Anda di halaman 1dari 7

Nama:Eva Septiani

Kelas:Xl MIPA 3

Mapel:Fisika

Guru pembimbing: Ella Rodya Sp.d

TEORI KINETIK GAS

A.Konsep Gas Ideal

Anda telah mengetahui bahwa gas terdiri atas partikel-partikel yang bergerak.
Partikel-partikel gas yang bergerak ini dapat menghasilkan energi. Teori yang
menggunakan tinjauan tentang gerak dan energi partikel-partikel gas untuk
menyelidiki sifat-sifat gas secara keseluruhan sebagai hasil rata- rata kelakuan
partikel-partikel gas tersebut disebut teori kinetik gas.

Pada pembahasan teori kinetik gas ini, gas yang ditinjau adalah gas ideal.Apakah
yang dimaksud dengan gas ideal? Gas ideal adalah gas yang memenuhi asumsi-
asumsi berikut.

1. Gas ideal terdiri atas partikel-partikel (atom-atom atau molekul-molekul) yang


jumlahnya sangat banyak dan gaya-gaya interaksi di antara partikel- partikel
tersebut diabaikan, kecuali pada saat tumbukan.

2. Partikel-partikel gas bergerak dalam lintasan lurus dengan kelajuan tetap dan
arah geraknya acak (sembarang).

3. Ukuran partikel gas dapat diabaikan terhadap ukuran ruangan atau wadah yang
ditempatinya.

4. Setiap tumbukan yang terjadi, baik antara partikel-partikel gas maupun antara
partikel dengan dinding wadahnya merupakan tumbukan lenting sempurna
sehingga tidak ada energi yang hilang (energi kinetik dan momentum partikel
konstan).

5. Partikel gas terdistribusi merata dalam seluruh ruangan. 6. Untuk semua


partikel gas, berlaku Hukum Newton tentang gerak.
B.Persamaan Keadaan Gas Ideal

1. Hukum-Hukum yang Mendasari Persamaan Keadaan Gas Ideal

Teori kinetik gas memberikan jembatan antara tinjauan gas secara mikroskopis
dan makroskopis. Hukum-Hukum gas seperti Hukum Boyle, Charles, dan Gay
Lussac, menunjukkan hubungan antara besaran-besaran makroskopis dari
berbagai macam proses serta perumusannya. Kata kinetik berasal dari adanya
anggapan bahwa molekul-molekul gas selalu bergerak. Berikut ini uraian tentang
Hukum-Hukum gas yang nantinya menjadi dasar perumusan persamaan keadaan
gas ideal.

Hukum Boyle dikemukakan oleh fisikawan Inggris yang bernama Robert Boyle.
Hukum Boyle berkaitan dengan proses gas yang terjadi pada suhu tetap (proses
isotermik).Hukum Boyle menyatakan bahwa jika suhu gas yang berada dalam
bejana tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas berbanding terbalik
dengan volumenya. Secara matematis, Hukum Boyle dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut.

Dengan:

P¹ = tekanan gas pada keadaan 1 (N/m²)

P² = tekanan gas pada keadaan 2 (N/m²)

V₁ = volume gas pada keadaan 1 (m³)

V² = volume gas pada keadaan 2 (m³)

Hukum gas yang kedua adalah Hukum Charles. Hukum Charles dikemuka oleh
fisikawan Prancis bernama Jacques Charles. Hukum ini berkaitan deng proses gas
yang terjadi pada tekanan tetap (isobarik). Hukum Char menyatakan bahwa jika
tekanan gas yang berada dalam bejana tem dipertahankan konstan, maka volume
gas sebanding dengan suhu mutlo.
Dengan:

V¹ = volume gas pada keadaan 1 (m')

V² = volume gas pada keadaan 2 (m³)

T¹ = suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)

T₂ = suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)

Bagaimanakah representasi grafik volume (-suhu (7) berdasarkan Hukum Charles


tersebut? Jika hubungan antara volume dan suhu pada Hukum Charles dilukiskan
dalam grafik, maka hasilnya tampak.

Hukum gas yang ketiga adalah Hukum Gay Lussac. Hukum Gay Lussac
dikemukakan oleh kimiawan Prancis bernama Joseph Gay Lussac. Hukum Gay
Lussac berkaitan dengan proses gas pada volume tetap (isokhorik). Hukum Gay
Lussac menyatakan bahwa jika volume gas yang berada dalam bejana tertutup
dipertahankan konstan, maka tekanan gas sebanding dengan suhu mutlaknya.
Secara matematis, Hukum Gay Lussac dapat dinyatakan sebagai berikut.

Dengan:

T¹= suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)

T²= suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)

P¹= tekanan gas pada keadaan 1 (N/m²)

P²= tekanan gas pada keadaan 2 (N/m²)

Bagaimana grafik tekanan (P)-suhu (7) berdasarkan Hukum Gay Lussac tersebut?
Jika hubungan antara tekanan dan suhu gas pada Hukum Gay Lussac dilukiskan
dalam grafik, maka hasilnya tampak .
Jika persamaan Hukum Boyle, Hukum Charles, dan Hukum Gay Lussac
digabungkan, maka diperoleh persamaan.

Persamaan di atas disebut Hukum Boyle-Gay Lussac. Anda telah mempelajari


hukum-hukum tentang gas, yaitu Hukum Boyle, Charles, dan Gay Lussac. Namun,
dalam setiap penyelesaian soal biasanya menggunakan Hukum Boyle-Gay Lussac.
Hal tersebut disebabkan hukum ini merupakan gabungan setiap kondisi yang
berlaku pada ketiga hukum sebelumnya.

2. Konsep Dasar Mol

Dalam mempelajari persamaan gas ideal dan teori kinetik gas, Anda akan
menggunakan beberapa besaran molar sehingga Anda perlu memahami konsep
dasar mol. Dalam hal ini, satu mol gas adalah banyaknya gas yang mengandung
sebanyak N partikel (molekul) gas tersebut. Secara matematis, jumlah mol gas
dapat ditentukan dengan persamaan:

dengan:

n = jumlah mol zat (gas)

m= massa total zat (gas)

M = massa molekul zat (gas)

N = jumlah molekul zat (gas)

NA= bilangan Avogadro 6,02 × 1023 molekul/mol

Karena gas terdiri atas sejumlah molekul, maka Anda perlu mendefinisikan
massa satu molekul gas. Massa molekul gas ini dapat ditentukan dengan
persamaan:

m⁰=massa satu molekul zat (gas)

3. Persamaan Keadaan Gas Ideal


Coba Anda kembali menyimak persamaan Hukum Boyle-Gay Lussac Dapatkah
Anda menentukan nilai konstan pada persamaan tersebut? Pada dasarnya, nilai
konstan pada persamaan Hukum Boyle-Gay Lussac berkaitan dengan jumlah
partikel gas (N) dan sebuah konstanta (k), yang dapat dinyatakan. sebagai berikut.

Berdasarkan konsep mol, jumlah partikel gas (N) sama dengan hasil kali jumlah
mol gas (n) dengan bilangan Avogadro (N). Sementara itu, k adalah konstanta
Boltzmann yang nilainya sama dengan hasil bagi antara tetapan gas (R) dengan
bilangan Avogadro ( N perp ) sehingga persamaan Hukum Boyle-Gay Lussac juga
dapat dinyatakan sebagai berikut.

Dengan:

n = jumlah mol gas (mol).

N=jumlah molekul gas

R = tetapan gas (8.314 J/kmol K = 8.314 J/mol K = 82Latm / m * olK )

k=tetapan Boltzmann (1,38 x 10-23 J/K)

1. Tekanan Gas Ideal

Ketika suatu gas ideal berada dalas su tertutup, maka gas tersebut akan
melakukan tekan pada dinding karena partikel-partikel gas tersebut senantiasa
bergerak dan bertumb ngan dinding ruangan.

Misalkan panjang rusuk ruangan adalah / massa partiza kecepatan partikel gas
dalam arah sumbu-X, sumbu dan sumbu 7 v, dan v luas bidang yang ditekan oleh
partikel-perikel zasadala tekan pada dinding adalah F. dan tekanan terhadap
dinding adalah Pr arah gerak partikel dalam arah sumbu-X Perhatikan Gambar 67.

Berdasarkan Gambar 6.7, waktu yang dibutuhkan partikel unde


numbuk dinding (B) dan kembali lagi ke awal (A) dapat dinyatakan nge persamaan
berikut

Delta*I = (2L)/v_{1}

Setiap kali terjadi tumbukan antara partikel gas dengan dinding rus

partikel gas tersebut akan mengalami perubahan momentum. By

perubahan momentum ini dapat ditentukan dengan persamaan berikut

Delta(m_{y}*v_{s}) = |- m_{b} * v_{s} - (m_{b}*v_{s})| = 2m_{y}*v_{s}

Perubahan momentum mengindikasikan bahwa terdapat imp yang dialami oleh


partikel gas. Karena interaksi hanya terjadi an partikel gas dengan dinding ruang,
maka impuls tersebut juge boy pada permukaan dinding ruang dengan besar yang
sama seperti y dialami partikel, tetapi arahnya berlawanan. Dalam hal ini, besa
impuls tersebut sama dengan perubahan momentum partikel ya l_{2} = F*Delta*t
= 2m_{a}*v sehingga besarnya gaya impuls yang terjadi ketika pad

F c = 2m_{v}*v_{v} triangle t

gas menumbuk dinding ruang adalah Adanya gaya m


ini menyebabkan terjadinya tekanan pada dinding ruang, Karena te (P) = F/A
dengan F-besar gaya impuls dan f - LL = L ^ 2 luas permut

dinding, maka tekanan yang diberikan oleh satu partikel gas yang menun dinding
ruang dalam arah sumbu-X dapat ditentukan sebagai berikut

P tu = F s A = ( 2m 0 v s Delta t ) L^ 2 = 2m b v s L^ 2 Delta t = 2m b v s (L^ 1 )( 2L v


s )= m b v j ^ 2 L

Berdasarkan Gambar 6.6, nilai sama dengan volume ruang (Vin besarnya tekanan
yang diberikan oleh satu partikel gas ketika me dinding dalam arah sumbu-X
dapat ditentukan sebagai berikut

Anda mungkin juga menyukai