1. Pengertian
Diare adalah sebagai inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus yang berakibat
kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit (Betz, C.L. dkk., 2002: 155). Menurut Nursalam, dkk., 2005: 168 Diare pada dasarnya
adalah frekuensi BAB yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih besar.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan dari diare adalah BAB lebih dari 3 sampai 4
kali per hari dengan konsistensi cair dan encer yang dapat disertai atau tanpa disertai darah atau
lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
2. Etiologi
Penyebab utama diare adalah diantaranya : Virus atau bakteri yaitu rotavirus, Escherichia Coli,
Shigella, Cryptosporidium, Vibro Cholerae, dan salmonella. Selain virus dan bakteri ada
beberapa penyebab lain yang dapat menimbulkan terjadinya diare menurut Nursalam (2008 :
169) yaitu :
d. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum
memegang makanan.
Menurut Suriadi & Yulianti, R (2001 : 83) penyebab diare dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak adalah
(a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan
sebagainya
(b) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, coxsackie, polio-myelitis) adenovirus, rotavirus, astrovirus
dan lain-lain
(c) Infeksi parasit : Cacing (askaris, trichiuris, oxyuris, strongyloides), protozoa (Entamoeba
2) Infeksi Parenteral
Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis media
b. Faktor Malabsorbsi
(intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor Makanan
d. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas walaupun jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar.
3. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya pertama
faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam
saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus dan
dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang
akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya
toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa
mengalami iritasi yang kemudian akan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Kedua faktor
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. Ketiga, faktor makanan ini dapat terjadi
apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan
peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang
peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang
volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, perubahan pola eliminasa BAB (diare),
dan ansietas.
Patogenesis yang dapat menyebabkan timbulnya diare yang akan dijabarkan menurut Nursalam
Terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus
dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu misalnya toksin pada dinding usus akan tejadi peningkatan sekresi,
air, dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada diare menurut Hidayat, (2006: 12 -13 ) adalah :
a. Frekuensi BAB pada bayi lebih dari 3 x/hari dan pada neonatus lebih dari 4 x/hari
e. Muntah
f. Rasa haus
h. Feses bersifat asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diserap oleh usus
j. Asidosis metabolik seperti tampak pucat dengan pernafasan cepat dan dangkal.
6. Komplikasi
a. Dehidrasi ringan
b. Dehidrasi sedang
c. Dehidrasi Berat
7. Diagnostik
a. Analisis feses
Meliputi pengujian untuk adanya bakteri, ovum dan parasit, darah, mucus, lemak, urobilinogen,
tripsin, leukosit, penurunan substansi dan PH, mungkin dilakukan untuk menentukan adanya
infeksi, infestasi (adanya parasit dalam tubuh), perdarahan, atau gangguan malabsorbsi.
e. Barium enema (pemeriksaan usus besar, sinar-x kolon) dapat dilakukan untuk mendeteksi lesi,
f. CT scan
Mengidenfitifikasi tumor, abses, dan obstruksi kandung empedu.
endoskop serat optik untuk memeriksa lumen dan lapisan mukosa esofagus, lambung, dan bagian
atas usus halus. Semua pengujian ini menentukan keabnormalitasan jaringan, perdarahan
mengevaluasi kolon dan sekum terminal terhadap adanya penyakit peradangan usus, pendarahan
8. Penatalaksanaan
a. Medis
Bila anak hanya mengalami dehidrasi ringan, rehidrasi dapat dilakukan peroral seperti untuk
pasien rawat jalan dengan larutan rehidrasi oral yaitu pemberian minuman sedikit tetapi sering
(Pedialyte, Ricelyte). Cairan rehidrasi oral diberikan sedikit tapi sering (5 sampai 15 ml), meski
terdapat muntah. Dalam hal dehidrasi berat, anak dihospitalisasi untuk mendapatkan terapi
intravena (IV) demi mengatasi dehidrasinya. Jumlah dehidrasi dihitung dan cairan diganti dalam
Jika ada syok, segera dilakukan resusitasi cairan (20 ml/kg larutan salin normal atau larutan
Ringer laktat, ulangi jika perlu). Kasus-kasus ini, bila pemasangan jalur IV tidak berhasil, rute
intraoseus dapat dipakai untuk memberikan cairan dalam keadaan darurat pada anak yang
berusia kurang dari 6 tahun. Bila perfusi sistemik telah membaik, berarti koreksi dehidrasi telah
dimulai.
Setelah rehidrasi selesai, diet dapat dilanjutkan dengan makan-makanan yang mudah dicerna
seperti pisang, nasi atau bubur, roti bakar, biji-bijian kering, dan susu ibu. Makanan dan cairan
rehidrasi oral dengan nyata mengurangi lamanya diare. Secepatnya kembali ke kasus malnutrisi
yang sudah ada sebelumnya. Susu dan jus pada mulanya harus diencerkan sebelum diberikan.
Antiemetika dan antispasmodic tidak dianjurkan dalam kasus ini. Antibiotika juga tidak
diindikasikan pada kebanyakan kasus, karena gastoenteritis bakterial maupun viral dapat sembuh
dengan sendirinya. Tetapi antibiotik digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan
organisme Shigella, E. coli, organisme Salmonella, (dengan sepsis atau infeksi setempat), dan G.
b. Penatalaksanaan Perawatan
Menurut Suriadi & Yulianti R (2001: 87) penatalaksanaan keperawatan secara umum yang
2) Mengkaji status hidrasi, ubun-ubun, turgor kulit, mata, membrane mukosa mulut.
Menurut Hidayat, A Alimul (2006 : 128) Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2
peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan
dan perkembangan, sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan
a) Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi
tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound,
kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi
b) Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-orang dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah
Pertumbuhan fisik anak pada usia toddler (1-3 tahun) anak relatif lebih lambat dibandingkan
dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering
mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan anak mulai
belajar jalan. Pada mulanya, anak berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan
berpegangan. Sekitar usia enam belas bulan, anak mulai belajar berlari dan menaiki tangga,
tetapi masih kelihatan kaku. Oleh karena itu, anak perlu diawasi, karena dalam beraktivitas anak
Perhatian anak terhadap lingkungan menjadi lebih besar dibanding dengan masa sebelumnya
dimana lebih banyak berinteraksi dengan keluarganya. Pada masa ini, anak bersifat egosentris,
yaitu mempunyai sifat keakuan yang kuat sehingga segala sesuatu yang disukaianya dianggap
sebagai miliknya. Apabila anak menginginkan mainan kepunyaan teman, sering ia akan
Menurut Soetjiningsih (2005 : 34) yaitu Masa pertumbuhan balita toddler (1-3 tahun) anak
berada pada fase : naik turun tanggal, menyusun 6 kotak, menunjuk mata dan hidungnya,
menyusun dua kata, belajar makan sendiri, menggambar garis kertas atau pasir, mulai belajar
mengontrol buang air besar dan buang air kecil (kencing), menaruh minat kepada apa yang
dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar, memperlihatkan minat kepada anak lain dan
Menurut teori Erikson, anak berada pada fase mandiri vs malu/ragu. Ragu (otonomi vs doubt).
Hal ini terlihat dengan berkembangnya kemampuan anak, yaitu dengan belajar untuk makan atau
berpakaian sendiri. Apabila orang tua tidak mendukung upaya anak untuk belajar mandiri, maka
hal ini dapat menimbulkan rasa malu/rasa ragu akan kemampuannya, misalnya orang tua yang
selalu memanjakan anak dan mencela aktivitas yang telah dilakukan oleh anak. Pada masa ini
sudah sampai waktunya anak dilatih untuk buang air besar atau buang air kecil pada tempatnya
(toilet training). Anak juga dapat menunjuk beberapa bagian tubuhnya, menyusun dua kata, dan
Pada masa ini, anak perlu dibimbing dengan akrab, penuh kasih sayang, tetapi juga tegas,
sehingga anak tidak mengalami kebingungan. Jika orang tua mengenal kebutuhan anak, maka
anak akan berkembang perasaan otonominya sehingga anak dapat mengendalikan otot-otot dan
rangsangan lingkungan.
Menurut Nursalam, (2005: 172-175) pengkajian khusus yang dilakukan pada penderita diare
adalah :
a) Data dasar: usia, berat badan, riwayat penyakit dahulu, dan sekarang.
b) Sistem kardiovaskuler: denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat, kecil, tekanan darah
menurun.
c) Sistem pencernaan dan eliminasi: diare, tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah, warna
hijau berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu, dapat juga ditemukan
gejala muntah, abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram dan bising usus meningkat.
Anus kemungkinan iritasi dan lesi, bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit
maka gejala dehidrasi mulai tampak menurun, turgor kulit kurang, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, selaput bibir, dan mulut serta kulit tampak kering.
d) Makanan/cairan: nafsu makan berkurang bahkan tidak ada, muntah disebabkan karena lubang
yang mulai meradang akibat sistem asam basa dan elektrolit, anak tampak haus dan klien
mengalami kelaparan.
soporokomatus.
h) Respirasi: bila sudah ada asidosis metabolik penderita akan tampak pucat, nafas cepat dan dalam
(pernafasan kusmaul).
j) Hygiene (kebersihan): anus dan di sekitarnya menjadi lecet karena sering defekasi, turgor kulit
a. Kurang volume cairan b.d kehilangan gastrointestinal yang berlebih melalui feses atau anoreksia
Tabel 2.2. Intervensi keperawatan Kurang volume cairan b.d kehilangan Gastrointestinal yang berlebih
melalui feses.
No Intervensi Rasional
2 Berikan dan pantau cairan (intravena) IV Untuk dehidrasi hebat dan muntah serta
sesuai ketentuan pemasukan antibiotik bila diindikasikan
akibat diare
Tujuan: Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk mempertahankan berat badan yang
Tabel 2.3. Intervensi keperawatan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan yang tidak
adekuat, penyebab akibat diare
No Intervensi Rasional
1 Setelah rehidrasi, intruksikan ibu menyusui Karena hal ini cenderung mengurangi
untuk melanjutkan pemberian ASI. kehebatan dan durasi penyakit
2 Hindari pemberian diet dengan pisang, Karena diet ini rendah dalam energi dan
apel, dan roti panggang dan teh protein, terlalu tinggi dalam karbohidrat
dan rendah elektrolit
5 Timbang berat badan klien tiap hari Mengkaji kebutuhan nutrisi sesuai berat
badan
gastrointestinal.
Tujuan: Pasien tidak menunjukkan tanda infeksi gastrointestinal dan infeksi tidak menyebar pada
orang lain.
Tabel 2.4. Intervensi keperawatan Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang
menembus saluran gastrointestinal.
No Intervensi Rasional
1 Implementasi isolasi substansi Mencegah penyebaran infeksi
tubuh atau praktek pengendalian
infeksi di rumah sakit, termasuk
pembuangan feses dan pencucian
yang tepat, serta penanganan
spesimen yang tepat
Tabel 2.5. Intervensi keperawatan Kerusakan integritas kulit b.d iritasi karena diare.
No Intervensi Rasional
1 Ganti popok dengan sering Menjaga agar kulit tetap bersih dan kering
3 Beri salep seperti seng oksida (tipe salep Melindungi kulit dari iritasi
bervariasi setiap anak dan memerlukan
percobaan)
6 Observasi bokong perineum akan Sehingga terapi yang tepat dapat dimulai
adanya infeksi
Tujuan:
a) Keluarga memahami tentang penyakit anak dan pengobatannya serta mampu memberikan
perawatan
Tabel 2.6. Intervensi keperawatan Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang
pengetahuan.
No Intervensi Rasional
1 Berikan informasi pada keluarga tentang Motivasi kepatuhan terhadap program
penyakit anak dan tindakan terapeutik terapeutik, khususnya jika berada di
rumah.
Tujuan: Melaporkan penurunan frekuensi BAB dan konsistensi feses kembali lunak, dengan
Tabel 2.7. Intervensi keperawatan Perubahan pola eliminasi BAB, diare b.d Hiperperistaltik usus.
No Intervensi Rasional
Poskan Komentar
Mengenai Saya
Muhammad Fredianto
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2014 (2)
o ▼ Juli (2)
ASKEP KEJANG DEMAM
LAPORAN PENDAHULUAN (LP) DIARE