Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

CA BULI

Pembimbing :
dr. Hasroni, Sp. U

Disusun Oleh :
Ekavia Putri Setyani 20360244

Fika Lastiar Gultom 102119081

Revila Aulia 102119086

KEPANITERAAN KLINIK UROLOGI


RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus yang berjudul “ Ca Buli “.
Makalah ini Disusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Ilmu
Urologi di Rumah Sakit Umum Haji Medan Sumatera Utara.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para pengajar di
SMF Ilmu Urologi, khususnya dr. Hasroni, Sp. U atas bimbingannya selama
berlangsungnya pendidikan di bagian Ilmu Urologi ini sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas ini dengan maksimal. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki
makalah ini dan untuk melatih kemampuan menulis makalah untuk selanjutnya.
Demikian yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan.

Medan, Juni 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Karsinoma kandung kemih (ca buli-buli) adalah suatu penyakit keganasan yang mengenai
kandung kemih dan menempati urutan ke 4 keganasan pada laki-laki, dan urutan ke 12 pada
perempuan. Kejadian penyakit ini lebih tinggi pada orang kulit putih dibanding kulit hitam dan
lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan, dan terbanyak dijumpai pada usia 60-70 tahun.
Etiologi penyakit ini diduga berhubungan dengan beberapa faktor, seperti kebiasaan
merokok, pekerjaan yang berkontak dengan zat kimia yang bersifat karsinogenik (golongan
aromatik amin), obat-obatan antara lain siklofosfamid, dan infeksi parasite schistosoma
haematobium dan iritasi kronik akibat penyakit batu.
Trauma fisik terhadap lapisan uroepitelial yang diinduksi infeksi dan kalkulus dapat
meningkatkan resiko terjadinya keganasan. Terdapat beberapa zat yang diduga berhubungan dengan
penyakit ini, tetapi belum dapat dibuktikan, seperti: kopi, alkohol, pemanis siklamat dan sakarin
Secara histopatologi karsinoma kandung kemih terdiri dari 95% karsinoma sel transisional,
3% karsinoma sel skuamosa, dan 2% adenokarsinoma. Sebanyak 75% sampai 80% tumor
menyebabkan lesi superfisial, 20% terdapat invasi tumor ke otot, dan 5% telah bermetastasis.
Gejala klinis karsinoma kandung kemih 80-90% berupa hematuria dan 25% mengeluh
urgensi, frekuensi, disuri, dan nyeri pinggul setelah kencing. 5% dari penderita yang telah terjadi
metastasis mengeluhkan penurunan berat badan, demam, nyeri tulang, dan gejala yang berhubungan
dengan metastase di paru dan hati.
Diagnosis karsinoma kandung kemih berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan la-boratorium,
radiologi, ultrasonografi, dan tomografi komputer. Biopsi jaringan dan pemeriksaan histopatologi
dapat dipastikan diagnosis penyakit ini. Pengobatan dan prognosis penderita karsinoma kandung
kemih tergantung pada stadium penyakit yang didasarkan pada pemeriksaan histopatologi.

1
BAB II
CA BULI
A. DEFINISI

13
Ca buli adalah kanker yang ditandai dengan adanya total hematuria tanpa disertai rasa nyeri
dan bersifat intermiten. Pada karsinoma yang telah mengadakan infiltratif tidak jarang menunjukkan
adanya gejala iritasi dari buli-buli seperti disuria, polakisuria, frekuensi dan urgensi dan juga biasa
dengan keluhan retensi oleh bekuan darah.

B. ETIOLOGI

Terdapat banyak faktor penyebab yang dihubungkan dengan terjadinya karsinoma kandung
kemih, yaitu terutama karena merokok sigaret yang memberikan kontribusi sampai dengan 40-50%,
baik pada laki-laki maupun perempuan. Asap rokok mengandung 2 (alfa dan beta) naftilamin dan 4
aminobifenil. Empat zat aromatic amin yang bersifat karsinogenik dan telah terbukti menyebabkan
karsinoma kandung kemih adalah: 2-naftilamin, benzidin, 3,3 diklorobenzidin, dan 4 aminobifenil di
mana zat-zat tersebut banyak digunakan pada industri pencelupan, dan khususnya benzidin digunakan
sebagai reagen pada laboratorium.
Faktor lainnya adalah aniline dyes, radiasi eks-ternal, obatobatan phenacetin dan chlor-
naphazine, penggunaan yang lama siklo-fosfamid sebagai imunosupresan, infeksi kronis dari
schistosoma haematobium yang banyak terjadi di Mesir dan Tanzania, kopi, dan Senduk, Karsinoma
Kandung Kemih 61 pemanis buatan seperti siklamat serta sakarin. Diduga kopi berhubungan erat
dengan karsinoma kandung kemih, namun belum terbukti. Sakarin telah terbukti menyebabkan
karsinoma kandung kemih pada tikus percobaan, namun belum terbukti pada manusia. Usia yang sering
terkena antara 60-70 tahun, dan laki-laki dibandingkan perempuan adalah 2,5 : 1.

C. ANAMNESIS

1. Hematuria, yang bersifat gross, painless dan intermiten

2. Tidak bisa kencing akibat retensi bekuan darah

3. Diuria, pada karsinoma in-situ, atau karsinoma yang telah mengadakan infiltrasi luas

4. Riwayat gejala iritatif pada Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) yang menonjol dan tidak
hilang dengan terapi simtomatik

5. Gejala obstruksi saluran kemih bagian atas

D. PEMERIKSAAN FISIK
E. DIAGNOSIS

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

G. PENATALAKSANAAN

1. Hematuria

a. Dilakukan three way kateter untuk irigasi kandung kemih yang mengalami perdarahan

akibat massa dengan PZ 1000 cc.

Konstribusi perawat:

- Monitoring irigasi

- Monitoring balance cairan urin yang di tampung pada urin bag dikurangi dengan cairan

yang masuk {PZ}).

- Evaluasi warna urin

- Kondisi bladder

b. Oksigenasi karena kilen mengalami hiperventilasi

c. Transfusi + farmakologi (asam traneksamat serta vitamin K) untuk penatalksaan

perdarahan.

2. TURB-T (Trans-Urethral Resection of Bladder-Tumor)

Dilakukan reseksi untuk mengambil tumor. Jika terjadi perdarahan dilakukan tindakan irigasi

kandung kemih , jika urine tidak keluar , curiga adanya stone cell dan tatalaksana dengan

dilakukan spool.

3. Cystektomy radikal atau parsial

Sistektomi radikal yang diikuti dengan kemoterapi sistemik (MVAC- Methotrexate,

Vinblastine, Adriamycin, Cisplatin). Sistektomi radikal merupakan pengangkatan

buli dengan lemak perisistikserta prostat dan vesikula seminalis, uretra pada
priadan buli serta lemak perisistik, serviks, uuterus, kubah vagina anterior, uretra

dan ovarium pada wanita. Sistektomi radikal merupakan suatu operasi mayor

dengan angka mortalitas 3 sampai 8%.

4. Diversi Urine

Sistektomi radikal adalah pengangkatan kandung kemih dan jaringan sekitarnya (pada

pria berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran urine dari ureter dialirkan

melalui beberapa cara diversi urine, antara lain: (Yosef,2007)

a. Uretrosigmoidostomi, yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam

sigmoid. Cara ini sekarang tidak banyak dipakai lagi karena banyak menimbulkan

penyulit.

b. Kondisi usus, yaitu mengganti kandung kemih dengan ileum sebagai penampung

urin, sengakan untuk mengeluarkan urine dipasang kateteer menetap melalui

sebuah stoma. Konduit ini diperkenalkan oleh Bricke pada tahun 1950 dan saat

ini tidak banyak dikerjakan lagi karena dianggap tidak praktis.


c. Diversi urin kontinen, yaitu mengganti kandung kemih dengan segmen ileum dengan

membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urin pada volume tertentu). Urin

kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan melakukan kateterisasi mandiri secara

berkala. Cara diversi urin ini yang terkenal adalah cara Kock pouch dan Indian pouch.

d. Diversi urin Orthotopic, adalah membuat neobladder dari segmen usus yang kemudian

dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis untuk pasien,

karena berkemih melalui uretra dan tidak memakai stoma yang dipasang di abdomen.

Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Camey dengan berbagai kekurangannya dan

kemudian disempurnakan oleh Studer dan Hautmann.

2. Terapi

1) Operasi

a) Reseksi tranurethral untuk single/multiple papiloma

b) Dilakukan pada stage 0,A,B1 dan grade I-II-low grade

c) Total cystotomy dengan pegangkatan kel. Prostate dan urinary diversion untuk :

- Transurethral cel tumor pada grade 2 atau lebih

- Aquamosa cal Ca pada stage B-C

2) Radioterapy

- Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada grade III-IV dan stage

B2-C.

- Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000 Rads. Penderita

dievaluasi selam 2-4 minggu dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks dan IVP, kemudian 6

minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi radiasi tambahan 2000-3000 Rads

selam 2-3 minggu.


3) Chemoterapi

Obat-obat anti kanker :

 Citral, 5 fluoro urasil

 Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan paliatif. 5-

Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling sering

dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai pengobatan topikal. Klien

dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan

obat diabiarkan dalam Buli-buli selama dua jam.

H. KOMPLIKASI

1. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi

2. Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck

3. Hyronephrosis oleh karena ureter mengalami oklusi


I. PROGNOSIS
a. Ad vitam : ad bonam
b. Ad sanationam : dubia ad bonam
c. Ad fungsionam : dubia ad bonam.
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. P
Tanggal Lahir : 26 Mei 1959
Usia : 52 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln. Pahlawan No.17 Kabanjahe
No. MR : 264125

II. ANAMNESIS

OS datang dengan keluhan BAK berdarah dan nyeri saat BAK, Os juga mengeluh
BAK tidak lancar dan tampak pucat sejak 3 hari yang lalu.
OS juga mengeluh sering BAK dan semakin banyak darahnya, Os mengatakan
lemas dirasakan sepanjang hari, terutama setelah melakukan pekerjaan. Selain itu,
pasien juga mengeluh sulit tidur.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien memiliki riwayat anemia
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal yang sama.
III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Keadaan : Compos Mentis
Status Gizi : Gizi Cukup ( TB 172 Cm, BB 75 kg, BMI 25,8 )
 Tanda vital :
o Tekanan Darah : 100/70 mmHg
o Suhu : 37C
o Respirasi : 21 x/ menit
o Nadi : 86 x/ menit
o Turgor : Baik
Status General
Kepala
 Bentuk : Bulat, simetris
 Rambut : Hitam, tebal, mudah dicabut
 Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), eksoftalmus (-)
 Telinga : Hiperemis -/-, sekret -/-

 Hidung :Bentuk normal, septum deviasi (-), tidak tampak pernafasan cuping
hidung, sekret (-)
 Mulut : Bibir tidak kering, tonsil T1-T1 tenang, faring tidak hiperemis
 Lidah : lidah tidak kotor, atropi lidah (-)

Leher
 KGB : Tidak ada pembesaran
 Tiroid : Dalam batas normal
Thorax
 Inspeksi : Dalam Batas Normal
 Palpasi : Fremitus taktil kanan dan kiri sama, iktus cordis teraba pada ICS 5 linea
midclavicula sinistra tidak kuat angkat.
 Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kiri dan kanan
Batas jantung atas ICS 2 linea parasternal sinistra
Batas jantung kanan ICS 4 linea parasternal dextra
Batas jantung kiri ICS 5 linea midclavicula sinistra
 Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Bunyi jantung I-II murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
 Inspeksi : DBN
 Palpasi : Soepel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (+)
 Perkusi : Timpani
 Auskultasi : Bising usus (+).

Eksremitas
 Ekstremitas atas : akral hangat, tremor (-)
 Ekstremitas bawah : Dalam batas normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM
1. Darah Rutin
 Hb : 3.70 g/dL ( 12 - 16 )
 Ht : 12.5 % ( 37 - 43 )
 Leukosit : 4.900/mm3 (4.000 - 10.000)
 Trombosit : 387.000 (150.000 - 450.00
V. DIAGNOSE KERJA
- Ca Buli + Anemia

VI. PENATALAKSANAAN
o IVFD RL 20 tpm
o Tranfusi PRC
o Inj. Ranitidin 1x1 amp
BAB IV
PENUTUP

Telah dilaporkan satu kasus hipertiroid, diagnosa ditegakkan secara anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, .
DAFTAR PUSTAKA

Daneshmand S, Becker M. Epidemiology and etiology of urothelial (transitional cell) carcinoma of


the bladder. 2013;23.

Basuki B Purnomo. Dasar-dasar urologi. Jakarta: Sagung Seto. 2011.

Kimberly B. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2011.

Syafaa AN, Maulani H, Suciati T, et al. Angka Kejadian Karsinoma Urothelial di Bagian Patologi
Anatomi RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Tahun 2009-2013. Majalah Kedokteran
Sriwijaya. 2015;47(1):16.

Tanaka T, Miyazawa K, Tsukamoto T, Kuno T, Suzuki K. Pathobiology and chemoprevention of


bladder cancer. Journal of oncology. 2011;2011.

Cancer Reasearch UK. Bladder cancer statistics and outlook. Cancer Reasearch UK. 2014;
Available from: https://www.cancerresearchuk.org/health-professional/cancer-statistics/statistics-
by-cancer-type/bladder-cancer.

Primary Medical ReviewerE Gregory Thompson. MD - Internal Medicine Specialist Medical


Reviewer Christopher G. Wood, MD, FACS - Urology, Oncology Current as of November 20.
2015;.
Schteingart, D.E. 2006.Gangguan Kelenjar Tiroid.Dalam Huriawati H., Natalia S.,Pita W., Dewi
A.M (Editors). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses PenyakitDalam. Penerbit Buku
Kedokteran: EGC. Hal: 1225-36
Tarwoto, Dkk. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.Jakarta: Trans
Info Medikal.
Waspadji S. 2008. Pendekatan klinis dan pengelolaan tirotoksikosis. Dalam Naskah lengkap
pelatihan penatalaksanaan penyakit-penyakit tiroid bagi dokter umum. Jakarta: Interna
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai