S DENGAN KANKER
SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Disusun Oleh :
P27905119020
2020/2021
A. KONSEP PENYAKIT
I. Pengertian
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina. ( Diananda,Rama, 2009 )
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan
kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat
menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang
terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah dari rahim
yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area serviks atau leher
rahim, yaitu area bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina (Rozi,
2013).
Kanker leher rahim atau kanker serviks (cervical cancer) merupakan kanker
yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan
liang senggama (vagina)(Purwoastuti, 2015).
II. Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah
secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk
suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika
tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks. Penyebab terjadinya
kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa
faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu :
1. HPV ( Human Papiloma Virus ) HPV adalah virus penyebab kutil genetalis
( Kandiloma Akuminata ) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang
sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma pada
kondilom akuminata.
c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker dilandasi
oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV ditemukan angka
kejadian kanker serviks yang meningkat.
d. DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )
2. Merokok Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih
tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks
adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi
virus.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18 tahun).
4. Berganti - ganti pasangan seksual.
5. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia 18
tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang
menderita kanker serviks.
6. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.
7. Pemakaian Pil KB. Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih
dari lima tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan
resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat
sesuai dengan lamanya pemakaian.
8. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
9. Golongan ekonomi lemah. Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes
pap smear secara rutin dan pendidikan yang rendah. (Nurarif, 2016)
V. Pemeriksaan penunjang
a. Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP )
sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat
ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah
cara Skrining sel - sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk
kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara histologik.
b. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu
alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah
dengan sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ). Kalau
pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel - sel yang
mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel
dan vascular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan
perubahan metabolik yang terjadi di jaringan serviks.
c. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat )
terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya
atau hanya terlihat sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak
dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus
dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam sehingga harus
diawetkan dalam larutan formalin 10%.
d. Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian
rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ), dengan
kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnostik,
tindakan konisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan
yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi. Jika
karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat
dilakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan larutan
lugol ( yodium 5g, kalium yodida 10g, air 100ml ) dan eksisi dilakukan
diluar daerah dengan tes positif ( daerah yang tidak berwarna oleh
larutan lugol ). Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan - keadaan
sebagai berikut :
1. Proses dicurigai berada di endoserviks.
2. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan
kolposkopi.
3. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen
biopsy.
4. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.
Komplikasi yang dapat dialami oleh penderita kanker serviks terutama pada
stadium lanjut diantaranya:
Keluhan yang mengganggu quality of life : nyeri, perdarahan, depresi, penurunan berat
badan, dan mudah lelah
Gagal ginjal
Sumbatan pada pembuluh darah terutama setelah pembedahan atau kemoterapi
Fistula
Anemia
B. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
Usia saat pertama kali melakukan hubungan seksual Salah satu faktor yang
menyebabkan kanker serviks ini adalah menikah dibawah umur 18 tahun.
1. Perilaku seks berganti - ganti pasangan Dengan perilaku tersebut
kemungkinan virus penyebab terjadinya kanker serviks dapat
ditularkan dengan mudah.
2. Sosial Ekonomi Sosial ekonomi rendah dikaitkan erat karena tidak
dapat melakukan pap smear secara rutin dan pola hubungan seksual
yang tidak sehat.
3. Tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan yang rendah dapat juga
dihubungkan dengan kurangnya pemahaman mengenai pencegahan
dan penaganan kanker seviks.
4. Aspek mental: harga diri, identitas diri, gambaran diri, konsep diri,
peran diri, emosional.
5. Perineum; keputihan, bau, kebersihan Keputihan yang gatal dan
berbau adalah tanda dari kanker leher rahim yang mulai mengalami
metastase.
6. Nyeri ( daerah panggul atau tungkai ) Nyeri bisa diakibatkan oleh
karena sel kanker yang sudah mendesak dan abnor malita pada organ
- organ daerah panggul.
7. Perasaan berat daerah perut bagian bawah Sel - sel kanker yang
mendesak mengakibatkan gangguan pada syaraf - syaraf disekitar
panggul dan perut, sehingga menimbulkan perasaan berat pada
daerah tersebut.
8. Gaya hidup Gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan - makanan
cepat saji dapat memicu sel kanker untuk tumbuh dengan cepat, pada
orang - orang dengan gemar berganti - ganti pasangan dengan
mengesampingkan efek negatifnya kemungkinan besar dapat timbul
gejala - gejala tersebut sehingga mengarah pada terjadinya kanker
leher rahim.
9. Siklus Menstruasi Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi
perdarahan diantara siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker
leher rahim.
10. Riwayat Keluarga Seorang ibu yang mempunyai riwayat ca serviks.
III.Perencanaan keperawatan
1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama nyeri hilang atau
berkurang.
Kriteria :
a. pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan
skala nyeri 0 - 3.
b. Ekspresi wajah rileks.
c. Tanda - tanda vital dalam batas normal.
2. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi
dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Kriteria hasil :
a. Pasien menghabiskan makanan yang telah diberikan oleh
petugas.
b. Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
c. Berat badan klein normal.
d. Hasil hemoglobin dalam batas normal.
3. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam pasien tidak terjadi
penyebaran infeksi dan dapat menjaga diri dari infeksi .
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda - tanda infeksi pada area sekitar serviks
b. Tanda - tanda vital dalam batas normal.
c. Tidak terjadi nasokomial hilang, baik dari perawat ke
pasien, pasien keluarga, pasien ke pasien lain dan klien ke
pengunjung.
d. Tidak timbul tanda - tanda infeksi karena lingkungan yang
buruk
e. .Hasil hemoglobin dalam batas normal, dilihat dari leukosit.
4. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan hilang atau
berkurang.
Kriterial hasil :
a. Pasien mengatakan perasaan cemasnya hilang atau
berkurang.
b. Terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman bagi
pasien.
c. Pasien tampak rileks, tampak senang karena mendapat
perhatian.
d. Keluarga atau orang terdekat dapat mengenai dan
mengklarifikasi rasa takut.
e. Pasien mendapat informasi yang akurat, serta prognosis dan
pengobatan dan klien mendapat dukungan dari terdekat.
5. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kerusakan
intergritas kulit.
Kriteria hasil :
a. Pasien atau keluarga dapat mempertahankan
keberhasilan pengobatan tanpa mengiritasi kulit.
b. Pasien dan keluarga dapat mencegah terjadi infeksi atau
trauma kulit.
c. Pasien keluarga beserta TIM medis dapat
meminimalkan trauma pada area terapi radiasi.
d. Pasien, keluarga beserta tim medis dapat menghindari
dan mencegah cedera dermal karena kulit sangat
sensitif selama pengobatan dan setelahnya.
6. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi cedera atau
injuri.
Kriteria hasil :
a. Pasien dapat meningkatkan keamanan ambulasi.
b. Pasien mampu menjaga keseimbangan tubuh ketika akan
melakukan aktifitas.
c. Pasien mampu meningkatkan posisi fungsional pada
ektremitas.
7. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama pasien mampu
mempertahankan aktifitas seksual pada tingkat yang diinginkan bila
mungkin.
Kriteria hasil :
a. Pasien mampu memahami tentang arti seksualitas,
seksualitas dapat diungkapkan dengan bentuk perhatian
yang diberikan seseorang.
8. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan syok berkurang atau
tidak terjadi syok.
Kriterial hasi :
a. pasien tidak mengalami anemia
b. Tanda - tanda vital stabil.
c. Pasien tidak tampak pucat.
IV. Intervensi
1. Intervensi :
a. Kaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, intensitas, dan skala
nyeri.
b. Berikan tindakan kenyamanan dasar: relaksasi, distraksi,
imajinasi, message.
c. Awasi dan pantau TTV.
d. Berikan posisi yang nyaman.
e. Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional :
a. Mengetahui tingkat nyeri pasien dan menentukan tindakan yang
akan dilakukan selanjutnya.
b. Mengurangi rasa nyeri.
c. Mengetahui tanda kegawatan.
d. Memberikan rasa nyaman dan membantu mengurangi nyeri.
e. Mengontrol nyeri maksimum.
2. Intervensi :
a. Kaji status nutrisi pasien
b. Ukur berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
c. Dorong Pasien untuk makan - makanan tinggi kalori, kaya
protein dan tetap sesuai diit ( Rendah Garam ).
d. Pantau masukan makanan setiap hari.
e. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering.
Rasional :
a.Untuk mengetahui status nutrisi
b.Memantau peningkatan BB.
c.Kebutuhan jaringan metabolik adequat oleh nutrisi.
d.Identifikasi defisiensi nutrisi.
e.Agar nutrisi terpenuhi
3. Intervensi :
a. Kaji adanya infeksi disekitar area serviks.
b. Tekankan pada pentingnya personal hygiene.
c. Pantau tanda - tanda vital terutama suhu.
d. Berikan perawatan dengan prinsip aseptik dan antisepik.
e. Tempatkan klien pada lingkungan yang terhindar dari infeksi.
f. Koloborasi pemeberian antibiotik.
Rasional :
a. Mengurangi terjadinya infeksi.
b. Agar tidak terjadi penyebaran infeksi.
c. Mencegah terjadinya infeksi.
d. Membantu mempercepat penyembuhan.
e. Mencegah terjadinya infeksi.
4. Intervensi :
a.Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
b.Beri lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan atau menolak untuk bicara.
c.Pertahankan bentuk sering bicara dengan pasien, bicara dengan
menyentuh klien.
d.Bantu pasien atau orang terdekat dalam mengenali dan
mengklarifikasi rasa takut.Beri informasi akurat, konsisten
mengenai prognosis, pengobatan serta dukungan orang terdekat.
Rasional :
a. Memberikan kesempatan untuk mengungkapkan ketakutannya.
b. Membantu mengurangi kecemasan.
c. Meningkatkan kepercayaan klien.
d. Meningkatkan kemampuan kontrol cemas.
e. Mengurangi kecemasan
5. Intervensi :
a. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.
b. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit
yang kering dari pada menggaruk.
c. Tinjau protokol perawatan kulit untuk pasien yang mendapat
terapi radiasi.
d. Anjurkan memakai pakaian yang lembut dan longgar pada,
biarkan pasien menghindari penggunaan bra bila ini memberi
tekanan.
Rasional :
a. Mempertahankan kebersihan kulit tanpa mengiritasi kulit.
b. Membantu menghindari trauma kulit.
c. Efek kemerahan dapat terjadi pada terapi radiasi.
d. Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit.
6. Intervensi :
a. Intruksikan dan bantu dalam mobilitas secara tepat.
b. Anjurkan untuk berpegangan tangan atau minta bantuan pada
keluarga dalam melakukan suatu kegiatan.
c. Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan alat bantuan.
Rasional :
a. Membantu mengurangi kelelahan.
b. Membantu pasien untuk melakukan kegiatan.
c. Membantu mempercepat penyembuhan.
7. Intervensi :
a. Kaji masalah- masalah perkembangan daya hidup.
b. Catat pemikiran pasien/ orang- orang yang berpengaruh bagi
pasien mengenai seksualitas
c. Evaluasi faktor- faktor budaya dan religius/ nilai dan konflik-
konflik yang muculberikan suasana yang terbuka dalam diskusi
mengenai masalah seksualitas.
d. Tingkatkan keleluasaan diri bagi pasien dan orang- orang yang
penting bagi pasien.
Rasional :
a. Faktor- faktor seperti menoupose dan proses penuan remaja dan
dewasa awal yang perlu masukan dalam pertimbangan
mengenai seksualitas dalam penyakit yang perawatan yang
lama.
b. Untuk memberikan pandangan bahwa keterbatasan kondisi/
lingkungan akan berpengaruh pada kemampuan seksual tetapi
mereka takut untuk menanyakan secara lansung.
c. untuk mempengaruhi persepsi pasien terhadap masalah seksual
yang muncul.
d. Apabila masalah- masalah diidentifikasikan dan di diskusikan
maka pemecahan masalah dapat ditemukan
e. Perhatikan penerimaan akan kebutuhan keintiman dan
tingkatkan makna terhadap pola interaksi yang telah dibina
8. Intervensi :
a. Kaji adanya tanda terjadi syok
b. Observasi KU
c. Observasi TTV
d. Monitor tanda pendarahan
e. Check hemoglobin dan hematokrit
Rasional :
Mengetahui adanya penyebab syok
a. Memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama
pada saat terjadi pendarahan sehingga segera diketahui
tanda syok.
b. TTV normal menandakan keadaan umum baik.
c. perdarahan cepat diketahui dapat diatasi sehingga pasien
tidak sampai syok.
d. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang
dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih
lanjut.
ASUHAN KEPERAWATAN
Golongan darah B B
B. Riwayat Kesehatan :
Keluhan utama saat pengkajian :
Pada saat dilakukam pengkajian pasien mengalami nyeri perut bagian bawah. Pasien juga
mengeluh sakit pada saat berhubungan seksual serta mengalami sembelit.
Riwayat menstruasi :
10. Menarchea pada usia : 13 Tahun
Siklus :: normal
normal
Lamanya 5-7 hari
) tidak
Dismenorchea ya ( √ ( )
Keputihan ya ( √ ) tidak ( )
Warna ya ( √ ) tidak ( )
Gatal ya ( ) tidak ( √ )
Berbau ya ( ) tidak ( √)
Dysparenia : ya ( √ ) tidak ( )
tidak
Perdarahan kontak: ya ( ) (√)
Riwayat KB Terakhir
Jenis Kontrasepsi :-
Lamanya :-
Alasan dilepas :-
Dukungan keluarga :-
Pengambilan keputusan dalam keluarga :-
D. Riwayat Persalinan yang lalu
Anak Hidup/mati Jenis Penolong Tahun BB PB Keadaan Penyulit Ket
no. persalinan bayi
2. Pola Eliminasi
2.1. BAB
a. Frekuensi : 2x/hari
b. Warna : kuning fases
c. Konsistensi : lembek
d. Bau :bau khas
2.2. BAK :
a. Frekuensi : 4-6x/hari
b. Warna : kuning
c. Bau : bau khas
4.Personal Hygiene
a. Mandi : mandiri
b. Ganti pakaian dalam : mandiri
c. Jenis pakaian : Pakaian biasa
d. Vulva hygiene : mandiri
: sebelum sakit melakukan aktivitas secara
5.Pola aktivitas mandiri,setelah sakit melakukan aktivitas dibantu
6. Kebiasaan hidup :
Merokok : pasien merokok
Minuman keras : -
Beban pekerjaan : -
F. Pemeriksaan Fisik ( Data Obyektif )
1. Keadaan Umum : pasien tampak pucat dan lemas, terpasang IVFD
Kesadaran : Compos mentis E4V5M6
2. Tanda-tanda Vital :
TD : 130/80mmHg
RR : 29 X/meniit
Nadi 84 x/menit
Suhu : 36,4
3. Kepala
Rambut : Bersih ( ) Kotor ( ) Rontok ( )
Mata
Penglihatan : Baik (√) Kabur ( )
Konjungtiva : Anemis (√ ) Tidak Anemis ( )
Sclera : Irterik ( ) Tidak irterik (√ )
Kelopak mata : edema ( ) tidak (√)
Reaksi pupil terhadap cahaya : membesar (√ ) mengecil ( )
Gerakan bola mata : simestris (√) tidak simestris ( )
Telinga
G. Data Psikologis
Status emosi : sedih
Pola koping : normal
Pola komunikasi : normal
Konsep diri
Gambaran diri : Pasien seorang peremmpuan
Peran diri : Pasien seorang ibu dan istri
Harga diri : rendah
Identitas diri : pasien seorang perempuan
1. Kegiatan dalam melaksanakan ibadah
Pasien melakukan ibadah secara normal, namun selama sakit pasien melakakukan
ibadah diatas tempat tidur
2. Kegiatan ibadah selama dalam perawatan
Pasien melakukan keiatan ibadah diatas tempat tidur
3. Keyakinan terhadap pertolongan Tuhan
Pasienn yakin tuhan akan menolong dia selama sakit
4. Keyakinan terhadap perawatan dan pengobatan
Pasien yakin dengan pengobatan atau perawatan yangsedang dijalaninnya
5. Keyakinan untuk penyembuhan /pemulihan kesehatannya
Pasien yakin akan sembuh
J. Data Penunjang : (hasil laboratorium )
Leukosit 15,86
Eritrosit 3,36
Hb : 7,9 g/dl
Hematokrit : 24,5 %
K. Data Therapi :
Asam traneksamat IV 3 x 500 mg
Antrain IV 2x 2 ml
Cefadroxil PO 3x 1 tablet
Tablet penambah darah PO 2 x 1 tablet
IVFD RL 20 tpm
NO Diagnosa Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri 1. Mengetahui
berberhubungan tindakan keperawatan 2 (I.08238) tingkat nyeri
dengan nyeri x 24 jam diharapkan Observasi pasien dan
pencedra fisik nyeri berkurang 1. Idenfikasi menentukan
(D.0077) KH : skala nyeri tindakan yang
1. Nyeri skala 4 2. Idenfikasi akan
2. Kemampuan respons dilakukan
menuntaskan nyeri non selanjutnya
aktivitas (3-5) verbal 2. Mengurangi
3. Keluhan nyeri 3. Idenfikasi rasa nyeri
(3-5) faktor yang 3. Memberikan
4. Meringis (3-5) memperber rasa nyaman
5. Gelisah (3-5) at dan dan membantu
6. Perasaan depresi mempering mengurangi
(tertekan) (3-5) an nyeri nyeri
4. Monitor 4. Mengontrol
efek nyeri
samping maksimum
penggunaan
analgetik
Mandiri
5. Berikan
teknik
nonfarmako
logisuntuk
mengurangi
rasa nyeri
6. Kontrol
ruangan
yang
memberat
rasa nyeri
7. Fasilitasi
istirahat dan
tidur
8. Pertimbang
kan jenis
dan sumber
nyeri dalam
pemilihan
strategi
meredakan
nyeri
Edukasi
9. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu
nyeri
10. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
11. Anjurkan
menggunka
n analgetik
secara tepat
12. Anjurkan
teknik
nonfarmako
logis untuk
mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
13. Kolaborasi
pemberian
analgetik,
jika perlu
2. Ketidakberdayaa Setelah dilakukan Dukungan 1. Memeberikan
n berhubungan tindakan keperawatan 2 keyakinan kesempatan
dengan x 24 jam diharapkan (I.09259) untuk
Menyatakan pasien dapat menerima Observasi mengiungkapk
keraguan keadaannya. 1. Monitor an
tentang kinerja KH : kesehatan ketakutannya
peran(D.0092) 1. Verbalisasi fisik an 2. Membantu
penerimaan (3- mental mengurangi
5) Mandiri kecemasan
2. Verbalisasi 2. Fasilitasi 3. Meningkatkan
perasaan yang memberika kepercayaan
dialami (3-5) n makna klien
3. Perilaku sesuai terhadap 4. Mengurangi
perasaan yang kondisi kecemasan
dialami (3-5) kesehatan
4. Hubungan Edukasi
positiif (3-5) 3. Jelaskan
5. Kemampuan bahaya atau
menghargai diri risiko yang
sendiri (3-5) terjadi
6. Koping (3-5) akibat
7. Verbalisasi keyakinan
perasaan tenang negative
(3-5) 4. Berikan
penjelasan
yang
relevan dan
mudah
dipahami
Purwoastuti, Th Endang dan Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Panduan Materi kesehatan
Nurarif, Amin, Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa