Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

”TUMOR VESIKA URINARIA”

I. KONSEP DASAR MEDIS


1. Pengertian
Kanker kandung kemih (ca. Buli-buli / kanker kandung kemih ) merupakan
penyakit onkologis yang sering menyerang manusia pada usia 60 – 70 tahun
dengan resiko tertinggi pada pria dibanding dengan wanita. Selain dipengaruhi oleh
faktor hormonal, kejadian kanker pada vesika juga ditingkatkan dengan perilaku
merokok (faktor utama terjadinya kanker vesika urinaria ). Dari hasil pengamatan
histologis, diketahui bahwa 90% dari kejadian kanker vesika urinaria merupakan
jenis karsinoma sel skuamosa (scuamos carsinoma cell).
Kanker kandung kemih ( karsinoma buli-buli ) adalah kanker yang mengenai
kandung kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia diatas 50 thn.
Terdapat dua bentuk kanjker kandung kemih, yaitu bentuk superfisial ( yang
cenderung kambuhan ) dan bentuk invasif.
Kanker kandung kemih adalah suatu infiltrasi sel-sel ganas diddinding atau didalam
lapisan kandung kemih.

II. Etiologi
Penyebab kanker kandung kemih tidak diketahui secara pasti. Faktor resiko kanker
kandung kemih yaitu :
a. Zat karsinogen dalam lingkungan kerja, seperti bahan pewarna, karet, bahan kulit,
tinta atau cat.
b. infeksi bakteri kambuhan atau kronis pada saluran kemih.
c. kebiasaan merokok. Kanker kandung kemih dua kali lebih banyak menyerang
perokok daripada yang bukan perokok
d. kebiasaan minum kopi. Terdapat kemungkinan hubungan antara kebiasaan minum
kopi dan kenker kandung kemih. E. Kistosomiasis ( infeksi parasit yang
mengiritasi kandung kemih
III. Patofisiologi
berbagai prekursor kanker telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Inti dari penyakit
kanker adalah adanya perubahan struktur anatomi fisiologis dari sebuah organ /
jaringan. Kanker pada vesika urinaria dengan stadium awal biasanya tidak
menimbulkan manifestasi klinis yang berarti. Seiring dengan pertumbuhan jaringan
tumor, maka ada proses desak ruang pada vesika dan jaringan sekitarnya sehingga
menimbulkan beberapa tanda dan gejala (nyeri, hematuri). Pada kondisi inilah klien
akan merasakan perubahan pada pola eliminasi.
Karsinoma kandung kemih yang masih dini merupakan tumor superfisial. Tumor ini
lama-kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot, dan lemak
perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya. Tumor dapat
menyebar secara limfogen maupun hematogen. Penyebaran limfogen menuju kelenjar
limfe, obturator, iliaka eksterna, dan iliaka komunis. Sedangkan hematogen paling
sering ke hepar, paru, dan tulang.

IV. Manifestasi klisnis


Tumor ini biasanya muncul dari basis kandung kemih dan meliputi orifisium uretra
serta kolumna vesika urinaria ( leher kandung kemih ).
Gejala dan tanda kanker kandung kemih, diantaranya :
1. Hematuria ( terdapat darah dalam urin) berat tanpa nyeri, adalah gejala kanker
kandung kemih yang paling sering ditemukan.
2. Sering berkemih
3. Urgensi (adanya dorongan untuk berkemih)
4. Disuriah (nyeri saat berkemih)
5. Perubahan pada urin
6. Nyeri di daerah panggul atau punggung dapat terjadi pada metastasis kanker
tersebut
7. Spasme vesika urinaria : penekanan jaringan tumor pada jaringan vesika dan
sekitarnya akan meningkatkan iritabilitas jaringan otot. Hal ini akan memicu
adanya regangan konstraksi otot (spasme)
8. Infeksi : gejala sistemik ini terjadi karena luka pada jaringan vesika urinaria dan
terkontaminasi bakteri patogen yang bisa berasal dari eksternal atau dari urine.
V. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan utama pada klien kanker adalah pemeriksaan listopatologis. Namun, ada
pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk screening awal penegakkan
diagnosis kanker vesika urinaria :
1. Sitologi urine
Untuk melihat adanya jaringan abnormal yang ikut dalam aliran urine (mukosa /
epitel dari jaringan tumor)
2. IVU (intravenous urethrographi)
Dilakukan dan sangat menguntungkan jika tuor berada pada bagian atas (superior)
yang tidak mampu dilihat
3. Sistouretroskopi
Menggunakan optik dan elektif untuk melihat secara jelas jaringan internal vesika
urinaria di superfisial
4. DPL (Deep Peritoneal Lavage)
Mengetahui adanya internal bleeding dirongga peritoneal. Biasanya pada klien
kanker vesika urinaria terjadi anemia
5. Ureum kreatinin dan elektrolit
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui fungsi ginjal
6. USG (Ultrasonografii)
Melihat adanya karakteristik jaringan, estimasi ukuran dan ada tidaknya obstruksi
7. CT-scan
Pemeriksaan yang lebih detail dan akurat untuk mengetahui invasi lokal jaringan
kanker dan melihat adanya metastase yang jauh.

VI. Komplikasi
1. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
2. Retensi urine bila tumor mengadakan invai ke bladder neck
3. Hydronephrosis oleh karena ureter mengalami oklusi
VII. Penatalaksanaan
Penangana pada kanker kandung kemih bergantung pada :
1. Derajat tumornya (yang didasarkan pada derajat deferensiasi sel)
2. Stadium pertumbuhan tumor (derajat infasi lokal dan ada tidaknya metastasis atau
penyebaran)
3. Multisetrisitas tumor (apakah tumor tersebut memiliki banyak pusat)
4. Usia pasien status fisik, mental dan emosional

Penanganan kanker kandung kemih, meliputi

a. Reseksi transuretra atau fulburasi (kauterisasi) : dilakukan pada paliopma yang


tunggal (tumor epitel benigna). Prosedur ini akan melenyapkan tumor lewat invisi
bedah atau arus listrik.
b. Kemoterapi : dengan menggunakan kombinasi metotrexat, vinblasin, doxorubisin
(adriaimisin) dan cisplastin terbukti efektif untuk menghasilkan remisi parsial
karsinoma sel transisional kandung kemih pada sebagian pasien
c. Kemoterapi topikal (kemoterapi intra vesikal) atau terapi denga memasukkan larutan
obat antineoplastik kedalm kandung kemih yang mebmbuat obat tersebut mengenai
dinding kandung kemih) : dilakukian jika terdapat kanker insitu atau jika reseksi tidak
tuntas. Kemoterapi topikal dilakukan untuk meningkatkan penghacuran jaringan
tumor. Kemoterapi topikal adalah pemberian medikasi dengan konsentrasi yang tinggi
(thiotepa, doxorubisin, mitomisin. Ethoglusid dan bacillus calmette – guerin/BCG)
d. Radiasi dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi mikro ekstenis neoplasma
dan viabilitas sel-sel tumor sehingga kemungkinan kambuhnya kanker dapat dikurangi
e. Sistektomi sederhana (pengangkatan kandung kemih) atau sistektomi radikal :
dilakukan pada kanker kandung kevih yang invasif atau multivokal. Sistetomik radikal
pada pria meliputi pengangkatan kandung kemih, prostat secara vesikulus seminalis
dan jaringan vesikel disekitarnya. Sistektomik radikal pada wanita meliputi
pengangkatan kandung kemih, ureter bagian bawah, uterus, tubavalopi, ovarium,
vagina anterior dan uretra.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem perkemihan dengan mealakukan
anamnesa keperawatan dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan diagnostik.
a. Anamnesis
Anamnesa pada klien dengan gangguan sistem perkemihan mencakup tanda
dan gejala yang cenderung ke arah penyakit pada saluran kemih, yaitu meliputi
:
1. Rasa nyeri
Rasa nyeri akibat gagal ginjal biasanya disebabkan oleh obstruksi dan
distensi mendadak pada kapsula ginjal. Nyeri ginjal dapat dirasakan
sebagai rasa sakit yang tumpul pada susdut kostovertebral (daerah yang
terbentuk oleh selubung iga dan kolumna vertebralis) dan rasa sakit ini
dapat menjalar sampai ke umbilikus.
Nyeri kandung kemih dapat disebabkan oleh distensi yang berlebihan atau
infeksi kandung kemih. Sering dijumpai perasaan ingin berkemih,
tenesmus (nyeri ketika mengejan) dan disuria terminal (nyeri pada akhir
berkemih)
Nyeri pada meatus uretra akan terjadi pada airitasi kandung kemih atau
urethra yang disebabkan oelh infeksi (uretitis), trauma atau adanya benda
asing dalam saluran kandung kemihbagian anterior (depan)
2. Perubahan pada eliminasi (pengeluaran) urin
Eleminasi urin atau mikturis biasanya tanpa nyeri dengan frekuensi 5-6
kali sehari dan kadang-kadang sekali pada malamm hari, rata-rata
indivividu membentuk dan mengeluarkan urin sebanyak 200-2500 ml
dalam waktu 24 jam.
Masalah umum yang menyertai eliminasi urin adalah keluhan sering
berkemih, rasa ingin berkemih, disuria, sulit mulai berkemih ,
inkontinensia urin (tidak mampu menahan kemih), poliuria (serin
berkemih), oliguria (sedikit berkemih) dan hematuria (air kemih
mengandung darah).
3. Gejala gastrointestinal (salurang pencernaan )
Hubungana anatomis ginjal kanan dengan kolon, duodenum, kaput
pankreas, hati dan kandung empedu dapat menyebabkan gangguan
gastrointestinal. Kedekatan ginjal kiri dengan kolon, lambung, pankreas,
dan limpa juga menimbukan gejala gastrointestinal. Gejala ini mencakup
mual,muntah,diare,gangguan rasa nyaman abdomen dan ilius paralitik.
4. Riwayat keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan harus mencakup informasi yang
berhubungan dengan fungsi ginjal dan saluran perkemihan:
a). Keluhan utama atau alasan utama mengapa datang ke rumah sakit atau
dokter/perawat.
b). Adanya rasa nyeri : lokal,karakter, durasi, dan faktor yang memicunya.
c). Riwayat infeksi saluran perkemihan:
1. terapi dan perawatan di rumah sakit yang pernah dialami
2. adanya gejala panas atau menggigil
3. riwayat penggunaan kateter atau sistoskopi sebelumnya.
d). Gejala kelainan buang air kemih
1) disuria : nyeri pada saat akan berkemih, kapan eluhan ini terjadi
2) hesitansi : nyeri selama da sesudah berkemih
3) inkotinensi urin
e). Riwayat salah satu keaadaan berikut ini :
1) hematuria, perubahan warna atau volume urin
2) nokturia (sering berkemih dimalam hari), kapan dimulainya.
3) riwayat penyakit pada batu gijnjal
5) riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi , trauma abdomen, cedera
medula spinalis, atau kelainan neurologi lain

f). Adanya atau riwayat lesi pada genital atau penyakit menular seksual

g). Riwayat penggunaan obat-obatan

h). riwayat merokok

i). Riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol

B. pemeriksaan fisik
Gangguan fungsi ginjal mempengaruhi semua sistem tubuh, sehingga diperlukan pengkajian
yang menyeluruh. Disamping itu, pengkajian tersebut secara spesifik harus berfokus pada
saluran perkemihan :

1) Inspeksi
inspeksi pada daerah muka dan eksteremias, untuk menemukan gejala edema yang
meunjukkan retensi cairan. Inspeksi daerah inguinal untuk menentukan pembesaran
nodus limfatikus, hernia inguinal atau femoral
2) Palpasi
Palpasi langsung dapat membantu menentukan ukuran dan mobilitas ginjal.
Tehnik palpasi pada ginjal adalah sebagai berikut :
a) Atur posisi klien telentang atau supinasi, pemeriksa meletakkan salah satu
tangannya dibelakang pinggang klien dengan jari-jari tangannya yang tidak
mengenai iga bagian bawah.
b) Tangan yang lain (telapak tangan menghadap ke bawah ) ditempatkan disebeluh di
sebelah anterior (depan) ginjal dengan jari-jari tangan tepat diatas umbilikus
c) Klien diminta untuk menarik nafas dalam dan tangan pemeriksa yang berada
disebelah anterior ditekan ke depan
d) Rasakan bhaw tangan menyentuh kutub ginjal yang licin dan bulat diantara kedua
belah tangan; ginjal kanan sedikit lebih rendah ibandingkan yang kiri.
3) Lakukan palpasi dan tekanan pada daerah angulus konsiovrtebralis. Penyakit ginjal
dapat menimbulkann nyeri tekan pada daerah angulus kostovertebralis.
4) Auskultasi kuadran kanan atas abdomen untuk mendektesi bruit (suara vesiker yang
menunjukkan stenosis pembuluh arteri ginjal).
5) Lakukan pemeriksaan rektal pada klien laki-laki, untuk mengetahui adanya klainan
pada prostate misalnya hyperplasia prostat.
2. DIAGNOSA KEPRAWATAN
Diagnosa keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan gangguan sistem
perkemihan adalah :
a. Gangguan eleminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran kemih, obstruksi
anatomik, inflamasi atau trauma jaringan.
b. Kekurangan vol. Cairan berhubungan dengan hematuria, kehilangan cairan aktif
c. Nyeri akut berhubugan dengan iritasi mukosa kandung kemih, spasme otot, trauma
jaringan, peningkatan frekuensi/ dorongan kotraksi urethra
d. Resiko infeksi dengan faktor resiko injury jaringan, stasis cairan tubuh.
e. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari Keb. Tubuh berhubungan dengan
pebatasan diet, anoreksia

3. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


a) Gangguan eleminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran kemih, obstruksi
anatomik, inflamasi atau trauma jaringan.
Tujuan :
 Urinary Elimination
 Urinary Continuence
Kriteria hasil :
 Kandung kemih kosong secara penuh
 Intake cairan dalam rentang normal\
 Bebas dari ISK
 tidak ada spasme bladder
 Balance cairan seimbang

Intervensi :

- Kaji intake dan output urin serta karakteristiknya


R/: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi contoh
infeksi dan pendarahan
- Pasang atau pertahankan kateter sesuai indikasi
R/: memudahkan pemantauan akurat pengeluaran urin
- Kolaborasi dengan pemberian obat sesuai indikasi
R/: untuk mengurangi gelala pada gangguan eliminasi
- Kaji adanya nyeri pada kandung kemih
R/: retensi urin dapat menyebabkan distensi kandung kemih

b) Kekurangan vol. Cairan berhubungan dengan hematuria, kehilangan cairan aktif


Tujuan :
 Fluid balance
 Hydration
 Nutritional Status : Food and Fluid
 Intake
Kriteria Hasil
 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,
HT normal
 Tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dalam batas normal
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Intervensi

- Monitot status dehidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,


tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
- Monitor status cairan terasuk intake dan output cairan
- Kolaborasi pemberian cairan IV
- Dorong masukan oral

c) Nyeri akut berhubugan dengan iritasi mukosa kandung kemih, spasme otot, trauma
jaringan, peningkatan frekuensi/ dorongan kotraksi urethra
Tujuan :
 Pain level
 Pain Control
 Comfort level
Kriteria Hasil
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurangan dengan menggunakan manajemen
nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi
- Lakukan pengkajian nyeri secara koprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
R/ : Nyeri tajam, intermitten sekitar kateter menunjukkan spasme kandung
kemih
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
R/ : menurunkan atau mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan relaksasi
otot.
- Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
d) Resiko infeksi dengan faktor resiko injury jaringan, stasis cairan tubuh.
Tujuan :
 Immune Status
 Knowledge : Infection control
 ‘Risk control
Kriteria Hasil
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Mendiskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya
 Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit dalam batas normal
 Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi
- Kaji adanya tanda-tanda infeksi
- Jaga agar luka tetap bersih dan kering
- Ajarkan pada keluarga tanda-tanda infeksi
e) Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari Keb. Tubuh berhubungan dengan pebatasan
diet, anoreksia
Tujuan :
 Nutritional Status
 Nutritional status : food and fluid
 Intake
 Nutritional status : nutrien intake
 Weight control

Kriteria Hasil

 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan


 Berat badan ideal sesuai tinggi badan
 etidakseimbangan Nutrisi kurang dari Keb. Tubuh berhubungan dengan
pebatasan diet, anoreksia
 etidakseimbangan Nutrisi kurang dari Keb. Tubuh berhubungan dengan
pebatasan diet, anoreksia
 mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 tidak ada tanda malnutrisi
 menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
 tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi
- Kaji intake dan output klien
- Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
- Kolaborasi dengan ahli gizi
4. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat
pada tahap intervensi

5. EVALUASI
Evaluasi merupakan hasil dari penilaian berhasil atau tidaknya rencana atau tindakan
keperawatan yang telah dibuat.
merokok Inflamasi VU Bahan Kimia Obat-obatan

Toksin nikotin Iritabilitas meningkat

Vasokonstruksi
vaskuler

Hiposirkulasi

Inflamasi sel
Tumor Vesika Urinaria

Massa jaringan Mukosa Iritabilitas


meningkat / membran meningktat
hiperplasia menipis

Kompresi antar sel Hematuria

Sensitifitas meningkat Kekurangan


Volume cairan

Spasme Obstruksi sel


kemih

Stimulus nyeri

Gangguan Injury Jaringan


Eliminasi Urine
Nyeri Akut
Resiko Infeksi Ketideakseimba
ngan Nutrisi
Hipermetabolisme kurang dari
kebutuhan

Ketidakseimbangan
HCL meningkat Nause, Vomiting
intake dan output
ASUHAKN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEm PERKEmIHAN “TumOR VESIKA
URINARIA “

1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem perkemihan dengan mealakukan
anamnesa keperawatan dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan diagnostik.
b. Anamnesis
Anamnesa pada klien dengan gangguan sistem perkemihan mencakup tanda
dan gejala yang cenderung ke arah penyakit pada saluran kemih, yaitu meliputi
:
5. Rasa nyeri
Rasa nyeri akibat gagal ginjal biasanya disebabkan oleh obstruksi dan
distensi mendadak pada kapsula ginjal. Nyeri ginjal dapat dirasakan
sebagai rasa sakit yang tumpul pada susdut kostovertebral (daerah yang
terbentuk oleh selubung iga dan kolumna vertebralis) dan rasa sakit ini
dapat menjalar sampai ke umbilikus.
Nyeri kandung kemih dapat disebabkan oleh distensi yang berlebihan atau
infeksi kandung kemih. Sering dijumpai perasaan ingin berkemih,
tenesmus (nyeri ketika mengejan) dan disuria terminal (nyeri pada akhir
berkemih)
Nyeri pada meatus uretra akan terjadi pada airitasi kandung kemih atau
urethra yang disebabkan oelh infeksi (uretitis), trauma atau adanya benda
asing dalam saluran kandung kemihbagian anterior (depan)
6. Perubahan pada eliminasi (pengeluaran) urin
Eleminasi urin atau mikturis biasanya tanpa nyeri dengan frekuensi 5-6
kali sehari dan kadang-kadang sekali pada malamm hari, rata-rata
indivividu membentuk dan mengeluarkan urin sebanyak 200-2500 ml
dalam waktu 24 jam.
Masalah umum yang menyertai eliminasi urin adalah keluhan sering
berkemih, rasa ingin berkemih, disuria, sulit mulai berkemih ,
inkontinensia urin (tidak mampu menahan kemih), poliuria (serin
berkemih), oliguria (sedikit berkemih) dan hematuria (air kemih
mengandung darah).
7. Gejala gastrointestinal (salurang pencernaan )
Hubungana anatomis ginjal kanan dengan kolon, duodenum, kaput
pankreas, hati dan kandung empedu dapat menyebabkan gangguan
gastrointestinal. Kedekatan ginjal kiri dengan kolon, lambung, pankreas,
dan limpa juga menimbukan gejala gastrointestinal. Gejala ini mencakup
mual,muntah,diare,gangguan rasa nyaman abdomen dan ilius paralitik.
8. Riwayat keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan harus mencakup informasi yang
berhubungan dengan fungsi ginjal dan saluran perkemihan:
a). Keluhan utama atau alasan utama mengapa datang ke rumah sakit atau
dokter/perawat.
b). Adanya rasa nyeri : lokal,karakter, durasi, dan faktor yang memicunya.
c). Riwayat infeksi saluran perkemihan:
1. terapi dan perawatan di rumah sakit yang pernah dialami
2. adanya gejala panas atau menggigil
3. riwayat penggunaan kateter atau sistoskopi sebelumnya.
d). Gejala kelainan buang air kemih
1) disuria : nyeri pada saat akan berkemih, kapan eluhan ini terjadi
2) hesitansi : nyeri selama da sesudah berkemih
3) inkotinensi urin
e). Riwayat salah satu keaadaan berikut ini :
1) hematuria, perubahan warna atau volume urin
2) nokturia (sering berkemih dimalam hari), kapan dimulainya.
3) riwayat penyakit pada batu gijnjal
5) riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi , trauma abdomen, cedera
medula spinalis, atau kelainan neurologi lain

f). Adanya atau riwayat lesi pada genital atau penyakit menular seksual

g). Riwayat penggunaan obat-obatan

h). riwayat merokok

i). Riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol


2. PEmERIKSAAN FISIK

A. HEAD TO TOE

ANALISA DATA

NO KLASIFIKASI DATA ETIOLOGI PROBLEm

KLASIFIKASI DATA

NO DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


DIAGNOSA DAN INTERVENSI
1. Gangguan eleminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran kemih,
obstruksi anatomik, inflamasi atau trauma jaringan.
Tujuan :
 Urinary Elimination
 Urinary Continuence
Kriteria hasil :
 Kandung kemih kosong secara penuh
 Intake cairan dalam rentang normal\
 Bebas dari ISK
 tidak ada spasme bladder
 Balance cairan seimbang

Intervensi :

- Kaji intake dan output urin serta karakteristiknya


R/: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi contoh
infeksi dan pendarahan
- Pasang atau pertahankan kateter sesuai indikasi
R/: memudahkan pemantauan akurat pengeluaran urin
- Kolaborasi dengan pemberian obat sesuai indikasi
R/: untuk mengurangi gelala pada gangguan eliminasi
- Kaji adanya nyeri pada kandung kemih
R/: retensi urin dapat menyebabkan distensi kandung kemih

f) Kekurangan vol. Cairan berhubungan dengan hematuria, kehilangan cairan aktif


Tujuan :
 Fluid balance
 Hydration
 Nutritional Status : Food and Fluid
 Intake
Kriteria Hasil
 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,
HT normal
 Tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dalam batas normal
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Intervensi

- Monitot status dehidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,


tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
- Monitor status cairan terasuk intake dan output cairan
- Kolaborasi pemberian cairan IV
- Dorong masukan oral

g) Nyeri akut berhubugan dengan iritasi mukosa kandung kemih, spasme otot, trauma
jaringan, peningkatan frekuensi/ dorongan kotraksi urethra
Tujuan :
 Pain level
 Pain Control
 Comfort level
Kriteria Hasil
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurangan dengan menggunakan manajemen
nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi
- Lakukan pengkajian nyeri secara koprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
R/ : Nyeri tajam, intermitten sekitar kateter menunjukkan spasme kandung
kemih
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
R/ : menurunkan atau mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan relaksasi
otot.
- Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
- IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat
pada tahap intervensi
1. Mengkaji tanda-tanda vital klien
2. Memonitor intake dan output klien
3. Mengkaji skala nyeri klien
4. Mendorong masukan oral
5. Mengkolaborasi pemberian cairan IV
6. Memasang kateter

- EVALUASI
Evaluasi merupakan hasil dari penilaian berhasil atau tidaknya rencana atau tindakan
keperawatan yang telah dibuat.

S : Data yang didapaktkan oleh hasil wawancara atau klien yang mengeluhkan

O : Data yang didapatkan melalui pengkajian, observasi, dan Pemeriksaan fisik

A: pengukuran atau penilaian teratasi atau tidaknya suatu masalah

P : rencana yang akan dilakukan selanjutnya


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai