Anda di halaman 1dari 14

Artikel Indo

ِ ِ‫الناس أَ ْنفَ ُعهُ ْم ل‬


‫لناس‬ ِ ‫“ خَ ْي ُر‬Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR.
Ahmad, Thabrani, Daruqutni)

 HOME
 ISLAM
 HEALTH
 ASKEP & LP
 DIARY
 ISLAMIC CONSULTATION
 MY GALLERY
 ABOUT US
 CONTACT
 PRIVACY POLICY

LP TUMOR BULI-BULI

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR BULI-BULI

A.    Defenisi
Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli (kandung kemih).
Karsinoma buli-buli merupakan tumor superficial. Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan
infiltrasi ke lamina phopria, otot dan lemak perivesika yang kemudian menyebar langsung ke
jaringan sekitar (Basuki B. Purnomo, 2000).
Carsinoma sel skuamosa gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna
merah secara terus menerus (ilmu keperawatan, 2007).

Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli atau kandung kemih (ilmu
bedah, 2008).
Tumor bulu-buli adalah tumor buli-buli yang dapat berbentuk papiler, tumor non invasif
(insitur), noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
Dapat disimpulkan bahwa tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli
atau kandung kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit  yaitu keluar air kencing
warna merah terus.
B.     Etiologi
1.      Pekerjaan : pekerja dipabrik kimia, laboratorium (senyawa amin aromatik)
2.      Perokok : rokok mengandung amin aromatik dan nitrosamin.
3.      Infeksi saluran kemih : Escherichia Coli dan proteus yang menghasilkan karsinogen.
4.      Kopi : pemanis buatan dan obat-obatan, untuk pemakaian jangka panjang dapat meningkatkan
resiko karsinoma buli-buli.

C.    Tanda dan Gejala


Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi,
infeksi dan edema.
1.      Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter proksimal.
a.    Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria, dapat terjadi iritasi batu
yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak
unit fungsional (nefron) ginjal.
b.      Nyeri hebat dan ketidaknyamanan.
2.      Batu di ginjal
a.       Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
b.      Hematuri.
c.   Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri kebawah mendekati
kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
d.      Mual dan muntah.
e.       Diare.
3.      Batu di ureter
a.       Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
b.      Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
c.       Hematuri akibat abrasi batu.
d.      Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 – 1 cm.
4.      Batu di kandung kemih
a.         Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan
hematuri.
b.         Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urin.
5.      Teori terbentuknya batu
a.       Teori Intimatriks.
Terbentuknya BSK yang memerlukan adanya substansi organik sebagai inti. Substansi ini terdiri
dari mukopolisakarida dan mukoproptein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi
substansi pembentukan batu.
b.      Teori Supersaturasi.
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti; sistin, santin, asam urat,
kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c.       Teori Presipitasi-Kristaliasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substasi dalam urine. Urine yang bersifat
asam akan mengendap sistin,santin,asam dan garam urat,urine alkali akan mengendap garam-
garam fosfat..
d.      Teori Berkurangnya faktor penghambat.
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfatpolifosfat, sitrat magnesium,
asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.

D.    Patofisiologi
Sel tumor transisional invasi ke dinding kandung kemih. Invasi ke lamina propia dan
merusak otot sebelum masuk ke lemak perivesikal dan organ lain lainnya. Penyebaran secara
hematogen atau limfatogenous menunjukkan metastasis tumor pada kelenjar limfe regional, paru,
tulang dan hati.
Stadium (staging) tumor kandung kemih penting untuk menentukan program pengobatan.
Klasifikasiny adalah sebagai berikut :
Ta : tumor terbatas pada epithelium.
Tis : karsinoma in situ
T1 : tumor sampai dengan lapisan subepitelium.
T2 : tumor sampai dengan lapisan otot superficial.
T3a : tumor sampai dengan otot dalam
T3b : tumor sampai dengan lemak perivesika.
T4 : tumor sampai dengan jaringan di luar kandung kemih : prostate, uterus, vagina,   dinding
pelvis dan dinding abdomen.

E.    Manifestasi Klinis


1.            Kencing campur darah yang intermitten
2.            Merasa panas waktu kencing
3.            Merasa ingin kencing
4.            Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya  sukar kencing
5.            Nyeri suprapubik yang konstan
6.            Panas badan dan merasa lemah
7.            Nyeri pinggang karena tekenan saraf
8.            Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis

F.     Komplikasi
1.            Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
2.            Retensi urine bila tumor mengadakan invai ke bladder neck
3.            Hydronephrosis oleh karena ureter mengalami oklusi

G.    Pemeriksaan Diagnostik


1.             Pemeriksaan Laboratorium Rutin
Ditemukan kelainan hematuria. Anemia dapat dijumpai sebagai tanda adanya perdarahan
kronis atau pendesakan sel metastasis kesumsum tulang. Uremia dapat dijumpai bila tumor
menyumbat kedua muara ureter baik karena obstruksi tumornya sendiri  atau limfadenopati.
a.       Sitologi urine, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine.
b.      Cell Survey antigen study, yaitu pemeriksaan lab. Untuk mencari sel  antigen terhadap kanker,
bahan yang digunakan adalah darah vena.
c.       Flow Cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel urtelium.
2.      Pemeriksaan Radiologi
Dilakukan foto polos abdomen. Pielografi intravena dan foto toraks. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk menilai keadaan traktur urinarius yaitu berupa adanya gangguan fungsi ekresi
ginjal,hidronefrosis,hidroureter dan filling defect pada buli-buli dan melihat adanya regional
adalah jauh.
3.      Sitoskopi dan Biopsi
Pada persangkaan adanya tumor buli-buli maka pemeriksaan sistoskopi adalah mutlak
dilakukan,bila perlu dapat dilaukan  CT-Scan.Pada pemeriksaan sistoskopi dapat dilihat adanya
tumor dan sekaligus dapat dilakukan biopsi atau reaksi tumor yang juga merupakan tindakan
pengobatan pada tumor tumor superfisial.

H.    Penatalaksanaan/Pengobatan
1.      Penanganan tumor Kandung Kemih bergantung pada derajat tumornya(didasarkan pada derajat 
diferensiasi sel), stadium pertumbuhan tumor  (derajat invasi local sertaada tidaknya metastase)
dan multi sentrisitas tumor (apaka tumor tersebut memiliki banyak pusat).
2.      Usia pasien dan status fisik, mental serta emosional harus dipertimbangkan dalam menentu
bentuk terapinya.
a.       Reseksi transuretra atau fulgurasi(kauterisasi) dapat dilakukan pada papiloma yang tunggal
(tumor epitel benigna). Melenyapkan tumor lewat insisi bedah dengan menggunakan instrument
yang dimasukkan melalui uretra.
b.  Kemoterapi topical. Pemberian medikasi dengan konsentrasi yang tinggi (thiotepa,
doxorubisin, mitomisin, ethouglusid dan Bacillus Calmette   Guerin (BCG) untuk meningkatkan
penghancuran jaringan tumor.
c.     Radiasi. Dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi mikroektensi Neoplasma dan
viabilitas sel-sel tumor
d.      Sistektomi. Dilakukan pada kanker kandung kemih yang invasive atau multifocal.
Sistektomi pada laki-laki : pengangkatan kandung kemih, prostat serta vesikulus serminalis
dan jaringan vesikel disekitarnya.
Sistektomi pada wanita   :pengangkatan kandumg kemih,ureter bagin bawa,uterus,tuba
fallopi,ovarium,vagina anterior dan uretra.
Pada Tindakan Sistektomi dilakukan Diversi Urine:
      Untuk mengalihkan aliran urin dari kandung kemih ketempat keluarnya yang
baru,biasanya air kemih dialirkan kesuatu lubang didinding perut (stoma).Selanjutnya air kemih
ikumpulkan dalam suatu kantong.
Cara untuk mengalihkan air kemih pada penderita yang kandung kemihnya telah diangkat,
digolongkan kedalam 2 kategori:
1.      Orthotopic Neobladder
Penampung ini dihubungkan dengan uretra.Penderita diajarkan untuk mengosongkan
penampung ini dengan cara mengendurkan otot dasar panggul dan meningkatkan tekanan dalam
perut, sehingga air kemih mengalir melalui uretra.
2.      Continent Cutaneous Diversion.
Penampung ini dihubungkan dengan sebuah lubang di dinding perut. Diperlukan kantong
luar,karena air kemih tetap berada dalam penampung sebelum dikosongkan oleh penderita
dengan cara memasang selang melalui lubang di dinding perut kedalam  penampung. Penderita
melakukan pengosongan ini secara teratur.

KONSEP KEPERAWATAN
A.     Pengkajian

Aktivitas/Istirahat
Gejala: Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya
Sirkulasi
Tanda : peningkatan tekanan darah/ nadi (nyeri, ansietas)
Eliminasi
Gejala: riwayat adanya tumor kandung kemih
Tanda : hematuria, disuria, Perubahan pola berkemih.
Makanan/Cairan
Gejala : penurunan berat badan
Nyeri/Keamanan
Gejala : nyeri saat berkemih
Penyuluhan
Gejala : riwayat keluarga tumor

B.     Diagnosa Keperawatan yang Muncul


1.          Gangguan eliminasi urine b/d dengan hematuria
2.          Nyeri b/d adanya iritasi pada vesica urinaria
3.          Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d adanya kanker pada vesica urinari
4.          Gangguan pola tidur b/d nyeri pada vesica urinari
5.          Cemas b/d diagnosis tumor
6.          Risiko infeksi b/d pembedahan
7.          Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit dan pengobatannya.
C.    Tujuan Dan Rencana Tindakan (NOC/NIC)
No DIAGNOSA
. KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
Dx DAN KOLABORASI
1 Gangguan eliminasi NOC: NIC:
urine berhubungan   Urinary Eleimination Urinary Retention Care
hematuria   Urinary Contiunence 1.      Monitor intake dan
output
Kriteria Hasil : 2.      Monitor penggunaan
1.      Kandung kemih kosong secara obat antikolinergik
penuh 3.      Monitor derajat distensi
2.      Tidak ada residu urine >100- bladder
200 cc 4.      Instruksikan kepada
3.      Intake cairan dalam rentang pasien dan keluarga untuk
normal mencatat output urine
4.      Bebas dari ISK 5.      Sediakan privasi untuk
5.      Tidak ada spasme bladder eliminasi
6.      Balance cairan seimbang 6.      Stimulasi reflek bladder
dengan kompres dingin
pada abdomen
7.      Kateterisasi jika perlu
8.      Monitor tanda dan
gejala ISK
(panas,hematuria,
perubahan bau dan
konsistensi urien)
2 Nyeri berhubungan NOC: NIC :
dengan adanya iritasi   Pain Level Pain Management
pada vesica urinaria   Pain Control 1.      Lakukan pengkajian
  Comfort Level nyeri secara komprehensip
termasuk lokasi,
Kriteria Hasil: karakteristik, durasi,
1.      Mampu mengontrol nyeri (tahu  frekuensi, kualitas, dan
penyebab nyeri, mampu faktor presipitasi
menggunakan teknik 2.      Observasi reaksi
nonfarmakologi untuk nonverbal dari
mengurangi nyeri, mencari ketidaknyaman
bantuan) 3.      Gunakan teknik
2.      Melaporkan bahwa nyeri komunikasi terapeutik
berkurang dengan untuk mengetahui
menggunakan manajemen nyeri pengalaman nyeri pasien
3.      Mampu mengenali nyeri (skala, 4.      Kaji kultur yang
intensitas, frekuensi dan tanda mempengaruhi respon nyeri
nyeri) 5.      Evaluasi pengalaman
Menyatakan rasa nyaman nyeri masa lampau
setelah nyeri berkurang 6.      Evaluasi bersama
pasien dan tim kesehatan
lain tentang
ketidakefektivan kontrol
nyeri masa lampau
7.      Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
8.      Kontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9.      Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10.  Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakoligi, non
farmakologi dan
interpersonal)
11.  Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
12.  Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13.  Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14.  Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15.  Tingkatkan istirahat
16.  Kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
17.  Monitor penerimaan
pasien tentang managemen
nyeri

Analgesic Administration
1.      Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2.      Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3.      Cek riwayat alergi
4.      Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dsari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5.      Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6.      Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
7.      Monitor TTV sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
8.      Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
9.      Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

3 Nutrisi kurang dari NIC: NOC:


kebutuhan berhubungan   Nutritional status : food and Nutrion Management
dengan adanya kanker fluid intake 1.      Kaji adanya alergi
pada vesica urinaria   Nutrional status : nutrien intake makanan
  Weight control 2.      Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
Kriteri Hasil : jumlah kalori dan nutrisi
9.       Adanya peningkatan BB sesuai yang dibutuhkan pasien
dengan tujuan 3.      Anjurkan pasien untuk
10.   BB ideal sesuai dengan tinggi meningkatkan intake Fe
badan 4.      Anjurkan pasien untuk
11.   Mampu mengidentifikasi meningkatkan protein dan
kebutuhan nutrisi vitamin C
12.   Tidak ada tanda-tanda 5.      Berikan substasi gula
malnutrisi 6.      Yakinkan diet yang
13.   Menunjukan peningkatan dimakan mengandung
fungsi pengecapan dari menelan tinggi serat untuk
14.   Tidak terjadi penurunan BB mencegah konstipasi
yang berarti 7.      Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
8.      Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian

Nutrition monitoring
1.     BB pasien dalam batas
normal
2.     Monitor adanya
penurunan BB
3.     Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan, monitor
interaksi anak atau orangtua
selama makan
4.     Monitor lingkungan
selama makan
5.     Monitor lingkungan
selama makan
6.     Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan
7.     Monitor kulit kering
dan perubahan pigmentasi
8.     Monitor turgor kulit
9.     Monitor kekeringan,
rambut kusam dan mudah
patah
10. Monitor mual dan
muntah
5 Cemas berhubungan NOC: NIC:
dengan diagnosis tumor   Anxiety Control Anxiety Reduction
  Coping (Penurunan Kecemasan)
  Impulse Control 1.      Gunakan pendekatan
yang menenangkan
Kriteria hasil : 2.      Nyatakan dengan jelas
1.      Klien mampu mengidentifikasi harapan terhadap pelaku
dan mengungkapkan gejala pasien
cemas 3.      Jelaskan semua
2.      Mengidentifikasikan, prosedur dan apa yang
mengungkapkan, dan dirasakan selama prosedur
menunjukkan teknik untuk 4.      Pahami prespektif
mengontrol cemas pasien terhadap situasi stres
3.      TTV dalam batas normal 5.      Temani pasien untuk
4.      Postur tubuh, ekspresi wajah, memberikan keamanan dan
bahasa tubuh, dan tingkat mengurangi takut
aktivitas menunjukan 6.      Berikan informasi
kekurangan kecemasan faktual mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
7.      Dorong keluarga untuk
menemani anak
8.      Lakukan back/neck rub
9.      Dengarkan dengan
penuh perhatian
10.  Identifiksi tingkat
kecemasan
11.  Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
12.  Dorong pasien untuk
mengungkapan perasaan,
ketakutan, persepsi
13.  Intruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
14.  Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
6 Resiko infeksi NOC: NIC:
berhubungan dengan   Immune Status Infection Control (Kontrol
pembedahan   Knowledge : Infection Control Infeksi)
  Risk Control 1.      Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain
Kriteria Hasil : 2.      Pertahankan teknik
1.      Klien bebas dari tanda dan isolasi
gejala infeksi 3.      Batasi pengunjung bila
2.      Mendeskripsikan proses perlu
penularan penyakit, faktor yang 4.      Instruksikan pada
mempengaruhi penularan serta pengujung untuk mencuci
penatalaksanaannya tangan saat berkunjung dan
3.      Meunjukan  kemampuan untuk setelah berkunjung
mencegah timbulnya infeksi meninggalkan pasien
4.      Jumlah leokosit dalam batas 5.      Gunakan sabun
normal antimikroba untuk cuci
5.      Menunjukan perilaku hidup tangan
sehat 6.      Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
7.      Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
8.      Pertahankan
lingkungan aseptik selama
pemasanan alat
9.      Ganti letak IV perifer
san line cental dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
10.  Gunakan katete 
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
11.  Tingkatkan intake
nutrisi
12.  Berikan terapi
antibiotik bila perlu

Infection Protection
(Proteksi Terhadap Infeksi)
1.      Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemikdan
lokal
2.      Monitor hitung
granulosit, WBC
3.      Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4.      Batasi pengunjung
5.      Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
6.      Pertahankan teknik
aspirasi pada pasien yang
berisiko
7.      Pertahankan teknik
isolasi k/p
8.      Berikan perawatan kulit
pada area epidema
9.      Inspeksi kulit dan
membran mukossa terhadap
kemerahan, panas, drainase
10.  Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
11.  Dorong masukan nutrisi
yang cukup
12.  Dorong masukan cairan
13.  Dorong istirahat
14.  Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
15.  Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
16.  Ajarkan cara
menghindari infeksi
17.  Laporkan kecurigaan
infeksi
18.  Laporkan kultur positif
7 Kurangnya pengetahuan NOC: NIC:
berhubungan dengan   Knowledge : Disease Process Teaching : disease process
kurangnya informasi   Knowledge : Health Behavior 1.       Berikan penilaian
menegenai penyakit dan tentang tingkat
pengobatanya Kriteria Hasil : pengetahuan pasien tentang
1.     Pasien dan keluarga proses penyakit yang
menyatakan pemahaman spesifik
tentang penyakit, kondisi, 2.       Jelaskan patofisiologi
prognosis, dan program dari penyakit dan
pengobatan bagaimana hal ini
2.     Pasien dan keluarga mampu berhubungan dengan
melaksanakan prosedur yang anatomi dan fisiologi,
dijelaskan secara benar dengan cara yang tepat
3.     Pasien dan keluarga mampu 3.       Gambarkan tanda dan
menjelaskan perawat/tim gejala yang biasa muncul
kesehatan lainya pada penyakit dengan cara
yang tepat
4.       Gambarkan proses
penyakit, dengan cara yang
tepat
5.       Identifikasi
kemungkinan penyebab,
dengan cara yang tepat
6.       Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang
tepat
7.       Hindari harapan yang
kosong
8.       Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi tentang 
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
9.       Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mingkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang atau proses
pengontrolan penyakit
10.   Eksplorasi
kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara
yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, EGC.Jakarta.

Carpenito, Linda Juall (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan).PT EGC,

Jakarta.

Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified. New York Chicago.

Doenges,et al, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan),PT EGC. Jakarta.

San Fransisco Lisbon London, (1999).Mexico City Milan New Delhi San Juan Seoul, Singapore Sydney

Toronto.

Soeparman, (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Sylvia dan Lorraine (1999). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi empat, buku kedua. EGC.

Jakarta.

www.laporan-pendahuluan-askep.com/

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

-----

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN TUMOR BULI-BULI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CARUBAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Sistem Kardiovaskuler


  
Disusun oleh :
AMIRRUDIN SETIAWAN
M13.01.0001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
TA. 2013/2014

Anda mungkin juga menyukai