Anda di halaman 1dari 76

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PADA BAYI NY.

L DENGAN DIAGNOSA
MEDIS POST-DEBRIDEMENT E.C RUPTURE MYELOMENINGOCOLE (HARI
KE 14) + CTEV DI RUANG CEMPAKA I NEONATUS RSUP SANGLAH

OLEH :

1. NI MADE AYU PUSPA DEWI 1902621002


2. PUTU GEDE INDRAYASA 1902621008
3. NI NENGAH TENI LASTARI 1902621011
4. NI KADEK ARIE OCTARINI 1902621027
5. KADEK DWI IRMAYANTI 1902621036
6. I MADE GORA PALGUNA 1902621047
7. PUTU DEWI DIAH 1902621048

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkah
dan rahmat-Nya Kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Seminar Kasus di Ruang
Cempaka I Neonatus RSUP Sanglah.
Dalam menyelesaikan Laporan ini kami tidak lepas dari bantuan dan bimbingan
banyak pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya
kepda semua pihak yang terlibat dalam penulisan laporan ini. Kami menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan dan
penyusunannya.
Akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dan atas kerjasamanya dalam penyelesaian pembuatan laporan ini.

Denpasar, September 2019

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum ........................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus .......................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 2
1.3.1 Manfaat Teoritis ........................................................................................ 2
1.3.2 Manfaat Praktis ......................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Spina Brifida ....................................................................................... 3
2.2 Epidemiologi ..................................................................................................... 4
2.3 Etiologi .............................................................................................................. 4
2.4 Anatomi ............................................................................................................. 5
2.5 Embriologi ........................................................................................................ 7
2.6 Klasifikai ........................................................................................................... 9
2.7 Manifestasi Klinis ............................................................................................. 10
2.8 Patofisiologi ..................................................................................................... 11
2.9 Diagnosis ........................................................................................................... 11
2.10 Pemeriksaan Fisik ........................................................................................... 12
2.11 Pemeriksaan penunjang ................................................................................... 12
2.12 Penanganan ..................................................................................................... 14
2.13 Pencegahan ..................................................................................................... 15
2.14 Prognosis ......................................................................................................... 15
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ......................................................................................................... 16

iii
3.2 Analisa Data ...................................................................................................... 29
3.3 Diagnosa Keperawatan...................................................................................... 31
3.4 Rencana Keperawatan ....................................................................................... 32
3.5 Implementasi .................................................................................................... 38
3.6 Evaluasi ............................................................................................................ 42
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Ringkasan Jurnal ............................................................................................... 44
4.2 Analisis SWOT ................................................................................................. 47
4.3 Pembahasan ....................................................................................................... 53
BAB 5SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan .......................................................................................................... 55
5.2 Saran .................................................................................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spina bifida adalah salah satu gangguan penutupan neural tube yang
menyebabkan terjadinya malformasi kongenital dan mempengaruhi sistem saraf.
Spina bifida paling mungkin disebabkan oleh multifaktorial, yang berarti bahwa
beberapa penyebab (termasuk faktor genetik, gizi, dan/atau lingkungan)
memberikan kontribusi pada munculnya gangguan ini. Menurut beberapa studi,
kekurangan asam folat yang dikonsumsi ibu selama kehamilan merupakan salah
satu faktor yang mengontribusi munculnya spina bifida. Berdasarkan tingkat
keparahan spina bifida dan keterlibatan saraf tepi dan saraf tulang belakang,
dapat terjadi kelemahan ekstremitas bawah, dislokasi panggul, gangguan buang
air kecil dan buang air besar karena gangguan saraf yang menyebabkan retensi
pada kandung kencing dan usus yang disebut neurogenic bladder dan neurogenic
bowel.
Sebuah penelitian cohort menyebutkan pasien dengan spina bifida
menghadapi konsekuensi fisik dan sosial yang serius sepanjang hidupnya dari
kecil hingga dewasa, meliputi paralisis, kurangnya sensasi kulit, kemungkinan
pengucilan sosial karena adanya gangguan BAK dan BAB serta banyak dikaitkan
dengan gangguan kognitif. Tindakan bedah penutupan meningokel dan
mielomeningokel sedini mungkin sangat diindikasikan. Manajemen suportif
secara terintegrasi dan berkesinambungan sangat penting dalam mencegah
abnormalitas pada saluran kencing, kelainan ortopedi seperti kifosis dan skoliosis
serta kelemahan pada anggota gerak bawah.
Kelainan kongenital yang diderita bayi baru lahir akan sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup bayi tersebut, maka memerlukan tindakan
pembedahan. Melakukan tindakan pembedahan pada anak, khususnya bayi
memerlukan pengetahuan khusus tentang patofisiologi dan pelayanan
keperawatan bayi, kemampuan untuk mengenali dan merespon komplikasi, dan
menawarkan perawatan pendukung kepada keluarga. Perawatan terhadap
1
pembedahan pada anak atau bayi antara lain stabilisasi kardiovaskular,
termoregulasi, manajemen cairan dan elektrolit, pemberian obat, perawatan luka,
dan nutrisi pendukung (American Pediatric Surgical Nurses Association, 2008).
Permasalahan yang muncul pada anak yang dilakukan pembedahan adalah
gangguan rasa nyaman berupa nyeri pada bagian paska operasi. Terdapat berbagai
tindakan yang dapat dilakukan seorang perawat untuk mengurangi nyeri yang
diderita anak baik sebelum maupun setelah proses pembedahan. Tindakan
tersebut mencakup tindakan nonfarmakologi dan tindakan farmakologi (Wong,
2009). Tindakan nonfarmakologi antara lain membangun hubungan terapeutik
perawat dan pasien, relaksasi, imajinasi terbimbing (Wong, 2009). Sedangkan
tindakan farmakologi yang digunakan untuk mengurangi nyeri yaitu memberikan
analgetik, anestesi lokal atau regional, dan analgesia epidural (Potter & Perry,
2006). Berdasarkan uraian diatas maka kami memilih untuk menjadikan pasien
dengan pasca pembedahan diagnose spina bifida sebagai kasus kelolaan
kelompok selama 3 hari di ruang Cempaka 1 Neonatus.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui kasus spina bifida pada neonates dalam tatanan klinik dan
intervensi yang diterapkan secara evidence based keperawatan
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui asuhan keperawatan kepada pasien dengan spinal bifida pasca
pembedahan
2) Mengetahui evidence based terkait intervensi yang dapat diberikan pada
pasien dengan spina bifida pasca pembedahan
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritik
Hasil laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber tambahan
informasi mengenai konsep penyakit, asuhan keperawatan dan penerapan
intervensi jurnal terbaru yang menjalani perawatan di rumah sakit.
1.3.2 Manfaat Praktik
2
1) Sebagai bahan masukan dan informasi terbaru mengenai pentingnya
mengetahui respon nyeri pada pasien pasca pembedahan spina bifida
2) Dapat dijadikan gambaran awal mengenai perawatan dan pencegahan
perburukan kondisi pasien dengan spina bifida

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Spina bifida merupakan suatu anomali perkembangan yang ditandai dengan
defek penutupan selubung tulang pada medulla spinalis sehingga medulla
spinalis dan selaput meningen dapat menonjol keluar (spina bifida cystica), atau
tidak menonjol (spina bifida occulta).Beberapa hipotesis terjadinya spina bifida
antara lain adalah:
a) Terhentinya proses pembentukan tuba neural karena penyebab tertentu
b) Adanya tekanan yang berlebih di kanalis sentralis yang baru terbentuk
sehingga menyebabkan ruptur permukaan tuba neural
c) Adanya kerusakan pada dinding tuba neural yang baru terbentuk karena
suatu penyebab.
Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan pada
korda spinalis dan saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi pada
bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau di bagian bawahnya.
Gejalanya tergantung kepada letak anatomis dari spina bifida. Kebanyakan
terjadi di punggung bagian bawah, yaitu daerah lumbal atau sakrum, karena
penutupan vertebra di bagian ini terjadi paling akhir.

Gambar 1. Spina Bifida

3
2.2 EPIDEMIOLOGI
Spina bifida kira-kira muncul pada 1-2 dari 1000 kelahiran hidup, tetapi bila
satu anak telah menderita maka resiko untuk anak yang lain menderita spina
bifida meningkat 2-3%. Seorang ibu yang memiliki bayi menderita spina bifida,
maka resiko hal ini terulang lagi pada kehamilan berikutnya akan meningkat.
Spina bifida ditemukan terutama pada ras Hispanik dan beberapa kulit putih di
Eropa, dan dalam jumlah yang kecil pada ras Asia dan Afrika-Amerika. Spina
bifida tipe okulta terjadi pada 10 – 15 % dari populasi. Sedangkan spina bifida
tipe cystica terjadi pada 0,1 % kehamilan. Terjadi lebih banyak pada wanita
daripada pria (3 : 2) dan insidennya meningkat pada orang China.
Kelainan ini seringkali muncul pada daerah lumbal atau lumbo-sacral junction.
Tetapi juga dapat terjadi pada regio servikal dan torakal meskipun dalam skala
yang kecil. Beberapa masalah yang paling sering muncul pada kasus spina
bifida adalah:
a) Arnold-Chiari Malformasi, 90% kasus muncul bersamaan dengan spina
bifida dimana sebagian massa otak menonjol ke dalam rongga spinal.
b) Hydrosefalus, 70-90% biasanya juga muncul bersamaan dengan spina
bifida. Pada keadaan ini terjadi peningkatan berlebihan dari liquor
cerebrospinal.
c) Gangguan pencernaan dan gangguan kemih, dimana terjadi gangguan pada
saraf yang mempersarafi organ tersebut. Anak-anak sering mengalami
infeksi kronik atau infeksi berulang saluran kemih yang disertai kerusakan
pada ginjal.
d) Gangguan pada ekstremitas terjadi ± 30% kasus. Gangguan dapat berupa
dislokasi sendi panggul, club foot. Gangguan ini dapat terjadi primer atau
sekunder karena ketidakseimbangan otot atau paralisis.
2.3 ETIOLOGI
Spina bifida merupakan kelainan kongenital yang berdiri sendiri tanpa disertai
kelainan lain. Meskipun peneliti percaya bahwa faktor genetik dan lingkungan
mungkin terlibat dalam penyakit ini begitu juga pada penyakit defek pipa neural

4
lain, 95% bayi dengan spina bifida dan penyakit defek neural lain lahir dari
orang tua yang tidak memiliki riwayat keluarga spina bifida. Sementara spina
bifida muncul di keluarga-keluarga tertentu tanpa mengikuti suatu pola tertentu.
Jika dari kehamilan lahir seorang anak yang menderita spina bifida, resiko
berulang pada kehamilan berikutnya meningkat lebih besar. Spina bifida bisa
juga terjadi sebagai bagian dari sindrom dengan kelainan kongenital lain. Disini
pola yang terjadi mungkin berbeda dengan spina bifida yang berdiri sendiri.
Wanita dengan masalah kronis tertentu, termasuk diabetes dan epilepsi (dengan
obat antikonvulsan tertentu) memiliki resiko tinggi (rata-rata 1:100) untuk
memiliki bayi dengan spina bifida. Defisiensi asam folat pada wanita hamil
juga dihubungkan dengan spina bifida. Penyebab mielomeningokel masih
diketahui, namun diduga ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya
mielomeningokel antara lain:
a) Semua defek penutupan defek neuralis
b) Factor predisposisi geneticResiko berulang pada yang pernah menderita
sebelumnya (meningkat sampai 3 – 4%)Pada dua kehamilan abnormal
sebelumnya (meningkat sampai sekitar 10%).
c) Factor nutrisi dan lingkungan
d) Pengunaan suplemen asam folat selama hamil pada ibu sangat mengurangi
insiden defek tuba neuralis pada kehamilan beresiko. Agar efektif,
penambahan asam folat harus dimulai sebelum pembuahan dan dilanjutkan
sampai paling tidak minggu ke-12 kehamilan saat neuralis selesai.
e) Penggunaan obat-obatan tertentu juga dikenal meningkatkan resiko
mielomeningokel.
f) Asam valproat, antikonvulsan menyebabkan defek tuba neuralis pada sekitar
1 – 2% kehamilan jika obat tersebut diberikan selama kehamilan.

2.4 ANATOMI
Korda spinalis manusia memanjang dari foramen magnum hingga setinggi
vertebra lumbar pertama atau lumbar kedua. Rata-rata panjangnya 45 cm pada

5
pria dan 42 cm pada wanita, memiliki bentuk seperti silinder pada segmen
servikal atas dan segmen thorakal, dan bentuk oval di segmen servikal bawah
dan segmen lumbar, yang merupakan tempat pleksus nervus brachial dan
nervus lumbosakral.
Pada tahap awal pertumbuhan fetal, korda spinalis ini mengisi sepanjang
kanalis vertebra. Saat bayi lahir, korda spinalis ini memanjang ke bawah sampai
ke batas bawah dari vertebra lumbar III. Pada akhir dewasa muda, korda
spinalis mencapai posisi seperti orang dewasa, dimana ia berhenti setinggi
discus intervertebra lumbar I dan lumbar II. Tempat dimana korda spinalis
berakhir berubah seiring pertumbuhan karena kolumna vertebralis bertumbuh
lebih cepat dari pada korda spinalis. Panjang dari korda spinalis secara
keseluruhan adalah 70 cm. Korda spinalis mengalami pembesaran di dua
tempat, yaitu servikal (segmen C III- Th II) dan lumbar (segmen LI-SIII). Ini
merupakan tempat saraf yang menginnervasi ekstremitas atas dan bawah.
Ujung bawah korda spinalis meruncing membentuk konus medullaris.
Korda spinalis manusia terbagi atas 31 segmen (8 segmen servikal, 12 segmen
thorakal, 5 segmen lumbal, 5 segmen sacral, dan 1 coccygeal) dimana dari
masing-masing segmen, kecuali segmen servikal yang pertama, memiliki
sepasang root dorsal dan root ventral dan sepasang nervus spinalis. Segmen
servikal pertama hanya memiliki root ventral. Root ventral dan dorsal
bergabung di foramina intervertebralis untuk membentuk nervus spinalis.
Nervus spinalis meninggalkan kanalis vertebralis melalui foramina
intervertebralis: Servikal I muncul di atas atlas; servikal VIII muncul antara
servikal VII dan thorakal I. Nervus spinal lain keluar di bawah vertebra yang
berkesesuaian.
Karena perbedaan tingkat pertumbuhan dari korda spinalis dan kolumna
vertebralis, segmen korda spinalis tidak sesuai dengan kolumna vertebranya.
Ditingkat servikal, ujung spinal vertebra sesuai dengan tingkat kordanya; tapi
tulang servikal VI sesuai dengan tingkat korda spinalis VII. Pada regio thorakal
atas, ujung spinal berada dua segmen di atas korda spinalis yang berkesesuaian,

6
jadi thorakal IV sesuai dengan korda segmen ke VI. Pada regio thorakal bawah
dan lumbar atas, beda antara tingak vertebra dan korda adalah tiga segmen, jadi
spinal thorakal X sesuai dengan lumbar I. Kumpulan akar saraf lumbosakral di
filum terminale disebut cauda equina.

2.5 EMBRIOLOGI
Proses pembentukan embrio pada manusia melalui 23 tahap perkembangan
setelah pembuahan setiap tahap rata-rata memakan waktu selama 2 -3 hari. Ada
dua proses pembentukan sistem saraf pusat. Pertama, neuralisasi primer, yakni
pembentukan struktur saraf menjadi pipa, hal yang serupa juga terjadi pada otak
dan korda spinalis. Kedua, neuralisasi sekunder, yakni pembentukan lower dari
korda spinalis, yang membentuk bagian lumbal dan sakral. Neural plate
dibentuk pada tahap ke 8 (hari ke17-19), neural fold terbentuk pada tahap ke 9
(hari ke 19-21) dan fusi dari neural fold terbentuk pada tahap ke 10 (hari ke 22-
23). Beberapa tahap yang sering mengalami gangguan yakni selama tahap 8 –
10 (yakni, ketika neural plate membentuk fold pertamanya dan berfusi untuk
membentuk neural tube) hal ini dapat menyebabkan terjadinya
craniorachischisis, yang merupakan salah satu bentuk yang jarang dari neural
tube defect (NTD).
Pada tahap ke 11 (hari ke 23-26), saat ini terjadi penutupan dari bagian rostral
neuropore. Kegagalan pada tahap ini mengakibatkan terjadinya anencephaly.
Mielomeningocele terjadi akibat gangguan pada tahap 12 (hari ke 26-30), saat
ini terjadi penutupan bagian caudal dari neuropore.

7
Gambar 2. Sfina bifida
Penelitian pada embrio tikus telah memperoleh beberapa teori unifying yang
dapat menjelaskan anomali yang terjadi pada NTD. Defek yang terjadi
bersamaan seperti hidrosefalus dan malformasi otak bagian belakang seperti
malformasi Chiari II adalah salah satu contohnya. McLone dan Naidich, pada
tahun 1992, mengajukan proposal tentang teori unifying dari defek pada neural
tube yang menjelaskan anomali pada otak bagian belakang dan anomali pada
korda spinalis. Berdasarkan penyelidikan tersebut, diketahui bahwa kegagalan
lipatan neural untuk menutup sempurna, menyebabkan defek pada bagian dorsal
atau myeloschisis. Hal ini menyebabkan CSF bocor mulai dari ventrikel sampai
ke kanalis sentralis dan bahkan mencapai cairan amnion dan mengakibatkan
kolaps dari sistem ventrikel.
Kegagalan dari sistem ventrikel untuk meningkatkan ukuran dan volumenya
menyebabkan herniasi ke bawah dan ke atas dari otak kecil. Sebagai tambahan,
fossa posterior tidak berkembang sesuai dengan ukuran yang sebenarnya, dan
neuroblas tidak bermigrasi keluar sesuai dengan normal dari ventrikel ke
korteks. Adapun teori yang lain yang menjelaskan terjadinya spina bifida yakni
teori defisiensi asam folat. Resiko melahirkan anak dengan spina bifida
berhubungan erat dengan kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada
awal kehamilan. Hingga kini tidak diketahui mengapa asam folat dapat
menyebabkan spina bifida.

8
2.6 KLASIFIKASI

Gambar 3. Klasifikasi Spina Bifida


Spina bifida dapat digolongkan sebagai berikut:
a) Spina Bifida Okulta
Bentuk ini merupakan spina bifida yang paling ringan. Kelainan seperti ini
biasanya terdapat didaerah sacrolumbal, sebagian besar ditutupi oleh kulit
dan tidak tampak dari luar kecuali adanya segumpal kecil rambut diatas
daerah yang dihinggapi. Pada keadaan seperti ini medula spinalis dan saraf-
saraf biasanya normal dan gejala-gejala neurologik tidak ditemukan. Spina
Bifida Okulta sering didiagnosis secara tidak sengaja saat seseorang
mengalami pemeriksaan X-ray atau MRI untuk alasan yang lain. Pada
neural tube defek (NTD) jenis ini, tidak terjadi herniasi dari menings
melalui defek pada vertebra. Lesi yang terbentuk terselubung atau
tersembunyi di bawah kulit. Pada tipe ini juga tidak disertai dengan
hidrosefalus dan malformasi Chiari II. Seringkali lesi pada kulit berupa
hairy patch, sinus dermal, dimple, hemangioma atau lipoma dan kadang-
kadang timbul gangguan neurologik pada regio torakal, lumbal, dan sakral.
Pada masa pertumbuhan anak-anak dapat pula ditemukan paralisis spastik
yang ringan. Deteksi dini pada spina bifida okulta sangatlah penting
mengingat bahwa fungsi neurologis hanya dapat dipertahankan dengan
tindakan intervensi bedah secara dini dan tepat. Kelompok ini mencakup

9
kelainan-kelainan: lipoma spinal, sinus dermal, lipomielomeningokel,
diastematomielia, hipertrofi filum terminale dan meningokel sakral anterior.
b) Lipomielomeningokel
Lipomielomeningokel sering kali terdeteksi sebagai suatu gumpalan lemak
pada bagian belakang tubuh terutama di daerah lumbo-sakral. Kelainan ini
kerap dikaitkan sebagai deformitas kosmetik, namun sebenarnya ia
merupakan suatu kompleks anomali kongenital yang bukan hanya terdiri
dari infiltrasi perlemakan jaringan saraf saja, tetapi juga mengandung
meningokel atau meningomielokel yang besar.
c) Meningokel
Spina bifida jenis ini mengalami simpel herniasi dari menings melalui defek
pada vertebra. Korda spinalis dan akar saraf tidak ikut mengalami herniasi
melalui bagian dorsal dari dural sac. Lesi yang timbul pada meningokel
sangat penting untuk dibedakan dengan mielomeningokel karena
penanganan dan prognosisnya sangat berbeda. Bayi yang lahir dengan
meningokel biasanya pada pemeriksaan fisis memberikan gambaran yang
normal. Bayi yang lahir dengan meningokel tidak memiliki malformasi
neurologik seperti hidrosefalus dan Chiari II. Jenis ini merupakan bentuk
yang jarang terjadi.

2.7 MANIFESTASI KLINIS


Gejala klinis yang timbul menyebabkan disfungsi banyak organ dan struktur,
termasuk tulang, kulit, dan saluran genitourinaria, di samping sistem saraf perifer
dan sentral. Pada 75% kasus, meningomielokel terjadi pada daerah lumbosakral.
Luas dan gangguan neurologis tergantung pada lokasi mielomeningokel.
Lesi pada daerah sakrum bawah menyebabkan inkontinensia usus besar dan
kandung kencing dan disertai dengan anastesi pada daerah perineum namun tanpa
gangguan fungsi motorik. Bayi baru lahir dengan defek pada daerah lumbal
tengah secara khas memiliki struktur kistik seperti kantong yang ditutup oleh
lapisan tipis jaringan yang sebagian terepitelisasi. Sisa jaringan saraf dapat terlihat

10
di bawah membrane yang kadang-kadang robek dan CSS bocor. Pemeriksaan
bayi menampakkan paralisis flaksid pada tungkai bawah, tidak adanya reflex
tendon dalam, tidak ada respons terhadap sentuhan dan nyeri, dan tingginya
insiden kelainan postur tungkai bawah (termasuk kaki dan subluksasi pinggul).
Inkontinensia urin dan relaksasi sfingter ani mungkin nyata. Dengan demikian,
mielomeningokel pada daerah lumbal tengah cenderung menghasilkan tanda
neuron motor bawah karena kelainan dan kerusakan konus medularis. Bayi
dengan mielomeningokel secara khas memiliki peningkatan defisit neurologis
setelah mielomeningokel bergerak naik ke daerah thoraks. Namun, penderita
dengan mielomeningokel di daerah thoraks atas atau daerah servikal biasanya
memiliki defisit neurologis yang sangat minim dan pada kebanyakan kasus tidak
mengalami hidrosefalus.

2.8 PATOFISIOLOGI
Meningokel terbentuk saat meningens berherniasi melalui defek pada lengkung
vertebra posterior. Medulla spinalis biasanya normal, meskipun tertambat, ada
siringomielia, atau diastematomielia. Massa linea mediana yang berfluktuasi yang
dapat bertranluminasi terjadi sepanjang kolumna vertebralis, biasanya berada di
punggung bawah. Sebagian besar meningokel tertutup dengan baik dengan kulit
dan tidak mengancam penderita.

2.9 DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Diagnosis spina bifida dapat diketahui melalui analisa riwayat kesehatan dari
individu tersebut (jika bukan bayi), riwayat kesehatan keluarga dan penjelasan
yang detail tentang kehamilan dan kelahiran. Gejalanya bervariasi, tergantung
kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena.
Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lain
mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis.
1) Spina bifida okulta

11
- Sering kali asimtomatik
- Tidak ada gangguan pada neural tissue
- Regio lumbal dan sacral
- Defek berbentuk dimpel, seberkas rambut, nevus
- Gangguan traktus urinarius (mild)
2) Spina bifida aperta
- Meningokel
- Tertutupi oleh kulit
- Tidak terjadi paralisis
- Mielomeningokel
- Tidak tertutup oleh kulit, tetapi mungkin ditutupi oleh membran yang
transparan
- Terjadi paralisis

2.10 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan neurologis pada bayi cukup sulit; terutama untuk membedakan
gerakan volunter tungkai terhadap gerakan reflektoris. Diasumsikan bahwa
semua respons gerakan tungkai terhadap rangsang nyeri adalah refleksif;
sedangkan adanya kontraktur dan deformitas kaki merupakan ciri paralisis
segmental level tersebut. Cara pemeriksaannya : bayi ditelungkupkan di lengan
pemeriksa, anggota gerak bawah bayi disisi lengan bawah pemeriksa. Yang
dinilai adalah letak scapula, ukuran leher, bentuk tulang belakang dan gerakan.
2.11 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Diagnosa
dini spina bifida bisa dilakukan dengan melakukan pemeriksaan prenatal.
a) Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang
disebut triple screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida,
sindrom dan kelainan bawaan lainnya. Triple screen merupakan tes yang
terdiri atas pemeriksaan alfa fetoprotein (AFP), USG tulang belakang janin,
dan amniosentesis.

12
b) Metode skrining tersering untuk mendiagnosis spina bifida selama
kehamilan adalah skrining serum alfa feto protein maternal (MSAFP) pada
trimester kedua, dan ultrasonogafi.
c) Skrining MSAFP mengukur tingkat dari protein yang disebut alfa feto
protein (AFP) yang dibentuk secara alami oleh fetus dan plasenta. Selama
kehamilan normal sejumlah kecil dari AFP biasanya melintasi plasenta dan
memasuki peredaran darah ibu. Namun jika terdapat peningkatan yang
abnormal dari protein ini pada peredaran darah ibu mengindikasikan bahwa
fetus mengalami defek pada vertebra. Namun demikian uji MSAFP ini tidak
spesifik untuk spina bifida dan uji ini tidak dapat menentukan secara
defenitif akan adanya masalah dengan fetus. Dengan demikian bila
terdeteksi peningkatan AFP dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
tambahan seperti Ultrasonografi atau Amniosentesis untuk menegakkan
diagnosa.
d) Ultrasonografi dapat memberikan informasi mengenai penyebab
peningkatan AFP antara lain kelainan pada fetus ataupun jumlah fetus yang
lebih dari satu. Pada spina bifida akan tampak vertebra yang terbuka atau
kelainan yang tampak pada otak bayi yang menindikasikan Spina bifida.
e) Pada Amniosintesis dilakukan pemeriksaan AFP yang berasal dari cairan
amnion yang langsung diambil dari kantong amnion dengan menggunakan
jarum, 5 % wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida, akan
memiliki kadar serum alfa fetoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka
positif palsu yang karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang
biasanya dapat menemukan bayi dengan spina bifida. Kadang dilakukan
amniosentesis (analisa cairan ketuban).
Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut :
a) X- Ray tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan CT
scan memungkinkan untuk melihat secara langsung defek pada anatomi

13
dan tulang. Pemeriksaan ini juga digunakan untuk menentukan ada atau
tidaknya hidrosefalus atau kelainan intracranial lainnya.
b) CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk
menentukan luas dan lokasi kelainan MRI merupakan pemeriksaan pilihan untuk
jaringan saraf dan untuk mengidentifikasi kelainan pada bayi baru lahir.
Pemeriksaan ini memungkinkan untuk melihat anomali yang berkaitan baik
intraspinal maupun intrakranial

2.12 PENANGANAN
Penanganan pasien dengan spina bifida dengan operasi penutupan pada defek
yang terbentuk, saat ini masih kontroversial. Banyak bidang keilmuan
menghindari pelaksanaan urgent operasion bila level neurological lesinya
tinggi (diatas L1), jika terjadi deformitas spinal yang jarang, atau jika terjadi
hidrosefalus, selebihnya jika terjadi lesi pada kulit dilakukan penutupan defek
secara dini. Penanganan berikutnya, adalah dengan kerja tim. Tim yang idel
merupakan kombinasi dari neurosurgery, ortopedi, urologi, pediatrik,
fisioterapi. Seiring pertumbuhan anak, ia membutuhkan pemasangan splint dan
fisioterapis. Tapi diatas semua itu, anak-anak tersebut membutuhkan pengertian
dari kedua orang tuanya dan perhatian mereka.
A. Penanganan Awal
- Penutupan defek pada kulit. Dilakukan jika pasien memiliki prognosis yang
baik, dilaksanakan dalam 48 jam setelah kelahiran. Neural plate ditutup
dengan hati-hati dan kulit diinsisi luas. Hanya dengan cara ini ulkus dapat
dicegah.
- Hidrosefalus. Merupakan prioritas selanjutnya. Dilakukan setelah beberapa
hari. Dilaksanakan ventriculo caval shunt.
- Deformitas. Harus tetap dikontrol. Operasi ortopedi biasanya tidak dilakukan
sampai minggu ke-3, selanjutnya pada masa pertumbuhan anak.
B. Penanganan Paralisis dan Deformitas

14
- Untuk 6 – 12 bulan pertama deformitas diterapi dengan strecthing dan
strapping. Koreksi dengan menggunakan plester tidak dibenarkan. Efek :
tulang dapat patah dan muncul ulkus di kulit.
- Open methods adalah koreksi yang terbaik untuk deformitas, tetapi harus
ditunda sampai anak berumur beberapa bulan.
- Deformitas proksimal dikoreksi sebelum deformitas distal terjadi. Jika sudah
seimbang maka deformitas residu yang terjadi ditangani dengan osteotomi.
- Splint tidak pernah digunakan tunggal dalam mengkoreksi deformitas. Hanya
bisa digunakan untuk mempertahankan deformitas, pelaksanaannya diperkuat
dengan strecthing berulang-ulang.

2.13 PENCEGAHAN
Resiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat.
Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi sebelum wanita
tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini. Kepada wanita yang
berencana untuk hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak
0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.

2.14 PROGNOSIS
Prognosis tergantung dari tipe spina bifida, jumlah dan beratnya abnormalitas,
dan semakin jelek apabila disertai dengan paralisis, hidrosefalus, malformasi
Chiari II dan defek kongenital lain. Dengan perawatan yang sesuai, banyak
anak dengan spina bifida dapat hidup sampai dewasa. Mielomeningokel
merupakan spina bifida dengan prognosis yang jelek. Setelah dioperasi
mielomeningokel memiliki harapan hidup 92 % ( 86 % dapat bertahan hidup
selama 5 tahun).

15
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN USIA NEONATUS


Nama Mahasiswa : Kelompok SGD 6
Ruang : Cempaka 1 Neonatus
Tanggal Pengkajian : 4 September 2019
Tanggal Praktek : 4 - 7 September 2019
Paraf :

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bayi Ny. L
Tempat/Tanggal Lahir : Tabanan, 7 Agustus 2019
Umur : 27 hari (pada tanggal 4 September 2019)
No. Register : 19037690
Diagnosa Medis : Post-Debridement e.c Rupture Myelomeningocole (Hari
ke 14) + CTEV
Nama Ayah/Ibu : Ny. L
Pekerjaan Ayah : Pegawai Swasta
Pendidikan Ayah : SMA
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Ibu : SMA
Alamat/No. Telp : Tabanan
Agama : Islam

II. KELUHAN UTAMA


Setelah operasi Ny. L mengatakan bayinya sempat kejang beberapa kali (kurang
lebih satu kali sehari). Saat ini keadaan bayi terpantau dalam kondisi yang baik (S:
36,9; RR: 42x/menit; ND: 127x.menit; NIPS: 0 terinterpretasi tidak nyeri).
Punggung kanan bawah pasien terlihat terpasang perban karena bekas operasi dan
tidak terpantau tanda infeksi di sekitar bekas operasi. Ny. L mengatakan keluhan
kejang tidak kambuh sejak 3 hari yang lalu. Saat ini bayi Ny. L berada dalam

16
incubator dan siang ini direncanakan untuk di letakkan pada boks terbuka.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, hampir semua bagian tubuh bayi terpantau
normal, kecuali punggung (bekas operasi) dan kakinya yang sedikit bengkok.
III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
A. Prenatal
1. Jumlah kunjungan :
Trisemester I sebanyak 2 kali; Trisemester II sebanyak 2 kali; Trisemester
III sebanyak 2 kali
2. Bidan/Dokter : Dokter Spesialis Kandungan dekat rumah
3. Penkes yang didapat :
Manajemen nutrisi, hasil USG, penjelasan kondisi spinal bifida pada bayi
saat usia kehamilan menginjak 8 bulan, tanda-tanda persalinan dan
perencanaan persalinan.
4. HPHT : 16 Oktober 2018
5. Kenaikan BB selama hamil : ± 500 gram – 1 kg setiap bulan
6. Komplikasi kehamilan : Letak bayi menjelang persalinan
sungsang, usia kehamilan postterm (39 Minggu) dan bayi mengalami spinal
bifida di usia kehamilan 8 bulan.
7. Komplikasi obat : Tidak ada
8. Obat-obatan yang didapat : Tablet penambah darah dan Vitamin C
9. Riwayat hospitalisasi : Ny. L mengatakan selama kehamilan
tidak pernah MRS karena tidak mengalami keluhan apapun seperti mual,
pendarahan dan demam berdarah.
10. Golongan darah ibu :O
11. Pemeriksaan kehamilan/Maternal screening:
Ny. L mengatakan ia pernah melakukan pemeriksaan Hepatitis, Herpes dan
HIV di laboratorium tempat praktek dokter kandungannya dan memiliki
hasil negative.
B. Natal
1. Awal persalinan
Ny. L mengatakan bahwa dokter kandungannya menyuruhnya untuk bersiap
melakukan persalinan di RS. Tabanan apabila pada tanggal 7 Agustus belum

17
ada tanda-tanda persalinan. Dokter tersebut juga menambahkan jika
kehamilannya masih dipertahankan melebihi dari tanggal tersebut
dicemaskan akan terjadi komplikasi tambahan pada bayi Ny. L. Selama di
RS Tabanan, Ny. L mengatakan bahwa ia diinduksi untuk memicu kontraksi
kehamilannya. Berdasarkan hasil pemantauan kehamilan sebelum
persalinan, Ny. L mengatakan bahwa dokter memberitahunya jika letak
bayinya masih sungsang sehingga diputuskanlah persalinan melalui SC.
2. Lama persalinan
Ny. L mengatakan bahwa ia mulai masuk ke ruangan operasi pukul 15.30
WITA dan berada di kamar inap pukul 20.00 WITA.
3. Komplikasi persalinan
Ny. L mengatakan ia lupa-lupa ingat dengan apa yang terjadi selama
persalinan, namun ia melihat bayinya langsung menangis setelah
dikeluarkan. Ny. L juga menambahkan bahwa dokter mengatakan padanya
jika persalinannya berjalan lancar ketika ia berkunjung di kamar inap.
4. Terapi yang diberikan
Ny. L mengatakan bahwa ia diberikan induksi untuk memicu kontraksi
pada kehamilannya
5. Cara melahirkan : SC
6. Tempat melahirkan : Rumah Sakit
7. Penolong persalinan : Tenaga Kesehatan (Dokter, Perawat, Bidan)
C. Postnatal
1. Usaha nafas : Bayi dikatakan saat lahir dapat bernafas secara spontan.
2. Kebutuhan resusitasi
a. Jenis dan Lamanya
Ny. L mengatakan ia melihat bayinya menangis tepat setelah
dikeluarkan, sehingga resusitasi mungkin tidak dilakukan
b. Skor APGAR
1 menit pertama : 7 5 menit pertama : 8
3. Obat-obatan yang diberikan kepada neonatus
Ny. L mengatakan ketika pulang, dokter menyuruhnya untuk mengompres
bagian punggung bayinya yang benjol dengan NaCl setiap setelah mandi

18
dan menutupnya dengan perban dan plester. Ny. L mengatakan bahwa ia
tidak diberikan obat apapun untuk bayinya dari rumah sakit selain NaCl dan
perban. Ny. L mengatakan bahwa tanggal 14 Agustus 2019 bayinya akan
menjalani operasi di RS. Sanglah dengan rujukan dari RS. Tabanan. Selama
menunggu jadwal operasi, dokter menyarankan agar Ny. L menidurkan
bayinya dengan cara menghadap kiri (benjolan berada di punggung kanan
bawah).

4. Interaksi orang tua dan bayi


a. Kualitas
Ny. L terlihat sering menyanyikan bayinya selama bayinya berada di
incubator hingga kini berada di boks terbuka. Selama anaknya berada di
boks terbuka, Ny. L terlihat mulai menggendong anaknya.
b. Kuantitas
Ny. L terlihat cukup sering melakukan hal tersebut (2-3 kali sehari).
5. Trauma lahir : Tidak terlihat tanda trauma lahir pada bayi
6. Nekrosis : Tidak terlihat tanda nekrosis pada bayi
7. Keluarnya urine/BAB
Ny. L mengatakan bayi BAK 1 jam setelah lahir, dan BAB 2 jam setelah
lahir.
8. Respon fisiologis atau perilaku bermakna
Ketika pengkajian bayi terlihat memainkan tangannya dan tersenyum serta
melakukan kontak mata ketika diajak berbicara.
IV. RIWAYAT KELUARGA
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan asma disangkal. Ny. L mengatakan bahwa
saudara (kakak) suaminya pernah mengalami benjol seperti bayinya namun pada
bagian perut saat lahir, dan meninggal pada saat berusia 6 bulan. Kematian tersebut
diduga karena keterlambatan pelaksanaan tindakan operasi.

19
V. GENOGRAM

 Keterangan Genogram
: Laki-laki

: Perempuan

: Sudah meninggal

: Tinggal serumah

: Klien

VI. RIWAYAT SOSIAL


A. Sistem pendukung
Ny. L mengatakan bahwa ia selalu menemani bayinya. Ny. L mengatakan tiap
hari Minggu, suami serta anak pertamanya selalu mengunjunginya dan bayinya
untuk sekedar menggendong atau mengajaknya bermain. Ny. L mengatakan
bahwa anak pertamanya sangat senang ketika mengetahui bahwa adiknya adalah
seorang laki-laki.
B. Hubungan orang tua dengan bayi
Ibu Ayah
Ya, namun tidak
Ya, terkaji Menyentuh
terobservasi
Ya, namun tidak
Ya, terkaji Memeluk
terobservasi
Ya, namun tidak
Ya, terkaji Berbicara
terobservasi
Ya, namun tidak
Ya, terkaji Berkunjung
terobservasi

20
Ya, namun tidak
Ya, terkaji Kontak mata
terobservasi

C. Anak yang lain

Anak ke- Usia Jenis kelamin anak Riwayat Riwayat imunisasi


persalinan
1 5 tahun Perempuan Normal Hepatitis B, BCG,
Polio, Pentabio,
Campak

D. Lingkungan rumah
Ny. L mengatakan bahwa ia tinggal bersama dengan suami dan anak
perempuannya di rumah berluas ±1,5 are dan memiliki 4 kamar tidur. Selama
anaknya belum berusia 10 tahun, Ny. L mengatakan bahwa ia akan tidur
bersama anak-anaknya dalam 1 kamar dengan suaminya. Rumah Ny. L
dikatakan memiliki sumber air berupa PAM dan memiliki ±2 buah jendela di
tiap ruangan (selain kamar mandi) sehingga pencahayaan rumah dikatakan
cukup.

21
E. Problem sosial yang penting
Berdasarkan hasil pengkajian dengan Ny. L dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat masalah seperti kurangnya sistem pendukung, perbedaan Bahasa serta
lingkungan rumah yang kurang memadai terhadap keluarganya. Bayi Ny. L juga
diketahui dirawat di RS. Sanglah dengan metode pembayaran menggunakan
BPJS sehingga masalah keuangan pada keluarga Ny. L sedikit tertangani.

VII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


A. Diagnosa medis (Rabu, 4 September 2019)
Post-Debridement e.c Rupture Myelomeningocole (Hari ke 14) + CTEV
B. Tindakan operasi
Bayi Ny. L dilakukan operasi debridement untuk menerminasi benjolan
sebesar 4x4 cm pada punggung dekstra pada tanggal 14 Agustus 2019.
Sebelum operasi, bayi Ny. L mendapat tranfusi darah PRC 25ml selama 4 jam
dan saat operasi disiapkan cadangan kantung darah PRC. Status ASA bayi
diketahui berada pada status II (dengan sistemik ringan). Lama operasi
diperkirakan berlangsung 2 jam.
C. Status nutrisi
Ny. L mangatakan bahwa bayinya tidak mengalami mual maupun muntah.
Bayi Ny. L dikatakan dapat menyusu dengan baik. Bayi Ny. L terlihat tidak
menggunakan alat bantu nutrisi (OGT/NGT)
A : BB : 3360 gram PB: 52 cm LLA: 12 cm LK: 28 cm
Ny. L mengatakan bahwa bayinya sempat mengalami penurunan berat badan 1
hari setelah operasi (50gr) namun pada hari ketiga berat badan bayinya sudah
berangsur meningkat.
B : Hb : 20g/dl, Glukosa Sewaktu terakhir (15 Agustus 2019): 83 mg/dl
C : Bayi terlihat gemuk
D : Bayi mendapat terapi nutrisi ASI 50cc @3jam. Terkadang Ny. L
memiliki produksi ASI yang sedikit, sehingga bayinya diberikan Lactogen
dengan jumlah yang sama.
D. Status cairan
1. Intake : ASI 50cc @3jam. Pershift @8jam: ±100cc

22
2. Output : IWL: 5ml/jam, Urine:±30ml/shift. Pershift @8jam:
±70cc
3. Balance cairan: Intake – Output : ±30cc
Bayi Ny. L terlihat tidak mengalami edema dan dehidrasi.
E. Obat-obatan
1. Ampicillin 380 mg tiap 8 jam, intravena
2. Amoxicillin 25 mg tiap 12 jam, intravena
3. Phenobarbital 17 mg tiap 12 jam habis dalam 20 menit, intravena
4. Fenitoin 17 mg tiap 12 jam diberikan dalam 20 ml NaCl 0.9% habis dalam
20 menit, intravena
F. Aktivitas
Bayi terlihat aktif memainkan jari, tersenyum dan melakukan kontak mata
ketika diajak berbicara serta terpantau dapat menangis kuat ketika lapar.
G. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan
Memandikan bayi, pengukuran antropometri, pemantauan tanda infeksi pada
luka, pemberian medikasi melalui intravena, pemberian nutrisi serta
pemeriksaan fisik.
H. Hasil laboratorium
Tanggal 4 September 2019
No Komponen Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi
1 WBC 18,46 103/uL 9.10-34.0 Normal
2 Hb 20,0 g/dl 14,5-22,5 Normal
3 Hct 45,0 % 45,0-67,0 Normal
4 PLT 150 103/uL 140-440 Normal
5 Procalcitonin 0,2 mg/mL < 0,15 Tinggi

Tanggal 6 September 2019


No Komponen Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi
1 WBC 19,0 103/uL 9.10-34.0 Normal
2 Hb 15,0 g/dl 14,5-22,5 Normal
3 Hct 50,0 % 45,0-67,0 Normal
4 PLT 200 103/uL 140-440 Normal
5 Procalcitonin 0,1 mg/mL < 0,15 Normal

I. Pemeriksaan penunjang
Lumbal pungsi (7 September 2019)

23
No Komponen Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
1 Reaksi Pandy Negatif Positif Normal
2 Reaksi None Negatif Positif Normal

J. Lain-lain
CT-scan menyatakan kesan tidak terdapat abnormalitas pada otak bayi.
Glukosa Sewaktu terakhir (15 Agustus 2019): 83 mg/dl
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
1. Kesadaran : Komposmentis
2. Tanda vital : N: 127 kali/menit RR: 42 kali/menit
S: 36,9 0C
3. Antropometri
Saat Lahir Saat Ini
Berat badan 3200 gr 3360 gr
Panjang badan 52 cm 52 cm
Lingkar kepala 28 cm 28 cm

4. Refleks
(v) Moro (v) Menggenggam (v) Menghisap
5. Tonus/aktivitas
(v) Aktif (v) Tenang ( ) Letargi ( ) Kejang
(v) Mampu menangis kuat ( ) Lemah ( ) Melengking
( ) Sulit menangis
6. Kepala/leher
a. Fontaneal anterior
( ) Lunak (v) Tegas ( ) Datar
( ) Menonjol ( ) Cekung
b. Sutura sagitalis
(v) Tepat ( ) Terpisah ( ) Menjauh
c. Gambaran wajah
(v) Simetris ( ) Asimetris
d. Holding
(-) Caput succedaneum (-) Chepalohematoma

24
7. Mata
(v) Bersih ( ) Sekresi,
……..……..……..……..……..……..……..
8. THT
a. Telinga
(v) Normal ( ) Abnormal
b. Hidung
(v) Normal ( ) Obstruksi ( ) Cuping hidung
c. Palatum
(v) Normal ( ) Abnormal
9. Abdomen
a. ( ) Lunak (v) Tegas ( ) Datar ( ) Kembung
b. Lingkar perut: 33 cm
c. Liver: (v) Kurang dari 2 cm ( ) Lebih dari 2 cm
10. Toraks
a. (v) Simetris ( ) Asimetris
b. Retraksi (-)
c. Klavikula
(v) Normal ( ) Abnormal
11. Paru-paru
a. Suara nafas
(v) Sama kanan kiri ( ) Tidak sama kanan kiri ( ) Bersih
( ) Ronchi ( ) Rales ( ) Sekret
b. Bunyi nafas
(v) Terdengar di semua lapang paru ( ) Tidak terdengar
( ) Menurun
c. Respirasi
(v) spontan, jumlah: 42 kali/menit
( ) sungkup/boxhead, jumlah: …….. kali/menit
( ) ventilasi assisted CPAP
12. Jantung
a. (v) Bunyi normal sinus rhytm (NSR), jumlah: 127 kali/menit

25
( ) Murmur ( ) lain-lain, sebutkan:
……..……..……..……..……..
b. Waktu pengisian kapiler : < 2 detik
c. Nadi perifer
Berat Lemah Ada
Brakhial-kanan Normal
Brakhial-kiri Normal
Femoral-kanan Normal
Femoral-kiri Normal
13. Extremitas
a. ( ) Semua extremitas gerak (v) ROM terbatas (pada kaki susah
ditegakkan) ( ) Tidak dapat dikaji
b. Extremitas atas dan bawah
( ) Simetris (v) Asimetris (kedua kaki bengkok
(CTEV))
14. Umbilikus
(v) Normal ( ) Abnormal ( ) Inflamasi ( ) Drainase

15. Genital
( ) Perempuan normal (v) Laki-laki normal ( )
Ambivalen
16. Anus
(v) Paten ( ) Imperforata
17. Spinal
( ) Normal (v) Abnormal (14/08/19, Operasi
Debridement)
18. Kulit
a. Warna
(v) Pink ( ) Pucat ( ) Jaundice
b. (-) Rash/kemerahan
c. (-) Tanda lahir
19. Suhu
a. Lingkungan
( ) Penghangat radian ( ) Pengaturan suhu ( ) Inkubator

26
(v) Suhu ruang (v) Boks terbuka
o
b. Suhu kulit: 36,9 C

IX. INFORMASI LAIN


Selama pengkajian bayi Ny. L terlihat tenang, dappat tersenyum, tidak terdapat
retraksi dada saat bernafas, RR normal (42x/menit), tidak terdapat kekakuan pada
kaki atau tangan, terpantau dapat tertidur pulas dengan terlentang. NIPS : 0 (tidak
nyeri)

X. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN


Bayi Ny. L datang ke RS. Sanglah untuk dilakukan operasi debridement pada
benjolan di punggung kanannya. Setelah melakukan operasi bayi sempat
mengalami penurunan berat badan dan kejang Bayi hingga saat ini tetap diberikan
obat antibiotic, antikonvulsan dan bronkodilator. Bayi post-operasi berada pada
incubator untuk pemantauan. Setelah 3 hari tidak mengalami keluhan kejang, bayi

27
direncanakan untuk diletakkan pada boks terbuka siang ini. Kondisi bayi terpantau
baik (S: 36,9; RR: 42x/menit; ND: 127x.menit; NIPS: 0 terinterpretasi tidak
nyeri). Saat ini kelompok telah melakukan aktivitas memandikan bayi sembari
melakukan pengukuran antropometri, selanjutnya melakukan pemberian nutrisi
melalui dot, melakukan pemberian medikasi sesuai intruksi, melakukan
pemantauan tanda infeksi, memantau aktivitas bayi dan melakukan pemeriksaan
fisik pada bayi.

28
3.2 ANALISA DATA

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 DS: Faktor genetik / kekurangan Risiko cedera
- ibu asam folat
mengatakan
anak sempat Perkembangan embrio
mengalami terganggu
kejang
beberapa kali Kelainan kongenital
DO:
- Spina bifida

Kelainan neurologi

Anak sempat mengalami


kejang

Risiko cedera
2 DS: Kelainan kongenital Risiko infeksi
- ibu
mengatakan Spina bifida
bayi sudah
dilakukan Tindakan pembedahan
tindakan
operasi di RS Terpasang perban bekas
DO: operasi pada punggung kanan
- terpasang bawah
perban bekas
operasi pada Risiko infeksi
punggung
kanan bawah
- nilai
Procalcitonin
0,2 mg/mL
3 DS: Kelainan kongenital Risiko pertumbuhan
- tidak proposional
DO: CTEV
- Anak
mengalami Tidak dilakukan terapi
kelainan pada
kaki (CTEV) Risiko pertumbuhan tidak

29
proposional
4 DS: Kelainan kongenital Risiko
- keterlambatan
DO: Spina bifida perkembangan
- kedua kaki Gangguan neurologis
bengkok
(CTEV) Kejang pada bayi
- Bayi sempat
mengalami Risiko keterlambatan
kejang perkembangan
5 DS: Kurang pengetahuan ibu Ketidakefektifan
- ibu dalam proses pemberian asi proses menyusui
mengatakan
memiliki Suplai asi yang tidak adekuat
produksi asi
yang sedikit Bayi mendapatkan nutrisi
DO: tambahan lactogen
- bayi
mendapatkan Ketidakefektifan proses
nutrisi menyusui
tambahan
lactogen 500cc
@3jam
6 DS: Bayi baru lahir Instabilitas suhu
- ibu
mengatakan Respon pengaturan suhu tubuh
bayi sempat di hipotalamus belum
mengalami berfungsi dengan baik
kejang
DO: Bayi sempat mengalami
- kejang karena gangguan
neurologi

Sulit mempertahankan suhu


tubuh

Instabilitas suhu

30
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko cedera faktor risiko adanya kejang


2. Risiko Infeksi faktor risiko adanya prosedur invasif
3. Risiko pertumbuhan tidak proposional faktor risiko adanya kelainan
kongenital
4. Risiko keterlambatan perkembangan faktor risiko bayi sempat mengalami
kejang dan adanya kelainan kongenital
5. Ketidakefektifan proses menyusui berhubungan dengan ketidakedekuatan
suplai asi ditandai dengan bayi tidak menerima suplai asi yang adekuat
6. Instabilitas suhu berhubungan dengan adanya penyakit ditandai dengan
adanya perubahan pada suhu tubuh

31
3.4 RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


hasil
1. Risiko cedera Setelah dilakukan NIC: Manajemen NIC: Manajemen
tindakan keperawatan kejang kejang
...x 24 jam pasien - pertahankan jalan - Mempertahankan
tidak mengalami nafas klien jalan nafas
kejang dengan kriteria - balikkan badan klien mencegah adanya
hasil: ke satu sisi ketika hambatan jalan
NOC: kontrol kejang mengalami kejang nafas pada klien
- Tidak terjadi - tetap di posisi klien - agar klien tidak
serangan kejang selama klien mengalami risiko
berulang mengalami kejang jatuh
- suhu dalam batas - longgarkan pakaian - Mempertahankan
normal (36,5 – klien suhu tubuh
37,5◦C - monitor status - monitor status
- bayi mendapatkan neurologis neurologis berfungsi
obat kejang yang - catat lama kejang untuk mengetahui
dibutuhkan - catat karakteristik adanya gangguan
- bayi mendapat kejang (misalnya, pada sistem
perhatian medis keterlibatan anggota neurologis
dengan cepat jika tubuh, aktivitas - mengetahui lama
frekuensi kejang motorik, dan kejang terjadinya kejang
berulang progresif) dan tingkat
- Observasi adanya keparahannya
kejang - mencatat
- Monitor TTV tiap 4 karakteristik kejang
jam untuk mengetahui
- Kolaborasi dengan keterlibatan anggota
dokter pemberian tubuh lainnya
obat anti kejang - observasi adanya
kejang bertujuan
NIC: Pencegahan untuk pencegahan
Kejang adanya kejang
- Sediakan anak berulang
tempat tidur yang - monitor ttv tiap 4
rendah dengan tepat jam berjuan untuk
- monitor pengelolaan mengetahui keadaan
obat umum klien
- monitor kepatuhan - obat anti kejang

32
dalam mengkonsumi diberikan untuk
pengobatan pengobatan kejang
antiepileptik
- gunakan penghalang NIC: Pencegahan
tempat tidur yang Kejang
lunak - tempat tidur yang
- jaga agar penghaang rendah mencegah
tempat tidur agar risiko jatuh dan
tetap dinaikkan cedera pada anak
- instruksikan ibu - monitor pengelolaan
mengenai potensial obat bertujuan untuk
dari faktor risiko mengobati kejang
pada bayi - monitor kepatuhan
- instruksikan ibu dalam mengkonsumi
untuk memanggil pengobatan
tenaga kesehatan antiepileptik
jika bayi mengalami bertujuan untuk
kejang mengetahui tingkat
kepatuhan klien
- gunakan penghalang
tempat tidur yang
lunak bertujuan
untuk mencegah
risiko trauma pada
klien
- jaga agar penghaang
tempat tidur agar
tetap dinaikkan agar
mencegah risiko
jatuh
- agar ibu mengetahui
faktro risiko kejang
pada bayi
- agar bayi
mendapatkan
penanganan segera
2. Risiko Infeksi Setelah dilakukan Infection control Infection control
tindakan keperawatan  cucitangansebelum  mencegahterjadiny
...x24 jam pasien dansesudahkontak ainfeksisilang
tidak menunjukkan denganpasien  mencegahadanyain
tanda-tanda infeksi  Gunakan APD feksisilang

33
dengan kriteria hasil: saatmelakukantind  mencegahadanyain
1. Tidak adanya akan feksi
infeksi  lakukan perawatan  mencegahadanyain
2. Leukosit dalam denganmenggunak feksidariluar
batas normal anteknikaseptic  mempertahankana
3. tidak adanya  Batasipengunjung supancairan
peningkatan suhu bilaperlu  istirahat dapat
4. keluarga pasien  Anjurkanasupanca memberikan
mampu mengontrol iranadekuat kenyamanan
infeksi  Anjurkanistirahata danmeningkatkans
dekuat istemimun
 Ajarkan keluarga  agar keluarga
cara mengetahuicarame
mencucitangan 6 ncegahinfeksi
langkah  agar keluarga
 Ajarkankeluargaca dapat
ramengontrolinfek menghindarifaktor
si risikoinfeksi
 Monitor WBC  Monitor WBC
klien bertujuan untuk
 Anjurkan mengetahui
pemberian terapi adanya infeksi
antibiotik yang disebabkan
oleh virus
ataubakteri
 antibiotik
merupakan
pengobatan untuk
antibakteri
3. Risiko Setelah dilakukan Dukungan Dukungan
pertumbuhan tindakan keperawatan Pengasuhan Pengasuhan
tidak ...x24 jam  monitor  mengetahuihal yang
proporsional pertumbuhan bayi interaksikeluargaber berkaitandenganpen

34
dalam rentang normal kaitandenganpermas gambilankeputusanp
dengan kriteria hasil alahanklien asien
NOC:  mengajarkanibumen  agar
Mempertahankan genaipemberianterap ibumengetahuiterapi
pemberian ASI iuntukbayi padabayinya
1. Pertambahan berat  berikanedukasimeng  agar
badan bayi sesuai usia enaisumberpelayana ibudapatmengaksess
2. Bayi dapat minum nkesehatan yang umberpelayanankese
menggunakan dot dapatdiaksesibu hatanuntukmendapat
(botol) Nutrition kantindaklanjut
NOC: Pengetahuan: management Nutrition
Perawatan Bayi  Anjurkanibuuntuktet management
1. Bayi mendapatkan apmemberikan ASI  Pemberianasibertuju
perawatan sesuai  Anjurkanibuuntukm anuntukmempertaha
dengan kondisi enimbangberatbadan nkan status
2. Ibu memahami cara secararutin nutrisibayi
menstimulasi  ibumengetahuicarap  menimbangberatbad
pertumbuhan bayi erawatanbayi anuntukmengetahuia
3. Adanya sistem Skrining kesehatan danyapenurunanbera
dukungan yang  Dapatkanriwayatkes tbadan
tersedia ehatankeluarga yang  agar
sesuai ibumerawatbayiuntu
 Berikankenyamanan kterhindardarisumbe
selamaskrining rinfeksi lain
 Lakukanpengkajianf Skrining kesehatan
isik yang sesuai  riwayatkesehatankel
 Berikan saran uargauntukmengetah
padapasiendengante uifaktorrisikoterjadi
muan abnormal nyapenyakit
mengenaialternatifp  agar
engobatan bayimerasanyaman
 Rujukbayipadapeny  pengkajianfisikbertu
ediaperawatankeseh juanuntukmengetahu

35
atanlainnya iadanyakelainan
(Padabayidengan  agar
CTEV ibusegeramengambil
biasanyadilakukanpe keputusanmengenai
masangangips) pengobatan yang
akandilakukan
 Agar
bayimendapatkanint
ervensi yang sesuai

4. Risiko Setelah diberikan Pendidikan orang tua Pendidikan orang tua


keterlambatan tindakan keperawatan : masa bayi : masa bayi
perkembanga selama 3 x 24 jam,  Ajarkakepada orang  Orang tua
n diharapkan tidak tuatentangpenandap mengetahui
terjadi keterlambatan erkembangan perkembangan
permkembangan  Tekankanpentingnya anaknya
dengan kriteria hasil : perawatansejakdini  Memastikan
Growth and  Ajarkan tentang perkembangan
development delayed prilaku yang sesuai sesuai usia
Parenting dengan usia anak  Orang tua
performance  Ajarkan tentang mengetahui perilaku
1. Pola asuh orang tua mainan dan benda- sesuai usia anak
meningkat benda yang sesuai  Orang tua
2. Perkembangan dengan usia anak mengetahui mainan
fisik, kognitif,  Diskusikan hal-hal dan benda-benda
psikososial sesuai terkait kerjasama sesuai usia
denganusianya antara orang tua dan  Mengetahui
anak hambatan antara
kerjasama orang tua
dan anak
5. Ketidakefekti Setelah dilakukan Lactation Counseling Lactation Counseling
fan proses tindakan keperawatan  Berikan informasi  Terjadi peningkatan
menyusui selama 3 x 24 jam terkait pentingnya pengetahuan

36
diharapkan proses menyusui  Terjadi peningkatan
menyusui menjadi  Lakukan perawatan produksi ASI
efektif, dengan kriteria payudara  Ibu tetap semangat
hasil :  Beri dukungan ibu untuk dapat
Breastfeeding untuk menyusui memproduksi ASI
maintenance  Bantu mengontrol  Memastikan ibu
1. Produksi ASI tingkat stress yang tetap dalam keadaan
meningkat dialami ibu rileks
2. Peningkatan  Dsikusikan  Mengatasi hambatan
pengetahuan ibu hambatan dalam yang terjadi
terkait menyusui proses menyusui

6. Instabilitas Setelah dilakukan Temperature Temperature


suhu tindakan keperawatan regulation regulation
selama 3 x 24 jam  monitor suhusecara  Memastikan suhu
diharapkan suhu berkelanjutan dalam rentang
menjadi tetap efektif,  monitor warna dan normal
dengan kriteria hasil : suhu kulit  Memastikan tidak
Thermoregulation  selimuti pasien ada tanda-tanda
1. Suhu berada dalam untuk mencegah kelaianan
rentang normal hilangnya  Memastikan pasien
kehangatan tubuh tetap hangat
 monitor tanda-tanda  Dapat memberikan
hipotermi dan tindakan secepatnya
hipertermi  Keluarga menjadi
 diskusikan tentang tahu pentingnya
pentingnya pengarutran suhu
pengaturan suhu

37
3.5 IMPLEMENTASI

TANGGA NO. IMPLEMENTASI RESPON KLIEN/ PARAF/


L/ JAM DX EVALUASI NAMA
04-09-
2019 1-6 Mengikuti operan pasien S: -
07.30 O: Pasienkooperatif
WITA Membersihkantempattidur dan S: -
lingkungansekitarpasien O: Pasienkooperatif
08.00 5 Memberikan informasi terkait S: Pasienmengatakandapat
WITA pentingnya menyusui dan menerima informasi yang
mengajarkan perawatan diberikan
09.00WIT 6 payudara O: Pasienkooperatif
A Mengukur suhu bayi S: -
Memonitor tanda-tanda O: Pasienkooperatif, suhu 36,7
hipotermi dan hipertermi C, tidak ada tanda-tanda
10.00 1-6 hipotemermi dan hipertermi
WITA Delegatif pemberian obat S: -
1-6 O: Pasienkooperatif
Melakukan operan pasien S: -
1-6 O: Pasienkooperatif
12.00 Mengganti popok bayi S: -
WITA 6 O: Pasienkooperatif
Melakukan pengukuran suhu S: -
14.00 5 O: Pasienkooperatif, suhu 36,5
WITA Mengajarkan ibu C
tentangperkembangan anak S: Pasien menyatakan dapat
14.30 sesuai usianya menerima informasi
WITA O: Pasienkooperatif,

15.00
WITA

16.00

38
WITA

05-09-
2019 2 Membantu memandikan bayi S: -
08.00WIT Mengukur berat badan bayi O: Pasienmenangis
A 1 Observasi tanda-tanda kejang S: -
O: pasienkooperatif, tidak ada
09.00 tanda-tanda kejang
WITA 1-6 Melakukan pengecekan tanda- S: -
tanda vital O: Pasienkooperatif, S: 36,70C,
nadi 100 x/menit, RR 50
10.00 2 Mengajarkan orang tua cara x/menit
WITA mencuci tangan S: -
1-6 Delegatif pemberian obat O: Pasienkooperatif
S: -
11.00 1 Menganjurkan orang tua untuk O: Pasienkooperatif,
WITA menggunakan anaknya pakaian S: -
yang mudah menyerap keringat O: Pasienkooperatif
12.00 3,4 Monitor ibu dalam pemberian S: -
WITA ASI S : Ibu menyetakan ASI yang
keluar masih sedikit
13.30 6 O: Pasienkooperatif,
WITA Mengobservasi adanya tanda- S: -
tanda hipotermi dan hipertermi O: Pasienkooperatif, tidak ada
1 tanda-tanda hipotermi dan
14.00WIT Mengobservasi adanya tanda- hipertermi
A tanda kejang S: -
O: Pasienkooperatif, tidak ada
Memantau pemberian ASI tanda-tanda kejang
16.00 S : Pasien menyetakan bayi mau
WITA menyusui sedikit-sediki
O : Pasien kooperatif

39
18.00
WITA

20.00
WITA

06-09-
2019 2 Memandikan bayi, menimbang S : -
08.00 berat badan O : Pasien menagis saat
3,4 Memantau pemberian ASI dimandikan
09.00 S : Ibu menytakan ASI dapat
keluar namun sedikit
1,6 Melakukan pengecekan tanda- O : -
10.00 tanda vital S :-
1-6 Delegatif pemberian obat O : Suhu 36,5 C
12.00 S:-
3,4 Memantau pemberian ASI O : Pasien menangis
15.00 S : Ibu menytakan ASI dapat
keluar namun sedikit
6 Memantau adanya perubahan O : -
16.00 suhu S:-
3,4 O : Pasien kooperatif
18.00 Memantau pemberian ASI S : Ibu menytakan ASI dapat
keluar namun sedikit
1 O:-
19.30 Memantau adanya tanda-tanda S : -
kejang O : Tidak ada tanda-tanda
kejang
07-09-
2019 2 Memandikan bayi, menimbang S : -

40
08.30 berat badan O : Pasien menagis saat
3,4 Memantau pemberian ASI dimandikan
10.00 S : Ibu menytakan ASI dapat
keluar namun sedikit
1,6 Melakukan pengecekan tanda- O : -
1 tanda vital S :-
1-6 Delegatif pemberian obat O : Suhu 36,5 C
12.00 S:-
3,4 Memantau pemberian ASI O : Pasien menangis
15.00 S : Ibu menytakan ASI dapat
keluar namun sedikit
6 Memantau adanya perubahan O : -
17.00 suhu S:-
3,4 O : Pasien kooperatif
18.00 Memantau pemberian ASI S : Ibu menytakan ASI dapat
keluar namun sedikit
1 O:-
19.30 Memantau adanya tanda-tanda S : -
kejang O : Tidak ada tanda-tanda
kejang

41
3.6 EVALUASI

No Tanggal Dx Jam Evaluasi


1 07/09/2019 Risiko cedera 20.00 S: - ibu mengatakan anak tidak mengalami kejang
O: - tidak ada tanda-tanda kejang pada pasien
- suhu 36,7oC
A: tujuan tercapai
P: pertahankan kondisi klien, lanjutkan observasi
adanya kejang
2 07/09/2019 Risiko infeksi 20.00 S: -
O: -WBC dalam rentang normal (19,0 103u/L)
- suhu 36,7oC
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
A: tujuan tercapai
P: Pertahankan kondisi klien, lanjutkan monitor
tanda-tanda infeksi
3 07/09/2019 Risiko 20.00 S: -
pertumbuhan O: - terlihat CTEV pada kaki
tidak A: tujuan belum tercapai
proposional P: anjurkan ibu untuk skrining kesehatan bayi terkait
pemeriksaan fisik
4 07/09/2019 Risiko 20.00 S: ibu mengatakan mengerti mengenai penjelasan
keterlambatan tentang pentingnya monitor perkembanganyang
perkembangan diberikan oleh perawat
O: - BB saat ini: 3360 gram
- PB: 52 cm
A: tujuan tercapai
P: lanjutkan monitor perkembangan bayi
5 07/09/2019 Ketidakefektifan 20.00 S: Ibu mengatakan mengerti mengenai penjelasan
proses menyusui yang diberikan
O: ibu menyatakan ASI dapat keluar namun sedikit
A: tujuan belum tercapai
P: lanjutkan rencana untuk melakukan pijat payudara
dan memompa asi

42
6 07/09/2019 Instabilitas suhu 20.00 S: -
O: suhu bayi dalam rentang normal (suhu 36,7oC)
A: tujuan tercapai
P: pertahankan kondisi klien, monitor suhu bayi

43
BAB 4
INTERVENSI JURNAL

4.1 Ringkasan Jurnal


Judul :Singing, sharing, soothing – biopsychosocial rationales for parental
infant-directed singing in neonatal pain management: A
theoretical approach
Penulis :Alexandra Ullsten, Mats Eriksson, Maria Klassbo and Ulrik
Volgsten
Tahun : 2018
Latar Belakang : Bayi dilakukan perawatan pada NICU rata-rata
dilakukan prosedur tindakan yang membuat bayi merasakan nyeri setiap
prosedur yang dilakukan per harinya. Hanya sedikit bayi yang menerima
perawatan dengan farmakologi dan nonfarmakologi terapi analgesik yang
sesuai, hal ini karena kesulitan dalam memahami rasa sakit pada bayi.
Pengamatan rasa sakit dilakukan pengamatan pada perilaku nyeri pada
bayi, misalnya, ekspresi wajah dan menangis, merupakan dasar dari
penilaian nyeri neonatal. Nyeri memiliki dampak negatif bagi
pengembangan dan perilaku pada bayi untuk kedepannya.Obat analgesik,
yang dapat menurunkan nyeri juga memiliki efek samping perkembangan
negatif bagi bayi. Salah satu intervensi yang baik untuk mengurangi nyeri
dan stress pada bayi. Intervensi musik, baik secara langsung maupun
direkam, memiliki efek samping jangka pendek dan dampak perilaku pada
bayi prematur dan jangka pendek yang dirawat di rumah sakit dan bagi
orang tua mereka, dengan respon stres berkurang bayi dan perilaku
menangis berkurang, hal tersebut dapat mengurangi stres orangtua dan
kecemasan, dan meningkatkan interaksi dan ikatan antara orang tua dan
bayi. Implikasi: Penelitian ini menunjukan bahwa orang tua seharusnya
memberdayakan kehadirannya dan menggunakan suaranya untuk
mempengaruhi bayinya secara positif serta pada orang tua itu sendiri.
Intervensi musik secara langsung ataupun direkam memiliki dampak
jangka pendek pada fisiologis, prilaku bayi dan respon nyeri pada bayi

44
yang dirawat dirumah sakit. Sedangkan untuk orang tua dapat mengurangi
stress dan kecemasan pada orang tua dan meningkatkan interaksi dan
ikatan pada orang tua dan anak. Dengan cara ini fitur protomusical
biopsikososial, orang tua dapat menggunakan terapi musik pada bayi
untuk mengurangi pengalaman nyeri yang dirasakan. Gaya bernyanyi,
berbagi dan memodulasi vitalitas dinamis intensmempengaruhi dari
pengalaman nyeri pada bayi.

45
Judul :Parents’ musical engagement with their baby in the neonatal unit
to support emerging parental identity: A grounded theory study

Penulis :Elizabeth McLean, Katrina Skewes McFerran, dan Grace A. Thompson

Tahun : 2018

Ringkasan jurnal :Pengalaman orang tua pada kelahiran prematur sering


ditandai dengan distress, trauma, depresi, dan keputusasaan. Terdapat
intervensi dini yang menargetkan orangtua dalam pengurangan depresi dan
keputusasaan dan mendukung responsif orangtua dalam meningkatkan
pengembangan anak prematur kemudian dan meningkatkan kesehatan
psikologis orang tua. Intervensi yang dilakukan berupa terapi musik yang
pada saat ini sedang berkembang dimana intervensi ini menggunakan
pendekatan yang mendukung orang tua untuk berinteraksi secara musical
dan menghubungkan antara orang tua dengan bayi mereka yang dirawat di
rumah sakit.Terapis musik bertujuan untuk memberdayakan orang tua
dalam peran mereka sebagai pengasuh dengan menawarkan dukungan dan
pendidikan tentang penggunaan suara orang tua untuk menghubungkan,
keterlibatan orang tua dan menenangkan bayi mereka. Terapis juga dapat
mendukung orang tua untuk menafsirkan dan respons fisik, neurologis,
dan perilaku bayi mereka yang kompleks selama terapi musik bersama.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa keterlibatan musik terapi yang
diberikan orang tua dengan bayi mereka memberikan satu cara unik untuk
mengatasi kendala lingkungan, sosial dan pribadi untuk secara aktif.
Respons bayi terhadap interaksi musikal orang tua memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap sejauh mana orang tua ini merasa percaya diri
dan nyaman untuk meningkatkan hubungan dengan bayi mereka. Melalui
terapi musik menyebabkan peningkatan respon bayi terhadap orang tua
mereka sehingga selama perawatan yang dilakukan bayi dapat
meningkatkan respon terhadap identitas dari orang tua.

46
4.2 Analisis SWOT
1) Strength
No Kekuatan Nilai Bobot Total
1 Intervensi musik, baik secara langsung 4 0,3 1,2
maupun direkam, memiliki efek
samping jangka pendek dan dampak
perilaku pada bayi prematur dan jangka
pendek yang dirawat di rumah sakit dan
bagi orang tua mereka, dengan respon
stres berkurang bayi dan perilaku
menangis berkurang, hal tersebut dapat
mengurangi stres orangtua dan
kecemasan, dan meningkatkan interaksi
dan ikatan antara orang tua dan bayi.
2 Rasa sakit muncul dari jaringan 3 0,3 0,9
aktivitas otak yang terdistribusi, ketika
jaringan ini disinkronkan menghasilkan
aktivitas sensorik, emosional, motivasi,
dan pengalaman kognitif yang akan di
simpulkan sebagai rasa sakit. Pada bayi
emosi yang dikeluarkan sebagai respon
nyeri dapat dimiliki efek kuat pada
persepsi nyeri, emosi negatif dapat
meningkatkan rasa sakit sehingga
dengan adanya pereda emosi negative
oleh nyanyian orang tua dapat
mengubah emosi negatif menjadi emosi
yang positif.
3 Ketika orang tua bernyanyi dan 3 0,2 0,6
berbicara dengan bayinya akan
mengaktivasi dopamine yang penting
untuk perkembangan bayi sistem saraf

47
bayi. Dopamin akan berfungsi juga
untuk melindungi otak bayi dari stres
dan rasa sakit awal kehidupan. Afektif
sosial interaksi seperti wajah positif
orang tua dan ekspresi vokal, juga
memicu endogen bayi sistem opioid,
sistem morfin internal tubuh, yang
melepaskan respons anti-stres dan
secara umum akan menenangkan.
4 Orang tua yang melakukan dapat 2 0,1 0,2
mengurangi stress dan kecemasan pada
orang tua dan meningkatkan interaksi
dan ikatan pada orang tua dan anak.
Dengan cara ini fitur protomusical
biopsikososial, orang tua dapat
menggunakan terapi musik pada bayi
untuk mengurangi pengalaman nyeri
yang dirasakan. Gaya bernyanyi,
berbagi dan memodulasi vitalitas
dinamis intensmempengaruhi dari
pengalaman nyeri pada bayi.
5 Intervensi yang digunakan juga tidak 2 0,1 0,2
memerlukan biaya tambahan yang
besar, karena intervensi bernyanyi
kepada bayi dapat dilakukan secara
langsung ataupun dengan merekam
suara nyanyian ibu sehingga tanpa
kehadiran dari ibu intervensi dapat
berlangsung walupun kurang maksimal
TOTAL 3,1

48
2) Weakness
No Kelemahan Nilai Bobot Total
1 Intervensi bernyanyi kepada bayi yang 3 1 3
menjalani tindakan invasif untuk
meredakan rasa nyeri memerlukan
keterlibatan dan kemauan dari orang
tua untuk bersama – sama memberikan
terapi kepada bayi. Namun, tidak
semua ibu mampu bernyanyi terapi
seperti intervensi yang dilakukan,
sehingga perlu pelatihan dan kemauan
tinggi dari ibu untuk memberikan terapi
bernyanyi kepada bayinya.
TOTAL 3
Berdasarkan uraian diatas nilai SW mewakili sumbu X sehingga nilai X
= S-W (3,1 – 3), jadi X = 0,1

49
3) Opportunity
No Peluang Nilai Bobot Total
1 Penerapan intervensi kehadiran ibu 4 0,5 2,0
yang memberikan nyanyian, suara dan
kehadiran di dukung dengan adanya
program Family Centered Care (FCC)
yang didefinisikan sebagai pemberian
perawatan mementingkan dan
melibatkan peran penting dari
keluarga. Adanya dukungan keluarga
akan membangun kekuatan,
membantu untuk membuat suatu
pilihan yang terbaik, dan
meningkatkan pola normal yang ada
dalam kesehariannya selama bayi sakit
dan menjalani perawatan.
2 Treatment dalam terapi musik 4 0,5 2,0
dilakukan dalam berbagai metode,
diantaranya dengan menyanyi dan
bermain instrumen, menulis lagu,
memilih lagu, terapi musik sebagai
hiburan (music therapy entertainment),
guided imagery, improvisasi, dan
mendengarkan musik. Musik yang
digunakan dalam terapi music sendiri
disarankan merupakan musik yang
lembut dan teratur seperti
instrumentalia dan musik klasik.
Terapi nyanyian dan musik sebelumnya
telah banyak dilakukan dalam tatanan
kesehatan seperti untuk menurunkan

50
kecemasan, menurunkan nyeri dan juga
sebagai media distraksi.
TOTAL 4,0

51
4) Treat
No Ancaman Nilai Bobot Total
1 Perilaku ibu yang kasihan dan terbawa 3 1,0 3,0
sauna melihat anaknya menangis saat
dilakukan tindakan invasive dapat
menghambat proses pemberian
intervensi.
TOTAL 3,0

Berdasarkan uraian diatas nilai OT mewakili sumbu Y sehingga nilai Y


= O – T (4,0 – 3,0 ), jadi Y = 1,0. Dari hasil sumbu X (0,1) dan sumbu
Y(1,0) sehingga titik temu sumbu XY (0,1; 1,0)

XY (0,1 1,0)

Perpotongan antara sumbu X dan sumbu Y berada pada kuadra I yang


berarti situasi yang sangat menguntungkan, atau peluang yang sangat
besar untuk penerapan intervensi. Menggunakan kekuatan internal dari
intervensi untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

52
4.3 Pembahasan
Penerapan intervensi terapi nyanyian dari ibu kepada bayi yang menjalani
hospitalisasi dan tindakan invasif dari beberapa peneelitian sebelumnya
dikatakan sangat efektif. Bayi dengan perawatan NICU rata-rata
dilakukan tindakan yang membuat bayi merasakan nyeri. Saat ini hanya
sedikit bayi yang menerima perawatan dengan farmakologi terapi
analgesik yang sesuai, hal ini karena kesulitan dalam memahami rasa sakit
yang dirasakan bayi. Pengamatan rasa sakit dilakukan pengamatan pada
perilaku nyeri pada bayi, misalnya, ekspresi wajah dan menangis,
merupakan dasar dari penilaian nyeri neonatal. Nyeri memiliki dampak
negatif bagi pengembangan dan perilaku pada bayi untuk kedepannya.
Obat analgesik, yang dapat menurunkan nyeri juga memiliki efek samping
perkembangan negatif bagi bayi. Rasa sakit muncul dari jaringan aktivitas
otak yang terdistribusi, ketika jaringan ini disinkronkan menghasilkan
aktivitas sensorik, emosional, motivasi, dan pengalaman kognitif yang
akan di simpulkan sebagai rasa sakit. Pada bayi emosi yang dikeluarkan
sebagai respon nyeri dapat dimiliki efek kuat pada persepsi nyeri, emosi
negatif dapat meningkatkan rasa sakit sehingga dengan adanya pereda
emosi negative oleh nyanyian orang tua dapat mengubah emosi negatif
menjadi emosi yang positif. Ketika orang tua bernyanyi dan berbicara
dengan bayinya akan mengaktivasi dopamine yang penting untuk
perkembangan bayi sistem saraf bayi. Dopamin akan berfungsi juga untuk
melindungi otak bayi dari stres dan rasa sakit awal kehidupan. Afektif
sosial interaksi seperti wajah positif orang tua dan ekspresi vokal, juga
memicu endogen bayi sistem opioid, sistem morfin internal tubuh, yang
melepaskan respons anti-stres dan secara umum akan menenangkan. Hasil
analisis SWOT yang dilakukan juga menunjukan bahwa intervensi ini
sangat berpeluang untuk dilakukan dengan memaksimalkan kekuatan
internal yang dimiliki. Penerapan sangat mungkin dilakukan mengingat
saat ini pemerintah telah menyetujui adanya perawatan yang berfokus
kepada keluarga sehingga dalam setiap kegiatan keperawatan keluarga
dapat dilibatkan dan dimandirikan. Intervensi jurnal ini sangat baik

53
dilakukan selain bermanfaat bagi bayi juga akan membantu psikologis dari
ibu bayi karena ibu dapat melihat anaknya dapat kontak dengan anaknya
dan mengetahui tindakan yang diberikan kepada anaknya.

54
BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5. 1 SIMPULAN

Spina bifida adalah salah satu gangguan penutupan neural tube yang menyebabkan
terjadinya malformasi kongenital dan mempengaruhi sistem saraf. Penonjolan dari
korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan pada korda spinalis dan saraf,
sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi pada bagian tubuh yang dipersarafi
oleh saraf tersebut atau di bagian bawahnya. Kelainan ini seringkali muncul pada
daerah lumbal atau lumbo-sacral junction. Tetapi juga dapat terjadi pada regio
servikal dan torakal meskipun dalam skala yang kecil. Spina bifida paling mungkin
disebabkan oleh multifaktorial, yang berarti bahwa beberapa penyebab (termasuk
faktor genetik, gizi, dan/atau lingkungan). Menurut beberapa studi, kekurangan asam
folat yang dikonsumsi ibu selama kehamilan merupakan salah satu faktor yang
mengontribusi munculnya spina bifida. Gejala klinis yang timbul menyebabkan
disfungsi banyak organ dan struktur, termasuk tulang, kulit, dan saluran
genitourinaria, di samping sistem saraf perifer dan sentral. Pada 75% kasus,
meningomielokel terjadi pada daerah lumbosakral. Lesi pada daerah sakrum bawah
menyebabkan inkontinensia usus besar dan kandung kencing dan disertai dengan
anastesi pada daerah perineum namun tanpa gangguan fungsi motorik. Untuk
pemeriksaan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan rontgenogram sederhana,
ultrasonografi, dan tomografi komputasi (CT) dengan metrizamid atau resonansi
magnetic (MRI) untuk menentukan luasnya keterlibatan jaringan saraf jika ada dan
anomali yang terkait, termasuk diastematomielia, medulla spinalis tertambat dan
lipoma. Penderita dengan kebocoran cairan serebrospinal (CSS) atau kulit yang
menutup tipis harus dilakukan pembedahan segera untuk mencegah meningitis. CT
scan kepala dianjurkan pada anak dengan meningokel karena ada kaitannya dengan
hidrosefalus. Dengan perawatan yang sesuai, banyak anak dengan spina bifida dapat
hidup sampai dewasa. Setelah dioperasi mielomeningokel memiliki harapan hidup 92
% ( 86 % dapat bertahan hidup selama 5 tahun).

55
5.2 SARAN

1. Saran bagi perawat dapat diharapkan dapat menerapkan intervesi jurnal


dengan menghadirkan ibu untuk menemani dan memberi terapi bernyanyi
untuk bayinya sebelum akan dilakukan tindakan invasif.
2. Orang tua ikut serta dalam pelaksanaan intervensi dalam memberikan terapai
bernyanyi dalam manajemen nyeri bayinya.

56
DAFTAR PUSTAKA

Rasjad, Chairuddin. Penyakit Akibat Lesi Medula Spinalis dalam: Pengantar Ilmu
Bedah Orthopedi. Edisi Ketiga. Jakarta: Yarsif Watampone; 2009. Hal 257-9.
Solomon, Louis. Neuromuscular disorder in: Apley’s System of Orthopaedic and
Fractures. 8th ed. London: Arnold; 2001. P 214-6.
Sadler, T.W. Central Nervous System in : Langman’s Medical Embriology, 8th ed.
Montana: Twin Bridges; P.194-5, 443-8
De Jong,Wim. Sistem Saraf dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2004. Hal 811-4.
Scwarts, S. I. Neurosurgery in : Principles of Surgery. 9 th ed. USA; 2010. P. 904, 922
Satyanegara. Disgrafisme Spinal dalam : Ilmu Bedah Saraf. Edisi Ketiga, Jakarta:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama; 1998. Hal.301-05.
Griffin, Mike. Occupational Therapy Revision Notes : Spina Bifida [Online] June 5th
2014, [cited September 8th,2019]; Available from URL:
http://www.otdirect.co.uk
Anonim. Spina Bifida [Online] 2014, [cited September 8th,2019]; Available from
URL: http://www.wikipedia.com
Kugler, Mary. Spina Bifida [Online] June 24th 2013, [cited September 8th,2019];
Available from URL: http://www.raredisease.about.com
Ellenbogen. Richard.G. Neural Tube Defects in the Neonatal Period. [Online] Jan
30th 2014, [cited September 8th,2019]; Available from URL:
http://www.emedicine.com
Anonim. Myelodisplasia [Online] 2012, [cited September 8th,2019]; Available from
URL: http://www.posna.com
Anonim. Spina Bifida (Sumbing Tulang Belakang) [Online] 2013, [cited September
8th,2019]; Available from URL: http://www.medicastore.com
Anonim. Spina Bifida [Online] 2018, [cited September 8th,2019]; Available
from:URL: http://www.emedicinehealth.com
Anonim. Spina Bifida Picture [Online] 2010, [cited September 8th,2019]; Available
from:URL: http://www.google.com.
l

Article
Music & Science
Volume 1: 1–13
Singing, sharing, soothing – biopsychosocial ª The Author(s) 2018
Reprints and permissions:

rationales for parental infant-directed sagepub.co.uk/journalsPermissions.nav


DOI: 10.1177/2059204318780841
journals.sagepub.com/home/mns
singing in neonatal pain management:
A theoretical approach

Alexandra Ullsten,1,2, Mats Eriksson 3


, Maria Klässbo2 and
Ulrik Volgsten1

Abstract
Infant-directed singing is a medium for parents and infants to communicate in a mutual relationship. Parental infant-
directed singing is a multisensory, biopsychosocial communication that applies to ill and vulnerable hospitalised infants.
The primary musical features of infant-directed singing are ideal for emotional coordination and sharing between parent
and infant without the risk of over-stimulation. In this article, we suggest that parental infant-directed singing is regarded as
a nonpharmacological emotion regulation intervention, which may modify the painful experience for both the infant and
the parent before, during and after painful procedures in the neonatal intensive care context. Parents have the biopsy-
chosocial resources to alleviate their infant’s pain through infant-directed singing, if they are empowered to do so and
coached in this process. A music therapist specialised in neonatal music therapy methods can mentor parents in how to
use entrained and attuned live lullaby singing in connection to painful procedures. Pain and the vast amount of painful
procedures early in infancy, combined with early parent–infant separation and lack of parental participation in the care of
the infant during neonatal intensive care, place arduous strain on the new family’s attachment process and on the infant’s
and parents’ mental health, both from a short and long-term perspective. Therefore, we argue with biopsychosocial
rationales, that live parental infant-directed singing should be promoted in neonatal pain care worldwide. Consequently,
parents should be welcomed round the clock and invited as prescribed pain management for their infant.

Keywords
Affect attunement, biopsychosocial, infant, infant-directed singing, music therapy, pain management, parent, vitality affects

Submission date: 14 March 2018; Acceptance date: 14 May 2018

If a community values its children, it must cherish their participation in pain relief, which may result in inadequate
parents. (Bowlby, 1951, p. 84) pain management (Axelin et al., 2015; Courtois et al., 2016;
Palomaa, Korhonen, & Pölkki, 2016). When born prema-
An ongoing global paradigm shift in neonatal care is the turely (before 37 full weeks of gestation), or when critically
concept of family-centred care (Fellman, 2017). Neonatal
care in the Nordic countries is on the front line of welcom- 1
Department of Musicology, Örebro University, Sweden
ing and including both parents in the everyday care of their 2
Centre for Clinical Research, Värmland County Council, Karlstad,
infant as well as providing facilities for the parents to stay Sweden
overnight (Nordhov et al., 2010; Olsson et al., 2012; Örten- 3
Faculty of Medicine and Health, Örebro University, Sweden
strand et al., 2010; Pallás-Alonso et al., 2012; Raiskila,
Axelin, Rapeli, Vasko, & Lehtonen, 2014; Raiskila et al., Corresponding author:
Alexandra Ullsten, Värmland County Council, Karlstad, Sweden. Music
2017). However, in neonatal pain care the caregiving cul- and Art Therapy Department, Central Hospital, SE-651 82 Karlstad,
ture in many neonatal intensive care units (NICU) today, Sweden.
even in the Nordic context, still restricts parental Email: alexandra.ullsten@liv.se

Creative Commons Non Commercial CC BY-NC: This article is distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution-NonCommercial 4.0 License (http://www.creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/) which permits non-commercial
use, reproduction and distribution of the work without further permission provided the original work is attributed as specified on
the SAGE and Open Access pages (https://us.sagepub.com/en-us/nam/open-access-at-sage).
2 Music & Science

ill at birth, an infant will be cared for in the NICU. Con- interventions including their presence and use of their voice
tinuous advancements in neonatal care allow infants to to positively impact their infants as well as themselves
survive outside the womb at younger gestational ages with (O’Toole, Francis, Pugsley, & Gephart, 2017).
increased survival of the extremely preterm, born from 22 Affects provide the basic neurological foundation for
weeks of gestation (Moore, Lemyre, Barrowman, & the formation of emotions and feelings. Affects are often
Daboval, 2013). Yet, the increased survival might also followed by bodily responses. Both unpleasant and pleasant
require intense, stressful and painful medical treatments affects trigger neurotransmitters and hormones in the
(Zimmerman & Bauersachs, 2012). In most countries infant’s body and brain (Hart, 2008). The network of brain
worldwide, NICUs are not welcoming parents to partake regions that encodes both the affective and sensory aspects
in their infant’s care around the clock (Greisen et al., 2009). of the pain experience have been well described in adults
Infants are therefore separated from their parents for long but not sufficiently in infants, though we know that the
periods of time, causing a relational traumatisation (Feld- immature infant is more sensitive to pain than adults (Gok-
man, Weller, Leckman, Kuint, & Eidelman, 1999; Shaw san et al., 2015). New research shows that almost all
et al., 2009). Repeated, cumulative and inadequately regions of the brain that are activated during acute pain
treated procedural pain in addition to separation from the in adults, are also activated in healthy full-term newborn
parent, will not just harm the infant physically and psycho- infants (Goksan et al., 2015). However, noxious stimula-
logically in the short term, including increasing the risk for tion in infants does not evoke activity in the amygdala or
abnormally heightened sensitivity to pain (Taddio, Shah, orbitofrontal cortex. It is therefore plausible that infants do
Atenafu, & Katz, 2009), but might also jeopardise the new not experience the full range of aversive qualities that
family’s attachment process and mental health in the long adults associate with pain (Goksan et al., 2015). On the
term and for generations to come (Cirulli et al., 2010). other hand, Goksan et al. (2015) showed that the anterior
Infants cared for in the NICU experience on average cingulate cortex, which is a brain region involved in affec-
between 7 and 17 painful procedures per day (Cruz, Fer- tive processing, is activated in infants following noxious
nandes, & Oliveira, 2016). Only very few infants receive stimulation. The cingulate gyrus directs the infant’s atten-
appropriate pharmacological and nonpharmacological tion towards outside stimuli, but also registers the infant’s
analgesic therapy (Carbajal et al., 2015; Cruz et al., 2016; internal emotional states in relation to other people as well
Roofthooft, Simons, Anand, Tibboel, & van Dijk, 2014). as to painful and other somatosensory signals arising inside
Due to the difficulty in understanding pain in a population the body. The cingulate gyrus interacts with the insula area
that does not verbalise pain, observations of pain beha- where the sensory aspects of pain are processed. The insula
viour, e.g., facial activity and cry, form the basis of the receives pain signals from the internal organs and from the
assessment of neonatal pain. There is still no gold standard skin. The cingulate gyrus processes the affective aspects of
for pain assessment in infants and there are at least 29 pain and is activated both when a person feels pain him/
available pain scales, both one-dimensional and multidi- herself (including social rejection pain), and when he/she
mensional, used in preterm and full-term infants in situa- feels someone else’s pain, regardless of whether this pain is
tions of acute and prolonged pain (de Melo et al., 2014; physical or psychological (Hart, 2008). The cingulate gyrus
Stevens et al., 2014; van Dijk et al., 2006). Pain has a long- has a high concentration of opioid receptors. Activation of
term negative impact on infant’s development and future this region offers the infant a sense of safety and related-
behaviour (Verriotis, Chang, Fitzgerald, & Fabrizi, 2016), ness. The anterior cingulate gyrus also contains cells that
but so do analgesic drugs, which also have negative devel- are rich in receptors for the neurotransmitter dopamine. The
opmental side effects (de Graaf et al., 2011). Research cingulate gyrus is believed to develop during the first
shows that for the most common procedure in the NICU, months of life (Hart, 2011), but as Goksan et al. (2015)
skin puncture, topical anaesthetics are not effective, nor is have shown, it is active in affective pain processing from
morphine or paracetamol (Fernandes, Campbell-Yeo, & birth. This suggests that infants have the capacity to expe-
Johnston, 2011). The limited choice of pharmacological rience an emotionally relevant context related to incoming
agents and the high frequency of painful procedures in sensory input. It is therefore plausible that infants are
NICUs, emphasise the need for nonpharmacological responsive to affective pain-alleviating interventions from
approaches to pain management such as oral sweet solu- birth. Music, and especially singing, is commonly used to
tions, non-nutritive sucking, skin-to-skin contact and facili- successfully modulate infant affect (Trehub, Ghazban, &
tated tucking (Fernandes et al., 2011). Among the Corbeil, 2015).
nonpharmacological approaches, the biopsychosocial per- Music interventions, both live and recorded, have a mea-
spective strongly supports parent-driven interventions surable short-term physiological and behavioural impact on
(Campbell-Yeo, Fernandes, & Johnston, 2011). Coaching hospitalised preterm and term infants and on their parents,
parents to better meet their infant’s attachment needs dur- with reduced infant stress responses and inconsolable cry-
ing times of pain may lead to more efficacious interven- ing behaviour, reduced parental stress and anxiety, and
tions (Pillai Riddell et al., 2012). Research clearly shows improved parent–infant interaction and bonding (Anderson
that parents should be empowered to use parental & Patel, 2018; Arnon et al., 2014; Bieleninik, Ghetti, &
Ullsten et al. 3

Gold, 2016; Ullsten et al., 2017). Music interventions have theoretical fields of modern neuroscience and developmen-
improved infant’s vital signs, increased levels of quiet alert tal psychology in order to gain a deeper understanding of
or quiet sleep states (Loewy, Stewart, Dassler, Telsey, & the complexities of infant development that take place in
Homel, 2013), improved weight gain and reduced length of close interaction with the infant’s caregivers. In our article,
hospitalisation compared to a control group (Garunkstiene, we will also expand on the neuroaffective developmental
Buinauskiene, Uloziene, & Markuniene, 2014; Saliba, psychology synthesis by including research from neonatal
Esseily, Filippa, Kuhn, & Gratier, 2017; Standley, 2012; music therapy.
van Der Heijden et al., 2016). The long-term effects have so
far been insufficiently studied (Bieleninik et al., 2016;
Pain modulation is influenced by
Haslbeck, 2012). In procedural pain management, recorded
lullabies and recorded maternal voice have been shown to neurochemical processes
have certain positive effects on infant’s behavioural pain Pain arises from a distributed network of brain activity,
indicators (Azarmnejad, Sarhangi, Javadi, & Rejeh, 2015; none of which is unique to pain. When this network is
Bergomi et al., 2014; Bo & Callaghan, 2000; Butt & Kisi- synchronised it results in the sensory, emotional, motiva-
levsky, 2000; Chirico et al., 2017; Chou, Wang, Chen, & tional, and cognitive experience that constitutes pain (Ver-
Pai, 2003; Pölkki & Korhonen, 2014; Qiu et al., 2017; riotis et al., 2016). Dopamine, oxytocin, the endogenous
Shabani, Nayeri, Karimi, Zarei, & Chehrazi, 2016; Tramo opioid system, the anterior cingulate cortex and the insula,
et al., 2011). To our knowledge, no study has so far may all contribute to the emotional modulation of pain
assessed the pain-alleviating effects of infant-directed live (Roy, Piché, Chen, Peretz, & Rainville, 2009; Swain
singing performed by a parent during acutely painful pro- et al., 2014; Uvnäs-Moberg, 2009). Emotions can have
cedures. Based on what we know, our research (Ullsten strong effects on pain perception; negative emotions
et al., 2017) was the first clinical trial to measure the increase pain, whereas positive emotions decrease pain
pain-relieving effects of live lullaby singing on behavioural (Roy et al., 2009). The neurochemical systems are innate
and physiological pain responses during venipuncture in and biological, but at the same time also dependent on and
preterm and term neonates; though the live lullaby singing responsive to environmental stimulation. Nature and nur-
was not performed by a parent but by a music therapy ture are intertwined in neonatal pain experiences. Research
student under training. The results on the physiological and has identified several hormonal and other physiological
behavioural variables we could assess, did not show any mechanisms mediating the effects of parent–infant proxim-
significant pain-alleviating effects of live lullaby singing ity on attachment and pain (Rilling, 2013; Swain et al.,
on preterm and term infant’s pain responses during veni- 2014), such as dopamine and oxytocin. Affects seem to
puncture, nor did they indicate that live lullaby singing was influence the transmission of pain information to somato-
harmful or stressful. Still, the lullaby singing significantly sensory regions and modulate spinal pain processes and
calmed the infant’s respiration before venipuncture and pain perception (Hsieh et al., 2014; Roy, Lebuis, Hugue-
there were non-significant trends with fewer and shorter ville, Peretz, & Rainville, 2012; Roy et al., 2009). When
skin punctures during lullaby singing (Ullsten et al., regulating interactions with the infant, the parent acts as the
2017). These results indicate the potential efficacy of live external regulator of the neurochemistry in the infant’s
infant-directed singing in neonatal pain management, given brain as well as in the infant’s endocrine and nervous sys-
that one vital factor for not reaching significant results tem (Ham & Tronick, 2009; Pasiali, 2014).
might quite plausibly have been the absence of parental Positive interactions with the infant, such as infant-
participation in the study design. directed singing, trigger, for example, activation of the
In this theoretical article we present and discuss the neurotransmitter dopamine, which stimulates the reward
biopsychosocial rationales for ratifying parents’ presence centres in the infant’s brain through the opioid system and
in neonatal pain management in combination with live par- inhibits cortisol receptors (Swain et al., 2014). Loving and
ental infant-directed singing (PIDS) and the concept of enjoyable parent–infant interactions are important for the
affect as the principal link between the infant’s experienced release of dopamine, which enhances curiosity and exer-
pain and clinical interventions. Our aim is to synthesise cises the infant’s nervous system to handle increasing lev-
concepts, theories and previous interdisciplinary research els of arousal. Pleasurable dopamine activation early in
to better form the expectations and safety of PIDS as pain infancy, such as when parents sing and appreciate their
management. Before studying the PIDS intervention in infant, is important for the development of the infant’s
vivo it is essential to hypothetically map the underlying nervous system, for protecting the infant’s brain from con-
analgesic aspects of this unexplored intervention, including sequences of early-life stress and pain and for promoting
the role of the music therapist in neonatal pain manage- attachment formation (Swain et al., 2014). Social affective
ment. As a biopsychosocial framework for this article we interactions such as PIDS, with parents’ positive facial and
refer to neuroaffective developmental psychology as vocal expressions, also trigger the infant’s endogenous
defined by psychologist Susan Hart (2008, 2011). Neuroaf- opioid system, the body’s internal morphine system, which
fective developmental psychology integrates the releases anti-stress responses and has a generally calming
4 Music & Science

influence on negative arousal. Opioids are involved in reg- degree of control in a challenging or stressful situation, the
ulating pain, joy and reward responses. High opioid levels event is not always experienced as distressing. It is the per-
lead to a sense of safety. Opioids, which are released in case ception of the stressful experience that determines the
of fear and of pain, have a calming effect and may reduce amount of stress hormone cortisol that is released. Coping
pain and stress, acting to modify the infant’s mood and pain strategies or a sense of control reduce the negative experi-
perception. ence of stress and therefore quickly bring the cortisol level
The neuropeptide hormone oxytocin is also a calming back to normal (Gerhardt, 2015). What seems to be most
hormone which is a well-known component of a complex crucial for an infant before, during and after a painful situ-
biobehavioural system and plays a crucial role in the ation as well as for forthcoming painful experiences, is the
infant’s and parent’s central nervous systems in establish- extent to which the parent is emotionally available and sta-
ing parental–infant attachment (Gerhardt, 2015; Pasiali, ble, capable of noticing signals and able to regulate and share
2014; Seltzer, Ziegler, & Pollak, 2010; Swain et al., the infant’s states (Pillai Riddell et al., 2011).
2014). Oxytocin and the opioid system are closely related. Sometimes it is not the parents’ absence that is the prob-
Oxytocin may alleviate pain and reduce stress through lem for the hospitalised infant, but the quality of the par-
increasing the sensitivity of the opioid system and enhan- ents’ presence (Gerhardt, 2015). Since infants use their
cing the release of dopamine and endorphins (Uvnäs- parents to regulate their own affective states and beha-
Moberg, 2009). Parents’ interactions with the infant viours, they may both be the source of each other’s stress.
enhance oxytocin and dopamine release in parents and pro- When infants and parents share affects, parents are also
mote the maintenance of positive parental behaviours such hurt when their infant is in pain. Prolonged early separation
as attentiveness and sensitive caregiving (Rilling, 2013; in the NICU and lack of parental involvement in the
Swain et al., 2014; Uvnäs-Moberg, 2009). Through sooth- infant’s pain management cause distress in the relationship
ing and comforting PIDS, the parent is regulating both his/ between parents and infant and may lead to parental stress
her own oxytocin level and the infant’s, because the oxy- and depression, which impairs parents’ capacity for parent-
tocin is released as a result of sensory stimuli such as voca- ing (Ahlqvist-Björkroth, Boukydis, Axelin, & Lehtonen,
lisation and facial expressions that express safety. Research 2017; Flacking et al., 2012). Research has also documented
with older children has shown that a mother’s comforting an enhanced risk for post-partum depressions in mothers
vocalisations alone, can release oxytocin in the child after a after caesarean sections, which per se delays and impairs
stressful event, without involving direct physical or other the early mother–infant interaction (Velandia, Matthisen,
types of somatosensory (perception of sensory stimuli from Uvnäs-Moberg, & Nissen, 2010). Stress and depression
the skin and internal organs) contact (Seltzer et al., 2010). raise the cortisol levels in the infant and the parent respec-
Both direct, interpersonal contact and vocal contact alone tively, and raised levels increase the intensity of anxiety
were effective at reducing the children’s stress, although reactions, which in turn may increase the painful experi-
the condition involving touch resulted in a more rapid ence (Gerhardt, 2015). Cortisol also activates the HPA sys-
reduction and the effect in both conditions was maintained tem, preparing the body for fight, flight or freeze response
up to one hour post stressor (Seltzer et al., 2010). (Anderson & Patel, 2018; Ullsten, Eriksson, Klässbo, &
A parent’s sensitive care, helping the infant Volgsten, 2016). Cortisol has a long-lasting effect on the
to self-regulate and attain homeostasis, seems to organs and both deficient and excessive levels of activity in
prevent hyperactivation of the stress response system, the HPA system can be harmful for the infant’s developing
hypothalamic-pituitary-adrenal axis of the endocrine sys- nervous system and can divert energy from crucial brain
tem (HPA). Research has shown that infant’s and older development (Anderson & Patel, 2018; Hart, 2008).
children’s distress during painful medical procedures is Affects are contagious, and affect contagion refers to the
strongly influenced by the parents’ sensitive behaviour induction of an affect in one person from seeing or hearing
such as the parents’ facial expression and tone of voice someone else’s affect display (Stern, 2000). There might be
during the procedures (Franck, Greenberg, & Stevens, a risk of affect contagion if anxious parents, during the
2000; McMurtry, Chambers, McGrath, & Asp, 2010; Pillai painful procedure, transfer their anxiety to their infant. Par-
Riddell et al., 2011; Pillai Riddell & Racine, 2009). If a ents who are under stress, as they usually are during their
parent says, “it doesn’t hurt”, using a reassuring tone of infant’s hospitalisation, are likely to have more difficulty in
voice while the child is hurting, the parent does not com- regulating their infants well (Gerhardt, 2015). Furthermore,
municate a shared affect of the painful experience. Parents’ some parents are overwhelmed by their infant’s distress or
vague and inauthentic attuned commands, like reassurance, have a depressive symptomatology or other mental health
might even increase child distress (McMurtry et al., 2010). problems and are therefore less able to engage their own
If the parent turns to the infant saying, “it hurts but I am executive prefrontal cortex during infant crying and pain
here for you”, a different tone of voice is probably used. It and may thus struggle to regulate their infant’s negative
is the latter that could be considered attuned to the experi- reactions (Rilling, 2013; Swain et al., 2014). Parenting
ence of an infant in pain (McMurtry et al., 2010; Zwimpfer, styles in humans are also likely to be passed down through
2017). When the infant and the parent experience a high generations, which explains in part why the neural and
Ullsten et al. 5

behavioural variations of parenting are associated with a 1988; Tronick, 1989; Tronick et al., 1998). Most of the
parent’s own parental care experiences (Swain et al., 2014). affective states involved in affect attunement are innate
vitality affects (Køppe, Harder, & Væver, 2008). Vitality
affects are connected to vital body rhythms and synchro-
Affective sharing may modify the
nies such as blood pressure, heartbeat and breathing, and to
experience of pain vital life processes such as becoming hungry or falling
A shared secure base (Bowlby, 1969) may modify the expe- asleep (Køppe et al., 2008). The basis of parental attune-
rience of a painful procedure. A newborn infant has an ment and of vitality affects is formed by protomusical ele-
innate capacity to communicate and share affects, which ments such as intensity, contour, timing, temporal beat,
develops through the close relationship with the parents rhythm, duration and shape, performed in infant-directed
(Trevarthen & Malloch, 2000). Communication takes place speech and infant-directed singing (Stern, 2000; Ullsten
through the intentions and affects carried by the music-like et al., 2016; Volgsten, 2012). The intensity profile in inter-
qualities of the infant–parent joint vocalisation in combi- personal interactions, that is, the change in intensity over
nation with the joint dance-like gestures of their bodies and time and the dynamic movement in this communication, is
facial movements within a shared sense of time or a present the foundation of vitality affects (Køppe, Harder, & Væver,
moment (Malloch et al., 2012; Stern, 2005; Ullsten et al., 2008; Smeijsters, 2012; Stern, 2000). Vitality affects are
2016). This communicative musicality is essential for com- present continuously in the background of all interactions
panionable parent and infant communication (Malloch, and are sensed by subtle changes in, for example, the par-
2000). Trevarthen speaks of an intersubjective ability to ent’s vocalisations (Ammaniti & Ferrari, 2013; Dimitriadis
have and share purposes and emotions with other persons. & Smeijsters, 2011). Vitality affects are stabilised through
The sharing of purposes is rewarding to the self regulatory protomusical affect attunement in parent–infant
(Trevarthen, 2008; Trevarthen & Malloch, 2000). Infants, interactions (Ammaniti & Ferrari, 2013). This crucial early
as well as adults, need to share experiences in order to help relationship can only take place when both parties are in a
make sense of them (Trevarthen & Malloch, 2000). relatively calm and secure state and when the infant is
Trevarthen’s description of intersubjectivity corre- ready for contact (Stern, 2000). An unpredictable environ-
sponds to Stern’s concept of affect attunement, which is ment, premature birth, illness and parental deprivation can
central in interpersonal relatedness and encompasses the hamper the infant’s self-regulatory development (Verriotis
sense of parental emphatic responsiveness (Ammaniti & et al., 2016).
Ferrari, 2013; see also Ainsworth, 1979). According to Sharing is part of human life from the start. Social beha-
Stern (2000), the largest single reason for attuning to their viour such as attachment and communication may even be
infant, according to parents, is simply interpersonal com- established before birth through auditory experience
munion; “to be with” the infant, “to share”, “to participate (Moon, 2011). In the womb, the foetus grows familiar with
in” and “to join in”. More specifically, affect attunement the interior sounds of the mother, continuously enriched by
enables sharing an experience of an inner state between the the multimodal sensory environment; the steady rhythm of
infant and the parent. This process begins when the parent the mother’s heart and breathing, her bloodstream’s swoosh
matches the inner state of the infant without complete imi- and the music of her prosody where the musical qualities of
tation of the exact behaviour (Stern, 2000). Infants have an the voice are salient in the perinatal experience of speech
innate general capacity to receive information derived from (Moon, 2011, 2017; Moon, Lagercrantz, & Kuhl, 2013).
one sensory modality (e.g., hearing) and translate it into From about three months before birth the foetus can hear
another sensory modality (e.g., motion). Such amodal per- a variety of sounds from the extrauterine world. This
ception (Stern, 2000), involving the audiovisual mirror enables the developing foetus to share and acquire prefer-
neurons (Fogassi et al., 2005; Keysers et al., 2003), plays ences for the family’s music, culture and voices (Moon,
a key role in affect attunement whereby the intention, 2011). The mother’s behaviour, the way she moves and
through the characteristics of intensity, timing and shape acts, also becomes familiar to the foetus and is reflected
in the interaction, can be perceived by the infant and care- in her voice (Moon, 2011). The mother’s voice is an ele-
giver on an implicit level and evoke an interpersonal reci- ment of connection, guaranteeing the continuity of prenatal
procally related response from both parties. This creates an and postnatal life (Nöcker-Ribaupierre, 2004). For the new-
experience of emotional connectedness and a subjective born infant, the mother’s voice – along with other devel-
experience of “I feel that you feel that I feel” (Stern, opmentally appropriate sensory events such as touch, light,
2005, p. 91). smell and movement – is a predominant source of multi-
Dyadic regulation thus takes place through affect attu- modal stimulation and regulation (Fancourt & Perkins,
nement, when the parent shares, soothes and consolidates 2018; Krueger, 2010; Lickliter, 2011). Prosody, or the emo-
the infant’s inner state. The infant develops self-regulatory tional expressions in the parent’s voice together with his or
systems when his or her physiobiological rhythms interact her gestures and touch, may well be the most multisensory
with an emotionally available and stable parent in a pre- part of our language; the primary form of communication
dictable environment (Ham & Tronick, 2009; Sander, for infants and parents across cultures (Fernald, 1989;
6 Music & Science

Huotilainen, 2013; Rock, Trainor, & Addison, 1999). The staff (Edwards, 2011). To use the voice and sing in this
soothing and comforting emotion regulation properties of a situation is a challenge to many parents. Parents might feel
lullaby are well known cross-culturally and historically shy and inhibited about singing, especially in a multibed
(Fernald, 1989; Rock et al., 1999; Shenfield, Trehub, & NICU design where the environment includes loud ambient
Nakata, 2003). The newborn infant enters a multisensory noise, stress and unfamiliar situations (Edwards, 2011;
field of affective resonance with the parent via prosody, Shoemark & Arnup, 2014). A family-friendly NICU with
facial expressions, eye contact, body movements and tim- family rooms for couplet care, or beds and privacy within
ing, and through this resonance, infant and parent share and the given design as well as a nurturing unit culture, which
engage in each other’s nervous systems (Ham & Tronick, removes all restrictions with regard to parents, may
2009; Tronick et al., 1998). enhance parent–infant closeness around the clock (Flack-
ing et al., 2012). However, research by Shoemark & Arnup
(2014) shows that most of the mothers in the NICU (60%)
Parental singing as social affective pain
sing spontaneously to their infants. Despite feelings of
alleviation inadequacy, parents can imagine themselves singing to
Both pain and music are complex phenomena, described as their infants even during a painful procedure, knowing it
subjective, multidimensional, perceptual, contextual, biop- will calm the infant and help both themselves and their
sychosocial experiences. A biopsychosocial model of pain infant to cope with the pain:
requires acknowledgement of sociality (Williams & Craig,
2016). In a painful context, it is important to recognise the The blood sampling procedure is horrible but the singing cre-
reciprocal relationship between the infant and the parent. ated a warmer and cosier atmosphere in the room, helping us to
The infant will be sensitive to the parent’s behaviours, focus on our baby’s feelings . . . if the staff would support us
which will influence the infant’s pain expression (Pillai and encourage us to sing during the procedure, then I would
Riddell & Racine, 2009). Multimodal interventions applied absolutely do it, but I would like some hands-on information in
by a parent have been shown to alleviate procedural pain in advance about how to sing. (Father, personal communication
infants (Bellieni et al., 2007). A combination of maternal after a lullaby intervention during venipuncture, February 9,
soothing behaviours has shown to decrease infant reactivity 2013)
in a painful situation (Jahromi, Putnam, & Stifter, 2004).
The combination that was most used among the mothers Surveys show that both nurses and parents are positive
and most effective at reducing all levels of infant distress, toward using music and singing in the NICU (Arnon
was holding/rocking together with soothing vocalising et al., 2006; Loewy et al., 2013; Pölkki et al., 2012a,
behaviours (Jahromi et al., 2004). Singing with an infant 2012b; Shoemark & Arnup, 2014). Parents have described
is a social and often multimodal action, which includes that parent-preferred music, both recorded familiar songs
rhythmically organised auditory, visual, olfactory, tactile, and interactive infant-directed singing, increases the feel-
kinaesthetic and vestibular modalities (Longhi, 2009; ing of security and decreases crying, stress and pain in their
MacKinlay & Baker, 2005; Trehub et al., 2015). Infants infants (Pölkki et al., 2012a).
prefer infant-directed singing and infant-directed speech An impediment to parental-driven nonpharmacological
to adult-directed speech (Fernald, 1989). Infants prefer pain management, including PIDS, might be a risk for
music to speech (Edwards, 2011). Good-enough singing classical conditioning, also called Pavlovian conditioning.
is better for maintaining emotional regulation than using According to the behaviourist psychological approach and
infant-directed speech during painful procedures (Zwimp- the stimulus-response theory, animals can associate stimuli
fer, 2017). Infant-directed singing sustains infant attention with each other (Parncutt, 2009). Parncutt (2009) suggests
without over-stimulation in contrast to infant-directed that this also applies to the human foetus, who can associate
speech or motherese, which may result in cycles of heigh- patterns of sounds with emotions. This should imply that an
tened arousal and re-engagement (Nakata & Trehub, 2004; infant might learn to associate the parent as a person and/or
Ullsten et al., 2016). Lullaby singing is one of the principal the parent’s voice and singing with pain, if the parent rou-
infant-directed song genres (the other one is play songs), tinely sings or plays music to the infant prior to skin punc-
and its repetitiveness is more effective than infant-directed ture. The stimulus-response principle is not applicable in
speech in regulating and comforting the infant’s stimula- PIDS, since the vocal communication in PIDS is live and
tion and affect levels (Corbeil, Trehub, & Peretz, 2015; constantly attuned to the infant’s inner state. PIDS is a
Nakata & Trehub, 2004). The regular pulse of a lullaby multisensory dialogue responsive to the infant’s expres-
soothes not just the infant, but also the parent (Fancourt sions of pain, distress or pleasure (Fellman, 2017). If an
& Perkins, 2018; Ham & Tronick, 2009; MacKinlay & emotionally available parent is constantly altering the tim-
Baker, 2005). ing, intensity and shape of the singing and the actions
Parents have reported that being in the NICU with their according to the infant’s affective behaviour, the parent’s
infant is like being spectators of their own lives, like attend- vocalisation and the parent as a person will not become a
ing a parent school and being constantly evaluated by the conditioned stimulus associated with pain. The risk of
Ullsten et al. 7

classical conditioning is probably more pronounced if the breathing and the voice to match the tone and the timbre of
skin puncture is accompanied by recorded music or a par- the infant’s cry or vocal expressions (Bradt, 2013; Loewy,
ent’s recorded voice. In neonatal pain research, recorded 2013). The parent’s voice may assist the infant in regulat-
music during skin puncture is considered to be a simple, ing and transitioning from negative behavioural states, e.g.,
convenient, inexpensive and complication-free interven- inconsolable crying, enabling a conservation of resources.
tion (Azarmnejad et al., 2015; Kurdahi Badr et al., 2017). Infants who are in pain might withdraw from interaction,
The main author of this article has elsewhere argued against but the musical framing of the infant’s cry opens the poten-
superficial use of music in neonatal pain management tial for interaction and provides comfort, support, release of
(Ullsten, 2017). Infant-directed communication, both tension and a shared feeling of being heard during painful
speech and singing, can be simulated in recording sessions, procedures (Bradt, 2013; Loewy, 2013). Instinctively, par-
but this are not interactive and contingent on the infant’s ents might want to calm a distressed infant without first
responses (Filippa et al., 2017) and the voice is auditory matching the infant’s distress, indirectly leaving the infant
only, not multimodal (Moon, 2017). The parent’s prosody to calm down on his/her own (Hart, 2011). If the parent in
cannot be reduced to an acoustic signal. A parent’s positive connection with the infant’s painful procedure first shares
and soothing voice and touch is powerful. Love and joy are the infant’s affective state and adapts to the infant’s
important elements to provide a secure, safe and shared rhythm, before trying to calm the infant, the infant will feel
emotional base. Painful and noxious stimuli will be over- supported by the parent in a shared attuned down-
powered by the parent’s positive, soothing affect and regulating process. The synchronisation and control of a
attuned sharing, and the infant will learn that security and physiological rhythm by an external stimulus requires
comfort will come from the parent, not pain (L Franck, entrainment (Loewy, 2015; Sander, 1988). The parent
personal communication, March 28, 2017). should use the singing to match the level of the infant’s
emotional intensity, gaining an emotional connection,
before he or she gradually modifies and fine-tunes the style
Implications for music therapy in neonatal
of singing to encourage parent–infant intimacy, calmness
pain practice and sleep (MacKinlay & Baker, 2005). The parent alters
Music is an expected part of parenting in most cultures of this biopsychosocial attunement gradually, following the
the world (Shoemark, 2013). Research shows that bonding, iso principle (Wigram, Nygaard Pedersen, & Bonde,
interacting, communicating, comforting, encouraging fam- 2002), leading the infant into a new but safer affective state,
ily togetherness, so-called social caregiving (Custodero & regulating the infant through social biofeedback and signal-
Johnson-Green, 2008), is the main reason for parents to ling to the infant that he/she understands (Gerhardt, 2015).
sing to their hospitalised infants (Shoemark & Arnup, A central focus of both neonatal music therapy research
2014). In order to feel comfortable in singing and and neonatal music therapy practice is the family-centred
“musicking” with their infants, most parents have stated approach, where the parent and infant are considered to
that they need more guidance from staff and role models hold the primary relationship, while the music therapist
on the unit (Pölkki et al., 2012a). To achieve the benefits holds a supportive external role. A music therapist works
that PIDS can offer, a music therapist specialised in neo- through partnership to support parents to understand and be
natal music therapy methods may function as a guide and a sensitive to their infant’s cues and encourages the parents’
mentor for the parents to use their voices in the NICU own potency to parent a sick infant and to find strategies
(Edwards, 2011; Shoemark, 2017; Shoemark, Hanson- they can use to interact with their infant (Edwards, 2011).
Abromeit, & Stewart, 2015; Whipple, 2000). The notion Familiarity is a key component of music, which can pro-
that humming is as meaningful as singing is a relief for vide comfort in a painful situation (Thompson, 2013). The
many parents, who feel overwhelmed by the idea of singing neonatal music therapist recognises the family’s pre-
in the seemingly public space of the NICU (Edwards, existing musical preferences and parent’s preferred songs
2011). in the therapy and can coach parents how to use entrained
Crying is the most evident signal of infant distress. and attuned live lullaby singing and infant-directed songs
Infant crying prompts caregiving interactions aimed at of kin (Loewy, 2015; Loewy et al., 2013). The song of kin is
relieving the situation. When newborn infants cry, they cry a melody that is identified by the parent and has been used
with a melody and with intensity contours that are proso- within a family’s history or is representative of the culture
dically typical for their native languages (Mampe, Frieder- of that family’s community (Loewy et al., 2013). A song of
ici, Christophe, & Wermke, 2009). This research shows kin may be a religious song, a nursery rhyme, a lullaby, or a
that infants can memorise and reproduce the main intona- self-composed melody. Songs of kin are implemented as
tion patterns of their mother tongue. Infant’s innate ten- lullabies in the attuned moment-to-moment changes of the
dency to entrain to sounds, voices and affects, is a infant–parent relationship. Psychotherapeutic music ses-
principle that may be used by the parent to regulate the sions just for the parents, which offer potent non-
infant’s cry in a painful situation. Tonal vocal holding confrontational support, are also part of the NICU model
(Loewy, 1995, 2004) is an intervention that uses purposeful Rhythm, Breath, Lullaby (RBL), where the parents are
8 Music & Science

encouraged to use their voices with their infants (Loewy, therapy may offer safe parental-driven interventions, which
2015). When parents are coached to entrain to their infant’s may improve procedural pain care for both infants and their
breathing rate or activity level, the parents attune to their parents. Biopsychosocial interventions do not just help the
infant’s needs better as well as enhancing the infant’s beha- infant to cope with procedural pain, they literally reduce
viour and physiology (Loewy et al., 2013). Parental stress pain. PIDS can serve as an important nonpharmacological
significantly decreases when parents are encouraged to use affective regulation intervention, where the music thera-
their own voices to soothe their infants with a song or a pist, specialised in neonatal music therapy methods, can
lullaby of their own choice (Loewy et al., 2013). mentor parents to use entrained and attuned live infant-
Parents have found it helpful to use PIDS to communi- directed singing in connection to painful procedures. Along
cate with their vulnerable infants and they feel empowered with many other parental-driven nonpharmacological inter-
in their new parental role (MacKinlay & Baker, 2005; ventions, the multimodal PIDS offers the parent–infant
Vuong, 2013; Whipple, 2000). Parents have described dyad experiences of pleasure, happiness, love and joy
(MacKinlay & Baker, 2005) how lullaby singing helped instead of pain, worry and fear. Shared pleasure has the
them to keep in control because they felt as though they capacity to dissolve a negative painful affective spiral.
were doing something to help their infants. Lullabies pro- Shared positive affects and healthy parent–infant interac-
vided a tool up their sleeve that the parents knew would tions enhance the release of endogenous pain-alleviating
work to calm down their infants (MacKinlay & Baker, hormones and opioids in both infants and parents, which
2005), as well as providing the parents with a tool they promotes pain relief and attachment formation. A research
could use beyond the NICU, at home (Shoemark et al., area of great future interest would of course be to assess the
2015). pain-alleviating potential of the multimodal parental infant-
directed singing in vivo, where parents, coached in PIDS by
the music therapist, use amodal perception to soothe and
Conclusions regulate the infant as a preparation before the painful pro-
Music engages social human beings in reciprocal commu- cedure, share and comfort the infant during the procedure,
nication, bringing to mind the original sense of the word and offer recovery after the skin puncture in an attuned
communicare, signifying sharing and partaking (Volgsten, down-regulating process. The theoretical biopsychosocial
2015). Music is a social-cultural phenomenon that shares rationales give opportunities for PIDS and neonatal music
the same elementary properties as infant-directed commu- therapy to be included in the gold standard for nonpharma-
nication (Volgsten, 2012). The protomusical elements cological neonatal pain management.
intensity, contour, tempo, rhythm, timbre, dynamic and
shape, bear resemblance to the structure of human affects Contributorship
without being confined to a particular emotion. Singing AU researched literature, conceived of the study and wrote the
thus affords easily repeatable and recognisable affective first draft of the manuscript. AU and UV conducted the analyses.
patterns to which the parent–infant dyad may attune All authors contributed to the article, reviewed and edited the
(Longhi, 2009; Volgsten, 2012; Volgsten & Pripp, 2016). manuscript and approved the final version of the manuscript.
Vitality affects help the infant to orient him/herself in the
Declaration of conflicting interests
environment. Everything that an infant experiences, includ-
The authors declared no potential conflicts of interest with respect
ing pain, has its own vitality affect. Vitality affects are
to the research, authorship, and/or publication of this article.
interwoven on a physiological, psychological and social
level. As we have presented in this article, pain is influ- Funding
enced by physiological, emotional and social experiences.
The authors disclosed receipt of the following financial support
Pain induces vitality affects, which vary between each indi- for the research, authorship, and/or publication of this article:
vidual in terms of timing, intensity and shape. By means of Centre for Clinical Research, Värmland County Council, Karl-
these biopsychosocial protomusical features, that PIDS stad, Sweden
also comprises, an emotionally available and well-
informed parent may use the infant-directed singing to ORCID iD
entrain to the infant’s affective state and gradually modify Mats Eriksson http://orcid.org/0000-0002-5996-2584
and fine-tune the style of singing to match, share and mod-
ulate the intense dynamic vitality affects of the painful Peer review
experience. Manuela Filippa, Università della Valle d’Aosta, Psychology.
Regardless of physical restrictions, vocal interaction is a One anonymous reviewer.
means of social communication and affective and physio-
logical regulation, a readily available platform for parent– References
infant interactions, which offers an affective relation Ahlqvist-Björkroth, S., Boukydis, Z., Axelin, A. M., & Lehtonen,
between the parent and infant. We have in this article pre- L. (2017). Close Collaboration with Parents™ intervention to
sented rationales that explain how and why neonatal music improve parents’ psychological well-being and child
Ullsten et al. 9

development: Description of the intervention and study proto- strategies: Part 2: mother-driven interventions. Advances in
col. Behavioural Brain Research, 325, 303–310. Neonatal Care, 11(5), 312–318.
Ainsworth, M. S. (1979). Infant–mother attachment. American Carbajal, R., Eriksson, M., Courtois, E., Boyle, E., Avila-Alvarez,
Psychologist, 34(10), 932. A., Andersen, R. D., . . . Papadouri, T. (2015). Sedation and
Ammaniti, M., & Ferrari, P. (2013). Vitality affects in Daniel analgesia practices in neonatal intensive care units (EURO-
Stern’s thinking: A psychological and neurobiological per- PAIN): Results from a prospective cohort study. The Lancet
spective. Infant Mental health journal, 34(5), 367–375. Respiratory Medicine, 3(10), 796–812.
Anderson, D. E., & Patel, A. D. (2018). Infants born preterm, Chirico, G., Cabano, R., Villa, G., Bigogno, A., Ardesi, M., &
stress, and neurodevelopment in the neonatal intensive care Dioni, E. (2017). Randomised study showed that recorded
unit: Might music have an impact? Developmental Medicine maternal voices reduced pain in preterm infants undergoing
& Child Neurology. Advance online publication. doi:10.1111/ heel lance procedures in a neonatal intensive care unit. Acta
dmcn.13663 Paediatrica. Advance online publication. doi:10.1111/apa.
Arnon, S., Diamant, C., Bauer, S., Regev, R., Sirota, G., & Lit- 13944
manovitz, I. (2014). Maternal singing during kangaroo care led Chou, L. L., Wang, R. H., Chen, S. J., & Pai, L. (2003). Effects of
to autonomic stability in preterm infants and reduced maternal music therapy on oxygen saturation in premature infants
anxiety. Acta Paediatrica, 103(10), 1039–1044. receiving endotracheal suctioning. Journal of Nursing
Arnon, S., Shapsa, A., Forman, L., Regev, R., Bauer, S., Litma- Research, 11(3), 209–216.
novitz, I., & Dolfin, T. (2006). Live music is beneficial to Cirulli, F., Berry, A., Bonsignore, L. T., Capone, F., D’Andrea, I.,
preterm infants in the neonatal intensive care unit environ- Aloe, L., . . . Alleva, E. (2010). Early life influences on emo-
ment. BIRTH, 33(2), 131–136. tional reactivity: Evidence that social enrichment has greater
Axelin, A., Anderzén-Carlsson, A., Eriksson, M., Pölkki, T., Kor- effects than handling on anxiety-like behaviors, neuroendo-
honen, A., & Franck, L. S. (2015). Neonatal intensive care crine responses to stress and central BDNF levels. Neu-
nurses’ perceptions of parental participation in infant pain roscience & Biobehavioral Reviews, 34(6), 808–820.
management: A comparative focus group study. The Journal Corbeil, M., Trehub, S. E., & Peretz, I. (2015). Singing delays the
of Perinatal & Neonatal Nursing, 29(4), 363–374. onset of infant distress. Infancy, 21(3), 373–391.
Azarmnejad, E., Sarhangi, F., Javadi, M., & Rejeh, N. (2015). The Courtois, E., Cimerman, P., Dubuche, V., Goiset, M. F., Orfèvre,
effect of mother’s voice on arterial blood sampling induced C., Lagarde, A., . . . Nanquette, M. C. (2016). The burden of
pain in neonates hospitalized in neonate intensive care unit. venipuncture pain in neonatal intensive care units: EPIPPAIN
Global Journal of Health Science, 7(6), 198. 2, a prospective observational study. International Journal of
Bellieni, C. V., Cordelli, D. M., Marchi, S., Ceccarelli, S., Per- Nursing Studies, 57, 48–59.
rone, S., Maffei, M., & Buonocore, G. (2007). Sensorial Cruz, M. D., Fernandes, A. M., & Oliveira, C. R. (2016). Epide-
saturation for neonatal analgesia. The Clinical Journal of Pain, miology of painful procedures performed in neonates: A sys-
23(3), 219–221. tematic review of observational studies. European Journal of
Bergomi, P., Chieppi, M., Maini, A., Mugnos, T., Spotti, D., Pain, 20(4), 489–498.
Tzialla, C., & Scudeller, L. (2014). Nonpharmacological tech- Custodero, L. A., & Johnson-Green, E. A. (2008). Caregiving in
niques to reduce pain in preterm infants who receive heel- counterpoint: Reciprocal influences in the musical parenting
lance procedure: A randomized controlled trial. Research and of younger and older infants. Early Child Development and
Theory for Nursing Practice, 28(4), 335–348. Care, 178(1), 15–39.
Bieleninik, L., Ghetti, C., & Gold, C. (2016). Music therapy for de Graaf, J., van Lingen, R. A., Simons, S. H., Anand, K. J.,
preterm infants and their parents: A meta-analysis. Pediatrics, Duivenvoorden, H. J., Weisglas-Kuperus, N., . . . van Dijk,
138(3), e20160971. M. (2011). Long-term effects of routine morphine infusion
Bo, L. K., & Callaghan, P. (2000). Soothing pain-elicited distress in mechanically ventilated neonates on children’s functioning:
in Chinese neonates. Pediatrics, 105(4), e49. Five-year follow-up of a randomized controlled trial. Pain,
Bowlby, J. (1951). Maternal care and mental health. World Health 152(6), 1391–1397.
Organization Monograph (Serial No. 2). Geneva: World de Melo, G. M., Lélis, A. L. P. D. A., Moura, A. F. D., Cardoso,
Health Organization. M. V. L. M. L., & Silva, V. M. D. (2014). Pain assessment
Bowlby, J. (1969/1982). Attachment, Vol. 1 of Attachment and scales in newborns: Integrative review. Revista Paulista de
loss (2nd ed.). New York, NY: Basic Books. Pediatria, 32(4), 395–402.
Bradt, J. (2013). Pain management with children. In J. Bradt (Ed.), Dimitriadis, T., & Smeijsters, H. (2011). Autistic spectrum dis-
Guidelines for music therapy practice in pediatric care. Gil- order and music therapy: Theory underpinning practice. Nor-
sum, NH: Barcelona Publishers. dic Journal of Music Therapy, 20(2), 108–122.
Butt, M. L., & Kisilevsky, B. S. (2000). Music modulates beha- Edwards, J. (Ed.). (2011). Music therapy and parent–infant bond-
viour of premature infants following heel lance. Canadian ing. Oxford, England: Oxford University Press.
Journal of Nursing Research, 31(4), 17–39. Fancourt, D., & Perkins, R. (2018). The effects of mother–infant
Campbell-Yeo, M., Fernandes, A., & Johnston, C. (2011). Proce- singing on emotional closeness, affect, anxiety, and stress hor-
dural pain management for neonates using nonpharmacological mones. Music & Science, 1, 2059204317745746.
10 Music & Science

Feldman, R., Weller, A., Leckman, J. F., Kuint, J., & Eidelman, Hsieh, C., Kong, J., Kirsch, I., Edwards, R. R., Jensen, K. B.,
A. I. (1999). The nature of the mother’s tie to her infant: Kaptchuk, T. J., & Gollub, R. L. (2014). Well-loved music
Maternal bonding under conditions of proximity, separation, robustly relieves pain: A randomized, controlled trial. PloS
and potential loss. The Journal of Child Psychology and Psy- One, 9(9), e107390.
chiatry and Allied Disciplines, 40(6), 929–939. Huotilainen, M. (2013). A new dimension on foetal language
Fellman, V. (2017). More voice, less noise in NICUs. Acta Pae- learning. Acta Paediatrica, 102(2), 102–103.
diatrica, 106(8), 1210–1211. Jahromi, L. B., Putnam, S. P., & Stifter, C. A. (2004). Maternal
Fernald, A. (1989). Intonation and communicative intent in moth- regulation of infant reactivity from 2 to 6 months. Develop-
ers’ speech to infants: Is the melody the message? Child mental Psychology, 40(4), 477.
Development, 60(6), 1497–1510. Keysers, C., Kohler, E., Umiltà, M. A., Nanetti, L., Fogassi, L., &
Fernandes, A., Campbell-Yeo, M., & Johnston, C. C. (2011). Gallese, V. (2003). Audiovisual mirror neurons and action
Procedural pain management for neonates using nonpharma- recognition. Experimental Brain Research, 153(4), 628–636.
cological strategies: Part 1: Sensorial interventions. Advances Krueger, C. (2010). Exposure to maternal voice in preterm
in Neonatal Care, 11(4), 235–241. infants. Advances in Neonatal Care, 10(1), 13–18.
Filippa, M., Panza, C., Ferrari, F., Frassoldati, R., Kuhn, P., Bal- Køppe, S., Harder, S., & Væver, M. (2008). Vitality affects. Inter-
duzzi, S., & D’Amico, R. (2017). Systematic review of mater- national Forum of Psychoanalysis, 17(3), 169–179.
nal voice interventions demonstrates increased stability in Kurdahi Badr, L., Demerjian, T., Daaboul, T., Abbas, H., Hasan
preterm infants. Acta Paediatrica. Advance online publica- Zeineddine, M., & Charafeddine, L. (2017). Preterm infants
tion. doi:10.1111/apa.13832 exhibited less pain during a heel stick when they were played
Flacking, R., Lehtonen, L., Thomson, G., Axelin, A., Ahlqvist, S., the same music their mothers listened to during pregnancy.
Moran, V. H., . . . Dykes, F. (2012). Closeness and separation Acta Paediatrica, 106(3), 438–445.
in neonatal intensive care. Acta Paediatrica, 101(10), Lickliter, R. (2011). The integrated development of sensory orga-
1032–1037. nization. Clinics in Perinatology, 38(4), 591–603. doi:10.
Fogassi, L., Ferrari, P. F., Gesierich, B., Rozzi, S., Chersi, F., & 1016/j.clp.2011.08.007
Rizzolatti, G. (2005). Parietal lobe: From action organization Loewy, J. V. (1995). The musical stages of speech: A develop-
to intention understanding. Science, 308(5722), 662–667. mental model of pre-verbal sound making. Music Therapy,
Franck, L. S., Greenberg, C. S., & Stevens, B. (2000). Pain assess- 13(1), 47–73.
ment in infants and children. Pediatric Clinics of North Amer- Loewy, J. (2004). Integrating music, language and the voice in
ica, 47(3), 487–512. music therapy. Voices: A World Forum for Music Therapy,
Garunkstiene, R., Buinauskiene, J., Uloziene, I., & Markuniene, 4(1). doi: 10.15845/voices.v4i1.140
E. (2014). Controlled trial of live versus recorded lullabies in Loewy, J. (2013). Music sedation and pain. In J. Mondanaro & G.
preterm infants. Nordic Journal of Music Therapy, 23(1), A. Sara (Eds.), Music and medicine: Integrative models in the
71–88. treatment of pain (pp. 309–334). New York, NY: Satchnote.
Gerhardt, S. (2015). Why love matters: How affection shapes a Loewy, J. (2015). NICU music therapy: Song of kin as critical
baby’s brain. Hove, England: Brunner-Routledge. lullaby in research and practice. Annals of the New York Acad-
Goksan, S., Hartley, C., Emery, F., Cockrill, N., Poorun, R., emy of Sciences, 1337, 178–185.
Moultrie, F., . . . Slater, R. (2015). fMRI reveals neural activity Loewy, J., Stewart, K., Dassler, A.-M., Telsey, A., & Homel, P.
overlap between adult and infant pain. Elife, 4, e06356. doi:10. (2013). The effects of music therapy on vital signs, feeding,
7554/eLife.06356 and sleep in premature infants. Pediatrics, 131(5), 902–918.
Greisen, G., Mirante, N., Haumont, D., Pierrat, V., Pallás-Alonso, Longhi, E. (2009). “Songese”: Maternal structuring of musical
C. R., Warren, I., . . . Cuttini, M. (2009). Parents, siblings and interaction with infants. Psychology of Music, 37(2), 195–213.
grandparents in the neonatal intensive care unit: A survey of MacKinlay, E., & Baker, F. (2005). Nurturing herself, nurturing
policies in eight European countries. Acta Paediatrica, 98(11), her baby: Creating positive experiences for first-time mothers
1744–1750. through lullaby singing. Women and Music: A Journal of Gen-
Ham, J., & Tronick, E. (2009). Relational psychophysiology: der and Culture, 9(1), 69–89.
Lessons from mother–infant physiology research on dyadi- Malloch, S. (2000). Mothers and infants and communicative
cally expanded states of consciousness. Psychotherapy musicality. Musicae Scientiae, 3(29), 29–57. doi:10.1177/
Research, 19(6), 619–632. doi:10.1080/10503300802609672 10298649000030S104
Hart, S. (2008). Brain, attachment, personality: An introduction Malloch, S., Shoemark, H., Črnčec, R., Newnham, C., Paul, C.,
to neuroaffective development. London: Karnac books. Prior, M., . . . Burnham, D. (2012). Music therapy with hos-
Hart, S. (2011). The impact of attachment: Developmental neu- pitalized infants: The art and science of communicative
roaffective psychology. New York, NY: WW Norton. musicality. Infant Mental Health Journal, 33(4), 386–399.
Haslbeck, F. B. (2012). Music therapy for premature infants and Mampe, B., Friederici, A. D., Christophe, A., & Wermke, K.
their parents: An integrative review. Nordic Journal of Music (2009). Newborns’ cry melody is shaped by their native lan-
Therapy, 21(3), 203–226. guage. Current Biology, 19(23), 1994–1997.
Ullsten et al. 11

McMurtry, C. M., Chambers, C. T., McGrath, P. J., & Asp, E. Pillai Riddell, R., Campbell, L., Flora, D. B., Racine, N., Osmun,
(2010). When “don’t worry” communicates fear: Children’s L. D., Garfield, H., & Greenberg, S. (2011). The relationship
perceptions of parental reassurance and distraction during a between caregiver sensitivity and infant pain behaviors across
painful medical procedure. Pain, 150(1), 52–58. the first year of life. Pain, 152(12), 2819–2826.
Moon, C. (2011). The role of early auditory development in Pillai Riddell, R., & Racine, N. (2009). Assessing pain in infancy:
attachment and communication. Clinics in Perinatology, The caregiver context. Pain Research and Management, 14(1),
38(4), 657–669. 27–32.
Moon, C. (2017). Prenatal experience with the maternal voice. In Pillai Riddell, R., Racine, N. M., Turcotte, K., Uman, L. S.,
M. Filippa, P. Kuhn, & B. Westrup (Eds.), Early vocal contact Horton, R. E., Din Osmun, L., . . . Gerwitz-Stern, A. (2012).
and preterm infant brain development: Bridging the gaps Non-pharmacological management of infant and young child
between research and practice (pp. 25–37). Cham, Switzer- procedural pain. The Cochrane Database of Systematic
land: Springer. Reviews, 10, CD006275.
Moon, C., Lagercrantz, H., & Kuhl, P. K. (2013). Language Pölkki, T., & Korhonen, A. (2014). The effectiveness of music on
experienced in utero affects vowel perception after birth: A pain among preterm infants in the NICU: A systematic review.
two-country study. Acta Paediatrica, 102(2), 156–160. The JBI Database of Systematic Reviews and Implementation
Moore, G. P., Lemyre, B., Barrowman, N., & Daboval, T. (2013). Reports, 12(4), 354–373.
Neurodevelopmental outcomes at 4 to 8 years of children born Pölkki, T., Korhonen, A., & Laukkala, H. (2012a). Expectations
at 22 to 25 weeks’ gestational age: A meta-analysis. JAMA associated with the use of music in neonatal intensive care: A
Pediatrics, 167(10), 967–974. survey from the viewpoint of parents. Journal for Specialists
Nakata, T., & Trehub, S. E. (2004). Infants’ responsiveness to in Pediatric Nursing, 17(4), 321–328.
maternal speech and singing. Infant Behavior and Develop- Pölkki, T., Korhonen, A., & Laukkala, H. (2012b). Nurses’ expec-
ment, 27(4), 455–464.
tations of using music for premature infants in neonatal inten-
Nöcker-Ribaupierre, M. (Ed.). (2004). Music therapy for pre-
sive care unit. Journal of Pediatric Nursing, 27(4), e29–e37.
mature and newborn infants. Gilsum, NH: Barcelona
Qiu, J., Jiang, Y. F., Li, F., Tong, Q. H., Rong, H., & Cheng, R.
Books.
(2017). Effect of combined music and touch intervention on
Nordhov, S. M., Rønning, J. A., Dahl, L. B., Ulvund, S. E., Tunby,
pain response and b-endorphin and cortisol concentrations in
J., & Kaaresen, P. I. (2010). Early intervention improves cog-
late preterm infants. BMC Pediatrics, 17(1), 38.
nitive outcomes for preterm infants: Randomized controlled
Raiskila, S., Axelin, A., Rapeli, S., Vasko, I., & Lehtonen, L.
trial. Pediatrics, 126(5), e1088–1094.
(2014). Trends in care practices reflecting parental involve-
Olsson, E., Andersen, R. D., Axelin, A., Jonsdottir, R. B.,
ment in neonatal care. Early Human development, 90(12),
Maastrup, R., & Eriksson, M. (2012). Skin-to-skin care in
863–867.
neonatal intensive care units in the Nordic countries: A survey
Raiskila, S., Axelin, A., Toome, L., Caballero, S., Tandberg, B. S.,
of attitudes and practices. Acta Paediatrica, 101(11),
Montirosso, R., . . . Lehtonen, L. (2017). Parents’ presence and
1140–1146.
Örtenstrand, A., Westrup, B., Broström, E. B., Sarman, I., Åker- parent–infant closeness in 11 neonatal intensive care units in
ström, S., Brune, T., . . . Waldenström, U. (2010). The Stock- six European countries vary between and within the countries.
holm Neonatal Family Centered Care Study: Effects on length Acta Paediatrica, 106(6), 878–888.
of stay and infant morbidity. Pediatrics, 125, e278–e285. doi: Rilling, J. K. (2013). The neural and hormonal bases of human
10.1542/peds.2009-1511 parental care. Neuropsychologia, 51(4), 731–747.
O’Toole, A., Francis, K., Pugsley, L., & Gephart, S. (2017). Does Rock, A. M. L., Trainor, L. J., & Addison, T. L. (1999). Distinc-
music positively impact preterm infant outcomes? Advances in tive messages in infant-directed lullabies and play songs.
Neonatal Care, 17(3), 192–202. Developmental Psychology, 35(2), 527–534.
Pallás-Alonso, C. R., Losacco, V., Maraschini, A., Greisen, G., Roofthooft, D. W., Simons, S. H., Anand, K. J., Tibboel, D., &
Pierrat, V., Warren, I., . . . Cuttini, M. (2012). Parental invol- van Dijk, M. (2014). Eight years later, are we still hurting
vement and kangaroo care in European neonatal intensive care newborn infants? Neonatology, 105(3), 218–226.
units: A policy survey in eight countries. Pediatric Critical Roy, M., Lebuis, A., Hugueville, L., Peretz, I., & Rainville, P.
Care Medicine, 13(5), 568–577. (2012). Spinal modulation of nociception by music. European
Palomaa, A. K., Korhonen, A., & Pölkki, T. (2016). Factors influ- Journal of Pain, 16(6), 870–877.
encing parental participation in neonatal pain alleviation. Roy, M., Piché, M., Chen, J. I., Peretz, I., & Rainville, P. (2009).
Journal of Pediatric Nursing, 31(5), 519–527. Cerebral and spinal modulation of pain by emotions. Proceed-
Parncutt, R. (2009). Prenatal and infant conditioning, the mother ings of the National Academy of Sciences, 106(49),
schema, and the origins of music and religion. Musicae Scien- 20900–20905.
tiae, Special Issue 2009–2010, 119–150. Saliba, S., Esseily, R., Filippa, M., Kuhn, P., & Gratier, M. (2017).
Pasiali, V. (2014). Music therapy and attachment relationships Exposure to human voices has beneficial effects on preterm
across the life span. Nordic Journal of Music Therapy, infants in the neonatal intensive care unit. Acta Paediatrica.
23(3), 202–223. Advance online publication. doi:10.1111/apa.14170
12 Music & Science

Sander, L. (1988). The event-structure of regulation in the Taddio, A., Shah, V., Atenafu, E., & Katz, J. (2009). Influence of
neonate-caregiver system as a biological background for early repeated painful procedures and sucrose analgesia on the
organization of psychic structure. In A. Goldberg (Ed.), Fron- development of hyperalgesia in newborn infants. Pain,
tiers in self psychology (pp. 64–77). Hillsdale, NJ: Analytic 144(1), 43–48.
Press. Thompson, A. (2013). Music therapy for pain and stress in NICU
Seltzer, L. J., Ziegler, T. E., & Pollak, S. D. (2010). Social voca- infants: A developmental, trauma-informed and family-
lizations can release oxytocin in humans. Proceedings of the centered approach. In J. Mondanaro & G. A. Sara (Eds.),
Royal Society of London B: Biological Sciences, 277(1694), Music and medicine: Integrative models in the treatment of
2661–2666. pain (pp. 309–334). New York, NY: Satchnote.
Shabani, F., Nayeri, N. D., Karimi, R., Zarei, K., & Chehrazi, M. Tramo, M. J., Lense, M., Van Ness, C., Kagan, J., Doyle Settle, M.,
(2016). Effects of music therapy on pain responses induced by & Cronin, J. H. (2011). Effects of music on physiological and
blood sampling in premature infants: A randomized cross-over behavioural indices of acute pain and stress in premature
trial. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research, infants: Clinical trial and literature review. Music and Medicine,
21(4), 391–396. 3(2), 72–83.
Shaw, R. J., Bernard, R. S., DeBlois, T., Ikuta, L. M., Ginzburg, Trehub, S. E., Ghazban, N., & Corbeil, M. (2015). Musical affect
K., & Koopman, C. (2009). The relationship between acute regulation in infancy. Annals of the New York Academy of
stress disorder and posttraumatic stress disorder in the neonatal Sciences, 1337(1), 186–192.
intensive care unit. Psychosomatics, 50(2), 131–137. Trevarthen, C. (2008). The musical art of infant conversation:
Shenfield, T., Trehub, S. E., & Nakata, T. (2003). Maternal sing- Narrating in the time of sympathetic experience, without
ing modulates infant arousal. Psychology of Music, 31(4), rational interpretation, before words. Musicae Scientiae,
365–375.
12(1 suppl), 15–46.
Shoemark, H. (2013). Full-term hospitalized newborns. In J. Bradt
Trevarthen, C., & Malloch, S. N. (2000). The dance of wellbeing:
(Ed.), Guidelines for music therapy practice in pediatric care.
Defining the musical therapeutic effect. Nordisk tidsskrift for
Gilsum, NH: Barcelona Publishers.
musikkterapi, 9(2), 3–17.
Shoemark, H. (2017). Time Together: A feasible program to pro-
Tronick, E. Z. (1989). Emotions and emotional communication in
mote parent–infant interaction in the NICU. Music Therapy
infants. American Psychologist, 44(2), 112.
Perspectives. Advance online publication. doi:10.1093/mtp/
Tronick, E. Z., Bruschweiler-Stern, N., Harrison, A. M., Lyons-
mix004
Ruth, K., Morgan, A. C., Nahum, J. P., . . . Stern, D. N. (1998).
Shoemark, H., & Arnup, S. (2014). A survey of how mothers think
Dyadically expanded states of consciousness and the process
about and use voice with their hospitalized newborn infant.
of therapeutic change. Infant Mental Health Journal: Official
Journal of Neonatal Nursing, 20(3), 115–121.
Publication of The World Association for Infant Mental
Shoemark, H., Hanson-Abromeit, D., & Stewart, L. (2015). Con-
Health, 19(3), 290–299.
structing optimal experience for the hospitalized newborn
Ullsten, A. (2017). Family-centred music intervention: An
through neuro-based music therapy. Frontiers in Human Neu-
emotional factor that modulates, modifies and alleviates
roscience, 9, 487.
Smeijsters, H. (2012). Analogy and metaphor in music therapy: infants’ pain experiences. Acta Paediatrica, 106(3),
Theory and practice. Nordic Journal of Music Therapy, 21(3), 361–362.
227–249. Ullsten, A., Eriksson, M., Klässbo, M., & Volgsten, U. (2016).
Standley, J. M. (2012). Music therapy research in the NICU: An Live music therapy with lullaby singing as affective support
updated meta-analysis. Neonatal Network: The Journal of during painful procedures: A case study with microanalysis.
Neonatal Nursing, 31(5), 311–316. Nordic Journal of Music Therapy, 26(2), 142–166.
Stern, D. N. (2000). The interpersonal world of the infant: A view Ullsten, A., Hugoson, P., Forsberg, M., Forzelius, L., Klässbo, M.,
from psychoanalysis and developmental psychology. New Olsson, E., . . . Eriksson, M. (2017). Efficacy of live lullaby
York, NY: Basic Books. singing during procedural pain in preterm and term neonates.
Stern, D. N. (2005). Ögonblickets psykologi [The present moment Music and Medicine, 9(2), 73–85.
in psychotherapy and everyday life]. Falkenberg, Sweden: Uvnäs-Moberg, K. (2009). Närhetens hormon: oxytocinets roll i
Natur och Kultur. relationer [The hormone of proximity: The relational oxyto-
Stevens, B. J., Gibbins, S., Yamada, J., Dionne, K., Lee, G., cin]. Stockholm, Sweden: Natur & Kultur.
Johnston, C., & Taddio, A. (2014). The premature infant pain van Der Heijden, M. J., Araghi, S. O., Jeekel, J., Reiss, I. K.,
profile-revised (PIPP-R): Initial validation and feasibility. The Hunink, M. M., & Van Dijk, M. (2016). Do hospitalized pre-
Clinical Journal of Pain, 30(3), 238–243. mature infants benefit from music interventions? A systematic
Swain, J. E., Kim, P., Spicer, J., Ho, S. S., Dayton, C. J., Elmadih, review of randomized controlled trials. PloS One, 11(9),
A., & Abel, K. M. (2014). Approaching the biology of human e0161848.
parental attachment: Brain imaging, oxytocin and coordinated van Dijk, M., Guldemond, F., de Jager, Y., van Blijderveen, G.,
assessments of mothers and fathers. Brain Research, 1580, Roofthooft, D., van Deventer, P., & Tibboel, D. (2006). The
78–101. COMFORTneo for daily pain assessment on the neonatal
Ullsten et al. 13

intensive care unit. Pain Research and Management, Vuong, E. (2013). The effect of music therapy interventions with
11, 85B. premature infants on their parents’ stress levels (Doctoral
Velandia, M., Matthisen, A. S., Uvnäs-Moberg, K., & & Nissen, dissertation). The Florida State University, USA.
E. (2010). Onset of vocal interaction between parents and new- Whipple, J. (2000). The effect of parent training in music and
borns in skin-to-skin contact immediately after elective Cae- multimodal stimulation on parent–neonate interactions in the
sarean section. Birth, 37(3), 192–201. neonatal intensive care unit. Journal of Music Therapy, 37(4),
Verriotis, M., Chang, P., Fitzgerald, M., & Fabrizi, L. (2016). The 250–268.
development of the nociceptive brain. Neuroscience, 338, Wigram, T., Nygaard Pedersen, I., & Bonde, L.O. (2002). A com-
207–219. prehensive guide to music therapy, theory, clinical practice,
Volgsten, U. (2012) The roots of music: Emotional expression, research and training. London, England: Jessica Kingsley.
dialogue and affect attunement in the psychogenesis of music. Williams, A. C. D. C., & Craig, K. D. (2016). Updating the def-
Musicae Scientiae, 16(2), 200–216. inition of pain. Pain, 157(11), 2420–2423.
Volgsten, U. (2015). Work, form and phonogram: On the signifi- Zimmerman, K., & Bauersachs, C. (2012). Empowering NICU
cance of the concept of communication for the modern West- parents. International Journal of Childbirth Education,
ern concept of music. International Review of the Aesthetics 27(1), 50–53.
and Sociology of Music, 46(2), 207–232. Zwimpfer, L. A. (2017). Being with babies: Vocal soothing for
Volgsten, U., & Pripp, O. (2016). Music, memory and affect attune- preterm infants during painful procedures in the neonatal
ment: Connecting Kurdish diaspora in Stockholm. Culture intensive care unit (Doctoral dissertation). University of
Unbound: Journal of Current Cultural Research, 8(2), 144–164. Otago, New Zealand.

Anda mungkin juga menyukai