Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

TUMOR VESIKA URINARIA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK 3
1. BUNGA ANISA LUMBANTOBING
2. ELWINDA SIGALINGGING
3. ENJELINA TAMBUNAN
4. ERMIN TAMPUBOLON
5. HELEN PANJAITAN
6. LENA HUTASOIT
7. MARTALENA SITOMPUL
8. NELLA PRATIWI NABABAN
9. NOVA SEPTIANI SIRITOITET
10. SETIAWATI PANJAITAN
11. VALENTINO PARDEDE

DOSEN PEMBIMBING: YOLANDA ANASTASYA .,S.Kep.,M.K.M


AKADEMIK KEPERAWATAN HKBP

BALIGE
2021/2022
BAB II
KONSEP DASAR TEORITIS

A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian

Tumor vesika urinaria (kanker kandung kemih) adalah penyakit onkologis


yang sering menyerang manusia pada usia 60-70 tahun dengan resiko tertinggi pada
pria dibanding dengan wanita. Selain dipengaruhi oleh factor hormonal, kejadian
kanker pada vesika juga ditingkatkan dengan perilaku merokok (factor utama
terjadinya kanker vesika urinaria). Dari hasil pengamatan histologis, diketahui
bahwa 90% dari kejadian kanker vesika urinaria merupakan jenis karsinoma sel
transisional (transisional carsinoma cell) dan 10% merupakan karsinoma sel
skuamosa (scuamos carsinoma cell). ( Broker, 2009; Otto, 2005);

2. Etiologi

Penyebab pasti dari kanker vesika urinaria belum diketahui secara pasti.
Namun ada beberapa factor yang meningkatkan resiko kejadian kanker vesika
urinaria yaitu:

a. Merokok
Resiko merokok terhadap angka kejadian kanker vesika urinaria sekitar
30-40%. Kandungan toksin utamanya nikotin dalam rokok menyebabkan
gangguan sistemik. Pembuluh darah yang mengalami vasokontriksi akan
menurunkan asupan oksigen ke jaringan, sehingga kompensasi dilakukan
dengan inflamsi jaringan untuk optimalisasi serapan oksigen. Jika berlangsung
lama (kronis) maka akan terjadi hyperplasia jaringan (keganasan).
b. Inflamasi vesika urinaria
Inflamasi jaringan kandung kemih yang berlangsung lama selain
mempengaruhi sel jaringan, tetapi juga akan menambah jumlah sel yang tidak
terkontrol. Inflamasi pada vesika urinaria juga bisa dipicu oleh vesikolithiasis.

1
c. Paparan bahan kimia
Bahan kimia yang berbahaya akan bersifat karsinogen dalam tubuh,
terlebih jika bahan kimia tersebut di ekskresikan melalui ginjal.misalnya
penggunaan benzidine, 2-naftlamin, 4-aminodifenil, dan 4-nitrobifenil.
d. Obat obatan
Ada beberapa obat yang mampu menjadi precursor terjadinya kanker
vesika urinaria, misalnya siklofosfamid.
3. Manifestasi klinis
Gambaran klinis dari kanker sebenarnya adalah dampak sekunder dengan
adanya peningkatan kuantitas dan kualitas suatu jaringan. Begitu pula dengan
kanker vesika urinaria yang memiliki tanda dan gejala local serta sistemik. Berikut
ini adalah tanfda dan gejala dari kanker vesika urinaria (Otto, 2005; Carol, 2011):
a. Spasme vesika urinaria
Penekanan jaringan tumor pada jaringan vesika dan sekitarnya akan
meningkatkan iritabilitas jaringan otot. Hari ini akan memicu adanya regangan
kontraksi otot (spasme).
b. Hematuria

Jaringan tumor/kanker sangat kaya akan pembuluh darah


(hipervaskularisasi). Gesekan minimal antar jaringan atau dengan material
sekitar akan meningkatkan resiko robekan /ruptur jaringan. Jika terjadi ruptur,
maka darah akan bercampur dengan urine (hematuria). Gross hematuria jarang
terjadi, kecuali diikuti dengan kerusakan atau ruptur jaringan parenkim ginjal.

c. Nyeri (dysuria)
Biasanya nyeri jarang sekali timbul (10%), kecuali iritabilitas meningkat dan
mengenai ujung saraf sensoris pada vesika urinaria.
d. Frekuensi dan urgensi
Freakuensi dan urgensi kadang kadang terjadi pada klien kanker vesika
urinaria.
e. Infeksi
Gejala sistemik ini terjadi karena luka pada jaringan vesika urinaria dan
terkontaminasi bakteri pathogen yang bisa berasal dari ekternal atau dari urine.

2
4. Anatomi fisiologi
a. Ginjal
Secara anatomi, kedua ginjal terletak pada setiap sisi dari kolumna
tulang belakang antara T12 dan L3. Ginjal kiri teerletak agak lebih superior
dibanding ginjal kanan. Permukaan anterior ginjal kiri diselimuti oleh lambung,
pankreas, jejenum, dan sisi fleksi koon kiri. Permukaan superior setiap ginjal
terdapat kelenjar adrenalin
b. Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil berfungsi mengalirkan
urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih. Pada orang dewasa
panjangnya kurang lebih 20 cm. Ureter teridiri dari 2 bbagian yaitu abdominalis
dan pars pelvina.
c. Vesika urinaria
Kandung kemih berfungsi menampung urine dari ureter dan
mengeluarkan melalui uretra dalam mekanisme miksi. Fungsinya adalah
sebagai tempat penyimpanan urin dan mendorong urin keluar dari tubuh.
d. Uretra
Uretra merupakan tabung yang mengeluarkaan urine keluar dari
kandung kemih melaluonproses miksi. Pada pria ini organ berfungsi juga
menyalurkan cairan mani.
5. Phatofisiologi
Berbagai precursor kanker telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Inti dari
penyakit kanker adalah adanya perubahan struktur anatomi fisiologis dari sebuah
organ/ jaringan. Kanker ada vesika urinaria dengan stadium awal biasanya tidak
menimbulkan manifestasi klinis yang berarti. Seiring dengan pertumbuhan jaringan
tumor maka ada proses desak ruang pada vesika dan jaringan sekitarnya sehingga
menimbulkan beberapa tanda dan gejala (nyeri, hematuri). Pada kondisi inilah klien
akan merasakan perubahan pada pola eliminasinya (Judith, 2006).
6. Pemeriksaan
Pemeriksaan utama pada klien kanker adalah pemeriksaan histopatologis. Namun,
ada pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk screening awal penegakan
diagnosis kanker vesika urinaria (Grace, 2006).

3
a. Sitologi urin
Untuk melihat adanya jaringan abnormal yang ikut dalam aliran urin
(mukosa/ epital dari jaringan tumor).
b. IVU (Intravenous Urethrography)
Dilakukan dan sangat menguntungkan jika tumor berada pada bagian
atas (superior) yang tidak mampu diliha.
c. Sistouretroskopi
Menggunakan optic dan efektif untuk melihat secara jelas jaringan
internal vesika urinaria di supervisial.
d. DPL (Deep Peritoneal Lavage)
Mengetahui adanya internal bleeding di rongga peritoneal. Biasanya
pada klien kanker vesika urinaria terjadi anemia.
e. Ureum Kreatinin dan Elektrolit
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui fungsi ginjal.
f. USG (Ultrasonografi)
Melihat adanya karakteristik jaringan, stimasi, ukuran dan ada tidaknya
obstruksi.
g. CT scan
Pemeriksaan yang lebih detail dan akurat untuk mengetahui invasi local
jaringan kanker dan melihat adanya metastase yang jauh.
7. Penatalaksanaan
Berikut ini adalah penatalaksanaan untuk mengatasi tumor pada vesika urinaria
(bladder) (Lokeshwar, 2011; Otto, 2005):
a. Transurethral Resection
Tindakan ini tidak membutuhkan insisi, jadi sangat efisien untuk
meminimalisir infeksi. Kelebihan dari Tindakan ini adalah tidak terganggunya
fungsi Vesika urinaria dan seksual klien. Tindakan ini memungkinkan jika insisi
tumor sederhana (non radical).
b. Radical atau Partial Cystectomy
Tindakan di indikasikan jika dimungkinkan tumor/ kanker telah
metastase pada jaringan sekitar, funsi vesika urinaria yang sudah dirusak dan pe
yebaran tumor sangat cepat. Pada klien dengan Tindakan sistektomi radikal
tetap diperlukan terapi sistoprostatektomi.

4
c. Radiasi

Radiasi digunakan untuk melokalisir pertumbuhan sel tumor dengan


Tindakan non invasif.

d. Kemoterapi
Kemoterapi secara langsung pada jaringan kanker (internal cavum vesika
urinaria) biasanya dilakukan pada tipe superfisial kanker dengan stadium awal.
Obat yang digunakan biasanya tiotepa, doksorubisin, mitomisin dan BCG. Saat
ini juga dikembangkan terpai interferon yang memiliki banyak keuntungan
dalam peranan mengatasi kanker.

5
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
1) Usia
Menurut Runner Guddarth 2004 Kanker kandung kemih lebihsering
terjadi pada orang dewasa berusia 50 sampai 40 tahun usia rata-rata pada
saat diagnosis adalah 35 tahun dan pada periode tersebut sekitar 45 dari
kanker kandung kemih terlokalisasi pada kandungkemih telah menyebar ke
kelenjar getah bening regional atautempat yang jauh.
2) Jenis kelamin pria
Pria memiliki resiko 3 kali lipat lebih besar dibanding wanita.
3) Pekerjaan
Pekerjaan di pabrik bahan kimi, penyamak kulit, pegawai salon
,pewarna karet minyak bumi, industri kulit, dan percetakan memilikirisiko
lebih tinggi. Karsinogenik yang spesifik
meliputibenzidin,betanaphthylamined. Perkembangan tumor dapat
berlngsung lebih lama.
4) Tempat tinggal
Terdapat insiden kanker kandung kemih yang tinggi di banyak negara
di Afrika terutama Mesir terkait paparan parasit
chistosomahaematobiumyang dapat ditemukan dalam kandungan air di
negara-negara ini.
b. Riwayat keperawatan
1) Keluhan utama : klien akan mengeluhkan hematuria
2) Riwayat penyakit sekarang : kencing sedikit, hematuria, pancaran melemah,
disuria.
3) Riwayat penyakit dahulu : orang orang yg meiliki riwayat tumor kanker
kandung kemih , infeksi kronis saluran kencing dan infeksi dari parasit
memiliki kemungkinan untuk kembali memiliki penyakit yg sama
4) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga yg memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker
lain seperti kanker kolon dan ginjal.
5) Riwayat psikososial dan spritual
6
6) Kondisi lingkungan rumah
Pada area industri dengan penduduk padat yg memungkinkan
lingkungan terpapar oleh karsinogen tertentu seperti tembakau dan nitrat
diktahui sebagai faktor predisposisi tumor sel tradisional .
7) Kebiasaan sehari hari
Konsumsi 4 P ( Pemanis, pewarna, pengawet, penyedap rasa), merokok,
kopi.
c. Pemeriksaan fisik
Nyeri atau ketidaknyamanan: nyeri tekan abdomen, nyeri tekan pada
area ginjal pada saat palpasi, nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat, tidak
hilang dengan posisi atau tindakan lain.
1) Keadaan Umum: Klien tampak pucat, merasa mual.
2) Tanda_-tanda vital
a) Peningkatan TD, karena ada gangguan pada fungsi aldosteron yang
menyebabkan vasokontriksi, pembuluh darah yang berakibat pada
hipertensi.
b) Peningkatan RR (Hiperventilasi), karena terjadi penurunan Hb yang
berakibat pada penurunan O.
3) Pemeriksaan fisik
a) Aktivitas/istirahat
Gejala: Merasa lelah
Tanda: Perubahan kesadaran
b) Sirkulasi
Gejala: Perubahan tekanan darah normal (hipertensi)
Tanda: Tekanan darah meningkat, takikardia, bradikardia, disritmia.
c) Integritas Ego
Gejala: Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda: cemas, mudah tersinggung
d) Eliminasi
Gejala: perubahan BAK
Tanda: Nyeri saat BAK, urine berwarna merah

7
e) Makanan & cairan
Gejala: mual muntah
Tanda: muntah
f) Neurosensori
Gejala: Kehilangan kesadaran sementara(vertigo)
Tanda: perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental
g) Nyeri/kenyamanan
Gejala: sakit pada daerah abdomen
tanda: wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
h) Interaksi sosial
Gejala: perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda: rasa tak berdaya, menolak jika diajak berkomunikasi
i) Keamanan
Gejala: trauma baru
Tanda: terjadi kekambuhan lagi
j) Seksualisai
Gejala: tidak ada sedikitnya tiga silus menstruasi berturut-turut
Tanda: atrofi payudara, amenorea
k) Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala: riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden depresi
Tanda: prestasi akademik tinggi
2. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih
5) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
6) Nausea berhubungan dengan distensi lambung ditandai dengan mengeluh
mual
7) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
8) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur.
9) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
10) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan biopsikososial seksualitas
11) Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasif
8
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam OBSERVASI:
dengan agen maka tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi,
pencedera dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi
fisiologis Kriteria hasil keterangan ntyeri.
Keluhan nyeri Menurun 2.Identifikasi skala nyeri.
3.Identifikasi respon nyeri non
Meringis Menurun verbal.
Sikap Menurun
protektif TERAUPETIK:
Gelisah Menurun 1.Fasilitasi istirahat tidur
Kesulitan Menurun 2. berikan Teknik non
tidur farmakalogi untuk mengurangi
Frekuensi nadi rasa nyeri.
Membaik EDUKASI:
1.Jelaskan penyebab, periode,
pemicu nyeri.
2.Ajarkan Teknik nafas dalam
KOLABORASI:
1.Kolaborasi pemberian
analgetic, jika perlu.
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan intervensi Manajemen jalan napas
efektif keperawatan selama 3x24 jam Observasi:
berhubungan maka pola nafas membaik dengan 1. Monitor pola nafas
dengan hambatan kriteria hasil: 2. Monitor bunyi nafas
upaya nafas Kriteria hasil keterangan 3. Monitor sputum
Terapeutik:
1. Pertahankan kepatenan jalan
nafas
2. Posisikan semi fowler atau
Frekuensi Membaik
fowler
nafas
3. Beri minum air hangat
Kedalaman Membaik Edukasi:
nafas 1. Ajarkan teknik batuk efektif
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam Observasi:
dengan maka status nutrisi membaik 1. Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi makanan yang
mengabsorbsi Kriteria keterangan disukai
nutrien hasil 3. Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrient
Porsi Meningkat 4. Monitor asupan makanan
makanan 5. Monitor berat badan
yang Terapeutik:
dihabiskan 1. Sajikan makanan secara
Berat badan Membaik menarik dan suhu yang sesuai
IMT 2. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
3. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi:
1. Ajarkan diet yang
diprogramkan.
4. Gangguan Setelah dilakukan intervensi Manajemen elimiasi urin
eliminasi urin keperawatan selama 3x24 jam Observasi:
berhubungan maka eliminasi urin membaik 1. Identifikasi tanda dan gejala
dengan iritasi dengan kriteria hasil: retensi atau inkontinensia
kandung kemih Kriteria hasil keterangan urine.
2. Monitor eliminasi urin (mis:
Sensasi Meningkat frekuensi, konsistensi, aroma,
berkemih volume, dan warna).

10
Desakan Menurun Terapeutik:

berkemih 1. Ambil sampel urine tengah

(urgensi) (midstream) atau kultur.

Distensi Menurun Edukasi:

kandung 1. Ajarkan tanda dan gejala

kemih infeksi saluran kemih

Mengompol Menurun 2. Ajarkan menguur asupan


cairan dan haluaran urine
3. Ajarkan mengambil
Enuresis Menurun
specimen urine midstream

5 Ansietas Setelah dilakukan intervensi Reduksi ansietas


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam Observasi:
dengan krisis maka tingkat ansietas menurun 1. Identifikasi saat tingkat
situasional dengan kriteria hasil: ansietas berubah (mis: kondisi,

Kriteria hasil keterangan waktu, stressor)


2. Monitor tanda tanda ansietas
Verbalisasi Menurun ( Verbal dan Non verbal)
kebingungan Terapeutik:
1. Pahami situasi yang
Verbalisasi Menurun
membuat ansietas
khawatir
2. Motivasi mengidentifikasi
akibat kondisi
situasi yang memicu
yang dihadapi
kecemasan
Perilaku Menurun 3. Diskusikan perencanaan
gelisah realistis tentang peristiwa yang
Perilaku Menurun akan datang.
tegang Edukasi:
Konsentrasi Membaik 1. Jelaskan sensasi yang
Pola tidur Membaik mungkin dialami

11
2. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi ketegangan
3. Latih menggunakan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
4. Latih Teknik relaksasi

6. Nausea Setelah dilakukan intervensi Manajemen mual :


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
dengan distensi maka tingkat nausea menurun 1. Identifikaksi
lambung. dengan kriteria hasil: pengalaman mual

Kriteria hasil keterangan Teraupetik


1. Kendalikan faktor
Nafsu makan Meningkat lingkungan penyebab

Keluhan mual Menurun mual

Perasaan ingin Menurun 2. Kurangi atau hilangkan

muntah keadaan penyebab


mual
Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan
tidur yang cukup
2. Anjurkan sering
membersikan mulut,
kecuali jika
merangsang mual
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
7. Intoleransi Setelah dilakukan intervensi Manajemen energi:
aktivitas keperawatan selama 3x24 jam Observasi
berhubungan maka toleransi aktivitas 1.Mengidentifikasi gangguan
dengan meningkat dengan kriteria hasil: fungsi tubuh yang
kelemahan. mengakibatkan kelelahan.

12
Kriteria hasil keterangan 2. Monitor kelelahan fisik dan
emosional.
Frekuensi Meningkat Teraupetik
nadi. 1. Lakukan Latihan rentak
gerak pasif dan atau aktif.
Keluhan Menurun
2.Berikan aktivitas distraksi
Lelah.
yang menenangkan.
Dispne saat Menurun
Edukasi
aktivitas.
1.Anjurkan melakukan
Dipsnea Menurun aktivitas secara bertahap.
setelah 2.Ajarkan strategi koping
aktivitas. Menurun untuk mengurangi kelelahan.

8. Gangguan pola Setelah dilakukan intervensi Dukungan tidur:


tidur keperawatan selama 3x24 jam Observasi
berhubungan maka pola tidur membaik dengan 1. Identifikasi pola aktivitas
dengan kurang kriteria hasil: dan tidur
control tidur. Kriteria hasil keterangan 2. Identifikasi faktor
pengganggu tidur.
Keluhan sulit Menurun Teraupetik
tidur 1. Modifikasi lingkungan (mis:

Keluhan Menurun pecahayaan, kebisingan, suhu,

sering terjaga. matras, dan tempat tidur.)

Keluhan tidak Menurun


puas tidur. Edukasi

Keluhan pola Menurun 1.Jelaskan pentingnya tidur

tidur berubah. cukup selama sakit.

Keluhan Menurun 2.Ajarkan faktor faktor yang

istirahat tidak berkontribusi terhadap

cukup, gangguan pola tidur (mis:


psikologis, gaya hidup).
9. Penurunan curah Setelah dilakukan intervensi Perawatan jantung:
jantung keperawatan selama 3x24 jam Observasi
berhubungan

13
dengan maka curah jantung meningkat 1.Monitor tekanan darah
perubahan irama dengan kriteria hasil: (termasuk tekanan darah
jantung Kriteria hasil Keterangan ortostatik, jika perlu)
2.Monitor aritmia (kelainan
Bradikardia Menurun
irama dan frekuensi)
Takikardia Menurun
3.Periksa tekanan darah dan
Gambaran Menurun
frekuensi nadi sebelum dan
EKG aritmia
sesudah aktivitas
Tekanan Membaik
Teraupetik
darah
1.Posisikan pasien semi-
fowler atau fowler dengan
kaki ke bawah atau posisi
nyaman
2.Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress, jika
perlu
Edukasi
1.Anjurkan berhenti merokok
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
10 Disfungsi Setelah dilakukan intervensi Edukasi seksualitas:
seksual keperawatan selama 3x24 jam Observasi
berhubungan maka fungsi seksual membaik 1. Identifikasi informasi
dengan dengan kriteria hasil: dalam memahami
perubahan Kriteria hasil Keterangan dimensi fisik dan
biopsikososial psikososial seksualitas
Kepuasan Meningkat
seksualitas Terapeutik
hubungan
1. Jadwalkan Pendidikan
seksual
kesehatan seksual
Hasrat Membaik
kesepakatan
sesksual
2. Berikan kesempatan
Oritentasi Membaik
untuk bertanya
seksual

14
3. Fasilitas kesadaran
keluarga terhadap anak
dan remaja serta
pengaruh media
Edukasi :
1. Jelaskan anatomi dan
fisiologi sistem
reproduksi laki-laki
dan perempuan
2. Jelaskan risiko tertular
penyakit menular
sesual dan AIDS akibat
bebas seks
3. Anjurkan orang tua
menjadi edukator
seksualitas bagi anak-
anaknya.

11. Resiko infeksi Setelah dilakukan intervensi Pencegahan infeksi


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam Observasi:
dengan efek maka tingkat infeksi menurun 1. Monitor tanda dan gejala
prosedur infasif dengan kriteria hasil: infeksi lokal dan sistemik

Kriteria hasil keterangan Terapeutik:


1. Pertahankan Teknik aseptik
Demam Menurun pada pasien berisiko tinggi.

Kemerahan Menurun Edukasi:

Nyeri Menurun 1. Jelaskan tanda dan gejala

Bengkak Menurun infeksi

Kadar sel Membaik 2. Ajarkan cara mencuci

darah putih tangan dengan benar


3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi

15
4. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

4. Implementsi
Implementasi merupakan Langkah keempat dalam proses keperawtan dengan
melaksanakan berbagai srategi keperawatan. Perawatan yang telah direncanakan
dalam tindakan keperawatan dan dalam pelaksanaan tindakan terdapat dua jenis
tindakan yaitu: Tindakan mandiri perawat dan tindakan kolaborasi.
Penatalaksanaan nyeri akut karena tumor vesika urinaria dapat dilakukan
dengan tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan untuk mengatasi nyeri salah
satunya teknik relaksasi contohnya seperti terapi musik yang dapat digunakan untuk
menurunkan nyeri.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yaitu membandingkan data subyektif dan obyektif yang
dikumpulkan dari pasien, perawat lain, dan keluarga untuk meningkatkan tingkat
keberhasilan dalam memenuhi hasil yang diharapkan ditetapkan selama
perencanaan.
Evaluasi bagi penderita tumor vesika urinaria yang mengalami nyeri akut dapat
berkurang dan teratasi dengan dilakukan tindakan relaksasi seperti terapi musik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Broker C. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC


Carol P. 2011. Essentials of Pathopysiology. Philadelphia: Wolters Kluwer Health:
Lippincott William & Wilkins
Grace PA, Borley NR. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Medical Series.
Lokeshwar VB, Merseburger AS, Hautman SH, 2011. Bladder Tumors: Molecular Aspects
and Clinical Management. London: Humana Press
Otto SE, 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.
SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Jurnal Biomedik, Volume 2, Nomor 1, Maret 2010. Karsinoma Kandung Kemih.

xvii

Anda mungkin juga menyukai