Anda di halaman 1dari 37

Gas Ideal

Teori kinetik gas yaitu teori yang menggunakan tinjauan tentang gerak
dan energi partikel-partikel gas untuk menyelidiki sifat-sifat gas
secara keseluruhan sebagai hasil rata-rata kelakuan partikel-partikel
gas tersebut. Gas yang ditinjau dalam permasalahan ini adalah gas
ideal yaitu gas yang memiliki sifat-sifat:

 Terdiri atas partikel-partikel yang jumlahnya banyak sekali dan


antar partikelnya tidak terjadi gaya tarik-menarik.
 Setiap partikel gas bergerak dengan arah sembarang
 Ukuran partikel gas dapat diabaikan terhadap ukuran ruangan.
 Setiap tumbukan yang terjadi berlangsung secara lenting
sempurna.
 Partikel gas terdistribusi merata dalam seluruh ruangan.
 Berlaku hukum Newton tentang gerak.

Pada kenyataannya tidak ada gas sejati yang memenuhi sifat-sifat gas
ideal, tetapi gas pada suhu kamar dan pada tekanan rendah dapat
mendekati sifat-sifat gas ideal.
Penurunan Persamaan Keadaan gas Ideal

Perhatikan sejenis gas ideal yang terdapat dalam suatu bejana silinder.
Volum gas ideal ini dapat diubah dengan menggerakkan piston ke atas
dan ke bawah (gambar di atas). Anggap bahwa bejana tidak bocor
sehingga massa atau banyak mol gas itu tetap. Persamaan keadaan gas
ideal kita peroleh dengan dua cara berikut:
Cara pertama, suhu gas dijaga tetap dan vlume diubah-ubah dengan
menggerak-gerakan piston. Misalnya, tekanan gas mula-mula p 0 dan
volume gas mula-mula V0. Jika piston digerakkan ke bawah hingga
volume gas berkurang menjadi ½ V0, ternyata tekanan gas bertambah
menjadi 2 P0. Jika piston terus digerakkan ke bawah sehingga volume
gas berkurang menjadi ¼ V0, ternyata tekanan gas bertambah menjadi
4 P0. Hasil ini dapat disimpulkan oleh pernyataan berikut:
Jika suhu gas yang berada dalam bejana tertutup (tidak
bocor) dijaga tetap, tekanan gas berbanding terbalik
dengan volumenya.
Secara matematis, pernyataan di atas dinyatakan sebagai:

Persamaan di atas pertama kali dinyatakan oleh Robert Boyle pada


tahun 1666, sehingga disebut Hukum Boyle.
Cara kedua, tekanan gas dijaga tetap dan volume gas diubah-ubah
dengan mengerakan piston. Diasumsikan suhu mutlak gas mula-mula
T0 dan volume gas mula-mula V0. Bila piston digerakkan ke atas
sehingga volume gas bertambah menjadi 2 V 0, ternyata suhu mutlak
gas bertambah menjadi 2 T0. Bila psiton terus digerakan ke atas
sehingga volume gas bertambah menjadi 4 V0, ternyata suhu mutlak
gas bertambah menjadi 4 T0. Hasil ini disimpulkan dengan pernyataan
berikut:
 Jika tekanan gas yang berada dalam bejana tertutup
(tidak bocor) dijaga tetap, volume gas sebanding dengan
suhu mutlaknya.
Pernyataan di atas secara matematis dinyatakan sebagai
Persamaan di atas dinyatakan pertama kali oleh Jacques
Charles (1747 -1823) dan Joseph Gay Lussac (1778 – 1805), dan
disebut hukum Charles-gay Lussac.

Data suhu gas lebih sering dinyatakan dalam t 0C. Suhu mutlak gas T
yang dinyatakan dalam satuan Kelvin (K) dihitung dengan persamaan:
T = t + 273
Sekarang kita dapat menyatakan persamaan gas ideal yang memenuhi
hukum Boyle dan Charles-Gay Lussac dengan menyatukan kedua
persamaan di atas.
Persamaan di atas dikenal dengan sebutan persamaan Boyle-Gay
Lussac. Persamaan ini sebaiknya digunakan untuk menyelesaikan
soal-soal suatu gas yang jumlahnya tetap (massanya tetap). Massa
suatu gas adalah tetap jika diletakkan  dalam suatu wadah yang tidak
bocor.

Jika massa atau mol gas diubah, misal kita menggandakan mol gas
(n), dengan menjaga tekanan dan suhu tetap , ternyata dihasilkan
volume V yang ganda (lipat dua) juga. Karena itu, kita boleh menulis
bilangan tetap di ruas kanan. Persamaan  dengan nR, dengan R
diperoleh dari percobaan, dan kita memperoleh persamaan umum
yang berlaku untuk gas ideal, yang disebut persamaan keadaan
gas ideal.
pV = nRT
dengan
p = tekanan gas (Pa atau atm)
V = volume gas (m3 atau L)
n = jumlah mol gas
R = tetapan umum gas = 8,314 J/mol K = 0,082 Latm/molK
T = suhu mutlak (K)
Persamaan umum gas ideal di atas juga dapat dinyatakan dalam
besaran massa gas (satuan kg). Caranya dengan mensubstitusikan  ke
dalam persamaan pV = nRT:

Persamaan umum gas ideal juga dapat dinyatakan dalam besaran


massa jenis gas, r (satuan kg m-3)

Persamaan umum gas ideal juga dapat dinyatakan dalam besaran


banyaknya partikel gas, N. Banyaknya partikel, N, adalah hasil kali
banyak mol gas, n, dengan bilangan avogadro, NA
Jika nilai n ini dimasukkan ke persamaan pV = nRT diperoleh:

Dengan  maka, persamaan keadaan gas ideal menjadi

Dengan
N = banyaknya partikel
k  = disebut tetapan Boltzmann, yang bernilai
TERMODINAMIKA
Dalam bab ini anda akan mempelajari termodinamika, suatu cabang
ilmu fisika yang mempelajari hukum-hukum dasar yang dipatuhi oleh
kalor dan usaha. Dalam termodinamika gas, anda mempelajari
tentang perubahan energi dalam. Termodinamika juga nelibatkan
usaha yang dilakukan dan kalor yang disuplai atau hilang dari suatu
gas.
 Hukum Pertama Termodinamika

Sistem didefinisikan sebagai sejumlah zat dalam suatu wadah, yang


menjadi pusat perhatian kita untuk di analisis. Segala sesuatu di luar
sistem disebut lingkungan. Sistem dipisahkan dari lingkungan oleh
suatu batas sistem seperti gambar di atas. Batas ini bisa tetap atau
bergerak, misalnya penghisap.
Pengertian Usaha, Kalor, dan Energi Dalam
Pengertian Usaha dan Kalor
Usaha yang dilakukan pada (atau oleh) sistem adalah ukuran energi
yang dipindahkan dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya.
Sedangkan energi mekanik (kinetik atau potensial) sistem adalah
energi yang dimiliki sistem akibat gerak dan koordinat kedudukannya.
Dengan demikian, ketika anda melakukan usaha pada suatu sistem,
energi dipindahkan dari diri anda ke sistem. Adalah istilah yang slah
konsep jika anda menyatakan tentang usaha adalah sebuah sistem.
Istilah yang benar adalah mengatakan bahwa usaha dikerjakan pada
(atau oleh) sebuah sistem.

Kalor mirip seperti usaha, yaitu hanya muncul jika terjadi


perpindahan energi antara sistem dan lingkungan. Kalor muncul
ketika energi dipindahkan akibat adanya perbedaan suhu atau
perubahan wujud zat. Jadi, istilah kalor sebenarnya kurang tepat,
yang tepat adalah aliran kalor.
Pengertian energi Dalam
Ketika suatu benda sedang bergerak, benda tersebut memiliki energi
kinetik dan berdasarkan energi kinetik ini benda dapat melakukan
usaha. Serupa dengan itu, benda yang berada pada ketinggian tertentu
dari suatu acuan memiliki energi potensial dan berdasarkan energi
potensial ini benda juga dapat melakukan usaha. Kedua macam energi
ini disebut energi luar (external energy).
Sebagai tambahan terhadap energi luar ini, setiap benda memiliki
energi yang tidak tampak dari luar. Energi ini disebut energi dalam.
Energi dalam berhubungan dengan aspek mikroskopik zat. Kita
ketahui bahwa setiap zat terdiri dari atom-atom atau molekul-molekul
yangbergerak terus-menerus. Dari getaran ini, zat memiliki energi
kinetik. Antara molekul-molekul zat juga terdapat gaya yang disebut
gaya antarmolekul. Karena gaya antar molekul ini, molekul-molekul
memiliki energi potensial. Jumlah energi kinetik dan energi potensial
yang berhubungan dengan atom-atom atau molekul-molekul zat
disebut energi dalam. Untuk gas ideal, gaya antarmolekul dapat
diabaikan, sehingga energi potensial molekul-molekul adalah nol.
Dengan demikian, energi dalam hanyalah total energi kinetik dari
seluruh molekul.
Energi dalam adalah suatu sifat mikroskopik zat, sehingga tidak dapat
diukur secara langsung. Yang dapat diukur secara tidak langsung
adalah perubahan energi dalam (notasi DU), yaitu ketika sistem
berubah dari keadaan awal (diberi indeks 1) ke keadaan akhir (diberi
indeks 2).
DU = U2 – U1
Formulasi Usaha, Kalor dan Energi Dalam
Formulasi Usaha

Perhatikan suatu sistem gas yang berada dalam wadah silinder yang
ditutup oleh sebuah penghisap yang dapat bergerak. Tekanan dalam
sistem dijaga tetap oleh tekanan atmosfer dan berat penghisap beserta
balok di atasnya. Proses yang terhadi pada tekanan tetap disebut
proses isobarik. Apa yang terjadi ketika bagian bawah wadah
dipanaskan oleh sebuah pembakar bunsen? Tampak penghisap
berpindah ke atas dan berhenti pada kedudukan baru, seperti
ditunjukkan pada gambar di atas. Perpindahan kedudukan penghisap
disebabkan oleh usaha yang dilakukan gas (sistem) terhadap
penghisap dan balok di atasnya (lingkungan). Bagaimanakah bentuk
persamaannnya?
Usaha W dapat dihitung dari persamaan: W = F.s dengan F adalah
besar gaya dan s adalah besar perpindahan. Gaya F ditimbulkan oleh
tekanan gas p yang bekerja pada bagian bawah penghisap, yang
besarnya F = p.A., sehingga usaha W dapat ditulis: W = (pA).s. Karena
A.s sama dengan perubahan volume gas, DV = V 2 – V1, dengan V2 dan
V1 adalah volume akhir dan awal, maka usaha W dapat dinyatakan
oleh persamaan

Rumus W = pDV, hanya dapat digunakan untuk menghitung usaha


gas pada tekanan tetap. Jika tekanan gas berubah, usaha W harus
dihitung dengan cara integral. Secara umum, usaha dihitung dengan
integral berikut:

Anda telah mengetahui bahwa jika grafik tekanan terhadap volume


(grafik p-V) diberikan, arti geometris dari persamaan di atas adalah
luas di bawah kurva.
Usaha yang dilakukan oleh (atau pada) sistem (gas) sama dengan
luas daerah di bawah grafik p-V dengan batas volum awal, V 1,
sampai dengan volume akhir, V2.

Bagaimanakah kita mengitung usaha yang dilakukan oleh (pada)


sistem gas yang menempuh proses siklus, yaitu berawal dari satu
keadaan (titik) menempuh beberapa lintasan untuk akhirnya kembali
lagi ke keadaan (titik) tersebut (gambar di atas)?
Kita dapat menghitungnya sebagai berikut:
 Usaha yang dilakukan oleh (atau pada) sistem gas yang menjalani
suatu proses siklus (grafik p-V-nya diberikan) sama dengan luas
daerah yang dimuat oleh siklus tersebut (luas daerah yang diarsir
pada gambar di atas).
Formulasi Kalor
Kalor yang diserap (atau diberikan) oleh sistem gas dapat dihitung
dari rumus kalor yang telah dipelajari di kelas X, yaitu
Dengan c adalah kalor jenis gas dan C adalah kapasitas kalor gas.
Formulasi Energi Dalam
Telah anda ketahui bahwa untuk gas ideal, energi dalam gas sama
dengan total energi kinetik dari seluruh molekul-molekul gas.

Dengan:
N = jumlah molekul
n = besar mol
k = tetapan Boltzmann (k = 1,38 x 10-23 J/K)
R = tetapan umum gas (R = 8,31 J/mol = 8310 J/kmol)
Tentu saja perubahan energi dalam DU untuk sistem yang berubah
dari suhu awal T1 ke suhu akhir T2 dapat dinyatakan sebagai:

Persamaan di atas dengan jelas menunjukkan bahwa perubahan


energi dalam sistem hanya bergantung pada suhu awal dan suhu
akhir. Dengan kata lain, perubahan energi dalam DU hanya
bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir sistem, dan tidak
bergantung pada lintasan yang ditempuh sistem untuk mencapai
keadaan itu. Karena itu, energi dalam termasuk fungsi keadaan.
 
Proses-proses Termodinamika Gas
Proses Isobarik
Proses isobarik adalah proses perubahan keadaan gas pada tekanan
tetap. Persamaan keadaan untuk proses isobarik (p tetap) adalah

Ini adalah hukum Gay lussac. Grafik p-V isobarik ditunjukkan pada


gambar di atas. Sedangkan rumus usahanya, yaitu:

Proses Isokhorik
Proses isokhorik atau isovolumik adalah proses perubahan gas pada
volume tetap. Persamaan keadaan untuk proses isokhorik (V tetap)
adalah
Ini adalah hukum Charles.Grafik p-V untuk proses ini ditunjukkan
pada gambar di atas, berupa garis lurus vertikal.
Karena volume tatap, tekanan gas di dalam wadah naik, dan gas
melakukan gaya yang makin membesar pada dinding. Walaupun gaya
yang sangat besar dapat dibangkitkan dalam wadah tertutup, usaha
sama dengan nol karena dinding wadah tidak berpindah. Ini konsisten
dengan luas daerah di bawah grafik p-V, yaitu luas daerah di bawah
garis lurus vertikal pada gambar di atas adalah nol.
Proses Isothermal
Proses isothermal adalah proses perubahan keadaan gas pada suhu
tetap. Persamaan keadaan untuk proses isothermal (T tetap) adalah
Ini adalah hukum Boyle. Grafik p-V proses isothermal pV = C atau p
=C/V berbentuk hiperbola, seperti ditunjukkan pada gambar di atas.
Usaha yang sama dengan luas daerah di bawah grafik p-V (luas raster
pada gambar di atas) harus dihitung secara integral dengan
menggunakan persamaan:

Dari persamaan gas ideal telah kita peroleh , sehingga:

Karena nRT tetap, maka faktor tersebut dapat dikeluarkan dari tanda
integral. Kemudian, dengan menggunakan sifat integral , kita peroleh:
Proses Adiabatik

Proses adiabatik adalah proses perubahan keadaan gas di mana tidak ada aliran kalor
yang masuk ke dalam sistem atau ke luar sistem. (Dengan kata lain, pada proses
adiabatik Q = 0). Persamaan keadaan proses adiabatik dapat diturunkan dengan
menggunakan teknik integral, hasilnya adalah

Dengan g >1 merupakan hasil perbandingan kalor jenis gas pada tekanan tetap Cp dan
kalor jenis gas pada volume tetap Cv (disebut juga tetapan Laplace).
Untuk gas ideal, , sehingga persamaan .gral …/mol = 8310 J/kmol) dapat ditulis dalam
bentuk:

Gambar di atas menunjukkan grafik p-V proses pemuaian adiabatik (garis lengkung
yang diberi tanda panah) yang memotong lengkung isothermal pada suhu awal yang
lebih tinggi [T1 = p1V1(nR)] dan suhu akhir yang lebih rendah [T 2 = p2V2(nR)]. Luas
raster di bawah grafik adiabatik menyatakan usaha yang dilakukan gas.
Siklus Carnot

Walaupun mesin uap telah dikembangkan oleh James Watt dan lainnya, dasar untuk
mengerti prinsip-prinsip umum mesin kalor baru muncul tahun 1824 tatkala insinyur
Perancis Nicolas Leonard Sadi Carnot (1796 – 1832) mempublikasikan suatu laporan
tentang subjek ini. Dalam mengerjakan subjek ini, Carnot merumuskan ide-ide dasar
dari termodinamika. Ia mengatakan bahwa semua perpindahan berhubungan dengan
kalor. Tidak ada perbedaan apakah pergerakan ini terjadi karena kejadian alam, seperti
hujan, badai, gempa bumi, dan letusan gunung berapi, ataukah terjadi di dalam
peralatan-peratalan mekanik seperti mesin kalor. Dalam pandangan ilmu pengetahuan
modern, visi alamiah Carnot sangatlah sederhana, tetapi pengertiannya tentang kalor
sebagai penyebab pembangkitan daya secara esensial adalah tepat.

Carnot dapat memahami proses dasar yang mendasari usaha oleh semua mesin. Proses
itu adalah perubahan dari satu bentuk energi (kalor) menjadi bentuk energi lain (usaha
mekanik). Ia berhasil mengenali bahwa usaha dapat dilakukan hanya ketika suatu
mesin kalor ideal yang bekerja secara siklus dan dapat balik (reversibel) di antara dua
suhu. Disebutkan bahwa mesin carnot tidaklah memiliki effisiensi 100%, tetapi
merupakan mesin yang effisiensinya paling besar dari semua mesin yang mengubah
kalor menjadi suhu. Carnot menganalisis perubahan energi selama satu siklus dari
performa mesin dan menentukan kondisi-kondisi untuk mencapai effisiensi maksimum.
Perhatikan diagram siklus Carnot berikut ini!

 Proses a ke b, gas mengalami pemuaian isotermal, menyerap kalor Q 1 dari


reservoir suhu tinggi T1 dan melakukan usaha.
 Proses b ke c, gas mengalami pemuaian adiabatik dan melakukan usaha.
 Proses c ke d, gas mengalami pemampatan isotermal, membuang kalor Q 2 ke
reservoir suhu rendah T2, usaha dilakukan pada gas.
 Proses d ke a (kembali ke kedudukan awal), gas mengalami pemampatan
adiabatik dan usaha dilakukan pada gas.

Pada proses pemuaian isotermal (dari A ke B) kalor Q 1 diserap, dan pada proses
pemampatan isotermal (dari C ke D) dilepaskan kalor Q 2. Dalam siklus Carnot, tidak
terjadi perubahan energi dalam (DU= 0), sehingga sesuai dengan hukum pertama
termodinamika:

Dengan Q1 dan Q2 adalah besaran yang bernilai positif. Proses ditunjukkan secara
skematis pada gambar berikut.
Persamaan  persis sama seperti persamaan yang telah kita pelajari sebelumnya pada
mesin kalor. Kedua persamaan ini sama karena mesin Carnot termasuk mesin kalor.
Oleh karena itu, persamaan effisiensi mesin Carnot dalam Q 1 dan Q2 akan persis sama
dengan effisiensi mesin kalor yang telah kita nyatakan sebelumnya dalam persamaan:

Telah anda ketahui bahwa untuk fluida kerja gas ideal, energi dalam U sebanding
dengan suhu mutlak T. Dari pernyataan ini ditambah dari penjelasan terinci tentang
proses-proses pada siklus Carnot untuk suatu gas ideal dapat ditunjukkan bahwa

Dengan demikian, effisiensi mesin Carnot dalam suhu mutlak T dapat dinayatakan
dengan
Dapat ditunjukkan bahwa semua mesin reversibel yang bekerja dalam siklus antara dua
sumber kalor yang sama memiliki effisiensi yang sama, apapun fluida kerjanya. Selain
itu, tidak ada jenis mesin yang bekerja di antara dua sumber yang sama dapat memiliki
effisiensi yang lebih besar daripada effisiensi Carnot. Bahkan, walaupun tidak ada rugi
panas karena gesekan dan kebocoran kalor, effisiensi maksimum mutlak suatu mesin
kalor tetap akan dinyatakan oleh persamaan . Effisiensi dari mesin kalor nyata apapun
selalu lebih kecil daripada effisiensi mesin ideal (mesin Carnot). Tabel berikut
memberikan contoh effisiensi beberapa mesin.
Mesin
Pendingin
Hukum kedua termodinamika berpegang kepada kecenderungan alamiah kalor untuk
mengalir dari benda panas ke benda dingin. Analogikan dengan air yang cenderung
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Air dapat dipaksa
mengalir dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi oleh sebuah pompa. Tentu
saja, kalor juga dapat dipaksa mengalir dari benda dingin ke benda panas dengan
melakukan usaha pada sistem. Peralatan yang bekerja dengan cara ini disebut mesin
pendingin (gambar di samping), sedangkan proses yang dialami sistem atau pompa
kalor disebut proses pendinginan.

Perbandingan gambar mesin kalor dengan gambar mesin pendingin menunjukkan


bahwa arah-arah anak panah yang melambangkan kalor dan usaha dalam proses
pendinginan berlawanan dengan yang dimiliki oleh proses mesin kalor. Meskipun
demikian, energi adalah kekal selama proses pendinginan, seperti halnya dalam proses
mesin kalor, sehingga Q1 = Q2 + W. Lebih jauh lagi, jika proses yang terjadi adalah
reversibel, kita memiliki peralatan ideal yang disebut pendingin Carnot. Untuk
peralatan ideal ini, hubungan  tetap berlaku seperti mesin carnot.

Peralatan sehari-hari yang termasuk mesin pendingin adalah lemari es (kulkas) dan
pendingin ruangan (air conditioner/AC).

Ukuran kinerja (performa) sebuah kulkas dan pendingin ruangan bisa diperoleh dengan
menetapkan hasil bagi kalor Q 2 yang dipindahkan dari sumber dingin dengan usaha W
yang dibutuhkan untuk memindahkan kalor ini. Hasil bagi ini disebut koefisien
performansi (diberi lambang Cp)
Perhatikan, Q2 > W sehingga Cp > 1 (koefisien performansi selalu lebih dari 1). Dengan
memasukkan Q1 = Q2 + W atau W = Q1 – Q2  ke persamaan di atas kita peroleh:

Koefisien performansi paling besar yang mungkin adalah mesin pendingin Carnot, yang
prosesnya adalah kebalikan dari mesin carnot. Untuk mesin carnot telah kita peroleh ,
sehingga jika ini kita masukkan ke dalam persamaan kita peroleh:

Perhatikan bahwa besar usaha yang diperlukan untuk menjalankan sebuah pendingin
bertambah seiring dengan bertambah besarnya selisih antara T 1 dan T2. Kulkas dan AC
komersial memiliki koefisien performansi dalam jangkauan 2 – 6, bergantung pada
selisih suhu T1 dan T2. Perhatikan bahwa pendingin dengan Cp lebih tinggi adalah
pendingin yang lebih baik. Ini karena pendingin tersebut memindahkan sejumlah kalor
dengan usaha yang lebih kecil (menghemat energi listrik) dan karena itu ongkos
operasionalnya lebih murah. Karena itu jika anda akan membeli sebuah kulkas atau AC,
selain faktor harga, perhatikan juga nilai koefisien performansinya. AC yang murah
tetapi Cp-nya rendah belum tentu menguntungkan secara ekonomi. Karena Cp rendah
berarti penggunaan energi listrik tidak efisien. Anda akan membayar tagihan listrik
yang lebih mahal setiap bulan dibandingkan jika menggunakan AC yang mahal tetapi
Cp-nya tinggi. Keunggulan lain AC yang C p-nya lebih tinggi adalah mengemat energi.
Seperti telah diketahui bahwa menghemat energi, selain menghemat devisa negara
karena penggunaan BBM, juga mengurangi polusi lingkungan akibat pembakaran BBM.

Soal dan Pembahasan

Sahabat fisoontal, untuk lebih memahami materi fisika serta untuk mempersiapkan diri
untuk menghadapi UAS, UN, SBMPTN, berikut akan diberikan contoh soal beserta tips
dan trik pembahasannya. Bagaimana sudah siap? Ayo kita mulai!
Materi: Teori Kinetik Gas dan Termodinamika
 
 
 
 
 
 

Anda mungkin juga menyukai