OLEH :
RAHMAWATI NINGSIH
KLINIK UTAMA SUKMA WIJAYA SAMPANG
INSTALASI ANESTESI
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR PROVINSI JATIM
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Malang, 2023
Peserta Pelatihan Pembimbing
1.1 Pengertian
Tomor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli. Tumor kandung kemih
biasanya muncul di dasar kandung kemih dan mengenai lubang ureter serta leher kandung
Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli (kandung kemih).
Karsinoma buli-buli merupakan tumor superficial. Tumor ini lama kelamaan dapat
mengadakan infiltrasi ke lamina phopria, otot dan lemak perivesika yang kemudian menyebar
langsung ke jaringan. Dapat disimpulkan bahwa tumor buli-buli adalah tumor yang
didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa
Organ urinaria terdiri atas ginjal beserta salurannya, ureter, buli-buli dan uretra. Yang
termasuk saluran kemih dimulai dari permukaan kalik minor ginjal sampai muara terakhir
dari uretra (orifisium uretrae eksternum). Saluran kemih berdinding tiga lapis, yaitu lapisan
paling luar berupa jaringan ikat, lapisan tengah jaringan otot, dan lapisan paling dalam
mukosa. Secara anatomis saluran kemih dipisahkan menjadi tiga bagian: saluran kemih
bagian atas, saluran kemih bagian tengah, dan saluran kemih bagian bawah. Saluran kemih
bagian atas berawal dari kalik minor ginjal dan berakhir sampai muara ureter pada kandung
kemih, saluran kemih bagian tengah terdiri dari kandung kemih, dan saluran kemih bagian
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di Rongga retroperitonea
bagian bawah, antara vertebra thorakal dua belas atau lumbal satu dan empat. Besar dan berat
ginjal sangat bervariasi tergantung pada jenis kelamin dan umur. Ukuran ginjal orang dewasa
rata – rata panjang 11,5 cm, lebar 6 cm dan tebal 3,5 cm. Beratnya antara 120 – 170 gram
atau kurang lebih 0,4% dari berat badan. Secara anatomis posisi ginjal kanan lebih rendah
Ureter merupakan organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin
dari pielum ginjal kedalam kandung kemih. Pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 20
cm pada laki-laki dan kira-kira 1 cm lebih pendek pada wanita. Dindingnya terdiri atas
mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal
yang dapat melakukan gerakan peristaltic guna mengeluarkan urin kekandung kemih.
Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju kandung kemih, secara anatomis terdapat
beberapa tempat yang ukuran diameternya sempit. Tempat-tempat penyempitan itu antara lain
adalah pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter, tempat ureter menyilang arteri iliaka
dirongga pelvis dan pada saat ureter masuk kekandung kemih. Ureter masuk kedalam
kandung kemih dalam posisi miring dan berada di dalam otot kandung kemih (intramural),
keadaan ini dapat mencegah terjadinya aliran balik urin dari kandung kemih ke ureter pada
Buli-buli adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrussor yang saling
beranyaman. Di sebelah dalam dan luar berupa otot longitudinal, dan di tengah merupakan
otot sirkuler. Otot-otot tersebut saling bersilangan dan berakhir melingkar di leher kandung
kemih. Secara anatomi bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu permukaan superior
posterior. Kandung kemih berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian
Uretra berawal dari leher kandung kemih (orifisium uretrae internum) sampai muara
terakhir (orifisium uretrae eksternum). Panjang uretra pada pria dewasa kurang lebih 23 – 25
cm dan berfungsi sebagai kanal komunis untuk sistem reproduksi dan sistem perkemihan.
1.3 Etiologi
Etiologi yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui. Akan tetapi ada kanker ini
a. Pekerjaan
Pekerja-pekerja dipabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik korek api,
tekstil, pabrik kulit dan pekerja pada salon/pencukur rambut sering terpapar oleh
b. Perokok
Resiko untuk mendapatkan karsinoma buli-buli pada perokok adalah 2-6 kali lebih
Kebiasaan mengonsumsi kopi, pemanis buatan untuk pemakaian jangka panjang dapat
e. Riwayat keluarga
Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung kemih memiliki
Perlu diwaspadai jika seorang pasien datang dengan mengeluh hematuria yang bersifat :
2) Kekambuhan (intermitten)
Meskipun seringkali karsinoma buli-buli tanpa disertai gejala disuria, tetapi pada karsinoma
in situ atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi luas tidak jarang menunjukkan
gejala iritasi buli-buli. Hematuria dapat menimbulkan retensi bekuan darah sehingga pasien
datang meminta pertolongan karena tidak dapat miksi. Keluhan akibat penyakit yang telah
lanjut berupa gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau edema tungkai. Edema tungkai
ini disebbakan karena adanya penekanan aliran limfe oleh massa tumor atau oleh kelenjar
d. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing
BULI-BULI
CA BULI-BULI
PENATALAKSANAAN
No Kode Keterangan
dilakukan
11 T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam
abdomen
N Kode Keterangan
yang multiple
5 N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang bebeas
No Kode Keterangan
Sedangkan tipe tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi :
mammae
1.7 Komplikasi
1. Hematuria yang terus menerus akan menyebabkan terjadinya anemia pada pasien
1. Pemeriksaan Hb
Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros
hematuria
2. Pemeriksaan leukosit
- Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urin
1. Radiology
tumornya.
3. Cystologi
4. USG
Untuk mendeteksi metastasis diluar kandung kemih, membedakan tumor dari kista
1. Diversi urin
Prosedur diversi urin dilakukan untuk mengalihkan aliran urin dari kandung kemih
ketempat keluar yang baru biasanya melalui lubang yang dibuat lewat pembedahan
Ureter dicangkok pada suatu bagian ileum terminalis yang disolir (ileal
dinding abdomen.
dengan katup satu arah yang bentuknya menyerupai puting susu, urin
- Ureterosigmoidostomi
b) Diversi kutaneus : urin dialirkan lewat sebuah lubang yang dibuat pada
- Ureterostomi kutaneus
- Vesikostomi
Tindakan ini dengan cara kandung kemih dijahit pada dinding abdomen
dan dibuat lubang lewat dinding abdomen serta kandung kemih untuk
- Nefrostomi
Kateter disisipkan kedalam pelvis renis lewat luka insisi pada pinggang
Teknik membuat neobladder dan segmen usus yang kemudian dilakukan anastomosis
dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis untuk pasien karena berkemih melalui
Anestesia adalah suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya reflek.
dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
a. Anestesi Umum
Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluruh sensasi dan
b. Anestesi Regional
anestesi memberi regional secara infiltrasi dan lokal.Pada bedah mayor, seperti
perbaikan hernia, histerektomi vagina, atau perbaikan pembuluh darah kaki, anestesi
regional atau spinal anestesi hanya dilakukan dengan induksi infiltrasi.Blok anestesi
pada saraf vasomotorik simpatis dan serat saraf nyeri dan motoric menimbulkan
vasodilatasi yang luas sehingga klien dapat mengalami penurunan tekanan darah yang
tiba – tiba.
c. Anestesi Lokal
lokal umumnya digunakan dalam prosedur minor pada tempat bedah sehari.
A. Pengertian
Anestesi umum ialah suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya persepsi terhadap
semua sensasi akibat induksi obat.Dalam hal ini, selain hilangnya rasa nyeri,
kesadaran juga hilang. Obat anestesi umum terdiri atas golongan senyawa kimia yang
heterogen, yang mendepresi SSP secara reversibel dengan spektrum yang hampir
sama dan dapat dikontrol. Obat anastesi umum dapat diberikan secara inhalasi dan
secara intravena.
B. Tujuan
sevofluran).
analgesik untuk nyeri, dan bila diindikasikan relaksan otot, atau anestesi
regional.
a) Menyediakan jalan napas yang bersih (masker laring atau selang trakea
C. Indikasi
memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan bedah yang lebih panjang,
misalnya pada kasus bedah jantung, pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi
tulang dan lain-lain. Selain itu, anestesi umum biasanya dilakukan pada pembedahan
yang luas
D. Kontra Indikasi
2) Hepar : hindarkan obat hepatotoksik, obat yang toksis terhadap hepar atau
melalui ginjal
darah.
Persiapan anestesi dapat dilakukan dengan adanya kunjungan pra anestesi, dimana hal
pasien
Anesthesiologist ) yaitu
pembatasan aktifitas
ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik berat yang tidak mengancam jiwa
ASA 4 : pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung bisa
ASA 5 : pasien dengan tidak ada harapan, dengan atau tanpa pembedahan
Adapun hal yang harus diperhatikan selain kesiapan pasien adalah kesiapan alat meliputi
T : Tape (plester)
A. Obat anestesi
1. Golongan sedasi
a. Midazolam
Efek induksi terjadi sekitar 1,5 menit setelah pemberian intravena bila
b. Pethidin
Dosis pemberian :
2. Analgesia
a. Fentanyl
analgesic dan obat bius jika diberikan bersamaan dengan obat lain. Obat
ini bekerja pada SSP. Efek samping dari fentanyl adalah mual dan
mengantuk.
Dosis pemberian :
Dosis pemebrian :
c. Morphin
Dosis pemberian :
3. Induksi
a) Propofol
jantung.
b) Tiopenthal
Dosis pemberian :
Dosis pemberian :
Adalah obat pelumpuh otot yang bekerja pada otot bergaris/otot lurik.
Atracurium
Dosis pemberian :
Rokuronium
kerugiannya adalah terjadi gangguan hati dan efek kerja yang lebih
lama
Dosis pemberian :
a. Isoflurane
pembedahan anestesi
1 MAC = 1,15%
b. Sevoflurane
jantung
Memicu bronchospasme
1 MAC = 2%
B. Obat emergency
1. Adrenalin
2. Sulfas Atropin
Dosis : 0,5-1 mg
3. Lidocain
4. Efedrin
Dosis : IV 5-10 mg
2.5 Tahap-Tahap General Anestesi
a) Stadium I (tahap analgesia) yaitu dari mulainya induksi anestesi hingga hilangnya
kesadaran
b) Stadium II (tahap eksitasi) yaitu dari hilangnya kesadaran hingga mulainya respirasi
teratur misalnya terdapat batuk, kegelisan, muntah dan perubahan tekanan darah serta
takikardi
c) Stadium III (pembedahan) yaitu dari mulai respirasi teratur hingga berhentinya
bola mata
Plane II yaitu dari tidak adanya pergerakan bola mata hingga mulainya paralisis
intercostals
Plane III yaitu dari mulainya paralisis interkostal hingga total paralisis intercostals
Dalam memberikan obat-obatan pada pasien yang akan menjalani operasi maka perlu
1) Pernapasan
Pasien dengan keadaan tidak sadar dapat terjadi gangguan pernapasan dan peredaran
menyebabkan hipersekresi ludah dan lendir sehingga terjadi penimbunan mukus di jalan
napas.
2) Kardiovaskuler
disebabkan oleh karena pemberian obat yang berlebihan, mekanisme reflek nervus yang
katekolamin darah berlebihan, keracunan obat, emboli udara dan penyakit jantung.
3) Gastrointestinal
Regurgitasi yaitu suatu keadaan keluarnya isi lambung menuju faring tanpa adanya
tanda-tanda. Salah satunya dapat disebabkan karena adanya cairan atau makanan dalam
lambung, tingginya tekanan darah ke lambung dan letak lambung yang lebih tinggi dari
letak faring. General anestesi juga menyebabkan gerakan peristaltik usus akan
menghilang.
4) Ginjal
Anestesi menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal yang dapat menurunkan filtrasi
5) Perdarahan
pernapasan, denyut nadi melemah, kulit dingin, lembab, pucat serta gelisah.
A. Pengertian
sehingga jalan nafas bebas hambatan dan pertukaran gas adekuat .Intubasi endotrakea
dapat dilakukan melalui beberapa lintasan antara lain melalui hidung (nasotrakeal),
B. Tujuan
C. Indikasi
3. Pemberian anestesi
4. Terdapat banyak sputum (pasien tidak dapat mengeluarkan sendiri)
D. Kontra Indikasi
1) Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi yang tidak memungkinkan
E. Persiapan Intubasi
1. Cuci tangan
a) Laki-laki : no 7-8
b) Wanita : no 6,5-7,5
8. Minta pasien nafas dalam 3x atau oksigenasi dengan bag and mask atau ambu
propofol)
13. Dorong blade sampai pangkal epiglotis, masukkan ETT sesuai ukuran
14. Cek apakah ETT benar masuk, isi cuff lalu fiksasi
F. Kriteria Ekstubasi
1. Hipoksia
2. Hipercarbi
7. Pasien sadar
BAB III
Riwayat penyakit saat ini: pasien mengeluh BAK merah pada seluruh proses miksi sejak 1
bulan yang lalu (April 2023) tapi tidak terasa nyeri, namun terasa nyeri memberat sejak 1
minggu yang lalu, nyeri hilang timbul saat BAK. Kemudian dibawa oleh keluarga ke
Puskesmas Cisadea dan dilakukan pemasangan kateter 16 fr 2 way didapatkan produksi urin
gross hematuria dan diarahkan untuk ke RSUD Dr. Saiful Anwar
Riwayat penyakit yang lalu: pasien ada riwayat hipertensi on treatment dan riwayat CVA
perdarahan 3 bulan yang lalu tanpa tanda sequel. Tidak ada riwayat diabetes mellitus
Riwayat anestesi/ operasi terdahulu : pasien tidak pernah ada riwayat operasi sebelumnya
DATA OBYEKTIF
a. Sistem Pernafasan (B1)
Jalan Nafas : Paten / Obstruksi
Sesak nafas : Ya/ Tidak terpasang O2 nasal : - lpm
Artificial airway : Oro/Nasofaringeal tube/ ETT / Tracheocanule
RR : 20x/menit
SpO2 : 98%
Gigi : Palsu ( - ) Cakil ( - ) Tongos ( - ) Ompong ( - )
Buka Mulut : 3 jari
MALAMPATTI : 1 / 2 / 3 / 4
Jarak Mentothyroid : 6 cm
Gerak leher : Flexy / Ekstensi
Suara nafas : Vesikuler / Bronkovesikuler
Ronchi : - - Whezing : - -
- - - -
Riwayat Asthma : Ya / Tidak
Lain lain : -
a. Sistem Kardiovaskuler (B2)
Tensi : 144/107 mmHg
Nadi : 115x/menit
Suhu : 36,5’C
CRT : <2’ , >2’
Sirkulasi : S1 S2 Tunggal ( reguler / irreguler) / extra systole / Gallop
Lain2 :
Konjungtiva : Anemis / Pink pale
Sianosis : Ya / Tidak
Perfusi : AHKM
Pemeriksaan Penunjang
Data Penunjang Laboratorium
Urinalis (15/05/2023)
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN DEWASA
NORMAL
URINALISIS
Warna Merah
Kekeruhan Keruh
pH 8,0
Berat jenis 1,018 1,005 – 1,030
Glukosa Negatif
Protein 3+
Keton Negatif
Bilirubin Negatif
Urobilinogen Negatif
Nitrit Negatif
Lekosit 1+
Darah 3+
10 X
Silinder Negatif LPK 0 – 2/LPK (Hialin)
40 X
Epitel 0,4/LPB 0 – 6/LPB
Eritrosit >99,999/LPB 0 – 2/LPB
Eumorfik 95%
Dismorfik 5%
Lekosit 23,2/LPB 0 – 4/LPB
Kristal -/LPB 0 – 2/LPB
Bakteri 639,8/µL <1200/µL
Data Penunjang :
Foto Rontgen : -
CT Scan : -
MRI :-
EKG :-
ANALISA DATA (PRE ANESTESI)
17-05-2023 1. Memonitoring tanda-tanda ansietas 17-05-2023 S : pasien mengatakan sudah lebih tenang Ningsih
10.25 2. Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan 11.40
kepercayaan
O:
3. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Pasien tampak tenang
4. Menjelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin - Perilaku gelisah menurun
- TTV dalam batas normal
terjadi
5. Menginformasikan secara fuktual tentang diagnosis,
pengobatan dan prognosis
A : masalah teratasi
P : intervensi dilanjutkan
INTRA ANESTESI
Anestesi mulai : 10.45 WIB s/d 12.45 WIB
Jam Nama Obat/ Dosis Jam Nama Obat/ Dosis Jam Nama Obat/dosis
10.45 Midazolam 2 mg
10.46 Fentanyl 100 mcg
10.48 Propofol 100 mg
10.50 Atracurium 25 mg
10.51 Lidocain 60 mg
10.60 Ondansentron 4 mg
N TD
220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20
Keseimbangan Cairan
BALANCE CAIRAN 1 2 3 4 5 6
BB : 70 kg Hb : 14,7 Kristaloid 500 1000
EBV : 4.550 cc Input Koloid 0 0
ABL (10) : 1.454 cc
Darah 0 0
(8) : 2.013 cc
M : 110 cc Urine 200 200
O : 140 Output Darah 20 25
M+O 250 500
Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit /Excess Defisit /Excess
TOTAL
-10 +225
BALANCE CAIRAN 7 8 9 10 11 12
BB: Hb: Kristaloid
EBV : Input Koloid
ABL : Darah
M: Urine
O: Output Darah
M+O
Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit /Excess Defisit /Excess
TOTAL
ANALISA DATA (INTRA ANESTESI)
Amasalah teratasi
P : intervensi dihentikan
POST ANESTESI
Data Subyektif :-
Data Obyektif
( √ ) KU Cukup, GCS 456 TD : 110/60 mmHg ( - ) Skala nyeri
( -) Sesak Nadi : 70x/mnt ( √ ) Menggigil
( √) Terpasang O2 NRBM 8 lpm SpO2 :98 % ( - ) Mual & Muntah
RR :18 x/mnt ( √ ) Aldrete/Bromage skore = 10
12.45 13.45 14.45
N TD
220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20
17-05-2023 1. Memonitoring suhu tubuh 17-05-2023 S : pasien mengatakan badannya hangat dan tidak Ningsih
12.45 2. Memonitoring tanda dan gejala akibat hipotermia 13.45 menggigil lagi
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
`
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif.(2005).Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama. Jakarta: Media
Aesculapius.
SOP Keperawatan.2006. Standar Operasional Proseedur. Yogyakarta : Asosiasi Institusi
Pendidikan DIII
Bararah, T., Mohammad Jauhar.2013. Asuhan Keperawatan; panduan Lengkap menjadi Perawat
Profesional.Jilid 2.Jakarta : Prestasi Pustaka.
Copaescu, C. (2007). Laparoscopic Hysterectomy. Chirurgia (Bucur). Volume 102.No. 2.
Romanian
Manuaba.(2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Manuaba.(2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Edisi 2. Jakarta: EGC
Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Ed. 3. Jakarta :
Salemba Medika.