Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA CERVIX

POLIKLINIK KANDUNGAN

RSUD ULIN BANJARMASIN

Disusun oleh:

Marten Parapa

NIM: PO.62.26.0.1.22.075

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

PRODI D III KEPERAWATAN REGULER XXVB

TAHUN 2024
LEMBAR PENGESAHAN

Yang membuat Laporan Asuhan Keperawatan

Nama Mahasiswa : Marten Parapa

NIM : PO.62.20.1.22.075

Tingkat/ Semester : Semester IV

Program Studi : D-III Keperawatan Reguler 25B

Tahun Akademik : 2024

Banjarmasin, 9 Maret 2024


Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

( (
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Kanker serviks atau CA Cervix adalah suatu proses keganasan yang terjadi
pada leher rahim, sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi
sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya pendarahan
dan pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-
ulang. Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari sel leher rahim
normal menjadi sel abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel
leher rahim yang abnormal ini dapat berkumpul menjadi tumor. Tumor yang terjadi
dapat bersifat jinak ataupun ganas yang akan mengarah ke kanker dan dapat
menyebar.

B. Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti,
tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker
serviks yaitu:
1. HPV (Human papilloma virus): HPV adalah virus penyebab kutil genetalis
(Kandiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian
yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.
2. Merokok: Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.
4. Berganti-ganti pasangan seksual.
5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada
usia di bawah 18 tahun, berganti berganti pasangan dan pernah menikah
dengan wanita. yang menderita kanker serviks.
6. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970)
7. Gangguan sistem kekebalan
8. Pemakaian Pil KB.
9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear
secara rutin).
C. Tanda dan Gejala
Menurut (Purwoastuti, 2015), gejala kanker leher rahim adalah sebagai berikut:
1. Keputihan, makin lama makin berbau busuk.
2. Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan abnormal,
terjadi secara spontan walaupun tidak melakukan hubungan seksual.
3. Anemia
4. Gagal Ginjal ebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang menyebabkan
obstruksi total.
5. Hilangnya nafsu makan dan berat badan yang terus menurun.
6. Nyeri tulang panggul dan tulang belakang.
7. Nyeri disekitar vagina
8. Nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah
9. Nyeri pada anggota gerak (kaki)
10. Terjadi pembengkakan pada area kaki.
11. Sering berkemih
12. Perdarahan vagina yang tidak normal
a) Perdarahan diantara periode regular menstruasi.
b) Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya
c) Perdarahan setelah berhubungan seksual atau pemeriksaan panggul.
d) Perdarahan pada wanita menopause
13. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,
timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rectovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat
metastasis jauh.

D. Patofisiologi
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya
perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat
muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma
mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan
hormon. Dalam jangka waktu 7-10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk
preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses
keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks,
jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau
vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal
zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada
molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol
pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan.

Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar junction
(SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks
kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks
yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau
kolumnar pendek selapis bersilia.

E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Novelia, 2017) pemeriksaan diagnostic untuk menentukan kanker serviks
sebagai berikut:
a. Schillentest Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak
mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal
akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinomatidak berwarna.
b. Koloskopi Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu
dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk
melakukan biopsy.
Kelemahan; hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedangkan
kelainan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak terlihat.
c. Kolpomikroskopi melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai
200 kali
d. Biopsi: Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
e. Konisasi: Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan
epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasilsitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan- kelainan yang jelas.
f. Pemeriksaan lainnya.
a) Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED,golongan darah,
masa peredaran dan masa pembekuan)
b) Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOT dan SGPT.
c) Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
d) Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap obat.

G. Penatalaksana Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat di lakukan adalah (Novelia, 2017):
1. Pembedahan atau operasi Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan
dengan kanker serviks stadium I dan II.
a) Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy) Mengambil leher rahim,
bagian dari vagina, dan kelenjar getahbening di panggul.Pilihan ini
dilakukan untuk perempuandengan tumor kecil yang ingin mencoba untuk
hamil dikemudian hari.
b) Histerektomi total :Mengangakat leher rahim dan rahim.
c) Histerektomi radikal : Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di
sekitar leherrahim, rahim, dan bagian dari vagina.
d) Saluran telur dan ovarium Mengangkat kedua saluran tuba dan
ovariumPembedahan inidisebut salpingo-ooforektomi.
e) Kelenjar getah bening Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor
untuk melihatapakah mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah
histerektomy total dan radikal mencapai kelenjar getah bening,itu berarti
penyakit ini mungkin telah menyebar ke bagian laindari tubuh.
2. Radioterapi
Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel-
sel kanker apa pun yang masih di daerah tersebut. Perempuan dengan kanker
yang menyerang bagian bagian selain kanker serviks mungkin perlu diterapi
radiasi dan kemoterapi. Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi
untuk membunuh sel-sel kanker.
a. Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggulatau
jaringan lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatanbiasanya di
berikan di rumah sakit.Penderita mungkinmenerima radiasi eksternal 5
hari seminggu selama beberapaminggu.Setiap pengobatan hanya
memakan waktu beberapamenit.
b. Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina.Suatuzat
radioaktif di masukkan ke dalam tabung tersebutPenderitamungkin
harus tinggal di rumah sakit sementara sumberradioaktif masih berada
di tempatnya (sampai 3 hari).
Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi
diberikan dan tubuh bagian mana yang di terapi.radiasi pada perutdan
panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau masalah
eliminasi. Penderita mungkin kehilangan rambut di
daerahgenitalSelain
itu, kulit penderita di daerah yang dirawat menjadimerah, kering, dan
tender.
3. Kemoterapi
Diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang akan di
operasi atau sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang
dikombinasikan dengan terapi radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini
biasanya diberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus.Jadwal pemberian ada
yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan. Efek samping
yang terjadi terutama tergantung pada jenis obat obatan yang diberikan dan
seberapa banyak.kemoterapi.
a) Sel darah: Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang
sehat penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau
berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah.
b) Sel-sel pada akar rambut kemoterapi dapat menyebabkan rambut
rontok. Rambut penderita yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi
kemungkinan mengalami perubahan warna dan tekstur.
c) Sel yang melapisi saluran pencernaan kemoterapi menurunkan nafsu
makan, mual-mual dan muntah, diare, atau infeksi pada mulut dan
bibir.
d) Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa
di tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan,
nyeri sendi, atau kaki bengkak.
H. Penatalaksanan Keperawatan
1. Pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan
mengurangi kecemasan serta ketakutan pasien.
2. Perawat mendukung kemampuan pasien dalam perawatan diri untuk
meningkatkan kesetahan dan mencegah komlipaksi
3. Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana pasien dan pasangannya
memandang kemampuan reproduksi wanita dan memaknai setiap hal yang
berhubungan dengan kemampuan reproduksinya. Bagi sebagian wanita,
masalah harga diri dan citra tubuh yang berat dapat muncul saat mereka tidak
dapat lagi mempunyai anak. Pasangan mereka sering sekali menunjukkan
sikap yang sama, yang merendahkan wanita yang tidak dapat memberikan
keturunan.
4. Apabila terdiagnosis menderita kanker, banyak wanita merasa hidupnya lebih
terancam dan perasan ini jauh lebih penting dibandingkan kehilangan
kemampuan repropduksi. Intervensi keperawatan kemudian difokuskan untuk
membantu pasien mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan
yang realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan
kualitas sumber daya keluarga dan komunitas, menemukan kekuatan diri
untuk menghadapi masalah.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Dasar pengumpulan data pada pasien dan keluarga di lakukan dengan
cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang (hasil
laboratorium)
2. Identitas pasien: Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal
masuk rumah sakit, no medical record (MR), nama orang tua, dan pekerjaan
orang tua.
3. Identitas penanggung jawab: meliputi nama, umur, pekerjaan, dan hubungan
dengan pasien
4. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan
seperti pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang
menyerupai air dan berbau. Pada pasien
b) kanker serviks post kemoterapi Biasanya datang dengan keluhan
mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, anemia.
c) Riwayat kesehatan sekarang: Biasanya pasien pada stadium awal
tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir
yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau
busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri
disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah yang
berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
d) Riwayat kesehatan terdahulu: Biasanya pada pasien kanker serviks
memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan,
riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015). Pada pasien kanker servik
post kemoterapi biasanya ada riwayat penyakit keputihan dan riwayat
penyakit HIV/AIDS.
e) Riwayat kesehatan keluarga: Biasanya riwayat keluarga adalah salah
satu faktor yang paling mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi
oleh kelainan genetikaKeluraga yang memiliki riwayat kanker didalam
keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluraga
yang tidak ada riwayat didalam keluarganya.

5. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obsttetri pada pasien dengan kanker serviks yang
perlu di ketahui adalah :
a) Keluhan Haid: Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir,
sebab kanker serviks tidak pernah ditemukan sebelumnya menarche
dan mengalami atropi pada masa menopose. Siklus menstruasi yang
tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus haid adalah
salah satu tanda gejala kanker serviks.
b) Riwayat kehamilan dan persalinan: Jumlah kehamilan dan anak
yang hidup karna kanker serviks terbanyak pada wanita yang sering
partus, semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko
mendapatkan karsinoma serviks.
6. Riwayat Psikososial: Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap
penyakitnya serta harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan
dengan suami/keluarga terhadap pasien dari sumber keuanganKonsep diri
pasien meliputi gambaran diri peran dan identitasKaji juga ekspresi wajah
pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang merasa tidak
berguna atau menyusahkan orang lain. Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya mengalami keluhan cemas dan ketakutan.
7. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari: Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan
nutrisi, elimenasi, aktivitas pasien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat
dan tidurPada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
keluhan tidak nafsu makan, kelehan, gangguan pola tidur.
8. Pemeriksaan fisik, meliputi :
 Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi sadar
lemah dan tanda-tanda vital normal (120/80 mmHg).
 Kepala Biasanya pada pasien kanker serviks post. kemoterapi
mengalami rambut rontok, mudah tercabut.
 Mata: Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami
konjungtiva anemis dan skelera ikterik.
 Leher: Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada
kelainan
 Thoraks:
Dada: biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada
kelainan
Jantung biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada
kelainan
 Abdomen biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak
ada kelainan
 Genetalia: Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret
berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi. Pada pasien
kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
perdarahan pervaginam.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan denga agen pencedera fisik (D. 0077 )
Nyeri Akut
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomic
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual muntah akibat efek samping dari
kehemoradiasi
d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
e. Gangguan citra tubub berhubungan dengan perubahan dalam gaya
hidup dan penampilan akibat efek samping kemotrafi

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan hasil
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
pencedera fisik Tindakan keperawatan
selama 1x7 jam Observasi
diharapkan nyeri - Identifikasi lokasi,
menurun dengan karakteristik, durasi, Agar mengetahui
kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas kondisi klien
nyeri
 Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
menurun ( 5 ) - Identifikasi respon nyeri non
 Tampak verbal
meringis - Identifikasi faktor yang
menurun ( 5 ) memperberat dan
 Gelisah memperingan nyeri
menurun ( 5 ) - Identifikasi pengetahuan dan
 Tekanan darah keyakinan tentang nyeri
membaik ( 5 ) - Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik
- Berikan teknik non
farmakologis untuk Agar klien dan
mengurangi rasa nyeri (mis. keluarga dapat
TENS, hypnosis, akupresur, memberikan
terapi musik, dukungan terhadap
biofeedbackterapi pijat, klien
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, bermain)
terapi
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri Agar klien dan
keluarga mengetahui
- Anjurkan memonitor nyeri cara meredakan nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi Jika ada


- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.

Gangguan eliminasi Setelah dilakukan


urin b.d obstruksi Tindakan keperawatan
anatomik diharapkan Obserbasi :
- Urin berkurang
atau hilang - Lakukan penilaian kemih
dalam 2x24 yang komprehensif berfokus
jam pada inkotinesia
- Kandung kemih - Memantau balance
kosong secara - Pemasangan selang kateter
penuh sesuai indikasi
- Intake cairan Kolaborasi :
dalam batas - Pemberian medikasi untuk
normal mengontrol urin
- Bebas dari ISK - Observasi ttv
- Balance cairan
seimbang
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari Tindakan keperawatan Observasi :
kebutuhan tubuh diharapkan - Monitor jumlah nutrisi
berhubungan - Adanya dankandungan kalori
dengan mual peningkatan BB
muntah akibat efek sesuai dengan
samping dari tujuan
kehemoradiasi
D. Implementasi
Implementasi dilakukan adalah Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri Melakukan pengukuran
skala
Serta monitor intake nutrisi kurang dari kebutuhan menganjurkan
meningkatkan makan yg mengandung protein dan vitamin C nyeri dengan
menanyakannya kepada pasien Melakukan pemeriksaan TTV guna
memonitor efek samping pemberian analgetic Menerapkan teknik relaksasi
nafas dalam terhadap pasien dan meminta pasien mengulanginya secara
mandiri Menyediakan lingkungan dan tempat tidur yang nyaman bagi
pasien Mengajarkan pasien untuk mengulangi teknik tersebut secara
mandiri jika sewaktu-waktu nyeri datang Kembali.
E. Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan. Pada evaluasi yang peneliti lakukan pada kedua klien berdasarkan kriteria
yang peneliti susun terdapat 5 diagnosa keperawatan yang telah teratasi dengan baik
sesuai rencana yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas, nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin, hipovolemia
berhubungan dengan kekurangan cairan aktifansietas berhubungan dengan ancaman
terhadap konsep diri, namun terdapat 2 diagnosa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda, Hardi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis.
Yogyakarta: Mediaction.
Cervical Center. (2017). Kanker Serviks.
Darmawati. (2015). Cervical Cancer in Productive Women. Idea Nursing Journal
Vol 1 No 1, 9-10.
Novelia, D. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Kanker Serviks Po
Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP DrM. Djamil Padang
KARYA TULIS ILMIAH.
Tim Cancer Helps. (2010). Stop Kanker. Jakarta Selatan: PT. AgroMedika Pusaka
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai