I. PENDAHULUAN
sel jaringan tubuh, yang dalam perkembanganya sel tersebut berubah menjadi sel kanker.Sel-sel
kanker dapat menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkankematian. Kanker
memiliki berbagai macam jenis dengan berbagai akibat dan salahsatu jenis kanker
banyak diderita oleh perempuan Asia dan lebih dari setengah perempuan Asia yang
yang didiagnosat e r k e n a k a n k e r s e r v i k s s e b a n y a k 1 4 3 . 0 0 0 p e r e m p u a n
negara-negaralain di Asia, karena sebagian besar penderita kanker serviks di Indonesia baru
datang berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah pada stadium lanjut maka akan sulit untuk
mencapai hasil pengobatan yang optimal dan hal tersebut membuat penderita
B. Tujuan
A. Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat
dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal dimana sel-
sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan. Kanker ini hanya
menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually active.
B. Etiologi
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin
besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial
ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan
sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi
imunitas tubuh.
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya
belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan
berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi
infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya
kanker serviks.
C. Klasifikasi
- Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
- Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding
- Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
- Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi
karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel
tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari
membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas
ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus
uteri.
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina dan dapat mengisi setengah
dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks,
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatl aun lesi berubah bentuk
menjadi ulkus.
- Markroskopis
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan
D. Patofisiologi
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu
yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun,
sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun
displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas
regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus
atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun
perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma
serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,
pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke
forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau
vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona
transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital
yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal
1. Keputihan
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan
Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina
ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian,
2. Perdarahan
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak)
merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak
ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid,
amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan
intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini
yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus
yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam
(vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna
merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat
terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
3. Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut,
gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning,
berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering
terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki,
F. Penatalaksanaan
1. Radiasi
- Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
2. Operasi
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi,
odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering
menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran
darah.
Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari
karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air.
pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir
yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal
a. Kepala
- Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran kelenjer getah bening
b. Dada
c. Cardiac
d. Abdomen
e. Genetalia
f. Ekstremitas
Tidak oedema
Do :
dan makan
- perubahan TD
- Penurunan BB yg tiba-tiba
3. Ds : - - Supresi sum- Resiko infeksi
Do : - sum tulang
- Penurunan
leukosit
4. Ds : - Gangguan Pola nafas tidak
Do : - Pertukaran O2
inspirasi /ekspirasi
nafas
5. Ds : - - Perdarahan Resiko cidera
Do : - berulang
- anemia
6. Ds : Keputihan Gangguan harga
negative diri
Do :
Membesar-besarkan
permasalahan
diri
7. Ds : Asupan cairan Gangguan
Mual
abdomen ( borborigmi)
Muntah
B. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase neoplasma.
2. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia pasca
tindakan kemoterapi.
3. Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan serta ancaman
kematian.
4. Gangguan interaksi sosial berhungan dengan rasa malu sekunder bau busuk nekrosis jaringan
cerviks.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemoterapi.
C. Intervensi
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry,
1997).
Melaksanakan intervensi yang telah ditetapkan berdasarkan diagnose yang ditemukan pada
klien.
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi
perdarahan.
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan
8. Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari
adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya
(FKUI, 1990; FKKP, 1997).
Etiologi
Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
3. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian menunjukkan bahwa 10-30 %
wanita pada usia 30’an tahun yang sexually active pernah menderita infeksi HPV (termasuk
infeksi pada daerah vulva). Persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki
banyak pasangan seksual. Pada sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan
bersifat menetap.
Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin dbanyak berganti-ganti
pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya
sel-sel mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH
yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang terjadinya perubahan kearah displasia.
6. Wanita merokok, karena hal tersebut dapat menurunkan daya tahan tubuh.
Faktor Resiko
1. Usia.
2. Jumlah perkawinan
3. Hygiene dan sirkumsisi
5. Pola seksual
7. Merokok
Klasifikasi
1. Perdarahan
2. Keputihan yang berbau dan tidak gatal
3. Cepat lelah
5. Anemia
Manifestasi Klinis
Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau puralen yang berbau
dan tidak gatal, perdarahan pascakoitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas. Dapat
juga ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia. Pada pemeriksaan fisik
serviks dapat teraba membesar, ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka
terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan dengan
pemeriksaan histologi dan jaringan yang diperoleh dari biopsi.
Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap pengobatan
95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani
histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat
deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80%
rekurensi dalam 2 tahun.
Pemeriksaan Penunjang
Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks.
Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada
dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan
pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
Kolposkopi
Servikografi
Penatalaksaan Medis
Tingkat Penatalaksaan
0 Biopsi kerucut
Ia Histerektomi trasnsvaginal
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi
Pengkaijan
1. Identitas klien.
2. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak
gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk
memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan
keluarga.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian
dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit
menular lain.
6. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan agaimana
pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
• Perdarahan
• keputihan
2. palpasi
• nyeri abdomen
• nyeri punggung bawah
Pemeriksaan Dignostik
1. Sitologi
2. Biopsi
3. Kolposkopi
4. Servikografi
5. Gineskopi
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian
kemoterapi.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan
prognosis yang tak menentu.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran
pasien dalam keluarga.
Intervensi
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang
ditentukan.
Pantau masukan makanan oleh klien.
Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan
diet.
Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian
kemoterapi.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak
mungkin dengan diimbangi aktifitas.
Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan yang
dialami.
Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan
prognosis yang tak menentu.
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
Intervensi:
Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang kondusif.
Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
Dorong harapan yang realistis.
Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
Berikan dorongan spiritual.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran
pasien dalam keluarga.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan
mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
Intervensi :
Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam keluarga
dan komunitasnya.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang dibutuhkan
sehubungan dengan penyakitnya.
Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran
anggota yang sakit.
Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC : Jakarta
A. Definisi
Karsinoma serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Karsinoma serviks
merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio).
Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina (Cunningham, 2010).
B. Insiden
Kanker mulut rahim (serviks) masih menjadi problem kesehatan bagi wanita, sebab
penyakit akibat human papilloma virus (HPV) tersebut menjadi “mesin pembunuh” di kalangan
kaum wanita. Kasus kanker tersebut sangat mengkhawatirkan, karena angka kejadiannya
menunjukkan trend meningkat.
Berdasarkan data di RSU dr Soetomo, tiap hari tak kurang dari delapan pasien baru kanker
leher rahim berobat, dalam setahun diperkirakan terdapat 700-800 pasien baru. Kebanyakan
pasien yang berobat berusia 40-50 tahun Frekuensi relatif di Indonesia adalah 27% berdasarkan
data patologik atau 16% berdasarkan data rumah sakit. Lebih dari tiga perempat kanker
ginekologi di RSCM adalah kanker serviks dan 62% di antaranya dengan stadium lanjut
(stadium II-III), dan merupakan penyebab kematian terbanyak di antara kematian kanker
ginekologik yaitu 66%. Di RSUD dr.Soeroto Ngawi pada tahun 2007 jumlah penderita kanker
serviks sebanyak 54 (Suhartini, 2010).
C. Etiologi
Penyebab karsinoma serviks masih berupa perkiraan, tetapi sebagian besar data
epidemiologik memasukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual. Penyebab
utamanya adalah virus yang disebut Human Papilloma (HPV) yang dapat menyebabkan kanker.
HPV 16 dan 18 secara bersama mewakili 70% penyebab kanker serviks.Biasanya sebagian besar
infeksi akan sembuh dengan sendirinya namun kadang bisa menjadi infeksi persisten yang dapat
berkembang menjadi kanker serviks (Cunningham, 2010). Virus HPV dapat ditularkan melalui
hubungan seksual. Penularan dapat juga terjadi meski tidak melalui hubungan seksual dan HPV
dapat bertahan dalam suhu panas (Cunningham, 2010).
D. Faktor Risiko
Menurut Prayitno (2005), penyebab langsung dari kanker serviks belum diketahui, namun
kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrensik, yang penting
meliputi:
1. Insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin, terutama pada gadis yang koitus pertama pada
usia muda (<16 tahun),
Hal ini terjadi karena SCJ (Squoamo Columnar Junction) wanita ini berada diluar OUE (osteum
uteri eksternum), sehingga mudah terkena infeksi serviks (Wiknjosastro, 2006).
2. Tingginya paritas (lebih dari dua anak),
Wanita dengan banyak anak diperkirakan serviks pada wanita ini sering menggalami
infeksi, sehingga terjadinya infeksi yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya kanker
serviks (Wiknjosastro,2006)
3. Berganti-ganti pasangan seksual,
4. Riwayat penyakit menular seksual (HPV),
5. Kebiasaan merokok,
6. Higiene seksual yang buruk,
7. Status sosial ekonomi yang rendah,
8. Kontrasepsi oral
G. Patofisiologi
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel
kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel
kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina
yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK
(Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel
skuamosa baru dengan epitel kolumnar (Rahmawan, 2009).
Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya mutagen atau
bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia
dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah
transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual
dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang
mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan
epitel yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang
mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah
gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis
masih utuh (Rahmawan, 2009). Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel
Serviks (NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari ; NIS 1,
untuk displasia ringan; NIS 2, untuk displasia sedang; dan NIS 3, untuk displasia berat dan
karsinoma in-situ.
Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai dari
displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian berkembang menjadi
karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 30-35% NIS mengalami regresi,
yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan
berkembang menjadi progresif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial
menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009)
7. Pucat, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah sekitar panggul
8. Bila kanker sudah mencapai Stadium Tiga keatas, maka akan terjadi pembengkakan di
berbagai anggota tubuh seperti betis, paha dan sebagainya.
Apabila kanker serviks tidak ditangani, pada stadium lanjut ketika tumor keluar serviks
dan melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti, nyeri yang menjalar
ke pinggul atau kaki, hal ini menandakan keterlibatan ureter, dinding panggul atau nervus
skiatik. Beberapa penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuri, perdarahan rektum, sampai
sulit berkemih dan buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening, tungkai bawah dapat
menimbulkan oedema tungkai bawah, atau terjadi uremia bila terjadi penyumbatan kedua ureter
(Wiknjosastro, 2006).
I. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut WHO, wanita berusia antara 25 dan 65 tahun hendaknya menjalani screening test
untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan awal. Wanita di bawah usia 25 tahun hampir
tidak pernah terserang kanker serviks dan tidak perlu di-screening. Wanita yang tidak pernah
berhubungan badan juga tidak perlu di-screening.
1. Tes Pap Smear
Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan melakukan Pap
Smear secara teratur. Tes Pap adalah suatu tes yang digunakan untuk mengamati sel-sel leher
rahim. Tes Pap dapat menemukan adanya kanker leher rahim atau sel abnormal (pra-kanker)
yang dapat menyebabkan kanker serviks (Bryant, 2012). Hal yang paling sering terjadi
adalah, sel-sel abnormal yang ditemukan oleh tes Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel
yang sama dapat dipakai untuk pengujian infeksi HPV (Puteh, 2008).
2. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupakan metode
pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati
apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat
dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Bryant, 2012).
Jika hasil tes Pap atau IVA anda tidak normal, dokter akan menganjurkan tes lain untuk
membuat diagnosis yaitu Kolposkopi: Dokter menggunakan kolposkop untuk melihat leher
rahim. Kolposkop menggunakan cahaya terang dan lensa pembesar untuk membuat jaringan
lebih mudah dilihat. Alat ini tidak dimasukkan ke dalam vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan
di tempat praktek dokter atau klinik.
Biopsi: Dengan bius lokal, jaringan yang dimiliki wanita diambil di tempat praktek
dokter. Lalu seorang ahli patologi memeriksa jaringan di bawah mikroskop untuk memeriksa
adanya sel-sel abnormal.
Punch Biopsi: Dokter menggunakan alat yang tajam untuk menjumput sampel kecil
jaringan serviks.
LEEP: Dokter menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris sepotong, bulat tipis
dari jaringan serviks.
Endoservikal kuret: Dokter menggunakan kuret (alat, kecil berbentuk sendok) untuk
mengikis contoh kecil jaringan dari leher rahim. Beberapa dokter mungkin menggunakan kuas
tipis lembut, bukan kuret.
Conization: Dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk kerucut. Sebuah
conization, atau biopsi kerucut, memungkinkan ahli patologi melihat apakah ada sel-sel
abnormal dalam jaringan di bawah permukaan leher rahim. Para dokter mungkin melakukan tes
ini di rumah sakit dengan anestesi / bius total.
Pengambilan sampel jaringan dari leher rahim dapat menyebabkan perdarahan. Daerah
ini biasanya sembuh dengan cepat. Beberapa wanita juga merasakan rasa sakit yang mirip
dengan kram menstruasi. Dokter dapat meresepkan obat yang akan membantu mengurangi
rasa sakit (Bryant, 2012).
J. Penatalaksanaan
Wanita dengan kanker prainvasif dapat diterapi dengan :
1. Bedah krio
2. Elektrokauter
3. Laser
4. LEEP (loop electrosurgical excision procedure)
5. Ionisasi serviks
Stadium I-IIA dapat diterapi dengan pembedahan (histerektomi),radiasi (limfadenektomi
bilateral) atau pembedahan-radiasi. Stadium IIB-IV diterapi primer dengan radiasi saja.
Pemberian kemoterapi, zat-zat radio sensitif, oksigen hiperbarik, dan hipertermia diberikan
bersamaan dengan terapi radiasi (Gale, 2000).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas
dan perubahan bentuk tubuh.
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan
dengan pasangan dan keluarga.
c. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya
edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
d. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
e. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
f. Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan perawatan diri
(Doenges, 2000).
3. Intervensi Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas
dan perubahan bentuk tubuh.
Ditandai dengan : Peningkatan ketegangan, gemetaran, ketakutan, gelisah, mengekspresikan
masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.
Tujuan : Rasa cemas pasien hilang/tidak cemas lagi
Kriteria Hasil : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut dan
cemas
Intervensi:
1) Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker. Tentukan apakah
dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah dicapai.
Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada
pengalaman pada kanker.
2) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalaahn konsep
tentang diagnostik.
3) Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari memperdebatkan tentang
persepsi pasien terhadap situasi.
Rasional : Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan/ pilihan
berdasarkan realita.
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan
dengan pasangan dan keluarga
Ditandai dengan : Mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak
berdaya, putus asa, dan tidak mampu. Tidak mengambil tanggung jawab untuk perawatan diri,
kurang mengikuti perubahan pada persepsi diri/persepsi orang lain tentang peran.
Tujuan : Meningkatkan harga diri pasien
Kriteria Hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri dalam
situasi.
Intervensi :
1) Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan pada peran sebagai
ibu rumah tangga, orang tua dan sebagainya.
Rasional : Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan
atau merangsang kemajuan penyakit.
2) Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.
Rasional : Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk tindakan apapun
perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.
3) Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase
pengobatan.
Rasional : Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker atau
efek samping terapi, banyak memerlukan dukungan tambahan selama periode ini.
4) Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).
Rasional : Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk pasien/ orang
terdekat, memberikan kontak dengan pasien dengan kanker pada berbagai tingkatan pengobatan
dan/atau pemulihan.
c. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya
edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
Ditandai dengan : Sensasi kandung kemih penuh, tiba-tiba, frekuensi sedikit untuk berkemih atau
tak ada keluarnya urins, inkontinensia aliran berlebihan, distensi kandung kemih.
Tujuan : Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
Kriteria Hasil : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.
Intervensi :
1) Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
Rasional : Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah
sedikit/kurang (< 100 ml).
2) Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyaman, penuh ketidakmampuan berkemih.
Rasional : Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas simpisis pubis
menunjukkan retensi urine.
3) Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air pada baskom, penyiraman air hangat
pada perineum.
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih.
4) Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
Rasional : Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK asenden.
5) Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
Rasional : Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya kateter intermitten/ tak
menetap meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan parineal.
6) Pemasangan kateter bila diindikasikan
Rasional : Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandungan kemih/retensi
kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih.
d. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
Ditandai dengan : adanya keluhan nyeri, perilaku berhati-hati.
Kriteria Hasil : Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh
minimal.
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang
Intervensi :
1) Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 0-10) dan
tindakan kehilangan yang digunakan.
Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan
intervensi.
2) Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi, gosokkan punggung) dan aktifitas
hiburan (misalnya musik, televisi).
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
3) Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, sentuhan terapeutik)
Rasional : Memungkinkan pasien berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol nyeri
4) Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik sesuai dengan indikasi
Rasional : Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,meskipun respon individual berbeda-beda.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
Ditandai dengan : berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan bentuk
tubuh
Tujuan : tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil : penambahan berat badan progresif ke arah tujuan normalisasi
Intervensi :
1) Pantau masukan makanan
Rasional : mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi
2) Ukur TB, BB setiap hari sesuai indikasi
Rasional : membantu mengidentifikasi malnutrisi protein-kalori
3) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan adekuat
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga dengan cairan
f. Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit, dan kebutuhan pengobatan
Ditandai dengan : pernyataan/meminta informasi, mengungkapkan masalah, salah persepsi
Tujuan : pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
Kriteria Hasil : mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan
dan melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan.
Intervensi :
1) Bantu pasien menentukan persepsi tentang kanker dan pengobatan
Rasional : membantu identifikasi ide, sikap, dan rasa takut
2) Berikan informasi yang jelas dan akurat
Rasional : membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang diperlukan
3) Minta pasien memberikan umpan balik verbal, dan perbaiki kesalahan konsep
Rasional : kesalaahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada kenyataan dan
mempengaruhi pengobatan/penurunan penyembuhan.
(Doenges, 2000).
4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
a. Ansietas pasien berkurang
b. Meningkatkan harga diri pasien
c. Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
d. Nyeri hilang/berkurang
e. tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
f. pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
(Doenges, 2000).
Daftar Pustaka
Bryant, E. (2012). The Impact of policy and screening on cervical cancer in england. British Journal
of Nursing , Volume 21, s4-s10.
Cunningham, F. G. (2010). Dasar- dasar ginekologi & obstetri. Jakarta: EGC.
Doenges, M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Gale, D. (2000). Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta: EGC.
Prayitno, A. (2005). Ekspresi protein p53, Rb, dan c-myc pada kanker serviks uteri dengan pengecatan
immunohistokimia. Biodiversitas , Volume 6, Nomor 3, 157-159.
Puteh, S. E. (2008). Economic burden of cervical cancer in malaysia. Med J Indones , Volume 17, 272-
280.
Rahmawan, A. (2009). Kanker serviks pada kehamilan. Banjarmasin: Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan.
Suhartini, & Herlina, T. (2010). Hubungan antara menikah dan paritas dengan kejadian kanker serviks
di RSUD DR.Soeroto ngawi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes , Vol.I No.1 , 41-46.
Wiknjosastro, H. (2006). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarw