B. ETIOLOGI
C. EPIDEMIOLOGI
Kanker serviks uterus merupakan kanker ginekologi terbanyak
(70%-75%). Kanker serviks kurang lebih 26% kanker pada wanita
Satu dari 63 bayi wanita yang lahir akan menjadi kanker serviks
Sembilan persen penderita kanker serviks berusia kurang dari 35 tahun
Hanya 53% kanker in situ terjadi pada usia kurang dari 35 tahun
Survival rate akan lebih baik pada penderita kurang dari 45 tahun
D. TANDA DAN GEJALA
1. Keputihan
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada
kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan)
merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan
nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor
menjadi ulseratif.
2. Perdarahan
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama
(disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma
serviks (75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak
ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak
teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan
penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan
intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang
khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk
mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang
terjadi pada klien kanker serviks.
Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal
toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah
yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair
sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat terjadi karena
penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
3. Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari
daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa
timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau
dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan
pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif.
Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki,
hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan
dan berbau busuk.
5. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus
urinarius.
6. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
7. Kelemahan pada ekstremitas bawah.
8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang
gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus
besar bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal
atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
E. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi dari Kanker Serviks (FIGO, 1987)
STADIUM KETERANGAN
Stadium 0 Inti sel bertambah besar, berlapis namun bentuk sel masih normal
Stadium III Karsinoma telah meluas sampai dinding panggul, tumor tumbuh
sampai 1/3 bagian bawah vagina,terdapat gangguan ginjal.
Stadium IIIa Tidak ada perluasan ke dinding panggul, tetapi pertumbuhan terus
sampai 1/3 bagian bawah vagina
a. Mikroskopis
1) Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak
dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
2) Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma
insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa
kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3) Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari
membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
4) Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif
muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas
ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior,
jurusan parametrium dan korpus uteri.
5) Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah
vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke
dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan
tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke
korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambatl aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
b. Markroskopis
1) Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa.
2) Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3) Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4) Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
F. PATOFISIOLOGI
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka
regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi
karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu
yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20
tahun (TIM FKUI, 1992).
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali
adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif.
Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang
meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus
atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7
– 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif
berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses
keganasan.
Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan
yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat
meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat
menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini
menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi,
dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada
molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat
serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan
(Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Menurut WHO, wanita berusia antara 25 dan 65 tahun hendaknya
menjalani screening test untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan
awal. Wanita di bawah usia 25 tahun hampir tidak pernah terserang
kanker serviks dan tidak perlu di-screening. Wanita yang tidak pernah
berhubungan badan juga tidak perlu di-screening.
1. Sitologi/Pap Smear
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah
pap smear. Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini
kanker leher rahim. Test ini mendeteksi adanya perubahan-
perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan
dengan mengambil cairan pada laher rahim dengan spatula
kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop.
Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology)
adalah metoda pap smear yang dimodifikasi yaitu sel usapan
serviks dikumpulkan dalam cairan dengan tujuan untuk
menghilangkan kotoran, darah, lendir serta memperbanyak sel
serviks yang dikumpulkan sehingga akan meningkatkan
sensitivitas. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengunakan
semacam sikat (brush) kemudian sikat dimasukkan ke dalam cairan
dan disentrifuge, sel yang terkumpul diperiksa dengan mikroskop.
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis
adanya kanker serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang
abnormal, maka dilakukan pemeriksaan standar berupa kolposkopi.
Penanganan kanker serviks dilakukan sesuai stadium penyakit dan
gambaran histopatologimnya. Sensitifitas pap smear yang
dilakukan setiap tahun mencapai 90%. Keuntungan, murah dapat
memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat. Kelemahan, tidak
dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena
tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel
karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang
terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks
dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan ; dapat
melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk
melakukan biopsy. Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah
yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa
columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
4. Kolpomikroskop
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang
digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan serviks
dan bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi akan
tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan serviks, kemudian
dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut. Melihat hapusan vagina
(Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.
5. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis
karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir
serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila
hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-
kelainan yang jelas.
7. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks.
Tes sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga
kesehatan non dokter ginekologi, bidan praktek dan lain-lain.
Prosedur pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan
serviks/leher rahim diolesi dengan asam asetat, akan tampak
bercak-bercak putih pada permukaan serviks yang tidak normal.
8. Serviksografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100
mm dan lensa ekstensi 50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga
kesehatan danslide (servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan
kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tampak kelainan
abnormal, tidak memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan
disebut defek secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca
(faktor kamera atauflash).
Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang
dari 3%. Servikografi dapat dikembangkan sebagai skrining
kolposkopi. Kombinasi servikografi dan kolposkopi dengan
sitologi mempunyai sensitivitas masing-masing 83% dan 98%
sedang spesifisitas masing-masing 73% dan 99%. Perbedaan ini
tidak bermakna. Dengan demikian servikografi dapat di-gunakan
sebagai metoda yang baik untuk skrining massal, lebih-lebih di
daerah di mana tidak ada seorang spesialis sitologi, maka
kombinasi servikogram dan kolposkopi sangat membantu dalam
deteksi kanker serviks.
9. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat
komplikasi pendarahan yang terjadi pada penderita kanker serviks
dengan mengukur kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit dan
kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.
H. PENATALAKSANAAN
1. Irradiasi
I. KOMPLIKASI
1. Efusi pleura
2. Asites
3. Hipoalbuminemi
4. Tuberkulosis
5. Kanker paru-paru
J. SYARAT-SYARAT PASIEN KEMOTERAPI
Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan
kelemahan, yang apabila diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable
side effect. Sebelum memberikan kemoterapi perlu pertimbangan sbb :
1. Keadaan umum pasien baik
2. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group
(ECOG) yaitu status penampilan <= 2
3. Jumlah leukosit >=3000/ml
4. Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.
5. Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)
6. EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).
7. Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi,
informed concent.
8. Faal ginjal dan hati baik.
9. Diagnosis patologik
10. Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
11. Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya.
12. Jumlah trombosit>=120.0000/ul
13. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10
14. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) ( Tes Faal
Ginjal )
15. Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes
Faal Hepar ).
16. Elektrolit dalam batas normal.
17. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak
diberikan pada usia diatas 70 tahun.
1. Rambut rontok
Rambut rontok bisa mengganggu penampilan dan menjadi
kekhawatiran baik oleh laki-laki maupun perempuan. Rambut rontok
bisa ‘disembunyikan’ dengan wig, topi, atau bandana. Sebagian salon
mungkin menawarkan konsultasi yang dapat membantu pasien
meningkatkan penampilan dan citra diri selama melakukan
kemoterapi.
2. Mual
Berikut adalah tips mengatasi mual akibat kemoterapi :
a. Obat anti-muntah
Obat anti muntah sangat efektif dalam meminimalkan atau
menghilangkan mual. Tanyakan kepada dokter mengenai jenis obat
dan dosis yang tepat.
b. Gunakan alat makan dari plastik
Alih-alih menggunakan peralatan makan dari logam, cobalah untuk
menggunakan peralatan makan dari plastik untuk menghindari rasa
logam yang dapat memicu mual.
c. Jahe
Jahe merupakan herbal yang ampuh untuk mengatasi rasa mual.
Jahe bahkan digunakan oleh NASA sebagai obat anti mabuk untuk
para astronot.
d. Peppermint
Selain jahe, peppermint dikenal dapat meringankan mual secara
alami.
e. Permen
Beberapa jenis permen seperti mint dan tart citrus dikenal bisa
meringankan rasa mual ringan.
f. Biskuit asin
Biskuit kering asin dikenal dapat menyerap kelebihan air liur yang
sering memberikan kontribusi atas rasa mual dan mampu
meminimalkan asam lambung.
g. Vitamin B6
Dosis 50 mg vitamin B6 dapat meminimalkan mual.
3. Penurunan berat badan
Beberapa suplemen gizi akan ideal dikonsumsi untuk membantu
mencegah penurunan berat badan yang terlalu ekstrim. Konsultasikan
dengan dokter mengenai suplemen apa saja yang cocok dan aman.
4. Diare
a. Makan pisang, roti putih, yogurt tawar, telur, kentang, ayam, atau
kalkun untuk mengurangi diare.
b. Minum oralit dan banyak air untuk mengatasi kehilangan cairan
tubuh dan elektrolit.
c. Hindari susu, kafein, sayuran mentah, makanan yang digoreng,
kacang-kacangan, biji-bijian, dan popcorn.
d. Hindari baik minuman panas dan dingin yang dapat merangsang
motilitas usus besar.
5. Kelelahan
a. Ambil tidur siang pendek namun lebih sering, alih-alih satu tidur
siang yang lama.
a. Meditasi
Cobalah teknik meditasi, yoga atau pernapasan untuk membantu
mengatasi stres dan nyeri yang disebabkan oleh kanker dan
kemoterapi.
b. Akupunktur
Akupunktur juga dapat membantu meringankan rasa sakit dan
berbagai gejala lainnya yang berhubungan denga efek samping
kemoterapi.
c. Pijat
Terapi pijat bisa mengurangi nyeri otot sekaligus stres.
d. Obat anti inflamasi
Obat anti inflamasi dapat menjadi pilihan selama kemoterapi serta
setelah menjalani prosedur pembedahan.
7. Depresi
a. Bergabung dengan support group lokal atau komunitas online
lainnya. Komunitas semacam ini dapat menjadi tempat berbagi dan
mendapatkan dukungan.
b. Olahraga dapat membantu melepaskan berbagai zat kimia tubuh
yang mampu melawan depresi dan stres.
c. Manjakan diri. Manikur, sepasang sepatu baru, atau berlibur sejenak
dapat membantu mengurangi tingkat depresi.
d. Resep antidepresan dapat mengurangi gejala emosional dan fisik
akibat depresi sehingga memungkinkan pasien fokus pada
perawatan dan pemulihan.
e. Konseling pribadi dapat membantu pasien dan keluarga mereka
mengatasi berbagai ketidakstabilan emosi, kekhawatiran, dan
kesulitan yang menyertai kanker dan kemoterapi
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Nama yang jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari – hari.
Umur dicatat dalam tahun, sebaiknya juga ditanyakan tanggal lahir
klien, umur berguna untuk mengantisipasi pasti diagnosa masalah
kesehatan dan tindakan yang akan dilakukan. Suku / bangsa dan agama
perlu dicatat karena hal tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan
termasuk kesehatan. Disamping itu memudahkan dalam melakukan
pendekatan dan melakukan asuhan keperawatan. Pendidikan klien
perlu ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat
pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan
seseorang.Pekerjaan dicatat untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
kesehatan klien dalam pembiayaan.Alamat perlu dicatat untuk
mempermudah hubungan bila keadaan mendesak. Misalnya
memerlukan bantuan keluarga, alamat juga dapat memberikan
petunjuk keadaan lingkungan tempat tinggal klien. Dari biodata ini
diharapkan dapat memberikan gambaran tentang faktor resiko,
keadaan social, ekonomi dan pendidikan klien serta keluarga yang
dapat mempengaruhi kesembuhan klien.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan. Pada Ca serviks, pasien biasanya datang
dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu,
baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti :
perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Dari data riwayat kesehatan ini dapat digunakan sebagai “penanda”
akan adanya penyulit selama masa nifas. Adanya perubahan fisik dan
fisiologis pada masa nifas yang melibatkan seluruh sistem dalam tubuh
akan mempengaruhi organ yang mengalami gangguan. Data yang perlu
dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa
nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor, riwayat
menderita penyakit menular (TBC, AIDS, hepatitis), menahun (Asma,
jantung, hipertensi), dan menurun (DM, Asma, Hipertensi).
5. Riwayat Menstruasi
Data ini memang tidak secara langsung berhubungan dengan
kehamilan, namun dari data yang kita peroleh kita akan mempunyai
gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya. Beberapa
data yang harus kita peroleh dari riwayat menstruasi antara lain :
a. Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Wanita
indonesia pada umumnya mengalami menarche sekitar 12 sampai
16 tahun.
b. Siklus menstruasi adalah jarak menstruasi yang dialami dengan
menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23
sampai 32 hari.
c. Volume. Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi
yang dikeluarkan. Kadang kita akan kesulitan untuk mendapatkan
data yang valid. Sebagai acuan biasanya kita gunakan criteria
banyak, sedang, dan sedikit. Jawaban yang diberikan oleh pasien
biasanya bersifat subyektif, namun kita dapat kaji lebih dalam lagi
dengan beberapa pertanyaan pendukung, misalnya sampai berapa
kali mengganti pembalut dalam sehari.
6. Status Perkawinan
Ini penting untuk dikaji karena dari data ini kita akan mendapatkan
gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan. Beberapa
pertanyaan yang dapat diajukan antara lain sebagai berikut :
a. Berapa tahun usia ibu ketika menikah pertama kali?
b. Lama pernikahan?
c. Ini adalah suami yang ke?
7. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan KB
Hal ini penting untuk mengetahui faktor resiko pada persalinan
berikutnya. Yang perlu ditanyakan : kehamilan, penolong, apakah
masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan
melahirkan, seperti perdarahan, kelainan letak juga riwayat pre
eklamsi. Selain itu ditanyakan pula tempat melahirkan, cara
melahirkan(spontan atau dengan tindakan) begitu juga dengan
kelahiran anak meliputi BB, PB, jenis kelamin, dan keadaan sekarang
(hidup atau mati).
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari data riwayat kesehatan ini dapat digunakan sebagai “penanda”
penyakit menular (TBC, AIDS, hepatitis), menahun (Asma, jantung,
hipertensi), dan menurun (DM, Asma, Hipertensi).
9. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Bernafas
Tidak ada gangguan pada pernafasan, tetapi nyeri dapat juga
mempengaruhi pernafasan.
b. Makan dan Minum
Perlu ditanyakan tentang pola makan, konsumsi, variasi, habis
berapa porsi, jumlah, minum, baik sebelum MRS dan selama MRS.
Pada pasien dengan. Dapat terjadi mual dan muntah sehingga harus
mengkaji jenis makanan yang biasa dimakan oleh Ibu serta pantau
berat badan Ibu sesuai berat ideal Ibu.
c. Eliminasi
Yang ditanya adalah frekuensi BAB, bagaimana konsistensinya,
warna, bau dan kapan. Begitu juga bagaimana dengan BAKnya,
bagaimana konsistensinya , berapa kali sehari,warnanya, baik
sebelum MRS dan selama MRS. Apakah ada keluhan selama
hamil. Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang
menekan kandung kemih. Dapat pula terjadi disuria serta
hematuria. Selain itu biisa juga terjadi inkontinensia alvi akibat
dari peningkatan tekanan otot abdominal
d. Gerak dan Aktivitas
Kaji apakah penyakit mempengaruhi pola aktivitas dan latihan.
Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat
bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4=
tergantung total). Pasien dengan kanker serviks akan merasa sangat
lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan tidak dapat
melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas
kanker serviks sehingga harus beristirahat total.
e. Istirahat Tidur
Yang ditanyakan adalah istirahat siang jam berapa, malam jam
berapa, baik sebelum MRS dan selama MRS dan Apakah ada
keluhan selama hamil. Pola istirahat dan tidur pasien dapat
terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas dari kanker serviks
atau dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh ibu.
f. Kebersihan Diri
Yang ditayakan adalah berapa kali mandi, kapan ganti baju/pakaian
dalam dan luar, gosok gigi berapa kali, keramas, ganti pembalut,
apakah pernah melakukan perawatan payudara. Tayakan hal
tersebut baik sebelum MRS dan selama MRS. Kanker serviks
dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada daerah
kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina
yang mengandung zat – zat kimia juga dapat mempengaruhi
terjadinya kanker serviks.
g. Pengaturan Suhu Tubuh
Kaji apakah ada kenaikan suhu, suhu normal : 36,5 0C – 37,5 0C.
Biasanya pasien dengan pengaturan suhu tubuh ada disertai
kenaikan suhu atau tidak disertai dengan kenaikan suhu.
h. Rasa Aman
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan
ketakutan merupakan dampak psikologi klien.
i. Rasa Nyaman
Kaji tingkat nyaman pasien, biasanya pasien dengan kanker serviks
akan merasa tidak nyaman karena terganggu akibat dari rasa nyeri
yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual
(dispareuni) serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta
keluar cairan encer (keputihan) yang berbau busuk dari vagina.
j. Sosialisasi dan Komunikasi
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau
lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi
pola peran dan hubungannya. Ibu hamil dengan kanker serviks
harus mendapatkan dukungan dari suami serta orang – orang
terdekatnya karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatan Ibu
serta janin yang dikandungnya. Biasanya koping keluarga akan
melemah ketika dalam anggota keluarganya ada yang menderita
penyakit kanker serviks.
k. Rekreasi
Kaji mekanisme koping pasien dalam menghadapi atau mengatasi
masalah-masalahnya. Apakah pasien dapat menerima kondisinya
setelah sakit.
l. Bekerja
Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien,
sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya kanker
serviks. Serta kaji masalah finansial pasien (status ekonoi pasien).
m. Belajar
Kaji persepsi / pengetahuan pasien mengenai kanker serviks.
Pasien dengan kanker serviks kadang merasa malu terhadap orang
sekitar karena mempunyai penyakit kanker serviks, akibat dari
persepsi yang salah dari masyarakat. Dimana salah satu etiologi
dari kanker serviks adalah akibat dari sering berganti – ganti
pasangan seksual.
n. Spiritual
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan
nilai yang diyakini.
10. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
Wajah : tidak ada oedema
Mata : konjunctiva tidak anemis
Hidung : simetris, tidak ada sputum
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab,
tidak terdapat lesi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada
pembesaran kelenjer getah bening
b. Dada
Inspeksi : simetris
Perkusi : sonor seluruh lap paru
Palpasi : vocal fremitus simetri kanan dan kiri
Auskultasi : vesikuler
c. Cardiac
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : pekak
Auskultasi : tidak ada bising
d. Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ascites
Palapasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus normal
e. Genetalia
Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau
f. Ekstremitas
Tidak oedema
11. Pemeriksaan Penunjang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko kekurangan volume cairan.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tidak adekuat, pemajanan
terhadap pathogen meningkat.
3. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi mengenai prosedur
pengobatan
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah
baring.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan tahapan perkembangan
penyakit dan terapi penyakit (post kemoterapi)
6. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik,
penyebab multiple
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah sekunder terhadap penyakit dan pengobatan
(kemo)
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi
kulit, radiasi
9. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
10. Hambatan interaksi social berhubungan dengan isolasi terapeutik,
(nekrosis jaringan), defisif pengetahuan tentang Ca.Serviks
11. Defisiensi pengetahuan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa NOC NIC
a. Membersihkan, memantau
dan meningkatkan proses
penyembuhan pada luka
yang ditutupi dengan
jahitan, klip atau streples
b. Monitor proses kesembuhan
are insisi
c. Bersihkan area sekitar
jahitan atau staples,
menggunakan lidi kapas
steril
d. Gunakan preparat antiseptic
sesuai program
e. Ganti balutan pada interval
waktu yang sesuai atau
biarkan luka tetap terbuka
(tidak dibalut) sesuai
program
D. IMPLEMENTASI
Setelah rencana kererawatan tersusun, selanjutnya diterapkan
tindakan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa
berkurangnya atau hilangnya masalah klien. Pada tahap implementasi ini
terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan.
Menuliskan atau mendokumentasikan rencana keperawatan serta
melanjutkan pengumpulan data.
Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus cukup mendetail
dan jelas supaya semua tenaga keperawatan dapat menjalankannya dengan
baik dalam waktu yang telah ditentukan. Perawat dapat melaksanakannya
langsung atau mendelegasikan pada tenaga pelaksana lainnya dibawah
pengawasan perawat.
.
E. EVALUASI
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan merupakan
kegiatan dalam melaksanakan rencana kegiatan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan klien. Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah
teratasi sebagian.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah Jilid 1. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
NIP. 195512121979062001