Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN KANKER SERVIKS

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. PENGERTIAN

Kanker adalah istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan


maligna dalam setiap bagian tubuh, pertumbuhan ini tidak bertujuan,
bersifat parasit, dan berkembang dengan mengorbankan manusia sebagai
hospesnya (Hinchliff, 1999).

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah


mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak
terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990;
FKKP, 1997).

Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah


batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks
kanalis serviksalis yang disebut squamo-columnar junction (SCJ)
(Wiknjosastro, 2005).

Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat


pada seluruh lapisan epitel serviks uteri (Price dan Wilson, 1995).
Kanker serviks adalah kanker genital kedua yang paling sering pada
perempuan dan bertanggung jawab untuk 6% dari semua kanker pada
perempuan di Amerika Serikat (CancerNet, 2001).

Kerusakan yang disebabkan oleh kanker ini tergantung pada


tempatnya, apakah mengalami metastastase, efek obstruksinya dan efek
pada system pertahanan tubuh, misalnya nutrisi ( Carpenito, 1995).

Kanker serviks adalah suatu proses keganasan pada servik karena


adanya sel-sel/ jaringan abnormal yang pertumbuhannya terus-menerus
tidak terbatas, tidak terkoordinir dan mendesak jaringan sekitarnya
(Manuaba, 1993).

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa


kanker serviks adalah suatu penyakit yang mulanya disebabkan oleh
tumor ganas pada daerah mulut rahim yang pertumbuhannya tidak dapat
terkontrol dan tidak terkoordinir sehingga mendesak jaringan di
sekitarnya.

B. ETIOLOGI

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada


beberapa faktor resiko dan predisposisi yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker serviks, antara lain :
1. HPV (human papillomavirus)
HPV dalah virus penyebab kutil genetalis (kandiloma akuminata)
yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat
berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.
2. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin
pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
3. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko
mendapat karsinoma serviks.
4. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-
ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap
kanker serviks ini.
5. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
6. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi,
imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial
ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang.
Hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
7. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada
wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada
pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak
kumpulan-kumpulan smegma.
8. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan
pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu
bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi
yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai
pencetus terbentuknya kanker serviks.
9. Gangguan sistem kekebalan
10. Pemakaian pil KB
11. Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk
mencegah keguguran ( banyak digunakan pada tahun 1940 – 1970).

C. EPIDEMIOLOGI
Kanker serviks uterus merupakan kanker ginekologi terbanyak
(70%-75%). Kanker serviks kurang lebih 26% kanker pada wanita
Satu dari 63 bayi wanita yang lahir akan menjadi kanker serviks
Sembilan persen penderita kanker serviks berusia kurang dari 35 tahun
Hanya 53% kanker in situ terjadi pada usia kurang dari 35 tahun
Survival rate akan lebih baik pada penderita kurang dari 45 tahun
D. TANDA DAN GEJALA
1. Keputihan
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada
kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan)
merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan
nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor
menjadi ulseratif.
2. Perdarahan
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama
(disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma
serviks (75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak
ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak
teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan
penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan
intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang
khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk
mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang
terjadi pada klien kanker serviks.
Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal
toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah
yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair
sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat terjadi karena
penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
3. Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari
daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa
timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau
dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan
pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif.
Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki,
hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan
dan berbau busuk.
5. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus
urinarius.
6. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
7. Kelemahan pada ekstremitas bawah.
8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang
gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus
besar bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal
atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

E. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi dari Kanker Serviks (FIGO, 1987)

STADIUM KETERANGAN

Stadium 0 Inti sel bertambah besar, berlapis namun bentuk sel masih normal

Stadium I Karsinoma terbatas pada serviks

Stadium Ia 1 Karsinoma preklinis (hanya dapat ditentukan dengan mikroskop),


desakan kurang dari 3 mm

Stadium Ia 2 Luka-luka dapat diukur dengan kedalaman 3-5 mm dan lebar ≤ 7


mm

Stadium Ib Luka-luka dengan ukuran yang lebih besar dari stadium Ia 2

Stadium Ib 1 Diameter < 4 mm

Stadium Ib 2 Diameter > 4 mm

Stadium II Karsinoma meluas ke luar serviks, tapi belum sampai ke dinding


panggul, karsinoma menyebar ke dalam vagina tapi tidak sampai
1/3 bawah

Stadium IIa Tidak ada perluasan ke parametrium(lapisan luar otot rahim)

Stadium IIb Jelas ada perluasan ke parametrium

Stadium III Karsinoma telah meluas sampai dinding panggul, tumor tumbuh
sampai 1/3 bagian bawah vagina,terdapat gangguan ginjal.

Stadium IIIa Tidak ada perluasan ke dinding panggul, tetapi pertumbuhan terus
sampai 1/3 bagian bawah vagina

Stadium IIIb Perluasan sampai dinding panggul,ginjal tidak berfungsi

Stadium IV Karsinoma telah meluas ke luar dinding panggul dan telah


tumbuh ke kandung kencing dan anus

Stadium IVa Pertumbuhan tumor tembus ke organ-organ di sekelilingnya

Stadium IVb Perluasan ke organ-organ jarak jauh

2. Klasifikasi Pertumbuhan Sel Kanker Serviks

a. Mikroskopis
1) Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak
dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
2) Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma
insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa
kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3) Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari
membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
4) Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif
muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas
ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior,
jurusan parametrium dan korpus uteri.
5) Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah
vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke
dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan
tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke
korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambatl aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.

b. Markroskopis
1) Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa.
2) Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3) Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4) Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

F. PATOFISIOLOGI
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka
regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi
karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu
yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20
tahun (TIM FKUI, 1992).
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali
adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif.
Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang
meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus
atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7
– 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif
berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses
keganasan.
Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan
yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat
meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat
menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini
menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi,
dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada
molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat
serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan
(Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Menurut WHO, wanita berusia antara 25 dan 65 tahun hendaknya
menjalani screening test untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan
awal. Wanita di bawah usia 25 tahun hampir tidak pernah terserang
kanker serviks dan tidak perlu di-screening. Wanita yang tidak pernah
berhubungan badan juga tidak perlu di-screening.
1. Sitologi/Pap Smear
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah
pap smear. Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini
kanker leher rahim. Test ini mendeteksi adanya perubahan-
perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan
dengan mengambil cairan pada laher rahim dengan spatula
kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop.
Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology)
adalah metoda pap smear yang dimodifikasi yaitu sel usapan
serviks dikumpulkan dalam cairan dengan tujuan untuk
menghilangkan kotoran, darah, lendir serta memperbanyak sel
serviks yang dikumpulkan sehingga akan meningkatkan
sensitivitas. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengunakan
semacam sikat (brush) kemudian sikat dimasukkan ke dalam cairan
dan disentrifuge, sel yang terkumpul diperiksa dengan mikroskop.
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis
adanya kanker serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang
abnormal, maka dilakukan pemeriksaan standar berupa kolposkopi.
Penanganan kanker serviks dilakukan sesuai stadium penyakit dan
gambaran histopatologimnya. Sensitifitas pap smear yang
dilakukan setiap tahun mencapai 90%. Keuntungan, murah dapat
memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat. Kelemahan, tidak
dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena
tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel
karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang
terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks
dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan ; dapat
melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk
melakukan biopsy. Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah
yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa
columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
4. Kolpomikroskop
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang
digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan serviks
dan bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi akan
tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan serviks, kemudian
dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut. Melihat hapusan vagina
(Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.
5. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis
karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir
serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila
hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-
kelainan yang jelas.
7. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks.
Tes sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga
kesehatan non dokter ginekologi, bidan praktek dan lain-lain.
Prosedur pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan
serviks/leher rahim diolesi dengan asam asetat, akan tampak
bercak-bercak putih pada permukaan serviks yang tidak normal.
8. Serviksografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100
mm dan lensa ekstensi 50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga
kesehatan danslide (servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan
kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tampak kelainan
abnormal, tidak memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan
disebut defek secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca
(faktor kamera atauflash).
Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang
dari 3%. Servikografi dapat dikembangkan sebagai skrining
kolposkopi. Kombinasi servikografi dan kolposkopi dengan
sitologi mempunyai sensitivitas masing-masing 83% dan 98%
sedang spesifisitas masing-masing 73% dan 99%. Perbedaan ini
tidak bermakna. Dengan demikian servikografi dapat di-gunakan
sebagai metoda yang baik untuk skrining massal, lebih-lebih di
daerah di mana tidak ada seorang spesialis sitologi, maka
kombinasi servikogram dan kolposkopi sangat membantu dalam
deteksi kanker serviks.
9. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat
komplikasi pendarahan yang terjadi pada penderita kanker serviks
dengan mengukur kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit dan
kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.

H. PENATALAKSANAAN
1. Irradiasi

a. Dapat dipakai untuk semua stadium


b. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
c. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
d. Dosis :Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang
terletak diserviks
e. Komplikasi irradiasi :
1) Kerentanan kandungan kencing
2) Diarrhea
3) Perdarahan rectal
4) Fistula vesico atau rectovaginalis
2. Operasi
a. Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
b. Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
3. Kombinasi
a. Irradiasi dan pembedahan

Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi


menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga
tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan
sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah
penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.

b. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks


yang radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten
terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post
terapi keadaan masih tetap sama.

I. KOMPLIKASI
1. Efusi pleura
2. Asites
3. Hipoalbuminemi
4. Tuberkulosis
5. Kanker paru-paru
J. SYARAT-SYARAT PASIEN KEMOTERAPI
Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan
kelemahan, yang apabila diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable
side effect. Sebelum memberikan kemoterapi perlu pertimbangan sbb :
1. Keadaan umum pasien baik
2. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group
(ECOG) yaitu status penampilan <= 2
3. Jumlah leukosit >=3000/ml
4. Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.
5. Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)
6. EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).
7. Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi,
informed concent.
8. Faal ginjal dan hati baik.
9. Diagnosis patologik
10. Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
11. Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya.
12. Jumlah trombosit>=120.0000/ul
13. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10
14. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) ( Tes Faal
Ginjal )
15. Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes
Faal Hepar ).
16. Elektrolit dalam batas normal.
17. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak
diberikan pada usia diatas 70 tahun.

Status Penampilan Penderita Ca ( Performance Status ) Status


penampilan ini mengambil indikator kemampuan pasien, dimana penyait
kanker semakin berat pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal
ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang menentukan pilihan
terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya.
K. TINDAKAN YANG DILAKUKAN PASCA KEMOTERAPI
Salah satu pengobatan kanker yang paling umum dilakukan adalah
kemoterapi (chemotherapy). Berikut akan dibahas mengenai efek
samping paling umum dari kemoterapi beserta cara-cara untuk
mengatasinya.

1. Rambut rontok
Rambut rontok bisa mengganggu penampilan dan menjadi
kekhawatiran baik oleh laki-laki maupun perempuan. Rambut rontok
bisa ‘disembunyikan’ dengan wig, topi, atau bandana. Sebagian salon
mungkin menawarkan konsultasi yang dapat membantu pasien
meningkatkan penampilan dan citra diri selama melakukan
kemoterapi.
2. Mual
Berikut adalah tips mengatasi mual akibat kemoterapi :
a. Obat anti-muntah
Obat anti muntah sangat efektif dalam meminimalkan atau
menghilangkan mual. Tanyakan kepada dokter mengenai jenis obat
dan dosis yang tepat.
b. Gunakan alat makan dari plastik
Alih-alih menggunakan peralatan makan dari logam, cobalah untuk
menggunakan peralatan makan dari plastik untuk menghindari rasa
logam yang dapat memicu mual.
c. Jahe
Jahe merupakan herbal yang ampuh untuk mengatasi rasa mual.
Jahe bahkan digunakan oleh NASA sebagai obat anti mabuk untuk
para astronot.
d. Peppermint
Selain jahe, peppermint dikenal dapat meringankan mual secara
alami.
e. Permen
Beberapa jenis permen seperti mint dan tart citrus dikenal bisa
meringankan rasa mual ringan.
f. Biskuit asin
Biskuit kering asin dikenal dapat menyerap kelebihan air liur yang
sering memberikan kontribusi atas rasa mual dan mampu
meminimalkan asam lambung.
g. Vitamin B6
Dosis 50 mg vitamin B6 dapat meminimalkan mual.
3. Penurunan berat badan
Beberapa suplemen gizi akan ideal dikonsumsi untuk membantu
mencegah penurunan berat badan yang terlalu ekstrim. Konsultasikan
dengan dokter mengenai suplemen apa saja yang cocok dan aman.
4. Diare
a. Makan pisang, roti putih, yogurt tawar, telur, kentang, ayam, atau
kalkun untuk mengurangi diare.
b. Minum oralit dan banyak air untuk mengatasi kehilangan cairan
tubuh dan elektrolit.
c. Hindari susu, kafein, sayuran mentah, makanan yang digoreng,
kacang-kacangan, biji-bijian, dan popcorn.
d. Hindari baik minuman panas dan dingin yang dapat merangsang
motilitas usus besar.
5. Kelelahan

a. Ambil tidur siang pendek namun lebih sering, alih-alih satu tidur
siang yang lama.

b. Konsumsi makanan kaya vitamin B12 seperti daging, susu ikan,


atau mengambil suplemen vitamin B12.

c. Minum cukup cairan.

d. Usahakan untuk melakukan olahraga ringan untuk meningkatkan


tingkat energi tubuh.
6. Nyeri

a. Meditasi
Cobalah teknik meditasi, yoga atau pernapasan untuk membantu
mengatasi stres dan nyeri yang disebabkan oleh kanker dan
kemoterapi.
b. Akupunktur
Akupunktur juga dapat membantu meringankan rasa sakit dan
berbagai gejala lainnya yang berhubungan denga efek samping
kemoterapi.
c. Pijat
Terapi pijat bisa mengurangi nyeri otot sekaligus stres.
d. Obat anti inflamasi
Obat anti inflamasi dapat menjadi pilihan selama kemoterapi serta
setelah menjalani prosedur pembedahan.
7. Depresi
a. Bergabung dengan support group lokal atau komunitas online
lainnya. Komunitas semacam ini dapat menjadi tempat berbagi dan
mendapatkan dukungan.
b. Olahraga dapat membantu melepaskan berbagai zat kimia tubuh
yang mampu melawan depresi dan stres.
c. Manjakan diri. Manikur, sepasang sepatu baru, atau berlibur sejenak
dapat membantu mengurangi tingkat depresi.
d. Resep antidepresan dapat mengurangi gejala emosional dan fisik
akibat depresi sehingga memungkinkan pasien fokus pada
perawatan dan pemulihan.
e. Konseling pribadi dapat membantu pasien dan keluarga mereka
mengatasi berbagai ketidakstabilan emosi, kekhawatiran, dan
kesulitan yang menyertai kanker dan kemoterapi
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Nama yang jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari – hari.
Umur dicatat dalam tahun, sebaiknya juga ditanyakan tanggal lahir
klien, umur berguna untuk mengantisipasi pasti diagnosa masalah
kesehatan dan tindakan yang akan dilakukan. Suku / bangsa dan agama
perlu dicatat karena hal tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan
termasuk kesehatan. Disamping itu memudahkan dalam melakukan
pendekatan dan melakukan asuhan keperawatan. Pendidikan klien
perlu ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat
pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan
seseorang.Pekerjaan dicatat untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
kesehatan klien dalam pembiayaan.Alamat perlu dicatat untuk
mempermudah hubungan bila keadaan mendesak. Misalnya
memerlukan bantuan keluarga, alamat juga dapat memberikan
petunjuk keadaan lingkungan tempat tinggal klien. Dari biodata ini
diharapkan dapat memberikan gambaran tentang faktor resiko,
keadaan social, ekonomi dan pendidikan klien serta keluarga yang
dapat mempengaruhi kesembuhan klien.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan. Pada Ca serviks, pasien biasanya datang
dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu,
baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti :
perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Dari data riwayat kesehatan ini dapat digunakan sebagai “penanda”
akan adanya penyulit selama masa nifas. Adanya perubahan fisik dan
fisiologis pada masa nifas yang melibatkan seluruh sistem dalam tubuh
akan mempengaruhi organ yang mengalami gangguan. Data yang perlu
dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa
nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor, riwayat
menderita penyakit menular (TBC, AIDS, hepatitis), menahun (Asma,
jantung, hipertensi), dan menurun (DM, Asma, Hipertensi).
5. Riwayat Menstruasi
Data ini memang tidak secara langsung berhubungan dengan
kehamilan, namun dari data yang kita peroleh kita akan mempunyai
gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya. Beberapa
data yang harus kita peroleh dari riwayat menstruasi antara lain :
a. Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Wanita
indonesia pada umumnya mengalami menarche sekitar 12 sampai
16 tahun.
b. Siklus menstruasi adalah jarak menstruasi yang dialami dengan
menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23
sampai 32 hari.
c. Volume. Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi
yang dikeluarkan. Kadang kita akan kesulitan untuk mendapatkan
data yang valid. Sebagai acuan biasanya kita gunakan criteria
banyak, sedang, dan sedikit. Jawaban yang diberikan oleh pasien
biasanya bersifat subyektif, namun kita dapat kaji lebih dalam lagi
dengan beberapa pertanyaan pendukung, misalnya sampai berapa
kali mengganti pembalut dalam sehari.
6. Status Perkawinan
Ini penting untuk dikaji karena dari data ini kita akan mendapatkan
gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan. Beberapa
pertanyaan yang dapat diajukan antara lain sebagai berikut :
a. Berapa tahun usia ibu ketika menikah pertama kali?
b. Lama pernikahan?
c. Ini adalah suami yang ke?
7. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan KB
Hal ini penting untuk mengetahui faktor resiko pada persalinan
berikutnya. Yang perlu ditanyakan : kehamilan, penolong, apakah
masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan
melahirkan, seperti perdarahan, kelainan letak juga riwayat pre
eklamsi. Selain itu ditanyakan pula tempat melahirkan, cara
melahirkan(spontan atau dengan tindakan) begitu juga dengan
kelahiran anak meliputi BB, PB, jenis kelamin, dan keadaan sekarang
(hidup atau mati).
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari data riwayat kesehatan ini dapat digunakan sebagai “penanda”
penyakit menular (TBC, AIDS, hepatitis), menahun (Asma, jantung,
hipertensi), dan menurun (DM, Asma, Hipertensi).
9. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Bernafas
Tidak ada gangguan pada pernafasan, tetapi nyeri dapat juga
mempengaruhi pernafasan.
b. Makan dan Minum
Perlu ditanyakan tentang pola makan, konsumsi, variasi, habis
berapa porsi, jumlah, minum, baik sebelum MRS dan selama MRS.
Pada pasien dengan. Dapat terjadi mual dan muntah sehingga harus
mengkaji jenis makanan yang biasa dimakan oleh Ibu serta pantau
berat badan Ibu sesuai berat ideal Ibu.
c. Eliminasi
Yang ditanya adalah frekuensi BAB, bagaimana konsistensinya,
warna, bau dan kapan. Begitu juga bagaimana dengan BAKnya,
bagaimana konsistensinya , berapa kali sehari,warnanya, baik
sebelum MRS dan selama MRS. Apakah ada keluhan selama
hamil. Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang
menekan kandung kemih. Dapat pula terjadi disuria serta
hematuria. Selain itu biisa juga terjadi inkontinensia alvi akibat
dari peningkatan tekanan otot abdominal
d. Gerak dan Aktivitas
Kaji apakah penyakit mempengaruhi pola aktivitas dan latihan.
Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat
bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4=
tergantung total). Pasien dengan kanker serviks akan merasa sangat
lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan tidak dapat
melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas
kanker serviks sehingga harus beristirahat total.
e. Istirahat Tidur
Yang ditanyakan adalah istirahat siang jam berapa, malam jam
berapa, baik sebelum MRS dan selama MRS dan Apakah ada
keluhan selama hamil. Pola istirahat dan tidur pasien dapat
terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas dari kanker serviks
atau dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh ibu.
f. Kebersihan Diri
Yang ditayakan adalah berapa kali mandi, kapan ganti baju/pakaian
dalam dan luar, gosok gigi berapa kali, keramas, ganti pembalut,
apakah pernah melakukan perawatan payudara. Tayakan hal
tersebut baik sebelum MRS dan selama MRS. Kanker serviks
dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada daerah
kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina
yang mengandung zat – zat kimia juga dapat mempengaruhi
terjadinya kanker serviks.
g. Pengaturan Suhu Tubuh
Kaji apakah ada kenaikan suhu, suhu normal : 36,5 0C – 37,5 0C.
Biasanya pasien dengan pengaturan suhu tubuh ada disertai
kenaikan suhu atau tidak disertai dengan kenaikan suhu.
h. Rasa Aman
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan
ketakutan merupakan dampak psikologi klien.
i. Rasa Nyaman
Kaji tingkat nyaman pasien, biasanya pasien dengan kanker serviks
akan merasa tidak nyaman karena terganggu akibat dari rasa nyeri
yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual
(dispareuni) serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta
keluar cairan encer (keputihan) yang berbau busuk dari vagina.
j. Sosialisasi dan Komunikasi
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau
lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi
pola peran dan hubungannya. Ibu hamil dengan kanker serviks
harus mendapatkan dukungan dari suami serta orang – orang
terdekatnya karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatan Ibu
serta janin yang dikandungnya. Biasanya koping keluarga akan
melemah ketika dalam anggota keluarganya ada yang menderita
penyakit kanker serviks.
k. Rekreasi
Kaji mekanisme koping pasien dalam menghadapi atau mengatasi
masalah-masalahnya. Apakah pasien dapat menerima kondisinya
setelah sakit.
l. Bekerja
Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien,
sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya kanker
serviks. Serta kaji masalah finansial pasien (status ekonoi pasien).
m. Belajar
Kaji persepsi / pengetahuan pasien mengenai kanker serviks.
Pasien dengan kanker serviks kadang merasa malu terhadap orang
sekitar karena mempunyai penyakit kanker serviks, akibat dari
persepsi yang salah dari masyarakat. Dimana salah satu etiologi
dari kanker serviks adalah akibat dari sering berganti – ganti
pasangan seksual.
n. Spiritual
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan
nilai yang diyakini.
10. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
Wajah : tidak ada oedema
Mata : konjunctiva tidak anemis
Hidung : simetris, tidak ada sputum
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab,
tidak terdapat lesi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada
pembesaran kelenjer getah bening
b. Dada
Inspeksi : simetris
Perkusi : sonor seluruh lap paru
Palpasi : vocal fremitus simetri kanan dan kiri
Auskultasi : vesikuler
c. Cardiac
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : pekak
Auskultasi : tidak ada bising
d. Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ascites
Palapasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus normal
e. Genetalia
Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau
f. Ekstremitas
Tidak oedema
11. Pemeriksaan Penunjang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko kekurangan volume cairan.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tidak adekuat, pemajanan
terhadap pathogen meningkat.
3. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi mengenai prosedur
pengobatan
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah
baring.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan tahapan perkembangan
penyakit dan terapi penyakit (post kemoterapi)
6. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik,
penyebab multiple
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah sekunder terhadap penyakit dan pengobatan
(kemo)
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi
kulit, radiasi
9. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
10. Hambatan interaksi social berhubungan dengan isolasi terapeutik,
(nekrosis jaringan), defisif pengetahuan tentang Ca.Serviks
11. Defisiensi pengetahuan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa NOC NIC

1 Resiko Setelah dilakukan asuhan Fluid management


kekurangan keperawatan diharapkan masalah a. Timbang popok/pembalut
resiko kekurangan volume cairan jika diperlukan
volume cairan. terkontrol dengan indicator: b. Pertahankan catatan intake
1. Fluid balance dan output yang akurat
2. Hydration c. Monitor status hidrasi (
3. Nutritional Status : Food kelembaban membran
and Fluid Intake mukosa, nadi adekuat,
Kriteria Hasil : tekanan darah ortostatik ),
a. Mempertahankan urine output jika diperlukan
sesuai dengan usia dan BB, BJ d. Monitor vital sign
urine normal, HT normal e. Monitor masukan makanan
b. Tekanan darah, nadi, suhu / cairan dan hitung intake
tubuh dalam batas normal kalori harian
c. Tidak ada tanda tanda f. Lakukan terapi IV
dehidrasi, Elastisitas turgor g. Monitor status nutrisi
kulit baik, membran mukosa h. Berikan cairan
lembab, tidak ada rasa haus i. Berikan cairan IV pada
yang berlebihan suhu ruangan
j. Dorong masukan oral
k. Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
l. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
m. Tawarkan snack ( jus buah,
buah segar )
n. Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
o. Atur kemungkinan tranfusi
dan lakukan persiapan
untuk tranfusi
2 Resiko infeksi Setelah dilakuakan asuhan Infection Control (Kontrol
berhubungan keperawatan diharapkan resiko infeksi)
dengan infeksi terkontrol dengan a. Bersihkan lingkungan
imunitas tidak indicator: setelah dipakai pasien lain
adekuat, 1. Immune Status b. Pertahankan teknik isolasi
pemajanan 2. Knowledge : Infection c. Batasi pengunjung bila
terhadap control perlu
pathogen 3. Risk control d. Instruksikan pada
meningkat. Kriteria Hasil : pengunjung untuk mencuci
a. Klien bebas dari tanda dan tangan saat berkunjung dan
gejala infeksi setelah berkunjung
b. Mendeskripsikan proses meninggalkan pasien
penularan penyakit, factor e. Gunakan sabun
yang mempengaruhi antimikrobia untuk cuci
penularan serta tangan
penatalaksanaannya, f. Cuci tangan setiap sebelum
c. Menunjukkan kemampuan dan sesudah tindakan
untuk mencegah kperawtan
timbulnya infeksi g. Gunakan baju, sarung
d. Jumlah leukosit dalam tangan sebagai alat
batas normal pelindung
e. Menunjukkan perilaku h. Pertahankan lingkungan
hidup sehat aseptik selama pemasangan
alat
i. Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
j. Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
k. Tingktkan intake nutrisi
l. Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Infection Protection (Proteksi
Terhadap Infeksi)
a. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
b. Monitor hitung granulosit,
WBC
c. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
d. Batasi pengunjung
e. Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
f. Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
g. Pertahankan teknik isolasi
k/p
h. Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
i. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
j. Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
k. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
l. Dorong masukan cairan
m. Dorong istirahat
n. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
o. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
p. Ajarkan cara menghindari
infeksi
q. Laporkan kecurigaan
infeksi
r. Laporkan kultur positif
3 Ansietas Setelah dilakuakan asuhan Anxiety Reduction
berhubungan keperawatan diharapkan ansietas (penurunan kecemasan)
dengan kurang terkontrol dengan indicator: a. Gunakan pendekatan yang
informasi 1. Anxiety control menenangkan
mengenai 2. Coping b. Nyatakan dengan jelas
prosedur 3. Impulse control harapan terhadap pelaku
pengobatan Kriteria Hasil : pasien
a. Klien mampu c. Jelaskan semua prosedur
mengidentifikasi dan dan apa yang dirasakan
mengungkapkan gejala cemas selama prosedur
b. Mengidentifikasi, d. Pahami prespektif pasien
mengungkapkan dan terhdap situasi stres
menunjukkan tehnik untuk e. Temani pasien untuk
mengontol cemas memberikan keamanan dan
c. Vital sign dalam batas normal mengurangi takut
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, f. Berikan informasi faktual
bahasa tubuh dan tingkat mengenai diagnosis,
aktivitas menunjukkan tindakan prognosis
berkurangnya kecemasan g. Identifikasi tingkat
kecemasan
h. Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
i. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
j. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
k. Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan

4 Intoleransi Setelah dilakuakan asuhan Activity Therapy


aktifitas keperawatan diharapkan a. Kolaborasikan dengan
berhubungan intoleransi aktifitas terkontrol Tenaga Rehabilitasi
dengan dengan indicator: Medik
kelemahan 1. Energy conservation dalammerencanakan
umum, tirah 2. Activity tolerance progran terapi yang tepat.
baring. 3. Self Care : ADLs b. Bantu klien untuk
Kriteri Hasil : mengidentifikasi aktivitas
a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang mampu dilakukan
fisik tanpa disertai c. Bantu untuk memilih
peningkatan tekanan darah, aktivitas konsisten
nadi dan RR yangsesuai dengan
b. Mampu melakukan aktivitas kemampuan fisik,
sehari hari (ADLs) secara psikologi dan social
mandiri d. Bantu untuk
c. Tanda-tanda vital normal mengidentifikasi dan
d. Energy psikomotor mendapatkan sumber yang
e. Level kelemahan diperlukan untuk aktivitas
f. Mampu berpindah : dengan yang diinginkan
atau tanpa bantuan alat e. Bantu untuk mendpatkan
g. Status kardiopulmunari alat bantuan aktivitas
adekuat seperti kursi roda, krek
h. Sirkulasi status baik f. Bantu untu
i. Status respirasi : mengidentifikasi aktivitas
pertukarangan gas dan yang disukai
ventilasi adekuat g. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
h. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
i. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
j. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
k. Monitor respon fisik,
emoi, social dan spiritual
5 Gangguan citra Setelah dilakuakan asuhan Body Image Enhancement
tubuh keperawatan diharapkan a. Kaji secara verbal dan non
berhubungan gangguan citra tubuh terkontrol verbal respon terhadap
dengan tahapan dengan indicator: tubuhnya
perkembangan 1. Body image b. Monitor frekuensi
penyakit dan 2. Self esteem mengkritik dirinya
terapi penyakit Kriteria Hasil : c. Jelaskan tentang
(post a. Body image positif pengobatan,perawatan,ke
kemoterapi) b. Mampu mengidentifikasi majuan dan prognosis
kekuatan personal penyakit
c. Mendeskripsikan secara d. Dorong klien
factual perubahan fungsi tubuh mengungkapkan
d. Mempertahanakan interaksi perasaanya
sosial e. Identifikasi arti
pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
f. Fasilitas kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil
6 Gangguan Setelah dilakuakan asuhan Urinary retention care
eliminasi urine keperawatan diharapkan masalah a. Lakukan penilaian kemih
berhubungan gangguan eliminasi urine dapat yang komprehensif
dengan terkontrol dengan indicator: berfokus pada
obstruksi 1. Urinary elimination inkontinensia (misalnya,
mekanik, 2. Urinary continuence output urin, pola
penyebab Kriteria hasil : berkemih, fungsi kognitif
multiple a. Kandung kemih kosong secara dan masalah kencing
penuh raeksisten)
b. Tidak ada residu urine >100- b. Merangsang reflex
200 cc kandung kemih kemih
c. Intake cairan dalam rentang dengan menerapkan dingin
normal untuk perut, membelai
d. Bebas dari ISK tinggi batin atau air.
e. Tidak ada spasme bladder c. Sediakan waktu yang
f. Balance cairan seimbang cukup untuk pengosongan
kandung kemih (10 menit)
d. Memantau asupan dan
keluaran
e. Memantau tingka distensi
kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi
7 Ketidakseimba Setelah dilakuakan asuhan Nutrition Management
ngan nutrisi keperawatan diharapkan masalah a. Kaji adanya alergi
kurang dari ketidakseimbangan nutrisi kurang makanan
kebutuhan dari kebutuhan tubuh dapat b. Kolaborasi dengan ahli
tubuh terkontrol dengan indicator: gizi untuk menentukan
berhubungan 1. Nutrition status : food and jumlah kalori dan nutrisi
dengan mual fluid intake yang dibutuhkan pasien.
muntah 2. Nutrition status : nutrien c. Anjurkan pasien untuk
sekunder intake meningkatkan intake Fe
terhadap 3. Weight control d. Anjurkan pasien untuk
penyakit dan Kriteria hasil : meningkatkan protein dan
pengobatan a. Adanya peningkatan berat vitamin C
(kemo) badan sesuai dengan tujuan e. Yakinkan diet yang
b. Berat badan ideal sesuai dimakan mengandung
dengan tinggi badan tinggi serat untuk
c. Mampu mengidentifikasi mencegah konstipasi
kebutuhan nutrisi f. Berikan makanan yang
d. Tidak ada tanda-tanda dipilih ( sudah
malnutrisi dikonsultasikan oleh ahli
e. Menunjukkan fungsi gizi)
pengecapan dari menelan g. Ajarkan klien bagaimana
f. Tidak terjadi penurunan berat membuat catatan makanan
badan yang berarti harian
h. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
i. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
j. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas
normal
b. Monitor adanya
penurunan berat badan
c. Moniter tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
d. Monitor lingkungan
selama makan
e. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
f. Monitor turgor kulit
g. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
h. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
i. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
j. Monitor mula dan muntah
k. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjunctiva.
l. Monitor kalori dan intake
nutrisi
m. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral

8 Kerusakan Setelah dilakukan asuhan Pressure Management


integritas kulit keperawatan diharapkan masalah a. Anjurkan pasien untuk
berhubungan kerusakan integritas kulit menggunakan pakaian
dengan terkontrol dengan indicator: yang longgar
perubahan 1. Tissue Integrity : Skin and b. Hindari kerutan pada
pigmentasi Mucous Membranes tempat tidur
kulit, radiasi 2. Hemodyalis akses c. Jaga kebersihan kulit agar
Kriteria Hasil : tetap bersih dan kering
a. Integritas kulit yang baik bias d. Mobilisasi pasien ( ubah
dipertahankan posisi pasien) setiap 2 jam
(sensasi,elastisitas,temperatur, sekali
hidrasi dan pigmentasi) e. Monitor kulit akan adanya
b. Tidak ada luka/lesi pada kulit kemerahan
c. Perfusi jaringan baik f. Pleskan lotion atau
d. Menunjukkan pemahaman minyak/baby oil pada
dalam proses perbaikan kulit daerah yang tertekan
dan mencegah terjadinya g. Monitor aktivitas dan
cedera berulang mobilisasi pasien
e. Mampu melindungi kulit dan h. Monitor nutrisi pasien
mempertahankan kelembaban i. Memandikan pasien
kulit dan perawatan alami dengan sabun dan air
hangat

Insision site care

a. Membersihkan, memantau
dan meningkatkan proses
penyembuhan pada luka
yang ditutupi dengan
jahitan, klip atau streples
b. Monitor proses kesembuhan
are insisi
c. Bersihkan area sekitar
jahitan atau staples,
menggunakan lidi kapas
steril
d. Gunakan preparat antiseptic
sesuai program
e. Ganti balutan pada interval
waktu yang sesuai atau
biarkan luka tetap terbuka
(tidak dibalut) sesuai
program

9 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Pain Management


berhubungan keperawatan diharapkan nyeri a. Lakukan pengkajian nyeri
dengan agen berkurang dengan indicator: secara komprehensif
cidera biologis 1. Pain Level, termasuk lokasi,
2. Pain control, karakteristik, durasi,
3. Comfort level frekuensi, kualitas dan
Kriteria Hasil : faktor presipitasi
a. Mampu mengontrol nyeri b. Observasi reaksi
(tahu penyebab nyeri, mampu nonverbal dari
menggunakan tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk c. Gunakan teknik
mengurangi nyeri, mencari komunikasi terapeutik
bantuan) untuk mengetahui
b. Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri pasien
berkurang dengan d. Kaji kultur yang
menggunakan manajemen mempengaruhi respon
nyeri nyeri
c. Mampu mengenali nyeri e. Evaluasi pengalaman nyeri
(skala, intensitas, frekuensi masa lampau
dan tanda nyeri) f. Evaluasi bersama pasien
d. Menyatakan rasa nyaman dan tim kesehatan lain
setelah nyeri berkurang tentang ketidakefektifan
e. Tanda vital dalam rentang kontrol nyeri masa lampau
normal g. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
h. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
i. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
j. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
k. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
l. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
m. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
n. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
q. Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri
Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
e. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
f. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
g. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
h. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
i. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
j. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
10 Hambatan Setelah dilakukan asuhan Socialization Enhancement
interaksi social keperawatan diharapkan a. Buat interaksi terjadwal
berhubungan hambatan dalam berinteraksi b. Dorong pasien ke
dengan isolasi social dapat terkontrol dengan kelompok atau program
terapeutik, indicator : keterampilan interpersonal
(nekrosis 1. Self esteem, situasional yang membantu
jaringan), 2. Communication impaired meningkatkan pemahaman
defisif verbal tentang pertukaran
pengetahuan Kriteria Hasil : informasi atau sosialisasi,
tentang a. Lingkungan yang suportif jika perlu
Ca.Serviks yang bercirikan hubungan dan c. Identifikasi perubahan
tujuan anggota keluarga perilaku tertentu
b. Menggunakan aktivitas yang d. Berikan umpan balik
menyenangkan, menarik, dan positif jika pasien
menyenangkan untuk berinteraksi dengan orang
meningkatkan kesejahteraan lain
c. Interaksi social dengan orang, e. Anjurkan bersikap jujur
kelompok atau organisasi dan apa adanya dalam
d. Memahami dampak dari berinteraksi dengan orang
prilaku diri pada interaksi lain
social f. Anjurkan menghargai
e. Mendapatkan/mengingkatkan orang lain
keterampilan interaksi social g. Gunakan teknik bermain
kerjasama, ketulusan dan peran untuk
saling memahami mengingkatkan
f. Mengungkapkan keinginan keterampilan dan teknik
untuk berhubungan dengan berkomunikasi
orang lain
g. Perkembangan fisik, kognitif
dan psikososial anak sesuai
dengan usianya

11 Defisiensi Setelah dilakukan asuhan Teaching : Disease Process


pengetahuan keperawatan diharapkan a. Berikan penilaian tentang
pengetahuan klien meningkat tingkat pengetahuan pasien
dengan indicator: tentang proses penyakit yang
1. Kowlwdge : disease process spesifik
2. Kowledge : health b. Jelaskan patofisiologi dari
Behavior penyakit dan bagaimana hal
Kriteria Hasil : ini berhubungan dengan
a. Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi,
menyatakan pemahaman dengan cara yang tepat.
tentang penyakit, kondisi, c. Gambarkan tanda dan gejala
prognosis dan program yang biasa muncul pada
pengobatan penyakit, dengan cara yang
b. Pasien dan keluarga mampu tepat
melaksanakan prosedur yang d. Gambarkan proses penyakit,
dijelaskan secara benar dengan cara yang tepat
c. Pasien dan keluarga mampu e. Identifikasi kemungkinan
menjelaskan kembali apa yang penyebab, dengna cara
dijelaskan perawat/tim yang tepat
kesehatan lainnya. f. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
g. Hindari jaminan yang
kosong
h. Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
i. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
j. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
k. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
l. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
m. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
n. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat

D. IMPLEMENTASI
Setelah rencana kererawatan tersusun, selanjutnya diterapkan
tindakan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa
berkurangnya atau hilangnya masalah klien. Pada tahap implementasi ini
terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan.
Menuliskan atau mendokumentasikan rencana keperawatan serta
melanjutkan pengumpulan data.
Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus cukup mendetail
dan jelas supaya semua tenaga keperawatan dapat menjalankannya dengan
baik dalam waktu yang telah ditentukan. Perawat dapat melaksanakannya
langsung atau mendelegasikan pada tenaga pelaksana lainnya dibawah
pengawasan perawat.

.
E. EVALUASI
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan merupakan
kegiatan dalam melaksanakan rencana kegiatan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan klien. Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah
teratasi sebagian.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah Jilid 1. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta


: EGC

Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :


EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.


Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. EGC

Nanda NIC-NOC.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta : ECG

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis


Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC

Mengetahui, Denpasar, 28 Mei 2014


Pembimbing Praktik Mahasiswa
Luh Eka Wintari, S.St Ni Putu Trisnawati
NIP. 19780925200512004 NIM. PO7120012088

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

I.G.A. Oka Mayuni, S.Pd., S.Kep

NIP. 195512121979062001

Anda mungkin juga menyukai