Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

DASAR-DASAR THERMODINAMIKA DALAM REFRIGERASI DAN


PENGKONDISIAN UDARA

2.1. Pendahuluan
Refrigerasi pada dasarnya merupakan proses penyerapan panas dari suatu
lokasi tertentu dan melapaskannya ke tempat lain. Proses penyerapan panas ini dalam
refrigerasi selalu menggunakan fluida kerja yang disebut dengan refrigeran. Dalam
penggunaannya secara luas refrigeran dapat berfase gas dan cair, sehingga untuk
menentukan sifat-sifatnya tidaklah mudah. Agar dapat mengetahui berbagai sifat
serta tingkat keadaan refrigeran yang digunakan dalam refrigerasi maka dibutuhkan
tabel dan diagram-diagram sifat thermodinamika refrigeran. Sebelum mempelajari
refrigerasi, maka sebaiknya diketahui dahulu beberapa konsep dasar thermodinamika
berupa; konsep gas ideal dan uap air, sifat dan tingkat keadaan, panas jenis, tekanan,
temperatur, panas dan mekanisme perpindahan panas.

2.2. Gas Ideal dan Uap Air


Gas merupakan satu dari tiga wujud zat yang kita kenal yaknik: zat padat, cair
dan gas. Sifat fisik gas bergantung pada struktur molekul gasnya dan sifat kimia gas
juga bergantung pada strukturnya. Perilaku gas yang ada sebagai molekul tunggal
adalah contoh yang baik kebergantungan sifat makroskopik pada struktur
mikroskopik.

a. Sifat gas
Sifat-sifat gas adalah sebagai berikut.
1) Gas bersifat transparan.
2) Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.
3) Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
4) Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak
diwadahi, volume gas akan menjadi tak hingga besarnya, dan tekanannya akan
menjadi tak hingga kecilnya.
5) Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar.
6) Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.

1
7) Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas akan
mengembang.
8) Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan mengkerut.

Dari berbagai sifat di atas, yang paling penting adalah tekanan gas. Misalkan
suatu cairan memenuhi wadah. Bila cairan didinginkan dan volumenya berkurang,
cairan itu tidak akan memenuhi wadah lagi. Namun, gas selalu akan memenuhi ruang
tidak peduli berapapun suhunya. Yang akan berubah adalah tekanannya.

Tiga hukum Gas


Hukum Boyle: V = a/P (pada T, n tetap)
Hukum Charles: V = b.T (pada P, n tetap)
Hukum Avogadro: V = c.n (pada T, P tetap)
Esensi ketiga hukum gas di atas dirangkumkan di bawah ini. Menurut tiga
hukum ini, hubungan antara temperatur T, tekanan P dan volume V sejumlah n mol
gas dengan terlihat. Jadi, V sebanding dengan T dan n, dan berbanding terbalik pada
P. Hubungan ini dapat digabungkan menjadi satu persamaan:

V = RTn/P (2.1)
atau
PV = nRT (2.2)

R adalah tetapan baru. Persamaan di atas disebut dengan persamaan keadaan gas
ideal atau lebih sederhana persamaan gas ideal. Nilai R bila n = 1 disebut dengan
konstanta gas, yang merupakan satu dari konstanta fundamental fisika. Nilai R
beragam bergantung pada satuan yang digunakan. Dalam sistem metrik, R = 8,2056
x10–2 dm3 atm mol-1 K-1. Kini, nilai R = 8,3145 J mol-1 K-1 lebih sering digunakan.
Soal 1. Persamaan gas ideal
Sampel metana bermassa 0,06 g memiliki volume 950 cm3 pada temperatur 25°C.
Tentukan tekanan gas dalam Pa atau atm).

Jawab:
Karena massa molekul CH4 adalah 16,04, jumlah zat n diberikan sebagai n = 0,60
g/16,04 g mol-1 = 3,74 x 10-2 mol. Maka, P = nRT/V = (3,74 x10-2 mol)(8,314 J mol-1

2
K-1) (298 K)/ 950 x 10-6 m3)= 9,75 x 104 J m-3 = 9,75 x 104 N m-2= 9,75 x 104 Pa =
0,962 atm
Dengan bantuan tetapan gas, massa molekul relatif gas dapat dengan mudah
ditentukan bila massa w, volume V dan tekanan P diketahui nilainya. Bila massa
molar gas adalah M (g mol-1), akan diperoleh persamaan (6.6) karena n = w/M.

PV = wRT/M (2.3)
maka
M = wRT/PV (2.4)

b. Volume dan tekanan


Menurut penelitian Torricelli dan saintis Perancis Blase Pascal (1623-1662)
menyatakan bahwa volume suatu gas akan berubah bila tekanannya berubah.
Sedangkan Robert J. Boyle mengamati bahwa gas pada tekanan di bawah 1 atm
tekanan gas akan berbanding terbalik dari volumenya. Robert J. Boyle mengusulkan
sebuah persamaan untuk menggambarkan hubungan antara volume (V) dan tekanan
(P) gas. Hubungan ini disebut dengan hukum Boyle.

PV = k (suatu konstanta) (2.5)

Hubungan tekanan dan volume secara grafis dari percobaan Robert J. Boyle
dapat dilihat pada gambar 2.1. Bila P diplot sebagai kordinat dan V sebagai absis,
didapatkan hiperbola (Gambar 1.(a)). Kedua bila V diplot terhadap 1/P, akan
didapatkan garis lurus (Gambar 1.(b)).

(a) Plot hasil percobaan; tekanan vs. volume

3
Gambar 2.1. Grafis hasil percobaan Boyle terhadap gas ideal

c. Volume dan temperatur


Setelah lebih dari satu abad penemuan R. Boyle ilmuwan mulai tertarik pada
hubungan antara volume dan temperatur gas. Mungkin karena balon termal menjadi
topik pembicaraan di kota-kota waktu itu. Kimiawan Perancis Jacques Alexandre
César Charles (1746-1823), seorang navigator balon yang terkenal pada waktu itu,
mengenali bahwa, pada tekanan tetap, volume gas akan meningkat bila
temperaturnya dinaikkan. Hubungan ini disebut dengan hukum Charles, walaupun
datanya sebenarnya tidak kuantitatif. Gay-Lussac lah yang kemudian memplotkan
volume gas terhadap temperatur dan mendapatkan garis lurus (Gambar 2.2). Karena
alasan ini hukum Charles sering dinamakan hukum Gay-Lussac. Baik hukum
Charles dan hukum Gay-Lussac kira-kira diikuti oleh semua gas selama tidak terjadi
pengembunan.

Gambar 2.2. Hubungan volume terhadap temperatur pada berbagai jenis gas (hasil
percobaan Gay-Lussac)

Pembahasan menarik dapat dilakukan dengan hukum Charles. Dengan


mengekstrapolasikan plot volume gas terhadap temperatur, volumes menjadi nol
pada temperatur tertentu. Menarik bahwa temperatur saat volumenya menjadi nol
sekiatar -273°C (nilai tepatnya adalah -273.2 °C) untuk semua gas. Ini
mengindikasikan bahwa pada tekanan tetap, dua garis lurus yang didapatkan dari
pengeplotan volume V1 dan V2 dua gas 1 dan 2 terhadap temperatur akan
berpotongan di V = 0.

4
Fisikawan Inggris Lord Kelvin (William Thomson (1824-1907)) megusulkan
pada temperatur ini temperatur molekul gas menjadi setara dengan molekul tanpa
gerakan dan dengan demikian volumenya menjadi dapat diabaikan dibandingkan
dengan volumenya pada temperatur kamar, dan ia mengusulkan skala temperatur
baru, skala temperatur Kelvin, yang didefinisikan dengan persamaan berikut.

273,2 + °C = K (2.6)
Kini temperatur Kelvin K disebut dengan temperatur absolut, dan 0 K disebut
dengan titik nol absolut. Dengan menggunakan skala temperatur absolut, hukum
Charles dapat diungkapkan dengan persamaan sederhana

V = bT (K) (2.7)

dengan b adalah konstanta yang tidak bergantung jenis gas.

d. Uap Air
Uap air adalah gas yang terjadi dari proses pemanasan air (H2O) menjadi uap
air terpisahnya Hidrogen (H) dan Oksigen (O) pada ikatan molekul air, uap air
mempunyai potensi kekuatan yang luar biasa yang bisa digunakan untuk
menggerakkan turbin listrik PLTU, kereta uap, atau mesin uap. Uap air di alam bisa
berupa awan atau kabut. Uap air yang terjadi secara alami disebabkan oleh
pemanasan Matahari dan oleh panas Bumi contoh pemanasan oleh Matahari dikenal
pemanasan di lautan luas merupakan permukaan air yang sangat besar dan
penguapannya banyak sekali sehingga bisa menyebabkan pengaruh musim kemarau
atau musim hujan di suatu wilayah. Uap air bergerak ke arah wilayah yang lebih
panas menyebabkan pergerakan uap air yang disebut angin. Pemanasan oleh panas
Bumi contohnya di tempat sumber-sumber air panas.
Uap air jika berkumpul dengan kepadatan tertentu akan berupa awan tipis
yang berangsur-angsur bisa menjadi lebih padat dan jika sudah benar-benar padat
dan terkena udara dingin akan menjadi rintik-rintik hujan dan jika sinar Matahari
tembus dan dapat kita lihat uap air yang berubah menjadi titik-titik hujan itu akan
membiaskan sinar Matahari berupa Pelangi yang terkenal dengan warna Me-Ji-Ku-
Hi-Bi-Ni-U, jika sudah sangat banyak titik-titik air yang berasal dari uap air akan
berubah menjadi hujan lebat kembali menjadi bentuk air (H2O).

5
2.3. Sifat dan Tingkat Keadaan
Telah diketahui bahwa zat yang memiliki beberapa fasa, minsalnya air (H 2O)
dapat berbentuk cairan, gas ( uap air) atau padat (es). Fasa didefinisikan sejumlah
zat yang seluruh nya bersifat homogen. Jadi bila sesuatu sistem yang mempunyai
susunan kimia dan keadaan fisik yang merata (uniform), maka zat itu dapat dikatakan
terdiri dari satu fasa.
Bila beberapa fasa terdapat bersamaan maka tiap fasa dipisahkan satu sama
lain oleh permukan batas fasa. Dalam tiap fasa suatu zat dapat memiliki suhu dan
tekanan yang berbeda-beda. Didalam termodinamika kondisi seperti ini dikatakan zat
tersebut mempunyai beberapa tingkat keadaan. Tiap tingkat keadaan dapat
dinyatakan dalam sifat makroskofik yang mudah diamati. Sifat adalah setiap
karakteristik atau ciri-ciri dari zat yang dapat dinyatakan secara kuantitatif, seperti
minsalnya temperatur, tekanan, volume jenis, kalor jenis, enthaltpi, entropi, sifat cair
uap dari suatu keadaan dan rapat masa. Dengan kata lain sifat adalah segala sesuatu
yang dimiliki oleh zat. Kerja dan perpindahan kalor dapat dinyatakan dalam hal
perubahan sifat-sifatnya tetapi keduanya bukan merupakan sifat itu sendiri. Karena
kerja dan perpindahan kallor hanya ada selama terjadinya proses saja, apabila proses
telah diselesaikan maka kerja dan perpindahan kallor akan hilang.
Tiap sifat pada tiap tingkat keadaan hanya miliki satu harga dan sifat ini
tidak tergantung pada apa yang dialami oleh zat itu sebeluknya, ataupun cara untuk
mencapai keadaan zat pada saat tersebut. Dari sini dapat dinyatakan sifat zat sebagai
suatu besaran yang hanya tergantung pada sistem dan tidak tergantung pada cara
yang dilalui atau dialami oleh sistim dalam mencapai suatu tingkat keadaan yang
tertentu sebaliknya tingkat keadaan suatu sistem dinyatakan oleh sifat zat. Karena
harga dari sifat zat tidak trgantung kepada prosesyang dialami oleh sistem dalam
mencapai suatu keadaan yang tertentu, maka perubahan harga suatu sifat hanya
trgantung pada keadaan awal dan akhir suatu sistem.
Sifat-sifat termodinamika dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Sifat intensif adalah sifat yang tidak tergantung pada masalah zat. Jadi bila
sejumlah zat dalam suatu keadaan dibagi menjadi dua bagian yang sama, tiap
bagian akan memiliki harga sifat intensif yang sama seperti dalam keadaan
sebelum dibagi. Tekana, suhu dan masa jenis adalah contoh - contoh intensif.

6
2. Sifat ekstensif adalah sifat zat yang tergantung pada massa zat. Jadi sejumlah
zat. Jadi sjumlah zat dalam suatu keadaan tertentu dibagi menjadi dua bagian
yang sama, tiap bagian tidak akan memiliki sifat ekstensif yang sama seperti
dalam keadaan sebelum dibagi. Massa dan volume adalah contoh-contoh
ekstensif. Sifat ektensif persatuan massa akn menjadi sifat intensif minsalnya
volume jenis, enthalpi jenis dan entropi jenis merupakan sifat intensif.

2.4. Hukum Termodinamika ke Nol


Tinjau dua batang tembaga dan sebuah termometer. Bila termometer
disentuhkan pada batang tembaga satu, maka keduanya akan mengalami perubahan
temperatur sampai pada akhirnya mengalami temperatur yang sama. Misalkan
sekarang termometer tadi diambil dan disentuhkan pada batang tembaga yang kedua,
ternyata tidak menghasilkan pembacaan perbedaan temperatur maka dapat dikatakan
bahwa kedua batang tembaga ada dalam keseimbangan termik dengan temperatur.
Hukum termodinamika yang dinyatakan bahwa bila dua benda masing-masing
ada dalam keadaan keseimbangan termik dengan benda yang ketiga jadi
menunjukkan temperatur yang sama, maka kedua benda tersebut ada didalam
keseimbangan tekmik satu sam lain. Artinya temperetur kedua benda ini sama.
Aksioma ini kelihatannya sangat jelas dan dikenal dengan termodinamika yang ke
nol.

2.5. Skala Temperatur


Temperatur berbagai benda dapat dibandingkan dengan menyentuhkan suatu
benda tertentu (yang selanjutnya disebut termometer) ke benda-benda tertentu.
Benda tertentu tadi harus memeliki satu sifat yang mudah diamati ( disebut sifat
termometri ), seperti minsalnya panjang kolom air raksa dalam tabung kapiler akibat
pemuaian panas, tekanan dalam tabung tetutup atau tahan kawat platina.
Langkah pertama dalam menyatakan skala temperatur adalah menentukan
harga bilangan pada beberapa harga temperatur yang mudah dicapai dan tetap.
Temperatur yang demikian yang dipilih sebagai pedoman, umum titik beku es, yang
merupakan temperatur setimbang dari es dan air yang jenuh ada tekanan 1 (satu)
atmosfir. Kondisi tersebut dipilih sebagai temperatur patokan karena dapat diadakan

7
secara tepat didalam laboratorium ada dua skala yang digunakan secara luas yaitu
skala celcius dan skala fahrenheit.
Pada skala fahrenheit titik beku dan titik didih masing dinyatakan oleh angka
32 dan 212, dengan 180 pembagian skala diantaranya . pada skala celcius titik beku
dan titik didih masing-masing dinyatakan sebagai titik 0 dan 100 dengan pembagian
skala sebanyak 100, dengan demikian bila T, dan T c adalah temperatur yang
dinyatakan dalam skala fahrenheit dan skala celcius, maka terdapat hubungan sebgai
berikut :

Tf = . Tc + 32 (2.8)

Tc = . Tf - 32 (2.9)

Daerah temperatur ini dapat di ekstrapolasi dibawah titik beku air dan diatas
titik didih, akan tetapi kemampuan suatu termometer untuk mengukur temperatur ini
tergantung pada sifat fisiknya. Minsalnya dibawah – 30 0F air raksa membeku jadi
harus digunakan flueda lain demikian pula pada temperatur tinggi, gelas tidak bisa
dipakai sebgai tabung pengukur, tentu harus dipilih bahan lain yang tahan panas.
Skala temperatur absolut yang juga disebut skala temperatur termodinamik
serta hubungan dengan skala celcius adalah kelvin, dengan simbol K , dimana :

K = 0C + 273,15 (2.10)

Sedankan untuk skla fahrenheit skala absolutnya adalah rankin dan simbol R dimana:

R = oF + 459, 67 (2.11)

8
Gambar 2.3. Skala temperatur Celcius, Fahrenheit dan Kelvin

2.6. Tekanan dan Jenis-Jenis Tekanan


Tekanan dapat didefinisikan bila suatu sistem berada pada keseimbangan
mekani. Untuk medium yang senabung (kontinum) dinyatakan oleh:

(2.12)

Dimana :
Fn = Komponen gaya tegak lurus A
A = Luas dalam medium yang kecil
A´ = Luas bidang yang terkecil di mana medium masih dapat dianggap sebagai
media kontinum.
Untuk gas dan cairan istilah tekanan sering digunakan, sedangkan untuk zat
padat lebih sering dipakai istilah tegangan. Tekanan pada titik dalam fluida yang
diam besarnya sama kesegala arah dan tekanan didefinisikan sebagai komponen gaya
yang tidak lurus pada suatu bidang persatuan luas. Tekanan P pada suatu titik
didalam fluida yang berada pada keseimbangan besarnya sama ke segala arah., akan
tetapi untuk zat air yang pekat dan dalam keadaan bergerak, tekanan terhadap
kedudukan bidang bervariasi dan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan
tekanan fluida dalam keadaan setimbang.
Tekanan absolutumum diperhatikan didalam termodinamika, yaitu tekanan
total yang mengenai sistem pada bats sistem. Perkataan absolut digunakan untuk
membedakan nya dari tekanan relatif (gauge pressure), karena dala praktek,
pengukur tekanan dan pengukur vakum menyatakan perbedaan antara tekanan
absolut dan tekanan atmosfir pembacaan tekanan absolut adalah merupakan
penjumlahan tekanan atmosfir dan pembacaan tekanan relatif, jadi:

P absolute = P relatif + Palmosfir (2.13)


9
Persamaan ini digunakan untuk tekanan diatas tekanan atmosfir. Untuk
tekanan dibawah atmosfir, tekanan relatif menjadi negatif, dan umumnya disebut
vokum sebanyak harga tekanan relatif tersebut. Jadi tekanan relatif sebanyak -10
kg/cm2 disebut vokum sebesar 10 kg/cm 2 hubungan antara ekanan absolut, tekanan
relatif, tekanan atmosfir, dan tekanan vakum dinyatakan secara grafik dalam gambar
berikut:

Tekanan di atas atmosfir

Tekanan relatif (Prel)

Tekanan relatif

Tekanan vakum

Tekanan absolut (Pabs)

Tekanan absolut (Pabs)

Tekanan nol absolut

Gambar 2.4. Hubungan antara tekanan absolut, tekanan relatif dan tekanan vakum.

Dalam praktek, tekanan diukur dengan mempergunakan pengukur tekanan


bourdon atau manometer fluida. Karena tekanan menurut prinsip hidrostatik
berbanding langsung dengan tinggi cairan dalam monometer, yaitu:

(2.14)

di mana :

= rapat massa

= percepatan gravitasi
= Tinggi fluida

Sehingga tekan dapat dinyatakan dalam satuan panjang kolom fluida, misalnya
milimeter air raksa atau meter kolom air.
Beberapa konversi satuan tekanan yang penting:
1 atm (atmosfir standar) = 1,01325 x 106 (dyne/cm2)

10
= 14,6959 (lbf/in2)
1 mikro air raksa (Hg) = 1 x 10-3 (mmHg)
= 1,933 x 10-3 (1 lbf/in2)
= 10-5 N/m2
1 atmosfir (atm) = 1,01325 bar
= 101,325 N/m2
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan gas adalah manometer.
Prototipe alat pengukur tekanan atmosfer, barometer, diciptakan oleh Torricelli.
Tekanan didefinisikan gaya per satuan luas, jadi tekanan = gaya/luas. Dalam SI,
satuan gaya adalah Newton (N), satuan luas m 2, dan satuan tekanan adalah Pascal
(Pa). 1 atm kira-kira sama dengan tekanan 1013 kPa.

1 atm = 1,01325 x 105 Pa = 1013,25 kPa (2.15)

Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira 1/760 dari 1 atm, sering digunakan
untuk mengukur perubahan tekanan dalam reaksi kimia.

Gambar 2.5. Skala pengukuran tekanan atmosfir dan manometer

2.7. Humidity (Kelembaban)


Kandungan uap air di udara diukur dengan istilah humidity (kelembaban).
Sebagai contoh pada Gambar 2.6, kandungan uap air relativ (relativ humidity) 50%
artinya udara itu mengandung tetes air sebanyak 50% dibanding jumlah total yang
mampu dikandungnya secara maksimal berdasarkan temperatur yang diberikannya.
Kandungan uap air relativ yang rendah memungkinkan tubuh kita untuk mengeluarkan

11
kalor dengan cara penguapan (evaporasi). Karena kelembaban yang rendah berarti udara
itu cenderung kering, sehingga ia dapat dengan mudah menyerap uap air. Jika
kandungan uap air relativ itu tinggi, maka akan berakibat sebaliknya.
Proses penguapan akan berjalan lambat pada kondisi lembab,sehingga kecepatan
pengeluaran kalor dari tubuh melalui proses penguapan akan menurun sampai akhirnya
berhenti. Kondisi nyaman yang dapat diterima oleh tubuh manusia berada pada kisaran
temperatur 72 –80 F (22,2 – 26,6 C) dan 45% - 50% kelembaban relatif.
o o

a b

T ruang 70 oF T ruang 70 oF
4 tetes/ft3 8 tetes/ft3

Gambar 2.6. Kandungan uap air relatif; a) RH 50% dan b) RH 100%

2.8. Kerja
Secara historik, termodinamika berasal dari usaha menusia untuk merubah
panas menjadi kerja mekanik dengan cara yang sangat efisien sekali. Kerja
didefinisikan sebagai salah satu perubahan energi yang terlihat (makroskopik).
Dalam mekanika kerja dinyatakan sebagai perkalian antara gaya dan jarak yang
ditempuh searah gaya, yang diakibatkan oleh gaya yang bekerja tersebut.

(16)

Hubungan ini sangat berguna karena denganya dapat dihitung kerja yang
diperlukan untuk menaikan beban, untuk meregangkan kawat ataupun untuk
memindah kan suatu pertikel bermuatan melalui medan magnit. Kerja dilakukan oleh
sistem dianggap sebagai kerja positif, sedangkan kerja yang dilakukan terhadap
sistem dianggap sebagai kerja negatif.

2.9. Panas
Panas adalah suatu bentuk energi yang sedang berpindah melalui batas sistem
yang berada pada temperatur yang lebih tinggi ke sistem lain atau ke lingkungan

12
yang mempunyai temperatur lebih rendah. Suatu benda tidak memiliki panas, akan
tetapi panas dikenali hanya pada waktu ia melalui batas sistem.
Panas adalah suatu bentuk energi yang berpindah secara mikroskopik.
Perbedaan temperatur merupakan potensial terjadinya perpindahan panas. Dari
pengalaman diketahui bahwa bila dua benda yang temperatunya berbeda disentuhkan
satu sama lain, lambat laun keduanya akan mencapai suatu keadaan setimbang dan
mencapai suatu temperatur yang sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa kedua benda
telah saling mempengaruhi. Dengan perkataan lain panas merupakan integrasi antara
sistem yang terjadi akibat adanya perbedaan temperatur diantara mereka.
Definisi ini mencangkup suatu keadaan yang penting yaitu bahwa panas
seperti kerja, adalah suatu besaran trensien yang dapat dikenali hanya pada waktu
melintasi suatu sistem yang sedang berintraksi dengan lingkungan nyaatau dengan
sistem lain. Untuk lebih jelasnya, perhatikan suatu batang tembaga bertemperatur
lebih tinggi sebagai suatu sistem dan air dingin didalam gelas sebagai sistem yang
lain. Pada awalnya setiap sistem tidak memiliki panas. Sekarang, bila batang
tembaga dimasukan kedalam air, kedua sistem mengadakan komunikasi termik, dan
panas dipindahkan dari batang tembaga ke air dingin tetapi bila temperatur
keseimbangan telah mencapai, tidak lagi terdapat perpindahan panas, dan tiap sistem
tidak lagi memiliki panas pada akhir proses.
Sebagai konvensi, bila dalam suatu intraksi panas suatu sistem menerima
panas, maka Q positif, dan sebaliknya bila suatu sistem melepaskan panas Q negatif.

2.10. Hukum Termodinamika Pertama


Bila diberikan energi panas infinitesimal (dQ) pada suatu sistem, maka sistem
tersebut akan berekspensi dan melakukan kerja luar infinitesimal (dW) tetapi
disamping itu, pemanasan terhadap sistem juga akan menimbulkan hal hal sebagai
berikut:
1. Pertambahan kecepatan melekuler dari sistem
2. Pertambahan jarak antara kelekul melekul sistem karena sistem
berekspensi.
Energi yang diperlukan untuk hal ini disebut pertambahan energi dalam
(internal energi). Jadi panas dQ sebagai perubahan untuk pertambahan energi dalam.

13
Selain itu sestem juga mengalami pertambahan energi kenetik dan pertambahan
energi potensialluar akibat gaya–gaya konservatif luar.
Secara umum dapat dituliskan persamaan energi sebagai :

(2.17)

Di mana :

= pertambahan energi dalam

= pertambahan energi kinetik

= pertambahan energi potensial dalam

Persamaan ini menyatakan prinsip konservasi energi dalam suatu sistem dan
dikenal dengan hukum termodinamika pertama.
Dalam sistem sistem persoalam termodinamika sebagian besar mengalami
energi kinetik dan energi potensial yang konstan (pada sistem yang di isolasi) atau
dE = 0 dan dEp = 0, maka persamaan tadi dapat ditulis dalam bentuk :

(2.18)

2.11. Konservasi Massa


Masa adalah suatu konsep yang mendasar, karena itu tidak mudah untuk
didefinisikan. Definisi massa sering dirumuskan dengan merujukan nya pada hukum
newton yaitu :

Gaya = m x a

= (2.19)

Suatu benda yang dikenai oleh gaya yang tidak seimbang akan mendapat
percepatan yang besarnya tergantung pada besarnya gaya tersebut. Dalam konteks
ini massa benda digambarkan sebagai karakteristik tahanan nya untuk mengubah

14
kecepatan. Dua benda yang bergerak dengan percepatan yang sama akibat dari gaya
yang sama mempunyai massa yang sama.
Berikutnya, prinsip konservasi massa menyatakan bahwa dalam menganalisa
suatu proses, massa tak dapat dicipatan dan tak dapat dimusnahkan. Massa dapat
disimpan dalam suatu sistem atau dipindah pindahkan diantara sistem dan
lingkungan nya. Massa yang berada didalam sistem dapat derubah menurut waktu
selama massa tersebut mengalir masuk atau keluar dari sistem.

2.12. Panas Jenis


Panas jenis (kalor spesipik) dari suatu bahan didefinisikan sebagai jumlah
energi panas yang diperlukan untuk menaikan temperatur satu satuan massa bahan
tersebut sebesar 1K. Oleh karena besaran inidipengaruhi oleh cara proses
berlangsung, maka cara kalor ditambah atau dilepaskan atau disebutkan. Dua
besaran yang umum adalah kalor spesipik pada volume konstan (cv) dan kalor
spesipik pada tekanan konstan (cp). Besaran yang terakhir merupakan besaran yang
paling sering digunakan pada proses pemanasan dan pendinginan dalam teknik
refrigarasi dan pengkondisian udara.
Nilai pendekatan untuk kalor spesipik dari beberapa bahan yang penting
adalah sebgai berikut :

Udara kering cp = 1,0 kJ/kg.K


Air cp = 4,19 kJ/kg.K
Uap air cp = 1,88 kJ/kg.K

2.13. Enthalpi
Dalam analisa termodinamik, kombinasi eenergi dalam (U) dan kerja aliran
(PV) atau U+PV sering terjadi, kombinasi ini diberi enthalpi dan diberi simbol H.
Jadi dari definisi ini diperoleh hubungan:

H = U + P.V (2.20)

Bila ditulis dalam persatuan massa maka akan berbentuk :

h = u + P.v (2.21)

15
Tiap besaran pada ruas kanan dari persamaan diatas adalah sifat zat. Jadi
enthalpi juga merupakan sifat zat, perhatikan pula bahwa supaya kedua besaran pada
ruas kanan dapat dijumlahkan. Satuanya harus sama. Bila tidak, yaitu U dalam
satuan panas dengan pV dalam satuan kerja, maka digunakan koefisien panas
mekanik yaitu: ´J´, jadi :

h = u + P.v/J (2.22)

Walaupun enthalpi adalah suatu sifat dan mempunyai satuan energi, ia dapat
atau tidak dapat diperlakukan sebagai energi. Ini disebabkan karena kadang kadang
suku ‘pv’ tidakmenyatakan energi, kecuali untuk suatu fluida yang masuk atau keluar
dari volume kontrol. Sebagai contoh, baik produk ‘pv’ maupun momen adalah bukan
besaran energi walaupun satuan energi. Demikian pula karena energi dalam memiliki
harga absolut, enthalpi pun tidak memiliki harga absolut.
Dari pernyataan hukum termodinamika pertama telah diperoleh persamaan :
dQ = dU + dW
= dU + p . dV
karena :
d (P.V ) = P.dV + V.dP
maka :
dQ = dU + d(p.V) – V.dP
H = U + P.V
dQ = dH – V.dP (2.23)

Pada kondisi khusus dimana proses adalah tekanan konstan maka :

dQ = dH = ( c.dT)p
atau,
dQ = dH = H2 - H1 = cp ( T2 – T1 ) (2.24)

2.14. Hukum Termodinamika ke Dua


Dalam hukum termodinamika pertama (konservasi energi) belum dijelaskan
ke arah mana suatu perubahan keadaan ituberjalan, juga belum dijelaskan apakan
perubahan itureversibel atau irreversibel. Dari hukum termodinamika pertama

16
diketahui bahwa panas dapat dirubah menjadi kerja dan sebaliknya. Beberapa hasil
percobaan membuktikan bahwa kerja mekanik dapat diubah seluruh menjadi panas,
tetapi panas tidak dapat seluruh nya dirubah menjadi kerja mekanik pada siklus
termodinamika. Hal ini berarti adanya kerugian energi yang terbuang dalam bentuk
panas.
Pada tahun 1824 Sadi Carnot memberikan perincian nya mengenai hal ini
dikenal dengan mesin karnot. Fenomena di atas dibahas dalam hukum
termodinamika kedua. Jadi hukum termodinamika kedua memberikan batasan
batasan tentang arah yang dijalani oleh suatu proses yang sekaligus memberika
kriteria apakah proses itu reversibel atau irreversibel.
Sebagai dasar dalam menentukan arah proses digunakan bahan entropi
sebelum dan sesudah terjadinya proses, yaitu :

ds = 0 berarti proses reversibel


ds 0 berarti proses irreversibel
ds 0 proses tidak mungkin terjadi

2.15. Entropi
Sejauh ini gagasan dasar yang essensial bagi konsep entropi telah
dikembangkan dan dapat dinyatakan sebagai :
1. Setiap sistem mempunyai entropi; entropi mengukur derajat disorganisasi
mikroskopik, atau ketidak pastian manusia akan tingkat keadaan
mikroskopik
2. Entropi adalah ekstensif entropi suatu sistem adalah jumlah berbagai entropi
dari bagian bagian nya.
3. Entropi dapat diproduksi tetapi tidak pernah dapat dibinasakan sehingga
entropi pada sistem yang di isolasi tidak pernah berkurang.
4. Entrpi suatu sistem yang selalu berbeda pada tingkat keadaan
mikroskopikyang unik adalah nol.
Walaupun entropi yang biasa diberi simbol (s) memiliki arti dan filosofi
tetapi sifat ini hanya akan digunakan yang khusus dan terbatas. Entropi terdapat
dalam banyak grafik dan tabel sifat bahan dan dibicarakan disini agar dapat dikenal.
Kemungkinan keadaan praktis entropi yang terbanyak adalah untuk membaca garis

17
entropi konstan pada grafik grafik ketika menghitung kerja dari siklus refrigerasi
kompresi uap.

2.16. Proses Adiabatik


Proses adiabatik adalah satuan proses dimana tidak ada panas yang
dipindahkan dari atau kesistem sepanjang proses berlangsung, jadi Q = 0. Proses ini
dapat terjadi bila pada pembatas sistem diberi sekat (isolator) penahan aliran panas.
Namun walaupun sistem tidak disekat, asalkan laju dengan energi total didalam
sistem jauh lebih besar dibandingkan dengan energi yang dimasukan atau yang
dikeluarkan kelingkungan nya dalam bentuk panas, maka proses msih dapat
dikatakan adiabatik.
Hubungan variabel p, v dan T dapat dilihat dari persamaan untuk proses
adiabatik.dari hukum termodinamika pertama dapat dituliskan :
dq = du + dw
= du + p dv
Pada proses adiabatik dq = 0.
Maka:
0 = du + p dv
Untuk gas ideal berlaku : u = cv T + konstanta atau du = cv dT sehingga :
c v dT + p dv = 0

c v dT + dv = 0

sedangkan :

18
(2.25)

Persamaan ini dapat pula dinyatakan dalam bentuk lain :

(2.26)

2.17. Kerja Konprensi Adiabatik


Suatu contoh yang dapat dijadikan suatu model proses adiabatik adalah
proses komprensi atau ekspansi suatu gas. Perubahan energi kinetik dan potensial
serta laju panas biasa nya diabaikan. Kerja dapat dituliskan sebagai:

(2.27)

2.18. Kerja Isentropik


Apabila proses kompresi atau ekspansi dari gas yang terjadi bersifat adiabatik
dan tidak terjadi gesekan maka proses kompresi atau ekspansi tersebut dikenal
dengan proses isentropik atau entropi konstan.

19
Kerja pada proses isentropik adalah sama dengan kerja adiabatik hanya saja
indek adiabatik y digantikan dengan n yang dapat dinyatakan sebagai :

(2.28)

Dimana n adalah playtropik indek yang bernilai dari 0 samapi tak terhingga, yang
sangat tergantung pada zat yang diproses.

2.19. Perpindahan Panas


Analisis perpindahan panas sesungguh nya digali dari hokum termodinamika
tentang konservasi energi dan massa, hukum kedua termodinamika dan tiga untuk
persamaan konduksi, konveksi dan radiasi. Persamaan-persamaan ini dikembangakan
dari pengamatan gejala fisika tentang perubahan energi yang merupakan ungkapan
matematis dari model model yang dibuat untuk menjelaskan gejala tersebut.
Perpindahan panas melalui suatu bahan padat disebut peristiwa konduksi
menyangkut pertukaran energi pada tingkat melekuler. Sebaliknya radiasi adalah
proses yang membawa energi dengan jalan pelompatan foton dari suatu permukaan
ke permukaan yang lain. Radiasi dapat memindahkan energi menyeberangi ruang
vakum dan tidak bergantung pada medium perantara untuk menghubungkan dua
permukaan. Perpindahan panas konveksi bergantung pada konduksi antara
permukaan benda padat dengan fluida terdekat yang bergerak. Jadi masing masing
mekanisme perpindahan panas berada satu sama lainnya. Akan tetapi semua
mempunyai karakteristik umum karena masing masing bergantung pada teemperatur
dan dimensi benda yang di analisa.

a. Konduksi
Pengamatan gejala fisika dan sederetan percobaan dan pemikiran telah
membuahkan persaman laju perpindahan panas untuk konduksi. Kepadatan aliran
(flux) energy perpindahan panas secara konduksi di sepanjang sebuah batang padat,
sebanding dengan beda temperatur dan luas penampang, serta berbanding terbalik
dengan panjangnya. Pengamatan dibuktikan dengan sederetan percobaan sederhana.

20
Fourier telah memberikan sebuah model matematik untuk proses ini. Dalam hal satu
dimensi, model matematik tersebut adalah:

(2.29)
Dengan :
A = luas penampang

= beda suhu

= beda jarak (panjang)

konduktivitas (daya hantar) panas

Daya hantar termal adalah karakteristik dari bahan, dan perbandingan

dikenal dengan sebutan konduktansi atau hantaran termal. Daya hantar


(konduktivitas) termal dan laju perpindahan panas konduktif ditentukan oleh struktur
molekul bahan. Semakin rapat dan tersusun rapinya molekul – molekul, yang
umumnya yang terdapat pada logam, akan memindahkan energi yang semakin cepat
dibandingkan dengan susunan yang acak dan jarang, yang umumnya terdapat pada
bahan bukan logam. Elektron bebas di dalam struktur logam juga mempertinggi daya
hantar termalnya. Pengantar listrik yang bauk biasanya juga sebagai penghantar
panas yang baik.

b. Konveksi
Persamaan laju perpindahan kalor secara konveksi telah diajukan oleh
Newton pada tahun 1701, juga dari pengamatan gejala fisika dan dituliskan secara
matematik sebagai berikut :

(2.30)

Dimana:
hc = koefisien konveksi
Ta = temperatur permukaan

21
Tf = temperatur fluida

Persamaan ini digunakan secara luas dalam engineering, walaupun harga

lebih cenderung sebagai definisi dari pada sebagai hukum gejala konveksi. Dari
percobaan telah diketahui bahwa koefisien konveksi untuk aliran pada permukaan
datar, di dalam pipa dan saluran, serta arah silang pipa dapat dikorelasikan dengan
kecepatan aliran, sifat-sifat fluida dan geometri permukaan padat. Teori yang luas
telah dibuat untuk meramalkan sifat konfigurasi aliran. Korelasi ini lebih bersifat
teoristik, namun di gunakan dalam analisis rekayasa praktis.

c. Radiasi
Perpindahan energi secara radiasi berlangsung jika foton-foton dipancarkan
dari suatu permukaan ke permukaan lain. Pada saat mencapai permukaan lain foton
yang diradiasikan juga diserat, dipantulkan atau diteruskan melalui permukaan.
Energi yang diradiasikan dari suatu permukaan ditentukan dalam bentuk daya pancar
(emissive power), yang secara termodnamika dapat dibuktikan bahwa daya pancar
tersebut sebanding dengan pangkat empat temperatur absolutnya. Untuk radiator
ideal, biasanya berupa benda hitam, daya pancarnya adalah :

(2.31)

Dengan :
= Tetapan Stefan Boltzmann = 5,669 x 10-8 W/m2 K4
T = Temperatur Absolut

Oleh karena benda nyata (real) tidak berwarna hitam, maka benda nyata
hanya memancarkan energi yang lebih sedikit dibandingkan dengan benda hitam
pada temperatur yang sama. Perbandibandingan antara daya pancar benda nyata
terdapat daya pancar benda hitam dinyatakan dengan emissivitas yang difenisikan
sebagai berikut :

= (2.32)

Di mana :

22
E = daya pancar benda nyata

= daya pancar benda hitam

Pada beberapa bahan besarnya emissivitas dan absorbsivitas dapat di anggap


sama. Bahan ini dapat dikelompokkan ke dalam benda kelabu (grey bodies), yang di

tulis sebagai

Ciri khas pepindahan panas radiasi yang utama adalah sifatnya yang
menyebar ke segala arah. Karena itu hubungan geometrik antara kedua permukaan
akan mempengaruhi pertukaran energi radiasinya. Sebagai contoh adalah
perpindahan panas antara dua lempengan hitam yang sejajar berukuran 1 x 1 m,
bejarak 1 m, dengan temperatur masing-masing 1000 dan 300 K adalah sebesar 1,13
kW. Jika ke dua lempengan digeser sehingga berjarak 2 m, perpindahan panas
menjadi 0,39 kW. Dan jika keduanya dibuat tegak lurus, dengan kedua sisinya
membentuk sudut, perpindahan panas akan kembali menjadi 1,13 kW. Hubungan
geometrik dapat dihitung dengan memperhatikan faktor bentuk (FA).
Sifat optika permukaan, yaitu emissivitas, absorbsivitas dan transmisivitas
juga mempengaruhi laju perpidahan panas. Jika pengaruh ini dinyatakan dengan

suatu faktor , maka pertukaran energi secara radiasi dapat dinyatakan dengan:

(2.33)

Cara untuk mendapatkan besaran besaran A dan ε dapat dilihat dalam buku tentang

perpindahan panas.

Referensi:
Arora, C.P., (2000), Refrigerant and Air Conditioning, McGraw-Hill, New York
Bayazitoglu, Yildiz dan M. Necati Ozisik, (1988), Elements Of Heat Transfer,
McGraw-Hill, New York
Frank Kreith, (1985). Prinsip-prinsip perpindahan panas, Erlangga, Jakarta
Holman, J.P., (1993). Perpindahan Kalor, Erlangga, Jakarta

23
Incropera, M. (1992). Fundamentals Of Heat Transfer, McGraw-Hill, New York
Stoecker, W.F., and Jones, J.W., 1987, Refrigeration and Air conditioning, 2nd ed.,
McGraw-Hill International Edition, Singapore

24

Anda mungkin juga menyukai