Teori kinetik gas yaitu teori yang menggunakan tinjauan tentang gerak
dan energi partikel-partikel gas untuk menyelidiki sifat-sifat gas
secara keseluruhan sebagai hasil rata-rata kelakuan partikel-partikel
gas tersebut. Gas yang ditinjau dalam permasalahan ini adalah gas
ideal yaitu gas yang memiliki sifat-sifat:
Pada kenyataannya tidak ada gas sejati yang memenuhi sifat-sifat gas
ideal, tetapi gas pada suhu kamar dan pada tekanan rendah dapat
mendekati sifat-sifat gas ideal.
Penurunan Persamaan Keadaan gas Ideal
Perhatikan sejenis gas ideal yang terdapat dalam suatu bejana silinder.
Volum gas ideal ini dapat diubah dengan menggerakkan piston ke atas
dan ke bawah (gambar di atas). Anggap bahwa bejana tidak bocor
sehingga massa atau banyak mol gas itu tetap. Persamaan keadaan gas
ideal kita peroleh dengan dua cara berikut:
Cara pertama, suhu gas dijaga tetap dan vlume diubah-ubah dengan
menggerak-gerakan piston. Misalnya, tekanan gas mula-mula p 0 dan
volume gas mula-mula V0. Jika piston digerakkan ke bawah hingga
volume gas berkurang menjadi ½ V0, ternyata tekanan gas bertambah
menjadi 2 P0. Jika piston terus digerakkan ke bawah sehingga volume
gas berkurang menjadi ¼ V0, ternyata tekanan gas bertambah menjadi
4 P0. Hasil ini dapat disimpulkan oleh pernyataan berikut:
Jika suhu gas yang berada dalam bejana tertutup (tidak
bocor) dijaga tetap, tekanan gas berbanding terbalik
dengan volumenya.
Secara matematis, pernyataan di atas dinyatakan sebagai:
Data suhu gas lebih sering dinyatakan dalam t 0C. Suhu mutlak gas T
yang dinyatakan dalam satuan Kelvin (K) dihitung dengan persamaan:
T = t + 273
Sekarang kita dapat menyatakan persamaan gas ideal yang memenuhi
hukum Boyle dan Charles-Gay Lussac dengan menyatukan kedua
persamaan di atas.
Persamaan di atas dikenal dengan sebutan persamaan Boyle-Gay
Lussac. Persamaan ini sebaiknya digunakan untuk menyelesaikan
soal-soal suatu gas yang jumlahnya tetap (massanya tetap). Massa
suatu gas adalah tetap jika diletakkan dalam suatu wadah yang tidak
bocor.
Jika massa atau mol gas diubah, misal kita menggandakan mol gas
(n), dengan menjaga tekanan dan suhu tetap , ternyata dihasilkan
volume V yang ganda (lipat dua) juga. Karena itu, kita boleh menulis
bilangan tetap di ruas kanan. Persamaan dengan nR, dengan R
diperoleh dari percobaan, dan kita memperoleh persamaan umum
yang berlaku untuk gas ideal, yang disebut persamaan keadaan
gas ideal.
pV = nRT
dengan
p = tekanan gas (Pa atau atm)
V = volume gas (m3 atau L)
n = jumlah mol gas
R = tetapan umum gas = 8,314 J/mol K = 0,082 Latm/molK
T = suhu mutlak (K)
Persamaan umum gas ideal di atas juga dapat dinyatakan dalam
besaran massa gas (satuan kg). Caranya dengan mensubstitusikan ke
dalam persamaan pV = nRT:
Dengan
N = banyaknya partikel
k = disebut tetapan Boltzmann, yang bernilai
TERMODINAMIKA
Dalam bab ini anda akan mempelajari termodinamika, suatu cabang
ilmu fisika yang mempelajari hukum-hukum dasar yang dipatuhi oleh
kalor dan usaha. Dalam termodinamika gas, anda mempelajari
tentang perubahan energi dalam. Termodinamika juga nelibatkan
usaha yang dilakukan dan kalor yang disuplai atau hilang dari suatu
gas.
Hukum Pertama Termodinamika
Perhatikan suatu sistem gas yang berada dalam wadah silinder yang
ditutup oleh sebuah penghisap yang dapat bergerak. Tekanan dalam
sistem dijaga tetap oleh tekanan atmosfer dan berat penghisap beserta
balok di atasnya. Proses yang terhadi pada tekanan tetap disebut
proses isobarik. Apa yang terjadi ketika bagian bawah wadah
dipanaskan oleh sebuah pembakar bunsen? Tampak penghisap
berpindah ke atas dan berhenti pada kedudukan baru, seperti
ditunjukkan pada gambar di atas. Perpindahan kedudukan penghisap
disebabkan oleh usaha yang dilakukan gas (sistem) terhadap
penghisap dan balok di atasnya (lingkungan). Bagaimanakah bentuk
persamaannnya?
Usaha W dapat dihitung dari persamaan: W = F.s dengan F adalah
besar gaya dan s adalah besar perpindahan. Gaya F ditimbulkan oleh
tekanan gas p yang bekerja pada bagian bawah penghisap, yang
besarnya F = p.A., sehingga usaha W dapat ditulis: W = (pA).s. Karena
A.s sama dengan perubahan volume gas, DV = V 2 – V1, dengan V2 dan
V1 adalah volume akhir dan awal, maka usaha W dapat dinyatakan
oleh persamaan
Dengan:
N = jumlah molekul
n = besar mol
k = tetapan Boltzmann (k = 1,38 x 10-23 J/K)
R = tetapan umum gas (R = 8,31 J/mol = 8310 J/kmol)
Tentu saja perubahan energi dalam DU untuk sistem yang berubah
dari suhu awal T1 ke suhu akhir T2 dapat dinyatakan sebagai:
Proses Isokhorik
Proses isokhorik atau isovolumik adalah proses perubahan gas pada
volume tetap. Persamaan keadaan untuk proses isokhorik (V tetap)
adalah
Ini adalah hukum Charles.Grafik p-V untuk proses ini ditunjukkan
pada gambar di atas, berupa garis lurus vertikal.
Karena volume tatap, tekanan gas di dalam wadah naik, dan gas
melakukan gaya yang makin membesar pada dinding. Walaupun gaya
yang sangat besar dapat dibangkitkan dalam wadah tertutup, usaha
sama dengan nol karena dinding wadah tidak berpindah. Ini konsisten
dengan luas daerah di bawah grafik p-V, yaitu luas daerah di bawah
garis lurus vertikal pada gambar di atas adalah nol.
Proses Isothermal
Proses isothermal adalah proses perubahan keadaan gas pada suhu
tetap. Persamaan keadaan untuk proses isothermal (T tetap) adalah
Ini adalah hukum Boyle. Grafik p-V proses isothermal pV = C atau p
=C/V berbentuk hiperbola, seperti ditunjukkan pada gambar di atas.
Usaha yang sama dengan luas daerah di bawah grafik p-V (luas raster
pada gambar di atas) harus dihitung secara integral dengan
menggunakan persamaan:
Karena nRT tetap, maka faktor tersebut dapat dikeluarkan dari tanda
integral. Kemudian, dengan menggunakan sifat integral , kita peroleh:
Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses perubahan keadaan gas di mana tidak ada aliran kalor
yang masuk ke dalam sistem atau ke luar sistem. (Dengan kata lain, pada proses
adiabatik Q = 0). Persamaan keadaan proses adiabatik dapat diturunkan dengan
menggunakan teknik integral, hasilnya adalah
Dengan g >1 merupakan hasil perbandingan kalor jenis gas pada tekanan tetap Cp dan
kalor jenis gas pada volume tetap Cv (disebut juga tetapan Laplace).
Untuk gas ideal, , sehingga persamaan .gral …/mol = 8310 J/kmol) dapat ditulis dalam
bentuk:
Gambar di atas menunjukkan grafik p-V proses pemuaian adiabatik (garis lengkung
yang diberi tanda panah) yang memotong lengkung isothermal pada suhu awal yang
lebih tinggi [T1 = p1V1(nR)] dan suhu akhir yang lebih rendah [T 2 = p2V2(nR)]. Luas
raster di bawah grafik adiabatik menyatakan usaha yang dilakukan gas.
Siklus Carnot
Walaupun mesin uap telah dikembangkan oleh James Watt dan lainnya, dasar untuk
mengerti prinsip-prinsip umum mesin kalor baru muncul tahun 1824 tatkala insinyur
Perancis Nicolas Leonard Sadi Carnot (1796 – 1832) mempublikasikan suatu laporan
tentang subjek ini. Dalam mengerjakan subjek ini, Carnot merumuskan ide-ide dasar
dari termodinamika. Ia mengatakan bahwa semua perpindahan berhubungan dengan
kalor. Tidak ada perbedaan apakah pergerakan ini terjadi karena kejadian alam, seperti
hujan, badai, gempa bumi, dan letusan gunung berapi, ataukah terjadi di dalam
peralatan-peratalan mekanik seperti mesin kalor. Dalam pandangan ilmu pengetahuan
modern, visi alamiah Carnot sangatlah sederhana, tetapi pengertiannya tentang kalor
sebagai penyebab pembangkitan daya secara esensial adalah tepat.
Carnot dapat memahami proses dasar yang mendasari usaha oleh semua mesin. Proses
itu adalah perubahan dari satu bentuk energi (kalor) menjadi bentuk energi lain (usaha
mekanik). Ia berhasil mengenali bahwa usaha dapat dilakukan hanya ketika suatu
mesin kalor ideal yang bekerja secara siklus dan dapat balik (reversibel) di antara dua
suhu. Disebutkan bahwa mesin carnot tidaklah memiliki effisiensi 100%, tetapi
merupakan mesin yang effisiensinya paling besar dari semua mesin yang mengubah
kalor menjadi suhu. Carnot menganalisis perubahan energi selama satu siklus dari
performa mesin dan menentukan kondisi-kondisi untuk mencapai effisiensi maksimum.
Perhatikan diagram siklus Carnot berikut ini!
Pada proses pemuaian isotermal (dari A ke B) kalor Q 1 diserap, dan pada proses
pemampatan isotermal (dari C ke D) dilepaskan kalor Q 2. Dalam siklus Carnot, tidak
terjadi perubahan energi dalam (DU= 0), sehingga sesuai dengan hukum pertama
termodinamika:
Dengan Q1 dan Q2 adalah besaran yang bernilai positif. Proses ditunjukkan secara
skematis pada gambar berikut.
Persamaan persis sama seperti persamaan yang telah kita pelajari sebelumnya pada
mesin kalor. Kedua persamaan ini sama karena mesin Carnot termasuk mesin kalor.
Oleh karena itu, persamaan effisiensi mesin Carnot dalam Q 1 dan Q2 akan persis sama
dengan effisiensi mesin kalor yang telah kita nyatakan sebelumnya dalam persamaan:
Telah anda ketahui bahwa untuk fluida kerja gas ideal, energi dalam U sebanding
dengan suhu mutlak T. Dari pernyataan ini ditambah dari penjelasan terinci tentang
proses-proses pada siklus Carnot untuk suatu gas ideal dapat ditunjukkan bahwa
Dengan demikian, effisiensi mesin Carnot dalam suhu mutlak T dapat dinayatakan
dengan
Dapat ditunjukkan bahwa semua mesin reversibel yang bekerja dalam siklus antara dua
sumber kalor yang sama memiliki effisiensi yang sama, apapun fluida kerjanya. Selain
itu, tidak ada jenis mesin yang bekerja di antara dua sumber yang sama dapat memiliki
effisiensi yang lebih besar daripada effisiensi Carnot. Bahkan, walaupun tidak ada rugi
panas karena gesekan dan kebocoran kalor, effisiensi maksimum mutlak suatu mesin
kalor tetap akan dinyatakan oleh persamaan . Effisiensi dari mesin kalor nyata apapun
selalu lebih kecil daripada effisiensi mesin ideal (mesin Carnot). Tabel berikut
memberikan contoh effisiensi beberapa mesin.
Mesin
Pendingin
Hukum kedua termodinamika berpegang kepada kecenderungan alamiah kalor untuk
mengalir dari benda panas ke benda dingin. Analogikan dengan air yang cenderung
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Air dapat dipaksa
mengalir dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi oleh sebuah pompa. Tentu
saja, kalor juga dapat dipaksa mengalir dari benda dingin ke benda panas dengan
melakukan usaha pada sistem. Peralatan yang bekerja dengan cara ini disebut mesin
pendingin (gambar di samping), sedangkan proses yang dialami sistem atau pompa
kalor disebut proses pendinginan.
Peralatan sehari-hari yang termasuk mesin pendingin adalah lemari es (kulkas) dan
pendingin ruangan (air conditioner/AC).
Ukuran kinerja (performa) sebuah kulkas dan pendingin ruangan bisa diperoleh dengan
menetapkan hasil bagi kalor Q 2 yang dipindahkan dari sumber dingin dengan usaha W
yang dibutuhkan untuk memindahkan kalor ini. Hasil bagi ini disebut koefisien
performansi (diberi lambang Cp)
Perhatikan, Q2 > W sehingga Cp > 1 (koefisien performansi selalu lebih dari 1). Dengan
memasukkan Q1 = Q2 + W atau W = Q1 – Q2 ke persamaan di atas kita peroleh:
Koefisien performansi paling besar yang mungkin adalah mesin pendingin Carnot, yang
prosesnya adalah kebalikan dari mesin carnot. Untuk mesin carnot telah kita peroleh ,
sehingga jika ini kita masukkan ke dalam persamaan kita peroleh:
Perhatikan bahwa besar usaha yang diperlukan untuk menjalankan sebuah pendingin
bertambah seiring dengan bertambah besarnya selisih antara T 1 dan T2. Kulkas dan AC
komersial memiliki koefisien performansi dalam jangkauan 2 – 6, bergantung pada
selisih suhu T1 dan T2. Perhatikan bahwa pendingin dengan Cp lebih tinggi adalah
pendingin yang lebih baik. Ini karena pendingin tersebut memindahkan sejumlah kalor
dengan usaha yang lebih kecil (menghemat energi listrik) dan karena itu ongkos
operasionalnya lebih murah. Karena itu jika anda akan membeli sebuah kulkas atau AC,
selain faktor harga, perhatikan juga nilai koefisien performansinya. AC yang murah
tetapi Cp-nya rendah belum tentu menguntungkan secara ekonomi. Karena Cp rendah
berarti penggunaan energi listrik tidak efisien. Anda akan membayar tagihan listrik
yang lebih mahal setiap bulan dibandingkan jika menggunakan AC yang mahal tetapi
Cp-nya tinggi. Keunggulan lain AC yang C p-nya lebih tinggi adalah mengemat energi.
Seperti telah diketahui bahwa menghemat energi, selain menghemat devisa negara
karena penggunaan BBM, juga mengurangi polusi lingkungan akibat pembakaran BBM.
Sahabat fisoontal, untuk lebih memahami materi fisika serta untuk mempersiapkan diri
untuk menghadapi UAS, UN, SBMPTN, berikut akan diberikan contoh soal beserta tips
dan trik pembahasannya. Bagaimana sudah siap? Ayo kita mulai!
Materi: Teori Kinetik Gas dan Termodinamika