SU
DENGAN PROKTITIS POST EKSISI MASSA RECTUM
RIWAYAT POST COLOSTOMI ETCAUSA CA RECTI
DI RUANG ELISABETH GRUYTERS 1 RUMAH SAKIT PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
Disusun oleh:
WULAN MEI MUSTIKA DEWI
202254066
Disusun Oleh :
202254066
Kanker rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid besar
pada rektum. Kanker rektum disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya
polip di usus (Colorectal Polyps), peradangan pada usus yang kronik (Colitis
Ulcerativa), riwayat kanker sebelumnya, riwayat kanker colorectal pada
keluarga, merokok, pola makan yang tinggi lemak, pola makan rendah serat
dan kurangnya olahraga (RSUP Dr. Sardjito, 2019).
Gejala yang sering dialami penderita kanker ini meliputi diare, konstipasi,
darah pada tinja, sering merasa mual dan kembung, hingga penurunan berat
badan tanpa sebab yang jelas. Selain karena faktor keturunan, kanker
kolorektal juga bisa terjadi karena gaya hidup yang buruk terutama soal
asupan makanan yang tidak seimbang. Dari merasa sakit biasa hingga
menjadi kanker usus besar bermula dari pola makan yang kurang serat,
tinggi lemak ditambah gaya hidup lainnya yang buruk, seperti kurang
istirahat, kurang olahraga, dan obesitas (Primasiwi, 2019).
Pada pasein dengan kanker rectum akan dilakukan tindakan operasi atau
pembedahan. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindakan
pengobatan yang menggunakan cara invasif .Pembedahan dapat
menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien karena tindakan tersebut dapat
menyebabkan trauma pada jaringan yang dapat menimbulkan nyeri (Rahdi
et al., 2016). Di Indonesia kanker kolorektal menempati urutan ke 3
penyebab kematian akibat kanker (Kemenkes RI, 2017). Jumlah penderita
kanker kolorektaldi Indonesia menurut Kemenkes RI (2018) yaitu sebanyak
15.985 kasus pada laki-laki dan sebanyak 11.787 kasus pada perempuan.
Prevalensi kejadian kanker kolorektal ini didukung oleh World Health
Organization (WHO) pada tahun 2018 yang menyatakan bahwa, jumlah
kematian akibat kanker kolorektal yang terjadi di Indonesia adalah sebesar
731.000 kasus (A. Agung et al., 2021) Faktor terjadinya kanker kolorektal
yang tidak dapat dimodifikasi meliputi usia, ras, genetik, riwayat keluarga,
riwayat tumor, dan kolitis ulseratif. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
meliputi pola hidup seperti penggunaan rokok, aktifitas fisik yang rendah,
konsumsi alkohol jangka lama, dan pola diet yang buruk (Rahmadania,
Wibowo, & Rosida, 2016).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Dapat melakukan asuhan keperawatan pada Pasien dengan Proktitis Post
Eksisi Massa Rectum Riwayat Post Colostomi Etcausa Ca Recti Di Ruang
Elisabeth Gruyters 1 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
1.2.2 Tujuan khusus
1.2.2.1 Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada Pasien dengan Proktitis
Post Eksisi Massa Rectum Riwayat Post Colostomi Etcausa Ca Recti Di
Ruang Elisabeth Gruyters 1 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
1.2.2.2 Dapat melakukan penegakan diagnose keperawatan Pasien dengan
Proktitis Post Eksisi Massa Rectum Riwayat Post Colostomi Etcausa Ca
Recti Di Ruang Elisabeth Gruyters 1 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
1.2.2.3 Dapat melakukan penyusunan rencana keperawatan pada Pasien dengan
Proktitis Post Eksisi Massa Rectum Riwayat Post Colostomi Etcausa Ca
Recti Di Ruang Elisabeth Gruyters 1 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
1.2.2.4 Dapat melaksanakan tindakan keperawatan keperawatan pada Pasien
dengan Proktitis Post Eksisi Massa Rectum Riwayat Post Colostomi
Etcausa Ca Recti Di Ruang Elisabeth Gruyters 1 Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta
1.2.2.5 Dapat melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Pasien dengan
Proktitis Post Eksisi Massa Rectum Riwayat Post Colostomi Etcausa Ca
Recti Di Ruang Elisabeth Gruyters 1 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
1.2.2.6 Dapat melakukan dokumentasi keperawatan pada Pasien dengan Proktitis
Post Eksisi Massa Rectum Riwayat Post Colostomi Etcausa Ca Recti Di
Ruang Elisabeth Gruyters 1 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
BAB 2
KONSEP PENYAKIT
c. Nausea
Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis.
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan diharapkan a. Identifikasi pengalaman mual
nausea menurun Kriteria b. Identifikasi isyarat non verbal
Hasil : ketidaknyamanan
a. Keluhan mual menurun c. Identifikasi faktor penyebab mual misal
b.Nafsu makan pasien pengobatan dan prosedur
meningkat d. Identifikasi antiemetik guna mencegah mual
c. Pasien tidak memiliki e. Monitor mual, monitor asupan nutrisi dan
perasaan ingin muntah kalori
d.Pasien tidak pucat e. Terapeutik
Nadi pasien dalam batas a. Mengendalikan faktor lingkungan penyebab
normal 80-100x/menit mual
b. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab
mual
c. Berikan makanan dingin, cairan bening dan
tidak berbau serta tidak berwarna
Edukasi
a. Anjurkan istirahat tidur yang cukup
b. Anjurkan sering membersihkan mulut
c. Anjurkan makanan yang tingi karbohidrat dan
rendah lemak
d. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis
guna mencegah mual
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian anti emetik
d. Risiko jatuh
Risiko jatuh berhubungan dengan kondisi pasca operasi (D.0143)
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan Pencegahan jatuh (I.14540)
asuhan keperawatan selama ... Observasi
Diharapkan Derajat jatuh a. Identifikasi faktor risiko jatuh (mis. usia
berdasarkan observasi atau > 65 tahun, penurunan tingkat kesadaran,
sumber informasi menurun defisit kognitif, hipotensi ortostatik,
Kriteria hasil : gangguan keseimbangan, gangguan
Tingkat jatuh (L.14138) penglihatan, neuropati)
a. Jatuh dari tempat tidur b. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali
menurun setiap shift atau sesuai dengan kebijakan
b. Jatuh saat berdiri menurun institusi
c. Jatuh saat duduk menurun c. Identifikasi faktor lingkungan yang
d. Jatuh saat berjalan menurun meningkatkan resiko jatuh (mis. lantai
e. Jatuh saat dipindahkan licin, penerangan kurang)
menurun d. Hitung risiko jatuh dengan menggunakan
f. Jatuh saat dikamar mandi skala (mis. Fall Morse Scale, Humpty
menurun Dumpty Scale), jika perlu
e. Monitor kemampuan berpindah dari
tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya
Terapeutik
a. Orientasikan ruangan pada pasien dan
keluarga
b. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda
selalu dalam kondisi terkunci
c. Pasang handrall tempat tidur
d. Atur tempat tidur mekanis pada posisi
terendah
e. Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh
dekat dengan pantauan perawat dari
nurse station
f. Gunakan alat bantu berjalan (mis. kursi
roda, walker)
g. Dekatkan bel pemanggil dalam
jangkauan pasien
Edukasi
a. Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpindah
b. Anjurkan menggunakan alas kaki yang
tidak licin
c. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh
d. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki
untuk meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
e. Ajarkan cara menggunakan bel
pemanggil untuk memanggil perawat
Pada kasus ini pasien telah dilakukan tindakan operasi dan dijumpai
adanya abses pada perirenal. Pada hasil laporan operasi dijelaskan tampak
stenosis multipel pada ureter sinistra, distal dan proksimal. Kemudian
dilakukan insisi lumbotomi subcostal sampai gerota, gerota dibuka tampak
abses, dibuka tampak urine keruh 400 cc, selanjutnya dilakukan drainase
dan debridemen. Sejalan dengan R.Bass.MD, (2022) dimana
penatalaksanaan pada pasien dengan abses perirenal adalah Secara umum
drainase perkutan ditambah antibiotik parenteral diindikasikan sebagai
pengobatan awal selain itu tindakan debridement juga diperlukan untuk
menghilangkan jaringan-jaringan mati pada bagian yang mengalami abses.
5.4 Implementasi
Tahap implementasi di mulai setelah rencana tindakan di susun dan di
tujukan pada rencana strategi untuk membantu mencapai tujuan yang di
harapkan. Oleh sebab itu, rencana tindakan yang spesifik di laksanakan
untuk memodifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.
Tujuan dari implementasi adalah membantu dalam mencapai tujuan yang
telah di tetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping
4.4.1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
Tindakan keperawatan dilakukan untuk mengatasi nyeri yang dialami
pasien akibat prosedur operasi. Tindakan yang dilakukan diantaranya
mengidentifikasi faktor pencetus dan pereda nyeri dan memonitor skala
nyeri. Kemudian mengukur tanda vital dan memantau efektifitas
penggunaan analgetik. Kemudian mengajarkan pula terapi non
farmakologi yaitu dengan teknik nafas dalam dan distraksi. Menurut
(Nisa, 2020) nyeri post operasi adalah suatu reaksi tubuh terhadap
kerusakan jaringan (mulai dari sayatan kulit hingga kerusakan yang
ditimbulkan saat proses operasi), tarikan atau regangan pada organ
dalam tubuh maupun penyakitnya. Sehingga penulis berasumsi bahwa
jika pasien post operasi mengeluh nyeri itu hal wajar dikarenakan nyeri
dapat menjadi pengalaman yang kurang menyenangkan. Sehingga
pasien mendapatkan terapi analgetik berupa dexketoprofen 25 mg IV
Drip, diharapkan pemberian terapi ini menolong pasien dalam
mengatasi nyeri yang dialami. Terapi non farmakologi tetap dapat
diberikan dan diajarkan kepada pasien, harapannya nyeri yang dialami
dapat berkurang dan tidak bergantung pada obat-obatan.
4.4.2 Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah risiko
infeksi yang disebabkan karena prosedur operasi yaitu dengan
memonitor tanda gejala infeksi hal ini dikarenakan pasien
menggunakan drain dan tampak balutan luka operasi di pinggang kiri,
selain itu pasien menggunakan alat-alat kesehatan berupa infus dan
kateter yang juga merupakan media-media sebagai port de entry kuman
jika tidak dilakukan pencegahan infeksi. Pada hari pertama pelaksanaan
asuhan keperawatan area insersi infus tampak bengkak dan tetesan infus
tidak lancar, sehingga dilakukan pemasangan infus baru di tangan yang
berbeda, dengan satu kali insersi. Pemilihan vena pada area yang
berbeda mencegah untuk terjadinya infeksi dan bertujuan
mengistirahatkan area tangan yang bengkak. Selain itu program dokter
pada saat itu adalah aff kateter. Hal ini bertujuan agar memudahkan
pasien untuk melakukan aktifitas, dan untuk menilai fungsi sistem
perkemihan pasien apakah sudah dapat bekerja secara normal.
Selanjutnya dilakukan pula pemeriksaan di area insisi terhadap adanya
kemerahan, bengkak/ dehisense. Mengidentifikasi karakteristik
drainase, mengganti balutan luka, memberi salep antiseptik, memotivasi
mobilisasi bertahap dan nutrisi TKTP, melepas kateter sesuai instruksi,
melakukan perawatan luka dan berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian antibiotik ceftiraxone 1 gram. Pada hari ke 2 pelaksanaan
asuhan keperawatan pasien di programkan untuk rawat luka dan aff
drain. Perawatan luka yang optimal merupakan hal yang penting dalam
proses penyembuhan luka (Wintoko, Dwi, & Yadika, 2020) selain itu
dengan memberikan edukasi terhadap pasien dapat meningkatkan
pengetahuan yang dapat mempengaruhi perilaku pasien dan keluarga.
4.4.3 Risiko Jatuh dibuktikan dengan kondisi pasca operasi
Tindakan keperawatan yang diberikan untuk mengatasi masalah
keperawatan risiko jatuh. Implementasi yang dilakukan penulis
diantaranya dengan mengidentifikasi i faktor resiko jatuh, menghitung
resiko jatuh dengan menggunakan skala morse, memonitor kemampuan
pasien dalam aktivitas fisik dan mobilisasi dari duduk ke berdiri, berdiri
lalu jalan disekitar tempat tidur dan jalan ke depan teras. Penulis
berasumsi tingkat resiko jatuh harus diperhatikan. Sesuai dengan teori
(Barindo, 2018) tentang pencegahan resiko jatuh yaitu : memberikan
pengawasan lebih pada pasien, menunjukkan alat bantu panggilan
darurat, pastikan posisi tempat tidur tidak terlalu tinggi dan pagar
tempat tidur terpasang, gunakan kursi roda, penggunakan klip resiko
jatuh.
4.5.1.1 Nyeri akut pada hari pertama pasien masih mengatakan nyeri saat
untuk aktifitas, ekspresi kurang rileks, siang hari saat dilakukan
evaluasi proses nyeri sudah mulai berkurang, mampu mobilisasi
disekitar tempat tidur dan mampu menerapkan relaksasi nafas dalam
saat nyeri muncul. Evaluasi proses nyeri masih terjadi, lanjutkan
rencana. Kemudian dilanjutkan pada hari kedua. Pada hari kedua
pasien tampak lebih rileks, sudah mobilisasi sampai di teras kamar,
sudah mulai terapi oral. pasien mengatakan nyeri sudah menurun skala
1, Tekanan darah : 115/76 mmhg, Nadi : 73x/ menit.
4.5.1.2 Risiko infeksi pada hari pertama pasien sudah mulai dilepas kateter,
tampak bengkak pada area insersi infus, kemudian dilakukan
pemasangan pada akses yang berbeda di tangan kiri. Pasien masih
terpasang drain di pinggang kiri dan produk warna kemerahan
sepanjang selang, tak tampak tanda infeksi, balutan luka bersih, pasien
mengerti dan memahami terkait diet TKTP dan cara mengenal tanda
gejala infeksi. Hasil evaluasi proses pada hari pertama, risiko infeksi,
lanjutkan rencana. Pada hari kedua pasien direncanakan rawat luka dan
aff drain, pada saat diganti balutan luka tak tampak tanda infeksi
disekitar luka, tak tampak kemerahan, tak tampak eksudat, jahitan rapi
tampak bersih tidak tampak perdarahan. Drain sudah di aff luka
ditutup kassa dan sufratul.
4.5.1.3 Risiko jatuh pada hari pertama pasien baru akan belajar mobilisasi,
pasien didampingi perawat dalam melakukan mobilisasi dari duduk ke
berdiri, berdiri sampai jalan. Pasien mengerti bagaimana cara agar
menjaga keseimbangan saat berjalan agar tidak jatuh. Pengaman
tempat tidur terpasang, roda bed terkunci dan bel perawat berada di
dekat pasien. Hasil evaluasi proses pada hari pertama yaitu risiko jatuh
lanjutkan rencana. Pada hari kedua pasien sudah mulai mobilisasi
aktif, jalan mandiri dan tidak terjadi jatuh selama di rawat di rumah
sakit.
5.2.2 Evaluasi Sumatif (Hasil) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang
dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesesai
dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor
kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Ada 3 kemungkinan
evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan, yaitu:
Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan perubahan
sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Tujuan tercapai sebagian
atau masalah teratasi sebagian atau klien masih dalam proses pencapaian
tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria yang
telah ditetapkan. Tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan klien
dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa di laksanakan dengan mengadakan
hubungan dengan klien berdasarkan respon klien. Berikut hasil evaluasi
proses pada ke 3 diagnosa:
4.5.2.1 Nyeri akut
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien
melaporkan nyeri terkontrol yaitu pasien mengatakan nyeri
berkurang menjadi skala 1. Pasien mampu mengenal onset nyeri.
Pasien mampu menggunakan Teknik non farmakologi nafas dalam,
penggunaan analgetik mulai dikurangi dan terapi sudah oral,
ekpresi pasien sudah rileks dan tampak aktif mobilisasi
Kesimpulan evaluasi : Tujuan tercapai penuh,
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.1.1 Pengkajian
Dari hasil pengkajian pasien mengeluh nyeri pinggang kiri skala 3-4.
Pasien post dilakukan URS + DJ Stent sinistra hari 1. Ekspresi kurang
rileks, mobilisasi masih di tempat tidur, tampak terpasang drain di
pinggang kiri, produk drain kemerahan sepanjang selang. Pasien
direncanakan latihan mobilisasi pada hari 1 pasca operasi.
5.1.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini adalah nyeri akut
berhubungan dengan agens pencedera fisik (prosedur operasi), risiko
infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif dan risiko jatuh
dibuktikan dengan kondisi pasca operasi
5.1.3 Rencana keperawatan
Rencana mengacu pada diagnosa yaitu berfokus pada penurunan nyeri,
pencegahan infeksi dan pencegahan risiko jatuh
5.1.4 Implementasi keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana yang disusun yaitu
berfokus mengatasi nyeri dengan analgetik dan terapi non farmakologis,
mencegah infeksi dengan melakukan prosedur secara aseptik,
melakukan perawatan luka, memberikan edukasi pencegahan infeksi
dan menganjurkan diet TKTP, dan memberikan terapi antibiotik sesuai
program dokter
5.1.5 Evaluasi keperawatan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang dilakukan selama 2 hari.
Diagnosa nyeri akut tercapai penuh, diagnosa risiko infeksi tercapai
penuh dan diagnosa risiko jatuh tercapai penuh.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dengan adanya pengelolaan asuhan keperawtan selama hari
ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan menambah ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa di Stikes Panti Rapih
5.2.2 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan gambaran dan dapat melakukan
pengelolaan asuhan keperawatan secara komprehensif sehingga
kebutuhan pasien terpenuhi untuk mencapai peningkatan derajat
kesehatan dan kemandirian pasien
5.2.3 Bagi penulis
Menjadikan pengetahuan dan memperkaya ilmu yang dimiliki melalui
proses asuhan keperawatan ini. Melakukan asuhan keperawatan pada
kasus ini merupakan kasus yang jarang terjadi sehingga dapat menjadi
pembelajaran dan pengalaman serta referensi bagi yang membaca dan
bagi penulis sendiri
Krammer, H., & Schmidt-Lauber, M. (2019). 14. Proktitis. In Band 1 Manual der
Koloproktologie (pp. 221-230). De Gruyter.
Brunner & Suddarth. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Vol. 2, Ed.
Nanda, D. (2020). Asuhan Keperawatan Aplikasi Nanda (Vol. 6).
Harahap. (2019). Melaksanakan Evaluasi Asuhan Keperawatn Untuk Melengkapi
Proses Keperawatan.
Lingga, B. Y. (2019). Pelaksanaan Perencanaan Terstruktur Melalui Implementasi
Keperawatan. 1.
Syafridayani, F. (2019). Pentingnya Perencanaan Asuhan Keperawatan.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.DPP
PPNI : Edisi 1
TIM POKJA SDKI PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
TIM POKJA SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Wintoko, R., Dwi, A., & Yadika, N. (2020). Manajemen Terkini Perawatan Luka
Update Wound Care Management. JK Unila, 4, 183–189.
Yasmara, D., Nursiswati & Arafat, R. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal-Bedah: Diagnosis NANDA-I 2015-2017 Intervensi NIC Hasil
NOC. Jakarta: EGC
Tran H, Arsovska O, Paterson RF, Chew BH. Evaluation of risk factors and
treatment options in patients with ureteral stricture disease at a single
institution. Can Urol Assoc J. 2015 Nov-Dec;9(11-12):E921-4. doi:
10.5489/cuaj.3057. Epub 2015 Dec 14. PMID: 26788241; PMCID:
PMC4707921
Ariani, S. (2015). Stop!Kanker. Yogyakarta: Istana Media. Controversies, B., &
Obstetrics, I. N. (2013). Prinsip Dasar Kemoterapi.
Dinar, dr. A. (2017). Telapak tangan dan kaki kebas setelah kemoterapi.
DOLIJON, Y. (2018). Asuhan Keperawatan dengan Kanker Rectal.
Guangzhou, M. C. H. (2012). Intevensi Kemoterapi. Diambil dari
https://www.moderncancerhospital.co.id
Indarti, A. F. (2015). Profil Pasien Kanker Rektum Yang Menjalani Radiasi Di
Komite Penanggulangan Kanker Nasional. (2014). Panduan Penatalaksanaa
Kanker Kolorektal. 1.
Potter, & Perry. (2011). Implementasi keperawatan.
Primasiwi, A. (2019). Perbaiki Pola Makan dan Gaya Hidup Demi Cegah Kanker
Kolorektal.