Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

CA CERVIKS

Diajukan sebagai salah satu tugas praktik stase Maternitas

Oleh :

Lis Pry Mandari


Nim : P20620623013

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2023
LAPORAN PENDAHULUAN CA SERVIKS

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA

Menurut Langhorne, Fulton, dan Otto (2011), serviks atau leher rahim adalah
sepertiga lebih rendah dari rahim atau uterus. Tubular serviks memanjang hingga ke
bawah ke bagian atas vagina. Serviks mengelilingi pembukaan disebut lubang serviks,
rahim berbentuk silinder jaringan yang menghubungkan vaginadan uterus. Serviks terbuat
dari tulang rawan yang ditutupi oleh jaringan halus, lembap, dan tebalnya sekitar 1 inci.
Ada dua bagian utama dari serviks, yaitu ektoserviks dan endiserviks.
Bagaian serviks yang dapat dilihat dari luar selama pemeriksaan ginekologi di kenal
sebagai ektoserviks. Pembuka dipusat ektoserviks, dikenal sebagai os eksternal, membuka
untuk memisahkan bagian antara uterys dan vagina. Endoserviks atau kanal endoserviks,
adala sebuah terowongan melalui serviks, dari os eksternal ke dalam uterus.
Selama masa praremaja, endoserviks terletak dibagian serviks (Langhorne, Fulton,
dan Otto, 2011). Pembatasan tumpang tindih antara endosrviks dan ektoserviks di sebut
zona transformasi. Serviks menghasilkan lendir serviks yang konsistensi atau
kekentalannya berubah selama siklus menstruasi untuk mencgah atau mempromosikan
kehamilan.
Zona transformasi dari waktu ke waktu menjadi lebuh rapuh, sel-sel epitel kolumnar
digantikan dengan sel-sel epitel skuamosa. Daerah ini sangat rentan terhadap perubahan
prakanker (displasia) karena tingkat turnover yang tinggi dan tingkat pematangan sel
rendah (Rahayu, 2015).
2. DEFINISI

Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan pembelahan
sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat yang jauh (metastasis) (Wuto,
2008 dalam Padila, 2012).
Kanker leher rahim sering juga disebut kanker mulut rahim, merupakan salah satu
penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada wanita (Edianto, 2006 dalam Padila,
2012).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997 dalam Padila, 2012).
3. KLASIFIKASI
Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia berat terjadi
pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
2. Stadium Karsinoma Insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh di daerah
ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3. Stadium Karsinoma Mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma
sejauh tidak lebih 5mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan
hanya ditemukan pada skrining kanker.
4. Stadium Karsinoma Invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan formiks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk Kelainan Dalam Pertumbuhan Karsinoma Serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tunbuh kearah vagina dan dapat
mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan
ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat laun lesi
berubah bentuk menjadi ulkus (Padila, 2012).

Makroskopik
1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servitis kronik biasa
2. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3. Stadium setengah lanjut
Tengah mengalami sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan
jaringan yang rapuh dan mudah berdarah (Padila, 2012).
Klasifikasi Ca Serviks berdasarkan Tingkat Keparahannya

1. Stage 0: Ca. Pre invasive


2. Stage 1: Ca. Terdapat pada serviks
3. Stage Ia: disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara hispatologi
4. Stage Ib: semua kasus lainnya dari stage I
5. Stage II: sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah
mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
6. Stage III: sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
7. Stage IIIb : sudah mengenai organ-organ lain (Padila, 2012).
4. ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksusal
semakin besar, mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih
terlalu muda.
2. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering
partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan bergant-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma (HPV) atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
5. Soal Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin
faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan
perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas
makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis
tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR
akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi serviks yang
kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat
sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks (Padila, 2012).
8. Radioterapi dan Pap Smear
Karsinoma sel skuamosa adalah salah satu akibat tidak efektifnya radioterapi sebagai
pengobatan utama dalam kasus adenocarcinoma. Meningkatnya penggunaan tes Pap
untuk deteksi dini penyakit ini tapi masih merupakan salah satu penyebab utama
morbiditas kanker terkait di negara-negara berkembang karena kurangnya program
skrining (Rubina Mukhtar, 2015).
5. PATOFISIOLOGI
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar
antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi
invasif adalah 3 – 20 tahun.
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya
perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul
bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau
kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka
waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang
menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di
serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke
kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan
akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini
menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh
faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat
diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga
terjadi keganasan (Brunner & Sudart, 2010)
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar junction
(SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks
kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu
epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar
pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan
paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada
wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada
wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor
luar berupa mutagen yang akan displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas
seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh
prostaglandin.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks,
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan
epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut
proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas
metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini
maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi
tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara
kedua SCJ ini disebut daerah transformasi.
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam nukleat
virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga
menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut dapat
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma
in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan
karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. (Sjamsuhidajat,1997 dalam
Prawirohardjo,2010).
Penggunaan
Free Sex Merokok Defisit
Alat
PATHWAY perawatan diri
Cedera serviks saat Kekebalan (vulva higiene)
pemasangan tubuh
menurun

Invasi HPV

Hubungan seksual
Jumlah kelahiran dan
(< 20 tahun). Infeksi HPV
partus

Pertumbuhan sel
Efek anastesi abnormal di labia
Proses Metaplasy
mayora dan
Anastesi Lemah Mitosis sel eksoserviks dan endoserviks minora

Intoleransi Aktivitas Mual,


Histerektomi total Metaplasia skuamosa
muntah,
Non Kemotera anoreksi
Tindakan pembedahan Ca. Cerviks
Pembedahan pi
Histerektomi Radikal Penurunan BB
Vaskularisasi Menembus sel Merusak struktur
Luka perdarahan jaringan jaringan serviks Risiko
terganggu Struma serviks ketidakseimbangan
Jaringan terbuka Peradangan endoserviks Menginvasi organ nutrisi kurang dari
dan eksoserviks lain kebutuhan tubuh
Risiko Infeksi Nekrosis jaringan Meluas ke
jaringan, Rektum Fistula Uretra Vagina

Keputihan dan bau pembukuh limfe


dan vena Fistula Fistula Fistula
busuk
Rektum rekto vagina
vagina
Dinding
Gangguan konsep
pembuluh Infiltrasi Infiltrasi ke
diri: HDR
terdesak ke syaraf Perdarahan uretra
rektum
Perdarahan spontan Nyeri Gangguan
Akut Eliminasi
Gangguan Perfusi Urin
Anemia Trombositopenia
Jaringan
6. MANIFESTASI KLINIS
a. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru
terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat.
b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan. Pada
stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih banyakdisertai infeksi sehingga cairan yang
keluar berbau (Padila, 2012).
Tanda dan Gejala kanker servik menurut Dedeh Sri Rahayu tahun 2015:
a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh. Terkadang
bercampur darah.
b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%.
c. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah dan
semakin lam semakin sering terjadi.
d. Perdarahan pada wanita menopause
e. Anemia
f. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang menyebabkan obstruksi
total
g. Nyeri
1) Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di
daerah di sekitar panggul.
2) Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi pembengkakan di
berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan sebagainya.
Menurut Ricci (2009), tersangka kanker serviks stadium lanjut antara lain
a. Nyeri panggul,
b. Nyeri pinggul,
c. Nyeri kaki,
d. Penurunan berat badan,
e. Anoreksia,
f. Kelemahan dan kelelahan,
(Dedeh Sri Rahayu,2015)
Menurut Rubina Mukhtar tahun 2015 menyatakan bahwa tanda dan gejala Ca. Serviks
adalah perdarahan vagina abnormal seperti pendarahan pasca menopause, menstruasi tidak
teratur, menstruasi berat, metrorhagia menyakitkan, atau perdarahan postcoital. Keputihan
abnormal adalah keluhan utama dari sekitar 10% dari pasien; debit mungkin berair, bernanah,
atau berlendir. Gejala panggul atau nyeri perut dan saluran kencing atau rektum terjadi dalam
kasus-kasus lanjutan. Nyeri panggul mungkin hasil dari loco penyakit regional invasif atau
dari penyakit radang panggul hidup berdampingan.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidakterlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokasinya.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena dapat mengikal yodium. Jika
porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua,
sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan
10-40 kali.
Keuntungan, dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk
melakukan biopsy.
Kelemahan, hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelainan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak terlihat.
1. Kolpomikroskopi
melihat hapusan vagina (Pap Smeardengan pembesaran sampai 200 kali.
2. Biopsi
Biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
3. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks dan epitel gepeng dan
kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak
tampak kelainan-kelainan yang jelas (Padila, 2012).

8. PENATALAKSANAAN
a. Irradiasi
1. Dapat dipakai untuk semua stadium
2. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
3. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
b. Dosis
Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks

c. Komplikasi irradiasi
1. Kerentanan kandungan kencing
2. Diarrhea
3. Perdarahan rectal
4. Fistula vesico atau rectovaginasis
d. Operasi
1. Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II
2. Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal
e. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya
vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran
dansering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe
dan peredaran darah.
f. Cytostatik
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari karsinoma
serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten bila 8-10 minggu post terapi
keadaan masih tetap sama (Padila, 2012).
g. Vaksinasi
Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan kesehatan perempuan
dan menurunkan kematian akibat kanker serviks (Rubina Mukhtar, 2015).

9. KOMPLIKASI
Komplikasinya mencakup infark miokardium, hemoragi, sepsis, obstruksi
perkemihan, pielonefritis, CVA, pembentukan fistula (Sylvia Anderson Price, 2005).
Nyeri pinggang mungkin merupakan gejala dari hidronefrosis, sering dipersulit oleh
pielonefritis. Nyeri siatik, kaki edema, dan hidronefrosis hampir selalu dikaitkan dengan
keterlibatan dinding panggul luas oleh tumor. Pasien dengan tumor yang sangat canggih
mungkin memiliki heamaturia atau inkontinensia dari fistula vesikovaginal yang
disebabkan oleh perluasan langsung dari tumor kandung kemih. Kompresi eksternal dari
rektum oleh tumor primer besar dapat menyebabkan sembelit (Rubina Mukhtar, 2015).
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dan
riwayat penyakit terdahulu.
b. Keluhan Utama
Perdarahan dan keputihan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
d. Klien datang dengan keluhan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau
tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya
keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke rumah sakit dengan
segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang
demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
f. Riwayat Keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau
penyakit menular lain.
g. Psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan bagaimana
pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
h. Pemeriksaan Fisik Fokus
1. Kepala
a) Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
a. Wajah : tidak ada oedema, Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis), Raut
wajah pucat.
b) Mata : konjunctiva tidak anemis
c) Hidung : simetris, tidak ada sputum
d) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
e) Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi
f) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran kelenjer
getah bening
2. Dada
a) Inspeksi : simetris
b) Perkusi : sonor seluruh lap paru
c) Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
Auskultasi : vesikuler, perubahan tekanan darah
3. Cardiac
a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
b) Palpasi : ictus cordis teraba, v Perubahan denyut nadi
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : tidak ada bising
4. Abdomen
a) Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa nyeri di daerah
abdomen.
b) Palapasi : ada nyeri tekan
c) Perkusi : tympani
d) Auskultasi : bising usus normal
5. Genetalia
Inspeksi
b. Ada lesi.
c. Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk.
d. Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar.
e. Urine bercampur darah (hematuria).
Palpasi
Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
6. Ekstremitas dan Kulit
Tidak oedema, Kelemahan pada pasien, Keringat dingin.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri Kronis (D.0078)
b. Resiko Perdarahan ( D.0012)
c. Perfusi Perifer Tidak Efektif (D0019)
d. Intoleransi Aktivitas (D0056)
e. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D0129)
1. Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan Dan Intervensi (SIKI)


No. Keperawatan Kriteria Hasil (PPNI, 2018)
(PPNI, 2016) (SLKI)
(PPNI, 2019)
1. Nyeri Kronis Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0078)
Definisi Definisi
Pengalaman sensorik atau Mengidentifikasi dan
emosional yang berkaitan mengelola pengalaman
dengan kerusakan sensorik atau emosional yang
jaringan aktual atau berkaitan dengan kerusakan
fungsional dengan onset jaringan atau fungsional
mendadak atau lambat dengan onset mendadak atau
dan berintensitas ringan lambat dan berintensitas
hingga berat dan konstan ringan hingga berat dan
Ekspektasi konstan
Menurun
Tindakan
Kriteria Hasil
Skor : Menurun 1, Cukup Observasi
Menurun 2, Sedang 3, 1. Identifikasi lokasi,
Cukup Meningkat 4, karakteristik, durasi,
Meningkat 5 frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Kemampuan 2. Identifikasi skala nyeri
menuntaskan aktivitas 3. Identifikasi respon nyeri
(........) non verbal
4. Identifikasi faktor yang
Skor : Meningkat 1, memperberat dan
Cukup Meningkat 2, memperingan nyeri
Sedang 3, Cukup 5. Identifikasi pengetahuan
Menurun 4, Menurun 5 dan keyakinan tentang
nyeri
- Keluhan nyeri (........) 6. Identifikasi pengaruh
- Meringis (........) budaya terhadap respon
- Sikap protektif (........) nyeri
- Gelisah (........) 7. Identifikasi pengaruh nyeri
- Kesulitan tidur (........) pada kualitas hidup
- Menarik diri (........) 8. Monitor keberhasilan
- Berfokus pada diri terapi komplementer yang
sendiri (........) sudah diberikan
- Diaforesis (........) 9. Monitor efek samping
- Perasaan depresi penggunaan analgetik
(tertekan) (........)
- Perasaan takut Terapeutik
1. Berikan teknik
mengalami cedera nonfarmakologis untuk
berulang (........) mengurangi rasa nyeri
- Anoreksia (........) (mis. TENS, hipnosis,
- Perineum terasa akupresure, terapi musik,
tertekan (........) biofeedback, terapi pijat,
- Uterus teraba aromaterapi, teknik
membulat (........) imajinasi terbimbing,
- Ketegangan otot kompres hangat atau
(........) dingin, terapi bermain)
- Pupil dilatasi (........) 2. Kontrol lingkungan yang
- Muntah (........) memperberat rasa nyeri
- Mual (........) (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Skor : Memburuk 1, 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Cukup Memburuk 2, 4. Pertimbangkan jenis dan
Sedang 3, Cukup sumber nyeri dalam
Membaik 4, Membaik 5 pemilihan strategi
meredakan nyeri
- Frekuensi nadi (........)
- Pola napas (........) Edukasi
- Tekanan darah (........) 1. Jelaskan penyebab periode
- Proses berpikir (........) dan pemicu nyeri
- Fokus (........) 2. Jelaskan strategi
- Fungsi berkemih meredakan nyeri
(........) 3. Anjurkan memonitor nyeri
- Perilaku (........) secara mandiri
- Nafsu makan (........) 4. Anjurkan menggunakan
- Pola fikir (........) analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Resiko Perdarahan Tingkat Perdarahan Pencegahan Perdarahan
(L.02017) (I.02067)
(D.0012)
Definisi Definisi
Kehilangan darah baik Mengidentifikasi dan
internal (terjadi didalam menurunkan risiko atau
tubuh) maupun eksternal komplikasi stimulus yang
(terjadi hingga keluar menyebabkan perdarahan atau
tubuh) risiko perdarahan

Ekspektasi Tindakan
Menurun
Observasi
Kriteria Hasil 1. Monitor tanda dan gejala
Skor : Menurun 1, Cukup perdarahan
Menurun 2, Sedang 3, 2. Monitor nilai hematokrit/
Cukup Meningkat 4, hemoglobin sebelum dan
Meningkat 5 setelah kehilangan darah
3. Monitor tanda-tanda vital
- Kelembapan membran ortostatik
mukosa (........) 4. Monitor koagulasi (mis.
- Kelembapan kulit prothrombin time (PT),
(........) partial thromboplastin time
- Kognitif (........) (PTT), fibrinogen,
Skor : Meningkat 1, degradasi fibrin dan atau
Cukup Meningkat 2, platelet)
Sedang 3, Cukup Terapeutik
Menurun 4, Menurun 5 1. Pertahankan bed rest
selama perdarahan
- Hemoptisis (........) 2. Batasi tindakan invasif,
- Hematemesis (........) jika perlu
- Hematuria (........) 3. Gunakan kasur pencegahan
- Perdarahan anus dekubitus
(........) 4. Hindari pengukuran suhu
- Distensi abdomen rektal
(........)
- Perdarahan vagina Edukasi
(........) 1. Jelaskan tanda dan gejala
- Perdarahan paska perdarahan
operasi (........) 2. Menggunakan kaus kaki
saat ambulasi
Skor : Memburuk 1, 3. Anjurkan meningkatkan
Cukup Memburuk 2, asupan cairan untuk
Sedang 3, Cukup menghindari konstipasi
Membaik 4, Membaik 5 4. Anjurkan menghindari
aspirin atau antikoagulan
- Hemoglobin (........) 5. Anjurkan meningkatkan
- Hematokrit (........) asupan makanan dan
- Tekanan darah (........) vitamin K
- Frekuensi nadi (........) 6. Anjurkan segera melapor
- Suhu tubuh (........) jika terjadi perdarahan

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat


pengontrol perdarahan, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu
3. Perfusi Perifer Perfusi Perifer Perawatan Sirkulasi (I.14570)
(L.02011) Definisi
Tidak Efektif Mengidentifikasi dan merawat
Definisi
(D0019) Keadekuatan aliran darah area lokal dengan keterbatasan
pembuluh darah distal sirkulasi perifer
untuk menunjang fungsi
jaringan Tindakan

Ekspektasi Observasi
Meningkat 1. Periksa sirkulasi perifer
(mis. nadi perifer, edema,
Kriteria Hasil pengisapan kapiler, warna,
Skor : Menurun 1, Cukup suhu, ankle-brachial index)
Menurun 2, Sedang 3, 2. Identifikasi faktor risiko
Cukup Meningkat 4, gangguan sirkulasi (mis,
Meningkat 5 diabetes, perokok, orang
tua, hipertensi dan kadar
- Denyut nadi perifer kolesterol tinggi)
(........) 3. Monitor panas, kemerahan,
- Penyembuhan luka nyeri, atau bengkak pada
(........) ekstrimitas
- Sensasi (........)
Terapeutik
1. Hindari pemasangan infus
Skor : Meningkat 1,
atau pengambilan darah di
Cukup Meningkat 2,
area keterbatasan perfusi
Sedang 3, Cukup
2. Hindari pengukuran
Menurun 4, Menurun 5
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
- Warna kulit pucat
keterbatasan berfungsi
(........) 3. Hindari penekanan dan
- Edema perifer (........) pemasangan tourniquet
- Nyeri ekstremitas pada area yang cedera
(........) 4. Lakukan pencegahan
- Paraestesia (........) infeksi
- Kelemahan otot (........) 5. Lakukan perawatan kaki
- Kram otot (........) dan kuku
- Bruit femoralis (........) 6. Lakukan hidrasi
- Nekrosis (........)
Edukasi
Skor : Memburuk 1, 1. Anjurkan berhenti
Cukup Memburuk 2, merokok
Sedang 3, Cukup 2. Anjurkan berolahraga rutin
Membaik 4, Membaik 5 3. Anjurkan mengecek air
mandi untuk menghindari
- Pengisian kapiler kulit terbakar
(........) 4. Anjurkan menggunakan
- Akral (........) obat penurun tekanan
- Turgor kulit (........) darah, antikoagulan, dan
- Tekanan darah sistolik penurunan kolesterol, jika
(........) perlu
- Tekanan darah 5. Anjurkan minum obat
diastolik (........) pengontrol tekanan darah
- Tekanan arteri rata- secara teratur
rata (........) 6. Anjurkan menghindari
- Indeks ankle brachial penggunaan obat penyakit
(........) beta
7. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
(mis. melembabkan kulit
kering pada kaki)
8. Anjurkan program
rehabilitasi vaskuler
9. Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis. rendah
lemak jenuh, minyak ikan
omega 3)
10. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. rasa sakit
yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya Rasa)
4. Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
(L.05047) (I.05178)
(D0056)
Definisi Definisi
Respon fisiologis Mengidentifikasi dan
terhadap aktivitas yang mengelola penggunaan energi
membutuhkan tenaga untuk mengatasi atau
mencegah kelelahan dan
Ekspektasi mengoptimalkan proses
Meningkat pemulihan

Kriteria Hasil Tindakan


Skor : Menurun 1, Cukup
Menurun 2, Sedang 3, Observasi
Cukup Meningkat 4, 1. Identifikasi gangguan
Meningkat 5 fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
- Frekuensi nadi (........) 2. Monitor kelelahan fisik
- Saturasi oksigen dan emosional
(........) 3. Monitor pola dan jam tidur
- Kemudahan 4. Monitor lokasi dan
melakukan aktivitas ketidaknyamanan selama
sehari-hari (........) melakukan aktivitas
- Kecepatan berjalan
(........) Terapeutik
- Jarak berjalan (........) 1. Sediakan lingkungan
- Kekuatan tubuh bagian nyaman dan rendah
atas (........) stimulus (mis. cahaya,
- Kekuatan tubuh bagian suara, kunjungan)
bawah (........) 2. Lakukan latihan rentang
- Toleransi menaiki gerak pasif dan atau aktif
tangga (........) 3. Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
Skor : Meningkat 1, 4. Fasilitasi duduk di sisi
Cukup Meningkat 2, tempat tidur, jika tidak
Sedang 3, Cukup dapat berpindah atau
Menurun 4, Menurun 5 berjalan
- Keluhan lelah (........) Edukasi
- Dispnea saat 1. Anjurkan tirah baring
beraktivitas (........) 2. Anjurkan melakukan
- Dispnea setelah aktivitas secara bertahap
beraktivitas (........) 3. Anjurkan menghubungi
- Perasaan lemah (........) perawat jika tanda dan
- Aritmia saat gejala kelelahan tidak
beraktivitas (........) berkurang
- Atritmia setelah 4. Ajarkan strategi koping
beraktivitas (........) untuk mengurangi
- Sianosis (........) kelelahan
Skor : Memburuk 1,
Cukup Memburuk 2, Kolaborasi
Sedang 3, Cukup 1. Kolaborasi dengan ahli gizi
Membaik 4, Membaik 5 tentang cara meningkatkan
asupan makanan
- Warna kulit (........)
- Tekanan darah (........)
- Frekuensi napas
(........)
- EKG Iskemia (........)
DAFTAR PUSTAKA

Bilotta, Kimberly A. J. 2011. Kapita Selekta Penyakit: Implikasi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddart. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Mukhtar, Rubina., et al. 2015. Prevalence of Cervical Cancer in Developing Country:
Pakistan. US: Global Journal.
Mitayani. (2013). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika. Moloku,
Nugroho, T. et al. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas. 1st edn. Yogyakarta: Nuha
Medika
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction Publishing.
Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Media.
Potter, P. A. and Perry, A. G. (2006). Fundamental Keperawatan. Volume 2. Edisi
4. Jakarta: EGC.
Potter, P. A. and Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1. 1st edn.
Jakarta: Salemba Medika..
Prawirohardjo, sarwono, 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan bina pustaka.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. 1st edn. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. 1st edn. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. 1st edn. Jakarta: DPP PPNI.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba Medika.
.
PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN
RESUME KEPERAWATAN
Nama mahasiswa :
Nim :
Tempat pengkajian : Poli Kebidanan dan Kandungan
Tanggal : 11 juli 2017

1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S
Umur : 51 tahun
Alamat : salaran grati

Nama suami : Tn.K


Umur : 52 tahun
No RM : 17019198
Tgl MRS :11 juli 2017

Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri perut


RPS : pasien mengatakan nyeri perut dibagian bawah nyeri seperti di tusuk tusuk skala nyeri
6 nyeri hilang timbul semakin sakit ketika berjalan, dan keluar keputihan ± 3 bulan
keluar terus menerus tapi kadang banyak kadang sedikit, pasien sudah berhenti haid ±
10 tahun.
Diagnosa medis : Ca Serviks
Menikah : usia 16 tahun sudah 2x menikah
Riwayat obstetrik :
1. Laki-laki lahir di dukun
2. Laki laki lahir di dukun
3. Laki laki lahir di dukun
4. Laki laki lahir di dukun
5. Perempuan lahir di dukun
6. Perempuan lahir di dukun

II. PROSES KEPERAWATAN


S (subjektif) :pasien mengatakan nyeri perut
O (objektif) :
1. TD : 140/90 mmHg
2. BB : 41 kg
3. Pasien tampak meringis saat berjalan
4. Skala nyeri 6
5. Nyeri seperti di tusuk tusuk Di bagian perut bawah
6. Nyeri hilang timbul

A (analisa) : Nyeri akut b/d proses penyakit

P (Planning) :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
frekuensi, dan kualitas nyeri
2. Lakukan pemeriksaan dalam
3. Kolaborasi dengan dokter

I (Implementasi) :
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komperehsif
Hasil : P: semakin sakit saat berjalan
Q :nyeri seperti di tusuk tusuk
R: di perut bagian bawah
S :skala nyeri 6
T : nyeri hilang timbul

2. melakukan pemeriksaan dalam dengan menggunakan speculum terlihat keputihan dan


benjolan di porsio kemudian dilakukan biopsy berat PA
3. berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi
Gravazol 1x1 tab, asam mefenamat 3x1 tab, amoxcilin 3x1 tab
Di anjurkan USG dan rawat inap.

E (Evaluasi) ;
S: Pasien mengatakan masih nyeri
O : skala nyeri 6, pasien tampak meringis ketika berjalan, nyeri seperti ditusuk tusuk,
Nyeri hilang timbul, TD : 140/90 mmHg, BB: 41 kg
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi, kontrol 3 hari lagi bawa hasil PA dan USG

Anda mungkin juga menyukai