Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

HHC (Hepatocellular Carcinoma)

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh:
Merry Lidya
11194692110107

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL LAPORAN : HCC (Hepatocellular Carcinoma)


NAMA MAHASISWA : Merry Lidya
NIM : 11194692110107

Banjarmasin, Oktober 2021

Menyetujui,

Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

Helda Iriani,Ns., M.Kep Cynthia Eka F. Tjomiadi, S.Kep., Ns., MNS


NIP. 19830715 201101 2 003 NIK:1166092015086
1. Konsep Anatomi dan fisiologi Sistem
A. Anatomi Sistem

Gambar 1.1 anatomi Hepar

Hepar adalah kelenjar terbesar yang ada di dalam tubuh,


yang terletak di rongga perut sebelah kanan atas, di bawah sekat
rongga badan atau diafragma (Butar Butar, 2014).
anatomi hati terdiri dari empat lobus (bagian) dengan ukuran yang
berbeda. Berikut ini bagian-bagian lobus hati yaitu
1. Lobus kanan (right lobe of liver)
Lobus kanan adalah bagian terbesar di hati dengan ukuran 5 – 6 kali
lebih besar daripada lobus kiri.
2. Lobus kiri (left lobe of liver)
Berbeda dengan lobus kanan, bagian hati yang satu ini berbentuk
lebih runcing dan kecil. Lobus kiri dan kanan dipisahkan oleh ligamen
falciform.
3. Lobus kaudatus
Ukuran lobus kaudatus memang lebih kecil dibanding dua lobus
sebelumnya. Letak lobus ini memanjang dari sisi belakan lobus kanan
dan membungkus pembuluh darah balik utama (vena cava inferiori).
4. Lobus kuadrat
Dibandingkan dengan lobus kaudatus, lobus kuadrat berada lebih
rendah dan berada di sisi belakang lobus kanan hingga membungkus
kantong empedu.
B. Fisiologis Sistem
Vena porta hepatika mengalirkan darah keluar dari sistem venous
usus dengan membawa nutrien yang diserap di dalam saluran cerna ke
hati. Hati melaksanakan berbagai fungsi metabolik. Sebagai contoh,
pada saat puasa hati akan menghasilkan sebagian besar glukosa melalui
glukoneogenesis serta glikogenolisis, melakukan detoksifikasi,
menyimpan glikogen dan memproduksi getah empedu disamping
berbagai protein serta lipid (Berkowitz, 2013).
Menurut Guyton & Hall (2012), hati mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a. Metabolisme karbohidrat
Fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan
glikogen dalam jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa
menjadi glukosa, glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa
kimia yang penting dari hasil perantara metabolisme karbohidrat.
b. Metabolisme lemak
Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara
lain: mengoksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi
tubuh yang lain, membentuk sebagian besar kolesterol, fosfolipid dan
lipoprotein, membentuk lemak dari protein dan karbohidrat.
c. Metabolisme protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam
amino, pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan
tubuh, pembentukan protein plasma, dan interkonversi beragam
asam amino dan membentuk senyawa lain dari asam amino.
d. Lain-lain
Fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat
penyimpanan vitamin, hati sebagai tempat menyimpan besi dalam
bentuk feritin, hati membentuk zat-zat yang digunakan untuk
koagulasi darah dalam jumlah banyak dan hati mengeluarkan atau
mengekskresikan obat-obatan, hormon dan zat lain.
2. Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi
Hepatoma ( Hepatocellular Carcinoma / HCC ) adalah tumor
ganas hati primer yang berasal dari hepatosit (kanker hati primer).
Hepatoma juga dikenali dengan nama lain yaitu kanker hati primer,
hepatokarsinoma dan kanker hati. Hati terbentuk dari tipe-tipe sel yang
berbeda. Bagaima napun sel-sel hati (hepatocytes) membentuk sampai
80 % dari jaringan hati, jadi mayoritas dari kanker-kanker hati primer
(lebih dari 90 sampai 95 %) timbul dari sel-sel hati dan disebut kanker
hepatoselular (hapatocellular kanker ) atau Karsinoma (Krishan et al,
2015).
Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati
primer dan paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer
lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan
hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut
juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular
(KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati
(Misnadiarly, 2016).
Kanker hati memiliki dua jenis yaitu kanker hati primer dan kanker
hati sekunder (Krishan et al. 2015)
1. Kanker hati primer
Kanker hati primer disebut sebagai primary liver cancer atau
hepatoceluler cancer. Umumnya, jenis kanker ini terjadi akibat
komplikasi penyakit hati seperti sirosis atau penyakit radang hati
(hepatitis).
2. Kanker hati sekunder
Kanker hati sekunder adalah kanker hati yang disebabkan oleh
metastasis (penyebaran kanker) dari kanker organ lain, misalnya
payudara, usus besar, dan lain-lain. Sering kali juga disebut
metastasis kanker hati (metastatic liver cancer).

B. Etiologi
Penyebab Hepatocellular Carcinoma (HCC) (Gurakar et al. 2013)
a. Virus Hepatitis
1) HBV (Hepatitis B)
Hubungan antara infeksi kronik HBV dengan timbulnya
hepatoma terbukti kuat, baik secara epidemologis klinis
maupun eksperimental. Karsinogenisitas HBV terhadap hati
terjadi melalui proses inflamasi kronik, integrasi HBV DNA ke
dalam DNA sel pejamu dan aktifitas protein spesifik HBV
berinteraksi dengan gen hati. Pada dasarnya, perubahan
hepatosit dari kondisi inaktif menjadi sel yang aktif bereplikasi
menentukan tingkat karsinogenesis hati.
2) HCV (Hepatitis C)
Infeksi HCV berperan penting dalam pathogenesis hepatoma
pada pasien yang bukan pengidap HBV. Pada kelompok
pasien penyakit hati akibat transfusi darah dengan anti-HCV
positif, interval antara saat transfuse hingga terjadinya
hepatoma dapat mencapai 29 tahun. Hepatokarsinogenesis
akibat infeksi HCV diduga melalui aktifitas nekroinfiamasi
kronik dan sianosis hati.
b. Sirosis Hati
Pasien penderita sirosis hati memiliki resiko 3 sampai 4 kali
lebih tinggi mengalami HCC dibanding dengan pasien penderita
hepatitis kronis.
c. DM (Diabetes Melitus)
DM merupakan faktor risiko baik untuk penyakit hepar kronik maupun
untuk HCC melalui terjadinya perlemakan hepar dan steatohepatitis
non alkoholik (NASH). Di samping itu, DM dihubungkan dengan
peningkatan kadar insulin dan insulin-like growth factors (IGFs) yang
merupakan faktor promotif potensial untuk kanker.
d. Faktor Lain
Faktor lain yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit HCC
adalah alkohol dan penggunaan anabolic steroid.

C. Klasifikasi
Klasifikasi HCC menurut (Gurakar et al. 2013) yaitu :

GANAS
JINAK

Tumor Efitelial
Adenoma hepatoselular Karsinoma hepatoselular
Adenoma bilier intrahepatik Karsinoma fibrolamelar
Sistadenoma bilier intrahepatik Hepatoblastoma
Papilomatosis bilier Kolangiokarsinoma
Sistadenokarsinoma

Tumor Mesenkimal

Hemangioma Angiosarkoma
Fibroma Fibrosarkoma
Leiomioma Leiomiosarkoma
Lipoma Liposarkoma
Angiomiolipoma Rabdomiosarkoma
Limfangioma Limfoma hepatic primer
Mesotelioma Hemangioendotelioma epitelioid

D. Patofisiologi (Pathway)
Virus hepatitis B , C, diabetes mellitus , mengomsumsi alkohol
dapat menyebabkan sirosis hepatis (rusaknya organ hati akibat
terbentuknya jaringan perut) jika sirosis hepatis ini sudah lama akan
menyebabkan hepatoma (Kanker hati/pertumbuhan sel yang ganas).
Pertumbuhan sel ini terdiri dari 2 tipe yaitu Type Masif (tumor besar
disalah satu lobus) dan Type nodule ( tumor multiple kecil-kecil dalam
ukuran yang tidak sama).
Pada type masif (tumor besar disalah satu lobus) type ini dapat
menimbulkan pembesaran pada hepar dan terjadi penekan pada hepar
sehingga menimbulkan rasa nyeri( nyeri akut), penekanan pada hepar
juga dapat menyebabkan bendungan vena porta, penyumbatan vena
porta dan menyebabkan hipertensi porta (darah tidak bisa mengalir
dengan baik di area hati) sehingga timbulnya asites( pembengkakan pada
perut karena akumulasi cairan) dan juga dapat menyebabkan
pembengkakan pada kaki maka masalah keperawatan yang dapat
diambil adalah hipervolemia selain itu asites dapat menekan lambung
sehingga muncul diagnosa nyeri akut, nyeri akut dapat menyebabkan
ketakutan dalam melakukan mobilisasi sehingga muncul diagnosa
hambatan mobilitas fisik, rasa takut yang dialami oleh pasien dapat
menyebabkan kecemasan bagi pasien sehingga dapat menggambil
diagnosa ansietas. Asites yang menekan lambung juga menyebabkan
terjadinya mual,muntah yang menyebabkan terjadinya penurunan intake
sehingga muncul diaknosa defisit nutrisi.
Pada, Type nodule ( tumor multiple kecil-kecil dalam ukuran yang
tidak sama) dapat membuat kerusakan pada sel hepar menyebabkan
penurunan metabolisme bilirubin dan terjadinya hiperbilirubin (hepar tidak
dapat menjalankan metabolisme bilirubin) sehingga terjadinya
meningkatnya garam empedu yang membuat rasa gatal pada tubuh
sehingga muncul diagnosa resiko kerusakan integritas kulit dan juga
gangguan citra tubuh. Hepatoma bisa di lakukan pembedahan sehingga
muncul diagnosa resiko infeksi karena luka post operasi yang, hepatoma
dapat menyebabkan penurunan fungsi hepar menyebabkan pemecahan
asam amino entrik meningkat menjadi hiperamonemia (kelebihan anomia
dalam darah) menyebabkan respirasi meningkat Sehingga muncul
diaknosa pola nafas tidak efektif.
Virus hepatitis B , hepatitis C, Alkohol,DM dll

Inflamasi pada hepar

Serosis hati menahun

Hepatoma

Type nodule ( tumor multiple


Type Masif (tumor besar disalah Penurunan fungsi hepar kecil-kecil dalam ukuran yang
satu lobus) tidak sama)

Pemecahan asam amino Kerusakan sel hepar


Pembesaran Hepar entrik meningkat

Penekanan Hepar Penurunan metabolisme


hiperamonenia bilirubin

Bendungan vena porta


Respirasi meningkat
Hiperbilirubin

Penyumbatan vena porta


Pola nafas tidak efektif Peningkatan garam empedu

Hipertensi porta
gatal
Hipervolemia
Asites
Resiko Kerusakan Integritas
kulit
Penekanan pada lambung Nyeri Akut

Mual,muntah
Pembedahan
Ketakutan dalam
Intake tidak adekuat melakukan
mobilisasi
Resiko Infeksi
Defisit nutrisi
Gangguan
mobilitas fisik
b.d kelemahan

Sumber : Gurakar et al, 2013 ; Krishan et al,2015


E. Manifestasi Klinik
1 Penurunan berat badan yang drastis
2 Kehilangan kekuatan/ kelemahan
3 Asites
4 Kehilangan nafsu makan
5 Mual dan muntah
6 Mudah capek dan merasa lelah
7 Tampak abdomen kanan membesar
8 Kulit dan matanya kelihatan kuning (jaundice)
9 Nyeri abdomen dapat ditemukan, disertai dengan pembesaran hati
yang cepat serta permukaan yang teraba ireguler pada palpasi
10 Ensefalopati
(Lemone,P 2016).
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang hepatoma antara lain (Krishan et al. 2015)
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Darah, pemeriksaan bilirubin total, aspartat
arninotransferuse (AST), albumin,
2. Biopsi
Biopsi aspirasi dengan jarum halus (fine needle aspiration biopsy)
terutama ditujukan untuk menilai apakah suatu lesi yang ditemukan
pada pemeriksaan radiologi imaging dan laboratorium AFP itu benar
pasti suatu hepatoma.
3. Radiologi
 Foto toraks, dilakukan untuk mendeteksi adanya metastasis paru.
 Computed tomography (CT scan). Dilakukan untuk tersangka
Hepatocellular carcinoma karena meningkatnya AFP,
mengetahui meningkatnya jumlah nodul kanker yang terdeteksi.
Sayangnya dalam sitosis nodular hepar, kepekaan CT scan
untuk mendeteksi Hepatorellular carcinoma rendah.
 Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat mendeteksi lesi lebih
kecil dan juga dapat digunakan untuk menentukkan aliran dalam
vena portal.
 Ultrasonography (USG).Untuk mencari tanda-tanda sirosis dalam
atau pada permukaan hepar.
G. Penatalaksanaan
Beberapa pengobatan yang bisa dilakukan untuk hepatoma
diantaranya (Befeler et al. 2013) :
1. Pembedahaan ( Operasi)
Operasi bedah di lakukan untuk menangani hepatoma dengan
cara mengangkat bagian hati yang terkena kanker
2. Terapi radiasi
Dengan menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel
kanker hepatoma
 Terapi radiasi eksternal
Terapi ini dilakukan dengan memancarkan sinar radiasi pada
titik-titik tertentu pada bagian dada dan perut
 Terapi radiasi internal
Terapi ini dilakukan dengan menyuntikan partikel radioaktif
kedalam arteri yang mengirimkan darah ke organ hati
3. Transplantasi hati
Dapat menghilangkan jaringan hati yang beresiko untuk
perkembangan kanker, dan bisa mengendalikan fungsi hati
4. Sorafenid merupakan obat yang menghambat proliferasi sel kanker

H. Pengkajian Fokus Keperawatan


1. Pengkajian
Menurut Doenges, 2013 hasil pemeriksaan fisik pada pasien kanker
hepar adalah:
a) Tanda- tanda vital : Tekanan darah meningkat, nadi bradikardial,
suhu meningkat, pernafasan meningkat

b) Mata : Sklera ikterik.


c) Mulut : Mukosa kering, bibir pucat
d) Kulit : tampak jaudince pada seluruh tubuh, tampak
pasien gatal-gatal (pruritus) mengalami
kelemahan, peningkatan edema
e) Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan
atas,pembesaran hepar,asites, permukaan
teraba tidak simetris.
Data fokus terkait perubahan pola fungsi data dasar tergantung pada
penyebab dan beratnya pada kerusakan atau gangguan hepar menurut
deongoes, 2013 adalah :
a) Aktivitas : Klien akan mengalami kelelahan, kelemahan, melaise
b) Sirkulasi : Bradikardi akibat hiperbilirubin berat, akterik pada selera,
kulit dan membram mukosa
c) Eliminasi : Warna urin gelap( seperti teh), diare fases warna tanah
liat.
d) Makanan dan cairan : Anoreksia, berat badan menurun, perasaan
mual dan muntah, terjadi peningkatan edema, asites.
e) Neurosensori : Peka terjadap rangsangan, cenderung tidur,
asteriksis.
f) Nyeri/ Kenyamanan : Kram abdomen, nyeri tekan pada abdomen
kuandran kanan atas, mialgia, sakit kepala, gatal-gatal
g) Keamanan : Urtikaria, demam, eritema, splenomegali, pembesar
nodus limfa servikal posterior
h) Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi apa yang dirasakan klien terhadap
penyakit, bagaimana cara mengatasinya, serta bagaimana perilaku
klien terhadap tindakan yang dilakukan kepada dirinya. (Muttaqin,
2012)
i) Seksualitas : Perilaku homoseksual aktif atau biseksual pada
wanita dapat meningkatkan faktor resiko.
I. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen infiltrasi kanker
2. Gangguan Mobilitas fisik b.d kelemahan fisik
3. Resiko infeksi
4. Resiko Kerusakan Integritas kulit
5. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mencerna makanan
6. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas
7. Hipervolemia b.d gangguan alir balik vena
8. Ansientas b.d kondisi klinis penyakit kronis hepatocellular carcinoma
J. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa SLKI SIKI


o

1 Nyeri akut b.d Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri


agen infiltrasi Setelah dilakukan (I.08238)
kanker (D. asuhan keperawatan Observasi:
0078) selama 3x24 jam  Identifikasi
diharapkan Tingkat nyeri lokasi,
Menurun dengan kriteria karakteristik,
hasil: durasi,
1. Keluhan nyeri frekuensi,
menurun kualitas,
2. Ekspresi meringis intensitas nyeri
berkurang  Identifikasi
3. Rasa gelisah skala nyeri
berkurang  Identifikasi
4. TTV dalam rentang respons nyeri
normal non verbal
 Identifikasi
faktor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri
 Identifikasi
pengetahuan
dan keyakinan
tentang nyeri
 Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
 Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik

Terapeutik:
 Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
rasa nyeri
 Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri
 Fasilitasi
istirahat dan
tidur
 Pertimbangkan
jenis dan
sumber nyeri
dalam
pemilihan
strategi
meredakan
nyeri

Edukasi
 Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
 Ajarkan teknik
nonfarmakolog
is untuk
mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

2 Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan


Mobilitas fisik meningkat Ambulasi
b.d kelemahan (L. 05042) (1.06171)
fisik
Observasi

 Identifikasi
adanya nyeri
atau keluhan
fisik lainnya
 Identifikasi
toleransi fisik
melakukan
ambulasi
 Monitor
frekuensi
jantung dan
tekanan darah
sebelum
memulai
ambulasi
 Monitor kondisi
umum selama
melakukan
ambulasi

Terapeutik

 Fasili
tasi aktivitas
ambulasi
dengan alat
bantu (mis.
tongkat, kruk)
 Fasili
tasi melakukan
mobilisasi fisik,
jika perlu
 Libat
kan keluarga
untuk
membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi

Edukasi

 Jelas
kan tujuan dan
prosedur
ambulasi
 Anjur
kan melakukan
ambulasi dini
 Ajark
an ambulasi
sederhana
yang harus
dilakukan (mis.
berjalan dari
tempat tidur ke
kursi roda,
berjalan dari
tempat tidur ke
kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi)

3 Resiko infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan


(D.0142) (L.14137) Infeksi (I. 14539)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan Observasi
selama 1x24 jam  Monitor tanda
diharapkan Tingkat gejala infeksi
Infeksi Menurun dengan local dan
kriteria hasil: sistemik
1. Demam
menurun(dari 1 Terapeutik
(meningkat) ke 5  Bata
(Menurun). si jumlah
2. Kemerahan pengunjung
menurun(dari 1  Cuci
(meningkat) ke 5 tangan
(Menurun). sebelum dan
3. Nyeri (menurun dari sesudah
1 (meningkat) ke 5 kontak dengan
(Menurun). pasien dan
lingkungan
pasien
 Perta
hakan teknik
aseptic pada
paien berisiko
tinggi
Edukasi

gejala infeksi

tangan
dengan benar

memeriksa
kondisi luka
operasi

meningkatkan
asupan nutrisi

meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi:
 Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu

4. Resiko Integritas Kulit dan Perawatan


Kerusakan Jaringan (L.141250) Integritas Kulit
Integritas kulit Setelah dilakukan (I.11353)
tindakan keperawatan Observasi
selama 1x8 jam  Identifikasi
diharapkan Integritas penyebab
Kulit Dan Jaringan gangguan
Meningkat dengan integritas kulit
kriteria hasil: (mis.
1. Kerusakan jaringan Perubahan
menurun (5) sirkulasi,
2. Kerusakan lapisan perubahan
kulit menurun (5) status nutrisi,
3. Kemerahan peneurunan
menurun (5) kelembaban,
4. Perfusi jaringan suhu
meningkat (5) lingkungan
ekstrem,
penurunan
mobilitas)

Terapeutik
 Ubah posisi
setiap 2 jam
jika tirah
baring
 Lakukan
pemijatan
pada area
penonjolan
tulang, jika
perlu
 Bersihkan
perineal
dengan air
hangat,
terutama
selama
periode diare
 Gunakan
produk
berbahan
petrolium  atau
minyak pada
kulit kering
 Gunakan
produk
berbahan
ringan/alami
dan
hipoalergik
pada kulit
sensitive
 Hindari produk
berbahan
dasar alkohol
pada kulit
kering
Edukasi
 Anjurkan
menggunakan
pelembab
(mis. Lotin,
serum)
 Anjurkan
minum air
yang cukup
 Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan
meningkat
asupan buah
dan sayur
Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ektrime
 Anjurkan
menggunakan
tabir surya
SPF minimal
30 saat berada
diluar rumah
5. Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
b.d (L. 03030) (L. 03119)
Ketidakmampu Setelah dilakukan
Observasi
an mencerna asuhan keperawatan
 Identifikasi
makanan selama 3x 24 jam
status nutrisi
(D.0019) diharapakan Status
Nutrisi Meningkat,  Identifikasi
dengan kriteria hasil: alergi dan
1. Porsi makan yang intoleransi
dihabiskan makanan
meningkat.  Identifikasi
2. Berat badan perlunya
membaik penggunaan
3. IMT membaik selang
nasogastric
 Monitor
asupan
makanan
 Monitor berat
badan

Terapeutik:
 Lakukan oral
hygiene
sebelum
makan, Jika
perlu
 Sajikan
makanan
secara
menarik dan
suhu yang
sesuai
 Hentikan
pemberian
makanan
melalui selang
nasogastric
jika asupan
oral dapat
ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan
posisi duduk,
jika mampu
 Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi
 Kola
borasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan

Promosi Berat
Badan
(I.03136)
Observasi
 Identifikasi
kemungkinan
penyebab BB
kurang
 Monitor
adanya mual
dan muntah

Terapeutik
 Sediakan
makanan yang
tepat sesuai
kondisi pasien
 Berikan
pujian kepada
pasien untuk
peningkatan
yang dicapai
Edukasi
 Jelaskan jenis
makanan yg
bergizi tinggi,
terjangkau

6. Pola nafas Pola Nafas (L.01004) Pemantauan


tidak efektif bd Respirasi (I.01014)
Hambatan Diharapkan setelah
upaya nafas dilakukan tindakan Observasi
(D.0005) keperawatan selama  Monitor
1x8 jam, pola nafas frekuensi,
membaik dengan kriteria irama dan
hasil : upaya napas
1. Tidak ada dyspnea  Monitor pola
2. Tidak ada napas
penggunaan otot (dispnea,
bantu nafas apnea,
3. Frekuensi nafas bradipnea,
dalam batas normal takipnea)
4. Tidak ada  Monitor
pernafasan cuping adanya
hidung produksi
sputum
 Monitor
adanya
sumbatan
jalan napas
 Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
 Auskultasi
bunyi napas
 Monitor
saturasi
oksigen
 Monitor nilai
AGD
 Monitor x-ray
thoraks

Terapeutik
 Atur interval
pemantauan
respirasi
sesuai kondisi
pasien
 Dokumentasik
an hasil
pemantauan

Edukasi
 Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantauan
(pada
keluarga)
 Informasikan
hasil
pemantauan
jika perlu
(pada
keluarga)
7. Hypervolemia Status Cairan Manajemen
b.d Gangguan (L.03018) Hipervolemia
Alir Balik Vena Setelah dilakukan (I.03114)
(D.0022) tindakan keperawatan Observasi
1x8 jam masalah dapat  Periksa
teratasi dengan kriteria tanda dan gejala
hasil : hypervolemia
1. Turgor  Identifikasi
kulit skala 1 penyebab
menurun menjadi hypervolemia
skala 5 meningkat  Monitor intake
2. Perasaan dan output
lemas meningkat cairan
skala 1 menjadi
skala 5 menurun
3. Edema Terapeutik
perifer skala 1  Batasi asupan
meningkat menjadi cairan dan
skala 5 menurun garam
 Tinggikan
kepala 30-40⁰

Edukasi
 Ajarkan cara
membatasi
cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
deuretik

8 Ansientas Tingkat ansietas Reduksi Ansientas


berhubungan (L.09093) (I.09314)
dengan setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan 1. Monitor tanda-
kondisi klinis
selama 1x8 jam tanda ansietas
penyakit diharapkan kecemasan 2. Ciptakan
kronis menurun dengan suasana
Hepatocellular kriteria hasil : terapeutik
Carcinoma 1. Menyingkirkan untuk
(D.0080) tanda kecemasaan menumbuhkan
dari nilai 3 kepercayaan
(sedang) menjadi 3. Pahami situasi
nilai 5 (menurun) yang membuat
2. Tidak terdapat ansietas
perilaku gelisah Edukasi
dari nilai 3 1. Diskusikan
(sedang) menjadi perencanaan
nilai 5 (membaik) realistis
3. Frekuensi napas tentang
menurun dari nilai peristiwa yang
3 (sedang) menjadi akan datang
nilai 5 (membaik) 2. Anjurkan
4. Frekuensi nadi mengungkapka
menurun dari nilai n perasaan dan
3 (sedang) menjadi persepsi
nilai 5 (membaik) 3. Anjurkan
5. Menurunkan keluarga untuk
stimulasi selalu
lingkungan ketika disamping dan
cemas dari nilai 3 mendukung
(sedang) menjadi pasien
nilai 5 (menurun) Latih teknik
6. Menggunakantekn
relaksasi
ik relaksasi untuk
menurunkan
cemas dari nilai 3
(sedang) menjadi
nilai 5 (membaik)
DAFTAR PUSTAKA

Antonidoss., & Kaliyamurthie, K.P. 2014. Segmentation from image using


adaptive thresholding. Middle-East Journal of Scientific Research 20
(4): 479-484.

Befeler, A.S. & Bisceglie, A.M.D. 2013. Hepatocellular carcinoma: diagnosis and
treatment. Gastroenterology 122:1609-1619.

Butar-Butar, A.M.C. 2013. Prevalensi karsinoma hepatoselular di rumah sakit haji


adam malik Medan pada tahun 2009-2012. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara.

Doenges, Marilynn E.dkk.2013.Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.Alih
Bahasa: I Made Kriasa.EGC.Jakarta

Gurakar, A., Hamilton, J.P., Koteish, A., Li, Z., & Mezey, E. 2013. Hepatocellular
carcinoma (Liver Cancer): Introduction. Maryland.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC

Henderson, M.A. 2015. Ilmu Bedah Perawat. Jakarta : Yayasan Mesentha


Medica.

Krishan, A., & Mittal, D. 2015. Detection and classification of liver cancer using
CT image. International Journal on Recent Technologies in Mechanical
and Electrical Engineering (IJRMEE) 2(5):093-098.

Misnadiarly (2016). Hepatocelullar In Review. Dovepress. 750-785 doi:

10.2147/JHC.S61146. eCollection 2016.

Anda mungkin juga menyukai