Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN, ASUHAN KEPERAWATAN DAN

ANALISIS JURNAL PADA PASIEN CA SERVIKS

OLEH:

AHMAD ASSIDDIQY

(1914314901001)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG

2020
LAPORAN PENDAHULUAN CA SERVIKS

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA

Menurut Langhorne, Fulton, dan Otto (2011), serviks atau leher rahim
adalah sepertiga lebih rendah dari rahim atau uterus. Tubular serviks
memanjang hingga ke bawah ke bagian atas vagina. Serviks mengelilingi
pembukaan disebut lubang serviks, rahim berbentuk silinder jaringan yang
menghubungkan vaginadan uterus. Serviks terbuat dari tulang rawan yang
ditutupi oleh jaringan halus, lembap, dan tebalnya sekitar 1 inci. Ada dua
bagian utama dari serviks, yaitu ektoserviks dan endiserviks.
Bagaian serviks yang dapat dilihat dari luar selama pemeriksaan
ginekologi di kenal sebagai ektoserviks. Pembuka dipusat ektoserviks, dikenal
sebagai os eksternal, membuka untuk memisahkan bagian antara uterys dan
vagina. Endoserviks atau kanal endoserviks, adala sebuah terowongan melalui
serviks, dari os eksternal ke dalam uterus.
Selama masa praremaja, endoserviks terletak dibagian serviks
(Langhorne, Fulton, dan Otto, 2011). Pembatasan tumpang tindih antara
endosrviks dan ektoserviks di sebut zona transformasi. Serviks menghasilkan
lendir serviks yang konsistensi atau kekentalannya berubah selama siklus
menstruasi untuk mencgah atau mempromosikan kehamilan.
Zona transformasi dari waktu ke waktu menjadi lebuh rapuh, sel-sel
epitel kolumnar digantikan dengan sel-sel epitel skuamosa. Daerah ini sangat
rentan terhadap perubahan prakanker (displasia) karena tingkat turnover yang
tinggi dan tingkat pematangan sel rendah (Rahayu, 2015).

2. DEFINISI

Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan


pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk
menyerang jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel
ketempat yang jauh (metastasis) (Wuto, 2008 dalam Padila, 2012).
Kanker leher rahim sering juga disebut kanker mulut rahim,
merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada wanita
(Edianto, 2006 dalam Padila, 2012).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997 dalam
Padila, 2012).
3. KLASIFIKASI
Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia
berat terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat dibedakan
dengan karsinoma insitu.
2. Stadium Karsinoma Insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang
tumbuh di daerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel
cadangan endoserviks.
3. Stadium Karsinoma Mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan
sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi
pada stoma sejauh tidak lebih 5mm dari membrana basalis, biasanya
tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
4. Stadium Karsinoma Invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol
besar dan bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea bibir
posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan
formiks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk Kelainan Dalam Pertumbuhan Karsinoma Serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tunbuh kearah vagina
dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina,
bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambat laun lesi berubah bentuk menjadi ulkus (Padila, 2012).

Makroskopik
1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servitis kronik biasa
2. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3. Stadium setengah lanjut
Tengah mengalami sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti
ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah (Padila, 2012).

Klasifikasi Ca Serviks berdasarkan Tingkat Keparahannya

1. Stage 0: Ca. Pre invasive


2. Stage 1: Ca. Terdapat pada serviks
3. Stage Ia: disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara
hispatologi
4. Stage Ib: semua kasus lainnya dari stage I
5. Stage II: sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul
telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian
proksimal
6. Stage III: sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah
vagina
7. Stage IIIb : sudah mengenai organ-organ lain (Padila, 2012).
4. ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksusal semakin besar, mendapat kanker serviks. Kawin pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
2. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
3. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan bergant-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks
ini.
4. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma (HPV) atau
virus kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker
serviks.
5. Soal Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas
tubuh.
6. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan
smegma.
7. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks
(Padila, 2012).
8. Radioterapi dan Pap Smear
Karsinoma sel skuamosa adalah salah satu akibat tidak efektifnya
radioterapi sebagai pengobatan utama dalam kasus adenocarcinoma.
Meningkatnya penggunaan tes Pap untuk deteksi dini penyakit ini tapi
masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas kanker terkait di
negara-negara berkembang karena kurangnya program skrining (Rubina
Mukhtar, 2015).
5. PATOFISIOLOGI
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi
yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu
(KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari
karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun.
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali
adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia
ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya
akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan
tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma
serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke
kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks,
parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria.
Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona
transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen
pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat
serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Brunner &
Sudart, 2010)
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar
junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio)
dan endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan
dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel
endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak
SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita
muda SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita
berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks, Oleh karena itu
pada wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan
terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan displasia dari SCJ tersebut.
Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum
karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel
serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga
berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar
menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat
pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering
dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara
morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi
tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar.
Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah transformasi.
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu
factor penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses
karsinogenesis asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan
DNA sel tuan rumah sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang
mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga
terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan,
displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian
berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-
situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. (Sjamsuhidajat,1997 dalam
Prawirohardjo,2010).
Penggunaan
Free Sex Merokok Defisit
Alat
PATHWAY perawatan diri
Cedera serviks saat Kekebalan (vulva higiene)
pemasangan tubuh
menurun

Invasi HPV

Hubungan seksual
Jumlah kelahiran
(< 20 tahun). Infeksi HPV
dan partus

Pertumbuhan sel
Efek anastesi abnormal di labia
Proses Metaplasy
mayora dan
Anastesi Lemah Mitosis sel eksoserviks dan endoserviks minora

Intoleransi Aktivitas Mual,


Histerektomi total Metaplasia skuamosa
muntah,
Non Kemotera anoreksi
Tindakan pembedahan Ca. Cerviks
Pembedahan pi
Histerektomi Radikal Penurunan BB
Vaskularisasi Menembus sel Merusak struktur
Luka perdarahan jaringan jaringan serviks Risiko
terganggu Struma serviks ketidakseimbangan
Jaringan terbuka Peradangan endoserviks Menginvasi organ nutrisi kurang dari
dan eksoserviks lain kebutuhan tubuh
Risiko Infeksi Nekrosis jaringan Meluas ke
jaringan, Rektum Fistula Uretra Vagina

Keputihan dan bau pembukuh limfe


dan vena Fistula Fistula Fistula
busuk
Rektum rekto vagina
vagina
Dinding
Gangguan konsep
pembuluh Infiltrasi Infiltrasi ke
diri: HDR
terdesak ke syaraf Perdarahan uretra
rektum
Perdarahan spontan Nyeri Gangguan
Akut Eliminasi
Gangguan Perfusi Urin
Anemia Trombositopenia
Jaringan
6. MANIFESTASI KLINIS
a. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang
perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal
perdarahan terjadi lambat.
b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada
perdarahan. Pada stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih
banyakdisertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau (Padila, 2012).
Tanda dan Gejala kanker servik menurut Dedeh Sri Rahayu tahun 2015:
a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh.
Terkadang bercampur darah.
b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%.
c. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh
darah dan semakin lam semakin sering terjadi.
d. Perdarahan pada wanita menopause
e. Anemia
f. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang
menyebabkan obstruksi total
g. Nyeri
1) Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam
berkemih, nyeri di daerah di sekitar panggul.
2) Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi
pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan
sebagainya.
Menurut Ricci (2009), tersangka kanker serviks stadium lanjut antara lain
a. Nyeri panggul,
b. Nyeri pinggul,
c. Nyeri kaki,
d. Penurunan berat badan,
e. Anoreksia,
f. Kelemahan dan kelelahan,
(Dedeh Sri Rahayu,2015)
Menurut Rubina Mukhtar tahun 2015 menyatakan bahwa tanda dan gejala
Ca. Serviks adalah perdarahan vagina abnormal seperti pendarahan pasca
menopause, menstruasi tidak teratur, menstruasi berat, metrorhagia
menyakitkan, atau perdarahan postcoital. Keputihan abnormal adalah keluhan
utama dari sekitar 10% dari pasien; debit mungkin berair, bernanah, atau
berlendir. Gejala panggul atau nyeri perut dan saluran kencing atau rektum
terjadi dalam kasus-kasus lanjutan. Nyeri panggul mungkin hasil dari loco
penyakit regional invasif atau dari penyakit radang panggul hidup
berdampingan.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidakterlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokasinya.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena dapat
mengikal yodium. Jika porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang
normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak
berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu
dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan, dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan, hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak
terlihat.
1. Kolpomikroskopi
melihat hapusan vagina (Pap Smeardengan pembesaran sampai 200 kali.
2. Biopsi
Biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
3. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks dan
epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi
meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas
(Padila, 2012).
8. PENATALAKSANAAN
a. Irradiasi
1. Dapat dipakai untuk semua stadium
2. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
3. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
b. Dosis
Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks

c. Komplikasi irradiasi
1. Kerentanan kandungan kencing
2. Diarrhea
3. Perdarahan rectal
4. Fistula vesico atau rectovaginasis
d. Operasi
1. Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II
2. Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal
e. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya
dapat mengalami kesukaran dansering menyebabkan fistula, disamping itu
juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
f. Cytostatik
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari
karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten
bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama (Padila, 2012).
g. Vaksinasi
Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan
kesehatan perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker serviks
(Rubina Mukhtar, 2015).
9. KOMPLIKASI
Komplikasinya mencakup infark miokardium, hemoragi, sepsis,
obstruksi perkemihan, pielonefritis, CVA, pembentukan fistula (Sylvia
Anderson Price, 2005).
Nyeri pinggang mungkin merupakan gejala dari hidronefrosis, sering
dipersulit oleh pielonefritis. Nyeri siatik, kaki edema, dan hidronefrosis
hampir selalu dikaitkan dengan keterlibatan dinding panggul luas oleh
tumor. Pasien dengan tumor yang sangat canggih mungkin memiliki
heamaturia atau inkontinensia dari fistula vesikovaginal yang disebabkan
oleh perluasan langsung dari tumor kandung kemih. Kompresi eksternal dari
rektum oleh tumor primer besar dapat menyebabkan sembelit (Rubina
Mukhtar, 2015).
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, dan riwayat penyakit terdahulu.
b. Keluhan Utama
Perdarahan dan keputihan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
d. Klien datang dengan keluhan perdarahan pasca coitus dan terdapat
keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien
atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala
dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk
memberi perawatan atau membawa ke rumah sakit dengan segera, serta
kurangnya pengetahuan keluarga.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah
mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien
pernah menderita penyakit infeksi.
f. Riwayat Keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
seperti ini atau penyakit menular lain.
g. Psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah
dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
h. Pemeriksaan Fisik Fokus
1. Kepala
a) Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
a. Wajah : tidak ada oedema, Ekspresi wajah ibu menahan nyeri
(meringis), Raut wajah pucat.
b) Mata : konjunctiva tidak anemis
c) Hidung : simetris, tidak ada sputum
d) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
e) Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab,
tidak terdapat lesi
f) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada
pembesaran kelenjer getah bening
2. Dada
a) Inspeksi : simetris
b) Perkusi : sonor seluruh lap paru
c) Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
Auskultasi : vesikuler, perubahan tekanan darah
3. Cardiac
a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
b) Palpasi : ictus cordis teraba, v Perubahan denyut nadi
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : tidak ada bising
4. Abdomen
a) Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa nyeri di
daerah abdomen.
b) Palapasi : ada nyeri tekan
c) Perkusi : tympani
d) Auskultasi : bising usus normal
5. Genetalia
Inspeksi
b. Ada lesi.
c. Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk.
d. Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar.
e. Urine bercampur darah (hematuria).
Palpasi
Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
6. Ekstremitas dan Kulit
Tidak oedema, Kelemahan pada pasien, Keringat dingin.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia.
2 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
dan muntah.
3 Nyeri akut berhubungan dengan pertumbuhan jaringan abnormal.
4 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan port de entrée bakteri.
5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan paska anastesi.
6 Harga diri rendah berhubungan dengan timbulnya keputihan dan bau.
7 Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
8 Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan fistula pada vagina.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia.
Tujuan : mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap
terjadinya komplikasi perdarahan.
Intervensi :
1. Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit Hb serta jumlah trombosit.
2. Berikan cairan secara cepat.
3. Pantau dan atur kecepatan infus.
4. Kolaborasi dalam pemberian infus
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
muntah.
Tujuan : masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan
tubuh.
Intervensi :
1. Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
2. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai
dengan diet yang ditentukan.
3. Pantau masukan makalan oleh klien.
4. Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika diperlukan dan
sesuai dengan diet.
5. Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan port de entree bakteri.

Tujuan :
Infeksi menurun dan tidak terdapat tanda–tanda infeksi.
Intervensi :
1. Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
2. Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
3. Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan.
4. Anjurkan pasien istirahat sesuai kebutuhan.
5. Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotic.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan paska anastesi.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal.
Intervensi :
1. Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
2. Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur
sebanyak mungkin dengan diimbangi aktivitas.
3. Bantu pasien merencanakan aktivitas berdasarkan pola istirahat atau
keletihan yang dialami.
4. Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
5. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
4. EVALUASI
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
a. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap
terjadinya komplikasi pendarahan.
b. Kebutuhan nutrisi dan kalori pasien tercukupi kebutuhan tubuh.
c. Melaporkan nyeri berkurang.
d. Tidak ada tanda-tanda vital infeksi.
e. Pasien bebas dari pendarahan dan hipoksis jaringan.
f. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
1.Bilotta, Kimberly A. J. 2011. Kapita Selekta Penyakit: Implikasi Keperawatan.
Jakarta: EGC.
2.Brunner & Suddart. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
3.Mukhtar, Rubina., et al. 2015. Prevalence of Cervical Cancer in Developing
Country: Pakistan. US: Global Journal.

4.Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
MediAction Publishing.
5. Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Media.
6. Prawirohardjo, sarwono, 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan bina
pustaka.
7.Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
8. Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba
Medika.
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN
Persepti: Ahmad Assiddiqy Perseptor: CI
A. Tujuan yang ingin dicapai
TUK
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker serviks
TIK
1. Dapat melakukan pengkajian terhadap klien dengan kanker serviks
2. Dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat
B. Rencana Kegiatan

No. Jenis Kegiatan Waktu Kriteria Hasil


1. Melakukan pengkajian Hari ke-1 Mampu melakukan
pengkajian
2. Menemukan masalah Hari ke- 2 Mampu menemukan
masalah
3. Menentukan prioritas Hari ke-3 Mampu menentukan
masalah dan memberikan prioritas masalah dan
asuhan keperawatan mampu memberikan
asuhan keperawatan
yang tepat
4. Memberikan asuhan Hari ke-4 mampu memberikan
keperawatan dan evaluasi asuhan keperawatan
tindakan yang tepat
5. Memberikan asuhan Hari ke-5 6 mampu memberikan
keperawatan dan evaluasi asuhan keperawatan
tindakan yang tepat

C. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan


Mahasiswa mampu melakukan kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan

Menyetujui,
Pembimbing
Kasus GINEK (CA serviks)
Ny. SW/ 48 tahun, No.Reg 20067xx, Agama Islam, Pendidikan terakhir SMP,
pekerjaan Swasta, Alamat Wonorejo-Pasuruan Diagnosa Medis : Carsinoma
Serviks St II. Post Hysterectomy, Syok Hipovolemia, Tanggal MRS 12 Maret
2020, Tgl Pengkajian : 31 Maret 2020, 11.00WIB, Golongan Darah O, Suami Bp.
B, usia 49 tahun, Pendidikan terakhir SMP, Agama Islam, Pekerjaan swasta,
Golongan Darah O, rata2 penghasilan 2 juta perbulan, dan istri sebagai ibu rumah
tangga. Kondisi pasien terpasang ETT dan pengaruh sedasi. Pasien menjalani
operasi Radikal histerektomi dengan indikasi carcinoma serviks stadium 2 di
kamar operasi sejak jam 07.30 wib-10.00 WIB. Saat durante operasi pasien
mengalami perdarahan sekitar 4000 cc. setelah dilakukan stabilisasi dan resusitasi,
pasien di transfer ke ICU untuk mendapatkan perawatan intensif. Pasien datang di
icu 30 menit yang lalu dengan indikasi perawatan intensif syok hipovolemik.
Alloanamnesis (suami). Pasien mengeluh sakit perut di daerah kandung kencing
sejak 4 bulan yang lalu, karena rasa sakit hilang timbul pasien menganggap biasa
mungkin karena kurang minum. Pada tanggal 10 Maret yang lalu pasien
memeriksakan diri ke rumah sakit di Pasuruan ke bagian kandungan karena ada
perdarahan pervagina padahal pasien sudah menopause sejak 4 tahun yang lalu.
Oleh dokter kandungan di diagnose Ca serviks karena berdasarkan hasil pap
smear (IVA Test) pasien positif. Akhirnya pasien diberi obat jalan sambil
menunggu jadwal USG, namun pada tanggal 12 Maret karena darah yang keliar
melalui vagina tidak berhenti dan pasien merasa semakin lemas dan lemah
akhirnya pasien dan keluarga memutuskan untuk periksa ke RSSA dan MRS pada
tanggal tersebut, diagnose Ca serviks St 2, anemia dan hipotensi. Riwayat
keluarga menurut suami kakak perempuan dari istrinya meninggal 2 tahun yang
lalu karena tumor di perut, di rawat di rs Bangil.
Kondisi umum pasien tidur terlentang, dengan head up elevasi 15 derajat,
terpasang CVC serta pernafasan terkontrol dengan ventilasi mekanik dengan
pemeriksaan tanda-tanda vital antara lain Suhu Tubuh 35.80C, Denyut Nadi
138x/menit, Tekanan Darah 81/45 mmHg, Pernafasan 16 kontrol penuh
ventilator, TB / BB 150 cm, BB saat masuk rumah sakit 45 Kg ,CVP 4 mmHg
orang terdekat dengan pasien adalah Suami dan anak yang ke 2, Interaksi dengan
lingkungan : menurut suami sebelum sakit pasien merupakan karyawan pabrik
rokok dan aktif diperkumpulan karyawan pabrik. Komunikasi pasien terbiasa
bersosialisasi dan berkomunikasi dengan dialeg Bahasa Madura., komunikasi baik
tidak ada masalah dengan orang lain. Pola Koping dan Stress : menurut suami,
pasien adalah pribadi yang pendiam dan tahan terhadap sakit, saat mengetahui jik
pasien sakit kanker pasien sempat stress, namun tetap tabah dan menerima.
Persepsi terhadap penyakit : saat mengetahui jika pasien sakit kanker, pasien
sempat stress, namun sudah bisa menerima hingga mau untuk dioperasi. Harapan
setelah sakit : sebelum operasi pasien sempat mengatakan mau operasi agar cepat
sembuh dan bisa momong cucu. Bantuan yang diberikan oleh keluarga selama
sakit : suami dan keluarga mendukung penuh keputusan pasien untuk opersi
dengan segala resiko, yang penting melakukan yang terbaik.
ASUHAN KEPERAWATAN
LEMBAR PENGKAJIAN MATERNITAS (GINEKOLOGI)

Nama Mahasiswa: Ahmad Assiddiqy Tempat Praktik:


NIM : 1914314901001 Tgl. Praktek :
______________________________________________________________
________
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA :
Nama Pasien : Ny. SW/48 Tahun
No.Reg : 20067xx
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Penghasilan :-
Alamat : Wonorejo-Pasuruan
Diagnosa Medis : CarsinomaServiks St II.Post Hysterectomy,Syok
Hipovolemia
Tanggal MRS : 12 Maret 2020
Tgl Pengkajian : 31 Maret 2020
Golongan Darah : Golongan darah O

Suami
Nama : Bp. B
Umur : 49 tahun
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : 2 juta perbulan
Golongan Darah :Golongan darah O

2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh lemas dan lemah karna perdarahan pervagina

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pada tanggal 10 Maret yang lalu pasien memeriksakan diri ke rumah sakit
di Pasuruan ke bagian kandungan karena ada perdarahan pervagina
padahal pasien sudah menopause sejak 4 tahun yang lalu. Oleh dokter
kandungan di diagnose Ca serviks karena berdasarkan hasil pap smear
(IVA Test) pasien positif. Akhirnya pasien diberi obat jalan sambil
menunggu jadwal USG, namun pada tanggal 12 Maret karena darah yang
keliar melalui vagina tidak berhenti dan pasien merasa semakin lemas dan
lemah akhirnya pasien dan keluarga memutuskan untuk periksa ke RSSA
dan MRS pada tanggal 12 maret 2020 dan diagnose Ca serviks St 2,
anemia dan hipotensi. Kondisi pasien terpasang ETT dan pengaruh sedasi.
Pasien menjalani operasi Radikal histerektomi dengan indikasi carcinoma
serviks stadium 2 di kamar operasi sejak jam 07.30 wib-10.00 WIB. Saat
durante operasi pasien mengalami perdarahan sekitar 4000 cc. setelah
dilakukan stabilisasi dan resusitasi, pasien di transfer ke ICU untuk
mendapatkan perawatan intensif. Pasien datang di icu 30 menit yang lalu
dengan indikasi perawatan intensif syok hipovolemik.

4. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU


Pasien mengeluh sakit perut di daerah kandung kencing sejak 4 bulan yang
lalu, karena rasa sakit hilang timbul pasien menganggap biasa mungkin
karena kurang minum.

5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Riwayat keluarga menurut suami kakak perempuan dari istrinya meninggal
2 tahun yang lalu karena tumor di perut, di rawat di rs Bangil.

GENOGRAM

Keterangan :

Pasien
: Pasien
: Tinggal dalam satu rumah
6. DATA PSIKOSOSIAL
- orang terdekat dengan pasien : Suami dan anak yang ke 2
- Interaksi dengan lingkungan : menurut suami sebelum sakit pasien
merupakan karyawan pabrik rokok dan aktif diperkumpulan karyawan
pabrik.
- Komunikasi : pasien terbiasa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan
dialeg Bahasa Madura., komunikasi baik tidak ada masalah dengan orang
lain
- Pola Koping dan Stress : menurut suami, pasien adalah pribadi yang
pendiam dan tahan terhadap sakit, saat mengetahui jik pasien sakit kanker
pasien sempat stress, namun tetap tabah dan menerima.
- Persepsi terhadap penyakit : saat mengetahui jika pasien sakit kanker,
pasien sempat stress, namun sudah bisa menerima hingga mau untuk
dioperasi.
- Harapan setelah sakit : sebelum operasi pasien sempat mengatakan mau
operasi agar cepat sembuh dan bisa momong cucu.
- Pola seksualitas selama sakit : Tidak terkaji
- Bantuan yang diberikan oleh keluarga selama sakit : suami dan keluarga
mendukung penuh keputusan pasien untuk opersi dengan segala resiko,
yang penting melakukan yang terbaik
7. POLA SEHARI – HARI
(Makan, istirahat, tidur, eliminasi, aktifitas, kebersihan)
Pola
No Di Rumah Di Rumah Sakit
sehari-hari
1. Makan 3x sehari, nasi lauk Di ICU Belum diit
sayuran
2. Istirahat/ 6-8 jam, tidur siang Pasien tersedasi
Tidur jarang karena
bekerja
3. Eliminasi BAB 1-2x sehari Di ICU Belum BAB
BAK 3-4x sehari Terpasang urine kateter no
1
4. Aktifitas Bekerja di pabrik Bed rest tota
rokok
5. Kebersihan Mandi 2x sehari Belum ada tindakan
Gosok gigi 2x sehari

Skore ADL selama di Rumah Sakit : Tidak terkaji


Aktivitas (ADL) 0 1 2 3 4 Keterangan
Makan 0 : Mandiri
Mandi 1 : Membutuhkan alat
bantu
Toileting 2 : Membutuhkan
pengawasan orang
Berpakaian 3 : membutuhkan
bantuan orang lain
Mobilisasi 4 : Ketergantungan
total

8. KEADAAN/PENAMPILAN/KESAN UMUM PASIEN


Tidak terkaji
9. TANDA-TANDA VITAL
Suhu Tubuh : 35,8 C
Denyut Nadi : 138 x/menit
Tekanan Darah : 81/45 mmHg
Pernafasan : 16 kontrol penuh ventilator
TB / BB : 150 cm , BB saat masuk rumah sakit 45 Kg, CVP
4 mmHg

10. PEMERIKSAAN FISIK


A. Pemeriksaan Kepala dan Leher
o Kepala : normochepal
o Rambut : sebaran merata, warna hitam beruban
o Mata : simetris, reflek pupil (+), isocor
o Hidung : terpasang gastrik tube, lobang hidung simetris, tidak
tampak perdarahan.
o Mulut : terpasang ETT no 7.5 Fr dan terfiksasi kuat.
B. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
o Payudara : tampak simetris, tidak tampak ada benjolan
o Ketiak : tidak teraba benjolan, tidak ada pembesarn kelenjar
C. Pemeriksaan Dada /Thorak
Paru
Inspeksi : terlihat simetris

Palpasi : teraba pengembangan dada simetris

Perkusi : suara sonor

Auskultasi : ronchi (+), wheezing (-)

Jantung
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Auskultasi : suara jantung 1 dan 2 terdengar reguler
Palpasi : teraba ictus cordis pada intercotae 5, pulsasi nadi
kuat dan cepat
Perkusi : suara pekak
D. Pemeriksaan Abdomen
Auskultasi : bising usus (-)
Inspeksi : tampak luka operasi vertikal sekitar 20 cm, tertutup kasa
bersih dan kering, tampak terpasang pipa drainage,
produksi 500cc darah
Palpasi : distention (-), teraba supel.
Pemeriksaan Genetalia dan sekitarnya:
o Terpasang kateter urine nomer 16 Fr
o Tampak di skiren
o Keluar bercak darah seperti locea rubra pada under pad
E. Punggung (Skoliosis, Kypose, Hyperlordose) : dalam bentuk normal,
tidak ada scoliosis, kyphosis maupun hiperlordosis

F. Ekstremitas (kekuatan otot, oedema, varices, kelainan kongenital, reflek


patella) : pasien tersedasi, belum ada pergerakan dari ekstemitas atas dan
bawah. Tangan dan kaki ter raistrain. Akral dingi

11. RIWAYAT OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


A. Menarche : 13 tahun (sumber rekam medik)
B. Lamanya Haid : 7 hari
C. Siklus Haid : 28 hari
D. H P H T :-
E. Kelainan Haid : tidak ada
F. Riwayat Kehamilan / Gravidarum : G2 P2 Ab0
Diagnosa : Riwayat ANC di Bidan
G. Keluhan selama Hamil : (-)
H. Riwayat ginekologi : tidak ada

12. PENGKAJIAN POST NATAL :


A. Involusi uteri :

B. Laktasi :

C. Perineum :
13. DATA KELUARGA BERENCANA : program KB yang
diikuti pasien adalah KB pil

14. INFORMASI LAIN (Hasil Pemeriksaan Penunjang)


a. Laboratorium tgl 31 Maret 2020, jam 11.30 WIB
▪ Hemoglobin : 5.2 gr/dl
▪ Leukosit : 9.800µL
▪ Trombosit : 157.000µL
▪ Hematocrit : 60%
▪ Eritrosit : 4000 103µL

▪ Natrium : 121mmOl/L
▪ Kalium : 3.2 mEq/L
▪ Clorida : 107 mmOl/L
▪ Albumin : 2.7 gr/dl
▪ Gula darah ; 151 mg/dl
BGA :
• pH : 7.32
• PCO2 : 43 mmHg
• PO2 : 172 mmHg
• HCO3 : 17 mEq/L
• BE : -7 mE/L

b. Pemeriksaan Histopatologi tanggal 23 Maret 2020:


Kesimpulan : Karsinoma sel skuamosa tidak berkeratin servik,
berdeferensiasi sedang. Karsinoma adenoskuamosa servik berdeferensiasi
sedang. Tidak ditemukan invasi limfovaskular.

c. Thorak Foto tanggal 20 Maret 2020 :


▪ Cor : ukuran, posisi dan bentuk dalam batas nomal
▪ Pulmonal : tidak tampak infiltrasi dan congestive

15. TERAPI
a. Mode Ventilator PC-AC 16x/menit, FIO2 80%, Pc 15 cmH2O, PEEP 5
cmH2O, target Volume tidal 290- 325ml/menit
b. Ceftazidin 1 gr/ 8jam ( IV )
c. Gentamicin 240 mg/24jam ( IV )
d. Albumin 1 vial /24 jam ( IV )
e. Norephineprine 0.08 mcg/KgBB/menit
f. Drip Premix KCL 150 meq dalam 16 jam
A. Analisa Data

DATA Etiologi Masalah


DS : - Ca cerviks Ketidakefek
DO : tifan perfusi
- KU : Lemah Menembus sel jaringan
- Kesadaran : tersedasi perifer
- Konjungtiva anemis Struma serviks
- Pasien menjalani operasi Radikal
histerektomi dengan indikasi carcinoma Meluas ke jaringan
serviks stadium 2 pembekuh limfe dan
- Saat durante operasi pasien mengalami vena
perdarahan sekitar 4000 cc
- HB tanggal 31 Maret 2020 : 5,2 g/dL Dingding pembuluh
- Eritrosit 4000 10^6/µL terdesak
- Suhu : 35.80C,
- Nadi 138x/menit, Perdarahan spontan
- Tekanan Darah 81/45 mmHg
- Akral dingin Anemia
trombositopenia

Gangguan perfusi
jaringan perifer
DS : - Penurunan kadar Hb Ketidakefek
DO : tifan
- KU : lemah Kompensasi paru bersihan
- Kesadaran : Tersedasi jalan nafas
- Terpasang CVC serta pernafasan Peningkatan
terkontrol dengan ventilator mekanik. frekuensi nafas
- Akral dingin
- Terdengar suara ronchi (+) Spasme otot
- Hidung : terpasang gastrik tube pernafasan
- Mulut : Terpasang ETT no 7.5 dan
terfiksasi kuat. Obstruksi
- Suhu : 35.80C, Trakheonronkial
- Nadi 138x/menit,
- Tekanan Darah 81/45 mmHg Ketidakefektifan
- Akral dingin bersihan jalan nafas
DS : - Tindakan Resiko
DO : pembedahan Infeksi
- Pasien terpasang CVC serta pernafasan
terkontrol dengan ventilasi mekanik Histeroktomi radikal
- Hidung terpasang gastrik tube
- Mulut terpasang ETT no 7.5 Fr dan Luka perdarahan
Terfiksasi kuat
- Tampak luka operasi vertikal sekitar 20 Jaringan terbuka
cm, tertutup kasa bersih dan kering,
tampak terpasang pipa drainage, produksi Resiko infeksi
500cc darah
- Leukosit : 9.800 µL
- Suhu badan : 35.8 °C
DS : - Risiko Risiko
DO : ketidakseimbangan ketidakseim
- Tanggal 31 maret 2020 elektrolit bangan
- Kalium : 3.2 mmol/L elektrolit -
- Natrium : 121 mmol/L
- Klorida 107 mmol/L
DS : Post Op Intoleransi
DO : aktivitas
- aktifitas pasien : bed rest total dan hanya Aktivitas fisik
berbaring di tempat tidur terbatas
- Pasien tersedasi 3 3
3 3
- KU : lemah Intoleransi aktivitas
- Tonus otot

- Suhu : 35.80C,
- Nadi 138x/menit,
- Tekanan Darah 81/45 mmHg
- Akral Dingin
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb
dan Darah.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi lendir,
batuk tidak efektif.
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, tirah baring
5. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
NO Diagnosa NOC NIC
1 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d Noc Nic
penurunan konsentrasi Hb dan darah  Circulation status Perifer sensation management
1. Kaji keadaan umum pasien dan tanda –
Kriteria Hasil :
tanda anemi seperti kesadaran pasien
Mendemostrasikan status sirkulasi
dan konjungtiva pasien
yang ditandai dengan :
2. Monitor adanya daerah tertentu yang
 Tekanan systole dan diastole
hanya peka terhadap
dalam rentang normal
panas/dingin/tajam/tumpul.
 Denyut nadi apical membaik
3. Monitor adanya paretese
 Suhu tubuh membaik
4. Pantau jumlah sel darah merah tetap
 Perdarahan pasca operasi
dalam batas normal secara berkala ( cek
menurun
HB dan eritrosit )
 Perdarahan vagina menurun
5. Siapkan pasien secara fisik dan
psikologis untuk menjalani perawatan
6. Kelola pemberian transfusi sesuai
indikasi
2 Ketidakefektifan bersihan jala nafas b.d Noc Nic
peningkatan produksi lendir, batuk tidak  Respiratory status : ventilation Airway suction
efektif  Respiratory status : airway 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
patency suctioning
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan
Kriteria hasil :
sesudah suctioning
 Mendemostrasikan batuk efektif
3. Informasikan pada klien dan keluarga
dan suara nafas yang bersih, tidak
tentang suctioning
ada sianosis dan dyspnea (mampu
4. Memberikan O2 dengan menggunakan
mengeluarkan sputum, mamou
nasal untuk memfasilitasi suksion
bernafas dengan mudah, tidak ada
nasotrake. Gunakan alat yang steril
pursed lips)
setiap melakukan tindakan
 Menunjukkan jalan nafas paten
5. Anjukan pasien untuk istirahat dan
(klien tidak merasa tercekik, irama
napas dalam setelah kateter dikeluarkan
nafas, frekuensi pernafasan dalam
dari nasotrakeal
batas nirmal, tidak ada suara nafas
6. Monitor status oksigen pasien
abnormal)
7. Ajarkan keluarga bagaimana cara
 Tanda-tanda vital dalam batas
melakukan suksion
normal( tekanan darah, nadi,
8. Hentikan suksion dan memberikan
pernafasan)
oksigen apabila pasien menunjukkan
 Mampu mengidentifikasi dan
bradikardi, dan peningkatan saturasi
mencega faktor yang dapat
O2, dll.
menghambat jalan nafas
3 Resiko Infeksi b.d dengan prosedur invasive Kontrol Resiko Identifikasi Resiko
Status imun 1. Kaji ulang riwayat kesehatan masa lalu
Kriteria Hasil: 2. Identifikasi resiko biologis, lingkungan
 Mengidentifikasi faktor resiko 3-5 dan perilaku serta hubungan timbal
 Mengembangkan strategi yang balik
efektif dalam mengontrol faktor 3. Intruksikan faktor resiko dan rencana
resiko 3-5 untuk mengurangi faktor resiko
 Memodifikasi gaya hidup untuk 4. Monitor tanda dan gejala infeksi
mengurangi resiko 3-5 5. Dorong masukan nutrisi yang cukup
6. Dorong masukan cairan
7. Dorong istirahat yang cukup
8. Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
9. implementasikan aktivitas-aktivitas
pengurangan resiko
ANALISIS JURNAL
HUBUNGAN ASUPAN MAKAN DAN STATUS GIZI PADA PASIEN KANKER
SERVIKS POST KEMOTERAPI PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Kanker merupakan suatu keadaan dimana sel tubuh tumbuh tidak normal yang tidak
terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis kelamin maupun
status sosial. Salah satu faktor resiko penyebab kanker adalah genetik atau diturunkan melalui
orang tua kepada anaknya. Kanker dapat timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal, selain
itu penyebab lain dari kanker yaitu pola makan dan pola hidup yang tidak sehat. Wanita lebih
beresiko terhadap kanker, terutama pada organ reproduksi seperti rahim, indung telur dan
vagina. Kanker serviks merupakan kanker yang paling sering menyebabkan kematian pada
wanita. Bahaya dari kanker serviks apabila tidak ditanggulangi dapat mengakibatkan
gangguan kesuburan, terganggunya fungsi organ reproduksi, gangguan kualitas hidup baik
psikis berupa kecemasan , fisik maupun kesehatan seksual, dampak finansial, dan keadaan
kehidupan keluarga.
Penurunan berat badan yang terjadi terus-menerus pada pasien dengan kanker
disebabkan karena asupan energi yang kurang dan peningkatan penggunaan energy. Masalah
gizi yang dihadapi oleh penderita kanker pada umumnya disebabkan karena sulitnya
penderita menerima makanan. Kanker dalam tubuh dan terapi yang dijalani oleh penderita
kanker mengalami problem gizi yang semakin memburuk.
Pasien dengan kanker post kemoterapi dapat terjadi malnutrisi, bahkan sebelum
melakukan terapi pasien sudah mengalami masalah metabolisme dan fisiologis. Efek samping
kemoterapi banyak mengganggu asupan terhadap pasien penderita kanker, maka diperlukan
terapi gizi yang tepat pada penderita kanker yang mendapatkan kemoterapi agar dapat
mengkoreksi defisit gizi penderita.
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan makan dan status
gizi pada pasien kanker serviks post kemoterapi
PEMBAHASAN
 Hasil Analisa Dari Jurnal
Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji spearman didapatkan tidak ada
hubungan yang bermakna antara asupan makan dan status gizi pada pasien kanker serviks
post kemoterapi. Analisis regresi logistik ordinal menunjukkan bahwa usia, stadium kanker
dan frekuensi kemoterapi tidak berpengaruh terhadap status gizi subjek post kemoterapi.
Penelitian ini ditemukan 100% subjek post kemoterapi mengalami defisit terhadap
asupan makan. Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Mirzani Ismi (2008)
menunjukkan sebagian besar penderita kanker yang mendapatkan kemoterapi mengalami
penurunan asupan energi, protein yang buruk.13 Asupan makanan yang buruk merupakan
efek samping kemotrapi berupa mual, muntah dan diare.
Kemoterapi berpengaruh terhadap asupan makan subjek, sehingga asupan makan
subjek post kemoterapi menjadi buruk atau kurang. Namun tidak semua subjek penelitian
memiliki sensitifitas yang sama terhadap efek mual dan muntah setelah kemoterapi. Ada
beberapa obat kemoterapi yang dapat memberikan efek mual dan mutah yang lebih jika
dibandingkan obat yang lain. Selain itu ada beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual
dan muntah yang dapat menurunkan nafsu makan. Hal ini biasanya dapat dicegah dengan
memberikan obat anti mual sebelum, selama dan sesudah pengobatan sehingga pasien tidak
mengalami penurunan asupan gizi yang berkepanjangan.
KESIMPULAN
Tidak ada hubungan antara asupan makan dan status gizi pada pasien kanker serviks
post kemoterapi. Pasien setelah melakukan kemoterapi akan mengalami penurunan asupan
makan.
SARAN
Penelitian lebih lanjut membutuhkan pencatatan asupan makan yang lebih lama.
Selain itu, subjek yang digunakan pada penelitian ini hanya pasien kanker serviks yang rawat
inap sebelum kemoterapi, sehingga dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan
pasien kanker serviks dengan kemoterapi one day service sebagai perbandingan.

Anda mungkin juga menyukai