungan dengan perburukan proses penyakit

b. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan anoreksia, gangguan sekresi insulin, mual diare, keletihan.

c. Kecemasan yang berhubungan dengan perubahan fungsi fisik dan

prognosis yang buruk

d. Resiko defist volume cairan yang berhubungan dengan status NPO,

diare, gangguan metabolisme glukosa

e. Potensi gangguan metabolisme glukosa, asites, perdarahan, ikhterus

yang berhubungan dengan gangguan fungsi hati


4. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Nyeri berhubungan denganSetelah dilakukan tindakan keperawatan a. Kajisifat,intensitas,lokasi,dura si,

perburukan proses penyakit selama …. x 24 jam, diharpakan : dan faktor pencetus dan pereda

a. Mengungkapkan penurunan atau nyeri

peredaan nyeri b. Gunakan skala penilaina nyeri

b. Menerima nyeri sebagai bagian yang konsisten untuk

dalam melakukan aktivitas harian menetapkan nilai dasar dan

deviasi yang mengidentifikasi

intervensi selanjutnya

c. Kaji tanda nonverbal nyeri

khusus pada pasien

d. Dapatkan informasi dari


pasien mengenai pengalaman

nyeri masa lau dan metode

pereda nyeri yang digunakan

e. Kendalikan faktor lingkungan

yang dapat meningkatkan

persepsi nyeri,

suhu,suara,pencahayaan

f. Bantu pasien untuk mendapatkan

posisi yang nyaman

g. Bantu pasien untuk mencapai

kondidi ketegangan fisik minimal

melalui teknik-teknik

seperti relaksasi, musik,


visualisasidan pengalihan untuk

mengurangi kebutuhan akan

medikasi

h. Berikan lingkungan yang

nyaman memberikan

kesempatan untun istirahat siang

hari di periode tiudr yang tidak

terganggu pada malam hari

i. Kolaborasi dengan

dokter,berikan mediksi

analgesik sesuai kebutuhan,

observasi efek terapeutik dan

efek samping
j. Diskusikan dan mulai tindakan

pereda nyeri nonivasif:

relaksasi,stimulasi kutaneus,

distraksi, terapi panas /dingin

2 Perubahan nutrisi : Kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Kaji status nutrisi setiap hari:

kebutuhan tubuh yang berhubungan selama …. x 24 jam, diharpakan : berat badan, elektron protein

dengan anoreksia, gangguan sekresi a. Berat badan dipertahankan dalam total,albumin

insulin, mual diare, keletihan kisaran 10% dari nilai dasar serum,hemoglobin,turgor kulit

dan massa otot

b. Tentukan julam dan tipe

makanan yang disukai dan

mampu ditoleransi pasien

c. Berikan higiene oral sebelum

dan sesudah makan


d. Berikan anastetik oral sebelum

makan pada mukosa oral bila

perlu

e. Tawarkan diet tinggi kalori,tinggi

protein dengan variasi rasa,

tekstur dan sajian makanan untuk

meningkatkan selera makan

f. Sajikan makanan porsi kecil dan

sering serta kudapan yang

bernutrisi tinggi kalori

g. Bantu pasien umtuk makan jika

keletihan merupakan

faktor penyebab gangguan


nutrisi

h. Sajikan makanan dengan cara

menaarik dan menyenangkan

i. Berikan suasana yang

menyenangkan guan

meningkatkan keingninan untuk

makan,dorong orang terdekat

untuk makan bersama pasien,

pindahkan pispot/urinal dari

daerah tersebut,pertahankan

ventilasi yang baik dalam

ruangan, sajikan makanan

segera

setelah makanan datang,


pindahkan nampan segera

setelah selesai makan

j. Kolaborasi dengan ahli diet

klinis : hitung jumlah kalori

dan nutrien yang diperlukan

untuk

mempertahankan/menaikkan

berat badab mendukung

kebutuhan metabolik dan

mempertahankan glukosa

darah dalam batas normal

k. Pertahankan jumlah kalori

l. Dorong keluarga untuk

membawakan makanan
favorit pasien dari rumah

m. Kolaborasi dengan dokter, berikan

antiemetik sebelum makan bila

perlu

3 Kecemasan yang berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Sensitif terhadap perubahan

dengan perubahan fungsi fisik dan selama …. x 24 jam, diharpakan : yang dialami pasien, dorong

prognosis yang buruk a. Mengalami kemajuan dalam pasien mengungkapkan

melewati tahapan proses berduka perasaan,frustasi, kemarahan,

dan bergerak kearah peneriamaan dan harapan untuk

b. Memperhatikan mekanisme memualai proses berkabung

kospinh yang efektif: b. Berikan lingkungan terapeutik

berpartisipasi dalam keputusan yabg kondusif untuk diskusi


mengenai masa depan dirinya. terbuka : mendengar aktif,

memperhatikan tanda

nonverbal, bersikap sabar dan

empatiuntuk memfasilitasi rasa

percaya

c. Dorong pertanyaan dan

beriakan informasi sebanyak

mungkin, saat pasien

mengungkapkan keinginan

untuk megetahui tentang

penyakit,pengobatan, prognosis

guna mengurangi ketakutan

terhadap sesuatu

yang tidak diketahui


d. Tetapkan batasan prilaku koping

maladaptif jiak hal tersebut

mengganggu kesejahteraan

pasien

e. Dukung prilaku adaptif yang

menunjukkan kemajuan dan

resolusi proses berduka

f. Berikan kesempatan bagi pasien

untuk memiliki waktu pribadi

tanpa terganggi dengan orang

terdekat pasien.

g. Bantu pasien mengidentifikasi

cara menyesuaikan gaya


hidup seiring dengan kondisi

untuk meningkatkan

partisipasi dan perasaan kontrol.

h. Berikan insformasi tentang

kelompok pendukung untuk

pasien dan orang terdekat pasien

i. Kolaborasi dengan

profesional lain( pekerja sosial,

rohaniawan, psikolog, psikiater)

untuk memberikan dukungan

dan memfasilitasi

proses berduka
4 Resiko defist volume cairan yang Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Berikan cairan parenteral,

berhubungan dengan status NPO, selama …. x 24 jam, diharpakan : elektrolit dan nutsisi sesuai

diare, gangguan metabolisme a. Asupan dan haluaran program dokter

glukosa seimbang b. Hitung asupan dan haluaran,

b. Tetap terhidrasi ukur diare dan hasil aspirasi

nasogatrik dan masukkan ke

dalam penghitungan haluaran

c. Pantau tanda-tanda vital untul

mengetahui dehidrasi,

takikardia, hipotensi, ortostatik

5 Potensi gangguan metabolisme Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Pantau hasil glukosa darah,

glukosa, asites, perdarahan, selama …. x 24 jam, diharpakan : biliirubin, koagulasi, CBC,


ikhterus yang berhubungan a. Komplikasi dapat dihindari atau albumin sesuai program dokter

dengan gangguan fungsi hati dikenali dan ditangani dengan b. Pantau adanya darah samar/nyata

cepat pada hasil aspirasi lambung dan

feses

c. Lakukan pengukuran glukosa

darah kapiler dan berikan insulin

sesuai program dokter

d. Pantau adanya ikhterus pada

kulit dan sclera

e. Pantau adanya edema dan nyeri

tekan pada ekstremitas bawah

f. Auskultasi abdomen untuk


mengetahui adanya bising usus

dan ukur lingkar perut setiap 8

jam

g. Pantau status dan ketajaman

mental setiap 8 jam

h. Berikan medikasi sesuai program

dokter
5. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat proses

keperawatanyang dimulai setelah perawat menyusun rencana

keperawatan (Potter & Perry, 2013). Pada tahap ini perawat akan

mengimplementasikan intervensi yang telah direncanakan berdasarkan

hasil pengkajian dan penegakkan diagnosis yang diharapkan dapat

mencapai tujuan dan hasil sesuai yang diinginkan untuk mendukung

dan meningkatkan status kesehatan pasien.

Penerapan implementasi keperawatan yang dilakukan perawat

harus berdasarkan intervensi berbasis bukti atau telah ada penelitian

yang terkait dengan intervensi tersebut. Hal ini dilakukan agar

menjamin bahwa intervensi yang diberikan aman dan efektif (Miller,

2012).

Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai

dengan rencana tindakan keperawatan yang telah dibuat. Dalam

melaksanakan rencana tersebut harus diperlukan kerja sama dengan

tim kesehatan yang lain, keluarga dan klien sendiri. Hal-hal yang perlu

diperhatikan :

a. Kebutuhan dasar klien

b. Dasar dari tindakan

c. Kemampuan perseorangan, keahlian atau keterampilan dalam

perawatan
6. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian keberhasilan rencana keperawatan

dalam memenuhi kebutuhan klien.Pada klien dengan Tumor pankreas

dapat dinilai hasil perawatan dengan melihat catatan perkembangan,

hasil pemeriksaan klien, melihat langsung keadaan dan keluhan klien,

yang timbul sebagai masalah berat.

Evaluasi harus berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai.

Evaluasi dapat dilihat 4 kemungkinan yang menentukan tindakan-

tindakan perawatan selanjutnya antara lain :

a. Apakah pelayanan keperawatan sudah tercapai atau belum

b. Apakah masalah yang ada telah terpecahkan/teratasi atau

belum

c. Apakah masalah sebagian terpecahkan/tidak dapat

dipecahkan

d. Apakah tindakan dilanjutkan atau perlu pengkajian ulang

Anda mungkin juga menyukai