Anda di halaman 1dari 21

askep pada anak

Sabtu, 12 Juli 2014


LAPORAN PENDAHULUAN (LP) DIARE

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG MASALH


PENYAKIT DIARE PADA ANAK
A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Diare adalah sebagai inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus yang berakibat

kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan

elektrolit (Betz, C.L. dkk., 2002: 155). Menurut Nursalam, dkk., 2005: 168 Diare pada dasarnya

adalah frekuensi BAB yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih besar.

(Hidayat, AA., 2006: 12)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan dari diare adalah BAB lebih dari 3 sampai 4

kali per hari dengan konsistensi cair dan encer yang dapat disertai atau tanpa disertai darah atau

lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

2. Etiologi

Penyebab utama diare adalah diantaranya : Virus atau bakteri yaitu rotavirus, Escherichia Coli,

Shigella, Cryptosporidium, Vibro Cholerae, dan salmonella. Selain virus dan bakteri ada
beberapa penyebab lain yang dapat menimbulkan terjadinya diare menurut Nursalam (2008 :

169) yaitu :

a. Keracunan makanan dan minuman ( makanan basi )

b. Tidak tahan terhadap makanan tertentu misalnya susu.

c. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas

d. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum

memegang makanan.

Menurut Suriadi & Yulianti, R (2001 : 83) penyebab diare dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :

a. Faktor Infeksi

1) Infeksi enteral

Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak adalah

infeksi enteral yaitu sebagai berikut:

(a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan

sebagainya

(b) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, coxsackie, polio-myelitis) adenovirus, rotavirus, astrovirus

dan lain-lain

(c) Infeksi parasit : Cacing (askaris, trichiuris, oxyuris, strongyloides), protozoa (Entamoeba

histolytica, Giardia lambia, trichomonas hominis), jamur (candida albicans).

2) Infeksi Parenteral
Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis media

akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini

biasanya terjadi pada bayi dan anak berumur 2 tahun.

b. Faktor Malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa), monosakarida

(intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering

ialah intoleransi laktosa.

2) Malabsorbsi lemak

3) Malabsorbsi protein

c. Faktor Makanan

Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.

d. Faktor Psikologis

Rasa takut dan cemas walaupun jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar.

3. Patofisiologi

Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya pertama

faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam

saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus dan

dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang

akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya

toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa

mengalami iritasi yang kemudian akan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Kedua faktor

malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan


osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat

meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. Ketiga, faktor makanan ini dapat terjadi

apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan

peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang

kemudian menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis dapat memenuhi terjadinya

peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang

dapat menyebabkan diare sehingga muncul masalah-masalah keperawatan seperti kekurangan

volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, perubahan pola eliminasa BAB (diare),

dan ansietas.

(Hidayat. AA, 2006: 12 -13 ).


4. Patogenesis

Patogenesis yang dapat menyebabkan timbulnya diare yang akan dijabarkan menurut Nursalam

(2005 : 170) adalah sebagai berikut :


a. Gangguan osmotik

Terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik

dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus

dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu misalnya toksin pada dinding usus akan tejadi peningkatan sekresi,

air, dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan

isi rongga usus.

c. Gangguan mortalitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan

sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri

tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada diare menurut Hidayat, (2006: 12 -13 ) adalah :

a. Frekuensi BAB pada bayi lebih dari 3 x/hari dan pada neonatus lebih dari 4 x/hari

b. Bentuk cair pada BAB kadang-kadang disertai lendir dan darah

c. Nafsu makan menurun

d. Warnanya lama-kelamaan kehijauan karena bercampur empedu

e. Muntah

f. Rasa haus

g. Adanya lecet pada daerah sekitar anus

h. Feses bersifat asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diserap oleh usus

i. Adanya tanda dehidrasi

j. Asidosis metabolik seperti tampak pucat dengan pernafasan cepat dan dangkal.
6. Komplikasi

Menurut Wong D.L, (2004 : 995 – 999) akibat diare,


kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat
terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut:
Beberapa tingkatan dehidrasi dibagi menjadi 3 :

a. Dehidrasi ringan

b. Dehidrasi sedang

c. Dehidrasi Berat

Tabel 2.1 Mengevaluasi derajat dehidrasi

Tingkat dehidrasi Ringan Sedang Berat


Penurunan BB bayi 5% 10% 15%
Penurunan BB anak-anak 3-4% 6-8% 10%
Frekuensi nadi Normal Sedikit meningkat Sangat meningkat
Tekanan darah Normal Normal hingga Ortostatik hingga
ortostatik syok
(perubahan >10
mmHg)
Perilaku Normal Rewel, lebih haus Sangat rewel
hingga letargik
Masa haus Sedikit Sedang Sangat besar
Membran mukosa Normal Kering Sangat kering

Air mata Ada Berkurang Tidak ada, mata


cekung
Ubun-ubun depan Normal Normal hingga Cekung
cekung
Vena jugularis eksterna Terlihat Tidak terlihat Tidak terlihat
ketika kecuali jika sekalipun
dibaringkan dilakukan tekanan dilakukan tekanan
telentang supralavikular supralavikular
Kulit (kurang bermanfaat pada Pengisian Pengisian ulang Pengisian ulang
anak > 2 tahun) ulang kapiler kapiler lambat (2-4 kapiler sangat
> 2 detik detik penurunan lambat (> 4 detik)
turgor) dan terlihat
tenting, kulit
teraba dingin
tampak
akrosianotik dan
motlet (berbintik-
bintik)
Berat jenis urine >1,020 >1,020 oliguria Oliguria atau
anuria

7. Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik pada diare menurut Muschari (2005: 244) yaitu :

a. Analisis feses

Meliputi pengujian untuk adanya bakteri, ovum dan parasit, darah, mucus, lemak, urobilinogen,

tripsin, leukosit, penurunan substansi dan PH, mungkin dilakukan untuk menentukan adanya

infeksi, infestasi (adanya parasit dalam tubuh), perdarahan, atau gangguan malabsorbsi.

b. Laju Endap Darah (LED)

Dilakukan untuk mengetahui adanya peradangan.

c. Hitung Darah Lengkap (HDL)

Dilakukan untuk mengevaluasi adanya anemia pada kasus perdarahan.

d. Radiografi sinar-x lambung, pemeriksaan gastrointestinal bagian atas, pemeriksaan sinar-x

esofagus dan lambung, dan pemeriksaan usus halus

Dilakukan untuk mendeteksi adanya lesi, obstruksi, dan masalah motilitas.

e. Barium enema (pemeriksaan usus besar, sinar-x kolon) dapat dilakukan untuk mendeteksi lesi,

obstruksi, dan masalah motilitas sistem GI bagian bawah.

f. CT scan
Mengidenfitifikasi tumor, abses, dan obstruksi kandung empedu.

g. Esofagogastroduodenoskpi (EGD), endoskopi, dan gastroskopi

Merupakan prosedur endoskopik gastrointestinal bagian atas yang dilakukan menggunakan

endoskop serat optik untuk memeriksa lumen dan lapisan mukosa esofagus, lambung, dan bagian

atas usus halus. Semua pengujian ini menentukan keabnormalitasan jaringan, perdarahan

gastrointestinal dan ulserasi.

h. Kolonoskopi, proktoskopi, anoskopi, sigmoidoskopi dan proktosigmooidoskopi

Merupakan prosedur endoskopi gastrointestinal bagian bawah yang dilakukan untuk

mengevaluasi kolon dan sekum terminal terhadap adanya penyakit peradangan usus, pendarahan

gastrointestinal dan diare. Biopsi dapat dilakukan selama prosedur.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Betz, C.L (2002: 161). :

a. Medis

Bila anak hanya mengalami dehidrasi ringan, rehidrasi dapat dilakukan peroral seperti untuk

pasien rawat jalan dengan larutan rehidrasi oral yaitu pemberian minuman sedikit tetapi sering

(Pedialyte, Ricelyte). Cairan rehidrasi oral diberikan sedikit tapi sering (5 sampai 15 ml), meski

terdapat muntah. Dalam hal dehidrasi berat, anak dihospitalisasi untuk mendapatkan terapi

intravena (IV) demi mengatasi dehidrasinya. Jumlah dehidrasi dihitung dan cairan diganti dalam

24 jam, bersamaan dengan pemberian cairan rumatan.

Jika ada syok, segera dilakukan resusitasi cairan (20 ml/kg larutan salin normal atau larutan

Ringer laktat, ulangi jika perlu). Kasus-kasus ini, bila pemasangan jalur IV tidak berhasil, rute
intraoseus dapat dipakai untuk memberikan cairan dalam keadaan darurat pada anak yang

berusia kurang dari 6 tahun. Bila perfusi sistemik telah membaik, berarti koreksi dehidrasi telah

dimulai.

Setelah rehidrasi selesai, diet dapat dilanjutkan dengan makan-makanan yang mudah dicerna

seperti pisang, nasi atau bubur, roti bakar, biji-bijian kering, dan susu ibu. Makanan dan cairan

rehidrasi oral dengan nyata mengurangi lamanya diare. Secepatnya kembali ke kasus malnutrisi

yang sudah ada sebelumnya. Susu dan jus pada mulanya harus diencerkan sebelum diberikan.

Antiemetika dan antispasmodic tidak dianjurkan dalam kasus ini. Antibiotika juga tidak

diindikasikan pada kebanyakan kasus, karena gastoenteritis bakterial maupun viral dapat sembuh

dengan sendirinya. Tetapi antibiotik digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan

organisme Shigella, E. coli, organisme Salmonella, (dengan sepsis atau infeksi setempat), dan G.

lamblia. Antibiotic dapat memperpanjang status karier pada infeksi salmonella.

b. Penatalaksanaan Perawatan

Menurut Suriadi & Yulianti R (2001: 87) penatalaksanaan keperawatan secara umum yang

dilakukan pada anak dengan penyakit diare adalah:

1) Mengkaji riwayat diare.

2) Mengkaji status hidrasi, ubun-ubun, turgor kulit, mata, membrane mukosa mulut.

3) Mengkaji tinja: jumlah, warna, bau, konsistensi dan waktu BAB.

4) Memantau intake dan output (pemasukan dan pengeluaran).


5) Menimbang berat badan.

6) Memeriksa tanda-tanda vital.

7) Perencanaan pulang dan perawatan di rumah .

B. Konsep Tumbuh Kembang

1.Pengertian tumbuh kembang

Menurut Hidayat, A Alimul (2006 : 128) Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2

peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan

dan perkembangan, sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan

dan perkembangan perdefinisi adalah sebagai berikut :

a) Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi

tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound,

kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi

kalium dan nitrogen tubuh).

b) Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari

proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan

tubuh, organ-orang dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-

masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah

laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.


Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik,

sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu.

2.Pertumbuhan dan perkembangan usia toddler (1-3 tahun)

Pertumbuhan fisik anak pada usia toddler (1-3 tahun) anak relatif lebih lambat dibandingkan

dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering

mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan anak mulai

belajar jalan. Pada mulanya, anak berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan

berpegangan. Sekitar usia enam belas bulan, anak mulai belajar berlari dan menaiki tangga,

tetapi masih kelihatan kaku. Oleh karena itu, anak perlu diawasi, karena dalam beraktivitas anak

tidak memperhatikan bahaya.

Perhatian anak terhadap lingkungan menjadi lebih besar dibanding dengan masa sebelumnya

dimana lebih banyak berinteraksi dengan keluarganya. Pada masa ini, anak bersifat egosentris,

yaitu mempunyai sifat keakuan yang kuat sehingga segala sesuatu yang disukaianya dianggap

sebagai miliknya. Apabila anak menginginkan mainan kepunyaan teman, sering ia akan

merebutnya karena dianggap miliknya.

Menurut Soetjiningsih (2005 : 34) yaitu Masa pertumbuhan balita toddler (1-3 tahun) anak

berada pada fase : naik turun tanggal, menyusun 6 kotak, menunjuk mata dan hidungnya,

menyusun dua kata, belajar makan sendiri, menggambar garis kertas atau pasir, mulai belajar

mengontrol buang air besar dan buang air kecil (kencing), menaruh minat kepada apa yang
dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar, memperlihatkan minat kepada anak lain dan

bermain-main dengan mereka.

Menurut teori Erikson, anak berada pada fase mandiri vs malu/ragu. Ragu (otonomi vs doubt).

Hal ini terlihat dengan berkembangnya kemampuan anak, yaitu dengan belajar untuk makan atau

berpakaian sendiri. Apabila orang tua tidak mendukung upaya anak untuk belajar mandiri, maka

hal ini dapat menimbulkan rasa malu/rasa ragu akan kemampuannya, misalnya orang tua yang

selalu memanjakan anak dan mencela aktivitas yang telah dilakukan oleh anak. Pada masa ini

sudah sampai waktunya anak dilatih untuk buang air besar atau buang air kecil pada tempatnya

(toilet training). Anak juga dapat menunjuk beberapa bagian tubuhnya, menyusun dua kata, dan

mengulang kata-kata baru.

Pada masa ini, anak perlu dibimbing dengan akrab, penuh kasih sayang, tetapi juga tegas,

sehingga anak tidak mengalami kebingungan. Jika orang tua mengenal kebutuhan anak, maka

anak akan berkembang perasaan otonominya sehingga anak dapat mengendalikan otot-otot dan

rangsangan lingkungan.

(Nursalam, dkk., 2005: 32-38)

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Khusus untuk Diare

Menurut Nursalam, (2005: 172-175) pengkajian khusus yang dilakukan pada penderita diare

adalah :
a) Data dasar: usia, berat badan, riwayat penyakit dahulu, dan sekarang.

b) Sistem kardiovaskuler: denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat, kecil, tekanan darah

menurun.

c) Sistem pencernaan dan eliminasi: diare, tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah, warna

hijau berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu, dapat juga ditemukan

gejala muntah, abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram dan bising usus meningkat.

Anus kemungkinan iritasi dan lesi, bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit

maka gejala dehidrasi mulai tampak menurun, turgor kulit kurang, mata dan ubun-ubun besar

menjadi cekung, selaput bibir, dan mulut serta kulit tampak kering.

d) Makanan/cairan: nafsu makan berkurang bahkan tidak ada, muntah disebabkan karena lubang

yang mulai meradang akibat sistem asam basa dan elektrolit, anak tampak haus dan klien

mengalami kelaparan.

e) Aktivitas atau istirahat: cepat lelah, malaise, kelemahan.

f) Integritas ego: cengeng, gelisah, anak menjadi rewel.

g) Neurosensori: kesadaran menurun sampai apatis, somnolen dan terkadang sampai

soporokomatus.

h) Respirasi: bila sudah ada asidosis metabolik penderita akan tampak pucat, nafas cepat dan dalam

(pernafasan kusmaul).

i) Interaksi sosial: biasanya anak menjadi pendiam.

j) Hygiene (kebersihan): anus dan di sekitarnya menjadi lecet karena sering defekasi, turgor kulit

berkurang, kulit tampak kering.


2. Diagnosa Keperawatan yang Khas Pada Diare

Menurul Wong, L. Donna (2004 : 496-498)

a. Kurang volume cairan b.d kehilangan gastrointestinal yang berlebih melalui feses atau anoreksia

Tujuan: Anak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi dan mempertahankan dehidrasi adekuat.

Tabel 2.2. Intervensi keperawatan Kurang volume cairan b.d kehilangan Gastrointestinal yang berlebih
melalui feses.
No Intervensi Rasional

1 Beri larutan rehidrasi oral Rehidrasi dan penggantian kehilangan


cairan melalui feses

2 Berikan dan pantau cairan (intravena) IV Untuk dehidrasi hebat dan muntah serta
sesuai ketentuan pemasukan antibiotik bila diindikasikan

3 Pertahankan pencatatan yang ketat Mengevaluasi keefektifan intervensi


terhadap masukan dan keluaran (urine,
feses, dan emesis)

4 Beri agen antimikroba (antibiotik) sesuai Mengobati patogen khusus yang


ketentuan menyebabkan kehilangan cairan yang
berlebihan

5 Timbang berat badan anak, kaji tanda- Mengkaji dehidrasi, mengkaji


tanda vital, turgor kulit, membran keadekuatan rehidrasi
mukosa, dan status mental setiap 4 jam
atau sesuai indikasi
6 Instruksikan keluarga dalam memberikan Menjamin hasil optimum dan
terapi yang tepat, pemantauan memperbaiki kepatuhan terhadap
pemasukan dan keluaran dan mengkaji peraturan trapeutik
tanda-tanda dehidrasi.

(Wong, L. Donna, 2004 : 496-498)


b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan yang tidak adekuat, penyebab

akibat diare

Tujuan: Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk mempertahankan berat badan yang

sesuai dengan usia dan memuaskan.

Tabel 2.3. Intervensi keperawatan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan yang tidak
adekuat, penyebab akibat diare
No Intervensi Rasional

1 Setelah rehidrasi, intruksikan ibu menyusui Karena hal ini cenderung mengurangi
untuk melanjutkan pemberian ASI. kehebatan dan durasi penyakit

2 Hindari pemberian diet dengan pisang, Karena diet ini rendah dalam energi dan
apel, dan roti panggang dan teh protein, terlalu tinggi dalam karbohidrat
dan rendah elektrolit

3 Observasi dan catat respon terhadap Mengkaji toleransi pemberian makanan


pemberian makanan

4 Intruksikan keluarga untuk memberikan Memenuhi kebutuhan tubuh klien


makan sedikit tapi sering

5 Timbang berat badan klien tiap hari Mengkaji kebutuhan nutrisi sesuai berat
badan

(Wong, L. Donna, 2004: 496 – 498)

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus saluran

gastrointestinal.

Tujuan: Pasien tidak menunjukkan tanda infeksi gastrointestinal dan infeksi tidak menyebar pada

orang lain.

Tabel 2.4. Intervensi keperawatan Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang
menembus saluran gastrointestinal.
No Intervensi Rasional
1 Implementasi isolasi substansi Mencegah penyebaran infeksi
tubuh atau praktek pengendalian
infeksi di rumah sakit, termasuk
pembuangan feses dan pencucian
yang tepat, serta penanganan
spesimen yang tepat

2 Pertahankan pencucian tangan Mengurangi resiko penyebaran


yang benar infeksi

3 Gunakan popok sekali pakai Menampung feses dan


superabsorbent menurunkan kemungkinan
terjadi dermatitis .

4 Ajarkan anak, bila mungkin, Mencegah penyebaran infeksi


tindakan perlindungan seperti
pencucian tangan setelah
menggunakan toilet

5 Instruksikan anggota keluarga Mengurangi penyebaran resiko


dan pengunjung dalam praktek infeksi.
isolasi khususnya mencuci
tangan.

(Donna L. Wong, 2004: 496 – 498)

d. Kerusakan integritas kulit b.d iritasi karena diare.


Tujuan: Kulit pasien tetap utuh dan anak tidak mengalami bukti-bukti kerusakan kulit.

Tabel 2.5. Intervensi keperawatan Kerusakan integritas kulit b.d iritasi karena diare.
No Intervensi Rasional
1 Ganti popok dengan sering Menjaga agar kulit tetap bersih dan kering

2 Bersihkan bokong perlahan-lahan Feses diare sangat mengiritasi kulit


dengan sabun lunak, non alkalin dan air
atau celupkan anak dalam bak untuk
pembersihan yang lembut

3 Beri salep seperti seng oksida (tipe salep Melindungi kulit dari iritasi
bervariasi setiap anak dan memerlukan
percobaan)

4 Pajankan dengan ringan kulit utuh yang Meningkatkan penyembuhan


kemerahan pada udara jika mungkin

5 Hindari menggunakan tisu basah yang Karena akan menyebabkan rasa


dijual bebas yang mengandung alkohol menyengat
pada kulit yang terekskoriasi

6 Observasi bokong perineum akan Sehingga terapi yang tepat dapat dimulai
adanya infeksi

7 Berikan obat anti jamur yang tepat Mengobati jamur kulit

(Donna L. Wong, 2004: 496 – 498)

e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang pengetahuan.

Tujuan:
a) Keluarga memahami tentang penyakit anak dan pengobatannya serta mampu memberikan

perawatan

b) Keluarga menunjukkan kemampuan untuk merawat anak, khususnya di rumah.

Tabel 2.6. Intervensi keperawatan Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang
pengetahuan.
No Intervensi Rasional
1 Berikan informasi pada keluarga tentang Motivasi kepatuhan terhadap program
penyakit anak dan tindakan terapeutik terapeutik, khususnya jika berada di
rumah.

2 Ijinkan anggota keluarga untuk Pemenuhan kebutuhan anak dan keluarga


berpartisipasi dalam perawatan anak
sebanyak yang mereka inginkan

3 Intruksikan keluarga mengenai Pencegahan penyebaran infeksi


pencegahan

4 Atur perawatan kesehatan pasca Menjamin pengkajian dan pengobatan


hospitalisasi yang kontinue

5 Rujuk keluarga pada lembaga perawatan Pengawasan perawatan di rumah sesuai


kesehatan komunitas. kebutuhan

(Donna L. Wong, 2004: 496 – 498)

f. Perubahan pola eliminasi BAB, diare b.d Hiperperistaltik usus.

Tujuan: Melaporkan penurunan frekuensi BAB dan konsistensi feses kembali lunak, dengan

bising usus 6 x/menit.

Tabel 2.7. Intervensi keperawatan Perubahan pola eliminasi BAB, diare b.d Hiperperistaltik usus.
No Intervensi Rasional

1 Observasi dan catat frekuensi BAB Membantu membedakan penyakit


karakteristik faktor pencetus individu

2 Tingkatkan tirah baring Untuk menurunkan peristaltik usus

3 Buang feses dengan cepat, berikan Menurunkan bau tidak sedap


pengharum ruangan

4 Identifikasi makanan dan cairan yang Menghindari iritan


mencetuskan diare

5 Mulai lagi pemasukan cairan peroral, Mencegah kram


hindari minuman dingin

6 Ganti celana/popok anak tiap kali BAB Mencegah penularan infeksi/iritan

7 Observasi demam, letargi, leukositosis Tanda bahwa toksin telah menyerang


usus besar

(Doenges, 2000 :476)


Diposkan oleh Muhammad Fredianto di 02.37
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Muhammad Fredianto
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
 ▼ 2014 (2)
o ▼ Juli (2)
 ASKEP KEJANG DEMAM
 LAPORAN PENDAHULUAN (LP) DIARE

Template Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai