Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gas terbentuk dari bagian-bagian sangat kecil yang disebut molekul.
Gas memiliki molekul yang sama dengan zat padat dan cair. Akan tetapi
molekulnya lebih bebas bergerak . Jika didasarkan teori kinetik gas, gas sendiri
terbentuk oleh molekul – molekul gas yang bergerak secara acak dengan arah
gerak yang lebih konstan. Molekul gas sendiri bergerak dengan kecepatan yang
sangat tinggi dan saling bertubrukan dengan molekul – molekul yang lainnya
serta bertabrakan dengan dinding secara terus – menerus.
Peristiwa meletusnya balon karet merupakan salah satu contoh
penerapan teori kinetik gas. Balon bisa meletus karena dua hal yaitu adanya
kenaikan suhu dan tekanan gas balon. Apabila kita letakkan dibawah sinar
matahri dalam waktu yang cukup lama maka balon akan meletus. Hal ini
disebabkan oleh suatu gas dalam balon juga meningkat. Hal yang sama juga
terjadi apabila kita memompa balon terus menerus. Gas akan menekan dinding
balon terus menerus seiring dengan kenaikan tekanannya, sehingga volume
balon terus meningkat. Pada saat dinding balon tidak dapat lagi menahan
tekanan gas, balon akan meletus. Peristiwa meletusnya balon tersebut terkait
dengan hubungan tekanan, suhu dan volume gas, jika terjadi perubahan pada
salah satunya akan mengakibatkan perubahan pada yang lain.
Contoh lainnya adalah ketika memasukkan kopi hangat di dalam botol
lalu menutupnya segera maka lama kelamaan suhu akan turun dan
menyesuaikan dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Turunnya suhu
membuat tekanan di dalam botol menjadi turun, hal inilah yang membuat botol
kopi menjadi kempes seperti tersedot.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik megambil judul
eksperimen tentang Teori Kinetik Gas untuk memahami hubungan antara
tekanan dengan gerak partikel dan jumlah partikel.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara volume dengan jumlah partikel dalm teori
kinetik gas ?

C. Tujuan Eksperimen
1. Untuk mengethaui hubungan antara volume dengan jumlah partikel dalm
teori kinetik gas

D. Manfaat Eksperimen
1. Agar dapat memahami konsep dasar dari teori kinetik gas
2. Agar dapat mengetahaui hubungan antara volume dengan jumlah partikel
dalm teori kinetik gas
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
Sifat mekanika gas yang tersusun atas sejumlah besar atom-atom atau
molekul-molekul penyusunnya dijelaskan dalam teori kinetik gas. Dalam
menjelaskan perilaku gas dalam keadaan tertentu, teori kinetik gas menggunakan
beberapa pendekatan dan asumsi mengenai sifat-sifat gas yang disebut gas ideal.
Sifat-sifat gas ideal dinyatakan sebagai berikut.
1. Jumlah partikel gas sangat banyak, tetapi tidak ada gaya tarik menarik
(interaksi) antarpartikel.
2. Setiap partikel gas selalu bergerak dengan arah sembarang atau acak.
3. Ukuran partikel gas dapat diabaikan terhadap ukuran ruangan tempat gas
berada.
4. Setiap tumbukan yang terjadi antarpartikel gas dan antara partikel gas dan
dinding bersifat lenting sempurna.
5. Partikel gas terdistribusi merata di dalam ruangan.
6. Berlaku Hukum Newton tentang gerak.
Pada kenyataannya, tidak ditemukan gas yang memenuhi kriteria gas ideal.
Akan tetapi, sifat itu dapat didekati oleh gas pada temperatur tinggi dan tekanan
rendah. Andaikan kita memiliki satu tangki gas sembarang, kemudian tekanan
dalam tangki kita sebut P, volume tangki adalah V, dan suhu dalam tangki adalah
T. Kita bisa mengatur atau mengubah tekanan, suhu maupun volumenya. Ternyata
antara P,V dan T saling memiliki kaitan tertentu. Persamaan yang meghubungkan
antara P, V dan T dinamakan sebagai persamaan keadaan gas. Kita akan meninjau
persamaan keadaan untuk gas ideal. Bila tekanan dalam tangki kita ubah dan
suhunya kita jaga agar tidak berubah atau suhunya konstan, ternyata volumenya
ikut berubah. Jika kita memperbesar tekanan maka volumenya berkurang. Apabila
kita memperbesar volume
tangki ternyata tekanan akan mengecil. Jadi tekanan berubah berbanding terbalik
dengan volumenya. Robert Boyle menemukan secara eksperimen bahwa:

PV = konstan pada temperatur konstan .... 2.1


Teori kinetik gas memberikan jembatan antara tinjauan gas secara
mikroskopik dan makrokospik. Hukum-hukum gas seperti hukum Boyle, Charles,
dan Gay Lussac, menunjukkan hubungan antara besaran-besaran makrokospik dari
berbagai macam proses serta perumusannya. Kata kinetic berasal dari adanya
anggapan bahwa molekul-molekul gas selalu bergerak. Hukum Boyle dikemukakan
oleh fisikawan Inggris yang bernama Robert Boyle. Hasil percobaan Boyle
menyatakan bahwa apabila suhu gas yang berada dalam bejana tertutup
dipertahankan konstan, maka tekanan gas berbanding terbalik dengan volumenya.
Untuk gas yang berada dalam dua keadaan keseimbangan yang berbeda pada suhu
konstan, diperoleh persamaan sebagai berikut.
𝑝1 𝑉1 = 𝑝2 𝑉2 ..........2.2
Keterangan:
P1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
P2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)
V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)
V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)

Hukum Charles dikemukakan oleh fisikawan Prancis bernama Jacques


Charles. Charles menyatakan bahwa jika tekanan gas yang berada dalam bejana
tertutup dipertahankan konstan, maka volume gas sebanding dengan suhu
mutlaknya. Untuk gas yang berada dalam dua keadaan seimbang yang berbeda pada
tekanan konstan, diperoleh persamaansebagai berikut.
𝑉1 𝑉2
= ......... 2.3
𝑇1 𝑇2
Keterangan:
V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)
V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)
T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)
Hukum Gay Lussac dikemukakan oleh kimiawan Perancis bernama Joseph
Gay Iussac. Gay Lussac menyatakan bahwa jika volume gas yang berada dalam
bejana tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas sebanding dengan suhu
mutlaknya. Untuk gas yang berada dalam dua keadaan seimbang yang berbeda pada
volume konstan, diperoleh persamaan sebagai berikut.
𝑃1 𝑃2
= ......... 2.4
𝑇1 𝑇2
Keterangan:
T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)
P1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
P2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)

Gambar 2.1 Pada tekanan 1 atm, (a) gas


bervolume 4 m3 memiliki temperatur 300 K,
sedangkan (b) gas bervolume 3 m3 a b memiliki
temperatur 225 K.

Apabila hukum Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay Lussac


digabungkan, maka diperoleh persamaan sebagai berikut.
𝑉1 𝑃1 𝑉2 𝑃2
= ............ 2.5
𝑇1 𝑇2
Persamaan di atas disebut hukum Boyle-Gay Lussac. Anda telah
mempelajari hukum-hukum tentang gas, yaitu hukum Boyle, Charles, dan Gay
Lussac. Namun, dalam setiap penyelesaian soal biasanya menggunakan hukum
Boyle-Gay Lussac. Hal ini disebabkan hukum ini merupakan gabungan setiap
kondisi yang berlaku pada ketiga hukum sebelumnya.
Oleh karena setiap proses yang dilakukan pada gas berada dalam ruang
tertutup, jumlah molekul gas yang terdapat di dalam ruang tersebut dapat ditentukan
sebagai jumlah mol gas (n) yang jumlahnya selalu tetap. Anda tentu sudah
mengetahui bahwa mol adalah suatu besaran yang digunakan untuk menyatakan
massa suatu zat dalam gram yang besarnya sama dengan jumlah molekul zat
tersebut. Dengan demikian, persamaan keadaan gas ideal dapat dituliskan menjadi
𝑃𝑉
= 𝑛𝑅 ............. 2.6
𝑇

Atau
𝑝𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
Dengan:
n = jumlah mol gas,
R = tetapan umum gas = 8,31 × 103 J/kmolK (SI) = 8,31 J/molK,
p = tekanan (N/m2),
V = volume (m3), dan
T = temperatur (K).
Dari definisi mol zat yang menyatakan bahwa:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙
𝑚
Atau 𝑛 = 𝑀𝑟, Persamaan (2.6) dapat dituliskan menjadi
𝑚
𝑝𝑉 = (𝑀𝑟) 𝑅𝑇 ............. 2.7

Anda telah mempelajari bahwa massa jenis suatu zat adalah perbandingan
antara massa dengan volume zat tersebut. Oleh karena itu, dari Persamaan (2.7)
dapat diperoleh persamaan massa jenis gas
𝑚 𝑝𝑀𝑟
𝜌= = ............ 2.8
𝑉 𝑅𝑇

Menurut prinsip Avogadro, satu mol gas mengandung jumlah molekul gas
yang sama. Jumlah molekul gas ini dinyatakan dengan bilangan Avogadro (NA)
yang besarnya sama dengan 6,02 × 1023 molekul/mol. Dengan demikian,
Persamaan (2.8) dapat dinyatakan menjadi
𝑁
𝑝𝑉 = (𝑁 ) 𝑅𝑇 ............ 2.9
𝐴

Atau
𝑅
𝑝𝑉 = 𝑁 (𝑁 ) 𝑇
𝐴

dengan:
N = Banyak partikel gas, dan
NA = Bilangan avogadro = 6,02 × 1023 molekul/mol = 6,02 × 1026
molekul/kmol.
Oleh karena nilai pada Persamaan (8–13) merupakan suatu nilai tetapan
yang disebut konstanta Boltzmann, k, di mana k = 1,38 × 10–23 J/K maka
persamaan keadaan gas ideal dapat juga dituliskan menjadi persamaan berikut:
𝑝𝑉 = 𝑁𝑘𝑇 .......... 2.10

B. Hipotesis
jumlah partikel gas (n) berbanding lurus terhadap volume (V). Hal ini sesuai dengan
teori jika kita hitung dengan menggunakan persamaan 𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
BAB III
METODE EKSPERIMEN

A. Alat dan Bahan


1. Beban : 3 buah
2. Pipa transparan / Silinder : 1 buah
3. Peluru Plastik / Manik-manik : 20 Butir
4. Tripleks : 1 buah
5. Piston : 2 buah
6. Tali : 1 meter
7. Balok : 2 buah
8. Penggaris : 1 buah
9. Spidol : 1 buah

B. Fungsi Alat dan Bahan


1. Beban berfungsi sebagai penahan piston agar tidak mudah bergerak
2. Pipa transparan / Silinder berfungsi sebagai tempat partikel atau ruang
tertutup.
3. Peluru Plastik / Manik-manik berfungsi sebagai partikel gas
4. Tripleks berfungsi sebagai katrol / roda penggerak yang membuat piston
bergerak naik turun
5. Piston berfungsi sebagai penggerak partikel / peluru plastik dalam silinder
6. Tali berfungsi sebagai penghubung antara roda penggerak dengan piston
7. Balok berfungsi sebagai penyangga roda penggerak dan silinder
8. Penggaris berfungsi mengukur perubahan ketinggian piston
9. Spidol berfungsi sebagai penanda pada silinder untuk mengetahui
perubahan ketinggian piston.

C. Prosedur Kerja
Kegiatan 1
Prosedur pembuatan Alat
1. Siapkan alat dan bahan
2. Potong balok dengan ukuran sekitar 70 cm dan 50 cm
3. Membuat katrol atau roda dari tripleks
4. Potong pipa transparan / silinder sekitar 30 cm dan gabungkan ke piston.
5. Rangkai semua alat seperti pada gambar.

Gambar 3.1 Model Teori Kinetik Gas


Kegiatan 2
Prosedur Penggunaan Alat
1. Menyusun alat eksperimen
2. Memasukan 10 peluru / manik-manik ke dalam model teori kinetik gas.
Peluru/ manik-manik ini diumpamakan sebagai partikel yang bergerak
disuatu ruang tertutup.
3. Kemudian memutar roda penggerak, mengamati volume dan mencatat
perubahannya ketika peluru/ manik-manik ditambah menjadi 15 dan 20 butir
.
4. Menandai perubahan ketinggian yang dicapai akibat getaran peluru/ manik-
manik dalam model teori kinetik gas menggunakan spidol dan mengukurnya
dengan penggaris.
5. Mengulang cara di atas sebanyak tiga kali ketika menambahkan peluru/
manik-manik dalam model teori kinetik gas. Lalu mencatat hasil
pengamatan.
D. Identifikasi Variabel
1. Variabel manipulasi : Jumlah Partikel
2. Variabel respon : Ketinggian Piston atas (cm)
3. Variabel kontrol : Kecepatan piston bawah

E. Definisi Operasioal Variabel


1. Variabel manipulasi
Jumlah partikel adalah peluru plastik / manik-manik yang terletak dalam
silinder / ruang tertutup yaitu 10 buah, 15 buah, 20 buah.
2. Variabel respon
Ketinggian Piston adalah jarak yang diperoleh ketika partikel / manik-manik
dalam silinder menumbuk piston yang dinyatakan dalam satuan centimeter
(cm).
3. Variabel kontrol
Kecepatan piston bawah adalah cepat perputaran roda penggerak yang
terhubung dengan piston bawah yang berada dalam silinder / ruang tertutup.

F. Teknik Analisis Data


1. Tabel Hasil Pengamatan
Perubahan
Jumlah Peluru
No. Percobaan ke- Kedudukan Piston
(butir)
(cm)

1. 10 2

2. 15 2

3. 20 1
2

2. Percobaan ini untuk membuktikan teori tentang jumlah partikel (n)


sebanding dengan volume (V)

Hubungan antara Volume (V) dengan


Jumlah Partikel (n)
Perubahan kedudukan

6
5
Piston (V)

4
3
2
1
0
0 2 4 6
Jumlah Partikel (n)

Pada grafik diperoleh, jumlah partikel gas (n) berbanding lurus terhadap
volume (V). Hal ini sesuai dengan teori jika kita hitung dengan
menggunakan persamaan 𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇,
Persamaan ini menyatakan bahwa hubungan antara jumlah partikel gas
dengan volume gas. Secara matematik hokum ini dituliskan:
𝑛~𝑉
DAFTAR PUSTAKA

Luthfiyatul, lulu. 2014. Laporan Fisika : Teori Kinetik Gas. Diakses Pada Ahad,
27 Oktober 2019. http://luthfiyatul.blogspot.co.id/2014/10/laporan-fisika-
teori-kinetik-gas. html.

Saripuddin, dkk. 2009. Fisika 2: untuk Kelas XI Seklah Menengah Atas / Madrasah
Aliyah Program Ilmu Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional

Setya Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta :
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Suharyanto, dkk. 2009. Fisika : untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai