Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.

A
DENGAN POST COLOSTOMY DI RUANG NURI RS SARI MULIA
BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Dasar Profesi


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:

Devi Cahyana

NIM: 11194692110095

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN.A DENGAN POST COLOSTOMY DI


RUANG NURI RS SARI MULIA BANJARMASIN

13 September 2020

Disusun Oleh:

Devi Cahyana

NIM: 11194692110095

Banjarmasin, 16 september 2021

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Onieqie Ayu Dhea Manto,Ns.,M.Kep) (Angelina


Indriyana,S.Kep.,Ners)
NIK. NIK.
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.A DENGAN POST COLOSTOMY DI


RUANG NURI RS SARI MULIA BANJARMASIN

13 September 2020

Disusun Oleh:

Devi Cahyana

NIM: 11194692110095

Banjarmasin, 16 september 2021

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Onieqie Ayu Dhea Manto,Ns.,M.Kep) (Angelina


Indriyana,S.Kep.,Ners)
NIK. NIK.
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Anatomin dan Fisiologi Sistem


a. Anatomi Sistem
Usus Besar
Usus besar adalah salah satu organ pencernaan yang ada di dalam tubuh
manusia yang panjangnya kira-kira satu setengah meter. Organ ini dimulai
dari pangkal usus halus dan mulai di katup ileokolik atau ileosekal sebagai
tempat lewatnya sisa makanan. Usus besar atau colon terletak di bagian usus
antara usus buntu dan rektum. Organ ini dapat dibedakan dari usus halus
melalui ukurannya yang lebih besar dan adanya taenia coli dan appendices
epiploicae (umbai peritonium yang mengandung lemak pada permukaan
sekum).

Fungsi usus besar antara lain:


1. Absorbsi air, garam, dan glukosa
Usus besar mengabsorbsi air dan elektrolit sebanyak 80% sampai 90%
dari gimus yang tersisa dan mengubahnya dari cairan menjadi masa semi
padat.

2. Sekresi musin oleh kelenjar di dalam lapisan dalam


Usus besar hanya meproduksi mukus. Sekresinya tidak mengandung
enzim atau hormon pencernaan.
3. Penyiapan selulosa yang berupa hidratkarbon di dalam tumbuh-tumbuhan,
buah-buahan, dan sayuran hijau dan penyiapan sisa protein yang belum
dicernakan oleh kerja bakteri yang digunakan untuk ekskresi.

4. Mengekskresi sisa zat dalam bentuk feses


Air mencapai 75% sampai 80% dari feses. Di dalam usus besar sepertiga
materi padatnya adalah bakteri dan sisanya yang 2% sampai 3% adalah
nitrogen, zat sisa organik dan anorganik dari sekresi pencernaan serta
mukus dan lemak. Fese juga mengandung sejumlah materi kasar atau
serat dan selulosa yang tidak tercerna.
b. Fisiologis Sistem
1. Sekum
Sekum adalah kantong lebar yang terletak di daerah iliaka kanan dan
menempel pada otot iliopsoas. Organ ini berlanjut ke atas sebagai colon
asenden.
2. Appendiks
Appendiks adalah tonjolan yang berbentuk seperti cacing dengan panjang
sampai 18 cm dan membuka di sekum sekitar 2,5 cm dibawah katup
ileosekal. Organ ini berhubungan dengan mesenterium ileum oleh
mesenterium pendek yang berbentuk segitiga dan di dalamnya terdapat
pembuluh darah dan pembuluh limfe appendikscular.
3. Colon Asenden
Membentang dari sekum pada fosa iliaka dekstra ke sisi kanan abdomen
sampai fleksura colica dekstra di bawah lobus hepatis dekster.
4. Colon Transversal
Teretak pada fleksura colica dekstra colon membelok ke kiri dan
menyilang abdomen yang dapat menggantung lebih rendah daripada
umbilikus, naik pada sisi kiri, dan berakhir pada fleksura colica sinistra
dibawah lien.
5. Colon Desendens
Pada fleksura colica sinistra, colon membelok kembali ke bawah pada sisi
kiri abdomen sampai tepi pelvis, tempat colon belanjut sebagai colon
sigmoid.
6. Colon Sigmoid (Pelvicus)
Colon sigmoid memilki beberapa lengkungan di dalam pelvis dan berakhir
pada sisi yang berlawanan dengan pertengahan sacrum tempatnya
berhubungan dengan rectum.
7. Rectum
Rectum memiliki panjang sekitar 12 cm dan mendapat namanya kaena
berbentuk lurus atau hampir lurus. Rectum dimulai pada pertengahan
sacrum dan berakhir pada kanalis analis
c. Kebutuhan Dasar Manusia
a) Kebutuhan rasa aman nyaman
Menurut Potter & Perry (2005), Keamanan seringkali didefinisikan sebagai
keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis, adalah salah satu kebutuhan
dasar manusia yang harus dipenuhi. Sedangkan kenyamanan adalah konsep
sentral tentang kiat keperawatan.
Pasien dengan kolostomi mengalami gangguan kebutuhan rasa aman dan
nyaman karena nyeri akibat operasi. Nyeri adalah proses abnormal dari input
sensorik oleh sistem saraf pusat atau perifer; pengobatan biasanya mencakup
beberapa tambahan analgesik (Potter Perry, 2010).
b) Kebutuhan nutrisi
Menurut Alimul (2006), Nutrisi merupakan proses pemasukan dan
pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan
digunakan dalam aktivitas tubuh.
Sistem tubuh yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah
sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris.
Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal,
sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pankreas.
Ketiga organ ini membantu terlaksananya sistem pencernaan makanan secara
kimiawi. Sedangkan nutrien merupakan zat gizi yang terdapat dalam
makanan. Nutrien terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin,
dan air. Pasien dengan Kolostomi mengalami gangguan kebutuhan nutrisi
yang ditandai dengan adanya gangguan metabolisme Penderita diabetes
melitus mengeluh ingin selalu makan tetapi berat badannya justru turun
karena glukosa tidak dapat ditarik ke dalam sel dan terjadi penurunan massa
sel (Sujono, 2013).
c) Kebutuhan belajar
Kebutuhan belajar adalah bagaimana cara keluarga pasien memasang dan
membersihkan katong kolostomi, bagaimana cara mengkonsumsi makanan
yang aman dan bagaimana cara menghindari makanan yang pedas dan
berminyak.
2. Konsep Dasar Penyakit
a. Definisi
b. Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan
antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini
dapat bersifat sementara atau menetap selamanya. Colostomy adalah
sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding
abdomen untuk mengeluarkan feses.
c. Colostomy adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah.
Colostomy adalah prosedur pembedahan dimana sebagian dari usus besar
dibawa keluar melewati dinding abdomen untuk mengeluarkan feses atau
kotoran dari tubuh. Colostomy adalah pengalihan isi kolon yang dapat
permanen atau sementara.
d. Etiologi
Terdapat etiologi utama kanker kolon (Davey, 2006) yaitu :
1. Diet kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat, kebiasaan
makan makanan berlemak tinggi dan sumberprotein hewani.
2. Kelainan kolona
a. Denoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adeno karsinoma.
b. Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna
menjadi karsinoma.
c. Kondisi ulserative : Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai
risiko terkena karsinoma kolon.
3. Genetik Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma
kolon mempunyai frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak–anak
yangorangtuanya sehat.
e. Faktor Resiko Kolostomi
Beberapa faktor independent yang berkontribusi dalam terjadinya
komplikasi stoma setelah beberapa hari post operasi dilakukan diantaranya:
Usia Usia merupakan faktor resiko yang tidak dapat diubah. Seiring
bertambahnya usia seseorang menyebabkan perubahan fisiologis yang
berkaitan dengan penurunan fungsi sistem organ tubuh. Sehingga dapat
mempermudah terjadinya penyakit atau meperparah kondisi penyakit dimana
terjadi penurunan fungsi sistem organ yang menyebabkan kerja sistem tubuh
tidak maksimal. Penurunan sistem organ ini mengarah pada peningkatan
resiko banyak penyakit yang sedang terjadi pada individu. Sedangkan pada
pasien bayi/anak-anak juga memiliki resiko lebih besar. Sebab pada bayi dan
anak-anak di karena belum maturnya semua fungsi organ, sehingga sangat
rentan mengalami beberapa masalah dalam proses perawatan atau
penyembuhan terhadap beberapa penyakit (Adriani & Wirjatmadi, 2012).
Jenis kelamin Perbedaan jenis kelamin dapat menjadi salah satu faktor
yang dapat mengacu atau meningkatkan resiko terjadinya seuatu penyakit.
Meskipun dalam kasus kolorektal dan ostomy sangat sedikit pembahasan
tentang pengaruh jenis kelamin pada penyesuaian terhadap komplikasi yang
terjadi pada pasien kanker kolorektal saerta stoma yang dialami. Akan tetapi
dalam beberapa literatur perbedaan dalam berbagai aspek antara perempuan
dan laki-laki yang dapat mempengaruhi kesehatan yang dimiliki seseorang.
Dimana ada kemungkinan bahwa penyesuaian untuk penyakit secara
signifikan akan bervariasi berdasarkan jenis kelamin antara perempuan dan
laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perbedaan anatara laki-laki dan
perempuan seperti fisiologis normal; jumlah sel darah yang berbeda,
hormon, perbedaan genetik, masa otot, serta cairan tubuh yang dapat
mempengaruhi kesehatan. Perbedaan respon terhadap pengobatan; dimana
perempuan lebih sensitif terhadap pengobatan dari pada laki-laki. Serta
perbedaan psikologis dan perilaku hal ini terkait dengan life style yang dapat
mempengaruhi kesehatan perempuan dan laki-laki (Gautam & Poudel,
2016). Body mass index (BMI) merupakan salah satu cara yang digunakan
untuk menilai proporsionalitas perbandingan antara berat dan tinggi
seseorang, serta dapat dikaitkan dengan status gizi individu. BMI merupakan
salah satu cara untuk mengukur index berat badan, sehingga seseorang dapat
digolongkan kedalam katagori obesitas, kurus dan normal. BMI dapat
dipakai untuk mengontrol berat badan sehingga dapat mencapai berat badan
yang ideal sesuai dengan tinggi badan. BMI merupakan kalkulasi statistik
yang digunakan sebagai cara untuk melakukan perkiraan berat badan yang
ideal. BMI dapat digunakan pada sekelompok orang untuk menentukan
trend, atau bisa juga dipakai secara individual. Ketika digunakan pada
individual, hanya satu dari beberapa perkiraan yang digunakan untuk
menentukan resiko terhadap penyakit yang kaitan dengan berat badan
(Alhamda & Sriani, 2015). Sedangkan menurut (Lim et al, 2017) telah
membuat klasifikasi berat badan seseorang termasuk dalam derajat
underweight, normal, overweight, dan obese yang dihubungkan dengan
meningkatnya resiko dari berbagai penyakit tidak menular. Dimana rentang
BMI (Kurus >18,5, Normal 18,5-24,9, Gemuk 25-29,9, Obesitas ≥30).
Dengan penaksiran BMI yang lakukan ini merupakan cara sederhana dalam
menentukan status gizi orang dewasa, khususnya terkait dengan kekurangan
ataupun kelebihan berat badan. Dengan BMI ini dapat menentukan berat
badan serta resiko yang dapat ditimbulkan. Minsalnya pada BMI yang
kurang dari normal dapat menyebabkan tingginya terjadinya resiko infeksi.
b. Patofisiologi
Ca colon (95%) adernokasinoma muncul dari epitel usus. Dimana
sebagai polip jinak tetapi bisa jadi ganas menyusup serta merusak jaringan
normal dan serta meluas ke struktur sekitar. Sel kanker dapat terlepas dari
tumor primer dan menyebar sebagian tubuh yang lain (Japaries, 2013).
Pertumbuhan kanker dapat menghasilkan efek sekunder, meliputi
penyumbatan lumen usus dengan obtruksi dan ulserasi pada dinding usus
serta pendarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses,
serta timbulnya metastase pada jarinagan lain. Prognosis relative baik bila
lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat resek dilakukan, dan jauh
lebih jelek bila metatase ke kelenjar limfe (Japaries, 2013).
Menurut Diyono (2013), tingkatan ca colon dari duke sebagai berikut :
1. Stadium 1 : Hanya terbatas pada mukosa kolon (dinding rectum dan
kolon). 2. Stadium 2 : Menembus dinding otot, tapi belum metatase.
3. Stadium 3 : Melibatkan kelenjar limfe.
4. Stadium 4 : Metatase kelenjar limfe yang berjauhan dan organ lain.
Ca colon merupakan ca colon yang dapat tumbuh secara local dan
bermetatase luas. Adapun cara penyebaran ini melalui beberapa cara.
Penyebaran secara local biasanya masuk lapisan dinding usus sampai
keserosa dan lemak masetrik, sel kanker akan menagani organ disekitarnya.
Adapun penyebaran yang lebih luas lagi didalam lumen usus melalui limfatik
dan system sirkulasi. Bila sel kanker masuk ke system sirkulasi, maka sel
kanker dapat terus masuk ke organ hati, kemudian metatase ke organ paru-
paru. Penyebaran lainya ke adrenal, ginjal, kulit, tulang, dan sel otak. Sel
kanker dapat menyebar ke bagian periotenal pada saat dilakukan reseksi
tumor (Diyono, 2013). Hampir semua ca colon ini berkebang dari polip
adenoma jenis villous, tubular, dan viloutubular. Namun dari ketiga jenis
adenoma ini hanya vilous dan tubular yang menjadi premaglina. Jenis tubular
bestruktus seperti bola dan bertangkai sedangkan vilous memiliki struktus
lonjong seperti jari tangan tapi tidak bertangkai. Kedua jenis ini akan tumbuh
seperti bungan kol didalam kolon sehingga massa tersebut akan menekan
dinding mukosa kolon. Penekanan ini akan menimbulkan lesi-lesi ulserasi
yang akhirnya akan menjadi pendarahan pada kolon. Selain pendarahan pada
kolon obstruksi sering terjadi hanya saja lokasi pertumbuhan adenoma
tersebut sebagai acuan. Bila adenoma tumbuh didalam lumen luas, maka
abtruksi jaran terjadi hal ini dikarenakan isi masih bisa melewati lumen
tersebu dengan mengubah bentuk. Namun kejadian ini obstruksi ini dapat
total dan parsial (Diyono , 2013). Secara genetik perubahan ca colon
merupakan penyakit yang paling komplek, perubahan genetic sering
dikaitkan dengan perkembangan lesi permaligna dan adenoma kasinoma
invasif. Rangkaian peristiwa molekuler dan genetik yang menyebabkan
transformasi dari keganasan polip adenomatosa. Proses awal adalah mutasi
APC yang pertama kali ditemukan pada keluarga adenoma poliposis. Protein
yang dikodekan oleh APC peting dalam aktivasi pnkogen c-myc dan sklin
D1, yang mendorong perkembangan fenotip ganas (Muttaqin ,2013).

Colostomy

Luka
Kurang pengetahuan Operasi Nafsu makan
keluarga tentang menurun
perawatan stoma
Menstimulasi
monitor nyeri Mual muntah

Menstimulasi Perawatan stoma tidak


reseptor nyeri efektif

Nyeri akut
Adanya kontak antara
kulit dengan feses
Intoleransi aktifvitas

Nausea Iritasi kulit

Resiko infeksi
c. Manifestasi Klinis
Berdasarkan Oxford Desk Reference: Oncology tahun (2011) antara
gejala-gejala Kolostomi adalah seperti berikut:
a. Perdarahan rektal Perdarahan rektal adalah keluhan utama yang penting
dalam 20-50% kasus kanker kolorektal. Pasien dengan perdarahan yang
diamati dengan satu atau lebih gejala dibawah harus segera dirujuk untuk
pemeriksaan selanjutnya.
b. Perubahan pola buang air besar Perubahan pola BAB sering dijumpai
pada banyak pasien ca colon sekitar 39-85%. Gejala dibawah
meningkatkan probabiliti yang mendasari kejadian kanker kolorektal.
- Perubahan pola BAB terutamanya pada pasien lanjut usia.
- Riwayat mencret darah atau lendir harus segera merujuk pendapat
spesialis.
- Riwayat baru diare dengan frekuensi yang sering dan konsistensi cair.
c. Nyeri perut
- Nyeri perut pada pasien kanker kolorektal mungkin tanda dari
obstruksi yang akan terjadi.
- Nyeri kolik abdomen dengan gejala obstruksi lain seperti mual,
muntah harus segera diperiksa.
- Gejala lain Kehilangan darah kronis; anemia defiensi besi, kelelahan,
lesu ; sering dijumpai pada tumor sisi kanan.
d. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Thankamma, A., Barrett, A., Hatcher, H., et al., 2011)
pemeriksaan penunjang Kolostomi terdiri :
1. Digital Rectal Examination (DRE), adalah pemeriksaan yang sederhana
dan dapat dilakukan oleh semua dokter dengan memasuki jari yang sudah
dilapisi sarung tangan dan zat lubrikasi kedalam dubur kemudian
memeriksa bagian dalam rektum. B ila ada tumor di rektum akan teraba
dan diketahui dengan pemeriksaan ini (Wendy, Y.M., 2013).
2. Double-contrast barium enema, adalah pemeriksaan radiologi dengan
sinar rontgen pada kolon dan rektum. Penderita diberikan enema dengan
larutan barium dan udara yang dipompakan ke dalam rektum Kemudian
difoto. Dan dilihat seluruh lapisan dinding dapat dilihat apakah normal
atau ada kelainan (Hingorani, M., & SebagMontefiore, D., 2011).
3. Fecal Occult Blood Test (FOBT), kanker maupun polip dapat
menyebabkan pendarahan dan tes FOB dapat mendeteksi adanya darah
pada tinja. Bila tes ini mendeteksi adanya darah, harus dicari dari mana
sumber darah tersebut, apakah dari rektum, kolon atau bagian usus
lainnya dengan pemeriksaan yang lain. Penyakit wasir juga dapat
menyebabkan adanya darah dalam tinja. Tes Singlestool sample pada
FOBT (Fecal Occult Blood Test) hasilnya tidak memuaskan sebagai
skrining kanker kolorektal dan tidak direkomendasikan (Levin, 2008).
4. Sigmoidoscopy, adalah suatu pemeriksaan dengan suatu alat berupa kabel
seperti kabel kopling yang diujungnya ada alat petunjuk yang ada cahaya
dan bisa diteropong. Alat ini dimasukkan melalui lubang dubur kedalam
rektum sampai kolon sigmoid, sehingga dinding dalam rektum dan kolon
sigmoid dapat dilihat. Bila ditemukan adanya polip, dapat sekalian
diangkat. Bila ada masa tumor yang dicurigai kanker, dilakukan biopsi,
kemudian diperiksakan ke bagian patologi anatomi untuk menentukan
ganas tidaknya dan jenis keganasannya.
5. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk
tujuan iagnostic, identifikasi iagnostic, dan evaluasi respons pada
pengobatan.
6. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk iagnostic banding dan
menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum
tulang, kulit, organ dan sebagainya.
7. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat
menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah
putih: trombosit meningkat atau berkurang.
e. Penatalaksanaan
Medis
Terapi primer yang dilakukan kepada klien untuk pengobatan dengan
cara pembedahan. Terapi kemoterapi digunakan sebagai tambahan untuk
menjaga tumor tidak tumbuh lagi. Kemoterapi digunakan untuk menekan
pertumbuhan sel kanker yang ada di hepar. Radiasi yang diberikan bisa
dengan sendiri dan bersamaan. Terapi kombinasi dapat meningkat survival
klien ca colon.
Pembedahan Tiga dari empat klien menjalani operasi ca colon dan
60% menjalani pengobatan. Intervensi operasi tergantung dari jenis kanker,
lokasi, stadium, dan keadaan umum klien (Blaks & Hawks 2009). Kadang
operasi ca colon ini memerlukan tindakan kolostomi. Prosedur kolostomi
dilakukan dengan membuat lubang dinding perut atau abdomen yang
berfungsi sebagai tempat untuk mengeluarkan feses (Kozier & Erb,2009).
Penatalaksanaan Keperawatan
Pre operasi Perawat pre operasi klien sering ditemukan dengan
penurunan berat badan dan perubahan kebiasaan buang air besar. Untuk
mendapatkan gambaran yang akurat dari manifestasi klinis pada klien perlu
dikaji factor resiko seperti riwayat keluarga mempunyai penyakit kanker.
Pengkajian abdomen dilihat ketidak abnormalnya abdomen, nyeri , distensi,
dan adanya massa. Mengidentifikasi kecemasan klien dan dukungan support
system, mulai dari penjelasan tentang pengobatan dan prosedur yang akan
dilakukan, memberikan kesempatan kepada klien untuk berdiskusi
tentangprosedur yang akan dilakukan oleh tim kesehatan. Jika dilakukan
kolostomi maka tindakan kolostomi diperlukan enterostomal therapy nurse
untuk edukasi tentang kolostomi dan perawatanya (Blaks & Hawks 2009).
Post operasi Setelah klien keluar dari ruangan ICU keruangan
perawatan, perawat tetap melakukan pengkajian dan intervensi seperti pada
ruangan perawatan intensif. Pengkajian yang dilakukan pada keadaan post
anastesi general dapat menyebabkan komplikasi sehingga tetap memerlukan
monitor system respiratori, kardiovaskuler, renal dan cairan elotrolit. Perawat
harus melakukan perawatan khusus terhadap klien ini terutama pada bagian
abdomen yang sudah di operasi seperti perawatan luka, jika ada melakukan
kolostomi dan terpasang drain, maka harus melakukan pengantian dressing
dan memonitor output drain harus dilakukan dengan baik (Blaks & Hawks
2009).
f. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan kondisi pembedahan (Kolostomi)
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan tingkat nyeri
c. Nausea berhubungan dengan distensi lambung
d. Intoleransi aktifvitas berhubungan dengan kelemahan
e. Resiko infeksi
g. Tujuan Keperawatan dan Rencana Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


D.0077 Penyembuhan luka Manajemen Nyeri
1
Nyeri akut b.d (L.14130) (I.08238)
kondisi Setelah diberikan Observasi
pembedahan asuhan keperawatan - Identifikasi lokasi,
(Kolostomi) selama 3x24 jam karakteristik, durasi,
diharapkan nyeri akut frekuensi, kualitas,
berkurang itensitas nyeri
Kriteria Hasil: - Identifikasi skala nyeri
- Penyatuan kulit - Identifikasi respons
meningkat nyeri dan non verbal
- Penyatuan tepi luka - Monitor efek samping
meningkat penggunakan analgetik
- Jaringan granulasi Terapeutik
meningkat - Kontrol lingkungan
- Nyeri menurun yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
Kolaborasi
- Pemberian analgetik,
jika perlu
D.0074 Status Kenyamanan Edukasi Latihan Fisik
2
Gangguan rasa (L.08064) Observasi
nyaman b.d tingkat Setelah diberikan - Identifikasi teknik
nyeri asuhan keperawatan relaksasi yang pernah
selama 3x24 jam efektif digunakan
diharapkan Tingkat - Periksa ketegangan
nyeri teratasi Kriteria otot, frekuensi nadi,
Hasil: tekanan darah, dan
- Keluhan sulit tidur suhu sebelum dan
menurun sesudah latihan
- Mual menurun Terapeutik
- Pola eliminasi - Ciptakan lingkungan
membaik tenang dan tanpa
- Pola tidur gangguan dengan
membaik pencahayaan dan suhu
ruang nyaman
Edukasi
- Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan dan
jenis relaksasi yang
tersedia
- Anjurkan mengambil
posisi nyaman
D.0076 Nafsu Makan Manajemen Mual
3
Nausea b.d distensi (L.03024) (I. 03117)
lambung Setelah diberikan Observasi
asuhan keperawatan - Identifikasi faktor
selama 1x24 jam penyebab mual
Nafsu makan - Monitor asupan nutrisi
Kriteria Hasil: dan kalori
- Keinginan makan Terapeutik
membaik - Berikan makanan
- Asupan makanan dalam jumlah kecil
membaik - Berikan makanan
- Asupan nutrisi dingin, cairan bening,
terpenuhi tidak berbau dan tidak
bewarna
- Berikan obat oral
sebelum makan atau
setelah makan
Edukasi
- Anjurkan istirahat
yang cukup
- Anjurkan makanan
tinggi karbohidrat dan
rendah lemak
Kolaborasi
- Pemberian antiemetic
jika perlu

D.0056 Ambulasi Dukungan Ambulasi


4
Intoleransi (L.05038) (L.06171)
aktifvitas b.d Observasi
Setelah diberikan
kelemahan - Identifikasi adanya
asuhan keperawatan
nyeri atau keluhan
selama 2x24 jam
fisik lainnya
diharapkan
- Monitor frekuensi
Kriteria Hasil:
jantung dan tekanan
- Menopang berat
darah sebelum
badan meningkat
memulai ambulansi
- Nyeri saat berjalan
- Monitor kondisi umum
menurun
selama melakukan
- Kaku pada
ambulansi
persendiaan
Terapeutik
menurun
- Fasilitasi aktifvitas
ambulansi dengan alat
bantu
- Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika
perku
- Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulansi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulansi
D.0142 Kontrol Resiko Pencegahan infeksi
5
Risiko Infeksi (L.14128) (l.14539)
Setelah diberikan Observasi
asuhan keperawatan - Monitor tanda dan
selama 1x24 jam gejala infeksi local dan
diharapkan risiko sistemik
infeksi tidak terjadi Terapeutik
Kriteria Hasil: - Berikan perawatan
- Kemampuan kulit pada area luka
mencari informasi - Pertahankan teknik
tentang faktor aseptik
risiko (Luka post Edukasi
operasi) - Jelaskan tanda dan
- Kemampuan gejala infeksi
mengidentifikasi - Ajarkan cara
faktor risiko (Luka memeriksa kondisi
post operasi) luka atau luka operasi
- Kemampuan - Anjurkan meningkat
melakukan strategi asupan nutrisi
control resiko Kolaborasi
(Luka post operasi) - Kolaborasi pemberian
- Kemampuan imunisasi, jika perlu,
menghindari faktor
resiko (Luka post
operasi)
DAFTAR PUSTAKA

Gibsaon, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Jakarta:
EGC.

Hariana, Drs H. Arif. 2015. Resep Mengobati Penyakit Swadaya

Jakarta: EGC.
Kusyati,eni.2016,Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan
Dasar.jakarta : Gramedia
Pearce, Evelin. 2008. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia.

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperwatan Konsep, Proses, dan Praktik.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai