R DENGAN
KANKER SERVIKS DI RUANG KELAS II RSU. SYLVANI BINJAI
OLEH:
A. KONSEP DASAR
1. DEFENISI
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area serviks atau leher rahim, yaitu area bawah
pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina (Rozi, 2013). Kanker leher rahim atau kanker serviks
(cervical cancer) merupakan kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang
senggama (vagina)(Purwoastuti, 2015)
Menurut Langhorne, Fulton, dan Otto (2011), serviks atau leher rahim adalahsepertiga lebih rendah dari
rahim atau uterus. Tubular serviks memanjang hingga ke bawah ke bagian atas vagina. Serviks mengelilingi
pembukaan disebut lubang serviks,rahim berbentuk silinder jaringan yang menghubungkan vaginadan
uterus. Serviks terbuatdari tulang rawan yang ditutupi oleh jaringan halus, lembap, dan tebalnya sekitar 1
inci.Ada dua bagian utama dari serviks, yaitu ektoserviks dan endiserviks.
Bagaian serviks yang dapat dilihat dari luar selama pemeriksaan ginekologi di kenalsebagai ektoserviks.
Pembuka dipusat ektoserviks, dikenal sebagai os eksternal, membukauntuk memisahkan bagian antara uterys
dan vagina. Endoserviks atau kanal endoserviks,adalah sebuah terowongan melalui serviks, dari os eksternal
ke dalam uterus.
Selama masa praremaja, endoserviks terletak dibagian serviks (Langhorne, Fulton,dan Otto, 2011).
Pembatasan tumpang tindih antara endosrviks dan ektoserviks di sebutzona transformasi. Serviks
menghasilkan lendir serviks yang konsistensi ataukekentalannya berubah selama siklus menstruasi untuk
mencgah atau mempromosikankehamilan.
Zona transformasi dari waktu ke waktu menjadi lebuh rapuh, sel-sel epitel kolumnardigantikan dengan
sel-sel epitel skuamosa. Daerah ini sangat rentan terhadap perubahan prakanker (displasia) karena tingkat
turnover yang tinggi dan tingkat pematangan selrendah (Rahayu, 2015).
3. PATOFISIOLOGI
Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastic terjadi pada seluruh
lapisan epitel disebut displasia. Displasia merupakan neoplasia serviks intraepithelial (CNI). CNI
terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I ringan, tingkat II sedang, tingkat III berat. Tidak ada
gejala spesifik untuk kanker serviks perdarahan merupakan satu-satunya gejala yang nyata tetapi
gejala ini hanya ditemukan pada tahap lanjut. Sedangkan unuk tahap awal tidak.
CNI biasanya terjadi disambungan epitel skuamosa dengan epitel kolumnar dan mukosa
endoserviks. Keadaan ini tidak dapat diketahui dengan cara pemeriksaan panggul rutin, pap smear
dilaksanakan untuk mendeteksi perubahan. Neoplastik hasil apusan abnormal dilanjutkan dengan
biopsy untuk memperoleh jaringan guna pemeriksaan sitologik. Sedang alat biopsy yang
digunakan dalam biopsy kolposkop fungsinya mengarahkan tindakan biopsy dengan mengambil
sample, biopsy kerucut juga harus dilakukan.
Stadium dini CNI dapat diangkat seluruhnya dengan biopsy kerucut atau dibersihkan dengan
laser kanker atau bedah beku. Atau biasa juga dengan histerektomi bila klien merencanakan untuk
tidak punya anak. Kanker invasive dapat meluas sampai ke jaringan ikat, pembuluh limfe dan vena.
Vagina ligamentum kardinale. Endomestrium penanganan yang dapat dilaksanankan yaitu
radioterapi atau histerektum radiaki dengan mengangkat uterus atau ovarium jika terkena kelenjar
limfe aorta diperlukan kemoterapi. (Price,Sylvia a, 2006.
4. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa
faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu:
1. HPV (Human papilloma virus) HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma akuminata)
yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18,
45, dan 56.
2. Merokok Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi HPV pada serviks.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.
4. Berganti-ganti pasangan seksual.
5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18 tahun,
berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.
6. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran (banyak
digunakan pada tahun 1940-1970).
7. Gangguan sistem kekebalan
8. Pemakaian Pil KB.
9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear secara rutin). (Nurarif, 2016).
Menurut (Purwoastuti, 2015), gejala kanker leher rahim adalah sebagai berikut:
1. Keputihan, makin lama makin berbau busuk.
2. Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan abnormal, terjadi secara
spontan walaupun tidak melakukan hubungan seksual.
3. Hilangnya nafsu makan dan berat badan yang terus menurun.
4. Nyeri tulang panggul dan tulang belakang.
5. Nyeri disekitar vagina
6. Nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah
7. Nyeri pada anggota gerak (kaki).
8. Terjadi pembengkakan pada area kaki.
9. Sakit waktu hubungan seks.
10. Pada fase invasif dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau dan bercampur dengan darah.
11. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul.
12. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus haid.
13. Sering pusing dan sinkope.
14. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kuranggizi, edema kaki, timbul iritasi
kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau
rectovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Preinvasive kanker serviks biasanya tanpa gejala dan sudah diderita selama ±10-15 tahun. Pada
tahap awal, kanker dapat terdeteksi selama prosedur skrining, namun sebagian besar perempuan memiliki
kesadaran yang rendah untuk melakukan pemeriksaan baik melalui test paps smear maupun inspeksi visual
dengan asam asetat (IVA). Hasil penelitian, bahwa dari 171 perempuan yang mengetahui tentang kanker
serviks, hanya 24,5 % (42 perempuan) yang melakukan prosedur skrining (Wuriningsih, 2016).
1. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
Sesuai dengan namanya, IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat
langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asetat 3-5%.
Apabila setelah pulasan terjadi perubahan warna asam asetat yaitu tampak bercak putih, maka
kemungkinan ada kelainan tahap prakanker serviks. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat
dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Wijaya, 2010).
Proses skrining dengan IVA merupakan pemeriksaan yang paling disarankan oleh Departemen
Kesehatan. Salah satu pertimbangannya karena biayanya yang sangat murah. Namun perlu diingat,
pemeriksaan ini dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka
metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus segera dilakukan (Wijaya, 2010). 14
Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi tingkat atas prakanker
(High-Grade Precancerous Lesions) dengan sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%.
Sedangkan nilai prediksi positif (positive predictive value) dan nilai prediksi negatif (negative predictive
value) masing-masing antara 10-20% dan 92-97% (Wijaya, 2010).
Secara umum, berbagai penelitian menunjukkan bahwa sensitivitas IVA sejajar dengan pemeriksaan
secara sitologi, akan tetapi spesifitasnya lebih rendah. Keunggulan secara skrinning ini ialah cukup
sederhana, murah, cepat, hasil segera diketahui, dan pelatihan kepada tenaga kesehatan lebih mudah
dilakukan. (Wijaya, 2010).
7. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Wijaya, 2010) ada berbagai tindakan klinis yang bisa dipilih untuk mengobati kanker serviks
sesuai dengan tahap perkembangannya masing-masing, yaitu:
a. Stadium 0 (Carsinoma in Situ)
Pilihan metode pengobatan kanker serviks untuk stadium 0 antara lain:
1) Loop Electrosurgical Excision Procedure (LEEP) yaitu presedur eksisi dengan menggunakan arus
listrik bertegangan rendah untuk menghilangkan jaringan abnormal serviks,
2) Pembedahan Laser,
3) Konisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung selaput lendir serviks dan epitel serta
kelenjarnya,
4) Cryosurgery yaitu penggunaan suhu ekstrem (sangat dingin) untuk menghancurkan sel abnormal atau
mengalami kelainan,
5) Total histerektomi ( untuk wanita yang tidak bisa atau tidak menginginkan anak lagi),
6) Radiasi internal (untuk wanita yang tidak bisa dengan pembedahan).
b. Stadium I A
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IA meliputi:
1) Total histerektomi dengan atau tanpa bilateral salpingoophorectomy,
2) Konisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung selaput lendir serviks dan epitel serta
kelenjarnya,
3) Histerektomi radikal yang dimodifikasi dan penghilangan kelenjar getah bening,
4) Terapi radiasi internal.
c. Stadium I B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IB meliputi:
1) Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal,
2) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening,
3) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening diikuti terapi radiasi dan kemoterapi,
4) Terapi radiasi dan kemoterapi.
d. Stadium II
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II meliputi:
1) Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal serta kemoterapi,
2) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening,
3) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening diikuti terapi radiasi dan kemoterapi,
e. Stadium II B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II B meliputi terapi radiasi internal dan eksternal yang
diikuti dengan kemoterapi.
f. Stadium III
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium III meliputi terapi radiasi internal dan eksternal yang
dikombinasikan dengan kemoterapi.
g. Stadium IV A
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IV A meliputi terapi radiasi internal dan eksternal yang
dikombinasikan dengan kemoterapi.
h. Stadium IV B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IVB meliputi:
1) Terapi radiasi sebagai terapi paliatif untuk mengatasi gejalagejala yang disebabkan oleh kanker dan
untuk meningkatkan kualitas hidup,
2) Kemoterapi,
3) Tindakan klinis dengan obat-obatan anti kanker baru atau obat kombinasi.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks meliputi pemberian edukasi dan informasi
untuk meningkatkan pengetahuan klien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan klien. Perawat
mendukung kemampuan klien dalam perawatan diri untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah
komplikasi (Reeder, 2013).
Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana klien dan pasangannya memandang kemampuan reproduksi
wanita dan memaknai setiap hal yang berhubungan dengan kemampuan reproduksinya. Apabila
terdiagnosis kanker, banyak wanita merasa hidupnya lebih terancam. Perasaan ini jauh lebih penting
dibandingkan kehilangan kemampuan reproduksi. Intervensi keperawatan kemudian difokuskan untuk
membantu klien mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan yang realistis, memperjelas
nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya keluarga dan komunitas, dan
menemukan kekuatan diri untuk menghadapi masalah (Reeder, 2013).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Biografi
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, diagnosa medis serta
data penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air..
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada
stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa
nyeri intra servikal..
c. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta
adanya tumor.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit seperti yang diderita klien, dan untuk
menentukan apakah ada penyebab herediter atau tidak.
e. Riwayat kehamilan
Hamil dan persalinan berapa kali, anak yang dilahirkan hidup atau mati, sehat atau tidak dan
pada saat melahirkan normal atau melalui pembedahan.
4. Pemeriksaan fisik
Kaji keadaan umum, kesadaran, berat badan atau tinggi badan dan tanda – tanda vital.
a. Kepala
Adanya keluhan pusing atau sakit kepala, serta kaji warna rambut, keadaan, distribusi
rambut, dan kebersihan rambut.
b. Mata
Mata berkunag – kunang dan penglihatan kabur.
c. Hidung
Tidak ada kelainan jadi perlu di kaji kesimetrisan, keadaan kehersihan hidung, dan fungsi
penciuman.
d. Mulut
mukosa mulut dan bibir kering, fungsi pengecapan berkurang, keadaan mulut dan fungsi
menelan berkurang karena mual muntah dan anoreksia.
e. Telinga
Tidak ada kelainan tapi perlu dikaji adanya kelainan bentuk, keadaan, dan fungsi
pendengaran.
f. Leher
Pembekakan, pembesaran kelenjar tiroid, distensi vena jugularis, pebesaran kelenjar getah
bening.
g. Daerah dada
Adanya keluhan sesak nafas, bentuk, nyeri dada, auskultasi suara jantung, bunyi jantung,
frekuensi nadi, dan tekanan darah.
h. Abdomen
Adanya massa pada abdomen, distensi, bising usus, bekas luka, nyeri tekan, karakteristik
nyeri, kondisi hepar dan kandung kemih.
i. Genitalia Eksterna
Adanya pengeluaran sekret dan perdarahan, warna, bau, keluhan gatal dan kebersihan.
j. Anus
Adanya keluhan konstipasi, dan inspeksi adanya hemoroid eksterna.
k. Ektremitas
Nyeri panggul saat beraktivitas, kontraktur pada persendian dan kesulitan pergerakan.
5. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi, pemeriksaan visual
langsung, gineskopi.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan berat
badan dan mual muntah.
3. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai penyakitnya.
C.Intervensi Keperawatan
Diagnosa Intervensi
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan nyeri, 1. Membantu dalam
rasa nyaman tindakan keperawatan perhatian lokasi, mengidentifikasi derajat
nyeri selama 3 x 24 jam, lamanya dan ketidaknyamanan dan
berhubungan nyeri klien berkurang intensitasnya (skala kebutuhan untuk analgesik.
dengan agen dengan kriteria: 0-10). 2. Membantu dalam membuat
cidera biologis Skala nyeri 2 diagnosa dan kebutuhan
TTV dalam terapi.
batas normal 2. Kaji ulang faktor yang 3. Peningkatan nadi
N = 80 – 100 x/menit meningkatkan atau mengindikasikan adanya
S = 36,5 – 37,5oC menurunkan nyeri. nyeri
Ekspresi klien 3. Monitor tanda-tanda 4. Mengurangi tingkat nyeri
tampak tenang vital dengan mengalihkan
perhatian.
5. Analgetik memblok
4. Ajarkan teknik reseptor nyeri.
relaksasi/ distraksi.
5. Kelola pemberian
analgetik
2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji kebiasaan 1. Kebiasaan makan
pemenuhan tindakan keperawatan makan pasien. pasien menentukan
nutrisi kurang selama 3 x 24 jam, asupan makanan
dari gangguan pemenuhan pasien.
kebutuhan nutrisi dapat teratasi 2. Kaji kembali 2. Validasi data untuk
berhubungan dengan kriteria hasil : penyebab menentukan intervensi
dengan Nafsu makan gangguan lebih lanjut.
penurunan meningkat kebutuhan nutrisi. 3. Berat badan sebagai
berat badan Pola makan 3. Timbang berat salah satu indikator
dan mual yang adekuat badan setiap 3 hari gangguan nutrisi.
muntah Berat badan jika kondisi pasien 4. Meningkatkan nafsu
normal memungkinkan. makan dan memenuhi
4. Berikan makanan kebutuhan nutrisi.
dalam keadaan 5. Menentukan
hangat, bersih. perkembangan status
nutrisi.
5. Observasi tekanan 6. Menilai kebutuhan
darah, nadi setiap nutrisi pasien
4 jam.
6. Observasi secara
rutin setiap hari 7. Menentukan
tanda – tanda perkembangan status
kekurangan nutrisi pasien.
: kojungtiva, sclera,
tonus otot, LLA.
7. Catat intake
makanan pasien.
3 Kekurangan Setelah dilakukan 1. Awasi tanda – 1. Perubahan Td dan nadi
volume cairan tindakan keperawatan tanda Vital dapat digunakan untuk
dan elektrolit selama 3 x 24 jam, klien perkiraan kasar
berhubungan menunjukkan kehilangan darah.
dengan keseimbangan cairan Hipotensi postural
perdarahan. dengan menunjukan penurunan
kriteria hasil : volume sirkulasi.
TTV klien stabil 2. Memburuknya gejala
mukosa lembab 2. Catat respon dapat menunjukan
turgor kulit baik fisiologis individual berlanjutnya
pasien terhadap perdarahan atau tidak
perdarahan. adekuatnya
Mis,ansietas, penggantian cairan.
pucat, 3. Penggantian cairan
berkeringat,takipn tergantung pada derajat
ea, hipovolemia dan
peningkatan suhu. lamanya perdarahan
3. Berikan (akut atau kronis).
cairan/darah 4. Indikator untuk
sesuai indikasi. menentukan kebutuhan
penggantian darah dan
mengawasi keefektifan
terapi.
4. Awasi
pemeriksaan
laboratorium mis.,:
Hb/Ht, jumlah sel
darah merah
(RBC)
4 Ansietas Setelah dilakukan 1. Evaluasi tingkat 1. Ketakutan dapat terjadi
berhubungan tindakan keperawatan ansietas, catat karna nyeri hebat,
dengan selama 3 x 24 jam, respon verbal dan meningkatkan perasaan
kurangnya masalah ansietas non verbal pasien. sakit, penting pada
pengetahuan dapat teratasi kriteria Dorong ekspresi prosedur diagnostik dan
mengenai hasil : bebas akan kemungkinan
penyakitnya menyatakan emosi. pembedahan.
kesadaran 2. Mengetahui apa yang di
terhadap harapkan dapat
perasaan dan 2. Berikan informasi menurunkan ansietas.
cara yang sehat tentang proses 3. Perubahan pada tanda-
untuk penyakit dan tanda vital mungkin
menghadapi antisipasi menujukan tingkat
masalah. tindakan. ansietas yang di alami
melaporkan 3. catat pasien atau
ansietas palpitasi,peningkat merefleksikan
menurun sampai an denyut atau gangguan-gangguan
tingkat dapat frekuensi faktor psikologis
ditangani. pernafasan.
tampak rileks
C.Daftar Pustaka
1. „Amin Huda Nurarif, and H. K. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA. Edisi revisi jilid 1. Yogyakarta: MediAction.
2. Astrid Savitri, D. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim, dan Rahim. Yogyakarta:
Pustaka Perss. Aspiani, R. Y. (2017).
3. Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial Bagi Kebidanan. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS. Hidayat,
A. A. (2008).
4. NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi Edisi 10. Jakarta: EGC.
5. Nurlaila, Shoufiah, R., & Hazanah, S. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Prilaku
Melakukan Vaksin Kanker Serviks. Mahakam Midwifery Journal (Vol. 1).
6. Kemenkes. (2015). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Situasi Penyakit Kanker.
7. Kemenkes. (2018). Data dan Informasi :Profil Kesehatan Indonesia 2017. Padila. (2015).
8. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I.
Jakarta: DPP PPNI.
9. PPNI. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi
1. Jakarta : DPP PPNI
10. Wuriningsih. (2016). Potret Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Klien Dengan Kanker Serviks
Melalui Pendekatan Konservasi Dan Efikasi Diri. Nurscope. Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah
Keperawatan, 2(2), 49-6
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R DENGAN GANGGUAN MASALAH
KESEHATAN CA SERVIKS
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Ny. “R”
Tanggal lahir : 17 Juli 1980
Umur : 43 tahun
Alamat : Paya Roba,Binjai
Status perkawinan : Kawin
Agama : Kristen
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Diagnosa medik : Ca Serviks std III A dengan riwayat hipoglikemia
No. RM :-
Tanggal masuk RS : 22 September 2023
b. Identitas keluarga
Nama : Tn “A”
Umur : 45 tahun
Alamat : Paya Roba,Binjai
Agama : Islam
Hubungan : Suami klien
1.Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Suami klien mengatakan penyakit klien baru diketahui tiga bulan yang lalu. Suami klien
mengatakan sebelumnya klien mengeluhkan pinggangnya sakit selama ±3 bulan, tetapi tidak
diperiksakan karena menganggap karena kelelahan dan kejadiannya yang hilang timbul.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Suami klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit (± 4 bulan yang lalu,) klien pernah
mengalami keputihan selama ± satu bulan. Keputihan yang terakihir mengeluarkan bau. Suami
klien mengatakan klien pernah hamil anak kedua, tetapi pada saat usia 7 bulan, tiba-tiba
kandungan klien menghilang dan perut klien kempes. Klien belum pernah mengalami kiret atau
operasi sebelumnya.
Klien tidak memiliki riwayat TBC maupun penyakit jantung. Klien tidak pernah menderita penyakit
menular, menurun maupun penyakit semasa kanak-kanak. Klien juga mengatakan tidak memiliki
cacat bawaan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
a. Genogram
Keterangan :
Klien
Laki-laki hidup
Perempuan hidup
Laki-laki meninggal
Perempuan meninggal
b. Riwayat Kesehatan
Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang menderita sakit seperti klien.
Keluarga klien juga tidak ada yang memiliki riwayat sakit kanker, tumor, hipertensi, DM,
jantung, ginjal, TBC maupun penyakit menurun.
2.Pengkajian
A.Primary Survey
1. Airway:
Setelah dilakukan pemeriksaan jalan napas pasien bebas tanpa sumbatan ataupun gangguan
2. Breathing:
Pernapasan pasien spontan tanpa gangguan ataupun menggunakan alat bantu napas
3. Circulation:
Nadi : nadi klien kuat 84x/menit
CRT : kembali normal dalam waktu <2 detik
Warna kulit : kulit klien normal tidak pucat ataupun kuning
Perdarahan : tidak terdapat perdarahan pada klien
Turgor kulit : turgor pasien baik
4. Disability/Neurological
Respon : klien sadar (alert)
Pupil : pupil isokor (sama besar)
Reflek : reflek klien normal
GCS : E 4 V5 M 6
5.Exposure : Tidak ada kelaiann
B. Secondary Survey
Pemeriksaan Status Generalis
Kesadaran : Composmentis
BB : 65 kg
TB/PB : 170 cm
Tanda-Tanda Vital :
TD :120/70 mmHg
RR : 20 x/mnt
Nadi :95 x/menit
Suhu : 36 oC
Pemeriksaan Fisik
No. Komponen Pemeriksaan Fisik
1. Kepala, leher dan Bentuk kepala mesosepal, wajah simetris.
muka Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
terdapat peningkatan JVP. Tidak ada oedem
maupun lesi. Klien terlihat menahan sakit.
Ekspresi wajah klien tampak lemas dan banyak
merintih kesakitan. Terdapat HD cath pada
klavikula kiri dengan kondisi tidak ada bengkak,
rembesan darah dan tidak ada nyeri tekan
disekitarnya. Konjungtiva pucat dan bibir kering
serta pecah-pecah.
2. Rambut Rambut lepek, panjang, beruban, dan tidak
rontok
3. Kulit dan kuku Turgor kulit baik, kulit tidak kering dan bersisik,
capillary refill ˃2 detik. Tidak ada lesi, kulit
teraba dingin pada ekstermitas, kuku belum
dipotong dan bersih.
4. Mata, telinga Konjungtiva mata pucat, sklera putih, tidak ada
sekret pada mata.
Telinga bersih, tidak ada gangguan
pendengaran. Tidak ada kotoran ataupun cairan
yang keluar dari telinga.
5. Mulut, Mulut bersih, bibir kering dan pecah-pecah.
tenggorokan, Terdapat pernafasan cuping hidung. Klien
hidung terpasang oksigen 3L/menit.
6. Thoraks dan paru- a. Tidak terdapat retraksi dada, ekspansi dada
paru simetris, warna kulit merata dengan warna
sekitar, dan tidak ikterik.
b. Tidak terdapat nyeri tekan pada dada
c. Resonan pada interkosta 1-4 dada kanan,
redup pada interkosta 5-6. Resonan pada
interkosta 1-3 dada kiri dan redup pada
interkosta 4-6.
d. Terdengar vesikuler pada seluruh lapang
paru. Tidak ronkhi dan wheezing.
7. Payudara Bentuk simetris, warna kulit merata, puting
menonjol, warna areola coklat kehitaman.
8. Abdomen a. Warna kulit sama dengan warna sekitar.
Perut sedikit membesar, tidak ada asites
dan lesi.
b. Terdengar bising usus.
c. Terdengar bunyi tympani pada seluruh
kuadran.
d. Terdapat nyeri tekan pada kuadran 3 dan 4
teraba massa dan keras di abdomen
bawah.
9. Genetalia Genetalia bersih, tidak ada varises. Terpasang
kateter dengan produk urine 10cc.
12. Musculoskeletal Kekuatan otot
dan ekstermitas 4 5
5 5
- -
+ -
No Aktivitas 0 1 2 3 4
1 Makan dan Minum V
2 Mandi V
3 Toiletting V
4 Berpakaian v
5 ROM V
Ket:
0:mandiri
1: alat bantu
2: dibantu orang lain
3: dibantu orang lain dan alat
4:tergantung total
b) Selama Sakit
(1) Keadaan Aktivitas Sehari-hari
No Aktivitas 0 1 2 3 4
1 Makan dan Minum V
2 Mandi V
3 Toiletting V
4 Berpakaian V
5 Mobilitas di tempat V
tidur
6 ROM v
Ket :
0:mandiri
1: alat bantu
2: dibantu orang lain
3: dibantu orang lain dan alat
4: tergantung total
Angka ketergantungan : 18
b) Harga Diri
Klien terlihat merintih dan memegang erat tangan suaminya. Suami klien mengatakan bahwa sakit
yang diderita istrinya merupakan ketentuan dari Tuhan dan merupakan ujian bagi istri dan
keluarganya.
c) Gambaran Diri
Kontak mata klien kurang. Klien terlihat menahan sakit dan menunjukkan bagian yang tidak nyaman.
Klien menjawab jika diberikan pertanyaan dan lebih banyak merintih. Suami klien mengatakan merasa
cemas dan dengan kondisi istrinya saat ini.
d) Peran Diri
Klien menyadari dirinya sebagai seseorang yang memerlukan pengobatan. Klien dan keluarga
berusaha untuk mentaati terapi pengobatan. Klien kooperatif ketika diberikan tindakan pengobatan.
e) Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh. Suami klien mengatakan berharap agar penyakit klien bisa
disembuhkan dan dapat segera pulang.
2) Intelektual
Klien tidak memiliki cukup pengetahuan tentang penyakitnya karena klien belum pernah dirawat
sebelumnya dengan penyakit yang berat. Keluarga klien juga mengatakan tidak mengetahui tentang
penyakit klien. Suami mengatakan bingung sakit klien itu tumor, kista atau sudah kanker leher rahim.
Ketika pengkajian suami menanyakan tentang penyebab penyakit klien dan mengapa sekarang ginjal
klien terkena dan harus HD padahal sebelumya kondisinya baik.
3) Hubungan Interpersonal
a) Sebelum Sakit
Suami mengatakan bahwa hubungan klien dengan anggota keluarga maupun teman sebayanya. Klien
sering mengikuti aktivitas di desanya dan berbincang-bincang dengan tetangga jika ada waktu luang.
b) Selama Sakit
Klien kooperatif dan dapat bekerjasama dengan tim kesehatan yang ada di rumah sakit. Suami klien
mengatakan istrinya telah ditangani dengan baik walaupun keluarganya hanya menggunakan
jamkesmas. Klien telah dijenguk oleh beberapa saudara yang berada di temanggung walaupun hanya
sebentar. Suami mengatakan bahwa jemaah gereja rutin mendoakan klien setiap minggu setelah
beribadah.
4) Mekanisme Koping
Suami klien mengatakan jika mengalami masalah klien menceritakan kepada keluarga yang lain. Klien
jika merasa sakit berusaha memeriksakan diri ke rumah sakit atau ke klinik diantar oleh suaminya.
5) Support Sistem
Klien selama menjalani perawatan dan pengobatan mendapat dukungan dari anggota keluarga
terutama suaminya yang selalui menemani. Klien mendapatkan bantuan jamkesmas untuk biaya
pengobatan.
6) Aspek Spiritual
Suami klien klien selalu pergi ke gereja setiap minggu. Suami klien mengatakan berusaha untuk
meuntun instrinya agar selalu berdoa walaupun sedang sakit.
6. Data penunjang
7. Terapi
Cairan RL 20 tts/m
Ranitidin 50 mg / 12 jam (IV)
Ondancetron 8 mg/ 8 jam (IV)
Caco3 tablet / 8 jam (PO)
Aspilet 1 tablet/ 8 jam (PO)
Captopril 12,5 mg/ 8 jam
Analisa Data
Perdarahan spontan
2. Mengobservasi reaksi
ketidaknyaman secara nonverbal
4. Menentukan pengaruh
pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup( napsu makan,
tidur, aktivitas,mood, hubungan
sosial)
EVALUASI KEPERAWATAN
2023 O : TTV
- TD :120/70 mmHg
13:00
- RR : 20 x/mnt
- Nadi :95 x/menit
- Suhu : 36 oC
- Turgor kulit jelek kembali dalam < 3
detik
- Mukosa bibir kering
- Sedikit pucat
- Konjungtiva anemis
- Pasien masih lemah
- Hb : 9 gr/dl
- Hematokrit : 36%
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi (1,2,3,4)
I : 1. Mengkaji secara komprehensip
terhadap nyeri termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri dan
faktor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi
ketidaknyaman secara nonverbal
3. Menggunakan strategi komunikasi
terapeutik untuk mengungkapkan
pengalaman nyeri dan penerimaan
klien terhadap respon nyeri
4. Menentukan pengaruh pengalaman
nyeri terhadap kualitas hidup(
napsu makan, tidur, aktivitas,mood,
hubungan sosial)