2
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita
penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk
dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.
Kanker serviks :
• Infertilitas
suatu proses keganasan yang terjadi pada leher rahim, sehingga jaringan
di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya.
5
Etiologi dan Faktor risiko
Human Papiloma Virus (HPV), terutama HPV tipe 16 dan 18.
HPV adalah DNA virus yang menimbulkan proliferasi pada permukaan epidermal dan mukosa.
Gangguan imunitas
Hubungan seksual
Mempunyai anak banyak
6
Patogenesis
• Letak SJC dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan paritas
7
Patogenesis
• Penelitian akhir – akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu faktor
penyebab yang penting, terutama virus DNA.
• Proses karsinogenesis asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen
dan DNA sel tuan rumah sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel.
• Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik
sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia.
• Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-
situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan
karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
8
Patogenesis
9
10
Gejala klinis
Kanker stadium awal dan lesi pra-kanker biasanya asimtomatik dan hanya
dapat terdeteksi dengan pemeriksaan sitologi
Jika sudah terjadi kanker akan timbul gejala yang sesuai dengan
penyakitnya, yaitu dapat lokal atau tersebar.
12
Klasifikasi berdasarkan histologi
• CIN 3
Perubahan sel-sel abnormal hampir seluruh sel. adalah luka derajat tinggi (high grade lesion).
Merujuk pada perubahan-perubahan prakanker pada sel-sel yang mencakup lebih besar dari duapertiga
dari ketebalan cervix.
13
0 Karsinoma in situ (karsinoma preinvasif)
I Karsinoma serviks terbatas di uterus
IA Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop. Semua lesi yang terlihat secara makroskopik, meskipun invasi hanya superfisial, dimasukkan ke dalam
stadium IB
IA1 Invasi stroma tidak lebih dari 3,0 mm kedalamannya dan 7,0 mm atau kurang pada ukuran secara horizontal
IA2 Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0mm dengan penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang
IB Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau secara mikroskopik lesi lebih besar dari IA2
IB2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar
Klasifikasi kankerlebihserviks
dari 4,0 cmberdasarkan stadium menurut
Komite Ginekologi Onkologi FIGO (Federation
II
Internationale de Gynecologic et Obstetrigue)
Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai ke dinding panggul atau mencapai 1/3 bawah vagina
III Tumor meluas ke dinding panggul/ atau mencapai 1/3 bawah vagina dan/atau menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal
dinding panggul
IIIB Tumor meluas sampai ke dinding panggul dan / atau menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal
IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rectum dan/atau meluas keluar panggul kecil (true pelvis)
IVB Metastasis jauh (termasuk penyebaran pada peritoneal, keterlibatan dari kelenjar getah bening supraklavikula,mediastinal, atau para aorta, paru, hati, atau tulang)
14
15
Diagnosis
stadium lanjut, gejala dapat berkembang mejadi nyeri pinggang atau perut bagian bawah karena desakan
tumor di daerah pelvik ke arah lateral sampai obstruksi ureter, bahkan sampai oligo atau anuria.
Gejala lanjutan bisa terjadi sesuai dengan infiltrasi tumor ke organ yang terkena, misalnya: fistula
vesikovaginal,
16
Diagnosis
• kanker serviks stadium awal, temuan pemeriksaan fisik bisa relatif normal.
• Seiring perkembangan penyakit ini, serviks bisa menjadi abnormal pada inspeksi dengan erosi, ulkus,
atau massa.
• Pemeriksaan rektal dapat mengungkapkan massa eksternal atau darah dari erosi tumor.
• Jika penyakit ini melibatkan hati, hepatomegali bisa terjadi. Metastasis paru biasanya sulit dideteksi
pada pemeriksaan fisik kecuali efusi pleura atau obstruksi bronkial menjadi jelas. Edema kaki
menunjukkan obstruksi limfatik atau vaskular yang disebabkan oleh tumor.
17
Pemeriksaan penunjang
Petanda tumor SCC (untuk skuamosa) atau CEA atau Ca-125
(untuk adenokarsinoma) merupakan pemeriksaan opsional
Pemeriksaan
sitologi Biopsi
Kolposkopi Lainnya
Sistoskopi, rektoskopi, USG, BNO-
IVP, foto toraks dan bone scan, CT
scan atau MRI, PET scan
Tatalaksana Lesi Prakanker
Diatermi
Krioterapi Elektrokoagulasi
untuk destruksi lapisan epitel serviks dengan dapat memusnahkan jaringan lebih luas dan
metode pembekuan atau freezing hingga sekurang- efektif jika dibandingkan dengan elektrokauter,
kurangnya -20oC selama 6 menit (teknik Freeze- tetapi harus dilakukan dengan anestesi umum
thaw-freeze) dengan menggunakan gas N2O atau
CO2.
19
Tatalaksana Kanker Serviks Invasif
• Stadium 0 / KIS (Karsinoma in situ): Konisasi (Cold knife conization).
Bila margin bebas, konisasi sudah adekuat pada yang masih memerlukan fertilitas. Bila tidak bebas,
maka diperlukan re-konisasi. Bila fertilitas tidak diperlukan histerektomi total. Bila hasil konisasi ternyata
invasif, terapi sesuai tatalaksana kanker invasif.10,11
• Stadium IA1 (LVSI/ lymphovascular space invasion negatif): Konisasi (Cold Knife)
Bila free margin (terapi adekuat) apabila fertilitas dipertahankan. Bila tidak free margin dilakukan
rekonisasi atau simple histerektomi. Histerektomi total apabila fertilitas tidak dipertahankan.
Operasi trakelektomi radikal dan limfadenektomi pelvik apabila fertilitas dipertahankan. Bila operasi tidak
dapat dilakukan karena kontraindikasi medik dapat dilakukan Brakhiterapi. 20
Tatalaksana Kanker Serviks Invasif
Stadium IB 2 dan IIA2
Pilihan :
1. Operatif:
2. Neoajuvan kemoterapi
Stadium IIB
Pilihan :
1. Kemoradiasi
2. Radiasi
3. Neoajuvan kemoterapi. Kemoterapi (tiga seri) dilanjutkan radikal histerektomi dan pelvik limfadenektomi.
2. Kemoradiasi dengan regimen 2. Bila tidak ada kontraindikasi, kemoterapi paliatif/radiasi paliatif dapat
non cisplatin atau dipertimbangkan.
3. Radiasi
22
Pencegahan
• Program pemeriksaan/skrining yang dianjurkan untuk kanker serviks (WHO): skrining pada setiap
wanita minimal satu kali pada usia 35-40 tahun.
• Jika fasilitas tersedia, lakukan tiap 10 tahun pada wanita usia 35-55 tahun.
• Jika fasilitas tersedia lebih, lakukan tiap 5 tahun pada wanita usia 35-55 tahun
• . Ideal atau optimal, lakukan tiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun. 23
Pencegahan
Menunda Onset Aktivitas Seksual Pencegahan Sekunder - Pasien Dengan Risiko
tinggi
dianjurkan untuk melakukan tes Pap tiap
tahun.
Penggunaan Kontrasepsi
Barier
• Ukuran tumor Penderita dengan ukuran tumor < 2 cm angka survivalnya 90% dan bila > 2 cm angka
survival-nya menjadi 60%. Bila tumor primer > 4 cm, angka survival turun menjadi 40.13
• Invasi ke jaringan parametrium. Penderita dengan invasi kanker ke parametrium memiliki 5-YSR 69%
dibandingkan 95% tanpa invasi. Bila invasi disertai KGB yang positif maka 5-YSR turun menjadi 39-
42%.13
• Kedalaman invasi. Invasi < 1 cm memilki 5-YSR sekitar 90% dan akan turun menjadi 63 – 78% bila > 1
cm.13
• Ada tidaknya invasi ke lymph–vascular space. Invasi ke lymph–vascular space sebagai faktor prognosis
masih menjadi kontroversi. Beberapa laporan menyebutkan 50 – 70% 5-YSR bila didapatkan invasi ke
lymph – vascular space dan 90% 5-YSR bila invasi tidak didapatkan. Akan tetapi, laporan lain
mengatakan tidak ada perbedaan bermakna dengan adanya invasi atau tidak.13
25
Terimakasih