LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI PENYAKIT
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses
dan urine dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella ( Brunner and Sudart, 2007 ).
Typhus abdominalis atau demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran
cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70%
- 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun
sebanyak (5%-10%). (Mansjoer, Arif. 2010).
Demam typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Price A. Sylvia & Lorraine M.
Wilson,2015).
Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella
Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 2014 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid
dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 2015).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik
yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara
pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 2008).
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan
kesadaran.(Mansjoer, 2009: 432).
Demam typoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai
denganbakteremia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,
pembentukanmikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum. Disebabkan salmonella
thypi, ditandaiadanya demam 7 hari atau lebih, gejala saluran pencernaan dan gangguan
kesadaran.(Soegijanto, 2010: 1).
Demam typoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang di awali di selaput lendir
usus,dan jika tidak di obati secara progresif akan menyerbu jaringan di seluruh
tubuh.(Tambayong, 2011: 143).
Demam typoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi salmonella
typhi.( Ovedoff, 2011: 514).
Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasa mengenai saluran
pencernaan. Gejala yang biasa ditimbulkan adalah demam yang tinggi lebih dari 1 minggu,
gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran Demam tifoid disebabkan oleh
kuman Salmonella typhi dengan masa tunas 6 – 14 hari. Sedangkan typhus abdominalis
adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang biasanya lebih ringan dan menunjukkan
manifestasi klinis yang sama dengan enteritis akut. (FKUI, 2014).
B. ETIOLOGI
Menurut (Rahmad Juwono, 1996) :
a. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora
mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
1. antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
2. antigen H(flagella)
3. antigen V1 dan protein membrane hialin
b. Salmonella parathypi A
c. Salmonella parathypi B
d. Salmonella parathypi C
e. Faces dan Urin dari penderita thypus
Penyakit tifus disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa, basil gram negatif,
berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan spora. Bakteri
tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia merupakan
sumber utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit saat sedang
sakit atau dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia
maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 70C maupun oleh
antiseptik. Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella
typhi atau Salmonella paratyphi A, B atau C (Soedarto, 1996).
Salmonella Typhosa memiliki tiga macam antigen, yaitu :
a. antigen O (Ohne Hauch) : merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik untuk grup
Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan juga merupakan somatik antigen yang
tidak menyebar
b. antigen H : terdapat pada flagella dan bersifat termolabil
c. antigen Vi : merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O
terhadap fagositosis
C. MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal
tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) (Mansjoer, Arif, 1999):
a. Perasaan tidak enak badan
b. Lesu
c. Nyeri kepala
d. Pusing
e. Diare
f. Anoreksia
g. Batuk
h. Nyeri otot
Menyusul gejala klinis yang lain demam yang berlangsung 3 minggu (Rahmad Juwono, 1996) :
a. Demam
1. Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan
malam hari
2. Minggu II: Demam terus
3. Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur - angsur.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
1) Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor
2) Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
3) Terdapat konstipasi, diare
c. Gangguan kesadaran
1) Kesadaran yaitu apatis–somnolen
2) Gejala lain “Roseola” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit )
Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya
demam tinggi.
a. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan
merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
b. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa,
Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual.
Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan
biasanya keluar lagi lewat mulut.
c. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan
penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi
konstipasi (sulit buang air besar).
d. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing.
Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
e. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring
tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan
kesadaran.
D. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat dibagi dalam (Patriani Sarasan, 2008) :
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perforasi usus
3) Ileus paralitik
b. Komplikasi ekstra intestinal
1) Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis,
dan tromboflebitie.
2) Darah : anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia hemolitik
3) Paru : pneumonia, empiema, pleuritis.
4) Hepar dan kandung empedu : hipertitis dan kolesistitis.
5) Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
6) Tulang : oeteomielitis, periostitis, epondilitis, dan arthritis.
7) Neuropsikiatrik : delirium, meningiemus, meningitie, polineuritie, perifer, sindrom Guillan-Barre,
psikosis dan sindrom katatonia.
8) Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi sering terjadi
pada keadaan tokremia berat dan kelemahan umum, terutama bila perawatan pasien kurang
sempurna.
Di usus halus
Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :
a. Perdarahan usus
Diagnosis dapat ditegakkan dengan :
Penurunan TD dan suhu tubuh
Denyut nadi bertambah cepat dan kecil
Kulit pucat
Penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel
b. Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada bagian distal ileum.
c. Peritonitis
Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan:
Nyeri perut hebat
Kembung
Dinding abdomen tegang (defense muskulair)
Nyeri tekan
TD menurun
Suara bising usus melemah dan pekak hati berkuran
Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam waktu singkat.
Diluar usus halus
a. Bronkitis, terjadi pada akhir minggu pertama.
b. Bronkopneumonia, kasus yang berat bilamana disertai infeksi sekunder
c. Kolesistitis
d. Tifoid ensefalopati, gejala : kesadaran menurun, kejang-kejang, muntah, demam tinggi
e. Meningitis, gejala : bayi tidak mau menetek, kejang, letargi, sianosis, panas, diare, kelainan
neurologis.
f. Miokarditis
g. Karier kronik
E. PENATALAKSANAAN
Adapun penatalaksanaan adalah (Pakdhe, 2009) :
a. Obat
Sampai saat ini masih menganut Trilogi penatalaksanaan demam thypoid, yaitu:
1. Kloramphenikol : dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama demam
berkanjut sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 x 250 mg selama 5 hari
kemudian.
2. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk. di RSUP Persahabatan), penggunaan kloramphenikol masih
memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat– obat terbaru dari jenis kuinolon.
3. Ampisilin/Amoksisilin : dosis 50 – 15- mg/Kg/BB/hari, diberikan selama 2 minggu.
4) Kotrimoksasol : 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg sulfametosazol-80 mg trimetropim),
diberikan selama dua minggu.
b. Diet
1. Cukup kalori dan tinggi protein
2. Pada keadaan akut klien diberikan bubur saring, setelah bebas panas dapat diberikan bubur kasar, dan
akhirnya diberikan nasi sesuai tingkat kesembuhan. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan
serat kasar) dapat diberikan secara aman.
3. Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan intensif dengan nutrisi
parenteral total.
c. Istirahat
Bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Klien harus tirah baring absolut
sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap,
sesuai dengan pulihnya kekuatan kondisi. Klien dengan kondisi kesadaran menurun perlu diubah
posisinya setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus dan pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang air
kecil perlu perhatian karena kadang – kadang terjadi obstipasi dan retensi urine.
d. Perawatan sehari – hari
Dalam perawatan selalu dijaga personal hygiene, kebersihan tempat tidur, pakaian, dan peralatan yang
digunakan oleh klien.
a. Perawatan
Pasien thypoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan, observasi dan
diberikan pengobatan yakni :
Isolasi pasien.
Desinfeksi pakaian.
Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah,
anoreksia dan lain-lain.
Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat
total), kemudian boleh duduk jika tidak panas lagi, boleh berdiri kemudian berjalan
diruangan.
b. Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak
boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas, susu 2 gelas
sehari, bila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung. Jika
kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan biasa.
c. Obat
Obat anti mikroba yang sering digunakan :
a) Cloramphenicol
Cloramphenicol masih merupakan obat utama untuk pengobatan thypoid.
Dosis untuk anak : 50 – 100 mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari bebas
panas/minimal 14 hari.
b) Kotrimaksasol
Dosis untuk anak : 8 – 20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas panas/minimal
10 hari.
c) Bila terjadi ikterus dan hepatomegali : selain Cloramphenicol juga diterapi dengan ampicillin
100 mg/kg BB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis.
Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet
dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang
belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan
pedas (Abdi, 2008).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium (Rahmad Juwono, 1996) :
a. Pemeriksaan darah tepi : dapat ditemukan leukopenia,limfositosis relatif, aneosinofilia,
trombositopenia, anemia.
b. Biakan empedu : basil salmonella typhii ditemukan dalam darah penderita biasanya dalam minggu
pertama sakit.
c. Pemeriksaan WIDAL - Bila terjadi aglutinasi 1/200³ - Diperlukan titer anti bodi terhadap antigeno
yang bernilai 4 kali antara masa akut dan konvalesene mengarah³atau peningkatan kepada demam
typhoid.
d. Pemeriksaan darah
d) Pemeriksaan darah untuk kultur (biakan empedu)
Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita pada minggu pertama sakit, lebih
sering ditemukan dalam urine dan feces dalam waktu yang lama.
e) Pemeriksaan widal
Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosis thypoid
abdominalis secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu masuk dan setiap
minggu berikutnya. (diperlukan darah vena sebanyak 5 cc untuk kultur dan widal)
e. Pemeriksaan sumsum tulang belakang
Terdapat gambaran sumsum tulang belakang berupa hiperaktif Reticulum Endotel System
(RES) dengan adanya sel makrofag.
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Faktor Presipitasi dan Predisposisi
Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang tercemar
oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang ditularkan melalui
makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila klien makan tidak teratur.
Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan yang tidak bersih dan
pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari wc dan menyiapkan
makanan (Abdi, 2008).
a. Pengumpulan data
1. Identitas klien
Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status
perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.
2. Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut,
pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
b) Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan
eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan.
Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak
keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
7. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410C, muka
kemerahan.
b) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
c) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti
bronchitis.
d) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
e) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
f) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia,
dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.
g) Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
i) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri
tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi
peristaltik usus meningkat.
H. PATOFISIOLOGI
Menurut (Suriadi, 2001) :
a. Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung dan sebagian lagi
masuk ke usus halus (terutama di ileum bagian distal), ke jaringan limfoid dan berkembang biak
menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan
mencapai sel-sel retikula endotelial, hati, limpa dan organ-organ lainnnya.
b. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikula endotelial melepaskan
kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya
kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.
c. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus
halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada
minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial
dan limpa membesar.
d. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan
oleh kelainan pada usus halus.
ANALISA DATA
1
DS DS : Bakteri salmonela thyposa Hipertermia
klien mengeeluh demam
klien mengeluh lemas
DO DO :
kenaikan suhu tubuh diatas
rentang normal 36,5-37,5 Masuk lewat makanan
C
kulit kemerahan dan kering
pertambahan RR Noormal
16-20 x/menit
tatikardi Menginfeksi saluran pencernaan
kulit teraba panas
demam thypoid
Inflamasi
Masuk kedalam
darah
Merangsang hipotalamsu
HIPERTERMI
ANALISIA KEPERAWATAN
NO DATA PENUJANG ANALISA DATA & PATOFLOW DIAGNOSA KEPERAWATAN
2
DS DS : Bakteri salmonela thyposa Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
klien mengeluh mengalami
penurunan nafsu makan
klien mengeluh mengalami
penurunan berat badan
DO DO: Masuk lewat makanan
penurunan berat badan 20
% dari berat badan
Kelelahan penurunan
kekuatan otot
Klien terlihat tidak tertarik Menginfeksi saluran pencernaan
nafsu makan
Bising usus > 10 x/menit
demam thypoid
Inflamsi
Anoreksia
Berat badan
menurun
Ketidak seimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
ANALISA KEPERAWATAN
ANALISA KEPERAWATAN
Peningkatan
peristaltik usus
Cairan tubuh
tidak terabsobsi
diare
ganguan keseimbangan cairan
ANALISA KEPERAWATAN
Inflamasi
Metabolisme
turun
Keletihan
Intoleran aktifitas
Iritasi bronkus
mengalami klasifikasi
nekrosis
iritasi bronkus
sesak
cemas
Posting Komentar
Posting Lebih BaruBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
Arsip Blog
▼ 2016 (4)
o ▼ November(4)
LAPORAN
PENDAHULUA
N HIPERTENSI
LAPORAN
PENDAHULUA
N DIABETES
MELITUS
LAPORAN
PENDAHULUA
N FRAKTUR
LAPORAN
PENDAHULUA
N DEMAM
THYPOID
Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.