Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PELATIHAN PERAWAT ANASTESI DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN PERIANESTESI PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA CA


BULI-BULI DENGAN RAGIONAL ANESTESI COMBINE SUBARACHNOID BLOK –
EPIDURAL (CSE)
RSUD Dr SAIFUL ANWAR PROVINSI JATIM

OLEH :
RANI PRAMADANI Amd.Kep
INSTANSI : RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

INSTALASI ANESTESI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL ANWAR
PROVINSI JATIM
2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIANESTESI PADA TN.G DIAGNOSA CA BULI-BULI


DENGAN RAGIONAL ANESTESI COMBINE SUBARACHNOID BLOK - EPIDURAL
(CSE)
RSUD Dr SAIFUL ANWAR PROVINSI JATIM

Telah Disetujui pada :


Hari :
Tanggal :
Tempat :

Malang, 2023
Peserta Pelatihan Pembimbing

( ) ( )
BAB I
KONSEP DASAR CA BULI

A. PENGERTIAN
Tomor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli.
Tumor kandung kemih biasanya muncul di dasar kandung kemih dan mengenai lubang
ureter serta leher kandung kemih.infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme patogenik
dalam traktrus urinarius.
Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli (kandung kemih).
Karsinoma buli-buli merupakan tumor superficial. Tumor ini lama kelamaan dapat
mengadakan infiltrasi ke lamina phopria, otot dan lemak perivesika yang kemudian
menyebar langsung ke jaringan.

Dapat disimpulkan bahwa tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli
atau kandung kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air
kencing warna merah terus.

B. ANATOMI FISIOLOGI
Organ urinaria terdiri atas ginjal beserta salurannya, ureter, buli-buli dan uretra. Yang
termasuk saluran kemih dimulai dari permukaan kalik minor ginjal sampai muara terakhir
dari uretra (orifisium uretrae eksternum). Saluran kemih berdinding tiga lapis, yaitu lapisan
paling luar berupa jaringan ikat, lapisan tengah jaringan otot, dan lapisan paling dalam
mukosa. Secara anatomis saluran kemih dipisahkan menjadi tiga bagian: saluran kemih
bagian atas, saluran kemih bagian tengah, dan saluran kemih bagian bawah. Saluran kemih
bagian atas berawal dari kalik minor ginjal dan berakhir sampai muara ureter pada kandung
kemih, saluran kemih bagian tengah terdiri dari kandung kemih, dan saluran kemih bagian
bawah mulai dari orifisium eksternum.
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di Rongga retroperitonea
bagian bawah, antaravertebra thorakal dua belas atau lumbal satu dan empat. Besar dan
berat ginjal sangat bervariasi tergantung pada jeniskelamin dan umur. Ukuran ginjal orang
dewasa rata – rata panjang 11,5 cm, lebar 6 cm dan tebal 3,5 cm. Beratnya antara 120 –
170 gram atau kurang lebih 0,4% dari berat badan. Secara anatomis posisi ginjal kanan
lebih rendah dibanding ginjal kiri, juga bentuk glandula
Ureter
Ureter merupakan organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin dari
pielum ginjal ke dalam kandung kemih. Pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 20
cm pada laki-laki dan kira-kira 1 cm lebih pendek pada wanita. Dindingnya terdiri atas
mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal
yang dapat melakukan gerakan peristaltik guna mengeluarkan urin ke kandung kemih.
Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju kandung kemih, secara anatomis terdapat
beberapa tempat yang ukuran diameternya sempit. Tempat-tempat penyempitan itu antara
lain adalah pada perbatasan antara pelvis renalisdan ureter, tempat ureter menyilang arteri
iliakadi rongga pelvis,dan pada saat ureter masuk ke kandung kemih. Ureter masuk ke
dalam kandung kemih dalam posisi miring dan berada di dalam otot kandung kemih
(intramural), keadaan ini dapat mencegah terjadinya aliran balik urin dari kandung kemih
ke ureter pada saat kandung kemih
berkontraksi.
Buli- Buli / Kandung Kemih
Buli-buli adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot Detrussor yang saling
beranyaman. Di sebelah dalam dan luar berupa otot longitudinal, dan di tengah merupakan
otot sirkuler. Otot-otot tersebut saling bersilangan dan berakhir melingkar di leher kandung
kemih. Secara anatomi bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu permukaan superior
yang berbatasan dengan rongga peritoneum, dua permukaan inferiolateral, permukaa
posterior. Kandung kemih berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi.
Uretra
Uretra berawal dari leher kandung kemih (orifisium uretrae internum) sampai muara
terakhir (orifisium uretrae eksternum). Panjang uretra pada pria dewasa kurang lebih 23 –
25 cm dan berfungsi sebagai kanal komunisuntuk sistem reproduksi dan sistem perkemihan

C. ETIOLOGI
Etiologi yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui. Akan tetapi ada kanker ini
memiliki beberapa faktor resiko:
1. Pekerjaan, Pekerja dipabrik kimia, laboratorium (senyawa amin aromatik)
2. Perokok, rokok mengandung amin aromatic dan nitrosamine
3. Infeksi saluran kemih, Eschericia coli dan proteus yang menghasilkan karsinogen
4. Kopi, pemanis buatan dan obat-obatan, untuk pemakaian jangka panjang dapat
meningkatkan resiko karsinoma buli-buli

D. INSIDEN
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah Buli-buli. Kanker Buli-
buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor
multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu
kali dibuat diagnosa.

E. KLASIFIKASI
1. Staging dan klasifikasi
Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-MARSHAL untuk
menentukan operasi atau observasi :
1. T = pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui :
Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah
anestesi umum dan biopsy atau transurethral reseksi.
Tis = carcinoma insitu (pre invasive Ca)
Tx = cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat dilakukan
To = tanda-tanda tumor primer tidak ada
T1. pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang bergerak
T2 = pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli.
T3 = pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular yang bergerak bebeas
dapat diraba di buli-buli.
T3a = invasi otot yang lebih dalam
T3b= perluasan lewat dinding buli-buli
T4 = Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
T4a= tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
T4b= tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen.
2. N = Pembesaran secara klinis untuk pemebesaran kelenjar limfe
pemeriksaan kinis, lympgraphy, urography, operative
Nx = minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat ditemukan
No = tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional
N1 = pemebsaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
N2 = pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional yang
multiple
N3 = masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang bebeas antaranya
dan tumor
N4 = pemebesaran lkelenjar lymfe juxta regional
3. M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh
Pemeriksaan klinis , thorax foto, dan test biokimia
Mx = kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya metastase
jauh, tak dapat dilaksanakan
M1 = adanya metastase jauh
M1a= adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1b= metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
M1c= metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
M1d= metastase dalam organ yang multiple
2. type dan lokasi
Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
1. efidermoid Ca, kira-kira 5% neoplasma buli-buli –squamosa cell., anaplastik,
invasi yang dalam dan cepat metastasenya.
2. Adeno Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus
3. Rhabdomyo sarcoma, sering terjadi pada anak-anak laki-laki (adolescent), infiltasi,
metastase cepat dan biasanya fatal
4. Primary Malignant lymphoma, neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat
menimbulkan serangan hipertensi selama kencing
5. Ca dari pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mamma mungkin mengadakan
metastase ke buli-buli, invasi ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi.

F. GEJALA KLINIS

- Kencing campur dara yang intermitten


- Merasa panas waktu kencing
- Merasa ingin kencing
- Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing
- Nyeri suprapubik yang konstan
- Panas badan dan merasa lemah
- Nyeri pinggang karena tekanan saraf
- Nyeri pda satu sisi karena hydronephrosis
PATOFISOILOGI
BULI-BULI

Ca Buli-Buli

Ulserasi Metastase Oklusi ureter/pelvic renal

Invasi pada bladder Refluks


Infeksi sekunder :
- panas waktu kencing Hydronephrosis
- merasa panas dan Retensio urine : - nyeri suprapubic
tubuh lemah - sulit/sukar kenicing - nyeri pinggang
- kencing campur darah
Ginjal membesar

Penatalaksanaan

Operasi Radiology Chemotherapy


Kecemasan Defifsit ekonomi Tidak adequatnya terapi
Takut Tidak adequatnya terapi Efek samping chemotherapy
Kurang pengetahuan - panas tubuh dan
lemah
- nafsu makan menurun
- intoleransi aktivitas
- depresi
- konsep diri
G. PENATALAKSANAAN
a. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros
hematuria
Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine
RFT normal
Lymphopenia (N = 1490-2930)

b. Radiology
1. excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan
tumornya.
2. Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor
3. Fractionated cystogram adanya invasi tomor dalam dinding buli-buli
4. Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
c. Cystocopy dan biopsy
1. cystoscopy hamper selalu menghasilkan tumor
2. Biopasi dari pada lesi selalu dikerjakan secara rutin.
d. cystologi
Pengecatan sieman/papanicelaou pada sediment urine terdapat transionil cel
daripada tumor
b. Terapi
i. Operasi
a. reseksi tranurethral untuk single/multiple papiloma
b. Dilakukan pada stage 0,A,B1 dan grade I-II-low grade
c. Total cystotomy dengan pegangkatan kel. Prostate dan urinary diversion
untuk :
- transurethral cel tumor pada grade 2 atau lebih
- aquamosa cal Ca pada stage B-C
ii. Radioterapy
- Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada
grade III-IV dan stage B2-C.
- RAdiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000
Rads. Penderita dievaluasi selam 2-4 minggu dengan iinterval cystoscopy,
foto thoraks dan IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi direncanakan
operasi. Post operasi radiasi tambahan 2000-3000 Rads selam 2-3 minggu.
iii. Chemoterapi
Obat-obat anti kanker :
i. citral, 5 fluoro urasil
ii. topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan paliatif. 5-
Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling
sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai pengobatan
topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan
dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam Buli-buli selama dua jam.

H. PROGNOSIS
Penemuan dan pemeriksaan dini, prognosisnya baik, tetapi bila sudah lama dan adanya
metastesi ke organ lebih dalam dan lainnya prognosisnya jelek.
I. KOMPLIKASI
i. Infeksi sekunder bil atumor mengalami ulserasi
ii. Retensi urine bil atumor mengadakan invasi ke bladder neck
iii. Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklusi
BAB II
KONSEP DASAR ANESTESI
CSE (Combined Spinal dan Epidural)
Merupakan tehnik dimana anestesi spinal dan pemasangan cateter epidural dilakukan
bersamaan. Teknik ini mengkombinasikan awitan yang cepat dan anestesi yang adekuat dari
anestesi spinal, serta durasi yang lama dari kateter apidural
A. BLOK NEUROAKSIAL
Adalah jenis anestesi regional dimana anestetik local diinjeksikan pada jaringan lemak
yang mengelilinggi radiks saraf pada lokasi saraf keluar dari tulang belakang (blok epidural
dan caudal) atau cerebrospinal fluid (SCF) yang menggelilinggi medulla spinalis (blok
spinal/subaracnoid)

1. Indikasi Blok Neuroaksial


a. Anetesi spinal dan epidural dapat digunakan untuk prosedur pembedahan pada
ekstrimitas bawah, perineum, pelvic girdle, atau abdomen bawah.
Perbedaan anestesi spinal dan epidural adalah anestesi spinal digunakan pada proses
pembedahan yang durasinnya dapat ditentukan. Sedangkan anestesi epidural bias
lebih Panjang daripada anestesi spinal karena adannya pemberian obat anestesi
secara intermiten melalui kateter epidural.
b. Neuroaksial Analgesia
Zat anestesi local yang diberikan melalui kateter epidural pada dosis subanestetik
dapat memberikan efek analgesia yang poten dan berlangsung lama untuk berbagai
indikasi seperti analgesia intraoperative, nyeri akut post operasi, dan nyeri kronik
berat yang berhubunggan dengan keganasan
Penggunaan opioid secara intratekal dan/atau epidural baik tunggal maupun dengan
kombinasi Bersama obat anestesi local dalam memberikan efek Pereda nyeri yang
baik, dan merupakan analgesic andalan pada persalinan, selama dan setelah
pembedahan penrgantian sendi panggul atau lutut, laparotomi, thorakotomi.

2. Kontra Indikasi Blok Neuroaksial


Absolut
- Infeksi pada lokasi penyuntikan
- Tidak ada persetujuan pasien /keluarga
- Koagulopati atau kelainan perdarahan lain
- Hypovolemia berat
- Peningkatan tekanan intracranial
Relative
- Sepsis
- Pasien tidak koeperatif
- Terdapat lesi neurologis
- Lesi demielinisasi
- Kelainan stenosis katub jantung
- Obstruksi aliran keluar dari ventrikel kiri
- Deformitas spinal berat
3. Efek Blok Neuroaksial
- Efek saraf somatic
- Efek saraf otonom
- Efek system respirasi
- Efek system kardiovaskuler
- Efek pada system metabolic dan endokrin
- Efek pasa system pencernaan
- Efek pada system urinarius
4. Komplikasi Blok Neuroaksial
a) High Spinal
Adalah blok neuroaksial yang menyebar jauh melebihi ketinggian dermaton yang
dikehendaki. Ditandai dengan sesak napas, kelemahan ekstrimitas atas, mual,
hipotensi berat, penurunan kesadaran dan sampai terjadi henti napas
b) Anesthesia spinal total
Penyebaran anestesi neuroaksial hingga nerves kranialis

c) Injeksi keruang subdural


d) Post dural puncture headache (PDPH)
Nyeri kepala yang timbul setelah prosedur pungsi lumbal yang disebabkan karena
kebocoran CSS melalui tempat fungsi lumbal.
5. Teknik Pelaksanaan Blok Neuroaksial
a) Persiapan
Persiapan alat meliputi alat untuk prosedur blok neuroaksial, alat untuk, resusitasi,
intubasi, anestesi umum, dan alat pemantauan minimal
b) Posisi Pasien
- Posisi duduk
- Posisi lateran decubitus
- Posisi prone
c) Identifikasi Tempat Penyuntikan
Setelah pasien diposisikan, yang harus dilakukan adalah mencari celah interspace
dengan merapa prosesus spinosus.
Prosesus spinosus biasannya teraba dan menjadi tnda garis tengah tubuh. Celah
interspace akan semakin mudah teraba bila posisi pasien semakin fleksi. Pada kasus
dimana prosesus spinosus tidak teraba, ultrasound dapat membantu dalam
menentukan garis tengah.
B. ANESTESI SPINAL
Anestesi spinal merupakn salah satu blok neuroaksial dengan memasukkan obat
anestesi local maupun adjuvant ke rongga subarachnoid.
Tempat penyuntikan pada area lumbal di bawah L1 pada dewasa dan L3 pada anak.
Posisi untuk anestesi spinal adalah posisi duduk dan posisi lateral decubitus, memilih
pendekatan midline dan paramedian.
- Prosedur insersi jarum spinal
Jarum spinal di tusukkan dari kulit menuju ke struktur yang lebih dalam hingga
terasa sensasi dua ‘pops’. Sensasi pops pertama menandakan jarum menembus
ligamentum flavum, sedangkan pada sendasi pops kedua menandakan jarum menembus
epidural.
Konfirmasi masuknya ke rongga subarachnoid dalah dengan mengalirnya CSF pada
jarum spinal. Penusukan durameter yang berhasil ditandai dengan mengalirnya CSF
ketika stilet di Tarik. Dengan mengunakan jarum kecil (<25 gauge), aspirasi diperlukan
untuk mendeteksi CSF. Bila pada awanya dijumpai CSF mengalir, namun CSF tidak
dapat di aspirasi setelahnya, maka jarum spinal kemungkinan telah berpindah tempat.
Adanya paresthesia yang persisten atau nyeri saat obat diinjeksikan menunjukan bahwa
jarum harus ditarik dan dirahkan ulang.
Dosis obat anestesi local pada anestesi spinal Dosis obat anestesi local yang
diberikan tergantung dari dermaton yang diinginkan yang disesuaikan dengan prosedur
operasi.
Level Dermaton
1. Pembedahan abdomen bagian atas pada dermaton T4
2. Persalinan secara Caesar pada dermaton T4
3. Prosedur reseksi prostat transurethral pada dermaton T1
4. Pembedahan panggul pada dermaton T10
5. Pembedahan kaki dan pergelanggan kaki pada dermaton L2
- Obat yang di gunakan untuk anestesi spinal:
1. Lidocaine 5% : T10 (40-75)mg T4(75-100)mg
2. Mepivacaine 5% : T10(30-45)mg dan T4(60-80)mg
3. Chloroprocaine 3% : T10(30-40)mg dan T4(40-60)mg
4. Bupivacaine 0,5%-0,75% : T10 (10-15)mg dan T4 (12-20)mg
5. Levobupivacaine 0,5% : T10 (10-15)mg dam T4 (12-20)mg
6. Ropivacaine o,5-1% : T10 (12-18)mg dan T4 (18-25)mg
- Factor yang mempengaruhi ketinggian blok spinal
1. Barisitas obat
2. Posisi pasien saat penyuntikan
3. Dosis obat
4. Lokasi penyuntikan
5. Umur
6. Volume CSF
7. Kulvatural tulang belakang
8. Volume obat
9. Tekanan intra abdomen
10. Arah jarum
11. Tinggi jarum
12. Tinggi pasien
13. Kehamilan

C. ANESTESI EPIDURAL
Anestesi epidural merupakan salah satu blok neuroaksial yang lebih luas
penggunaannya dibandingkan anestesi spinal.
Anestesi epidural dapat dilakukan di daerah lumbal, thoraks, hingga servikal, dengan
area penyuntikan yang berbeda.
Anestesi epidural dapat dilakukan dengan single shot ataupun dengan pemasangan
ateter epiduran sehinggan dapat memperpanjang durasi analgesia selama pembedahan
maupun pascabedah
A. Teknik pemasangan
Terdapat dua Teknik untuk mengkomfirmasi ruang epidural yaitu:
- Teknik hanging drop
Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan tetesan air pada hub jarum epidural, lalu
jarum epidural diinsersikan perlahan hingga tetesan air terisap akibat tekanan negative
yang berada di ruang epidural.
- Teknik loss of resistence
Teknik ini dilakukan dengan cara menghubungkan jarum epidural dengan spuit berisi
udara atau air, lalu perlahan-lahan jarum epidural diinsersikan sambal mendorong isi
spuit. Saat berada di ruang epidural, akan terjadi penurunan tekanan yang mendadak.
Setelah komfirmasi jarum berada di ruang epidural, selnjutnya di lakukan
pemasangan kateter epidural. Kateter epiduran disarankan hanya sepanjang 2-6cm di
ruang epidural untuk mencegah terpuntirnya kateter epidural.
Setelah kateter epidural terpasan, lakukan uji dosis untuk konfirmasi letak kateter. Uji
dosis dilakukan dengan caramemberikan lidocain1,5% sebanyak 3ml dengan epinefrin
1:200.000 (0,005mg/ml) lali pantau efek yang terjadi.
Jika ada efek setelah beberapa menit, kemungkinan besar letak jarum atau kateter benar,
bila terdapat blockade spinal menunjukkan kateter berada di ruang suarakhnoid, bila
terjadi peningkatan laju nadi >20%dari sebelum penyuntikan menunjukkan kateter
berada pada ruang intravaskuler.
Setelah diyakini posisi jarum atau kateter benar, suntikan obat anestesi local secara
bertahap setiap 3-5 menit sebanyak 3-5 ml sampai tercapai dosis total.
B. Dosis obat
Dosis obat pada anestesi spinal tergantung pada tujuan pemberiannya, yaitu
apakah sebagai anestesi primer, suplementsi dari anestesi umum, atau sebagai analgesia
pasca bedah
Ketinggian blok pada anestesi epiduran berbeda dengan anestesi spinal karena anestesi
epidural lebih tidak terprediksi.
Secara umum, pemberian obat aneestesi local dengan volume 1-2ml dipercaya dapat
memblok satu segmen contohnya, jika level injeksi L4-L5, diperlukan 12 segmen untuk
mencapai T4 dan diperlukan 12-24ml untuk mencapai T4.
Kebutuhan dermaton yang ingin dicapai disesuaikan dengan jenis pembedahan yang
dilakukan.
Jenis obat anestesi epidural
1. Lidocain
2. Bupivacaine
3. Ropivaccaine
C. Faktor yang mempengaruhi ketinggian blok
1. Usia
2. Tinggi badan
3. Posis
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANESTESI

Nama Pasien : TN. G No.Register : 11573xxx


Umur : 83 tahun Dokter Operator : dr. penta
Ruang Rawat : Lawu Asisten Operasi : dr. bagas
Diagnosa Medis : CA Buli-Buli Perawat Instrumen : Chandra
Perawat Sirkuler : Suyatmi
Dokter Anestesi : dr. wiyogo
Tindakan : TUR B Perawat Anestesi : Parno
Tgl. Pengkajian : 26 April 2023 Tanggal Operasi : 26 April 2023
Jam Mulai OP. : 08.30 Jam Selesai OP. : 10.00

PENGKAJIAN PREANESTESI
Data Subyektif
 Keluhan Utama : Pasien mengatakan dirinya deg degan takut mau dioperasi
 Riwayat penyakit saat ini: Pasien mengatakan mengeluh nyeri saat BAK sejak 1 bulan
terakhir, memberat sejak 3 hari terakhir. BAK warna merah
 Riwayat penyakit yang lalu: HT (-) DM (-)
 Riwayat anestesi/ operasi terdahulu : tidak ada
 Riwayat kebiasaan pasien (Perokok, alcohol, obat obatan) : merokok (-), alkohol (-)

Data Obyektif
a. Sistem Pernafasan (B1)
Jalan Nafas : Paten / Obstruksi
Sesak nafas : Ya / tidak, terpasang O2 : lpm
Artificial airway : Oro/Nasofaringeal tube/ ETT / Tracheocanule
RR : 18 x/menit
SpO2 : 98 %
Gigi : Palsu ( - ) Cakil ( - ) Tongos ( - ) Ompong ( + )
Buka Mulut : 3 jari
MALAMPATTI : 1 / 2 / 3 / 4
Jarak Mentothyroid : 6 cm
Gerak leher : Flexy / Ekstensi
Suara nafas : Vesikuler / Bronkovesikuler
Ronchi : Whezing :

Riwayat Asthma : Ya / Tidak


Lain lain :
a. Sistem Kardiovaskuler (B2)
Tensi : 152/70 mmHg
Nadi : 88x/mnit
Suhu : 36,4 °C
CRT : <2’
Sirkulasi : S1 S2 Tunggal (reguler / irreguler) / extra systole / Gallop
Lain2 :
Konjungtiva : Anemis / Pink pale
Sianosis : Ya / Tidak
Perfusi : AKHM

b. Sistem Persyarafan (B3)


Keadaan Umum : Cukup
GCS : 456
Skala nyeri : -
Reflek pupil : Isokor / Anisokor / Miosis / Pint point / Midriasis
Reflek cahaya : + /+
Motorik :

Plegi : Ya ( Tetra D S / Hemi D S ) Tidak


Parese : Ya ( Tetra D S / Hemi D S ) Tidak
Lain lain :

c. Sistem Perkemihan (B4)


Produksi urine : ±800cc/hari
Keluhan : Kencing menetes ( - ), Inkontinensia ( - ), Retensi Urine ( - )
Oliguri ( - ),Anuria ( - ), Hematuri ( + ),
Disuria ( - ), Poliuria ( - ), nyeri saat BAK
Warna urine : merah
Kandung Kemih : Membesar / Tidak
Kateter : Terpasang / Tidak
Blass punctie : Terpasang / Tidak

d. Sistem Pencernaan (B5)


Mukosa bibir : Lembab / Kering
Abdomen : Supel / Distended / Nyeri tekan
Bising Usus : 12 x/menit
Terpasang NGT : Tidak / Ya
Terpasang Drain : Tidak /Ya
Diare : Tidak / Ya Frekuensi : 1 hari sekali
Lain-lain :

e. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)


Pergerakan sendi : Bebas / terbatas
Fraktur : Tidak / Ya lokasi : -
Kompartemen Syndrom : Tidak / Ya lokasi : -
Turgor : Baik / Kurang / Jelek
Hiperpigmentasi : Tidak / Ya
Dekubitus : Tidak / Ya
Ikterik : Tidak / Ya
Lain -lain :
Keadaan Umum : Cukup
Tanda Vital : Tensi : 154/75 mmHg Nadi : 88x/mnt Suhu : 36,4 °C
RR : 20x/mnt SpO2 : 99%
TB / BB : 155 cm / 50 kg
Surat Persetujuan Operasi : Tidak ada / Ada
Protese dan Gigi Palsu : Tidak ada / Ada
Cat kuku dan Lensa Kontak : Tidak ada / Ada
Perhiasan : Tidak pakai / Pakai
Folley Catheter : Tidak ada / Ada produksi : 100 cc ( Ditampung / Dibuang )
NGT : Tidak ada / Ada
Persiapan Skiren / Cukur : Tidak / Ya
Huknah / Gliserin : Tidak / Ya Jam : -
Persiapan darah : Tidak ada / Ada, Berapa kantong ( 1 )
Contoh darah : Tidak ada / Ada
IV line : Tidak ada / Ada ( TaKa / TaKi )
Lokasi : Vena perifer / Central / Lain-lain ...............
Jenis Cairan : Kristaloid / Koloid / Darah Tetesan : 20 tpm
Terakhir makan & minum : Makan : 8 jam sebelum op Minum : 6 jam sebelum op
Obat yang telah dikonsumsi : Tidak ada / Ada Jenis : -
Alergi obat : Tidak ada / Ada Jenis : -
Obat Premedikasi : Tidak ada / Ada Jenis
Status ASA : 1 2 3 4 5
Jenis Operasi : Emergency/ Elektif
Pemeriksaan Penunjang

a. Data Penunjang Laboratorium


Darah Lengkap (24/4/2023)
NILAI RUJUKAN
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN DEWASA
NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin (HGB) 9,7 g/dL 13,4 – 17,3
Eritrosit (RBC) 3.15 juta 4,74 – 6,32
Leukosit (WBC) 13,73 10³/mm³ 5,07 – 11,10
Hematokrit 27 % 39,90 – 51,10
Trombosit (PLT) 184,00 10³/mm³ 185,00 – 398,00
MCV 85,80 µm³ 73,40 – 91,00
MCH 27,80 pg 24,20 – 31,20
MCHC 32,80 g/dL 31,90 – 36,00
RDW 14,30 % 11,30 – 14,60
PDW 8,7 fL 9 – 13
MPV 9,0 fL 7,2 – 11,1
P-LCR 17,2 % 15,0 – 25,0
PCT 0,17 % 0,150 – 0,400
NRBC Absolute 0,00 10³/ µL
NRBC Percent 0,0 %
Hitung Jenis
- Eosinofil 2,40 % 0,70 – 5,40
- Basofil 0,10 % 0,00 – 1,00
- Neutrofil 84,50 % 42,50 – 71,00
- Limfosit 6,10 % 20,40 – 44,60
- Monosit 6,70 % 3,60 – 9,90
- Eosinofil Absolut 0,28 10³/mm³ 0,04 – 0,43
- Basofil Absolut 0,01 10³/mm³ 0,02 – 0,09
- Neutrofil Absolut 11,66 10³/mm³ 2,72 – 7,53
- Limfosit Absolut 0,89 10³/mm³ 1,46 – 3,73
- NLR (Hematologi) 13,18
- Monosit Absolut 0,90 10³/mm³ 0,33 – 0,91
- Immature Granulosit
0,4 %
(%)
- Immature Granulosit 0,06 10³/µL
- Lain – lain
FAAL HEMOSTATIS
PPT
- Pasien - detik 9,4 – 11,3
- Kontrol - Detik
- INR - < 1,5
APTT
- Pasien - detik 24,6 – 30,6
- Kontrol - Detik
KIMIA KLINIK
FAAL HATI
AST/SGOT 37 U/L 0 – 40
ALT/SGPT 61 U/L 0 - 41

Kimia Klinik (24/4/2023)


NILAI RUJUKAN
JENIS PEMERIKSAAAN HASIL SATUAN DEWASA
NORMAL
KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT SERUM
- Natrum (Na) 139 mmol/L 136 – 145
- Kalium (K) 3,7 mmol/L 3,5 – 5,0
- Klorida (Cl) 113 mmol/L 98 – 106

Faal Ginjal (24/4/2023)


NILAI RUJUKAN
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN DEWASA
NORMAL
FAAL GINJAL
Ureum 35,3 mg/dL 16,6 – 48,5
Kreatinin 1,55 mg/dL <1,2
eGFR (CKD-EPI) 42,130 mL/menit/1,73 m²

b. CXR (22/4/2023)
- Cardiomegaly
- aortasclerosis
c. USG (25/4/2023)
- Batu pelvis renalis disertai multiple nephrolithiasis kanan yang menyebabkan
hydronephrosis sedang kanan
- Prostate enlargement volume 38 cc
- Kista simple ren kanan
ANALISA DATA (PRE ANESTESI)

Nama : TN.G Tanggal : 26 April 2023


No. RM : 11573xxx OK : 503

NO DATA PENYEBAB MASALAH

1. DS: Kekhawatiran Ansietas (D.0080)


mengalami
- Mengatakan dirinya takut
kegagalan
operasi
Ansietas
DO:
- Ekspresi wajah pasien tampak
tegang
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : TN.G Tanggal : 26 April 2023
No. RM : 11573xxx OK : 503
DIAGNOSA
NO LUARAN INTERVENSI
KEPERAWATAN

1. Ansietas (D.0080) b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ansietas menurun Reduksi Ansietas (I.09314)
kekhawatiran mengalami dengan kriteria hasil: Observasi
kegagalan Tingkat Ansietas (L.09093) 1. Monitor tanda-tanda
KH Menu Cuku Seda Cukup Menin ansietas (verbal dan non
run p ng Menin gkat verbal)
Menu gkat Terapeutik
run 2. Dengarkan dengan penuh
Perilak 5 4 3 2 1 perhatian
u 3. Ciptakan suasana
tegang terapeutik untuk
Verbali 5 4 3 2 1 menumbuhkan
sasi kepercayaan.
khawati 4. Gunakan pendekatan yang
r akibat tenang dan meyakinkan
kondisi 5. Temani pasien untuk
yang mengurangi kecemasan
dihadap Edukasi
i 6. Jelaskan prosedur, termasuk
Perilak 5 4 3 2 1 sensasi yang mungkin dialami
u 7. Latih teknik relaksasi
gelisah Kolaborasi
8.Kolaborasi pemberian obat
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama : TN.G Tanggal : 26 April 2023
No. RM : 11573xxx OK : 503

No.
TGL/ TGL/
Dx. TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI PPA
JAM JAM
Kep

1. 26/4/23 Observasi 26/4/23 S: Pasien mengatakan sudah lebih tenang


08.15 1. Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan 08.30 O: Terlihat ekspresi wajah rileks dan tidak tegang
non verbal)
A: Masalah teratasi sebagian RANI
Terapeutik
P: Lanjutkan induksi anestesi
2. Mendengarkan dengan penuh perhatian
08.15
3. Menciptakan suasana terapeutik untuk
89.15 menumbuhkan kepercayaan.
4. Menggunakan pendekatan yang tenang dan
08.15
meyakinkan
08.20 5. Menemani pasien untuk mengurangi
kecemasan
Edukasi
09.50 6. Menjelaskan prosedur pembiusan, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
09.50
7. Melatih teknik relaksasi nafas dalam
INTRA ANESTESI
Anestesi mulai : 08.30 s/d 10.00 WIB
Pembedahan mulai : 09.00 s/d 10.00 WIB
Jenis pembiusan : General : a. Intubasi Endotracheal Tube
b. Laringeal Mask Airway (LMA)
c. Face Mask
d. Total Intravena Anestesi (TIVA)
Regional : a. Sub Arachnoid Block (SAB)
b. Epidural Block
c. Combined Subarachnoid-epidural (CSE)
d. Block Ganglion / saraf perifer
e. Kaudal
Lain – Lain :
Jenis Operasi : 1. Bersih 2. Bersih kontaminasi
3. Kotor 4. Kontaminasi
Golongan Operasi : 1. Khusus 2. Besar 3. Sedang 4. Kecil
Plate Diathermi : Lokasi : 1. Bokong 2. Tungkai kaki 3. Bahu
4. Tangan 5. Paha
Dipasang oleh :
Pemeriksaan sebelumnya : 1. Utuh 2. Menggelembung
Pemeriksaan sesudah : 1. Utuh 2. Menggelembung
Monitor Anestesi : 1. Tidak 2. Ya 3. Standby
Mesin Anestesi : 1. Tidak 2. Ya 3. Standby
Persiapan Statics : 1. Lengkap. 2. Belum Lengkap
Anestesi Dengan : 1. Induksi : Bupivacain 0.5%
2. Analgesik :-
3. Maintenance : -
Relaksasi dengan :-
Ukuran ETT & kedalaman :-
Mode (Presure/Volume) :-
Teknik Anestesi : posisi duduk, spinocan 27G, L3-4, Lcs + jernih
Stadium Anestesi :-
Keseimbangan Cairan

BALANCE CAIRAN 1 2 3 4 5 6
BB: 50Kg Hb: 8,7 Kristaloid 500 ml - - -
EBV : 3750 ml Koloid - - - -
Input
ABL :
Darah - - - -
301 ml (Hb 8)
M : 90 ml Urine - - - -
O : 100 ml Output Darah 20 ml - - -
M+O : 190 ml M+O 190 ml - - -
Defisit / Defisit / Defisit / Defisit / Defisit Defisit
TOTAL Excess Excess Excess Excess /Excess /Excess
+250 ml
ANALISA DATA (INTRA ANESTESI)

Nama : TN.G Tanggal : 26 April 2023


No. RM : 11573xxx OK : 503

NO DATA PENYEBAB MASALAH

1. DS: - pasien mengatakan lemas Penurunan curah


TUR BULI jantung
DO:
- Akral dingin
- Nadi teraba lemah spinal anestesi
- TD: 81/56 mmHg
N: 56x/mnt
S: 36,4 °C Dilatasi pembuluh
RR: 20x/mnt (CR) darah
SpO2: 99%
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : TN.G Tanggal : 26 April 2023
No. RM : 11573xxx OK : 503

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI

1. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi


selama 1x10 menit diharapkan curah jantung
1. Identifikasi penurunan curah jantung
meningkat dengan kriteria hasil:
2. Monitor tekanan darah
Kriteria Hasil
3. Monitor intake dan output
1. Nadi perifer kuat 4. Monitor saturasi oksigen
2. Tensi naik 5. Monitor keluhan nyeri dada
3. Lemas menurun 6. Monitor perubahan EKG
4. Spo2 membaik 7. Monitor frekuensi nadi
Terapeutik
8. Berikan oksigen
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian cairan,
darah dan obat jika perlu
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama : TN.G Tanggal : 26 April 2023
No. RM : 11573xxx OK : 503

TGL/ TGL/
TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI PPA
JAM JAM

26/4/2 Observasi 26/4/23 S: pasien mengatakan lemas berkurang


3
1. mengidentifikasi penurunan curah jantung 09.10 O:
2. Memonitor tekanan darah
- Akral dingin berkurang RANI
3. Memonitor intake dan output
09.00 - Nadi teraba kuat
4. Memonitor saturasi oksigen
- TD: 133/56 mmHg
09.00 5. Memonitor keluhan nyeri dada
N: 77x/mnt
6. Memonitor perubahan EKG
S: 36,4 °C
7. Memonitor frekuensi nadi
RR: 20x/mnt (CR)
09.02 Terapeutik
SpO2: 99%
09.03 1. Memerikan oksigen nasal 3 lpm
A: masalah teratasi sebagian
Kolaborasi
P: Lanjutkan intervensi
2. Berkolaborasi pemberian cairan dan obat
efedrin 10mg
09.03
POST ANESTESI
Data Subyektif : pasien mengatakan kedinginan
Data Obyektif :
- KU : cukup, GCS : 456
- Terpasang NRBM 8 lpm
- Menggigil (+)
- TD: 110/70 mmHg
N: 67x/mnt
S: 35,8 °C
RR: 20x/mnt
SpO2: 99%
10.00 11.00
N TD

220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20

A. Bromage score Nilai


Jika terdapat gerakan penuh tungkai 3
Jika mampu fleksikan lutut ttp tidak bisa angkat tungkai 2
Jika tidak mampu memfleksikan lutut 1
Jika tidak mampu memfleksikan pergelangan kaki 0
Pasien boleh pindah ruang jika nilai bromage score ≥ 2
ANALISA DATA (POST ANESTESI)

Nama : TN.G Tanggal : 26 April 2023


No. RM : 11573xxx OK : 503

NO DATA PENYEBAB MASALAH

1. DS: Pasien mengatakan kedinginan Terpapar suhu Hipotermi (D.0131)


lingkungan rendah
DO:
Mempengaruhi sel-
- KU : cukup, GCS : 456
sel hipotalamus
- Terpasang o2 nasal 3 lpm
- Menggigil (+) Suhu tubuh
- TD: 140/70 mmHg menurun
N: 77x/mnt
Hipotermi
S: 35,8 °C
RR: 20x/mnt
SpO2: 99%
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : TN.G Tanggal : 26 April 2023
No. RM : 11573xxx OK : 503

DIAGNOSA
NO LUARAN INTERVENSI
KEPERAWATAN

1. Hipotermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipotermia (I.14507)


dengan terpapar suhu keperawatan selama 1 jam Observasi
lingkungan rendah diharapkan hipotermi menurun 1. Monitor suhu tubuh
dengan kritereria hasil: 2. Identifikasi penyebab hipotermia (mis.
Terpapar suhu lingkungan rendah,pakaian
1. Menggigil menurun
tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju
2. Suhu tubuh membaik metabolisme, kekurangan lemak subkutan)
3. Takikardi menurun 3. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
4. Bradikardi menurun (hipotermia ringan: takipnea,disartria,
5. Tekanan darah membaik menggigil, hipertensi, diuresis; hipotermia
6. Pucat menurun sedang: aritmia, hipotensi, apatis, koagulopati,
refleks menurun; hipotermia bereat: oliguria,
reflek menghilang, edema paru, asam-basa
abnormal)
Terapeutik
4. Sediakan lingkungan yang hangat (mis. Atur
suhu ruangan, inkubator)
5. Lakukan penghangatan masif (mis. Selimut,
penutup kepala, pakaiantebal)
6. Lakukan penghangatan aktif eksternal
(mis. kompres hangat, botolhangat,
selimut hangat, perawatan metode
kanguru.
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama : TN.G Tanggal : 26 April 2023
No. RM : 11573xxx OK : 503

TGL/ TGL/
TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI PPA
JAM JAM

26/4/23 Manajemen Hipotermia 26/4/23 S: Pasien mengatakan dingin berkurang


Observasi 10.30 O:
10.01 1. Memonitor suhu tubuh - KU : cukup, GCS : 456 RANI
2. Mengidentifikasi penyebab - Terpasang NRBM 8 lpm
10.01
hipotermia - Menggigil (-)
10.01 3. Memonitor tanda dan gejala akibat - TD: 118/68 mmHg
hipotermia N: 69x/mnt
Terapeutik S: 36,8 °C
10.03 RR: 20x/mnt
4. Menyediakan lingkungan yang SpO2: 100%
10.03 hangat
5. Melakukan penghangatan masif A: masalah teratasi sebagian
10.03
dengan memberikan selimut P: Lanjutkan intervensi
6. Melakukan penghangatan aktif
10.00 eksternal dengan memberikan
selimut hangat
Edukasi
7. Menganjurkan makan dan minum hangat
di ruangan kalau sudah pindah
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer 2012. Kapita Selekta Kedokteran Jilid, Media Eusculapius, Jakarta

Brunner & Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi VIII Volume 2.Jakarta : EGC

Khany, Z. 2008. Ketepatan Intubasi emergency oral endotracheal. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala Vo. Nomor 2 Agustus 2008.

PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta

PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta

PPNI. 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta

Suddarth & brunner. 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC 2015


Nurarif Huda Amin .2016.Asuhan keperawatan praktis.jogjakarta:Mediaction 2016

Anda mungkin juga menyukai