Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

DENGAN DIAGNOSA MEDIS …………………………. PADA PASIEN


…………………………………… DI RUANG ………………………..
RSUP SANGLAH DENPASAR
PADA TANGGAL………………………………..

OLEH :
………………………………..
NIM. …………………….

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN CA SERVIKS

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA

Menurut Langhorne, Fulton, dan Otto (2011), serviks atau leher rahim
adalah sepertiga lebih rendah dari rahim atau uterus. Tubular serviks memanjang
hingga ke bawah ke bagian atas vagina. Serviks mengelilingi pembukaan disebut
lubang serviks, rahim berbentuk silinder jaringan yang menghubungkan
vaginadan uterus. Serviks terbuat dari tulang rawan yang ditutupi oleh jaringan
halus, lembap, dan tebalnya sekitar 1 inci. Ada dua bagian utama dari serviks,
yaitu ektoserviks dan endiserviks.
Bagaian serviks yang dapat dilihat dari luar selama pemeriksaan ginekologi
di kenal sebagai ektoserviks. Pembuka dipusat ektoserviks, dikenal sebagai os
eksternal, membuka untuk memisahkan bagian antara uterys dan vagina.
Endoserviks atau kanal endoserviks, adala sebuah terowongan melalui serviks,
dari os eksternal ke dalam uterus. Selama masa praremaja, endoserviks terletak
dibagian serviks (Langhorne, Fulton, dan Otto, 2011). Pembatasan tumpang tindih
antara endosrviks dan ektoserviks di sebut zona transformasi. Serviks
menghasilkan lendir serviks yang konsistensi atau kekentalannya berubah selama
siklus menstruasi untuk mencgah atau mempromosikan kehamilan.
Zona transformasi dari waktu ke waktu menjadi lebuh rapuh, sel-sel epitel
kolumnar digantikan dengan sel-sel epitel skuamosa. Daerah ini sangat rentan
terhadap perubahan prakanker (displasia) karena tingkat turnover yang tinggi dan
tingkat pematangan sel rendah (Rahayu, 2015).
2. DEFINISI

Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan


pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk
menyerang jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat
yang jauh (metastasis) (Wuto, 2008 dalam Padila, 2012). Kanker leher rahim
sering juga disebut kanker mulut rahim, merupakan salah satu penyakit kanker
yang paling banyak terjadi pada wanita (Edianto, 2006 dalam Padila, 2012).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997 dalam Padila,
2012).
3. KLASIFIKASI
Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia berat
terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat dibedakan dengan
karsinoma insitu.
2. Stadium Karsinoma Insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh di
daerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan
endoserviks.
3. Stadium Karsinoma Mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma
sejauh tidak lebih 5mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik
dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
4. Stadium Karsinoma Invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan formiks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk Kelainan Dalam Pertumbuhan Karsinoma Serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tunbuh kearah vagina dan
dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat
laun lesi berubah bentuk menjadi ulkus (Padila, 2012).

Makroskopik
1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servitis kronik biasa
2. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3. Stadium setengah lanjut
Tengah mengalami sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus
dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah (Padila, 2012).
Klasifikasi Ca Serviks berdasarkan Tingkat Keparahannya

1. Stage 0: Ca. Pre invasive


2. Stage 1: Ca. Terdapat pada serviks
3. Stage Ia: disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara
hispatologi
4. Stage Ib: semua kasus lainnya dari stage I
5. Stage II: sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul
telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian
proksimal
6. Stage III: sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah
vagina
7. Stage IIIb : sudah mengenai organ-organ lain (Padila, 2012).
5. ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksusal semakin besar, mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda.
2. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
3. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan bergant-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks
ini.
4. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma (HPV) atau
virus kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker
serviks.
5. Soal Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas
tubuh.
6. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan
smegma.
7. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks
(Padila, 2012).
8. Radioterapi dan Pap Smear
Karsinoma sel skuamosa adalah salah satu akibat tidak efektifnya
radioterapi sebagai pengobatan utama dalam kasus adenocarcinoma.
Meningkatnya penggunaan tes Pap untuk deteksi dini penyakit ini tapi
masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas kanker terkait di
negara-negara berkembang karena kurangnya program skrining (Rubina
Mukhtar, 2015).
5. PATOFISIOLOGI
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS)
berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma
insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun.
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya
perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat
muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat
trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut
menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks
dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan
luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi
dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat
menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel
permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko
lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki,
menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga
terjadi keganasan (Brunner & Sudart, 2010)
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar
junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel
ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel
kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor
usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium
uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di
dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang berada di luar
ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan
displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ
terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel
serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga
berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi
epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina
yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa
pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ,
yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel
skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini disebut
daerah transformasi.
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam
nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah
sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut
dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang
disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat
dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif.
Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
(Sjamsuhidajat,1997 dalam Prawirohardjo,2010).
Penggunaan
Free Sex Merokok Defisit
Alat
PATHWAY perawatan diri
Cedera serviks saat Kekebalan (vulva higiene)
pemasangan tubuh

Invasi
Hubungan seksual
Jumlah kelahiran
(< 20 tahun). Infeksi HPV
dan partus

Pertumbuhan sel
Proses Metaplasy abnormal di labia
mayora dan
Mitosis sel eksoserviks dan endoserviks minora

Mual,
Metaplasia
muntah,
Non Kemotera anoreksi
Tindakan pembedahan Ca. Cerviks Pembedahan pi
Histerektomi Radikal Penurunan BB
Menembus sel Merusak struktur
Luka perdarahan jaringan serviks Gangguan
Struma serviks ketidakseimbangan
Jaringan terbuka Menginvasi organ nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Risiko Infeksi Meluas ke
jaringan, Rektum Fistula Uretra Vagina
pembukuh limfe
dan vena Fistula Fistula Fistula
Rektum rekto vagina
vagina
Dinding
pembuluh Infiltrasi Infiltrasi ke
terdesak ke syaraf Perdarahan uretra
rektum
Perdarahan spontan Nyeri
Akut
PK: Anemia Anemia Trombositopenia
6. MANIFESTASI KLINIS
a. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang
perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal
perdarahan terjadi lambat.
b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada
perdarahan. Pada stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih
banyakdisertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau (Padila, 2012).
Tanda dan Gejala kanker servik menurut Dedeh Sri Rahayu tahun 2015:
a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh.
Terkadang bercampur darah.
b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%.
c. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh
darah dan semakin lam semakin sering terjadi.
d. Perdarahan pada wanita menopause
e. Anemia
f. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang
menyebabkan obstruksi total
g. Nyeri
1) Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam
berkemih, nyeri di daerah di sekitar panggul.
2) Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi
pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan
sebagainya.
Menurut Ricci (2009), tersangka kanker serviks stadium lanjut antara lain
a. Nyeri panggul,
b. Nyeri pinggul,
c. Nyeri kaki,
d. Penurunan berat badan,
e. Anoreksia,
f. Kelemahan dan kelelahan,
(Dedeh Sri Rahayu,2015)
Menurut Rubina Mukhtar tahun 2015 menyatakan bahwa tanda dan gejala
Ca. Serviks adalah perdarahan vagina abnormal seperti pendarahan pasca
menopause, menstruasi tidak teratur, menstruasi berat, metrorhagia
menyakitkan, atau perdarahan postcoital. Keputihan abnormal adalah keluhan
utama dari sekitar 10% dari pasien; debit mungkin berair, bernanah, atau
berlendir. Gejala panggul atau nyeri perut dan saluran kencing atau rektum
terjadi dalam kasus-kasus lanjutan. Nyeri panggul mungkin hasil dari loco
penyakit regional invasif atau dari penyakit radang panggul hidup
berdampingan.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidakterlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokasinya.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena dapat
mengikal yodium. Jika porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang
normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak
berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu
dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan, dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan, hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak
terlihat.
1. Kolpomikroskopi
melihat hapusan vagina (Pap Smeardengan pembesaran sampai 200 kali.
2. Biopsi
Biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
3. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks dan
epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi
meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas
(Padila, 2012).
8. PENATALAKSANAAN
a. Irradiasi
1. Dapat dipakai untuk semua stadium
2. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
3. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
b. Dosis
Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
c. Komplikasi irradiasi
1. Kerentanan kandungan kencing
2. Diarrhea
3. Perdarahan rectal
4. Fistula vesico atau rectovaginasis
d. Operasi
1. Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II
2. Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal
e. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya
dapat mengalami kesukaran dansering menyebabkan fistula, disamping itu
juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
f. Cytostatik
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari
karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten
bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama (Padila, 2012).
g. Vaksinasi
Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan
kesehatan perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker serviks
(Rubina Mukhtar, 2015).
9. KOMPLIKASI

Komplikasinya mencakup infark miokardium, hemoragi, sepsis, obstruksi


perkemihan, pielonefritis, CVA, pembentukan fistula (Sylvia Anderson Price,
2005).
Nyeri pinggang mungkin merupakan gejala dari hidronefrosis, sering
dipersulit oleh pielonefritis. Nyeri siatik, kaki edema, dan hidronefrosis hampir
selalu dikaitkan dengan keterlibatan dinding panggul luas oleh tumor. Pasien
dengan tumor yang sangat canggih mungkin memiliki heamaturia atau
inkontinensia dari fistula vesikovaginal yang disebabkan oleh perluasan langsung
dari tumor kandung kemih. Kompresi eksternal dari rektum oleh tumor primer
besar dapat menyebabkan sembelit (Rubina Mukhtar, 2015).
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, dan riwayat penyakit terdahulu.
b. Keluhan Utama
Perdarahan dan keputihan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
d. Klien datang dengan keluhan perdarahan pasca coitus dan terdapat
keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien
atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala
dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk
memberi perawatan atau membawa ke rumah sakit dengan segera, serta
kurangnya pengetahuan keluarga.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah
mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien
pernah menderita penyakit infeksi.
f. Riwayat Keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
seperti ini atau penyakit menular lain.
g. Psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah
dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
h. Pemeriksaan Fisik Fokus
1. Kepala
a) Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
a. Wajah : tidak ada oedema, Ekspresi wajah ibu menahan nyeri
(meringis), Raut wajah pucat.
b) Mata : konjunctiva tidak anemis
c) Hidung : simetris, tidak ada sputum
d) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
e) Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab,
tidak terdapat lesi
f) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada
pembesaran kelenjer getah bening
2. Dada
a) Inspeksi : simetris
b) Perkusi : sonor seluruh lap paru
c) Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
Auskultasi : vesikuler, perubahan tekanan darah
3. Cardiac
a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
b) Palpasi : ictus cordis teraba, v Perubahan denyut nadi
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : tidak ada bising
4. Abdomen
a) Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa nyeri di
daerah abdomen.
b) Palapasi : ada nyeri tekan
c) Perkusi : tympani
d) Auskultasi : bising usus normal
5. Genetalia
Inspeksi
b. Ada lesi.
c. Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk.
d. Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar.
e. Urine bercampur darah (hematuria).
Palpasi
Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
6. Ekstremitas dan Kulit
Tidak oedema, Kelemahan pada pasien, Keringat dingin.
B. ANALISA DATA

Data Intepretasi Masalah

DS: Pasien mengeluh merasa Etiologi PK: Anemia


lemah dan lemas
Ca. Serviks
DO:
Menembus sel
- Pasien tampak anemis
- Hasil Lab menunjukkan Struma serviks
Hb menurun
Meluas ke jaringan, pembukuh limfe dan
vena

Dinding pembuluh terdesak

Perdarahan spontan Anemia

Trombositopenia PK:

Anemia

DS : Etiologi Nutrisi
- Klien mengatakan tidak Kurang dari
Ca. Serviks Non
nafsu makan Kebutuhan
Pembedahan
- Klien mengeluh merasa tubuh
mual dan muntah Kemoterapi
DO : Mual, muntah, anoreksi
- Anoreksia
Penurunan BB
- Berat badan menurun
Gangguan nutrisi

DS : Pasien mengeluh nyeri Etiologi Nyeri Akut


skala 0-10
Ca. Serviks
DO :
Merusak struktur jaringan serviks
- Pasien terdiagnosa Ca
Serviks Menginvasi organ
- Nyeri abdomen bagian
Rektum
bawah
- Ekspresi wajah meringis Fistula Rektum

Infiltrasi ke syaraf

Nyeri Akut

DS: - Etiologi Risiko Infeksi


DO:
Ca Serviks Tindakan
- Luka tampak kotor
pembedahan
- Jaringan terbuka
- Terjadi perdarahan daerah Histerektomi Radikal
luka
Luka perdarahan
- Bau dan terdapat pus
Jaringan terbuka

Risiko Infeksi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 PK Anemia
2 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat ditandai dengan penurunan berat badan, mual dan
muntah.
3 Nyeri akut berhubungan dengan pertumbuhan jaringan abnormal d.d
pasien tampak meringis dan nyeri skala 0-10 .
4 Resiko infeksi berhubungan dengan port de entry bakteri dan jaringan luka
terbuka.
D. RENCANA KPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional Evaluasi


Keperawatan Hasil
1. PK Anemia Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda 1. Untuk memastikan S: pasien mengeluh lemas
asuhan keperawatan anemia terjadinya perburukan berkurang
selama ...x 24 jam 2. Observasi keadaan kondisi pada klien O:
diharapkan hambatan umum klien 2. Untuk mengetahui - pasien terjadi
mobilitas fisik klien 3. Anjurkan untuk kesadaran umum pasien peningkatan Hb
teratasi dengan kriteria meningkatkan dan TTV pasien - pasien tampak tidak
hasil: asupan nutrisi klien 3. Pastikan klien untuk lemas
1. Hb >/= 10 gr/dl. yg bergizi makan sedikit dari sering A: masalah teratasi
2. Konjungtiva tdk 4. Kolaborasi untuk 4. Untuk memastikan P: Lanjutkan intervensi
anemis pemeberian terapi mendapatkan transfuse
3. Kulit tidak pucat initravena dan darah dengan
hangat tranfusi darah berkolaborasi dengan
5. Kolaborasi kontrol dokter
Hb, HMT, Retic, 5. Untuk mengetahui
status Fe kondisi Hb dll dengan
melakukan pemeriksaan
laboratorium

2. Gangguan nutrisi Setelah dilakukan NIC Label: 1. Mengetahui S : Pasien menyatakan


kurang dari asuhan keperawatan Nutrition Management jumlah kebutuhan frekuensi mual dan muntah
kebutuhan tubuh selama ...x 24 jam 1. Pantau intake klien akan nutrisi berkurang.
berhubungan diharapkan hambatan dan output nutrisi 2. Mengetahui O : Terjadi peningkatan
dengan intake mobilitas fisik klien klien kekurang nutrisi klien berat badan dan status
nutrisi tidak teratasi dengan kriteria 2. Timbang berat 3. Menimbulkan nafsu nutrisi pasien terpantau
adekuat ditandai hasil: badan klien makan klien dengan baik. Tanda –
dengan penurunan NOC Label: 3. Identifikan 4. Membantu tanda malnutrisi seperti
berat badan, mual Nutritional Status kesukaan dan memenuhi kebutuhan mata cekung, malaise
dan muntah. 1. Asupan makanan ketidaksukaan diet nutrisi klien berkurang.
meningkat dari pasien 5. Membantu A : Masalah teratasi
2. Berat badan 4. Berikan makanan memenuhi kekurangan P :Lanjutkan intervensi
meningkat dalam porsi sedikit nutrisi klien yang diberikan.
tapi sering dengan
diet lunak
5. Kolaborasi dengan
ahli gizi dalam
pemberikan nutrisi
yang sesuai dengan
kondisi klien
3. Nyeri akut b.d. Setelah diberikan NIC Label : Pain 1. Lokasi, karakteristik, S : Pasien menyatakan
agen cedera fisik asuhan keperawatan Management durasi, frekuensi, kualitas nyeri berkurang
d.d pasien selama ...x24 jam 1. Kaji nyeri secara dan faktor presipitasi O : Wajah pasien tidak
mengeluh nyeri, diharapkan nyeri klien komprehensif nyeri merupakan hal yang meringis
pasien tampak berkurang atau hilang termasuk lokasi, dijadikan ukuran untuk A : Masalah Teratasi
meringis. dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, melihat kondisi klien. P : Lanjutkan intervensi
NOC Label : Pain level frekuensi, kualitas 2. Untuk menilai skala nyeri yang diberikan
1. Klien melaporkan dan faktor yang dirasakan klien.
rasa nyeri yang presipitasi. 3. Dapat meminimalisir
ringan 2. Observasi aspek penggunaan teknik
2. Klien tidak nonverbal terhadap farmakologi untuk
mengerang atau nyeri yang mengurangi skala nyeri
menangis terhadap dirasakan. klien.
rasa sakitnya 3. Ajarkan teknik non 4. Untuk mengoptimalkan
3. Klien tidak farmakologi: napas penanganan nyeri pada
menunjukkan rasa dalam, relaksasi, klien.
sakit akibat distraksi, dan 5. Untuk menurunkan skala
nyerinya. kompres panas atau nyeri dan mencegah
dingin. peningkatan skala nyeri.
4. Kolaborasikan 6. Posisi klien yang nyaman
NOC Label : Pain
penggunaan dapat meminimalisir
control
analgetik dengan faktor predisposisi.
1. Klien menyadari
dokter. 7. Melihat karakteristik
awal terjadinya
5. Eliminasi faktor nyeri yang dialami klien,
nyeri dengan baik
yang dapat sehingga akan
2. Klien dapat
menyebabkan nyeri. mempengaruhi tindakan
menjelaskan faktor
6. Posisikan klien keperawatan dan
penyebab timbulnya
dalam posisi diagnosa yang akan
nyeri dengan sering
senyaman mungkin. ditegakkan.
3. Klien dapat
7. Tanya pada klien 8. Mempercepat proses
menyebutkan
kapan nyeri menjadi penurunan skala nyeri
gejala-gejala nyeri
lebih buruk dan apa klien.
yang dirasakan
yang dilakukan
4. Menggunakan untuk 1. Untuk dapat menentukan
pengobatan non menguranginya. medikasi yang tepat agar
farmakologis untuk 8. Ajarkan prinsip dari tujuan tercapai maksimal.
meredakan rasa manajemen nyeri. 2. Untuk mencegah
sakit NIC Label : Analgesic terjadinya alergi ketika
5. Menggunakan administration pemberian medikasi.
analgesic sesuai 1. Tahu lokasi, 3. Untuk mengoptimalkan
yang karakteristik, penggunaan analgesik
direkomendasikan kualitas, dan derajat dalam upaya mengurangi
nyeri sebelum skala nyeri klien.
memberikan pasien 4. Untuk mengetahui
medikasi adanya perubahan tanda-
2. Pengecekan tanda vital sebelum dan
terhadap riwayat setelah diberikan
alergi analgesic sehingga dapat
3. Pilih analgesic yang menentukan kondisi klien
sesuai atau saat ini.
kombinasikan 5. Untuk menentukan
analgesic saat di keberlanjutan pemakaian
resepkan analgesik analgesik.
lebih dari satu
4. Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
setelah diberikan
analgesic dengan
satu kali dosis atau
tanda yang tidak
biasa dicatat
perawat
5. Evaluasi keefektian
dari analgesik
4. Risiko infeksi b.d Setelah diberikan NIC Label : Infection 1. Memastikan lingkungan S: -
port de entry asuhan keperawatan Control pasien bersih dan O:
bakteri dan selama ...x24 jam 1. Bersihkan terhindar dari penyebaran - Pasien tidak terjadi
jaringan luka diharapkan nyeri klien lingkungan sekitar infeksi perdarahan
terbuka. berkurang atau hilang pasien 2. Untuk menghindari - Jaringan luka pasien
dengan kriteria hasil: 2. Ganti peralatan terjadinya penyebaran tertutup dan tidak terdapat
NOC Label : Infection perawatan per pasien infeksi pada pasien pus
Severity 3. Ajarkan cara cuci 3. Pastikan pasien untuk A: masalah teratasi
1. Tidak terjadi tangan yang baik mengetahui cara mencuci P: lanjutkan intervensi
kemerahan 4. Lakukan tindakan – tangan yang baik yaitu
2. Tidak terdapat tindakan untuk cuci tangan 6 langkah
cairan yang berbau pencegahan infeksi 4. Terapkan universal
busuk precaution untuk
3. Tidak terjadi demam menghindari infeksi
4. Tidak terjadi
kolonisasi bakteri
DAFTAR PUSTAKA
Bilotta, Kimberly A. J. 2011. Kapita Selekta Penyakit: Implikasi Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Brunner & Suddart. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Mukhtar, Rubina., et al. 2015. Prevalence of Cervical Cancer in Developing
Country: Pakistan. US: Global Journal.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
MediAction Publishing.
Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Media.
Prawirohardjo, sarwono, 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan bina pustaka.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai