DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
Rizky (105391106816)
Putri Awalia Nur (105391109016)
PENDIDIKAN FISIKA
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
anugerah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Benda Langit Bintang
dan Matahari” tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat membantu proses belajar ,
Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu , penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar
dalam proses penyusunan makalah berikutnya dapat lebih baik . Akhir kata, semoga makalah
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Benda langit bintang..............................................................................................3
1. Pengertian benda langit bintang.........................................................................3
2. Karakteristik......................................................................................................4
B. Siklus hidup bintang..............................................................................................5
1. Proto bintang (Protostar)...................................................................................6
2. Raksasa merah (Red giant)...............................................................................8
3. Katai putih........................................................................................................9
4. Bintang neutron dan pulsar.............................................................................12
5. Lubang hitam..................................................................................................13
C. Matahari sebagai bintang di tata surya.................................................................15
1. Pengertian matahari........................................................................................15
2. Sumber energi matahari..................................................................................15
3. Lapisan-lapisan matahari................................................................................17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................20
B. Saran....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini berkembang dengan sangat pesat.
Umat manusia dengan kurioritasnya, selalu berusaha untuk menjawab berbagai
pertanyaan-pertanyaan tentang alam sekitar dan sebagainya agar memperoleh
jawaban yang memuaskan. Dulu, alam semesta merupakan hal yang sulit untuk
dipahami dan penuh dengan hal yang misterius. Namun sekarang dengan
perkembangan tehknologi, manusia kini mampu untuk memecahkan pertanyaan-
petanyaan yang dulu hanya dijawab seadanya.
Salah satu yang sangat berkembang pesat saat ini adalah Astronomi. Ilmu ini
membahas tentang teori dan konsep benda-benda langit seperti bintang dan matahari.
Bintang selalu menjadi pelengkap langit yang mampu dipandang manusia. Benda
langit itu bahkan tampak bercahaya sehingga Nampak jelas kala malam tiba. Meski
tampak sangat kecil dari bumi, bintang memiliki ukuran yang besar yakni bediameter
ratusan juta kilometer. Sama halnya dengan matahari yang mempunyai banyak
peranan dalam kehidupan. Matahari merupakan sumber energi utama dan terbesar
bagi Bumi. Matahari mempunyai banyak kesamaan dengan bintang, salah satunya
sumber energy yang berasal dari reaksi Fusi inti, Karena kesamaan inilah maka
matahari dikelompokkan sebagai bintang.
Bintang-bintang seperti perapian raksasa di alam semesta dengan serangkaian
reaksi nuklir di dalamnya atau yang dikenal sebagai fusi nuklir. Disanalah semua
elemen yang diperlukan untuk kehidupan di Bumi dan langit diciptakan. Bintang-
bintang itu dihubungkan melalui sebuah gravitasi yang membentuk unit lebih besar
dari semesta dan semua terhubung satu sama lain. kehancuran sistem bintang berarti
kehancuran alam semesta. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
membuat makalah yang berjudul “Benda Langit Bintang dan Matahari ” dengan
harapan dapat membantu para pembaca.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan benda langit bintang?
2. Bagaimana siklus hidup bintang dilangit?
3. Mengapa Matahari disebut sebagai bintang di tata surya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang benda langit bintang
2. Untuk mengetahui siklus hidup bintang dilangit
3. Untuk mengetahui mengapa matahari disebut sebagai bintang di tata surya
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Diameter Cakram
sebagian besar bintang terlalu kecil diameter sudutnya untuk dapat diamati
dengan teleskop optis bumi yang ada saat ini, sehingga dibutuhkan teleskop
interferometer untuk menghasilkan citra sebuah bintang. Ukuran bintang
sangat beragam, mulai dari bintang neutron, yang hanya berdiameter antara 20
sampai 40 km, hingga bintang maharaksasa seperti Betelgeuse di rasi bintang
Orion, yang berdiameter sekitar 650 kali diameter matahari atau sekitar 900
3
juta km. Namun Betelgeuse memiliki kepadatan yang jauh lebih rendah dari
matahari.
2. Massa
Salah satu bintang paling masif yang diketahui adalah Eta Carinae.
Dengan massa hingga 100–150 kali massa matahari, bintang ini pun memiliki
jangka hidup yang hanya beberapa juta tahun. Penelitian terhadap gugus
Arches menunjukkan bahwa batas tertinggi massa bintang dalam era sekarang
alam semesta adalah 150 kali massa matahari. Alasan untuk batas ini belum
diketahui secara pasti, tapi sebagiannya disebabkan oleh luminositas
Eddington, yaitu jumlah maksimal luminositas yang dapat melewati atmosfer
bintang tanpa harus melontarkan gas ke ruang angkasa. Besar gravitasi
permukaan sebuah bintang ditentukan oleh diameter dan massanya. Bintang-
bintang raksasa memiliki gravitasi permukaan yang jauh lebih rendah dari
bintang-bintang deret utama, sementara kebalikannya untuk bintang-bintang
kompak seperti katai putih. Gravitasi permukaan mempengaruhi tampilan
spektrum sebuah bintang, dengan gravitasi yang lebih tinggi menyebabkan
pelebaran garis serapan.
3. Medan magnet
sebuah bintang dihasilkan di bagian dalam bintang tempat sirkulasi
konveksi terjadi. Gerakan plasma konduktif ini berfungsi seperti dinamo,
menghasilkan medan magnet yang meliputi seluruh bintang. Kuatnya medan
magnet sebuah bintang bergantung pada massa dan kandungan bintang
tersebut, dan jumlah aktivitas magnet permukaan bintang bergantung pada
kecepatan rotasi bintang.
4. Kinematika
Gerak relatif sebuah bintang terhadap matahari dapat memberikan
informasi penting mengenai asal mula dan umur bintang tersebut, bahkan juga
mengenai struktur dan evolusi galaksi di sekitarnya. Komponen gerak sebuah
bintang terdiri atas kecepatan radialnya menuju atau menjauhi matahari, dan
pergeseran melintangnya yang disebut gerak diri.
4
5. Komposisi Kimia
Saat terbentuk, bintang-bintang di galaksi Bima Sakti massanya terdiri
dari sekitar 71% hidrogen dan 27% helium, dan sisanya sedikit unsur-unsur
yang lebih berat. Bintang dengan kandungan besi terendah yang pernah diukur
adalah bintang katai HE1327-2326, dengan kandungan besi hanya 1/200.000
dari kandungan besi matahari. Sebaliknya, bintang kaya logam μLeonis,
memiliki kandungan yang hampir dua kali lipat milik matahari, sedang bintang
berplanet 14 Herculis, memiliki kandungan yang hampir tiga kali lipat milik
matahari. Ada juga bintang yang komposisi kimianya ganjil, yang
menunjukkan kelimpahan luar biasa unsur-unsur tertentu dalam spektrumnya;
khususnya krom dan logam tanah.
6. Rotasi
Laju rotasi bintang dapat ditentukan lewat spektroskopi, atau dapat
diukur dengan lebih tepat lagi dengan mengamati laju rotasi bintik bintang.
Bintang-bintang muda dapat memiliki laju rotasi yang tinggi, hingga di atas
100 km/s diukur pada ekuatornya. Bintang degenerat adalah bintang yang telah
menyusut menjadi massa yang kompak dan mengakibatkan laju rotasi tinggi.
Namun laju rotasi ini masih lebih rendah dari yang diperkirakan oleh hukum
kekekalan momentum sudut. Sebagian besar momentum sudut bintang tersebut
menghilang akibat hilangnya massa bintang oleh angin bintang. Meskipun
demikian, laju rotasi bintang pulsar bisa sangat tinggi. Bintang pulsar di pusat
Nebula kepiting misalnya, berputar 30 kali dalam sedetik. Laju rotasi bintang
pulsar akan perlahan melambat akibat emisi radiasi.
7. Suhu
permukaan bintang deret utama ditentukan oleh laju penghasilan energi
di intinya yang umumnya diperkirakan dari indeks warna bintang. Suhu di
daerah inti sebuah bintang mencapai hingga beberapa juta derajat celsius.Suhu
sebuah bintang menentukan laju ionisasi berbagai unsur di dalamnya, juga
menentukan sifat garis serapan spektrumnya. Suhu permukaan, magnitudo
absolut dan sifat serapan spektrografi bintang digunakan sebagai dasar untuk
pengklasifikasian bintang
5
8. Umur
Semakin tinggi massa sebuah bintang maka semakin pendek pula
umurnya. Hal ini terutama disebabkan karena bintang dengan massa yang
tinggi akan memiliki tekanan yang tinggi pula pada intinya yang
menyebabkannya membakar hidrogen dengan lebih cepat. Bintang-bintang
paling masif bertahan rata-rata hanya beberapa juta tahun, sementara bintang
dengan massa minimum (katal merah) membakar bahan bakarnya dengan
perlahan dan bertahan hingga puluhan sampai ratusan miliar tahun.
6
dingin. Pancaran energi molekul ini mengakibatkan daerah nebula menjadi dingin,
mengerut sehingga kerapatannya bertambah dan membentuk bola gas. Apabila bola
gas ini sudah cukup rapat, maka akan terjadi tarikan gravitasi yang menyebabkan
tekanan gravitasional yang membuat bola gas terus mengerut, sehingga terus
menarik materi disekitarnya dan terus mengerut sampai terjadi perubahan energi
potensial gravitasi menjadi energi radiasi. Massa minimal awan gas yang
diperlukan untuk memulai pembentukan bintang disebut massa Jeans yang
diberikan dalam fungsi:
3
1 T
M J =1,23× 10−10 ()
√ρ μ
2
Dimana: M J dalam M M
ρ = massa jenis awan (g/cm3)
μ = massa molekul rata-rata
T = temperatur awan.
Kerapatan awan yang cukup besar sehingga tidak bisa ditembus oleh gelombang
elektromagnet menyebabkan energi terperangkap sehingga memanaskan bagian
dalam bola gas dan menaikkan tekanannya. Sampai suatu saat terjadi
kesetimbangan tekanan termal dan pengerutan gravitasi tercapai sehingga terjadi
kesetimbangan hidrostatik. Pada mulanya keseimbangan hidrostatik hanya terjadi
pada pusat bola gas dan membentuk bakal bintang, sedangkan bagian luarnya terus
mengerut dan menyelubungi pusatnya. Energi yang dihasilkan dari pengerutan ini
menyebankan bola gas ini menjadi bercahaya sehingga lahirlah bintang muda yang
dinamakan proto bintang. Sebagian energinya digunakan untuk memanaskan bagian
dalam bintang sehingga menaikkan suhu dan tekanannya untuk menahan
pengerutan lebih jauh. Pada awal pengerutannya, perpindahan energi internal tidak
secara radiasi, melainkan secara konveksi. Pada fase ini protobintang terus
mengerut sampai akhirnya tekanan radiasi bintang cukup tinggi. Tekanan gas inilah
yang menahan pengerutan sehingga terbentuklah bintang yang stabil. Energi ini
juga memanasi bagian dalam bintang sehingga akhirnya suhu pusat bintang cukup
7
tinggi untuk mendukung reksi fusi hidrogen yakni reaksi penggabungan hidrogen
menjadi helium. Ada tiga kemungkinan siklus ini yakni:
Energi hasil fusi ini memanasi bagian dalam bintang secepat energi dipancarkan
keluar sehingga tekanan di pusat bintang menjadi tetap dan pengerutan berhenti.
Bintang kini telah stabil dan ada di deret utama usia nol (zero-age main squence).
2) Raksasa merah (Red giant)
Bila suatu bintang telah mulai menghabiskan bahan bakar hidrogennya sehingga
bintang itu sendiri terdiri dari kebanyakan helium, maka fusi hidrogen tidak dapat
berlangsung lagi. Akibatnya tekanan radiasi tak mampu lagi menahan keruntuhan
gravitasi. Oleh karena itu pusat helium mulai runtuh sehingga terjadi lagi perubahan
energi potensial gravitasi menjadi energi kinetik termal sehingga pusat bintang
bertambah panas, kerapatan bintang meningkat dari sekitar 100 gr/cm 3 menjadi 105
gr/cm3 dan suhu naik menjadi 108 K. Pada tingkat suhu ini mulai terjadi fusi helium
menjadi unsur-unsur yang lebih berat seperti karbon, oksigen dan neon. Proses ini
8
disebut pembakaran helium. Di samping itu, meningkatnya suhu pusat bintang
akibat keruntuhan mengakibatkan tekanan radiasi dari pusat meningkat pula.
Tekanan radiasi ini mendorong lapisan luar dan selubung bintang ke arah luar
sehingga bintang menjadi mengembang dan jejarinya menjadi ratusan bahkan
ribuan kali lebih besar. Menurut Hukum Stefan-Boltzmann, peningkatan luas
menyebabkan energi pancaran per satuan luas semakin berkurang, sehingga suhu
lapisan luar bintang menurun dan mengakibatkan warna bintang berubah menjadi
merah sehingga disebut raksasa merah. Bintang pada tahapan raksasa merah akan
terus membakar helium dan unsur lain yang lebih berat sampai terhenti pada
pembentukan inti besi 56Fe sehingga pusat bintang menjadi semakin berat dan
materi di sekitarnya mulai kehabisan hidrogen dan mengumpul di pusat bintang.
Hal ini mengakibatkan pusat bintang makin kecil dan makin panas sampai suhunya
cukup tinggi untuk memenuhi terjadinya reaksi triple alpha yang menghasilkan
energi tambahan yang kemudian memanaskan seluruh helium di sana sehingga
terjadi akselerasi pembakaran helium dan menghasilkan energi yang sangat besar
dalam waktu singkat. Gejala seperti ini dinamakan helium flash. Akibat pelepasan
energi ini pusat bintang mengerut dan suhu permukaannya meningkat. Inti besi
yang paling berat dan stabil berkumpul di pusat dan bintang masih melakukan
pembakaran oksigen dan karbon di pusatnya, dikelilingi lapisan dimana
pembakaran helium masih terjadi, dan di lapisan lebih luar masih terjadi
pembakaran hidrogen. Kini bintang telah mantap menjadi raksasa merah.
Katai putih
9
Cepat atau lambat bintang akan kehabisan energi nuklirnya, kemudian bintang
mengerut dan melepaskan energi potensialnya. Akhirnya bintang mengerut sampai
mencapai kerapatan yang luar biasa dan menjadi bintang yang kecil dengan rapat
massa mencapai 103 kg/cm3 dan suhu permukaannya mencapai 104 K. Bintang
seperti ini dinamakan katai putih atau white dwarf. Dalam keadaan yang mampat
ini, atom-atom sangat rapat yang satu dengan yang lain sehingga terjadi degenerasi
energi elektron. Berdasarkan asas ekslusi Pauli, tidak ada elektron (fermion) dalam
satu atom yang memiliki bilangan kuantum yang sama, sehingga terjadi penolakan
akibat energi degenerasi elektron ini. Energi degenerasi ini menghasilkan gaya
tolakan yang cenderung melawan tumpang tindih elektron tersebut. Adanya energi
degenerasi elektron menahan keruntuhan gravitasi lebih jauh sehingga bintang
mencapai kesetimbangan hidrostatis. Energi degenerasi ini dapat dinyatakan dengan
fungsi energi Fermi, yaitu:
2 2
h2 3 π N e
EF=
2 me (
V ) 3
Dengan me massa elektron, Ne/V rapat elektron, N jumlah nukleon (proton atau
neutron) dan
h
h=
2π
Distribusi energi elektron berkisar dari E = 0 hingga E = EF, sehingga total energi
rata-rata elektron adalah:
N
3
Et =∫ E F ( N ' ) d N ' = N e E F
0 5
3
Eel = E F
5
10
Energi total dalam suatu bintang dapat kita nyatakan dalam fungsi berikut.
2 2
3 h2 3 π N e 3 3 G M 2 3
Etot = N e
5 2m e V
−
5 R ( 2 e
2 4
)
+ N kT + 4 πR σ T t
2 2
3 h2 3 π N e 3 3 G M 2
N
5 e 2 me V ( =
5 R )
2
h2 N e 9 π 2 N e 3 G N 2 mn2
(
2 me 4 πR3
=
R )
Katai putih hampir tidak lagi mengandung hidrogen sehingga sebagian besar terdiri
1
dari helium dan unsur berat. Kita ambil perkiraan dengan atom netral N e ≈ N
2
(contoh: 42He memiliki 2 elektron dan 4 nukleon), maka:
4 2 5
3 π 3 3 h2 N e 3
R=2× 7 2 2
N G me mn
23
4 2 −1
3
3 π 3 h2 Ne 3
R=
23 G me m n2
11
Sebagai contoh tinjau suatu bintang dengan massa sekitar massa matahari
M =2. 1030 kg. Mengingat massa nukleon 1,66.10−27 kg, maka terdapat sekitar
N=1,2. 1057butir. Berdasarkan persamaan diatas kita dapatkan R=9.10 6meter.
Jika massa sisa bintang lebih besar daripada batas nilai tertentu, maka energi
elektron tidak akan sanggup melawan pengerutan gravitasinya lagi sehingga
bintang tidak akan stabil. Batas massa ini ditemukan oleh Subrahmanyan
Chandrasekhar, yaitu:
M c =5,756 μe−2 M M
Dengan μe adalah berat molekul rata-rata per elektron. Untuk campuran gas unsur
berat yang terionisasi sempurna harga μe = 2, sehingga kita dapatkan massa
maksimum katai putih:
M c =1,44 M M
Makin besar massa bintang awal, makin kecil radiusnya setelah menjadi katai putih,
sehingga makin kompak. Apabila massa bintang lebih besar dari 1,44 kali massa
Matahari maka keruntuhan gravitasi menjadi semakin besar dan energi degenerasi
tak mampu lagi menahan keruntuhan bintang, maka ukuran bintang menjadi
semakin kecil lagi. Akibat terus menerus memancarkan energinya, katai putih akan
berubah menjadi katai merah, dan akhirnya akan berhenti bersinar menjadi katal
hitam.
12
Neutron
Lubang hitam dan bintang neutron sering disebut bintang kompak (compact)
karena kepadatannya yang luar biasa akibat keruntuhannya. Pusat bintang yang
runtuh mengalami pemampatan sehingga elektron di pusat bintang akan terimpitkan
hingga makin dekat ke inti. Akhirnya banyak elektron (−10e) yang menembus inti
dan menyatu dengan proton (+11 p) membentuk neutron (10n). Dengan begitu
terbentuklah gas yang kaya akan neutron yang hanya ada sedikit campuran proton,
elektron dan inti berat. Pada keadaan sangat mampat ini neutron terdegenerasi yang
memberikan tekanan balik untuk melawan pengerutan. Tekanan ini akan setimbang
(mantap) jika jari-jarinya sekitar 10 kilometer saja, namun massanya menyerupai
massa Matahari. Kerapatan bintang neutron setara dengan kerapatan inti atom,
sehingga bintang neutron dapat dipandang sebagai nukleon raksasa yang terdiri atas
neutron. Oleh sebab itu, bintang ini disebut bintang neutron.
Pada bintang neutron, neutron yang semakin memampat akibat tekanan gravitasi
akan mengalami degenerasi neutron, seperti halnya elektron. Dengan menggunakan
persamaan energi Fermi didapatkan:
2 2
3 h2 3 π N e 3 3 G M 2
N
5 n 2 mn (V
= )
5 R
13
Karena hampir seluruh bintang terdiri atas neutron, maka N=N n. Ingat bahwa
m p ≈ mn ≈ ≈ sma 1
4 2 −1
3 3 π 3 h2 N 3
R= 4
G mn3
23
Adapun pulsar adalah bintang neutron yang berputar sangat cepat akibat ukurannya
yang kecil dan memancarkan gelombang radio kuat akibat intensitas medan
magnetik bintang yang sangat kuat dan menjerat pertikel bermuatan yang
dipancarkannya.
5) Lubang hitam
Lubang hitam terjadi apabila suatu bintang neutron yang bermassa lebih
besar daripada 3 M M maka tekanan degenerasi elektron dan neutron tak akan
mampu menghentikan keruntuhan gravitasi bintang. Bintang akan menjadi semakin
mampat, medan gravitasi di permukaannya semakin kuat. Dengan begitu
kelengkungan ruang-waktu di sekitar bintang pun makin besar sehingga cahaya pun
tak dapat lolos. Radius maksimal bintang agar dapat menjadi lubang hitam adalah:
2GM
R s=
C2
Dari persamaan R s dapat diketahui bahwa Bumi dapat berubah menjadi lubang
hitam seandainya ada yang bisa memadatkannya sampai sebesar kelereng.
14
C. Matahari sebagai bintang di tata surya
1. Pengertian matahari
Matahari merupakan sumber energi utama dan terbesar bagi Bumi. Suhu
matahari sangat tinggi kira-kira 5.400 derajat Celcius. Dengan kondisi tersebut
maka materi-materi dalm matahari tidak mungkin berbentuk padat, cair atau gas
biasa. Materi-materi dalam matahari haruslah berwujud gas pijar yang disebut
plasma.
Selain matahari, benda langit lain yang juga memiliki wujud gas pijar adalah
bintang. Kesamaan lain dari matahari dan bintang adalah dalam spektrum cahaya
dan proses pembentukkan energinya. Matahari dan bintang sama-sama
memproduksi sumber energinya berdasarkan reaksi fusi inti. Karena kesamaan
inilah maka matahari dikelompokkan sebagai bintang.
15
2. Sumber Energi Matahari
kembali dengan hidrogen yang ada dan menghasilkan atom helium 32 He yang belum
stabil. Ketidakstabilannya membuat atom helium tersebut berreaksi kembali dengan
atom helium lain yang belum stabil dan menghasilkan helium 42He stabil. Reaksi
seutuhnya yang terjadi tampak sebagai berikut :
16
Secara ringkas perubahan yang terjadi adalah :
4 11H → 42 He +energi
Reaksi penggabungan dua inti atom yang ringan menjadi inti atom lain yang lebih
berat disebut reaksi fusi. Reaksi fusi ini hanya akan terjadi pada suhu yang tinggi
sehingga disebut reaksi fusi termonuklir. Reaksi fusi ini juga akan menghasilkan
energi yang sangat besar.
Energi tersebut timbul akibat terdapatnya selisih massa sebelum dan sesudah reaksi.
Selisih massa pembentukkan 42He yang memiliki massa 4,0038 sma dari 4 buah 11 H
yang bermassa 1,00812 sma , maka akan tampak selisih :
Pengurangan massa ini diubah menjadi energi sesuai dengan persamaan yang
dikemukakan oleh Albert Einstein.
E = (Δm). c2
Dimana:
Sehingga:
17
E = (Δm). c2
= 0,02860 sma x (3,08 x 108m / s)2
= 2,7131104 MeV
3. Lapisan-Lapisan Matahari
Matahari adalah benda langit yang bentuknya menyerupai bola besar yang
terdiri dari gas pijar dan aktif. Diameternya sekitar 1.400.00 km. Jika kita
memkitang Matahari, tampak seakan-akan permukaan Matahari halus dan licin.
Sebenarnya tidaklah demikian. Pada permukaan Matahari terjadi loncatan-loncatan
api setiap saat. Matahari terdiri dari beberapa lapisan di antaranya Inti, Zona radiasi,
zona konveksi, dan atmosfer yang meliputi fotosfer, kromosfer dan korona.
18
a. Inti
Inti matahari merupakan tempat terjadinya reaksi fusi di matahari, yaitu
pengubahan empat atom hydrogen melalui tahapan tertentu menjadi satu atom
helium. Karena letaknya dipusat, tekanan dalam inti sangat besar dan bersuhu
sekitar 15 juta kelvin. Tekanan dan suhu yang tinggi inilah yang menyebabkan
reaksi fusi dapat terus berlangsung
b. Zona radiatif
Daerah yang lebih luar dinamakan zona radiatif, karena pada daerah ini energy
yang berasal dari reaksi termonuklir di inti merambat secara radiasi.
c. Zona konvektif
Daerah yang lebih luar dinamakan zona konvektif, karena pada daerah ini
energy yang berasal dari reaksi termonuklir di inti merambat secara konveksi
d. Fotosfer
Fotosfer merupakan lapisan gas panas tebalnya ± 320 km. Mengingat
Matahari adalah gas, batas-batas lapisan ini tidak diketahui dengan jelas.
Makin jauh dari pusat Matahari, batas lapisannya makin kabur dan suhunya
makin rendah. Pada akhirnya, lapisan ini bercampur dengan lapisan berikutnya
yaitu kromosfer. Suhu rata-rata lapisan fotosfer adalah 5.700 Kelvin.
e. Kromosfer
19
Kromosfer adalah lapisan terbawah dari atmosfer Matahari dan
mengeluarkan cahaya merah lemah. Cahayanya berbentuk gelang merah dari
gas-gas hidrogen. Apabila terjadi gerhana Matahari total, Bulan akan menutupi
seluruh permukaan fotosfer sehingga lapisan kromosfernya akan tampak jelas.
Kromosfer adalah lapisan Matahari yang mengandung partikel-partikel inti,
seperti proton 6), neutron 7), dan elektron 8). Tebal lapisan kromosfer ± 16.000
km. Suhu rata-ratanya antara 6.000 sampai dengan 20.000 Kelvin. Dalam
lapisan kromosfer ini terjadi loncatan gas panas ke arah luar, kemudian jatuh
kembali ke Matahari. Loncatan gas ini disebut prominences. Selain itu
dipancarkan pula gelombang radio yang disebut radio bintang.
f. Korona
BAB III
PENUTUP
20
A. Kesimpulan
1. Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya. Terdapat bintang semu
dan bintang nyata. Menurut ilmu astronomi, definisi bintang adalah: Semua benda
masif (bermassa antara 0,08 hingga 200 massa matahari) yang sedang dan pernah
melangsungkan pembangkitan energi melalui reaksi fusi nuklir.
2. Bintang-bintang lahir di nebula dari hasil pengerutan, kemudian terjadi fragmentasi
sehingga membentuk kelompok-kelompok. Inilah yang disebut proto bintang.
Bintang yang bermassa besar dan panas umumnya membentuk raksasa biru dan
bintang yang relatif kecil membentuk katai kuning, seperti Matahari. Bintangbintang
besar dan panas memiliki inti konvektif dan lapisan selubung yang radiatif. Lain
halnya pada bintang-bintang kecil seperti Matahari yang memiliki inti radiatif dan
lapisan selubung konvektif. Bintang tersebut terus berevolusi seiring dengan waktu.
Bintang bermassa besar jauh lebih terang dan lebih singkat umurnya daripada bintang
bermassa sedang.
3. Matahari merupakan sumber energi utama dan terbesar bagi Bumi. Materi-materi
dalam matahari haruslah berwujud gas pijar yang disebut plasma sama halnya dengan
bintang. Matahari dan bintang sama-sama memproduksi sumber energinya
berdasarkan reaksi fusi inti. Karena kesamaan inilah maka matahari dikelompokkan
sebagai bintang.
B. Saran
Makalah yang kami susun semoga bisa membantu kita lebih memahami tentang Benda
Langit Bintang dan Matahari. Mohon permakluman dari semuanya jika dalam makalah
kami ini masih terdapat banyak kekeliruan baik bahasa maupun pemahaman. Karena
tiadalah sesuatu yang sempurna yang bisa manusia ciptakan.
Daftar Pustaka
21
Faisal. 2015. Penjelasan Mengenai Matahari Sebagai Bintang. Online.
https://sainsmini.blogspot.com/2015/05/penjelasan-mengenai-matahari-sebagai.html.
Diakses tanggal 18 Oktober 2018 pukul 12.13 WITA
Gautama, Sunkar Eka. 2010. Astronomi dan Astrofisika. Makassar: SMA Negeri 1 Makassar
22