Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA NY.

R DENGAN
KANKER SERVIKS DI RUANG KELAS II RSU. SYLVANI BINJAI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktek


Mata kuliah : Keperawatan Gawat Darurat
Dosen Pembimbing: Sri Siswati, SST, S.Pd, M. Psi

OLEH:

NADIA SINDY PREETY SILAEN


P07520220026

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN KEPERWATAN PRODI SARJANA
TERAPAN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR

1. DEFENISI

Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area serviks atau leher rahim, yaitu area bawah
pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina (Rozi, 2013). Kanker leher rahim atau kanker serviks
(cervical cancer) merupakan kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang
senggama (vagina)(Purwoastuti, 2015)

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Menurut Langhorne, Fulton, dan Otto (2011), serviks atau leher rahim adalahsepertiga lebih rendah dari
rahim atau uterus. Tubular serviks memanjang hingga ke bawah ke bagian atas vagina. Serviks mengelilingi
pembukaan disebut lubang serviks,rahim berbentuk silinder jaringan yang menghubungkan vaginadan
uterus. Serviks terbuatdari tulang rawan yang ditutupi oleh jaringan halus, lembap, dan tebalnya sekitar 1
inci.Ada dua bagian utama dari serviks, yaitu ektoserviks dan endiserviks.
Bagaian serviks yang dapat dilihat dari luar selama pemeriksaan ginekologi di kenalsebagai ektoserviks.
Pembuka dipusat ektoserviks, dikenal sebagai os eksternal, membukauntuk memisahkan bagian antara uterys
dan vagina. Endoserviks atau kanal endoserviks,adalah sebuah terowongan melalui serviks, dari os eksternal
ke dalam uterus.
Selama masa praremaja, endoserviks terletak dibagian serviks (Langhorne, Fulton,dan Otto, 2011).
Pembatasan tumpang tindih antara endosrviks dan ektoserviks di sebutzona transformasi. Serviks
menghasilkan lendir serviks yang konsistensi ataukekentalannya berubah selama siklus menstruasi untuk
mencgah atau mempromosikankehamilan.
Zona transformasi dari waktu ke waktu menjadi lebuh rapuh, sel-sel epitel kolumnardigantikan dengan
sel-sel epitel skuamosa. Daerah ini sangat rentan terhadap perubahan prakanker (displasia) karena tingkat
turnover yang tinggi dan tingkat pematangan selrendah (Rahayu, 2015).

3. PATOFISIOLOGI

Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastic terjadi pada seluruh
lapisan epitel disebut displasia. Displasia merupakan neoplasia serviks intraepithelial (CNI). CNI
terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I ringan, tingkat II sedang, tingkat III berat. Tidak ada
gejala spesifik untuk kanker serviks perdarahan merupakan satu-satunya gejala yang nyata tetapi
gejala ini hanya ditemukan pada tahap lanjut. Sedangkan unuk tahap awal tidak.
CNI biasanya terjadi disambungan epitel skuamosa dengan epitel kolumnar dan mukosa
endoserviks. Keadaan ini tidak dapat diketahui dengan cara pemeriksaan panggul rutin, pap smear
dilaksanakan untuk mendeteksi perubahan. Neoplastik hasil apusan abnormal dilanjutkan dengan
biopsy untuk memperoleh jaringan guna pemeriksaan sitologik. Sedang alat biopsy yang
digunakan dalam biopsy kolposkop fungsinya mengarahkan tindakan biopsy dengan mengambil
sample, biopsy kerucut juga harus dilakukan.
Stadium dini CNI dapat diangkat seluruhnya dengan biopsy kerucut atau dibersihkan dengan
laser kanker atau bedah beku. Atau biasa juga dengan histerektomi bila klien merencanakan untuk
tidak punya anak. Kanker invasive dapat meluas sampai ke jaringan ikat, pembuluh limfe dan vena.
Vagina ligamentum kardinale. Endomestrium penanganan yang dapat dilaksanankan yaitu
radioterapi atau histerektum radiaki dengan mengangkat uterus atau ovarium jika terkena kelenjar
limfe aorta diperlukan kemoterapi. (Price,Sylvia a, 2006.

4. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa
faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu:
1. HPV (Human papilloma virus) HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma akuminata)
yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18,
45, dan 56.
2. Merokok Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi HPV pada serviks.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.
4. Berganti-ganti pasangan seksual.
5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18 tahun,
berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.
6. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran (banyak
digunakan pada tahun 1940-1970).
7. Gangguan sistem kekebalan
8. Pemakaian Pil KB.
9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear secara rutin). (Nurarif, 2016).

5. TANDA DAN GEJALA

Menurut (Purwoastuti, 2015), gejala kanker leher rahim adalah sebagai berikut:
1. Keputihan, makin lama makin berbau busuk.
2. Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan abnormal, terjadi secara
spontan walaupun tidak melakukan hubungan seksual.
3. Hilangnya nafsu makan dan berat badan yang terus menurun.
4. Nyeri tulang panggul dan tulang belakang.
5. Nyeri disekitar vagina
6. Nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah
7. Nyeri pada anggota gerak (kaki).
8. Terjadi pembengkakan pada area kaki.
9. Sakit waktu hubungan seks.
10. Pada fase invasif dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau dan bercampur dengan darah.
11. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul.
12. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus haid.
13. Sering pusing dan sinkope.
14. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kuranggizi, edema kaki, timbul iritasi
kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau
rectovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Preinvasive kanker serviks biasanya tanpa gejala dan sudah diderita selama ±10-15 tahun. Pada
tahap awal, kanker dapat terdeteksi selama prosedur skrining, namun sebagian besar perempuan memiliki
kesadaran yang rendah untuk melakukan pemeriksaan baik melalui test paps smear maupun inspeksi visual
dengan asam asetat (IVA). Hasil penelitian, bahwa dari 171 perempuan yang mengetahui tentang kanker
serviks, hanya 24,5 % (42 perempuan) yang melakukan prosedur skrining (Wuriningsih, 2016).
1. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
Sesuai dengan namanya, IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat
langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asetat 3-5%.
Apabila setelah pulasan terjadi perubahan warna asam asetat yaitu tampak bercak putih, maka
kemungkinan ada kelainan tahap prakanker serviks. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat
dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Wijaya, 2010).
Proses skrining dengan IVA merupakan pemeriksaan yang paling disarankan oleh Departemen
Kesehatan. Salah satu pertimbangannya karena biayanya yang sangat murah. Namun perlu diingat,
pemeriksaan ini dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka
metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus segera dilakukan (Wijaya, 2010). 14
Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi tingkat atas prakanker
(High-Grade Precancerous Lesions) dengan sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%.
Sedangkan nilai prediksi positif (positive predictive value) dan nilai prediksi negatif (negative predictive
value) masing-masing antara 10-20% dan 92-97% (Wijaya, 2010).
Secara umum, berbagai penelitian menunjukkan bahwa sensitivitas IVA sejajar dengan pemeriksaan
secara sitologi, akan tetapi spesifitasnya lebih rendah. Keunggulan secara skrinning ini ialah cukup
sederhana, murah, cepat, hasil segera diketahui, dan pelatihan kepada tenaga kesehatan lebih mudah
dilakukan. (Wijaya, 2010).

2. Tes Pap Smear


Tes Pap Smear merupakan cara atau metode untuk mendeteksi sejak dini munculnya lesi prakanker
serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau
serta hasil yang akurat (Wijaya, 2010).
Pemeriksaan Pap smear dilakukan ketika wanita tidak sedang masa menstruasi. Waktu yang terbaik
untuk skrining adalah antara 10 dan 20 hari setelah hari pertama masa menstruasi. Selama kirakira dua
hari sebelum pemeriksaan, seorang wanita sebaiknya menghindari douching atau penggunaan pembersih
vagina, karena 15 bahan-bahan ini dapat menghilangkan atau menyembunyikan sel-sel abnormal
(Wijaya, 2010).
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan di atas kursi periksa kandungan oleh dokter atau bidan yang sudah
ahli dengan menggunakan alat untuk membantu membuka kelamin wanita. Ujung leher rahim diusap
dengan spatula untuk mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini
kemudian diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikroskop (Wijaya, 2010).
Hasil pemeriksaan Pap smear biasanya akan keluar setelah dua atau tiga minggu. Pada akhir
pemeriksaan Pap smear, setiap wanita hendaknya menanyakan kapan dia bisa menerima hasil
pemeriksaan pap smear-nya dan apa yang harus dipelajari darinya (Wijaya, 2010).
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks. Jadi, apabila hasil
pemeriksaan positif yang berarti terdapat sel-sel abnormal, maka harus dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli kandungan. Pemeriksaan tersebut berupa kalposkopi, yaitu
pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk mengamati secara langsung
permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal. Dengan kalposkopi, akan tampak jelas lesi-lesi
pada permukaan serviks. Setelah itu, dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut (Wijaya, 2010)

7. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Wijaya, 2010) ada berbagai tindakan klinis yang bisa dipilih untuk mengobati kanker serviks
sesuai dengan tahap perkembangannya masing-masing, yaitu:
a. Stadium 0 (Carsinoma in Situ)
Pilihan metode pengobatan kanker serviks untuk stadium 0 antara lain:
1) Loop Electrosurgical Excision Procedure (LEEP) yaitu presedur eksisi dengan menggunakan arus
listrik bertegangan rendah untuk menghilangkan jaringan abnormal serviks,
2) Pembedahan Laser,
3) Konisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung selaput lendir serviks dan epitel serta
kelenjarnya,
4) Cryosurgery yaitu penggunaan suhu ekstrem (sangat dingin) untuk menghancurkan sel abnormal atau
mengalami kelainan,
5) Total histerektomi ( untuk wanita yang tidak bisa atau tidak menginginkan anak lagi),
6) Radiasi internal (untuk wanita yang tidak bisa dengan pembedahan).

b. Stadium I A
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IA meliputi:
1) Total histerektomi dengan atau tanpa bilateral salpingoophorectomy,
2) Konisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung selaput lendir serviks dan epitel serta
kelenjarnya,
3) Histerektomi radikal yang dimodifikasi dan penghilangan kelenjar getah bening,
4) Terapi radiasi internal.

c. Stadium I B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IB meliputi:
1) Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal,
2) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening,
3) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening diikuti terapi radiasi dan kemoterapi,
4) Terapi radiasi dan kemoterapi.

d. Stadium II
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II meliputi:
1) Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal serta kemoterapi,
2) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening,
3) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening diikuti terapi radiasi dan kemoterapi,

e. Stadium II B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II B meliputi terapi radiasi internal dan eksternal yang
diikuti dengan kemoterapi.

f. Stadium III
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium III meliputi terapi radiasi internal dan eksternal yang
dikombinasikan dengan kemoterapi.

g. Stadium IV A
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IV A meliputi terapi radiasi internal dan eksternal yang
dikombinasikan dengan kemoterapi.

h. Stadium IV B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IVB meliputi:
1) Terapi radiasi sebagai terapi paliatif untuk mengatasi gejalagejala yang disebabkan oleh kanker dan
untuk meningkatkan kualitas hidup,
2) Kemoterapi,
3) Tindakan klinis dengan obat-obatan anti kanker baru atau obat kombinasi.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks meliputi pemberian edukasi dan informasi
untuk meningkatkan pengetahuan klien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan klien. Perawat
mendukung kemampuan klien dalam perawatan diri untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah
komplikasi (Reeder, 2013).
Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana klien dan pasangannya memandang kemampuan reproduksi
wanita dan memaknai setiap hal yang berhubungan dengan kemampuan reproduksinya. Apabila
terdiagnosis kanker, banyak wanita merasa hidupnya lebih terancam. Perasaan ini jauh lebih penting
dibandingkan kehilangan kemampuan reproduksi. Intervensi keperawatan kemudian difokuskan untuk
membantu klien mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan yang realistis, memperjelas
nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya keluarga dan komunitas, dan
menemukan kekuatan diri untuk menghadapi masalah (Reeder, 2013).

B. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Biografi
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, diagnosa medis serta
data penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air..
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada
stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa
nyeri intra servikal..
c. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta
adanya tumor.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit seperti yang diderita klien, dan untuk
menentukan apakah ada penyebab herediter atau tidak.
e. Riwayat kehamilan
Hamil dan persalinan berapa kali, anak yang dilahirkan hidup atau mati, sehat atau tidak dan
pada saat melahirkan normal atau melalui pembedahan.

3. Kebutuhan bio-psiko-sosial-spritual atau kebutuhan sehari-hari


a. Pola makan
Anoreksia, mual / muntah.intoleransi makanan, perubahan pada berat badan penurunan
BB, perubahan pada kelembaban / turgor kulit, edema.
b. Pola eliminasi
Perubahan pada pola defekasi misal:darah pada feces,nyeri pada defekasi, perubahan
eliminasi urinarius misalnya: nyeri, perubahan pada bising usus.
c. Pola aktifitas dan latihan
Kelemahan atau keletihan. perubahan pola istirahat dan jam kebisaan tidur, adanya factor -
faktor yang mempengaruhi tidur misal : nyeri, ansietas, keterbatasan, partisipasi dalam hobi
dan latihan.
d. Riwayat penggunaan zat
Kebiasaan dan lama penggunaan rokok, minuman alkohol, dan obat – obatan
mempengaruhi terbentuknya kista.
e. Integritas ego
Faktor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan dalam penampilan
insisi pembedahan, perasaan tidak berdaya, putus asa,depresi,menarik diri.
f. Neurosensori
Pusing, sinkop
g. Nyeri / kenyamanan
Terdapat nyeri dengan derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan sampai nyeri
berat ( dihubungkan dengan proses penyakit ).
h. Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama, berlebihan, demam,
ruam kulit / ulserasi.
i. Seksualitas
Perubahan pada tingkat kepuasan karena nyeri yang di rasakan pada waktu bersenggama.
j. Interaksi social
Ketidak adekuatan / kelemahan system pendukung, riwayat perkawinan, masalah tentang
fungsi / tanggung jawab peran.
( Marlyn. E. Dongoes, 1999)

4. Pemeriksaan fisik
Kaji keadaan umum, kesadaran, berat badan atau tinggi badan dan tanda – tanda vital.
a. Kepala
Adanya keluhan pusing atau sakit kepala, serta kaji warna rambut, keadaan, distribusi
rambut, dan kebersihan rambut.
b. Mata
Mata berkunag – kunang dan penglihatan kabur.
c. Hidung
Tidak ada kelainan jadi perlu di kaji kesimetrisan, keadaan kehersihan hidung, dan fungsi
penciuman.
d. Mulut
mukosa mulut dan bibir kering, fungsi pengecapan berkurang, keadaan mulut dan fungsi
menelan berkurang karena mual muntah dan anoreksia.
e. Telinga
Tidak ada kelainan tapi perlu dikaji adanya kelainan bentuk, keadaan, dan fungsi
pendengaran.
f. Leher
Pembekakan, pembesaran kelenjar tiroid, distensi vena jugularis, pebesaran kelenjar getah
bening.
g. Daerah dada
Adanya keluhan sesak nafas, bentuk, nyeri dada, auskultasi suara jantung, bunyi jantung,
frekuensi nadi, dan tekanan darah.
h. Abdomen
Adanya massa pada abdomen, distensi, bising usus, bekas luka, nyeri tekan, karakteristik
nyeri, kondisi hepar dan kandung kemih.
i. Genitalia Eksterna
Adanya pengeluaran sekret dan perdarahan, warna, bau, keluhan gatal dan kebersihan.
j. Anus
Adanya keluhan konstipasi, dan inspeksi adanya hemoroid eksterna.
k. Ektremitas
Nyeri panggul saat beraktivitas, kontraktur pada persendian dan kesulitan pergerakan.
5. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi, pemeriksaan visual
langsung, gineskopi.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan berat
badan dan mual muntah.
3. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai penyakitnya.
C.Intervensi Keperawatan

Diagnosa Intervensi
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan nyeri, 1. Membantu dalam
rasa nyaman tindakan keperawatan perhatian lokasi, mengidentifikasi derajat
nyeri selama 3 x 24 jam, lamanya dan ketidaknyamanan dan
berhubungan nyeri klien berkurang intensitasnya (skala kebutuhan untuk analgesik.
dengan agen dengan kriteria: 0-10). 2. Membantu dalam membuat
cidera biologis  Skala nyeri 2 diagnosa dan kebutuhan
 TTV dalam terapi.
batas normal 2. Kaji ulang faktor yang 3. Peningkatan nadi
N = 80 – 100 x/menit meningkatkan atau mengindikasikan adanya
S = 36,5 – 37,5oC menurunkan nyeri. nyeri
 Ekspresi klien 3. Monitor tanda-tanda 4. Mengurangi tingkat nyeri
tampak tenang vital dengan mengalihkan
perhatian.
5. Analgetik memblok
4. Ajarkan teknik reseptor nyeri.
relaksasi/ distraksi.

5. Kelola pemberian
analgetik
2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji kebiasaan 1. Kebiasaan makan
pemenuhan tindakan keperawatan makan pasien. pasien menentukan
nutrisi kurang selama 3 x 24 jam, asupan makanan
dari gangguan pemenuhan pasien.
kebutuhan nutrisi dapat teratasi 2. Kaji kembali 2. Validasi data untuk
berhubungan dengan kriteria hasil : penyebab menentukan intervensi
dengan  Nafsu makan gangguan lebih lanjut.
penurunan meningkat kebutuhan nutrisi. 3. Berat badan sebagai
berat badan  Pola makan 3. Timbang berat salah satu indikator
dan mual yang adekuat badan setiap 3 hari gangguan nutrisi.
muntah  Berat badan jika kondisi pasien 4. Meningkatkan nafsu
normal memungkinkan. makan dan memenuhi
4. Berikan makanan kebutuhan nutrisi.
dalam keadaan 5. Menentukan
hangat, bersih. perkembangan status
nutrisi.
5. Observasi tekanan 6. Menilai kebutuhan
darah, nadi setiap nutrisi pasien
4 jam.
6. Observasi secara
rutin setiap hari 7. Menentukan
tanda – tanda perkembangan status
kekurangan pasien.
nutrisi : kojungtiva,
sclera, tonus otot,
LLA.
7. Catat intake
makanan pasien.
3 Kekurangan Setelah dilakukan 1. Awasi tanda – 1. Perubahan Td dan nadi
volume cairan tindakan keperawatan tanda Vital dapat digunakan untuk
dan elektrolit selama 3 x 24 jam, klien perkiraan kasar
berhubungan menunjukkan kehilangan darah.
dengan keseimbangan cairan Hipotensi postural
perdarahan. dengan menunjukan penurunan
kriteria hasil : volume sirkulasi.
 TTV klien stabil 2. Memburuknya gejala
 mukosa lembab 2. Catat respon dapat menunjukan
 turgor kulit baik fisiologis individual berlanjutnya
pasien terhadap perdarahan atau tidak
perdarahan. adekuatnya
Mis,ansietas, penggantian cairan.
pucat, 3. Penggantian cairan
berkeringat,takipn tergantung pada derajat
ea, hipovolemia dan
peningkatan suhu. lamanya perdarahan
3. Berikan (akut atau kronis).
cairan/darah 4. Indikator untuk
sesuai indikasi. menentukan kebutuhan
penggantian darah dan
mengawasi keefektifan
terapi.
4. Awasi
pemeriksaan
laboratorium mis.,:
Hb/Ht, jumlah sel
darah merah
(RBC)
4 Ansietas Setelah dilakukan 1. Evaluasi tingkat 1. Ketakutan dapat terjadi
berhubungan tindakan keperawatan ansietas, catat karna nyeri hebat,
dengan selama 3 x 24 jam, respon verbal dan meningkatkan perasaan
kurangnya masalah ansietas non verbal pasien. sakit, penting pada
pengetahuan dapat teratasi kriteria Dorong ekspresi prosedur diagnostik dan
mengenai hasil : bebas akan kemungkinan
penyakitnya  menyatakan emosi. pembedahan.
kesadaran 2. Mengetahui apa yang di
terhadap harapkan dapat
perasaan dan 2. Berikan informasi menurunkan ansietas.
cara yang sehat tentang proses 3. Perubahan pada tanda-
untuk penyakit dan tanda vital mungkin
menghadapi antisipasi menujukan tingkat
masalah. tindakan. ansietas yang di alami
 melaporkan 3. catat pasien atau
ansietas palpitasi,peningkat merefleksikan
menurun sampai an denyut atau gangguan-gangguan
tingkat dapat frekuensi faktor psikologis
ditangani. pernafasan.
 tampak rileks
C.Daftar Pustaka
1. ‘Amin Huda Nurarif, and H. K. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA. Edisi revisi jilid 1. Yogyakarta: MediAction.
2. Astrid Savitri, D. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim, dan Rahim. Yogyakarta:
Pustaka Perss. Aspiani, R. Y. (2017).
3. Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial Bagi Kebidanan. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS. Hidayat,
A. A. (2008).
4. NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi Edisi 10. Jakarta: EGC.
5. Nurlaila, Shoufiah, R., & Hazanah, S. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Prilaku
Melakukan Vaksin Kanker Serviks. Mahakam Midwifery Journal (Vol. 1).
6. Kemenkes. (2015). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Situasi Penyakit Kanker.
7. Kemenkes. (2018). Data dan Informasi :Profil Kesehatan Indonesia 2017. Padila. (2015).
8. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I.
Jakarta: DPP PPNI.
9. PPNI. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi
1. Jakarta : DPP PPNI
10. Wuriningsih. (2016). Potret Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Klien Dengan Kanker Serviks
Melalui Pendekatan Konservasi Dan Efikasi Diri. Nurscope. Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah
Keperawatan, 2(2), 49-6
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R DENGAN GANGGUAN MASALAH
KESEHATAN CA SERVIKS

Hari / tanggal : Senin, 27 Februari 2022


Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Lt 2 Kelas
Sumber : Klien, keluarga, dokumentasi medis dan petugas kesehatan lain.
Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumen

1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Ny. “R”
Tanggal lahir : 17 Juli 1980
Umur : 43 tahun
Alamat : Paya Roba,Binjai
Status perkawinan : Kawin
Agama : Kristen
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Diagnosa medik : Ca Serviks std III A dengan riwayat hipoglikemia
No. RM :-
Tanggal masuk RS : 22 September 2023

b. Identitas keluarga
Nama : Tn “A”
Umur : 45 tahun
Alamat : Paya Roba,Binjai
Agama : Islam
Hubungan : Suami klien

1.Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Suami klien mengatakan penyakit klien baru diketahui tiga bulan yang lalu. Suami klien
mengatakan sebelumnya klien mengeluhkan pinggangnya sakit selama ±3 bulan, tetapi tidak
diperiksakan karena menganggap karena kelelahan dan kejadiannya yang hilang timbul.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Suami klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit (± 4 bulan yang lalu,) klien pernah
mengalami keputihan selama ± satu bulan. Keputihan yang terakihir mengeluarkan bau. Suami
klien mengatakan klien pernah hamil anak kedua, tetapi pada saat usia 7 bulan, tiba-tiba
kandungan klien menghilang dan perut klien kempes. Klien belum pernah mengalami kiret atau
operasi sebelumnya.
Klien tidak memiliki riwayat TBC maupun penyakit jantung. Klien tidak pernah menderita penyakit
menular, menurun maupun penyakit semasa kanak-kanak. Klien juga mengatakan tidak memiliki
cacat bawaan.
c. Riwayat kesehatan keluarga

a. Genogram

Keterangan :

Klien

Laki-laki hidup

Perempuan hidup

Laki-laki meninggal

Perempuan meninggal

Tinggal Satu Rumah

b. Riwayat Kesehatan
Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang menderita sakit seperti klien.
Keluarga klien juga tidak ada yang memiliki riwayat sakit kanker, tumor, hipertensi, DM,
jantung, ginjal, TBC maupun penyakit menurun.

2.Pengkajian
A.Primary Survey
1. Airway:
Setelah dilakukan pemeriksaan jalan napas pasien bebas tanpa sumbatan ataupun gangguan
2. Breathing:
Pernapasan pasien spontan tanpa gangguan ataupun menggunakan alat bantu napas
3. Circulation:
 Nadi : nadi klien kuat 84x/menit
 CRT : kembali normal dalam waktu <2 detik
 Warna kulit : kulit klien normal tidak pucat ataupun kuning
 Perdarahan : tidak terdapat perdarahan pada klien
 Turgor kulit : turgor pasien baik
4. Disability/Neurological
 Respon : klien sadar (alert)
 Pupil : pupil isokor (sama besar)
 Reflek : reflek klien normal
 GCS : E4 V5 M6
5.Exposure : Tidak ada kelaiann
B. Secondary Survey
Pemeriksaan Status Generalis
 Kesadaran : Composmentis
 BB : 65 kg
 TB/PB : 170 cm
 Tanda-Tanda Vital:
TD :120/70 mmHg
RR : 20 x/mnt
Nadi :95 x/menit
Suhu : 36 oC

Pemeriksaan Fisik
No. Komponen Pemeriksaan Fisik
1. Kepala, leher dan Bentuk kepala mesosepal, wajah simetris.
muka Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
terdapat peningkatan JVP. Tidak ada oedem
maupun lesi. Klien terlihat menahan sakit.
Ekspresi wajah klien tampak lemas dan banyak
merintih kesakitan. Terdapat HD cath pada
klavikula kiri dengan kondisi tidak ada bengkak,
rembesan darah dan tidak ada nyeri tekan
disekitarnya. Konjungtiva pucat dan bibir kering
serta pecah-pecah.
2. Rambut Rambut lepek, panjang, beruban, dan tidak
rontok
3. Kulit dan kuku Turgor kulit baik, kulit tidak kering dan bersisik,
capillary refill ˃2 detik. Tidak ada lesi, kulit
teraba dingin pada ekstermitas, kuku belum
dipotong dan bersih.
4. Mata, telinga Konjungtiva mata pucat, sklera putih, tidak ada
sekret pada mata.
Telinga bersih, tidak ada gangguan
pendengaran. Tidak ada kotoran ataupun cairan
yang keluar dari telinga.
5. Mulut, Mulut bersih, bibir kering dan pecah-pecah.
tenggorokan, Terdapat pernafasan cuping hidung. Klien
hidung terpasang oksigen 3L/menit.
6. Thoraks dan paru- a. Tidak terdapat retraksi dada, ekspansi dada
paru simetris, warna kulit merata dengan warna
sekitar, dan tidak ikterik.
b. Tidak terdapat nyeri tekan pada dada
c. Resonan pada interkosta 1-4 dada kanan,
redup pada interkosta 5-6. Resonan pada
interkosta 1-3 dada kiri dan redup pada
interkosta 4-6.
d. Terdengar vesikuler pada seluruh lapang
paru. Tidak ronkhi dan wheezing.
7. Payudara Bentuk simetris, warna kulit merata, puting
menonjol, warna areola coklat kehitaman.
8. Abdomen a. Warna kulit sama dengan warna sekitar.
Perut sedikit membesar, tidak ada asites
dan lesi.
b. Terdengar bising usus.
c. Terdengar bunyi tympani pada seluruh
kuadran.
d. Terdapat nyeri tekan pada kuadran 3 dan 4
teraba massa dan keras di abdomen
bawah.
9. Genetalia Genetalia bersih, tidak ada varises. Terpasang
kateter dengan produk urine 10cc.
12. Musculoskeletal Kekuatan otot
dan ekstermitas 4 5

5 5

Klien terpasang infus di lengan kanan.


Oedema :

- -

+ -

3.Pola kebiasaan pasien


A.Aspek Fisik Biologis
1) Pola Nutrisi
a) Sebelum Sakit
Klien mengatakan bahwa klien makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk dan sayur dengan porsi sedang. Klien tidak
mempunyai makanan maupun minuman yang dipantang. Klien tidak memiliki alergi makanan. Klien biasa
makan di rumah. Klien menyukai sayur yang berkuah dan telur. Klien minum air putih 3-5 gelas per hari, @200
ml. Klien sering minum teh pada pagi hari.
b) Selama Sakit
Klien mengatakan perutnya terasa mual dan ingin muntah. Suami mengatakan klien selalu muntah ketika
diberikan makan. Ketika diberikan makan satu kali suap, klien langsung muntah. Saat pengkajian, diit jatah RS
sudah terbuka tetapi masih utuh. Klien tidak memiliki makanan pantangan. Klien tidak mengalami gangguan
menelan maupun kesulitan untuk mengunyah. Klien tidak sedang menjalani diit tertentu. Klien minum air putih
¼ gelas per hari, 200 ml.
Balance cairan :
2) Pola Eliminasi
a) Sebelum Sakit
Klien mengatakan b.a.b rutin dua hari sekali dengan konsistensi lunak, berwarna kuning kecoklatan dan tanpa
darah. Klien b.a.k ± 3-5 kali per hari dengan volume ± 600 cc secara tuntas tanpa nyeri. Urine berwarna
kekuningan dengan bau khas urin dan tidak ada darah. Klien tidak memakai obat-obatan pencahar. Klien
mengatakan tidak mengalami kesulitan dalam b.a.k maupun b.a.b.
b) Salama Sakit
Suami klien mengatakan klien belum b.a.b sejak tiga hari yang lalu. Klien terakhir b.a.b pada empat hari yang
lalu dengan konsistensi lembek, jumlah sedikit seperti kelereng dengan warna kuning kecoklatan. Suami
mengatakan hal ini dikarenakan klien belum menerima asupan makan yang baik karena selalu muntah dan mual.
Klien b.a.k dengan menggunakan kateter. Tetapi urine sering merembes dari sela-sela vagina, dan tidak melalui
kateter. Suami klien mengatakan klien belum b.a.k sejak empat hari yang lalu.
Suami klien mengatakan b.a.k klien berwarna merah sebelum HD pertama, setelah HD urine berwarna merah
kecoklatan kemudian berangsur-angsur menjadi kuning dengan jumlah yang sedikit.

3) Pola Aktivitas Istirahat-Tidur


a) Sebelum Sakit
(1) Keadaan Aktivitas Sehari-hari

No Aktivitas 0 1 2 3 4
1 Makan dan Minum V
2 Mandi V
3 Toiletting V
4 Berpakaian v
5 ROM V

Ket:
0:mandiri
1: alat bantu
2: dibantu orang lain
3: dibantu orang lain dan alat
4:tergantung total

(2) Keadaan Pernapasan


Klien tidak mengalami sesak nafas dan nafas yang berbunyi.
(3) Keadaan Kardiovaskuler
Suami klien mengatakan bahwa klien sering mengikuti aktivitas di desanya dan tidak cepat mengalami kelelahan
setelah beraktivitas. Klien tidak sering terkejut maupun berdebar-debar.
(4) Kebutuhan Tidur dan Istirahat
Klien mengatakan tidur ± 8 jam dalam sehari, biasanya antara jam 20.00-04.00 WIB. Klien terkadang tidur siang
± 1 jam. Klien tidak selalu terbangun saat sedang tidur. Keluarga klien mengatakan klien tidak mempunyai
kebiasaan tidur jalan atau somnambulisme. Klien biasa tidur di rumah dalam keadaan tenang dan remang-
remang. Klien mengatakan tidak menggunakan obat tidur.
(5) Kebersihan Diri
Klien mandi secara mandiri dua kali sehari setiap pagi dan sore di kamar mandi. Klien mandi dengan air dingin
dari sumur. Klien mencuci rambuttiga hari sekali atau jika merasa sudah lepek. Klien mandi dengan
menggunakan sabun dan selalu menggosok gigi. Klien memotong kuku jika sudah panjang dan membersihkan
telingan jika terasa gatal.

b) Selama Sakit
(1) Keadaan Aktivitas Sehari-hari

No Aktivitas 0 1 2 3 4
1 Makan dan Minum V
2 Mandi V
3 Toiletting V
4 Berpakaian V
5 Mobilitas di tempat tidur V
6 ROM v

Ket :
0:mandiri
1: alat bantu
2: dibantu orang lain
3: dibantu orang lain dan alat
4: tergantung total
Angka ketergantungan : 18

(2) Keadaan Pernapasan


Klien mengatakan terkadang mengalami sesak nafas dan sering merasa pusing. Klien tidak mengalami batuk.
(3) Keadaan Kardiovaskuler
Klien mengatakan tubuhnya terasa lemas, mudah lelah dan terkadang sering sesak nafas setelah aktivitas ringan.

(4) Kebutuhan Tidur dan Istirahat


Selama dirawat, klien banyak menghabiskan waktu berbaring di tempat tidur. Suami klien mengatakan klien
mengalami kesulitan untuk tidur karena selalu merasakan sakit pada perut dan terasa mual.
Klien sering terbangun saat malam hari karena merasakan sakit pada perutnya dan terasa sesak nafas. Klien tidur
± 3-5 jam dan jarang tidur siang.

(5) Kebersihan diri


Klien mandi dengan di lap oleh keluarga menggunakan waslap dan air hangat setiap pagi dan sore. Untuk miring
kanan dan kiri klien memerlukan bantuan. Selama di RS klien belum keramas dan memotong kuku.

b. Aspek Mental Intelektual Sosial Spiritual


1) Konsep Diri
a) Identitas Diri
Klien dapat menyebutkan namanya yaitu Ny. M. Klien menyadari dirinya seorang perempuan dengan
menggunakan pakaian perempuan.

b) Harga Diri
Klien terlihat merintih dan memegang erat tangan suaminya. Suami klien mengatakan bahwa sakit yang diderita
istrinya merupakan ketentuan dari Tuhan dan merupakan ujian bagi istri dan keluarganya.

c) Gambaran Diri
Kontak mata klien kurang. Klien terlihat menahan sakit dan menunjukkan bagian yang tidak nyaman. Klien
menjawab jika diberikan pertanyaan dan lebih banyak merintih. Suami klien mengatakan merasa cemas dan
dengan kondisi istrinya saat ini.

d) Peran Diri
Klien menyadari dirinya sebagai seseorang yang memerlukan pengobatan. Klien dan keluarga berusaha untuk
mentaati terapi pengobatan. Klien kooperatif ketika diberikan tindakan pengobatan.

e) Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh. Suami klien mengatakan berharap agar penyakit klien bisa disembuhkan
dan dapat segera pulang.

2) Intelektual
Klien tidak memiliki cukup pengetahuan tentang penyakitnya karena klien belum pernah dirawat sebelumnya
dengan penyakit yang berat. Keluarga klien juga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit klien. Suami
mengatakan bingung sakit klien itu tumor, kista atau sudah kanker leher rahim. Ketika pengkajian suami
menanyakan tentang penyebab penyakit klien dan mengapa sekarang ginjal klien terkena dan harus HD padahal
sebelumya kondisinya baik.
3) Hubungan Interpersonal
a) Sebelum Sakit
Suami mengatakan bahwa hubungan klien dengan anggota keluarga maupun teman sebayanya. Klien sering
mengikuti aktivitas di desanya dan berbincang-bincang dengan tetangga jika ada waktu luang.

b) Selama Sakit
Klien kooperatif dan dapat bekerjasama dengan tim kesehatan yang ada di rumah sakit. Suami klien mengatakan
istrinya telah ditangani dengan baik walaupun keluarganya hanya menggunakan jamkesmas. Klien telah dijenguk
oleh beberapa saudara yang berada di temanggung walaupun hanya sebentar. Suami mengatakan bahwa jemaah
gereja rutin mendoakan klien setiap minggu setelah
beribadah.
4) Mekanisme Koping
Suami klien mengatakan jika mengalami masalah klien menceritakan kepada keluarga yang lain. Klien jika
merasa sakit berusaha memeriksakan diri ke rumah sakit atau ke klinik diantar oleh suaminya.

5) Support Sistem
Klien selama menjalani perawatan dan pengobatan mendapat dukungan dari anggota keluarga terutama suaminya
yang selalui menemani. Klien mendapatkan bantuan jamkesmas untuk biaya pengobatan.

6) Aspek Spiritual
Suami klien klien selalu pergi ke gereja setiap minggu. Suami klien mengatakan berusaha untuk meuntun
instrinya agar selalu berdoa walaupun sedang sakit.

4. Skala Coma Glasglow


- Eye (Respon membuka mata)
Dengan diajak berbicara (4)
- Verbal (Respon
verbal) Sesuai perintah
(5)
- Motor ( Respon Motorik)
Ekstensi abnormal (6) nilai GCS 15

5.Data Psikologis, Sosiologis dan Spiritual


- Psikologis
Gelisah, takut dan sedih
- Sosiologis
Komunikasi baik
- Spiritual
Tidak perlu dibantu dalam ibadah

6. Data penunjang

a. Pemeriksaan dalam pada tanggal 28 Februari 2023


V/u tenang, tampak servik berubah menjadi massa tumor, berbenjol-benjol, rapuh, dan mudah
berdarah, menginfiltrasi 1/3 bawah vagina.
b. USG pada tanggal 4 Januari 2023 : tampak hidronefrosis pada ginjal
c. Pemeriksaan darah pada tanggal 27 Februari 2023 :
Natrium : 122mmol/L (136-145)
Kalium : 6,2 mmol/L (3,5-5,1)
Chlorida : 92 mmol/L (98-107)
d.Pemeriksaan Laboratorium tanggal 27 Februari 2023
d. EKG
e. Radiologi (Foto Thoraks)

7. Terapi

Cairan RL 20 tts/m
Ranitidin 50 mg / 12 jam (IV)
Ondancetron 8 mg/ 8 jam (IV)
Caco3 tablet / 8 jam (PO)
Aspilet 1 tablet/ 8 jam (PO)
Captopril 12,5 mg/ 8 jam
Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1 Ds : Merusak struktur Gangguan rasa nyaman
- Pasien mengeluh jaringan serviks karena nyeri
tidak nyaman karena
merasakan nyeri
Rektum
Do :
- Pasien terlihat
Fisula rektum
merintih kesakitan
- Pasien tampak
gelisah Infiltrasi ke
saraf
- TD :120/70 mmHg
- RR : 20 x/mnt
- Nadi :95 x/menit
- Suhu : 36 oC
P : Kerusakan yang
ditimbulkan pada
jaringan dekat kanker
Q : Seperti tertusuk
tusuk
R : Di perut bagian
bawah atau panggul
S : Skala 7
T : Setiap saat dan terus
menerus.
2 Ds : Devisit vol cairan
Menembus sel epitel
- Pasien mengatakan
perdarahan di tengah
Struma serviks
siklus, dan merasa
lemas
Meluas ke jaringan
Do :
- Pasien terlihat lemas
- Mukosa bibir kering Pembuluh limfe
dan vena
- Turgor kulit lebih
dari 3 dtk
- Conjungtiva anemis Dinding pembuluh
terdesak

Perdarahan spontan

3 Ds : Gangguan eliminasi urine


Merusak struktur
- Pasien mengatakan jaringan serviks
sering buang air kecil
- Pasien mengatakan
Vagina
anyang anyangan dan
tekadang nyeri saat
buang air kecil
Infiltrasi ke uretra
Do :
- Distensi kandung
kemih pasien
meningkat
- volume residu urin
meningkat
- berkemih tidak tuntas
- kandung kemih
teraba keras
4 Ds : Kemoterapi Gangguan citra tubuh
- Pasien mengatakan
sedih karena Mempercepat
rambutnya rontok pertumbuhan sel normal
banyak dan hampir
botak. Memperpendek usia

Do: akar rambut

- Rambut rontok
banyak setelah Alopecia

terkena kemoterapi
sebanyak 5 kali.
Diagnosa keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman b.d nyeri akut


2. Devisit volume cairan b.d perdarahan spontan
3. Gangguan eliminasi urin b.d obstruksi mekanik
4. Gangguan citra tubuh b.d tahapan perkembangan penyakit dan terapi penyakit

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. R Ruangan : Lt 2 Kelas

Umur : 43 Tahun Dx.Medis : Ca Seviks

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
1 Gangguan rasa Setelah diberikan asuhan 1. Kaji secara 1. Untuk mengetahui
nyaman b.d nyeri keperawatan selama 3 x komprehensip tingkat nyeri pasien
akut 24 jam, nyeri yang terhadap nyeri 2. Untuk mengetahui
dirasakan klien berkurang termasuk lokasi, tingkat
dengan karakteristik, ketidaknyamanan
Kriteria Hasil : durasi, frekuensi, dirasakan oleh pasien
1. Mampu mengontrol kualitas, intensitas 3. Untuk mengalihkan
nyeri (tahu penyebab nyeri dan faktor perhatian pasien dari
nyeri,mampu presipitasi rasa nyeri
menggunakan teknik 2. Observasi reaksi 4. Untuk mengetahui
non farmakologi ketidaknyaman apakah nyeri yang
untuk mengurangi secara nonverbal dirasakan klien
nyeri, mencari 3. Gunakan strategi berpengaruh
bantuan) komunikasi terhadap yang
2. Melaporakan bahwa terapeutik untuk lainnya
nyeri berkurang mengungkapkan
dengan menggunakan pengalaman nyeri
manajeme nyeri dan penerimaan
3. Mampu mengenali klien terhadap
nyeri di daerah perut respon nyeri
bagian bawah atau 4. Tentukan
panggul (PQRST) pengaruh
4.Merasakan rasa pengalaman nyeri
nyaman setalah nyeri terhadap kualitas
berkurang hidup( napsu
makan, tidur,
aktivitas,mood,
hubungan sosial)

2 Devisit volume Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi 1. mengetahui


cairan b.d keperawatan selama 3 X kemungkinan penyebab untuk
perdarahan spontan 24 jam diharapkan cairan penyebab menentukan
dan elektrolit klien ketidakseimbanga intervensi
seimbang dengan: Turgor n elektrolit penyelesaian
kulit elastic 2. Monitor adanya 2. mengetahui keadaan
Kriteria Hasil: kehilangan cairan umum pasien
1. Intake dan output dan elektrolit 3. mengurangi risiko
cairan seimbang 3. Monitor adanya kekurangan voume
(Intake cairan pada mual,muntah dan cairan semakin
kondisi normal pada diare bertambah
orang dewasa adalah
kurang lebih 2500
cc/hari. Sedangkan
outputnya cairan pada
orang dewasa dalam
kondisi normal
kurang lebih 2300
cc/hari).
2. Membrane mucus
lembab

3 Gangguan eliminasi Setelah diberikan asuhan 1. Monitor frekuensi 1. Untuk mengetahui


urin b.d obstruksi keperawatan 3 X 24jam, kalimat yang seberapa besar klien
mekanik diharapkan kerusakan mengkritik diri mampu menerima
pertukaran gas teratasi sendiri keadaan dirinya
dengan 2. Bantu klien untuk 2. Untuk meningkatkan
Kriteria Hasil : mengenali percaya diri klien
1. Mampu beradaptasi tindakan yang 3. Untuk meningkatkan
dengan keterbatasan akan percaya diri dan
fungsional meningkatkan semangat klien
2. Puas dengan penampilannya 4. Untuk mengetahui
penampilan tubuh 3. Fasilitasi kekuatan pribadi
3. Mampu hubungan klien klien
menyesuaikan dengan dengan individu
perubahan fungsi yang mengalami
tubuh perubahan citra
tubuh yang serupa
4. Identifikasi
dukungan
kelompok yang
tersedia untuk
klien

4 Gangguan citra Setelah diberikan  1. Monitor frekuensi 1. Untuk mengetahui


tubuh b.d tahapan asuhan  keperawatan kalimat yang seberapa besar klien
perkembangan selama 3 x24 jam mengkritik diri mampu menerima
penyakit dan terapi diharapkan  gangguan sendiri keadaan dirinya
penyakit citra tubuh klien  teratasi 2. Bantu klien untuk 2. Untuk
dengan mengenali meningkatkan
Kriteria Hasil : tindakan yang percaya diri klien
1. Mampu beradaptasi akan 3. Untuk meningkatkan
dengan keterbatasan meningkatkan percaya diri dan
fungsional penampilannya semangat klien
2. Puas dengan 3. Fasilitasi 4. Untuk mengetahui
penampilan tubuh hubungan klien kekuatan pribadi
3. Mampu dengan individu klien
menyesuaikan dengan yang mengalami
perubahan fungsi perubahan citra
tubuh tubuh yang serupa
4. Identifikasi
dukungan
kelompok yang
tersedia untuk
klien
CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. R Ruangan : Lt.2 Kelas

Umur : 43 Tahun Dx.Medis : Ca Serviks

No Hari/Tgl Diagnosa IMPLEMENTASI Perawat


1 Senin,27 Gangguan rasa 1. Mengkaji secara komprehensip Nadia
Februari nyaman b.d nyeri terhadap nyeri termasuk lokasi,
2023 akut karakteristik, durasi, frekuensi,
09.00 kualitas, intensitas nyeri dan
faktor presipitasi

2. Mengobservasi reaksi
ketidaknyaman secara nonverbal

3. Menggunakan strategi komunikasi


terapeutik untuk mengungkapkan
pengalaman nyeri dan penerimaan
klien terhadap respon nyeri

4. Menentukan pengaruh
pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup( napsu makan,
tidur, aktivitas,mood, hubungan
sosial)

2 Senin,27 Defisit volume 1. Mengidentifikasi kemungkinan Nadia


Februari cairan b.d penyebab ketidakseimbangan
2023 perdarahan spontan elektrolit
10.00 2. Memonitori adanya kehilangan
cairan dan elektrolit
3. Memonitori adanya mual,muntah
dan diare
3 Senin,27 Gangguan 1. Memonitori frekuensi kalimat Nadia
Februari eliminasi urin b.d yang mengkritik diri sendiri
2023 obstruksi mekanik 2. Membantu klien untuk mengenali
11.00 tindakan yang akan meningkatkan
penampilannya
3. Memfasilitasi hubungan klien
dengan individu yang mengalami
perubahan citra tubuh yang serupa
4. Mengidentifikasi dukungan
kelompok yang tersedia untuk
klien

4 Senin,27 Gangguan citra 1. Memonitori frekuensi kalimat Nadia


Februari tubuh b.d tahapan yang mengkritik diri sendiri
2023 perkembangan 2. Membantu klien untuk mengenali
12.00 penyakit dan terapi tindakan yang akan meningkatkan
penyakit penampilannya
3. Memfasilitasi hubungan klien
dengan individu yang mengalami
perubahan citra tubuh yang serupa
4. Mengidentifikasi dukungan
kelompok yang tersedia untuk
klien

EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl/Jam No Dx Evaluasi Perawat


Senin,27 1 S : Pasien mengatakan nyeri masih tapi hilang Nadia
Februari timbul

2023 O : TTV
- TD :120/70 mmHg
13:00
- RR : 20 x/mnt
- Nadi :95 x/menit
- Suhu : 36 oC
- Turgor kulit jelek kembali dalam < 3
detik
- Mukosa bibir kering
- Sedikit pucat
- Konjungtiva anemis
- Pasien masih lemah
- Hb : 9 gr/dl
- Hematokrit : 36%
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi (1,2,3,4)
I : 1. Mengkaji secara komprehensip
terhadap nyeri termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri dan
faktor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi
ketidaknyaman secara nonverbal
3. Menggunakan strategi komunikasi
terapeutik untuk mengungkapkan
pengalaman nyeri dan penerimaan
klien terhadap respon nyeri
4. Menentukan pengaruh pengalaman
nyeri terhadap kualitas
Selasa,28 2 hidup( napsu makan, tidur,
Februari aktivitas,mood, hubungan sosial)
2023
14.00 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang Nadia
O : TTV
- TD :120/70 mmHg
- - RR : 20 x/mnt
- Nadi :95 x/menit
- - Suhu : 36 oC
- Turgor kulit jelek kembali dalam < 3
detik
- Mukosa bibir kering
- Sedikit pucat
- Konjungtiva anemis
- Pasien masih lemah
- Hb : 9 gr/dl
- Hematokrit : 36%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi (1,2,3,4)
I : 1. Mengkaji secara komprehensip
terhadap nyeri termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri dan
faktor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi
ketidaknyaman secara nonverbal
3. Menggunakan strategi komunikasi
terapeutik untuk mengungkapkan
pengalaman nyeri dan penerimaan
klien terhadap respon nyeri
Rabu,1 3 4. Menentukan pengaruh pengalaman
Maret 2023 nyeri terhadap kualitas
13.00 hidup( napsu makan, tidur,
aktivitas,mood, hubungan sosial)

S: Pasien mengatakan sudah tidak nyeri Nadia

O : TTV
- TD :120/70 mmHg -
RR : 20 x/mnt
- Nadi :95 x/menit -
Suhu : 36 oC
- Turgor kulit jelek kembali dalam < 3
detik
- Mukosa bibir kering
- Sedikit pucat
- Konjungtiva anemis
- Pasien masih lemah
- Hb : 9 gr/dl
- Hematokrit : 36%
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
Kamis,2 1 S : Pasien mengatakan pendarahan mulai Nadia
Maret 2023 berkurang.
08.00 O : TTV
- TD :120/70 mmHg -
RR : 20 x/mnt
- Nadi :95 x/menit -
Suhu : 36 oC
- Turgor kulit jelek kembali dalam < 3
detik
- Mukosa bibir kering
- Sedikit pucat
- Konjungtiva anemis
- Pasien masih lemah
- Hb : 9 gr/dl
- Hematokrit : 36%
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

Kamis,2 1 S : Paien mengatakan sudah tidak sering Nadia


Maret 2023 buang air kecil dan sudah tidak anyang
09.00 anyangen lagi
O : - Distensi kandung kemih pasien
menurun
- volume residu urin menurun
- berkemih tidak tuntas
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

Kamis,2 1 S : Pasien mengatakan bahwa rambutnya Nadia


Maret 2023 rontok banyak
15.00 O : Rambut rontok banyak
A : Masalah belum teratasi karena pasien
masih kemoterapi
P : Lanjutkan Intervensi (1,2,3,4)
I : 1. Memonitori frekuensi kalimat yang
mengkritik diri sendiri
2. Membantu klien untuk mengenali
tindakan yang akan meningkatkan
penampilannya
3. Memfasilitasi hubungan klien dengan
individu yang mengalami perubahan
citra tubuh yang serupa
4. Mengidentifikasi dukungan
kelompok yang tersedia untuk klien

Anda mungkin juga menyukai