Anda di halaman 1dari 30

Laporan Pendahuluan

Jumat, 25 November 2016


LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM THYPOID

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GAGUAN SISTEM


PENCERNAAN : DEMAM THYPOID DI RUANG
ANGGREK 2 RSUD DR DRAJAT PAWIRANEGARA

NAMA : TASBIHUL ANWAR

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN
SERANG-BANTEN
2016/2017

A. DEFINISI PENYAKIT
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses
dan urine dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella ( Brunner and Sudart, 2007 ).
Typhus abdominalis atau demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran
cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70%
- 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun
sebanyak (5%-10%). (Mansjoer, Arif. 2010).
Demam typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Price A. Sylvia & Lorraine M.
Wilson,2015).
Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella
Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 2014 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid
dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 2015).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik
yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara
pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 2008).
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan
kesadaran.(Mansjoer, 2009: 432).
Demam typoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai
denganbakteremia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,
pembentukanmikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum. Disebabkan salmonella
thypi, ditandaiadanya demam 7 hari atau lebih, gejala saluran pencernaan dan gangguan
kesadaran.(Soegijanto, 2010: 1).
Demam typoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang di awali di selaput lendir
usus,dan jika tidak di obati secara progresif akan menyerbu jaringan di seluruh
tubuh.(Tambayong, 2011: 143).
Demam typoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi salmonella
typhi.( Ovedoff, 2011: 514).

Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasa mengenai saluran
pencernaan. Gejala yang biasa ditimbulkan adalah demam yang tinggi lebih dari 1 minggu,
gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran Demam tifoid disebabkan oleh
kuman Salmonella typhi dengan masa tunas 6 – 14 hari. Sedangkan typhus abdominalis
adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang biasanya lebih ringan dan menunjukkan
manifestasi klinis yang sama dengan enteritis akut. (FKUI, 2014).
B. ETIOLOGI
Menurut (Rahmad Juwono, 1996) :
a. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora
mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
1. antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
2. antigen H(flagella)
3. antigen V1 dan protein membrane hialin
b. Salmonella parathypi A
c. Salmonella parathypi B
d. Salmonella parathypi C
e. Faces dan Urin dari penderita thypus
Penyakit tifus disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa, basil gram negatif,
berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan spora. Bakteri
tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia merupakan
sumber utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit saat sedang
sakit atau dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia
maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 70C maupun oleh
antiseptik. Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella
typhi atau Salmonella paratyphi A, B atau C (Soedarto, 1996).
Salmonella Typhosa memiliki tiga macam antigen, yaitu :
a. antigen O (Ohne Hauch) : merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik untuk grup
Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan juga merupakan somatik antigen yang
tidak menyebar
b. antigen H : terdapat pada flagella dan bersifat termolabil
c. antigen Vi : merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O
terhadap fagositosis

C. MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal
tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) (Mansjoer, Arif, 1999):
a. Perasaan tidak enak badan
b. Lesu
c. Nyeri kepala
d. Pusing
e. Diare
f. Anoreksia
g. Batuk
h. Nyeri otot

Menyusul gejala klinis yang lain demam yang berlangsung 3 minggu (Rahmad Juwono, 1996) :
a. Demam
1. Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan
malam hari
2. Minggu II: Demam terus
3. Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur - angsur.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
1) Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor
2) Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
3) Terdapat konstipasi, diare
c. Gangguan kesadaran
1) Kesadaran yaitu apatis–somnolen
2) Gejala lain “Roseola” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit )
Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya
demam tinggi.
a. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan
merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
b. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa,
Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual.
Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan
biasanya keluar lagi lewat mulut.
c. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan
penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi
konstipasi (sulit buang air besar).
d. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing.
Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
e. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring
tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan
kesadaran.

D. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat dibagi dalam (Patriani Sarasan, 2008) :
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perforasi usus
3) Ileus paralitik
b. Komplikasi ekstra intestinal
1) Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis,
dan tromboflebitie.
2) Darah : anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia hemolitik
3) Paru : pneumonia, empiema, pleuritis.
4) Hepar dan kandung empedu : hipertitis dan kolesistitis.
5) Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
6) Tulang : oeteomielitis, periostitis, epondilitis, dan arthritis.
7) Neuropsikiatrik : delirium, meningiemus, meningitie, polineuritie, perifer, sindrom Guillan-Barre,
psikosis dan sindrom katatonia.
8) Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi sering terjadi
pada keadaan tokremia berat dan kelemahan umum, terutama bila perawatan pasien kurang
sempurna.
Di usus halus
Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :
a. Perdarahan usus
Diagnosis dapat ditegakkan dengan :
 Penurunan TD dan suhu tubuh
 Denyut nadi bertambah cepat dan kecil
 Kulit pucat
 Penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel
b. Perforasi usus

Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada bagian distal ileum.
c. Peritonitis
Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan:
 Nyeri perut hebat
 Kembung
 Dinding abdomen tegang (defense muskulair)
 Nyeri tekan
 TD menurun
 Suara bising usus melemah dan pekak hati berkuran
 Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam waktu singkat.
Diluar usus halus
a. Bronkitis, terjadi pada akhir minggu pertama.
b. Bronkopneumonia, kasus yang berat bilamana disertai infeksi sekunder
c. Kolesistitis
d. Tifoid ensefalopati, gejala : kesadaran menurun, kejang-kejang, muntah, demam tinggi
e. Meningitis, gejala : bayi tidak mau menetek, kejang, letargi, sianosis, panas, diare, kelainan
neurologis.
f. Miokarditis
g. Karier kronik
E. PENATALAKSANAAN
Adapun penatalaksanaan adalah (Pakdhe, 2009) :
a. Obat
Sampai saat ini masih menganut Trilogi penatalaksanaan demam thypoid, yaitu:
1. Kloramphenikol : dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama demam
berkanjut sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 x 250 mg selama 5 hari
kemudian.
2. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk. di RSUP Persahabatan), penggunaan kloramphenikol masih
memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat– obat terbaru dari jenis kuinolon.
3. Ampisilin/Amoksisilin : dosis 50 – 15- mg/Kg/BB/hari, diberikan selama 2 minggu.
4) Kotrimoksasol : 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg sulfametosazol-80 mg trimetropim),
diberikan selama dua minggu.
b. Diet
1. Cukup kalori dan tinggi protein
2. Pada keadaan akut klien diberikan bubur saring, setelah bebas panas dapat diberikan bubur kasar, dan
akhirnya diberikan nasi sesuai tingkat kesembuhan. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan
serat kasar) dapat diberikan secara aman.
3. Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan intensif dengan nutrisi
parenteral total.
c. Istirahat
Bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Klien harus tirah baring absolut
sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap,
sesuai dengan pulihnya kekuatan kondisi. Klien dengan kondisi kesadaran menurun perlu diubah
posisinya setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus dan pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang air
kecil perlu perhatian karena kadang – kadang terjadi obstipasi dan retensi urine.
d. Perawatan sehari – hari
Dalam perawatan selalu dijaga personal hygiene, kebersihan tempat tidur, pakaian, dan peralatan yang
digunakan oleh klien.

a. Perawatan
Pasien thypoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan, observasi dan
diberikan pengobatan yakni :
 Isolasi pasien.
 Desinfeksi pakaian.
 Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah,
anoreksia dan lain-lain.
 Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat
total), kemudian boleh duduk jika tidak panas lagi, boleh berdiri kemudian berjalan
diruangan.
b. Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak
boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas, susu 2 gelas
sehari, bila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung. Jika
kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan biasa.
c. Obat
Obat anti mikroba yang sering digunakan :
a) Cloramphenicol
Cloramphenicol masih merupakan obat utama untuk pengobatan thypoid.
Dosis untuk anak : 50 – 100 mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari bebas
panas/minimal 14 hari.
b) Kotrimaksasol
Dosis untuk anak : 8 – 20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas panas/minimal
10 hari.
c) Bila terjadi ikterus dan hepatomegali : selain Cloramphenicol juga diterapi dengan ampicillin
100 mg/kg BB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis.
Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet
dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang
belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan
pedas (Abdi, 2008).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium (Rahmad Juwono, 1996) :
a. Pemeriksaan darah tepi : dapat ditemukan leukopenia,limfositosis relatif, aneosinofilia,
trombositopenia, anemia.
b. Biakan empedu : basil salmonella typhii ditemukan dalam darah penderita biasanya dalam minggu
pertama sakit.
c. Pemeriksaan WIDAL - Bila terjadi aglutinasi 1/200³ - Diperlukan titer anti bodi terhadap antigeno
yang bernilai 4 kali antara masa akut dan konvalesene mengarah³atau peningkatan kepada demam
typhoid.
d. Pemeriksaan darah
d) Pemeriksaan darah untuk kultur (biakan empedu)
Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita pada minggu pertama sakit, lebih
sering ditemukan dalam urine dan feces dalam waktu yang lama.
e) Pemeriksaan widal
Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosis thypoid
abdominalis secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu masuk dan setiap
minggu berikutnya. (diperlukan darah vena sebanyak 5 cc untuk kultur dan widal)
e. Pemeriksaan sumsum tulang belakang
Terdapat gambaran sumsum tulang belakang berupa hiperaktif Reticulum Endotel System
(RES) dengan adanya sel makrofag.

G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Faktor Presipitasi dan Predisposisi
Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang tercemar
oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang ditularkan melalui
makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila klien makan tidak teratur.
Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan yang tidak bersih dan
pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari wc dan menyiapkan
makanan (Abdi, 2008).
a. Pengumpulan data
1. Identitas klien
Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status
perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.

2. Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut,
pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.

3. Riwayat penyakit sekarang


Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.

4. Riwayat penyakit dahulu


Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.

5. Riwayat penyakit keluarg


Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.

6. Pola-pola fungsi kesehatan


a) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan
sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.

b) Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan
eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan.
Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak
keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.

c) Pola aktivitas dan latihan


Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi
maka segala kebutuhan klien dibantu.

d) Pola tidur dan istirahat


Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.

e) Pola persepsi dan konsep diri


Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit anaknya.

f) Pola sensori dan kognitif


Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak
mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham paad klien.

g) Pola hubungan dan peran


Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien
harus bed rest total.

h) Pola penanggulangan stress


Biasanya orang tua akan nampak cemas

7. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410C, muka
kemerahan.

b) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).

c) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti
bronchitis.

d) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.

e) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
f) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia,
dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.

g) Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.

i) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri
tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi
peristaltik usus meningkat.

H. PATOFISIOLOGI
Menurut (Suriadi, 2001) :
a. Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung dan sebagian lagi
masuk ke usus halus (terutama di ileum bagian distal), ke jaringan limfoid dan berkembang biak
menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan
mencapai sel-sel retikula endotelial, hati, limpa dan organ-organ lainnnya.

b. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikula endotelial melepaskan
kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya
kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.

c. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus
halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada
minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial
dan limpa membesar.

d. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan
oleh kelainan pada usus halus.
ANALISA DATA

NO DATA PENUJANG ANALISA DATA & PATOFLOW DIAGNOSA KEPERAWATAN

1
DS DS : Bakteri salmonela thyposa Hipertermia
 klien mengeeluh demam
 klien mengeluh lemas
DO DO :
 kenaikan suhu tubuh diatas
rentang normal 36,5-37,5 Masuk lewat makanan
C
 kulit kemerahan dan kering
 pertambahan RR Noormal
16-20 x/menit
 tatikardi Menginfeksi saluran pencernaan
 kulit teraba panas

masuk ke usus halus

demam thypoid

Inflamasi

Masuk kedalam
darah

Bakteri mengeluarkan endotoksin


Peradangan lokal meningkat

Merangsang hipotalamsu

HIPERTERMI

ANALISIA KEPERAWATAN
NO DATA PENUJANG ANALISA DATA & PATOFLOW DIAGNOSA KEPERAWATAN

2
DS DS : Bakteri salmonela thyposa Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
 klien mengeluh mengalami
penurunan nafsu makan
 klien mengeluh mengalami
penurunan berat badan
DO DO: Masuk lewat makanan
 penurunan berat badan 20
% dari berat badan
 Kelelahan penurunan
kekuatan otot
 Klien terlihat tidak tertarik Menginfeksi saluran pencernaan
nafsu makan
 Bising usus > 10 x/menit

masuk ke usus halus

demam thypoid

Inflamsi

Anoreksia

Berat badan
menurun
Ketidak seimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh

ANALISA KEPERAWATAN

ANALISA KEPERAWATAN

NO DATA PENUJANG ANALISA DATA & PATOFLOW DIAGNOSA KEPERAWATAN


3
DS DS: demam thypoid ganguan keseimbangan cairan
 Klien mengatkan lelah
 Dan sering buang air
Besar/diare
DO DO:
 Perubahan status mental Inflamsi
 Penurunan turgor kulit dan
lidah
 Penurunan haluaran urin
 Penurunan pengisian vena
 Kulit dan membrane
Anoreksia
mukosa kering
 Kematokrit meningkat
 Suhu tubuh meningkat
 Peningkatan frekuensi nadi,
penurunan TD, penurunan
volume dan tekanan nadi Inflamasi
 Konsentrasi urin meningkat
 Penurunan berat badan
yang tiba-tiba
 Kelemahan

Peningkatan
peristaltik usus

Cairan tubuh
tidak terabsobsi

Dikeluarkan oleh usus

diare
ganguan keseimbangan cairan

ANALISA KEPERAWATAN

NO DATA PENUJANG ANALISA DATA & PATOFLOW DIAGNOSA KEPERAWATAN


4
DS DS: demam thypoid Intoleran aktifitas
 klien mengatakan
aktivitasnya dibantu
 klien mengatakan lemah
dan cepat lelah
DO DO: Inflamsi
 BAB dan BAK
diantum oleh keluarga
dan perawat
 terpasang infus Anoreksia
 klien terlihat lemah
 kekuatan oto turun

Inflamasi

Intek makanan untuk tubuh menurun

Metabolisme
turun

Energi yang dihasilkan sedik

Keletihan
Intoleran aktifitas

NO DATA PENUJANG ANALISA DATA & PATOFLOW DIAGNOSA KEPERAWATAN


5 DS EMPHYSEMA EMPHYSEMA Cemas b.d Kurang
klien mengatakan : pengetahuan tentang penyakit
 Tidak mengetahui tentang
proses penyakit
 Pasien tidak punya dana
untuk berobat
DO Inflamasi
klien terlihat :
 Cemas dengan penyakit
yang diderita

Iritasi bronkus

mengalami klasifikasi

nekrosis

iritasi bronkus

sesak

cemas

kurang pengetahuan tentang


penyakitnya
ANALISIA KEPERAWATAN

RUMUSAN DAN PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi penyakit typoid
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3. Ganguan keseimbanagan cairan berhubungan dengan out put cairan berlebih
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan terhaadap penyakitnya

NCP (RENCANA KEPERAWATAN)


NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

1 Hipertermi berhubungan NOC Fever treatment


 Thermoregulation
dengan proses inflamasi usus 1. Monitor suhu
sesering mungkin
ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor IWL
DS : keperawatan
3. Monitor warna dan
 klien mengeeluh demam selama……….diharapkan masalah
suhu kulit
 klien mengeluh lemas keperawatan dapat teratasi dengan
criteria hasil: 4. Monitor tekanan
DO DO : darah, nadi dan RR
 Suhu tubuh dalam rentang
 kenaikan suhu tubuh diatas normal 36,5-37,5 C 5. Monitor penurunan
rentang normal 36,5-37,5 C  Nadi dan RR dalam rentang tingkat kesadaran
 kulit kemerahan dan kering normal 16-20 x/menit 6. Monitor WBC, Hb,
 pertambahan RR Noormal 16-  Tidak ada perubahan warna kulit dan Hct
dan tidak ada pusing, merasa 7. Monitor intake dan
20 x/menit
nyaman output
 tatikardi
 kulit teraba panas 8. Berikan anti piretik
9. Berikan pengobatan
untuk mengatasi penyebab
demam
10. Selimuti pasien
11. Lakukan tapid
sponge
12. Berikan cairan
intravena
13. Kompres pasien
pada lipat paha dan aksila
14. Tingkatkan sirkulasi
udara
15. Berikan pengobatan
untuk mencegah terjadinya
menggigil
Temperature regulation
1. Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
2. Rencanakan
monitoring suhu secara
kontinyu
3. Monitor TD, nadi,
dan RR
4. Monitor warna dan
suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
6. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien
untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien
cara mencegah keletihan
akibat panas
9. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
10. Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
12. Berikan anti piretik
jika perlu
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya
fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat
pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
4. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari
nadi
7. Monitor frekuensi
dan irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola
pernapasan abnormal
10. Monitor suhu,
warna, dan kelembaban
kulit
11. Monitor sianosis
perifer
12. Monitor adanya
cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi
penyebab dari perubahan
vital sign

NCP (RENCANA KEPERAWATAN)

NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN


KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
2Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh  Nutritional Status : food and Fluid Nutrition Management
berhubungan dengan Intake 1) Kaji adanya alergi makanan
anoreksia Setelah dilakukan tindakan 2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Ditandai dengan keperawatan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
DS : selama…………..diharapkan yang dibutuhkan pasien.
 klien mengeluh mengalami masalah keperawatan dapat 3) Anjurkan pasien untuk
teratasi dengan criteria hasil: meningkatkan intake Fe
penurunan nafsu makan 4) Anjurkan pasien untuk
 klien mengeluh mengalami  Adanya peningkatan berat badan meningkatkan protein dan vitamin C
penurunan berat badan sesuai dengan tujuan 5) Berikan substansi gula
DO DO:  Berat badan ideal sesuai dengan 6) Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
- BB sebelum sakit : .....kg, BB tinggi badan
 Mampu mengidentifikasi mencegah konstipasi
sesudah sakit : .....kg kebutuhan nutrisi 7) Berikan makanan yang terpilih (
 Tidak ada tanda tanda malnutrisi sudah dikonsultasikan dengan ahli
 Tidak terjadi penurunan berat gizi)
badan yang berarti 8) Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
9) Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
10) Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
11) Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1) BB pasien dalam batas normal
2) Monitor adanya penurunan berat
badan
3) Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
4) Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
5) Monitor lingkungan selama makan
6) Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
7) Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
8) Monitor turgor kulit
9) Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
10) Monitor mual dan muntah
11) Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
12) Monitor makanan kesukaan
13) Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14) Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
15) Monitor kalori dan intake nuntrisi
16) Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.
17) Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet

NCP (RENCANA KEPERAWATAN)


NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

3 Ganguan keseimbangan cairan NOC NIC :


 Keseimbangan cairan  Keseimbangan cairan
berhubungan dengan out put
Setelah dilakukan tindakan 1. antau warna, jumlah
berlebih ditandai dengan keperawatan dan frekuensi kehilangan
DS : selama…………..diharapkan cairan
 Klien mengatkan lelah masalah keperawatan dapat 2. Observasi khususna
 Dan sering buang air teratasi dengan criteria hasil: terhadap kehilangan cairan
yang tinggi elektrolit
Besar/diare
 status mental normal 3. Pantau perdarahan
DO DO:  turgor kulit dan lidah normal 4. Identifikasi factor
 Perubahan status mental  jumnlah urin normal pengaruh terhadap bertambah
 Penurunan turgor kulit dan  Penurunan pengisian vena buruknya dehidrasi
lidah  Kulit dan membrane mukosa 5. Pantau hasil
 Penurunan haluaran urin lembab laboratorium yang relevan
 Penurunan pengisian vena  Kematokrit normal dengan keseimbangan cairan
 Kulit dan membrane mukosa  Suhu tubuh normal 6. Kaji adanya vertigo
kering  frekuensi nadi, penurunan TD, atau hipotensi postural
 Kematokrit meningkat penurunan volume dan tekanan 7. Kaji orientasi terhadap
 Suhu tubuh meningkat nadi normal orang, tempat dan waktu
 Peningkatan frekuensi nadi,  berat badan yang normal 8. Cek arahan lanjut
penurunan TD, penurunan  tidak merasa Kelemahan klien untuk menentukan
volume dan tekanan nadi apakah penggantian cairan
 Konsentrasi urin meningkat pada pasien sakit terminal
 Penurunan berat badan yang tepat dilakukan
tiba-tiba 9. Manajemen cairan
 Kelemahan (NIC):
10. Pantau status hidrasi
11. Timbang berat badan
setiap hari dan pantau
kecenderungannya
12. Pertaruhkan
keakuratan catatan asupan
dan haluaran

NCP (RENCANA KEPERAWATAN)


NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

4 Intoleran aktifitas NOC : NIC :


berhubungan dengan keletihan  Energy conservation Energy Management
 Self Care : ADLs
fase penyakit thypoid ditandai 1) Observasi adanya pembatasan klien
dengan Setelah dilakukan tindakan dalam melakukan aktivitas
keperawatan 2) Dorong anal untuk mengungkapkan
DS: selama…………..diharapkan perasaan terhadap keterbatasan
 klien mengatakan aktivitasnya masalah keperawatan dapat 3) Kaji adanya factor yang
teratasi dengan criteria hasil: menyebabkan kelelahan
dibantu
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik4) Monitor nutrisi dan sumber energi
 klien mengatakan lemah dan tanpa disertai peningkatan tekanan tangadekuat
cepat lelah darah, nadi dan RR 5) Monitor pasien akan adanya
 klien mengatakan adanya sesak Mampu melakukan aktivitas sehari kelelahan fisik dan emosi secara
hari (ADLs) secara mandiri berlebihan
membuat klien tidak nyaman
6) Monitor respon kardivaskuler
saat beraktivias terhadap aktivitas
DO DO: 7) Monitor pola tidur dan lamanya
 BAB dan BAK diantum oleh tidur/istirahat pasien
keluarga dan perawat Activity Therapy
1) Kolaborasikan dengan Tenaga
 terpasang infus
Rehabilitasi Medik
klien terlihat lemah
dalammerencanakan progran terapi
yang tepat.
2) Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
3) Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
social
4) Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
5) Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
6) Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
7) Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
8) Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
9) Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
10) Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
11) Monitor respon fisik, emoi, social
dan spiritual

NCP (RENCANA KEPERAWATAN)


NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

5 Cemas berhubungan dengan NOC : NIC :


kurang pengetahuan tentang  Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
process 1) Berikan penilaian tentang tingkat
penyakitnya  Kowledge : health pengetahuan pasien tentang proses
DS Behavior penyakit yang spesifik
klien mengatakan : Setelah dilakukan tindakan 2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit
 Tidak mengetahui tentang keperawatan dan bagaimana hal ini berhubungan
selama…………..diharapkan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
proses penyakit
masalah keperawatan dapat cara yang tepat.
 Pasien tidak punya dana untuk teratasi dengan criteria hasil: 3) Gambarkan tanda dan gejala yang
berobat  Pasien dan keluarga menyatakan biasa muncul pada penyakit, dengan
DO pemahaman tentang penyakit, cara yang tepat
klien terlihat : kondisi, prognosis dan program 4) Gambarkan proses penyakit, dengan
pengobatan cara yang tepat
 Cemas dengan penyakit yang
 Pasien dan keluarga mampu 5) Identifikasi kemungkinan penyebab,
diderita melaksanakan prosedur yang dengna cara yang tepat
dijelaskan secara benar 6) Sediakan informasi pada pasien
 Pasien dan keluarga mampu tentang kondisi, dengan cara yang
menjelaskan kembali apa yang tepat
dijelaskan perawat/tim kesehatan 7) Hindari harapan yang kosong
lainnya 8) Sediakan bagi keluarga informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
9) Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10) Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11) Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12) Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
13) Rujuk pasien pada grup atau agensi
di komunitas lokal, dengan cara yang
tepat
14) Instruksikan pasien mengenai tanda
dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat
Diposting oleh Ns Tasbihul Anwar S.Kep Hc.Hct WCW di 15.40
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar
Posting Lebih BaruBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Ns Tasbihul Anwar S.Kep Hc.Hct WCW


Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ▼ 2016 (4)
o ▼ November(4)
 LAPORAN
PENDAHULUA
N HIPERTENSI
 LAPORAN
PENDAHULUA
N DIABETES
MELITUS
 LAPORAN
PENDAHULUA
N FRAKTUR
 LAPORAN
PENDAHULUA
N DEMAM
THYPOID
Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai