Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KARSINOMA BULI

DI RUANGAN LONTARA 4
RSUP WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

DISUSUN OLEH:
NURASNI
2104019

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN AJARAN 2021


A. KONSEP MEDIS
1. Anatomi dan Fisiologi Vesika Urinaria
Kandung kemih terletak tepat di belakang tulang kemaluan yang berada
di rongga pelvis. Kapasitas maksimum kandung kemih pada orang dewasa adalah
sekitar 500 ml. Dinding otot kandung kemih kuat di pengaruhi oleh jumlah urin
yang tertampung didalamnya, sehingga memiliki bentuk bervariasi. Batas-batas
kandung kemih laki-laki di sisi anterior pada simpisis pubis, lemak retropubik dan
dinding anterior, bagian posterior dengan vesica rectovesicalis peritonei, ductus
deferens, vesicula seminalis, fascia rectovesicalis, dan rectum. Pada bagian atas
terdapat muskulo obturator internus dan dibawah musculus levator ani (Black dan
Matassin, 2010). Vesica urinaria diperdarahi oleh arteri iliaka interna yang
bercabang menjadi arteri vesicalis superior dan inferior. Sedangkan arteri
obturatoria mensuplai bagian minor kandung kemih kembali kedalam vena
membentuk plexus pada permukaan lateral dan inferior buli. Dengan demikian
selama sistostomi suprapubik, harus memperhatikan bagian-bagian pembuluh
darah tersebut.
Kandung kemih pada orang dewasa maksimum berisi 500ml. Refleks
berkemih mulai bila volume urin mencapai kurang lebih 300 ml. Sistem saraf
pusat menngendalikan reflek fisiologi proses miksi. Reseptor regangan di dalam
dinding vesica urinaria terangsang dan impuls tersebut diteruskan kesusunan
saraf pusat, kemudian individu mempunyai kesadaran ingin berkemih. Sebagian
impuls naik ke atas melalui nervis planchnici pelvici dan masuk ke segmen
sacralis kedua, ketiga, keempat medulla spinalis. Lumbal pertama dan kedua
membentuk pleksus hipogastrik yang merupakan pangkal dari saraf simpatik
(Snell 2011). Sakralis kedua, ketiga dan keempat dari medulla spinalis sebagai
tempat keluar impuls eferen parasimpatik menuju serabut-serabut preganglionik
parasimpatik dengan perantara nervi splanchnici pelvici dan plexus hypogastricus
inferior ke dinding vesica urinaria, tempat nervus tersebut bersinaps dengan
neuron posganglionik. Bila urin masuk ke urethrae, reflek diperkuat menuju
medulla spinalis oleh impuls aferen. Otot abdomen berkontraksi untuk menaikkan
tekakan intraabdominal sehingga menekan kandung kemih untuk proses miksi
(Snell 2011).
Pada orang dewasa, refleks regangan sederhana ini dihambat oleh
aktivitas kortex cerebri sampai waktu dan tempat untuk miksi tersedia. Serabut-
serabut inhibitor berjalan ke bawah bersama tractus corticospinalis menuju
segmen sacralis kedua, ketiga, dan keempat medula spinalis. Kontraksi musculus
sphincter urethrae yang menutup urethra dapat dikendalikan secara volunter; dan
aktivitas ini dibantu oleh musculus sphincter vesicae yang menekan leher vesica
urinaria (Snell 2011).
2. Definisi
Tumor buli-buli atau kandung kemih adalah reproduksi sel yang
berlebihan yang melapisi kandung kemih dimana cairan limbah dari ginjal
disimpan dalam tubuh sampai dilepaskan melalui buang air kecil. Diantara organ
pada sistem perkemihan, kandung kemih atau buli-buli merupakan bagian yang
paling sering terkena tumor setelah prostat. Penyakit ini lebih banyak diderita oleh
pria kulit putih daripada wanita. Kasus kanker kandung kemih paling banyak
pada usia lebih dari 50 tahun dibandingkan yang terjadi pada orang di bawah 40
tahun (<1%) (Kennard, 2017).
Papiloma yang kecil dan benigna pada tumor kandung kemih merupakan
awal hingga sampai ke karsinoma yang besar dan malignan. Oleh karena itu,
semua papiloma pada kandung kemih harus dianggap pre-malignan dan harus
diangkat. Adekarsinoma merupakan tumor yang lain dan sering kali tidak dapat
dioperasi. Pada tumor kandung kemih tahap I dan II adalah superfisial, sedangkan
tahp III dan IV merupakan invasif (Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2009). Tumor ini
lama-kelamaan akan melakukan infiltrasi ke lamina phopria, otot, dan lemak
perivesika yang kemudian akan menyebar langsung ke jaringan sekitar. Tumor
buli-buli adalah tumor yang dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (insitur),
noduler (infiltrat), atau campuran antara bentuk papiler dan infiltrat.
3. Etiologi
Tumor buli-buli banyak disebabkan oleh substansi-substansi yang
bersifat karsinogenik. Substansi ini diyakini terbawa dalam urine dan
menimbulkan kontak dengan mukosa vesika urinari dalam waktu yang lama.
Beberapa faktor risiko yang yang mempengaruhi seseorang menderita karsinoma
buli-buli adalah :
a. Pekerjaan
Pekerja-pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik
korek api, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja pada salon/pencukur rambut
sering terpapar oleh bahan karsinogen berupa senyawa amin aromatik ( 2-
naftilamin, bensidin, 4aminobifamil).
b. Perokok
Resiko untuk mendapatkan karsinoma buli-buli pada perokok adalah 2-6 kali
lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan
karsinogen berupa amin aromatik dan nitrosamin.
c. Infeksi saluran kencing
Telah diketahui bahwa kuman-kuman Escherichia Coli dan proteus
menghasilkan nitrosamin yang merupakan zat karsinogen.
d. Kopi, pemanis buatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin
dan siklamat serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid yang diberikan
intravesika, fenastin, opium dan obat antituberkulosa INH dalam jangka
waktu lama dapat menimbulkan resiko timbulnya karsinoma buli-buli.
4. Patofisiologi
Meningkatnya usia harapan hidup pada seseorang merupakan salah
satu faktor resiko terkena ca buli (Brunner &Suddarth. 2002). Pafda laki-laki
dengan usia diatas 50 tahun resiko mengidap ca buli lebih besar daripada
perempuan. Semakin bertambah usia seseorang, imunitas menurun sehingga
rentan terpapar oleh radikal bebas. Merokok serta terpapar dengan zat
karsinogenik trurt meningkatkan seseorang mengidap ca buli (Jameson, 2008).
Proses terpaparnya kandung kemih dengan zat-zat karsinogen dimulai dengan
terserapnya radikal bebas didalam sirkulasi darah. Selanjutnya zat tersebut
terfiltrasi diglomerolus untuk diekskresi bersama urin. Radikal bebas bergabung
dengan urin secara terus menerus dan masuk ke kandung kemih. Selanjutnya
terjadi stagnasi radikal bebas, radikal bebas ini menimbulkan kerusakan pada
DNA dan RNA. Kerusakan DNA menstimuli sel tubuh untuk melakukan
pernbaikan, akibat terpapar zat karsinogen maka dalam proses perbaikan DNA
tersebut mengalami mutasi pada genom sel somatik. Mutasi dari genom sel
somatik menyebabkan pengaktifan onkogen yang mendorong proses
pertumbuhan, terjadinya perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan dan
yang terakhir adalah penonaktifan gen supresor kanker. Ketiga hal tersebut
mengakibatkan produksi gen regulatorik hilang. Pada akhirnya ca buli terjadi
akibat dari replikasi DNA yang berlebihan di dalam kandung kemih (M. B. Amin,
(2013).
5. Pathway
6. Manifestasi klinis
Menurut Baradero, Dayrit, & Siswadi (2009) keluhan yang bisa muncul pada saat
melakukan pengkajian utama terhadap pasien yaitu:
a. Urine bercampur darah (hematuria)
b. Merasa panas waktu berkemih
c. Merasa selalu ingin berkemih
d. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar
berkemih
e. Nyeri suprapubik yang konstan
f. Badan terasa panas dan merasa lemah
g. Nyeri pinggang karena tekanan syaraf
h. Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
7. Komplikasi
Komplikasi dari tumor buli-buli antara lain:
a. Apabila terjadi penyumbatan atau obstruksi,maka akan menyebabkan
terjadinya refluks vesiko-ureter dan hidronefrosis.
b. Jika terjadi infeksi, akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada ginjal,
yang lama kelamaan mengakibatkan gagal ginjal.
c. Hematuria yang terus menerus akan menyebabkan terjadinya anemia pada
pasien
d. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
e. Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wein AJ, Kavoussi LR, Novick AC, et al (2007) pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan pada tumor buli-buli adalah:
a. Laboratorium
1) Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gross atau
micros hematuria.
2) Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat bakteri dalam
urine.
3) RPT (Right Finger Topping (RFT) normal
b. Radiologi
1) Excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan
tumornya.
2) Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor
3) Fractionated cystogram adanya invasi tumor dalam dinding buli-buli
4) Angiography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh
lymphe
c. Cystocopy dan biopsy
1) Cystoscopy dapat melihat secara langsung tempat tumbuhnya tumor,
ukuran, jumlah, bentuk dan berbagai invasif, pada saat yang sama juga
lakukan tes biopsy
2) Biopsi yaitu pengambilan sampel jaringan dan diteliti apakah jaringan
itu bersifat kanker ataukah tidak
d. Cystology
Pengecatan pada sediment urine terdapat sel transisional dari tumor
e. USG
USG juga bisa digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya kanker di
bagian tubuh seseorang.
9. Penatalaksanaan
Tatalaksana ca buli dilakukan berdasarkan grade dan stage ca, menurut Gemmil et
al (2013) dan Jameson (2008) tatalaksana ca buli adalah:
a. Ca buli superfisial (Tis, Ta, T1) tindakan berupa pembedahan, intravesical
kemoterapi dan intra vesical imunoterapy dengan menggunakan vaksin
BCG. Operasi pada ca buli superfisial dilakukan dengan teknik TranUretral
Resection (TUR) bertujuan untuk mengangkat jaringan tumor superfisial.
Intra vesical kemoterapi dilakukan dengan cara memasukan dosis obat
kemoterapi kedalam kandung kemih. Bisa dilakukan setelah operasi
pengangkatan tumor, bertujuan untuk membunuh sel kanker dan mencegah
kekambuhan ca. Obat kemoterapi intravesikal berisi Mitomicyn C,
gemcitabine, dan valrubicin. Penggunaan intra vesikal imunoterapy
menggunakan vaksin TBC, seringkali dikombinasikan dengan interferon
alpha atau kombinasi dengan vaksin BCG.
b. Cancer invasif kandung kemih (T2-T4), pasien akan direkomendasikan untuk
tindakan parsial/segmental cystectomy dan radical cystectomy. Setelah
dilakukan cystektomi, untuk proses drainase urine menggunakan teknik
urinary diversion. Kemoterapi dapat diberikan pada fase sebelum
pembedahan (neo adjuvant) dan setelah pembedahan (adjuvant).
Penatalaksanaan ca bulli selanjutnya adalah:

a. Hematuria
1) Pada hematuri dilakukan three way kateter untuk irigasi kandung kemih
yang mengalami perdarahan dan mencegah obstruksi. Kontribusi
perawat adalah monitoring irigasi, monitoring balance cairan, evaluasi
warna urine dan kondisi bladder.
2) Oksigenasi karena klien mengalami hiperventilasi.
3) Transfusi dan farmakologi (anti hemoragik).
b. TURB-T (Trans-Urethral Resection of Bladder-Tumor)
Dilakukan reseksi untuk mengambil tumor. Pemasangan kateter untuk
monitor output urine lakukan tindakan irigasi kandung kemih, jika
urine tidak keluar, curiga adanya stone cell dan tatalaksana dengan
dilakukan irigasi.
c. Diversi Urine
Diversi urin merupakan metode untuk mengalirakan urin setelah seseorang
dilakukan pengangkatan kandung kemih. Sistektomi berupa pengangkatan
jaringan sekitarnya (pada pria berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya
aliran urine dari ureter dialirkan melalui beberapa cara diversi urine, antara
lain: (Yosef, 2007)
1) Uretrosigmoidostomi, yaitu membuat anastomosis aliran urin dari kedua
ureter melalui kolon sigmoid. Cara ini sekarang tidak banyak dipakai
lagi karena banyak menimbulkan penyulit.
2) Diversi usus, yaitu metode yang menggunakan illeum sebagai pengganti
kandung kemih untuk menampung urin. Pada stoma dipasang kateteer
untuk mengalirkan urin. Metode ini diperkenalkan oleh Bricke pada
tahun 1950 dan saat ini tidak banyak dikerjakan lagi karena dianggap
tidak praktis.
3) Diversi urin kontinen, yaitu mengganti kandung kemih dengan segmen
ileum dengan membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urin pada
volume tertentu). Urin kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan
melakukan kateterisasi mandiri secara berkala. Cara diversi urin ini yang
terkenal adalah cara Kock pouch dan Indian pouch.
4) Diversi urin Orthotopic, adalah membuat neobladder dari segmen usus
yang kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa
lebih fisiologis untuk pasien, karena berkemih melalui uretra dan tidak
memakai stoma .
d. Kemoterapi intra Buli
Kemoterapi intravesika pasca bedah dengan
Thiotepa/Adriamycin/Mitomycin yang ditahan di sisi dalam kandung
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas / istirahat
1) Kelemahan atau keletihan
2) Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur
3) Keterbatasan partisipasi dalam hobi atau latihan
b. Sirkulasi
1) Palpitasi dan nyeri
2) Perubahan pada tekanan darah
c. Integritas ego
1) Faktor stress, dan cara mengatasi stress, Pencarian pengobatan,
keyakinan religius/ spiritual
2) Masalah perubahan dalam penampilan ( mis ; alopasia, pembedahan ).
3) Perasaan tidak berdaya , putus asa, tidak mampu, tidak bermakna,
depresi. d. Eliminasi
4) Perubahan eliminasi urinarius, misalnya nyeri atau rasa terbakar pada
saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
5) Perubahan pada bising usus, distensi abdomen
d. Makanan dan cairan
1) Anoreksia, mual dan muntah
2) Intoleransi makanan
3) Penurunan berat badan, kakeksia, berkurangnya masa otot.  Perubahan
pada kelembaban/trugor kulit.
e. Neurosensoris
1) Pusing atau sinkope.
f. Seksualitas
1) Masalah seksual; dampak pada hubungan , perubahan pada tingkat
kepuasan h. Interaksi sosial
2) Ketidakkuatan / kelemahan system pendukung.
g. Dukungan atau support dari keluarga.
1) Masalah tentang fungsi/ tanggung jawab peran
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
saraf, obstruksi jalur saraf, inflamasi).
b. Retensi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh adanya
massa
c. Risiko infeksi
d. Risiko kekurangan volume cairan
e. Keletihan berhubungan dengan anemia efek radiasi dan kemoterapi
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, sosio ekonomi,
peran dan fungsi, serta bentuk interaksi.
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Nyeri berhubungan dengan NOC : NIC :
proses penyakit  Pain Level, o Lakukan pengkajian nyeri
(penekanan /kerusakan  pain control, secara komprehensif
jaringan saraf, obstruksi  comfort level termasuk lokasi,
jalur saraf, inflamasi). Setelah dilakukan karakteristik, durasi, frekuensi,
tindakan kualitas dan faktor presipitasi
keperawatan o Observasi reaksi nonverbal
selama …. Pasien tidak dari ketidaknyamanan
mengalami nyeri, dengan o Bantu pasien dan keluarga untuk
kriteria hasil: mencari dan menemukan dukungan
• Mampu mengontrol o Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri (tahu penyebab mempengaruhi nyeri seperti suhu
nyeri, mampu
ruangan, pencahayaan dan
menggunakan tehnik
kebisingan
nonfarmakologi untuk
o Kurangi faktor presipitasi nyeri o
mengurangi nyeri,
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
mencari bantuan)
menentukan intervensi
• Melaporkan bahwa
nyeri berkurang o Ajarkan tentang teknik non
dengan menggunakan farmakologi: napas dala, relaksasi,
manajemen nyeri distraksi, kompres hangat/ dingin
• Mampu mengenali o Berikan analgetik untuk
nyeri (skala, intensitas, mengurangi nyeri: ……...
frekuensi dan tanda o Tingkatkan istirahat
nyeri) o Berikan informasi tentang nyeri
• Menyatakan rasa seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyaman setelah nyeri nyeri akan berkurang dan antisipasi
berkurang ketidaknyamanan dari prosedur
• Tanda vital o Monitor vital sign sebelum dan
dalam rentang sesudah pemberian analgesik
normal pertama kali
• Tidak mengalami
gangguan tidur
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Retensi urin berhubungan NOC: NIC :
dengan sumbatan saluran  Urinary elimination Urinary Retention Care o
kemih  Urinary Contiunence Monitor intake dan output
Setelah dilakukan o Monitor penggunaan obat
tindakan keperawatan antikolinergik
selama …. retensi urin o Monitor derajat distensi bladder
pasien teratasi dengan o Instruksikan pada pasien dan
kriteria hasil:
keluarga untuk mencatat output urine
• Kandung kemih
o Sediakan privacy untuk eliminasi o
kosong secarapenuh
Stimulasi reflek bladder dengan
• Tidak ada residu urine
kompres dingin pada abdomen.
>100-200 cc
o Kateterisaai jika perlu
• Intake cairan dalam
rentang normal o Monitor tanda dan gejala ISK
• Bebas dari ISK (panas, hematuria, perubahan bau
• Tidak ada spasme dan
bladder konsistensi urine)
• Balance cairan
seimbang

Diagnosa Keperawatan Rencana keperawatan


Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Risiko infeksi NOC: NIC :
Setelah dilakukan o Pertahankan teknik aseptif o Batasi
tindakan keperawatan pengunjung bila perlu o Cuci tangan
selama…… pasien setiap sebelum dan sesudah tindakan
tidak mengalami keperawatan
infeksi. o Gunakan baju, sarung tangan sebagai
Kriteria hasil: alat pelindung
• Klien bebas dari o Ganti letak IV perifer dan dressing
tanda dan gejala sesuai dengan petunjuk umum
infeksi
o Gunakan kateter intermiten untuk
• Menunjukkan
menurunkan infeksi kandung kencing
kemampuan untuk
o Tingkatkan intake nutrisi o Berikan
mencegah
timbulnya infeksi terapi antibiotik:

• Jumlah leukosit
dalam batas
normal
• Menunjukkan
perilaku hidup
sehat
• Status imun,
gastrointestinal,
genitourinaria
dalam batas
normal
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Risiko kekurangan volume NOC: NIC :
cairan Setelah dilakukan o Pertahankan catatan intake dan output
tindakan keperawatan yang akurat
selama….. defisit o Monitor status hidrasi ( kelembaban
volume cairan teratasi membran mukosa, nadi adekuat,
Kriteria hasil: tekanan darah ortostatik ), jika
• Mempertahankan urine diperlukan
output sesuai dengan o Monitor hasil lab yang sesuai dengan
usia dan BB, BJ retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
urine normal, urin, albumin, total protein )
• Tekanan darah, nadi, o Monitor vital sign setiap 15menit – 1
suhu tubuh dalam jam
batas normal o Kolaborasi pemberian cairan IV
• Tidak ada tanda tanda o Monitor status nutrisi
dehidrasi, Elastisitas
o Berikan cairan oral
turgor kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada
rasa haus yang
berlebihan
• Intake oral dan
intravena adekuat

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Tujuan dan Kriteria
Masalah Kolaborasi Intervensi
Hasil
Ansietas berhubungan dengan NOC: NIC :
perubahan status kesehatan, setelah dilakukan o Gunakan pendekatan yang
sosio ekonomi, peran dan tindakan keperawatan menenangkan
fungsi, serta bentuk interaksi. kecemasan/ansietas o Nyatakan dengan jelas harapan
dapat berkurang terhadap pelaku pasien
Kriteria Hasil : o Jelaskan semua prosedur dan apa yang
• Klien mampu dirasakan selama prosedur
mengidentifikasi dan o Temani pasien untuk memberikan
mengungkapkan
keamanan dan mengurangi takut
gejala cemas
o Berikan informasi faktual mengenai
• Mengidentifikasi,
diagnosis, tindakan prognosis
mengungkapkan dan
o Libatkan keluarga untuk mendampingi
menunjukkan tehnik
untuk mengontol klien
cemas
• Tanda-tanda vital dalam
batas normal
• Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M., Dayrit, M. W., & Siswadi, Y. (2009). Klien Gangguan Ginjal: Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta: EGC.

Bulechek, G. M., et.al. (2015). Nursing interventions classification (NIC). United States of
America: Elsevier.

Kennard, J. (2017, April 11). Bladder Tumors in Men. Retrieved July 22, 2017, from
https://www.verywell.com: https://www.verywell.com/bladder-tumors-2328869

Moorhead, S., et.al. (2015). Nursing outcomes classification (NOC). United States of
America: Elsevier.

Mustaqin Arif & Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Vol. 2 Ed. 8. Bahasa : Agung Waluyo (et al). Jakarta : EGC

Wilkinson & Nancy, 2011. Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai