Anda di halaman 1dari 15

NAMA KELOMPOK 6

AHMAD ISMI : 2205903010025

FARI FERDIAN : 2205903010026

KAMILIN : 2205903010027

TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim..... Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas

makalah yang berjudul [TEORI KINETIKA GAS SERTA HUKUM II

TERMODINAMIKA] ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari

makalah ini adalah untuk memenuhi tugas [dosen/bapak Mahmuddin Marbun,

ST.,M.Sc] pada [bidang studi/mata kuliah]. Selain itu, makalah ini juga bertujuan

untuk menambah wawasan tentang [topik makalah] bagi para pembaca.Saya

mengucapkan terima kasih kepada [bapak [Mahmuddin Marbun, ST.,M.Sc]selaku

dosen saya yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah

pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya

juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi

sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Wassalam.......

Aceh , 27 November 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………………1
Kata Pengantar……………………………………………………………………………..2
Daftar Isi……………………………………………………………………………………….3
Pendahuluan.....................................................................................4
Pembahasan.....................................................................................5
Kesimpulan……………………………………………………………………………….14
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….15
PENDAHULUAN

Gas merupakan suatu zat yang molekul atau partikelnya bergerak bebas. pada makalah ini
akan dipelajari mengenai sifat mikroskopik dari suatu gas dengan meninjau dari tekanan, volum
dan suhu yang sering disebut dengan teori kinetik gas.
Selain itu akan dipelajari juga ilmu tentang energi yang sering disebut termodinamika,
yang secara spesifik membahas tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. energi dapat
berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa teknologi.
selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau
dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk lain
tanpa ada pengurangan atau penambahan. hal ini erat hubungannya dengan hukum – hukum
dasar pada termodinamika.
PEMBAHASAN

1. Teori Kinetik Gas Ideal


Dalam hal ini yang disebut gas ideal adalah gas yang memenuhi asumsi-asumsi sebagai
berikut :
1. Terdiri atas partikel dalam jumlah yang banyak dan tidak ada gaya tarik-menarik antar patikel.
2. Setiap partikel gas selalu bergerak dengan arah acak (sembarang).
3. Ukuran partikel diabaikan terhadap ukuran wadah.
4. Setiap tumbukan yang terjadi secara lenting sempurna.
5. Partikel-partikel gas terdistribusi merata pada seluruh ruang dalam wadah.
6. Gerak partikel gas memenuhi hukum newton tentang gerak.
7. Tidak ada energi yang hilang.
8. Ukuran lebih kecil dari jari – jari.
9. Masih berlaku hukum – hukum newton

Berdasarkan eksperimen persamaan keadaan gas yang telah dilakukan dengan mengubah
besaran tekanan, volum, dan suhu ternyata ada kesebandingan antara hasil kali tekanan dan
volum terhadap suhu yaitu sebagai berikut :

PV α T
Demikian juga dengan massa sistem gas setelah divariasi dengan tekanan, volum, dan suhu
terdapat kesebandingan yaitu sebagai berikut :

PV α MT

Untuk membuat persamaan diatas menjadi sempurna maka diperlukan suatu konstanta
pembanding yang nilainya sama untuk semua gas. Dari hasil eksperimen nilai konstanta
pembanding adalah berbeda untuk setiap gas jika kita menggunakan satuan massa tetapi
menggunakan mol. 1 mol didefinisikan sebagai jumlah zat yang ada pada 12 gram atom karbon-
12 yaitu sebanyak 6,02 x 1023 partikel. Bilangan 6,02 x 1023 disebut bilangan avogrado (No).
Dengan demikian mol zat dapat dinyatakan dalam jumlah partikel n seperti berikut :

n= atau N = n No

Dengan :
n = Jumlah zat (mol)
N = Banyaknya partikel (molekul)
No = Bilangan avogrado (6,02 x 1023)

Konstanta perbandingan universal, yang berlaku untuk semua gas adalah r (konstanta gas
universal) sehingga persamaan keadaan gas ideal dapat ditulis manjadi seperti berikut:
Pv=nrt
Dengan :
P = Tekanan gas (atm atau n/m2)
v = Volum gas (m3 atau liter)
n = Jumlah mol gas (mol)
r = Tetapan gas universal (8,31 j/mol k)
t = Suhu gas (k)

pv = r t
pv = n k t

Oleh karena n = maka persamaan keadaan gas ideal dapat dinyatakan dalam jumlah molekul.

Dengan k = = tetapan boltzman (1,38x10-23 j/k)

p = Tekanan gas (n/m2)


v = Volum gas (m3)
n = Jumlah molekul
t = Suhu gas (k)

Jika ditinjau dari sudut pandang mikroskopik, partikel-partikel zat saling memberikan gaya tarik
berasal dari sifat elektris maupun gravitasinya (hukum newton tentang gravitasi). Selain gaya
tarik antarpartikel juga terdapat gaya tolak antarpartikel yang berasal dari sifat elektris inti atom
yang bermuatan positif. Massa atom terpusat pada inti atom sehingga jika jarak atom terlalu
dekat maka akan terjadi gaya tolak yang cukup besar dari atom-atom tersebut. Dengan demikian,
terdapat jarak minimum yang harus dipertahankan oleh atom-atom tersebut agar tidak terjadi
gaya tolak.

Persamaan keadaan gas ideal


Persamaan gas ideal adalah suatu persamaan yang menyetakan hubungan antara tekanan,
volume, dan suhu suatu gas. berikut persamaan yang ditemukan dalam bentuk hukum fisika.

Hukum boyle

Hukum boyle yang berbunyi bila massa dan suhu suatu gas dijaga konstan maka volum gas akan
berbanding terbalik dengan tekanan mutlak, yang dikemukakan oleh robert boyle (1627-1691).
Pernyataan lain dari hukum boyle adalah bahwa hasil kali antara tekanan dan volum akan
bernilai konstan selama massa dan suhu gas dijaga konstan. Secara matematis dapat di tulis:
Pv=c

Keterangan:
p = Tekanan gas (n/ m2 atau pa)
v = Volum gas (m3)
c = Tetapan berdimensi usaha

Hukum Charles

Hukum charles berbunyi volum gas berbanding lurus dengan suhu mutlak, selama massa dan
tekanan gas dijaga konstan, dikemukakan oleh Jacques charles tahun 1787. Dengan demikian
volum dan suhu suatu gas pada tekanan konstan adalah berbanding lurus dan secara matematis
kesebandingan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

v = kt
Dengan, k adalah konstanta

Kemudian untuk gas dalam suatu wadah yang mengalami perubahan volum dan suhu dari
keadaan 1 ke keadaan 2 saat tekanan dan massa dijaga konstan, dapat dirumuskan berikut :

Dengan :
v1 = Volum gas mula-mula (m3)
v2 = Volum gas akhir (m3)
t1 = Suhu gas mula-mula (k)
t2 = Suhu gas akhir (k)

Hukum gay lussac

Pada volume konstan, tekanan gas berbanding lurus dengan suhu mutlak gas. Hubungan ini
dikenal dengan julukan hukum gay-lussac, dinyatakan oleh joseph gey lussac (1778-1850).
Untuk gas dalam suatu wadah yang mengalami pemanasan dengan volum dijaga tetap, pada
proses 1 dan 2 hukum gay-lussac dapat ditulis seperti berikut:
= c ===> v = tetap atau p = c.t

= ===> v = tetap
Dengan :
p1 = Tekanan mula-mula (atm)
p2 = Tekanan akhir (atm)
t1 = Suhu mutlak mula-mula (k)
t2 = Suhu akhir (k)

Hukum boyle-gay lussac

Suatu rumus turunan dari perkembangan dari hukum boyle dan gay lussac yaitu persamaan
keadaan gas yang lebih umum yang menghubungkan besaran tekanan, volum, dan suhu dalam
berbagai keadaaa, sehingga memperoleh persamaan berikut :
= c apabila dalam dua keadaan maka dapat ditulis dengan =
Keterangan :
p1 = Tekanan gas mula-mula (n/m2)
v1 = Volum gas mula-mula (m3)
t1 = Suhu mutlak gas mula-mula (k)
p2 = Tekanan gas akhir (n/m2)
v2 = Volum gas akhir (m3)
t2 = Suhu mutlak gas akhir (k)

2. Termodinamika

Pada termodinamika terdapat empat proses yaitu isobarik, isothermal, iskhorik, adiabatik.
Proses-proses tersebut digunakan di dalam hukum I termodinamika.

A. Proses isobarik (tekanan selalu konstan)

Dalam proses isobarik, tekanan sistem dijaga agar selalu konstan. karena yang konstan adalah
tekanan, maka perubahan energi dalam (delta u), kalor (q) dan kerja (w) pada proses isobarik
tidak ada yang bernilai nol. Dengan demikian, persamaan hukum pertama termodinamika tetap
utuh seperti semula :
Perubahan tekanan dan volume gas pada proses isobarik digambarkan melalui grafik di bawah :
Mula-mula volume sistem = v1 (volume kecil). Karena tekanan dijaga agar selalu konstan maka
setelah kalor ditambahkan pada sistem, sistem memuai dan melakukan kerja terhadap
lingkungan. Setelah melakukan kerja terhadap lingkungan, volume sistem berubah menjadi v 2
(volume sistem bertambah). Besarnya kerja (w) yang dilakukan sistem = luasan yang diarsir.

B. Proses isotermal (suhu selalu konstan)

Dalam proses isotermal, suhu sistem dijaga agar selalu konstan, suhu gas ideal berbanding lurus
dengan energi dalam gas ideal (u = 3/2 nrt). Karena t tidak berubah maka u juga tidak berubah.
Dengan demikian, jika diterapkan pada proses isotermal, persamaan hukum pertama
termodinamika akan berubah bentuk seperti ini :
Dari hasil ini, kita bisa menyimpulkan bahwa pada proses isotermal (suhu konstan), kalor (q)
yang ditambahkan pada sistem digunakan sistem untuk melakukan kerja (w).
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses isotermal digambarkan melalui grafik di
bawah :
Mula-mula volume sistem = v1 (volume kecil) dan tekanan sistem = p1 (tekanan besar). Agar
suhu sistem selalu konstan maka setelah kalor ditambahkan pada sistem, sistem memuai dan
melakukan kerja terhadap lingkungan. Setelah sistem melakukan kerja terhadap lingkungan,
volume sistem bertambah) dan tekanan sistem berubah menjadi p 2 (tekanan sistem berkurang).
Bentuk grafik melengkung karena tekanan sistem tidak berubah secara teratur selama proses.
Besarnya kerja yang dilakukan sistem = luasan yang diarsir.

C. Proses isokorik (volume selalu konstan)

Dalam proses isokorik, volume sistem dijaga agar selalu konstan. Maka sistem tidak bisa
melakukan kerja pada lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan tidak bisa melakukan
kerja pada sistem.
Jika diterapkan pada proses isokorik, persamaan hukum pertama termodinamika akan berubah
bentuk seperti ini :

Dari hasil ini, kita bisa menyimpulkan bahwa pada proses isokorik (volume konstan), kalor (q)
yang ditambahkan pada sistem digunakan untuk menaikkan energi dalam sistem.
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses isokorik digambarkan melalui grafik di
bawah :
Mula-mula tekanan sistem = p1 (tekanan kecil). Adanya tambahan kalor pada sistem
menyebabkan energi dalam sistem bertambah. Karena energi dalam sistem bertambah maka suhu
sistem (gas ideal) meningkat (u = 3/2 nrt). Suhu berbanding lurus dengan tekanan. Karenanya,
jika suhu sistem meningkat, maka tekanan sistem bertambah (p 2). Karena volume sistem selalu
konstan maka tidak ada kerja yang dilakukan (tidak ada luasan yang diarsir).

D. Proses adiabatik

Dalam proses adiabatik, tidak ada kalor yang ditambahkan pada sistem atau meninggalkan
sistem (q = 0). Proses adiabatik bisa terjadi pada sistem tertutup yang terisolasi dengan baik.
Untuk sistem tertutup yang terisolasi dengan baik, biasanya tidak ada kalor yang dengan
seenaknya mengalir ke dalam sistem atau meninggalkan sistem. Proses adiabatik juga bisa terjadi
pada sistem tertutup yang tidak terisolasi. Untuk kasus ini, proses harus dilakukan dengan sangat
cepat sehingga kalor tidak sempat mengalir menuju sistem atau meninggalkan sistem.
Jika diterapkan pada proses adiabatik, persamaan hukum pertama termodinamika akan berubah
bentuk seperti ini :
Apabila sistem ditekan dengan cepat (kerja dilakukan terhadap sistem), maka kerja bernilai
negatif. Karena w negatif, maka u bernilai positif (energi dalam sistem bertambah). Sebaliknya
jika sistem berekspansi atau memuai dengan cepat (sistem melakukan kerja), maka w bernilai
positif. Karena w positif, maka u bernilai negatif (energi dalam sistem berkurang).
Energi dalam sistem (gas ideal) berbanding lurus dengan suhu (u = 3/2 nrt), karenanya jika
energi dalam sistem bertambah maka sistem juga bertambah. Sebaliknya, jika energi dalam
sistem berkurang maka suhu sistem berkurang.
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses adiabatik digambarkan melalui grafik di
bawah :
Kurva adiabatik pada grafik ini lebih curam daripada kurva isotermal (kurva 1-3). Perbedaan
kecuraman ini menunjukkan bahwa untuk kenaikan volume yang sama, tekanan sistem
berkurang lebih banyak pada proses adiabatik dibandingkan dengan proses isotermal. Tekanan
sistem berkurang lebih banyak pada proses adiabatik karena ketika terjadi pemuaian adiabatik,
suhu sistem juga berkurang. Suhu berbanding lurus dengan tekanan, karenanya apabila suhu
sistem berkurang, maka tekanan sistem juga berkurang. Sebaliknya pada proses isotermal, suhu
sistem selalu konstan. Dengan demikian pada proses isotermal suhu tidak ikut mempengaruhi
penurunan tekanan.
KESIMPULAN

Pada kinetik gas terdapat beberapa hukum yaitu :


 Hukum Boyle
 Hukum Charles
 Hukum Gay lussac
 Hukum Boyle – Gay lussac
Pada termodinamika terdapat empat proses yaitu:
 Isobaric
 Isothermal
 Isokhorik
 Adiabatik
DAFTAR PUSTAKA

Hilman, setiawan. 2007. fisika untuk sma dan ma kelas xi. piranti darma kalokatama: Jakarta.
http://www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai